aspek perpajakan psc
Post on 13-Jan-2016
162 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 11
Aspek Perpajakan PSC Aspek Perpajakan PSC
• Sekilas Industri Migas• PSC Scheme • Ring Fence Policy
(NPWP)• PPh Badan• PPh Potput• PPN, PBB, dsb• Pemeriksaan• UU 22/2001
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 22
Sekilas Industri MigasSekilas Industri Migas
• Periode eksplorasi dalam kontrak ditentukan 6 thn s.d. ditemukan cadangan yg dapat diproduksi komersial.
• Salah satu ciri kontrak pertambangan migas adalah segala alat yg digunakan oleh kontraktor menjadi milik Pertamina (a.n Pemerintah) sejak saat diturunkan di Indonesia (kecuali yg disewa)
• Ring Fence Policy, yaitu satu wilayah kerja pertambangan diusahakan oleh satu entity (BUT)
• Farm in Farm out, yaitu dimungkinkannya interest atas suatu wilayah kerja pertambangan dialihkan
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 33
Jenis-jenis KerjasamaJenis-jenis Kerjasama
• Konsesi Kontraktor memiliki kekuasaan penuh atas minyak yg ditambang, dan wajib membayar royalti kepada negara. Tidak ada lagi (1961)
• Kontrak Karya merupakan kontrak profit sharing di mana manajemen ada pada kontraktor. Tidak ada lagi (1983)
• Kontrak Production Sharing mrp kontrak bagi hasil di mana produksi dibagi berdasarkan suatu persentase tertentu yg disepakati.
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 44
Jenis-jenis KerjasamaJenis-jenis Kerjasama
• Technical Assistance Contract untuk meningkatkan sumur-sumur produksi yg sudah tua. Produksi yg dibagi adalah hanya dari penambahan produksi setelah secondary recovery tsb.
• Joint Operation Body s ma a s p rte e i Kontrak PSC namun Pertamina/Pemerintah ikut terlibat dalam penyertaan modal sehingga komposisi menjadi 50 : 50
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 55
Jenis-jenis KerjasamaJenis-jenis Kerjasama
• Loan Risk Agreement pemberian pinjaman kepada Pertamina untuk membiayai kegiatan mencari dan memproduksi minyak di wilayah tertentu. Pertamina nanti akan membayar pokok plus bunga dalam bentuk minyak.,
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 66
Karakteristik PSC Karakteristik PSC
• Kontraktor menanggung semua resiko • Jangka waktu kontrak adalah 30 tahun termasuk
6-10 tahun untuk eksplorasi • Pertamina memiliki hak atas semua alat yg
digunakan oleh Kontraktor • Kontraktor diwajibkan untuk memenuhi
kebutuhan minyak dalam negeri (Domestic Market Obligation)
• Semua biaya ekplorasi, pengembangan, dan operasi ditanggung oleh Kontraktor dan akan di-recover dari produksi
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 77
PSC PSC
• Produksi setelah cost recovery dibagi antara Pemerintah dan Kontraktor berdasarkan suatu persentase tertentu
• Kontraktor wajib membayar PPs (PPh) dan PBDR
• Setiap block (WKP) adalah di – ring fenced
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 88
PSC tax regime PSC tax regime • Ketentuan dalam kontrak PSC merupakan lex specialis • Pasal 33 ayat 3 UU PPh 1983 disebutkan bahwa
Penghasilan kena pajak yg diterima atau diperoleh dalam bidang pertambangan migas sehubungan dgn kontrak bagi hasil, dikenakan pajak berdasarkan Ordonansi PPs 1925 dan PBDR 1970 beserta semua peraturan pelaksanaanya
• Pasal 33 A ayat (4) UU PPh 1994 disebutkan bahwa WP yg menjalankan usaha di bidang pertambangan migas berdasarkan kontrak bagi hasil yg masih berlaku pada saat berlakunya UU ini, pajaknya dihitung berdasarkan ketentuan dalam kontrak bagi hasil tsb sampai dengan berakhirnya kontrak dimaksud
99 Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta
PSC PSC
Perhitungan Bagi Hasil Perhitungan Bagi Hasil
Gross Revenue Gross Revenue xxxx
FTP FTP (xx)(xx)
xxxx
Cost Recovery Cost Recovery (xx)(xx)
Equity to be split Equity to be split xx xx - Government share Government share - Contractor share Contractor share
1010 Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta
Government Share 73,2143% Contractor Share 26,7857%
- Current Year Opex - Unrecovered Cost ( Past Year Cost ) - Depreciation Of Capital Investment
ContractorTaxable Income
Indonesia ContractorShare Share
44%
Domestic Market Obligation ( DMO )25 % X 26,7857% X R
DMO Fee25 % X 26,7857% X R Old Oil X 15%
Contractor Share 26,7857 %
26,7857% X ( R - FTP - IC - CR )
25% X 26.7857% X R New Oil
Government Tax
Equity To Be Split( R - FTP - IC - CR
Government Share 73,2143%73,2143 % X ( R-FTP-IC-CR)
20% X R
Cost Recovery ( CR )
Investment Credit ( IC )15.78% Of Caoital Investment
POLA BAGI HASIL PSC
Production ( Revenue)R = R old Oil + R New Oil
First Tranche Petroleum ( FTP )
1111 Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta
PSCPSCBagi hasil Lifting antara Pemerintah dan Kontraktor sebesar 85 : 15 Bagi hasil Lifting antara Pemerintah dan Kontraktor sebesar 85 : 15 diperoleh sbb diperoleh sbb
Gross income (hasil produksi) ………………… GIGross income (hasil produksi) ………………… GI Cost recovery …………………………………. Cost recovery …………………………………. <CR><CR>
To be shared …………………………. TBSTo be shared …………………………. TBS Total taxes to be paid by Contractor: Total taxes to be paid by Contractor: PPs (corporate tax= PPh) = 30% PPs (corporate tax= PPh) = 30%
PBDR = 20% x (100% - 30%) = PBDR = 20% x (100% - 30%) = 14% 14% 44% x TBS 44% x TBS Net share after tax …………… 56% x TBS Net share after tax …………… 56% x TBS This amount should be equal to the take home contractor share of This amount should be equal to the take home contractor share of 15% 15% Contractor portion Contractor portion = 100 / 56 x 15% = = 100 / 56 x 15% = 26,78 26,78 % % Lesss : Tax to be paid = 44% x 26,78% = Lesss : Tax to be paid = 44% x 26,78% = 11,78% 11,78% Take home contractor share ………… = 15 % Take home contractor share ………… = 15 % Government portion Government portion = 100 % - 26,78% = = 100 % - 26,78% = 73,22% 73,22% Add : tax to be received from Contractor = Add : tax to be received from Contractor = 11,78% 11,78% Total government share ……. …… = 85 % Total government share ……. …… = 85 %
1212 Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta
Tarif pajak pre-1984 1984 1991 1994 2001
Corporate tax 45% 35% 35% 30% 30%Deviden tax (20%) 11% 13% 13% 14% 14%Total Income Tax 56% 48% 48% 44% 44%
Production sharing Production sharing pre-1984 1984 1991 1994 2001Government share 65,91% 71,15% 71,28% 73,22% 73,22% Contractor share 34,09% 28,85% 28,85% 26,78% 26,78%
Dampak perubahan tarif pajak
1313 Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta
Diskripsi US $ Keterangan
1 Penghasilan Kotor 4,000,000.00 Produksi x harga
2 FTP 800,000.00 20 % x Ph. Kotor
3 Penghasilan Kotor – FTP 3,200,000.00
4 Cost Recovery 1,200,000.00 CYOC + depresiasi
5 Equity to be Split 2,000,000.00 No. 3 – No. 4
Contractor Share
6 Contractor FTP Share 214,240.00 26,78% x No. 2
7 Contractor Equity Share 535,600.00 26,78% x No. 5
8 Taxable Share 749,840.00 No. 6 + No. 7
9 Corporate Tax 224,952.00 30% x No. 8
10 Branch Profit Tax 104,977.60 20% x (No.8–No.9)
11 Total Tax 329,929.60 No.9 + No.10
12 Total Net Contractor Share 419,910.40 No. 8 – No. 11
Indonesia Share
13 Government FTP Share 585,760.00 73,22% x No. 2
14 Government Equity Share 1,464,400.00 73,22% x No. 5
15 Government Tax Entitlement 329,929.60 No. 11
16 Total Indonesia Share 2,380,089.60 No. 13 + 14 + 15
1414 Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta
Perkembangan PSC Perkembangan PSC
Perkembangan dari PSC Perkembangan dari PSC Generasi pertama (1965 – 1978) Generasi pertama (1965 – 1978)
- cost recovery dibatasi sebesar 40% - cost recovery dibatasi sebesar 40% - bagian kontraktor adalah 35% bersih - bagian kontraktor adalah 35% bersih - DMO tanpa grace period - DMO tanpa grace period
Generasi kedua (1978 – 1988) Generasi kedua (1978 – 1988) - tidak ada pembatasan cost recovery- tidak ada pembatasan cost recovery - bagian kontraktor adalah 15% bersih - bagian kontraktor adalah 15% bersih - investment credit 20% - investment credit 20% - DMO dgn harga pasar untuk 5 tahun - DMO dgn harga pasar untuk 5 tahun
1515 Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta
PSC PSC
Generasi ketiga (1988 – sekarang)Generasi ketiga (1988 – sekarang) - mulai diberlakukan First Tranche Petroleum - mulai diberlakukan First Tranche Petroleum (FTP)(FTP) * diperkenalkan pada kontrak yg * diperkenalkan pada kontrak yg ditandatangani 1988ditandatangani 1988 * besarnya 20% dari produksi (gross)* besarnya 20% dari produksi (gross) * untuk menjamin Pemerintah menerima * untuk menjamin Pemerintah menerima bagian hasil produksibagian hasil produksi * FTP nantinya akan di bagi juga antara Pemerintah * FTP nantinya akan di bagi juga antara Pemerintah dan Kontraktordan Kontraktor
- DMO bervariasi antara harga ekspor - DMO bervariasi antara harga ekspor
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 1616
Ring FenceRing Fence Kebijakan ring fence ini tertuang dalam PP Kebijakan ring fence ini tertuang dalam PP
35 Thn 1994 yang menyatakan “kepada 35 Thn 1994 yang menyatakan “kepada kontraktor diberikan satu wilayah kerja”.kontraktor diberikan satu wilayah kerja”.
Tujuan dari kebijakan ini adalah agar KPS Tujuan dari kebijakan ini adalah agar KPS yang beroperasi di beberapa wilayah kerja yang beroperasi di beberapa wilayah kerja tidak dapat melakukan konsolidasi atau tidak dapat melakukan konsolidasi atau penggabungan biaya-biaya dari beberapa penggabungan biaya-biaya dari beberapa wilayah kerja tersebut baik untuk tujuan wilayah kerja tersebut baik untuk tujuan cost recovery maupun untuk tujuan cost recovery maupun untuk tujuan perhitungan PPh Badan (tax consolidation)perhitungan PPh Badan (tax consolidation)
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 1717
NPWPNPWP
Sesuai prinsip ring fence policy Sesuai prinsip ring fence policy setiap block (wilayah kerja setiap block (wilayah kerja pertambangan) harus diusahakan pertambangan) harus diusahakan oleh satu entity oleh satu entity
Setiap entity di suatu block wajib Setiap entity di suatu block wajib memiliki NPWP (SE-75/PJ./1990)memiliki NPWP (SE-75/PJ./1990)
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 1818
A
B
C
Contoh Ring Fence Policy
• Kontraktor yang mempunyai 3 wilayah kerja harus mempunyai 3 entity dan 3 NPWP, misalnya Oil Co Ltd akan memiliki 3 entity dan 3 BUT yaitu : BUT Oil Sumatra, BUT Oil Kalimantan, dan BUT Oil Papua
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 1919
PPh BadanPPh Badan KPS harus membayar PPh Badan dan pajak final atas laba KPS harus membayar PPh Badan dan pajak final atas laba
setelah pajak (BPT)setelah pajak (BPT)– ……. Contractor severally be subject to and pay to the . Contractor severally be subject to and pay to the
Government of the Republic of Indonesia the income tax Government of the Republic of Indonesia the income tax including the final tax on profits after tax deduction including the final tax on profits after tax deduction imposed on it… imposed on it…
KPS wajib mematuhi persyaratan dalam undang-undang dan KPS wajib mematuhi persyaratan dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya, terutama yang berkaitan dengan peraturan pelaksanaannya, terutama yang berkaitan dengan memasukkan SPT, menghitung dan menyetor pajak, memasukkan SPT, menghitung dan menyetor pajak, membuat dan menyimpan pembukuan/catatan membuat dan menyimpan pembukuan/catatan – … … pursuant to Indonesian Income Tax Law and its pursuant to Indonesian Income Tax Law and its
implementing regulations and comply with the implementing regulations and comply with the requirements of the tax law in particular with respect to requirements of the tax law in particular with respect to filing of returns, assessment of tax, and keeping and filing of returns, assessment of tax, and keeping and showing of books and recordshowing of books and record
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 2020
PPh Badan PPh Badan
Kewajiban PPh Pra 1984 Kewajiban PPh Pra 1984 Sejak berlakunya Kepmen Sejak berlakunya Kepmen
267/KMK.012/1978, KPS diwajibkan 267/KMK.012/1978, KPS diwajibkan membayar PPh membayar PPh
Besarnya PPh yg dibayar adalah 45% Besarnya PPh yg dibayar adalah 45% untuk PPs dan 20% untuk PBDR atau untuk PPs dan 20% untuk PBDR atau efektifnya sebesar 56% efektifnya sebesar 56%
Dalam perhitungan bagi hasil /pajak, Dalam perhitungan bagi hasil /pajak, pembatasan cost recovery sudah tidak ada pembatasan cost recovery sudah tidak ada lagi lagi
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 2121
PPh Badan – cont. PPh Badan – cont.
Kewajiban PPh selama 1984 -1994 Kewajiban PPh selama 1984 -1994 Untuk KPS yg ditandatangani sebelum Untuk KPS yg ditandatangani sebelum
1984 berlaku UU PPs sesuai Pasal 33(3) UU 1984 berlaku UU PPs sesuai Pasal 33(3) UU PPh 1984 PPh 1984
Untuk KPS yg ditandatangani setelah 1 Untuk KPS yg ditandatangani setelah 1 Jan 1984 dikenakan pajak berdasarkan UU Jan 1984 dikenakan pajak berdasarkan UU PPh 1984 PPh 1984
PPh terutang adalah 35% dan Branch PPh terutang adalah 35% dan Branch Profit tax 20% atau efektifnya adalah 48% Profit tax 20% atau efektifnya adalah 48%
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 2222
PPh Badan PPh Badan
Kewajiban PPh pasca 1994 Kewajiban PPh pasca 1994 Kontrak PSC yg ditandatangani sebelum 1 Kontrak PSC yg ditandatangani sebelum 1
Jan 1995 berlaku ketentuan pada waktu Jan 1995 berlaku ketentuan pada waktu kontrak ditandatangani (Pasal 33A UU PPh kontrak ditandatangani (Pasal 33A UU PPh 1994)1994)
Kontrak PSC yg ditandatangani setelah 1 Kontrak PSC yg ditandatangani setelah 1 Jan 1995 berlaku UU PPh 1994 Jan 1995 berlaku UU PPh 1994
PPh terutang adalah 30% dan Branch PPh terutang adalah 30% dan Branch Profit tax 20% atau efektifnya adalah 44% Profit tax 20% atau efektifnya adalah 44%
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 2323
PPh Badan PPh Badan
PPh Badan PPh Badan pra pra
1984 1984 1984 1984 1994 1994
Corporate tax Corporate tax 45% 35% 30% 45% 35% 30%
Deviden tax (20%) Deviden tax (20%) 11%11% 13%13% 14%14%
Total Income Tax Total Income Tax 56% 56% 48% 44% 48% 44%
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 2424
PPh Badan PPh Badan
Pembayaran PPh Pembayaran PPh Kontraktor wajib menyetor PPs/PPh Kontraktor wajib menyetor PPs/PPh
dan PBDR ke rekening valuta asing dan PBDR ke rekening valuta asing Depkeu pada Bank IndonesiaDepkeu pada Bank Indonesia
Pembayaran harus dilakukan setiap Pembayaran harus dilakukan setiap bulan paling lambat tgl 15 bulan bulan paling lambat tgl 15 bulan berikutnya dan dihitung atas laba berikutnya dan dihitung atas laba kena pajak dari actual lifting bulan kena pajak dari actual lifting bulan ybs (= Pasal 25)ybs (= Pasal 25)
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 2525
PPh Badan PPh Badan
Surat Keterangan Pelunasan PPh Surat Keterangan Pelunasan PPh Surat Keterangan Pelunasan PPh Surat Keterangan Pelunasan PPh
dikeluarkan oleh DJP setelah Kontraktor dikeluarkan oleh DJP setelah Kontraktor memenuhi kewajiban perpajakanya dan memenuhi kewajiban perpajakanya dan setelah selesai dilakukan audit oleh BPKP setelah selesai dilakukan audit oleh BPKP
Sebelum SKP PPh dikeluarkan dapat Sebelum SKP PPh dikeluarkan dapat diterbitkan Surak Keterangan Sementara diterbitkan Surak Keterangan Sementara Pembayaran PPh Pembayaran PPh
Penerbitan SKP PPh oleh Dirjen Pajak Penerbitan SKP PPh oleh Dirjen Pajak didelegasikan ke KPP Badora didelegasikan ke KPP Badora
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 2626
(Uniformity Principle)(Uniformity Principle)
Surat Menkeu No. S-443a/MK.012/1982 Tentang Surat Menkeu No. S-443a/MK.012/1982 Tentang interpretasi dari Kepmen 267/KMK.012/1978 interpretasi dari Kepmen 267/KMK.012/1978
Sebelum 1978 Pertamina membayar pajak-pajak Sebelum 1978 Pertamina membayar pajak-pajak KPS dari bagian yg diperoleh Pertamina)KPS dari bagian yg diperoleh Pertamina)
Sejak 1978, KPS membayar sendiri PPh terutang Sejak 1978, KPS membayar sendiri PPh terutang Dikenal sebagai “Uniformity Principle” di mana Dikenal sebagai “Uniformity Principle” di mana
biaya-biaya dalam menghitung Penghasilan Kena biaya-biaya dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak harus diartikan sama dengan biaya yang Pajak harus diartikan sama dengan biaya yang dihitung berdasarkan Kontrak PSC (yg diatur dihitung berdasarkan Kontrak PSC (yg diatur dalam dalam Exhibit CExhibit C). Dengan demikian cost of oil ). Dengan demikian cost of oil harus sama dengan cost of tax, atau biaya-biaya harus sama dengan cost of tax, atau biaya-biaya operasi yang boleh dibebankan (cost recoverable) operasi yang boleh dibebankan (cost recoverable) menurut kontrak PSC harus sama dengan biaya-menurut kontrak PSC harus sama dengan biaya-biaya yg boleh dibebankan menurut UU PPh (tax biaya yg boleh dibebankan menurut UU PPh (tax deductible)deductible)
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 2727
(Uniformity Principle)(Uniformity Principle)
Kekecualian dari azas uniformity principle Kekecualian dari azas uniformity principle ini adalah untuk pembayaran bonus ini adalah untuk pembayaran bonus penandatangan, bonus produksi, bonus penandatangan, bonus produksi, bonus lainnya tidak boleh dibebankan sebagai lainnya tidak boleh dibebankan sebagai biaya operasi dalam penghitungan bagi biaya operasi dalam penghitungan bagi hasil produksi, namun boleh dibebankan hasil produksi, namun boleh dibebankan (tax deductible) dari penghasilan bruto (tax deductible) dari penghasilan bruto untuk tujuan penghitungan PPh Badanuntuk tujuan penghitungan PPh Badan
Selanjutnya konsep ini ditegaskan lagi Selanjutnya konsep ini ditegaskan lagi dalam SE bersama DJP dan Ditjen Moneter dalam SE bersama DJP dan Ditjen Moneter No SE-75/PJ/1990 No SE-75/PJ/1990
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 2828
Sumbangan Sumbangan Diatur dalam S-1111/MK/1985 tanggal 27 Diatur dalam S-1111/MK/1985 tanggal 27
September 1985 tentang Sumbangan (donation) September 1985 tentang Sumbangan (donation) yang dilakukan oleh Kontraktor yang dilakukan oleh Kontraktor
Kegiatan pengembangan lingkungan (community Kegiatan pengembangan lingkungan (community development) selama ini dibebankan sebagai development) selama ini dibebankan sebagai biaya operasi prsh biaya operasi prsh
Dalam UU PPh 1983, sumbangan tidak boleh Dalam UU PPh 1983, sumbangan tidak boleh dibebankan sebagai biaya dibebankan sebagai biaya
Agar dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, Agar dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, pengeluaran tsb hendaknya dilakukan dalam pengeluaran tsb hendaknya dilakukan dalam bentuk investasi dan disusutkan sepenuhnya baru bentuk investasi dan disusutkan sepenuhnya baru kemudian dihibahkan.kemudian dihibahkan.
Sedangkan bea siswa yg diberikan oleh Sedangkan bea siswa yg diberikan oleh Kontraktor dapat dianggap sebagai biaya Kontraktor dapat dianggap sebagai biaya pendidikanpendidikan
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 2929
Bonus Bonus Diatur dalam S-1105/MK.012/1985 tgl 27 Sept Diatur dalam S-1105/MK.012/1985 tgl 27 Sept
1985 ttg bonus-bonus yg dibayar oleh Kontraktor 1985 ttg bonus-bonus yg dibayar oleh Kontraktor kepada Pertamina kepada Pertamina
Bonus sebagaimana dimaksud Kepmen Bonus sebagaimana dimaksud Kepmen 815/KMK.012/1985 adalah bonus penandatangan, 815/KMK.012/1985 adalah bonus penandatangan, bonus produksi, bonus pendidikan, dan bonus bonus produksi, bonus pendidikan, dan bonus lainnya dengan nama apapun yg dapat lainnya dengan nama apapun yg dapat dikurangkan dari penghasilan brutodikurangkan dari penghasilan bruto
Agar penerimaan Indonesia tidak mengalami Agar penerimaan Indonesia tidak mengalami perubahan akibat dimasukkan bonus sebagai perubahan akibat dimasukkan bonus sebagai biaya, maka pembayaran bonus tsb terlebih biaya, maka pembayaran bonus tsb terlebih dahulu harus digross –up dahulu harus digross –up
Semua bonus yg dibayarkan oleh Kontraktor Semua bonus yg dibayarkan oleh Kontraktor dimasukkan merupakan penghasilan bagi dimasukkan merupakan penghasilan bagi PertaminaPertamina
Dalam kontrak PSC, bonus-bonus tsb tidak boleh Dalam kontrak PSC, bonus-bonus tsb tidak boleh dibebankan sebagai biaya untuk tujuan dibebankan sebagai biaya untuk tujuan perhitungan bagi hasil (non-cost recoverable) perhitungan bagi hasil (non-cost recoverable)
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 3030
Bonus Bonus
Uraian Uraian OLD (PPs)OLD (PPs) NEW (PPh)NEW (PPh)
TotalTotal GOIGOI TotalTotal GOIGOI
Gross RevenueGross Revenue 140140 140140
Cost Revovery Cost Revovery -40-40 -40-40
Equity to be splitEquity to be split 100100 100100
Pertamina SharePertamina Share 65.9165.91 71.1571.15
Contractor shareContractor share 34.0934.09 28.8528.85
BonusBonus -8.46-8.46 8.468.46
Con't taxable shareCon't taxable share 34.0934.09 20.3920.39
Govt taxGovt tax -19.09-19.09 19.0919.09 -9.78-9.78 9.789.78
Net Cont's shareNet Cont's share 1515 8585 10.610.6 89.489.4
BonusBonus -4.4-4.4 4.44.4
TotalTotal 10.610.6 89.489.4 10.610.6 89.489.4
Catatan : bonus $ 4.4 digross-up menjadi $ 8.46 dgn tax rate 48%Catatan : bonus $ 4.4 digross-up menjadi $ 8.46 dgn tax rate 48%
OLD : Non Cost Recoverable – Non Tax DeductibleNEW : Non Cost Recoverable – Tax Deductible (gross up)
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 3131
Pre production costPre production cost Diatur dalam S-316/MK.012/1986 tanggal 22 Diatur dalam S-316/MK.012/1986 tanggal 22
Maret 1986Maret 1986 Bahwa Pasal 6 ayat (2) Kepmen Bahwa Pasal 6 ayat (2) Kepmen
458/KMK.012/1984 menetapkan bahwa harga 458/KMK.012/1984 menetapkan bahwa harga perolehan dari harta tak berwujud sepanjang perolehan dari harta tak berwujud sepanjang berkenaan dan untuk keperluan pengembalian berkenaan dan untuk keperluan pengembalian biaya-biaya terhadap survey dan biaya biaya-biaya terhadap survey dan biaya pengeboran tak berwujud (intangible drilling) pengeboran tak berwujud (intangible drilling) dapat diperhitungkan sepenuhnya dapat diperhitungkan sepenuhnya
Dengan demikian, biaya yg menjadi beban dalam Dengan demikian, biaya yg menjadi beban dalam masa pra produksi dapat dikurangkan dari masa pra produksi dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pada saat dimulainya produksi penghasilan bruto pada saat dimulainya produksi komersial komersial
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 3232
Gaji Karyawan KPSGaji Karyawan KPS Diatur dalam S-1109/MK/1985 tanggal 27 Diatur dalam S-1109/MK/1985 tanggal 27
Sept 1985 tentang Pengaturan gaji Sept 1985 tentang Pengaturan gaji karyawan Kontrak Production Sharing baru karyawan Kontrak Production Sharing baru
Agar beban pajak karyawan dari KPS baru Agar beban pajak karyawan dari KPS baru dapat disamakan dengan beban pajak dapat disamakan dengan beban pajak yang dipikul para karyawan KPS lama, yang dipikul para karyawan KPS lama, MenKeu tidak keberatan jika benefit in MenKeu tidak keberatan jika benefit in kind yang diperoleh karyawan dapat kind yang diperoleh karyawan dapat dibayar dalam bentuk uang dan sekaligus dibayar dalam bentuk uang dan sekaligus di gross-up dalam pembayaran pajaknya di gross-up dalam pembayaran pajaknya
Pengeluaran tsb dapat diperhitungkan Pengeluaran tsb dapat diperhitungkan sebagai biaya dalam penghitungan pajak sebagai biaya dalam penghitungan pajak
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 3333
PPh Pasal 21/22/23/26PPh Pasal 21/22/23/26 Ketentuan mengenai Ketentuan mengenai
pemotongan dan pemungutan pemotongan dan pemungutan untuk Kontraktor KBH secara untuk Kontraktor KBH secara umum mengikuti ketentuan umum mengikuti ketentuan perpajakan yg berlaku perpajakan yg berlaku
Mengingat asset-asset yg Mengingat asset-asset yg diimpor KPS merupakan milik diimpor KPS merupakan milik Pemerintah, maka atas impor Pemerintah, maka atas impor tsb tidak dipungut PPh Pasal 22 tsb tidak dipungut PPh Pasal 22 (SE-34/PJ.24/1985)(SE-34/PJ.24/1985)
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 3434
Technical services dan Biaya Technical services dan Biaya Overhead Kantor Pusat Overhead Kantor Pusat
Diatur dalam S-604/MK.017/1998 tanggal 24 Diatur dalam S-604/MK.017/1998 tanggal 24 November 1998 tentang Masalah Pajak Atas November 1998 tentang Masalah Pajak Atas Technical Services dan Biaya Overhead KPS Technical Services dan Biaya Overhead KPS
Terhadap overhead, technical services dan Terhadap overhead, technical services dan biaya yang timbul dari Kantor Pusat dalam biaya yang timbul dari Kantor Pusat dalam rangka memenuhi kewajiban kontrak PSC rangka memenuhi kewajiban kontrak PSC dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yg berlaku perundang-undangan yg berlaku
Pajak tersebut ditanggung oleh Pemerintah Pajak tersebut ditanggung oleh Pemerintah yang pelaksanaanya dilakukan oleh DJLK yang pelaksanaanya dilakukan oleh DJLK
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 3535
PPh atas jasa giro PPh atas jasa giro
Diatur dalam S-1110/MK/1985 tanggal Diatur dalam S-1110/MK/1985 tanggal 27 Sept 1985 ttg PPh atas jasa giro 27 Sept 1985 ttg PPh atas jasa giro
Khusus untuk Kontraktor Minyak Asing, Khusus untuk Kontraktor Minyak Asing, jasa giro yang diterima perusahaan jasa giro yang diterima perusahaan tidak perlu lagi dipungut pajak oleh tidak perlu lagi dipungut pajak oleh Bank-bank pemberi jasa giro oleh Bank-bank pemberi jasa giro oleh karena pajaknya telah termasuk dalam karena pajaknya telah termasuk dalam kewajiban yang diselesaikan kewajiban yang diselesaikan berdasarkan UU 8 Tahun 1971berdasarkan UU 8 Tahun 1971
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 3636
PPN, PBB, dan pajak lainnya PPN, PBB, dan pajak lainnya
Klausul Pajak dalam kontrak PSC Klausul Pajak dalam kontrak PSC Pertamina (Gov) menanggung dan membebaskan Pertamina (Gov) menanggung dan membebaskan
pajak lainnya (PPN, bea masuk, dsb) pajak lainnya (PPN, bea masuk, dsb) – Pertamina, except with respect to Contractor’s Pertamina, except with respect to Contractor’s
obligation to pay the income tax and the final tax on obligation to pay the income tax and the final tax on profits after tax deduction, ASSUME and DISCHARGE all profits after tax deduction, ASSUME and DISCHARGE all other Indonesian taxes of Contractor including value other Indonesian taxes of Contractor including value added tax, transfer tax, import and export duties on added tax, transfer tax, import and export duties on materials, equipment and supplies brought into materials, equipment and supplies brought into Indonesia by Contractor Indonesia by Contractor , , its contractors and its contractors and subcontractors" exactions in respect of property, capital, subcontractors" exactions in respect of property, capital, net worth, operations, remittances or transactions net worth, operations, remittances or transactions including‘ any tax or levy on or in connection with including‘ any tax or levy on or in connection with operations performed hereunder by Contractor.operations performed hereunder by Contractor.
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 3737
PPN, PBB, dan Pajak lainnyaPPN, PBB, dan Pajak lainnya
PPN PPN Crude Oil adalah bukan BKP, maka Crude Oil adalah bukan BKP, maka
kontraktor KPS bukan PKP kontraktor KPS bukan PKP PPN Masukan yg harus dibayar akan PPN Masukan yg harus dibayar akan
dikembalikan (direimburse) oleh Pertamina dikembalikan (direimburse) oleh Pertamina / BP Migas/ BP Migas
Atas impor barang modal tidak dikenakan Atas impor barang modal tidak dikenakan PPN impor mengingat barang modal tsb PPN impor mengingat barang modal tsb adalah milik Pemerintah (Pasal 15d UU adalah milik Pemerintah (Pasal 15d UU 8/1971)8/1971)
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 3838
PBB, Pajak / Retribusi Daerah, dsb PBB, Pajak / Retribusi Daerah, dsb Sama halnya dengan PPN, maka Sama halnya dengan PPN, maka
Kontraktor tidak akan dibebani dengan Kontraktor tidak akan dibebani dengan PBB, Pajak Daerah, Retribusi daerah, dsb PBB, Pajak Daerah, Retribusi daerah, dsb
Pertamina / BP Migas akan membayar Pertamina / BP Migas akan membayar pajak-pajak tersebut yang diambil dari pajak-pajak tersebut yang diambil dari bagian pemerintah (Government share) bagian pemerintah (Government share) sesuai dengan tagihan yang diterima oleh sesuai dengan tagihan yang diterima oleh Kontraktor Kontraktor
PPN, PBB, dan Pajak lainnyaPPN, PBB, dan Pajak lainnya
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 3939
Pemeriksaan PajakPemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak Pemeriksaan pajak Dalam Pasal 29 UU No. 8/1971, Pemerintah Dalam Pasal 29 UU No. 8/1971, Pemerintah
mendelegasikan kewenangannya untuk mendelegasikan kewenangannya untuk memeriksa laporan tahunan KPS kepada memeriksa laporan tahunan KPS kepada BPKPBPKP
Dirjen Pajak melalui surat No Dirjen Pajak melalui surat No S-471/PJ.71/1990 tgl 16 Juli 1990 S-471/PJ.71/1990 tgl 16 Juli 1990 mendelegasikan kewenangan mendelegasikan kewenangan pemeriksaan pajak kepada BPKPpemeriksaan pajak kepada BPKP
Dirjen Pajak melalui surat No Dirjen Pajak melalui surat No S-20/PJ.7/2003 tgl 17 Feb 2003 mencabut S-20/PJ.7/2003 tgl 17 Feb 2003 mencabut kembali S-471/PJ.71/1990kembali S-471/PJ.71/1990
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 4040
UU 22 Tahun 2001UU 22 Tahun 2001
Pasal 31 Pasal 31 1)1) BU/BUT yg melaksanakan kegiatan usaha hulu BU/BUT yg melaksanakan kegiatan usaha hulu
wajib membayar penerimaan negara yg berupa wajib membayar penerimaan negara yg berupa pajak dan bukan pajak pajak dan bukan pajak
2)2) Penerimaan negara yg berupa pajak:Penerimaan negara yg berupa pajak:• pajak-pajakpajak-pajak• Bea masuk, dan pungutan lain atas impor dan cukaiBea masuk, dan pungutan lain atas impor dan cukai• Pajak daerah dan retribusi daerah Pajak daerah dan retribusi daerah
3)3) Penerimaan negara bukan pajakPenerimaan negara bukan pajak• Bagian negara Bagian negara • Pungutan negara yg berupa iuran tetap dan iuran Pungutan negara yg berupa iuran tetap dan iuran
eksplorasi dan eksploitasieksplorasi dan eksploitasi• Bonus-bonus Bonus-bonus
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 4141
UU No 22 Tahun 2001UU No 22 Tahun 2001
4) Dalam KKS ditentukan bahwa kewajiban 4) Dalam KKS ditentukan bahwa kewajiban membayar pajak dilakukan sesuai dengan: membayar pajak dilakukan sesuai dengan:
• Ketentuan peraturan perundang-undangan di Ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku pada saat bidang perpajakan yang berlaku pada saat KKS ditandatangani: atau KKS ditandatangani: atau
• Ketentuan peraturan per undang-undangan Ketentuan peraturan per undang-undangan di bidang perpajakan yg berlaku di bidang perpajakan yg berlaku
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 4242
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 4343
FLOW OF REVENUE OF JOB-PSCFLOW OF REVENUE OF JOB-PSC
(-)
(-) (-) (-)
(-)(+)
(-)
(-) (+)
(+)
(-)
(+)
(+)(-)
(-)(+)
(+) (+)
(+)
(+)
Contractor ShareIndonesia Share
Equity to be Split
Cost Recovery
Investment Credit
Pertamina Participating Interest
Gross Production
Pertamina Take
Taxable Income
Taxable Income
Repayment ofPre Dev. Cost
Repayment ofCost Recovery
Indonesia TakeContractor Take
Tax
DMO
DMO Fee
Tax 44%
ContractParticipating Interest
FTP 20%
Prorata
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 4444
FLOW OF REVENUE OF JOB-EOR CONTRACTFLOW OF REVENUE OF JOB-EOR CONTRACT
(-)
(-) (-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(-)
(+) (-)
(-) (+)
(+)(+) (-)
(+)
(+) (+)
(+)
Primary Oil
Contractor SharePertamina Share
Equity to be Split
Cost Recovery
Investment Credit
Contractor (50%)Pertamina (50%)
Incremental Oil
Gross Production
Max 65%RepaymentCapital Cost
Pertamina Take
Taxable Income
Taxable Income
Repayment ofOperation
Expenditure
Max 85%Repayment ofNon Cap Cost
Indonesia TakeContractor Take
Tax
DMO
DMO Fee
Tax 44%
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 4545
FLOW OF REVENUE OF TACFLOW OF REVENUE OF TAC
(-)
(-)
(+)(+)
(-)
(+) (-)
(-) (+)
(+) (+) (-)(+)
(+)
Contractor Share
Equity to be Split
Cost Recovery
Investment Credit
SONSO
Gross Production
Pertamina Share
Taxable Income
Taxable Income
Indonesia Take Contractor Take
Tax
DMO
DMO Fee
Tax 44%
Pertamina Take
Dewa Made Budiarta 46
EXPENSE CAPITAL EXPENSE CAPITAL EXPENSE
I. SEARCHCING FORSuccess
Seismic & Survey X X X **)G & G X X X **)
"Dryhole"Seismic & Survey X XG & G X X
II. EXPLORATION DRILLINGSuccess
Tangible X X X *)Intangible X X X
DryholeTangible X X XIntangible X X X
III. DEVELOPMENT DRILLINGSuccess
Tangible X X XIntangible X X X
DryholeTangible X X XIntangible X X X
# c/psc/acc-treat-se-fc-psc/kariyo/02/01
NOTE : *) To be development**) All costs of Searching for is expense (Success or "Dryhole" - expense)**) Oil & Gas Accounting - Second Edition
Horace R. Brock, John P. Klingstedt, Donald M . Jones.
CAPITAL
COMPARATION OF ACCOUNTING TREATMENTSUCCESSFUL EFFORT, FULL COSTING AND P S C
COSTS SUCCESSFUL EFFORT ***) FULL COSTING ***) P S C
Dewa Made Budiarta 47
OPERATOR :CONTRACTOR AREA :QUARTER ENDED :
Expressed in Thousand of Dollars REPORT : 16.A.
LINE A N A L Y S I S
1 LIFTINGS2 Pertamina Export3 Pertamina Local4 Total Pertamina5 Total Contractor6 TOTAL LIFTINGS7 COST RECOVERY8 EQUITY TO BE SPLIT9 CONTRACTOR ENTITLEMENT
10 Cost Recovery11 Equity Share12 Gross Domestic Requirement13 Due to Pertamina from Entitlement14 TOTAL CONTRACTOR ENTITLEMENT15 LIFT STATUS16 Contractor Liftings17 Contractor Entitlement18 Over/(Under) Lift this period19 Cash Settlement Over/(Under) Lift20 Over/(Under) Status Start of Period21 Over/(Under) Status End of Period22 CASH SETTLEMENT23 Due from Pertamina from Entitlement24 Cash Settlement Over/(Under) Lift25 Others26 TOTAL DUE TO/FROM PERTAMINA27 TOTAL CONTRACTOR SHARE28 Contractor Liftings29 (Over)/Under Liftings30 Government Tax Entitlement31 Domestic Requirement Adjustment32 Due to (Pertamina)/Contractor from Entitlement33 TOTAL CONTRACTOR SHARE34 CALCULATION OF WEIGHTED AVERAGE PRICE35 Total Liftings36 Deduct Curr. Year Gross Dom. Requirement37 Add Prior Year Gross Dom. Requirement38 TOTALS39 WEIGHTED AVERAGE PRICE4041 LIFTING PRICE VARIANCE :42 Contractor Liftings43 (Over)/Under Liftings44 Cost Recovery45 Contractor Equity Share46 Gross Domestic Requirement47 Totals48 VARIANCE Favorable/(Unfavorable)4950 CALCULATION OF DOMESTIC REQUIREMENT51 Gross : Old Oil52 New Oil53 P/Y Adjusment Old Oil54 P/Y Adjusment New Oil55 Total Gross56 Adjustments : Old Oil57 New Oil58 P/Y Adjusment Old Oil59 Total Adjustment
#c/psc/form-pqr/ks/02/01
BARRELS DOLLARS
YEAR TO DATEBARRELS DOLLARS
Liftings EntitlementUS DOLLARS
PERTAMINA-Dit. MPSPRODUCTION SHARING CONTRACT
LIFTING/SHARING ANALYSISOIL OPERATIONS
Dewa Made Budiarta 48
OPERATOR :CONTRACTOR AREA :QUARTER ENDED :
Expressed in Thousand of Dollars REPORT : 16.B.
LINE A N A L Y S I S
1 LIFTING2 Total Pertamina3 Total Contractor4 TOTAL LIFTING56 CONTRACTOR ENTITLEMENT7 Cost Recovery8 Equity Share9 Others
10 TOTAL CONTRACTOR ENTITLEMENT1112 LIFTING STATUS13 Contractor Liftings14 Contractor Entitlement1516 Over/(Under) Lift This Period17 Over/(Under) Lift Start of Period18 Over/(Under) Lift End of Period1920 CASH SETTLEMENT21 Cash Settlement Over/(Under) Lift22 Others23 TOTAL CASH SETTLEMENT
# c/psc/ form-pqr/ks/02/01
YEAR TO DATEMMCF DOLLARS
PERTAMINA-Dit. MPSPRODUCTION SHARING CONTRACT
LIFTING/SHARING ANALYSISGAS OPERATIONS
Dewa Made Budiarta 49
PROSES PEMBUATAN PERTAMINA QUARTERLY REPORTGENERAL PERTAMINA QUARTERLY REPORTLEDGER (MELALUI MEDIA WORKSHEET)
KATEGORI JENIS A F E NON AFE ACCOUNT COST RECOVERY INV. COSTBIAYA BIAYA CURRENT DEPRE. TOTAL CREDIT RECOVERABLE
YEAROP. COST
I EXPL/DEV. DRILLING - Seismic & G/G X 500.XXX 500.XXXEXPENSES - Intangible Wells Cost X 510.XXX 510.XXX
- Tang. Expl. Wells Cost X 520.XXX 520.XXX
II PRODUCTION - Operation Cost X X 530.XXX 530.XXXEXPENSES - Maintenance Cost X 540.XXX 540.XXX
III ADMINISTRATION - General & Admin X 550.XXX 550.XXXEXPENSES - Overhead Cost X 560.XXX 560.XXX
IV CAPITAL COST - Assets X X 310.XXX 350.XXX - Tangible Dev.Well Cost X 320.XXX 360.XXX
V MATERIAL : - Non Capital X 150.XXX 150.XXX - Capital X X 160.XXX
TOTAL GENERAL LEDGER ("EXPENDITURES") XXX.XXX
TOTAL CURRENT YEAR OP. COST YYY.YYY YYY.YYY
TOTAL DEPRESIASI ZZZ.ZZZ ZZZ.ZZZ
TOTAL COST RECOVERY YYY.ZZZ YYY.ZZZ
INVESTMENT CREDIT CCC.CCC CCC.CCC
TOTAL COST RECOVERABLE YYY.ZZZ.CCC
Dewa Made BudiartaDewa Made Budiarta 5050
DOMESTIC MARKET OBLIGATIONDOMESTIC MARKET OBLIGATION(Section : Right and Obligation of the Parties(Section : Right and Obligation of the Parties))
Equity Share X 25% X Liftings (maximum)Equity Share X 25% X Liftings (maximum) (Liftings – FTP – Inv. Credit) (Liftings – FTP – Inv. Credit) << Recoverables Operating Recoverables Operating
Costs Costs DMO = zero DMO = zero Shall not be carried forward to any subsequent Year.Shall not be carried forward to any subsequent Year. Price :Price : - Old Oil : - Old Oil : - before Feb. 23, 1989 = US$0.20/BBL- before Feb. 23, 1989 = US$0.20/BBL - after Feb. 23, 1989 = (10% X Actual - after Feb. 23, 1989 = (10% X Actual
Price/ICP)/BBLPrice/ICP)/BBL - New Oil :- New Oil : - (Actual Price/ICP)/BBL - (Actual Price/ICP)/BBL for a period 60 for a period 60
monthsmonths The Proceeds in excess of Old Oil price shall preferably be The Proceeds in excess of Old Oil price shall preferably be
used to assist financing of continued exploration efforts by used to assist financing of continued exploration efforts by CONTRACTOR CONTRACTOR
top related