asriani buhari 2.docx
Post on 11-Jul-2016
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LABORATORIUM FARMASETIKJURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
LAPORAN TEKNOLOGI SEDIAAN IPERCOBAAN
TABLET KONVENSIONAL(ANTELMENTIK)
FORMULA
TIABENDATRIN® TABLET
OLEH:
NAMA : ASRIANI BUHARI
NIM : 70100111013
KELAS : FARMASI A
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
ASISTEN : FITRIA ALWI
SAMATA-GOWA
2013
FORMULA TEKNO I
I. Formula asli
Tablet Antelmentik
II. Rancangan formula
Nama Produk : Tiabendatrin® Tablet
Jumlah produk : 20 tablet
Tanggal formulasi : 2 Mei 2013
Tanggal produksi : 2 Mei 2014
No. reg : DKL 1432200710A1
No. batch : 05141077
Komposisi : tiap 200 mg tablet mengandung :
Tiabendazol 25 mg
Pati kentang 10%
Magnesium stearate 5%
Laktosa monohidrat ad 200 mg
III. Master formula
Diproduksi Oleh
Tanggal Formula
Tanggal Produksi
Dibuat Oleh
Disetujui Oleh
BuhariFarma
2 Mei 2013 2 Mei 2014 Asriani Buhari
Fitria Alwi
Kode Bahan
Nama Bahan Kegunaan Per Dosis Per Batch
01-Tb
02-Lm
03-As
04-Ms
Tiabendazol
Laktosa monohidrat
Amylum Solani
Magnesium stearat
Zat aktif (antelmentik)Zat pengisiZat pengikat
Zat penghancur
Zat pelincir
25 mg
145 mg
20 mg
10 mg
500 mg
2900 mg
400 mg
200 mg
IV. Alasan pembuatan produk :
Anthelmintika atau obat cacing (Yun. anti=lawan, helmins=cacing)
adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan
hewan. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum
tersebar dan menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia di seluruh dunia.
Walaupun tersedia obat-obat baru yang lebih spesifik dengan kerja lebih
efektif, pembasmian penyakit cacing masih tetap merupakan suatu
masalah antara lain disebabkan oleh kondisi social ekonomi di beberapa
bagian dunia. jumlah manusia yang dihinggapinya juga semakin
bertambah akibat migrasi, lalu-lintas dan kepariwisataan udara. Proyek-
proyek irigasi untuk meningkatkan agrikultur dapat pula menyebabkan
perluasan kemungkinan infeksi. Di negara berkembang, termasuk
Indonesia, penyakit cacing adalah penyakit rakyat umum yang sama
pentingnya dengan misalnya malaria atau TBC. Infeksinya pun dapat
terjadi simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus. Diperkirakan bahwa
lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita suatu infeksi cacing
(Tjay dan Kirana. 2006 : 196).
Infeksi cacing mungkin tidak langsung terlihat manifestasi klinik
penyakitnya, tetapi dapat menyebabkan kondisi patologis yang nyata.
Infeksi ringan umumnya mudah ditoleransi. Orang dengan gangguan
sistem imun, atau yang menggunakan obat tertentu (kortikosteroid dan
anestesi) dapat mudah mengalami infeksi cacing tertentu misalnya
strongiloidiasis (Sukandar Elin Yulinah dll. 2011 : 160).
Strongyloides stercoralis atau cacing benang sering kali terdapat
di daerah tropis dan subtropis. Penularannya lewat larva yang berbentuk
benang yang menembus kulit. Larva ini dapat dikenali dalam tinja tetapi
tidak mengandung telurnya. Berhubung terjadinya autoreinfeksi, maka
cacing dapat bertahan puluhan tahun lamanya di mukosa bagian atas usus
halus. Di tempat ini cacing merusak jaringan dan menimbulkan reaksi
radang. Gejalanya yang khas adalah gatal hebat (urticaria) di bagian
bokong yang bersifat sementara, juga gangguan perut dan iritasi saluran
pernapasan (batuk, engap) akibat migrasi cacing. Pengobatan.
Tiabendazol dan ivermectin merupakan obat pilihan pertama terhadap
cacing benang, albendazol juga efektif (Tjay dan Kirana. 2006 : 200).
Thiabendazole merupakan obat alternative untuk pengobatan
strongyloidiasis dan cutaneous larva migrans. Boleh juga dicoba untuk
trichinosis dan visceral larva migrans apabila tidak tersedia obat yang
efektif. Obat ini tidak seharusnya digunakan untuk mengobati infeksi –
infeksi pinworm, ascarid, trichurid atau cacing tambang, kecuali apabila
tidak tersedia obat pilihan yang lebih aman. Thiabendazole merupakan
senyawa benzimidazole. Obat ini tidak berasa dan hampir tidak larut air.
Sekalipun ia merupakan suatu agen peng-khelasi yang membentuk ikatan
– ikatan yang stabil dengan beberapa logam – termasuk zat besi –
thiabendazole tidak mengikat kalsium (Katzung. 2004 : 288)
Tiabendazol serupa dengan derivat benimidazol lainnya, misalnya
menghambat enzim fumarat reduktase cacing. Pada cacing Strongyloides
obat ini menghambat enzim asetilkolinesterase cacing dan menyebabkan
kematian cacing. Obat ini dapat menekan perkembangan dan migrasi larva
Trichinella spiralis. Thiabendazol dapat menghancurkan sebagian larva
yang terdapat didalam otot, tetapi tidak efektif untuk encysted larva.
Seperti levamisol, tiabendazol juga memiliki efek imunostimulan. Efek
antiinflamasi obat ini turut berperan dalam meringankan gejala – gejala
penyakit cacing (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2011: 545).
Berdasarkan cara kerjanya, obat cacing dibedakan menjadi 5
kelompok yaitu:
1. Benzimidazol (albendazol, fenbendazol, flubendazol, thiabendazol)
2. Imidathiazol (levamisol) dan tetrahdropyrimidine (pyrantel)
3. Avemectin (ivermectin) dan milbemyein (moxidectin)
4. Salicylamide (niclosamid) dan nitrophenol
5. Diclorvos dan trichlorphon.
Contoh obat: Mebendazol, Tiabendazol, Albendazol, Piperazin,
Dietilkarbamazin, Pirantel, Oksantel, Levamisol, Praziquentel,
Niklosamida, Ivemectin. Adapun contoh produk antelmentik sebelumnya
yang zat aktifnya berupa tiabendazol yaitu Mintezol Oral 500 mg/ 5 ml
oleh PT. Merck digunakan untuk membebaskan tubuh dari infeksi cacing
dengan menghambat enzim fumarat reduktase / enzim asetilkolinase
cacing sehingga cacing mati.
Tiabendazol merupakan antelmentik derivate benzimidazol
berspektrum lebar dan efektif untuk mengobati infestasi berbagai
nematoda pada manusia. Obat ini berupa Kristal putih, tidak larut dalam
air. Daya larutnya tergantung pH. Bila suasana sedikit asam atau basa,
senyawa ini mudah larut. Senyawa ini membentuk kompleks yang stabil
dengan sejumlah logam seperti besi, tetapi tidak mengikat kalsium
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2011: 545).
Adapun kelebihan dan keuntungan bentuk sediaan tablet antara lain
tablet merupakan sediaan yang paling ringan dan paling kompak, bentuk
sediaan yang paling mudah dan murah untuk dikemas serta dikirim dan
diproduksi secara besar-besaran. Selain itu, tablet merupakan bentuk
sediaan yang utuh menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk
sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang
paling rendah, serta merupakan bentuk sediaan oral yang sifat
pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik
(Lahman. 2008 : 645)
V. Alasan Penambahan Bahan :
1. Tiabendazol (zat aktif)
Zat aktif yang digunakan pada tablet Tiabendatrin ini adalah
tiabendazol, dengan beberapa alasan:
a) Tiabendazol merupakan antelmentik derivate benzimidazol
berspektrum lebar dan efektif untuk mengobati infestasi berbagai
nematoda pada manusia (Departemen Farmakologi dan Terapeutik.
2011: 545).
b) Tiabendazol merupakan obat pilihan pertama terhadap cacing
benang (Tjay dan Kirana. 2006: 200).
c) Tiabendazol dengan cepat diserap setelah dikonsumsi, sifat
antiperadangan tiabendazol biasa jadi penting menyangkut
kemampuannya menyembuhkan gejala – gejala dalam beberapa
penyakit parasit, khususnya dracontiasis. Thiabendazole juga
mempunyai kerja skabisid , antijamur ringan & antipiretik. Obat ini
tampaknya bebas efek – efek karsinogenik dan mutagenik
(Katzung. 2004: 288).
2. Laktosa monohidrat
Berikut adalah alasan penggunaan laktosa monohidrat:
a) Laktosa monohidrat sekaligus bertindak sebagai pengikat tablet
dan pengisi tablet (Rowe dkk. 2009: 364).
b) Pada kempa langsung, bentuk kasar, derajat regular, atau sudah
diayak, fraksi kristalin laktosa α monohidrat dapat digunakan
karena sifat alirannya bagus (Agoes. 2008: 202).
c) Zat tambahan yang cocok untuk bahan aktif yang kelarutan
dalam air rendah (Swarbrick. 2007: 3655).
3. Pati
Beberapa alasan pemilihan pati:
a) Pati tidak mempunyai incompability (Exipient : 522)
b) Yang paling lama dan paling sering digunakan sebagai
penghancur dalam bentuk kering dan serbuk
( RPS : 1637)
c) Pati adalah penghancur yang paling baik dan paling banyak di
gunakan sebagai penghancur walaupun semua pati termasuk
yang terbuat dari jagung, padi dan kentang di gunakan sebagai
penghancur tetapi kentanglah yang paling efisien (Scoville’s :
98)
4. Magnesium Stearat
Beberapa alasan pemilihan magnesium stearat:
a) Sebagai pelincir tablet dengan karakteristik sangat halus,
berwarna putih cerah, bulir-bulir kasar serbuk tidak terasa
(Rowe dkk. 2009: 404).
b) Magnesium stearat merupakan lubrikan yang paling efektif dan
digunakan secara luas (Agoes. 2008: 209).
c) Memperpanjang penghancuran dan waktu disolusi (Swarbrick.
2007: 3655).
VI. Uraian bahan :
1. Tiabendazol (Martindale, 2009: 148-149)
Nama Resmi : TIABENDAZOLUM
Nama Lain : Thiabendazole,Tiabendatsoli,Tiabendazol,
Tiabendazolas
Nama Kimia : 2-(Thiazol-4-yl)-I H- benzimidazole.
Rumus Molekul : C10H7N3S
Rumus Struktur :
Berat Molekul : 201,2
Pemerian : kristal putih, tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam
alcohol, aseton dan dikloromethan, dan cairan
asam mineral, sangat sedikit larut dalam
kloroform dan eter.
Kestabilan : -
Farmakologi : Mekanisme kerja: serupa dengan derivat
benimidazol lainnya, misalnya menghambat
enzim fumarat reduktase cacing. Pada cacing
Strongyloides obat ini menghambat enzim
asetilkolinesterase cacing dan menyebabkan
kematian cacing. Obat ini dapat menekan
perkembangan dan migrasi larva Trichinella
spiralis. Thiabendazol dapat menghancurkan
sebagian larva yang terdapat didalam otot, tetapi
tidak efektif untuk encysted larva. Seperti
levamisol, tiabendazol juga memiliki efek
imunostimulan. Efek antiinflamasi obat ini turut
berperan dalam meringankan gejala – gejala
penyakit cacing.
Farmakokinetik: Thiabendazole dengan cepat
diserap melalui usus. Dengan dosis standar,
konsentrasi obat dalam plasma memuncak dalam
1 – 2 jam. Obat ini hampir sepenuhnya
dimetabolisme dihati menjadi bentuk 5- hidroxy.
90% obat dikeluarkan melalui urine dalam 48
jam, sebagian besar dalam bentuk glucuronide
atau senyawa sulfonate. Thiabendazole dapat juga
diserap melalui kulit.
Indikasi : Efektif terhadap Strongiloidiasis yang disebabkan
Strongyloides stercoralis (cacing benang), larva
migrant pada kulit (atau erupsi menjalar) dan
tahap awal trikinosis (disebabkan Trichinella
spiralis)
Kontraindikasi : anak – anak dengan berat badan kurang dari 15
kg, aktivitas yang memerlukan kewaspadaan, dan
reaksi hipersensitivitas pada gangguan fungsi hati
atau ginjal, sebaiknya digunakan obat alternative.
Demikian juga pada wanita hamil, kecuali
strongyloidiasis yang mengancam kehidupan.
Dosis : dosis standar, 25 mg/kg (maksimum 1,5 g) dua
kali sehari harus diberikan sesudah makan. Untuk
S. stercoralis, dosis yang dianjurkan 2 x 25 mg/kg
selama 2 hari dengan dosis total tidak lebih 3 g.
Untuk pasien dengan sindrom hiperinfeksi (suatu
keadaan dimana larva Strongyloidiasis stercoralis
ditemukan dalam jumlah yang besar dihampir
seluruh bagian tubuh pasien) dosis yang
dianjurkan 2 x 25 mg/kg selama 5 – 7 hari.
Efek samping : mual, muntah, dan pusing. Dalam frekuensi
rendah juga terjadi diare, nyeri epigastrium, sakit
kepala, pusing, lelah, gatal dan kantuk. karena itu
dalam pengobatan dengan tiabendazol dianjurkan
tidak melakukan kegiatan yang memerlukan
kewaspadaan mental.
Penyimpanan : Terlindung dari cahaya
Kegunaan : Antelmintika
2. Magnesium Stearat (Exipients, 2009: 404-405)
Nama Resmi : MAGNESII STEARAS
Nama Lain : Dibasic magnesium stearat, magnesium
distearate, magnesiumoctadecanoate,
octadecanoic acid, magnesium salt, stearic acid,
magnesium salt, Synpro 90.
Nama Kimia : Octadecanoic acid magnesium salt [557-04-0]
Rumus Molekul : C36H70MgO4
Rumus Struktur : [CH3(CH2)16COO]2Mh
Rumus bangun :
Berat Molekul : 591,24
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih cerah, mengendap,
jika disentuh terasa halus tanpa ada butiran
kasar,bau hamper mirip dengan asam stearat dan
rasa yang khas. Serbuk berminyak saat disentuh,
Melekat pada kulit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%),
ether dan air, sedikit larut pada benzene panas
etanol panas.
Range : 0,25-5%
Stabilitas : Magnesium stearat stabil jika penyimpanannya
benar.
Penyimpanan : Simpan pada wadah tertutup rapat dan baik,
dingin, dan tempat yang kering.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan asam kuat, basa, dan garam
besi. Hindari pencampuran dengan material
pengoksidasi, hidroksida, atau karbonat dengan
asam stearat pada peningkatan temperature.
Kegunaan : Zat pelincir obat
3. Pati Kentang ( Dirjen POM. FI III : 108 & excipient : 685 )
Nama Resmi : AMYLUM SOLANI
Nama Lain : Pati kentang, Hylon, maydis amilum, Melojel,
Meritena, oryzae amilum.
Nama Kimia : -
Rumus Molekul : C6H10O5
Rumus bangun :
Pemerian : Serbuk halus putih, tidak berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam
etanol ( 95% ) P.
Incompability : -
Range : Penghancur ( 3 - 25 % )
Stabilitas : Tablet siap dengan natrium pati glikolat memiliki
penyimpanan yang baik. Natrium pati glikolat
stabil meskipun sangat higroskopis dan harus
disimpan dalam wadah tertutup baik untuk
melindungi dari variasi kelembaban dan
temperatur yang dapat menyebabkan
penggumpalan. Sifat fisik tetap tidak berubah
walaupun disimpan pada suhu moderat dan
kelembaban.
Kegunaan : Sebagai Penghancur
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Laktosa Monohidrat (Exipients, 2009: 364-366)
Nama Resmi : LACTOSUM
Nama Lain : CapsuLac, GranuLac, Lactochem, lactosum
monohydricum, Monohydrate, Pharmatose,
PrismaLac, SacheLac, SorboLac, SpheroLac,
Super Tab 30GR, Tablettose.
Nama Kimia : O-β-D-Galactopyranosyl-(14)-α-D-
glucopyranosemonohydrate [5989-81-1]
Rumus Molekul : C12H22O11.H2O
Rumus Struktur :
Berat Molekul : 360,31
Pemerian : Dalam bentuk padat, laktosa terlihat memiliki
variasi bentuk isomeric, tergantung pada
kristalisasi dan kondisi pengeringan. Laktosa
berwarna putih atau tidak berwarna dalam bentuk
kristalnya maupun serbuk. Tidak berbau, rasa
manis.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol, dan
eter. Larut dalam air dan semakin meningkat
kelarutannya dengan pemanasan
Stabilitas : Jamur tumbuh saat kelembapan tinggi. Laktosa
berubah menjadi kecoklatan pada penyimpanan,
adanya reaksi yang dipercepat dengan
pemanasan, kondisi basah. Kemurnian dari
laktosa yang berbeda dapat berubah-ubah dan
penting untuk dilakukan evaluasi warna, terutama
jika tablet sedang diformulasi. Stabilitas warna
dari berbagai jenis laktosa juga berbeda.
Penyimpanan : Simpan pada wadah yang tertutup baik, dingin
dan tempat yang kering.
Inkompatibilitas : Reaksi kondensasi (Maillard-type) seperti terjadi
antara laktosa dan senyawa amina primer menjadi
produk yang berwarna coklat atau kuning.
Interaksi Maillard juga terjadi antara laktosa dan
amina sekunder. Laktosa juga inkompatibel
dengan asam amino, amfetamin, dan lisinopril.
Kegunaan : Zat pengikat dan pengisi tablet.
VII. Perhitungan Bahan
1. Per Tablet
a. Tiabendazol 25 mg
b. Amylum Solani10
100 x 200 mg = 20 mg
c. Magnesium stearat5
100 x 200 mg = 10 mg
d. Laktosa monohidrat 200-(25+20+10) = 145 mg
2. Per Batch
a. Tiabendazol 25 mg x 20 tablet = 500 mg
b. Amylum solani 20 mg x 20 tablet = 400 mg
c. Magnesium stearat 10 mg x 20 tablet = 200 mg
d. Laktosa monohidrat 145 mg x 20 tablet = 2900 mg
VIII. Cara Kerja
Metode pembuatan Tiabendatrin Tablet ini adalah dengan cetak
langsung. Langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ditimbang tiabendazol 25 mg, amylum solani 20 mg, magnesium
stearat 10 mg, dan laktosa monohidrat 145 mg.
3. Dimasukkan tiabendazol kedalam lumpang, digerus halus.
4. Ditambahkan amylum solani, digerus hingga homogen
5. Ditambahkan laktosa monohidrat, digerus hingga homogen
6. Ditambahkan sedikit Magnesium stearat, lalu gerus hingga homogen
dan sisa dari Magnesium stearat ditaburkan pada mesin pencetak
tablet.
7. Dikempa pada mesin pencetak tablet.
8. Dibersihkan tablet yang telah jadi, dan dimasukkan ke dalam wadah
botol gelap.
9. Diberi etiket obat.
10. Dimasukkan botol ke dalam wadah obat dan dimasukkan brosur obat.
11.
Daftar Pustaka
Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2011. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK-UI.
Katzung, Bertram G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Lachman, dkk. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI-Press
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.2010. Obat-obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Rowe, Raymond C dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Great Britain: RPS Publishing.
Yulinah, Sukandar Elin dkk. 2011. ISO farmakoterapi 2. Jakarta : Ikatan Apoteker Indonesia.
Scoville’s. 1957. The Art of Compounding. New York : The Blakiston Division.
Swarbick, James.2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition Volume 1. USA: PhamaceuTech Inc.
Sweetman, Sean C.2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth Edition. Great Britain: RPS Publishing.
Lampiran 3. Brosur
Diproduksi HARUS DENGAN
RESEP DOKTER
SIMPAN DI TEMPAT KERING DAN SEJUK, TERLINDUNG CAHAYA SERTA JAUH DARI ANAK-ANAK
TIABENDATRIN®Tablet
Isi 20 tablet
Komposisi : Tiap TIABENDATRIN®Tablet mengandung tiebendazol 25 mg/kgFarmakologi : menghambat enzim fumarat reduktase cacing dan enzim
asetilkolinesterasi cacing sehingga cacing mati, absorpsi lewat usus, 90 % obat diekskresi bersama urine.
Indikasi : Efektif terhadap Strongiloidiasis yang disebabkan Strongyloides stercoralis (cacing benang), larva migrant pada kulit (atau erupsi menjalar) dan tahap awal trikinosis (disebabkan Trichinella spiralis)
Kontraindikasi : anak – anak dengan berat badan kurang dari 15 kg, aktivitas yang memerlukan kewaspadaan, dan reaksi hipersensitivitas pada gangguan fungsi hati atau ginjal. Demikian juga pada wanita hamil, kecuali strongyloidiasis yang mengancam kehidupan.
Efek samping : mual,muntah,dan pusing. Dalam frekuensi rendah juga terjadi diare, nyeri epigastrium, sakit kepala, pusing, lelah, gatal dan kantuk. karena itu dalam pengobatan dengan tiabendazol dianjurkan tidak melakukan kegiatan yang memerlukan kewaspadaan mental.
Peringatan dan Perhatian : Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan. Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali strongyloidiasis yang mengancam
kehidupan Dalam pengobatan tiabendazol dianjurkan tidak melakukan kegiatan yang
memerlukan kewaspadaan mental. Perubahan fungsi hati yang selintas dapat terjadi, maka penggunaannya harus hati –
hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati.
Aturan pakai : 2 x 1 setelah makan untuk dewasaNo. Reg : DKL 1432200710A1No. Batch : 05141077
HARUS DENGAN RESEP
SIMPAN DI TEMPAT KERING DAN SEJUK, TERLINDUNG CAHAYA SERTA JAUH DARI ANAK - ANAK
Diproduksi Oleh :
PT. BUHARI FARMA
Makassar - Indonesia
Lampiran 2. Etiket
TIABENDATRIN®
Tablet
20 Tablet
PT. BUHARI – FARMAMakassar - Indonesia
PenyimpananSimpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.Aturan pakai :2 x 1 setelah makan untuk dewasa
No. reg : DKL 1432200710A1
Komposisi per tablet @ 200 mgTiabendazol.....................25 mgIndikasi Obat cacing yang efektif terhadap Strongiloidiasis yang disebabkan oleh Strongyloides stercoralis (cacing benang), Larva migrant pada kulit (atau erupsi menjalar) dan tahap awal trikinosis (disebabkan Trichinella spiralis)
KontraindikasiWanita hamil, anak-anak dengan BB < 15 kg, dan kelainan hati dan ginjal
Keterangan Jelas, Lihat
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
top related