isi psc edit

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis atau dikenal dengan TB di Indonesia merupakan salah satu penyakit menular paling berbahaya dengan tingkat kematian tertinggi (Depkes RI, 2005). Berdasarkan data dari WHO tahun 1993 didapatkan fakta bahwa sepertiga penduduk bumi telah diserang oleh penyakit TB. Sekitar 8 juta orang dengan kematian 3 juta orang pertahun. Diperkirakan dalam tahun 2002-2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi, sekitar 5-10% berkembang menjadi penyakit dan 40% yang terkena penyakit berakhir dengan kematian. Kasus TB di dunia sekitar 40% berada di kawasan Asia. Indonesia menduduki kedudukan ketiga di bawah Cina dan India. Diperkirakan di antara 100.000 penduduk terdapat 100-300 orang yang terinfeksi TB. TB di kawasan ini menjadi pembunuh nomor satu, kematian akibat TB lebih banyak 2-3 kali lipat dari HIV/AIDS yang berada di urutan kedua (Pustekkom, 2005). Menyadari begitu pentingnya pencegahan dan pemberantasan TB paru di Indonesia, maka Depkes RI menetapkan suatu program penemuan kasus TB paru BTA (+) dengan target dalam pencapaian penemuan kasus BTA (+) yaitu sebesar 70% dari perkiraan jumlah penderita paru BTA (+) (Depkes RI, 2005). Pada tahun 2012, Puskesmas Nguter berhasil mencapai target penemuan jumlah kasus BTA (+) sesuai standar Depkes. Puskesmas Nguter juga dijadikan sebagai salah satu puskesmas 1

Upload: avi-ramadhani

Post on 29-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi PSC Edit

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis atau dikenal dengan TB di Indonesia merupakan salah satu penyakit

menular paling berbahaya dengan tingkat kematian tertinggi (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan data dari WHO tahun 1993 didapatkan fakta bahwa sepertiga penduduk

bumi telah diserang oleh penyakit TB. Sekitar 8 juta orang dengan kematian 3 juta orang

pertahun. Diperkirakan dalam tahun 2002-2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi,

sekitar 5-10% berkembang menjadi penyakit dan 40% yang terkena penyakit berakhir

dengan kematian. Kasus TB di dunia sekitar 40% berada di kawasan Asia. Indonesia

menduduki kedudukan ketiga di bawah Cina dan India. Diperkirakan di antara 100.000

penduduk terdapat 100-300 orang yang terinfeksi TB. TB di kawasan ini menjadi

pembunuh nomor satu, kematian akibat TB lebih banyak 2-3 kali lipat dari HIV/AIDS

yang berada di urutan kedua (Pustekkom, 2005).

Menyadari begitu pentingnya pencegahan dan pemberantasan TB paru di

Indonesia, maka Depkes RI menetapkan suatu program penemuan kasus TB paru BTA

(+) dengan target dalam pencapaian penemuan kasus BTA (+) yaitu sebesar 70% dari

perkiraan jumlah penderita paru BTA (+) (Depkes RI, 2005).

Pada tahun 2012, Puskesmas Nguter berhasil mencapai target penemuan jumlah

kasus BTA (+) sesuai standar Depkes. Puskesmas Nguter juga dijadikan sebagai salah

satu puskesmas percontohan untuk program penanggulangan TB baik di Indonesia

maupun di dunia. Oleh karena itu penulis ingin menganalisis lebih mendalam mengenai

penyebab tingginya penemuan jumlah kasus TB serta program penanggulangan penyakit

TB di wilayah kerja Puskesmas Nguter.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah penyebab tingginya jumlah penemuan pasien baru BTA (+) di Puskesmas

Nguter?

2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah tingginya jumlah penemuan pasien baru

BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas Nguter?

1

Page 2: Isi PSC Edit

C. Tujuan

1. Mengetahui penyebab tingginya jumlah penemuan pasien baru BTA (+) di Puskesmas

Nguter.

2. Mengetahui alternatif pemecahan masalah tingginya jumlah penemuan pasien baru

BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas Nguter.

D. Manfaat

1. Manfaat untuk masyarakat yaitu dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap

bahaya penyakit TB dan memberikan dukungan terhadap penanggulangan masalah

TB di Puskesmas Nguter.

2. Manfaat untuk puskesmas yaitu dapat sebagai bahan informasi dalam meningkatkan

peran sertanya dalam penanggulangan penyakit TB di Puskesmas Nguter.

3. Manfaat bagi unit kesehatan setempat yaitu dapat memberikan informasi bagi unit

pelayanan kesehatan setempat mengenai masalah yang ada dalam menurunkan jumlah

penderita TB di wilayah Kecamatan Nguter.

4. Manfaat bagi mahasiswa yaitu mampu dan berpengalaman dalam menerapkan

konsep-konsep pemecahan masalah tentang tingginya penemuan pasien baru BTA (+)

di Puskesmas Nguter.

2

Page 3: Isi PSC Edit

BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH

A. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Berdasarkan data jumlah penduduk wilayah Puskesmas Nguter yaitu sebanyak

67.905 jiwa, ditetapkan jumlah target TB BTA (+) tahun 2013 di wilayah Puskesmas

Nguter sebagai berikut:

Target TB BTA (+) = 107 x 67.905 = 73

100.000

Angka perkiraan jumlah pasien baru TB BTA (+) ini kemudian menjadi dasar

perhitungan untuk menentukan angka perkiraan jumlah suspek yang diperiksa dengan

perbandingan 1 : 10 sehingga angka perkiraan jumlah suspek yang diperiksa adalah 730

orang. Data pemeriksaan dahak yang dilakukan di Puskesmas Nguter sejak bulan Januari

hingga Agustus 2013 didapatkan jumlah suspek sebanyak 341 orang.

Dari seluruh suspek yang diperiksa didapatkan data pasien BTA (+) sebagai

berikut:

Tabel 2.1. Pasien BTA (+) di antara Suspek

No Bulan Jumlah Suspek yang Diperiksa Jumlah BTA (+) yang Ditemukan1 Januari 34 42 Februari 60 53 Maret 38 24 April 53 35 Mei 28 56 Juni 31 37 Juli 72 68 Agustus 25 5

TOTAL 341 33

Dari tabel di atas dapat dihitung proporsi pasien TB BTA (+) di antara suspek

sebagai berikut:

Proporsi pasien TB BTA (+) yang ditemukan = 33 x 100% = 9,6 %

341

Dari penghitungan di atas didapatkan proporsi TB BTA (+) sebanyak 9,6%.

Angka ini tergolong dalam batas normal penemuan proprosi TB BTA (+) yaitu antara 5-

3

Page 4: Isi PSC Edit

15%. Pencapaian proporsi TB BTA (+) Puskesmas Nguter sampai dengan bulan Agustus

2013 menunjukkan bahwa penjaringan suspek tidak terlalu longgar maupun terlalu ketat

dan tidak diduga terdapat postif maupun negatif palsu.

Penemuan kasus BTA (+) tersebut dibandingkan dengan target perkiraan TB BTA

(+) yang telah ditetapkan oleh Puskesmas Nguter pada tahun 2013 untuk mengetahui

angka penemuan kasus (case detection rate). Angka CDR kasus BTA (+) Puskesmas

Nguter dari bulan Januari hingga Agustus 2013 adalah sebagai berikut:

CDR = 33 x 100% = 45,2%

73

Berdasarkan angka penghitungan beberapa indikator program penanganan TB

tersebut dapat diketahui bahwa permasalahan penanggulangan TB di Puskesmas Nguter

dari bulan Januari hingga Agustus 2013 sebagai berikut:

Tabel 2.2. Permasalahan Penanggulangan Kasus TB di Puskesmas Nguter

No Kegiatan/Program Sasaran Target tahun 2013 (12 bulan)

Target s/d Agustus 2013

(8 bulan)

Hasil %

1 Jumlah suspek diperiksa 730 70 % 46,67 % 341 46,712 Jumlah suspek BTA

(+) / CDR73 70 % 46,67 % 33 45,2

3 Proporsi BTA (+) di antara suspek yang diperiksa

341 10 % 10 % 33 9,6

Keterangan :

1. Jumlah suspek yang diperiksa sampai dengan bulan Agustus 2013 sejumlah 341 orang

dari target 730 orang (46,71%).

2. Jumlah suspek BTA (+) / CDR sampai dengan bulan Agustus 2013 sejumlah 33

orang, yang hanya memenuhi 45,2% dari target 73 orang.

3. Proporsi BTA (+) yang didapatkan di antara suspek yang diperiksa sampai dengan

bulan Agustus mencapai sejumlah 33, dimana memenuhi 9,6% dari 161.

4

Page 5: Isi PSC Edit

B. Pemilihan Prioritas Masalah

Pemilihan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan tabel matriks, sebagai

berikut:

Tabel 2.3. Matrikulasi masalah penanggulangan TB di Puskesmas NguterNo. Daftar Masalah I T R Jumlah

P S RI DU SB PB PC IxTxR1. Jumlah suspek TB paru

yang diperiksa per 100.000 penduduk (Suspect Screening Rate)

3 3 3 2 3 4 5 4 3 38.880

2. Jumlah penemuan kasus baru suspek BTA (+) (Case Detection Rate, CDR)

4 3 3 1 4 4 4 5 4 46.080

3. Proporsi BTA positif di antara suspek TB paru yang diperiksa

3 3 2 1 4 3 4 4 2 6.912

Kriteria penilaian :

1: tidak penting

2: agak penting

3: cukup penting

4: penting

5: sangat penting

Keterangan :

I : Importancy (pentingnya masalah)

P : Prevalence (besarnya masalah)

S : Severity (dampak dari masalah)

RI : Rate of Increase (kenaikan besarnya masalah)

DU : Degree of Unmeet Need (derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

PB : Problem Benefit (keuntungan karena selesainya masalah)

PC : Public Concern (perhatian masyarakat terhadap masalah)

T : Technical feasibility (kelayakan teknologi untuk mengatasi masalah)

R : Resources availability (ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah)

(Azwar, 1980)

5

Page 6: Isi PSC Edit

Berdasarkan matriks prioritas masalah di atas ditemukan bahwa penemuan kasus

baru suspek BTA (+) adalah prioritas masalah pada penanggulan TB BTA (+). Penyebab

jumlah penemuan kasus baru suspek BTA (+) (Case Detection Rate, CDR) masih di

bawah target yang diharapkan, antara lain disebabkan oleh:

1. Pengetahuan masyarakat akan penyakit TB rendah sehingga kesadaran

penderita untuk berobat rendah.

2. Adanya stigma yang jelek tentang penyakit TB sehingga penderita malu untuk

berobat.

3. Pengetahuan tentang pengobatan TB yang lama serta efek samping yang tidak

menyenangkan menyebabkan pasien malas untuk memeriksakan diri.

4. Kurangnya informasi dan pengetahuan para kader kesehatan (posyandu, desa

siaga) mengenai TB sehingga rujukan ke puskesmas kurang.

5. POKJANAL TB yang belum berfungsi secara maksimal.

6. Kurangnya koordinasi dan kepatuhan para dokter, spesialis, dan RS swasta

dalam menerapkan prosedur standar DOTS dalam pemeriksaan, diagnosis,

pengobatan maupun pencatatan dan pelaporan pasien TB.

6

Page 7: Isi PSC Edit

C. Analisis SWOT

Tabel 2.4. Analisis SWOT

Kekuatan (S) Ada tenaga profesional Kepercayaan terhadap puskesmas Adanya fasilitas penunjang puskesmas

(ranap dan laboraturium) Adanya OAT gratis Tersedianya dana (JKMM/APBD II,

BOK) Terjangkaunya pelayanan kesehatan

(pustu/pusling)

Kelemahan (W) Petugas rangkap jabatan Belum terjalinnya kerja sama dan

koordinasi yang baik antara Puskesmas Nguter dengan praktik kesehatan swasta lainnya

Surveilans TB belum optimal

Peluang (O) Adanya kerja sama

dengan RS/DPS Banyaknya kader

kesehatan di wilayah Puskesmas Nguter

Strategi SO Meningkatkan kerja sama dengan

RS/DPS Terus memberikan pembekalan dan

pelatihan bagi para kader Penggunaan dana secara optimal

Strategi WO Mengoptimalkan tenaga yang ada

sesuai dengan tugas pokok Meningkatkan kualitas kerja sama

dengan toma, toga dan kader dengan promosi lewat penyuluhan TB sehingga bisa meningkatkan rujukan suspek TB

Meningkatkan peran serta kader dalam mendukung program P2TB

Ancaman (T) Adanya stigma

masyarakat tentang penyakit TB

Tingkat ekonomi dan sosial masyarakat yang rendah

Kurangnya kesadaran untuk memeriksakan diri bila sakit

Strategi ST Melakukan survei sejauh mana

pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB

Meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan

Pendekatan secara personal melalui kader-kader desa agar dapat memberi penyuluhan pada saat ada kegiatan-kegiatan masyarakat (misal rapat karang taruna, rapat PKK, rapat ketua RT, dsb.)

Meningkatkan penyuluhan di kantong-kantong TB

Strategi WT Lebih melibatkan peran serta tokoh

masyarakat dan organisasi masyarakat setempat dalam mendukung program TB Puskesmas Nguter

Memperbaiki perencanaan dan strategi program penyuluhan

Meningkatkan komunikasi dan koordinasi yang jelas dengan pelayanan kesehatan swasta di wilayah binaan Puskesmas Nguter

Adanya penyuluhan rutin

BAB III

7

SW

OT

Page 8: Isi PSC Edit

PENETAPAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH

A. Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada, didapatkan beberapa alternatif

penyelesaian masalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

1. Pengetahuan masyarakat akan penyakit TB rendah sehingga kesadaran penderita untuk berobat rendah

2. Adanya stigma yang jelek tentang penyakit TB sehingga penderita malu untuk berobat

1. Meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama, dan tokoh masyarakat supaya dapat menjelaskan kepada masyarakat

2. Membuat poster, spanduk, leaflet, media edukasi tentang TB yang diletakkan dan dibagi-bagikan di tempat-tempat umum

3. Pengetahuan tentang pengobatan TB yang lama serta efek samping yang tidak menyenangkan menyebabkan pasien malas untuk memeriksakan diri.

3. Mengadakan sharing rutin mengenai pengalaman para penderita TB yang sudah sembuh kepada masyarakat dan kader, dipandu oleh petugas P2TB

4. Memberi edukasi ke PMO tentang pentingnya pemantauan pengobatan TB dengan teratur sampai tuntas

5. Memberi penghargaan kepada PMO jika pasien telah berhasil sembuh

4. Kurangnya informasi dan pengetahuan para kader kesehatan (posyandu, desa siaga) mengenai TB sehingga rujukan ke puskesmas kurang.

6. Mengadakan pertemuan dengan kader secara rutin untuk berdiskusi tentang TB

7. Membekali para kader dengan pengetahuan dan pelatihan tentang tuberkulosis, setiap kader bertanggung jawab atas sejumlah keluarga tertentu dan melaporkan apabila menjumpai suspek TB paru

8. Memberikan reward kepada kader yang merujuk pasien TB BTA (+) ke puskesmas

5. POKJANAL TB yang belum berfungsi secara maksimal

9. Memaksimalkan peran POKJANAL TB dengan melakukan pemantauan oleh dinas kesehatan

6. Kurangnya koordinasi dan kepatuhan para dokter, spesialis, dan RS swasta dalam menerapkan prosedur standar DOTS dalam pemeriksaan, diagnosis, pengobatan maupun pencatatan dan pelaporan pasien TB

10. Meningkatkan komunikasi antarpihak puskesmas dengan para dokter, spesialis, dan RS swasta

B. Pemilihan Prioritas Pemecahan Masalah

8

Page 9: Isi PSC Edit

Penentuan prioritas pemecahan masalah, dilakukan dengan skoring menggunakan

metode matriks sebagaimana tabel 3.2 dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.2. Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah

No. Daftar Pemecahan MasalahEfektivitas

Efisiensi (C)

JumlahMxIxV

CM I V

1. Meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama, dan tokoh masyarakat supaya dapat menjelaskan kapada masyarakat

4 4 3 2 24

2. Membuat poster, spanduk, leaflet, dan media edukasi tentang TB yang diletakkan dan dibagikan di tempat-tempat umum

4 4 3 4 12

3. Mengadakan sharing rutin mengenai pengalaman para penderita TB yang sudah sembuh kepada masyarakat dan kader, dipandu oleh petugas P2TB

3 3 2 3 6

4. Memberi edukasi ke PMO tentang pentingnya pemantauan pengobatan TB dengan teratur sampai tuntas

3 4 4 2 24

5. Memberi penghargaan kepada PMO jika pasien telah berhasil sembuh

3 3 2 3 6

6. Mengadakan pertemuan dengan kader secara rutin untuk berdiskusi tentang TB

4 4 3 2 24

7. Membekali para kader dengan pengetahuan dan pelatihan tentang tuberkulosis, setiap kader bertanggung jawab atas sejumlah keluarga tertentu dan melaporkan apabila menjumpai suspek TB paru

4 4 3 2 24

8. Memberikan reward kepada kader yang merujuk pasien TB BTA (+) ke puskesmas

3 2 4 4 6

9. Memaksimalkan peran POKJANAL TB dengan melakukan pemantauan oleh dinas kesehatan

3 3 3 3 9

10. Meningkatkan komunikasi antar pihak puskesmas dengan para dokter, spesialis, dan RS swasta

4 3 3 3 12

Kriteria efektivitas :

M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)

I = Importancy (pentingnya jalan keluar)

V = Vulnerability (sensitivitas jalan keluar)

Kriteria penilaian efektivitas :

1 = tidak efektif

2 = agak efektif

9

Page 10: Isi PSC Edit

3 = cukup efektif

4 = efektif

5 = paling efektif

Kriteria efisiensi :

C = Efficiency – Cost (semakin besar biaya yang diperlukan semakin tidak efisien)

Kriteria penilaian efesiensi :

1. = paling efisien

2. = efisien

3. = cukup efisien

4. = agak efisien

5. = tidak efisien

(Azwar, 1980)

Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas pemecahan masalah

adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama, dan tokoh

masyarakat supaya dapat menjelaskan kapada masyarakat.

2. Memberi edukasi ke PMO tentang pentingnya pemantauan pengobatan TB dengan

teratur sampai tuntas.

3. Mengadakan pertemuan dengan kader secara rutin untuk berdiskusi tentang TB.

4. Membekali para kader dengan pengetahuan dan pelatihan tentang tuberkulosis, setiap

kader bertanggung jawab atas sejumlah keluarga tertentu dan melaporkan apabila

menjumpai suspek TB paru.

5. Membuat poster, spanduk, leaflet, dan media edukasi tentang TB yang diletakkan dan

dibagikan di tempat-tempat umum.

6. Meningkatkan komunikasi antar pihak puskesmas dengan para dokter, spesialis, dan

RS swasta.

7. Memaksimalkan peran POKJANAL TB dengan melakukan pemantauan oleh dinas

kesehatan.

8. Memberi penghargaan kepada PMO jika pasien telah berhasil sembuh.

9. Memberikan reward kepada kader yang merujuk pasien TB BTA (+) ke puskesmas.

10. Mengadakan sharing rutin mengenai pengalaman para penderita TB yang sudah

sembuh kepada masyarakat dan kader, dipandu oleh petugas P2TB.

10

Page 11: Isi PSC Edit

BAB IV

PLAN OF ACTION

Berdasarkan analisis prioritas pemecahan masalah, didapatkan bahwa alternatif

pemecahan masalah yang dipilih guna menanggulangi kasus TB BTA (+) adalah dengan

meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama, dan tokoh masyarakat

supaya dapat menjelaskan kapada masyarakat. Oleh karena itu, diusulkan beberapa kegiatan

yang dapat menunjang alternatif pemecahan masalah tersebut.

1. Pembuatan dan Pembagian Media Edukasi (Video, Poster, dan Leaflet) Mengenai

Penyakit TB

a. Tujuan

- Meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama, dan tokoh

masyarakat supaya dapat menjelaskan kapada masyarakat

- Membuat poster, spanduk, leaflet, dan media edukasi tentang TB yang diletakkan

dan dibagikan di tempat-tempat umum

b. Sasaran

Masyarakat (kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, penderita TB, dan PMO)

c. Pelaksana

Petugas promkes dan P2TB, kader

d. Waktu

Pertemuan warga masyarakat (arisan, PKK, rapat RT/RW), kegiatan keagamaan

e. Lokasi

Puskesmas dan balai pertemuan tiap-tiap desa

f. Mekanisme

Petugas promkes dan P2TB dari puskesmas mengundang perwakilan kader setiap

desa untuk mendapatkan penyuluhan, pemutaran video, dan pembagian poster serta

leaflet. Perwakilan kader kemudian memberikan penyuluhan kepada kader yang lain,

tokoh masyarakat, tokoh agama, penderita TB, dan PMO di wilayah desa masing-

masing dengan menggunakan media yang telah diberikan.

g. Pembiayaan

- Cetak poster 5 poster x 16 desa x Rp4.000,00 Rp 320.000,00

- Burning video 1 CD x 16 desa x Rp5.000,00 Rp 80.000,00

- TOTAL Rp 400.000,00

11

Page 12: Isi PSC Edit

2. Outbond dan Lomba Kader Seluruh Kecamatan Nguter

a. Tujuan

- Mengadakan pertemuan dengan kader secara rutin untuk berdiskusi tentang TB

- Membekali para kader dengan pengetahuan dan pelatihan tentang TB

- Memberikan reward kepada kader

- Mengadakan sharing program kerja kader antardesa

- Meningkatkan kinerja POKJANAL dan kader dalam bentuk kompetisi yang sehat

b. Sasaran

Kader seluruh Puskesmas Nguter

c. Pelaksana

Petugas P2TB

d. Waktu

Satu tahun sekali

e. Lokasi

Salah satu tempat wisata di sekitar Kabupaten Sukoharjo

f. Mekanisme

Setiap kader dari masing-masing desa diminta untuk memaparkan program kerja dan

pencapaian dalam tahun tersebut. Kader juga diikutsertakan dalam outbond untuk

meningkatkan kerja sama dan kekompakan kader di masing-masing desa. Program

kerja dan kekompakan kader yang terbaik akan mendapatkan hadiah.

g. Pembiayaan

- Biaya rekreasi 10 kader x 16 desa x Rp50.000,00 Rp 8.000.000,00

- Hadiah juara Rp 3.000.000,00

- Total Rp11.000,00,00

3. Kunjungan Kader Keliling

a. Tujuan

- Memberi edukasi ke PMO tentang pentingnya pemantauan pengobatan TB

dengan teratur sampai tuntas

- Menampung kesan dan mengatasi permasalahan dari PMO dan penderita TB

untuk bahan sharing dan perbaikan program

- Memberi penghargaan kepada PMO jika penderita sembuh

b. Sasaran

PMO dan penderita TB

12

Page 13: Isi PSC Edit

c. Pelaksana

Kader tiap-tiap desa

d. Waktu

Setiap bulan selama masa pengobatan

e. Lokasi

Rumah penderita TB

f. Mekanisme

Kader masing-masing desa mendatangi rumah penderita TB untuk memberikan

edukasi baik secara lisan maupun leaflet, memantau kepatuhan penderita

mengonsumsi obat, dan mengingatkan pengambilan obat. Kader juga memantau

kendala dan permasalahan yang dialami PMO dan penderita TB sehingga dapat

segera diselesaikan dan tidak mengganggu proses pengobatan.

g. Pembiayaan

- Penggandaan leaflet 100 leaflet x 16 desa x Rp 200,00 Rp 320.000,00

- Total Rp 320.000,00

13

Page 14: Isi PSC Edit

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tingginya angka kasus TB di wilayah Kecamatan Nguter merupakan salah satu

permasalahan yang sedang dihadapi oleh Puskesmas Nguter sehingga perlu analisis

lebih lanjut mengenai penyebab dan alternatif pemecahan masalah.

2. Berdasarkan analisis terhadap berbagai faktor yang berkaitan penanggulangan

penyakit TB, didapatkan bahwa penemuan kasus BTA (+) merupakan prioritas

permasalahan di Puskesmas Nguter.

3. Analisis terhadap alternatif pemecahan masalah kasus BTA (+) menunjukkan bahwa

prioritas pemecahan masalah adalah dengan meningkatkan pengetahuan tentang TB

kepada kader, tokoh agama, dan tokoh masyarakat supaya dapat menjelaskan kepada

masyarakat.

4. Plan of action yang diusulkan berdasarkan alternatif pemecahan masalah yang dipilih

terdiri dari tiga bentuk kegiatan yaitu, pembuatan dan pembagian media edukasi

(video, poster, dan leaflet) mengenai penyakit TB, outbond dan lomba kader seluruh

Kecamatan Nguter, dan kunjungan kader keliling.

B. Saran

1. Kepada puskesmas agar meningkatkan upaya penemuan dan pemecahan

permasalahan terkait kesehatan masyarakat khususnya TB guna meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat secara preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif untuk

mencapai target capaian program P2TB.

2. Kepada puskesmas dan seluruh unit kesehatan agar meningkatkan kerja sama lintas

program di puskesmas serta lintas sektoral dengan pihak di luar puskesmas untuk

menunjang pemecahan masalah kesehatan di masyarakat khususnya penyakit TB.

3. Kepada pemerintah agar meningkatkan dukungan terhadap pemecahan masalah

kesehatan khususnya penyakit TB.

4. Kepada masyarakat agar meningkatkan kesadaran terhadap penyakit TB dan

mendukung upaya pemecahan masalah sehingga dapat berjalan dengan optimal.

14

Page 15: Isi PSC Edit

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1980. Puskesmas dan Usaha Kesehatan Pokok. Jakarta : Akadoma. Hal:90-91.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan. Hal: 1-23.

Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 2005. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 71 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten /Kota di Propinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinkes Propinsi Jawa Tengah. Hal 90-91.

Pustekkom, 2005. TBC (TUBERCULOSIS). http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/Peng.Pop/Kesehatan/TBC/all.htm (22 September 2013)

15