psc 448b fix 2gh

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas adalah unit pelaksanan teknis dinas (UPTD) Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan Kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas adalah Pusat kesehatan masyarakat yang berorientasi pada upaya promotif, preventif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memitiki derajat. kesehatan yang setinggi tingginya (Depkes RI, 2007). 1

Upload: givenchy-es

Post on 27-Sep-2015

226 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

..

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Puskesmas adalah unit pelaksanan teknis dinas (UPTD) Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan Kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas adalah Pusat kesehatan masyarakat yang berorientasi pada upaya promotif, preventif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memitiki derajat. kesehatan yang setinggi tingginya (Depkes RI, 2007).Salah satu upaya preventif yang dilakukan puskesmas adalah dengan mengadakan program Jamban Sehat, dimana program Jamban Sehat tersebut termasuk ke dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkes RI, 2007).

Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 852/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat disebutkan bahwa jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 715/2003 tentang Persyarakan Hygiene Sanitasi Jasaboga disebutkan bahwa usaha jasaboga harus menyediakan WC Umum dengan fasilitas jamban dan peturasan sesuai dengan jumlah karyawannya(Depkes RI, 2007).Di Indonesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru mencapai 67,3%. Dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang memenuhi syarat bakteriologis. Sedangkan penduduk yang menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54%. Itulah sebabnya penyakit diare sebagai salah satu penyakit yang ditularkan melalui air masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan angka kesakitan 374 per 1000 penduduk. Selain itu diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur (Depkes RI, 2007).B.Tujuan

1.Tujuan Umum

Kepaniteraan IKM di Puskesmas Mojolaban bertujuan agar para dokter muda dapat mengetahui dan memahami manajemen pelayanan kesehatan tingkat dasar dan melakukan Problem Solving Cycle di Puskesmas Mojolaban.2.Tujuan Khusus

a. Mengetahui Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat dasar yang bersifat komprehensif dan holistik.

b. Mengetahui struktur, tugas, dan fungsi masing-masing bagian di Puskesmas Mojolaban.

c. Mengetahui dan memahami fungsi pelayanan kesehatan di Puskesmas Mojolaban.

d. Mengetahui peran petugas kesehatan, bidan desa, tim desa, kader, dan masyarakat dalam upaya meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui jamban sehat di Puskesmas Mojolaban.

C.Manfaat

1.Membantu para dokter muda untuk lebih memahami manajemen Puskesmas dalam menangani suatu permasalahan.

2.Memberi masukan bagi Puskesmas Mojolaban tentang masalah-masalah yang terjadi, serta alternatif upaya pemecahannya.3. Menambah pengetahuan mengenai program-program untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui jamban sehat.

4. Menurunkan angka kejadian diare dalam hubungannya dengan jamban sehat.

5. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut.

6. Memberikan informasi kepada penyusun kebijakan mengenai faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program-program untuk meningkatkan PHBS dalam upaya menurunkan angka kejadian diare.

BAB IIPENETAPAN PRIORITAS MASALAH

Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat primer yang memiliki upaya kesehatan tidak hanya kuratif dan rehabilitatif, namun juga promotif dan preventif. Dalam upaya kesehatan yang mencakup keseluruhan itu, masih terdapat beberapa permasalahan yang menyebabkan angka kejadian beberapa penyakit masih tinggi. Tinggnya angka kejadian tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan tenaga kesehatan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Dengan melihat data dari Puskesmas Mojolaban, maka dapat ditetapkan urutan masalah yang akan penulis angkat menjadi prioritas masalah.A. Pengumpulan dan Pengolahan data

Kumpulan masalah yang didapatkan dari tiap unit/bidang di Puskesmas Mojolaban tahun 2012 akan di analisis untuk menentukan prioritas masalah yang akan di bahas dalam laporan. Berikut merupakan daftar masalah yang mewakili permasalahan kesehatan di tiap unit: Tabel 1. Urutan permasalahan di Puskesmas Mojolaban

NoUnitMasalah KesehatanKeteranganJumlah

1Pelayanan kesehatan Tingginya temuan kasus ibu hamil dengan risiko tinggi (Bumil risti) Tingginya angka kematian ibu dan bayi

- Tingginya kasus ISPA Jumlah bumil risti (sampai desember 2012) AKI (sampai Desember 2012) AKB (sampai Desember 2012) Jumlah kunjungan pasien ISPA di Puskesmas (sampai Desember 2012)739 orang

4 orang

32 bayi

2924 orang

2P2PL Rendahnya temuan TB paru BTA positif Tingginya prevalensi penderita TB paru kasus diare berkaitan dengan ketersediaan jamban

Angka penemuan kasus TB paru BTA positif (2012) Angka penemuan kasus TB paru BTA positif sampai dengan Desember 2012 Prevalensi TB paru (2012) Jumlah kasus Diare (2012)

10 %19.10 %

89/ 83.071 penduduk3612 orang

3PromkesMasih terdapat balita dengan gizi kurang maupun gizi buruk Jumlah balita gizi kurang sampai Desember 2012 Jumlah balita gizi buruk sampai Desember 2012282 (6,16 % balita ditimbang)21 balita (0.46 % balita ditimbang)

(Data sekunder Puskesmas Mojolaban tahun 2012)

Keterangan:

Jumlah penduduk Kecamatan Mojolaban sebanyak 83.071 jiwa

Jumlah penderita diare di Kecamatan Mojolaban 3612 orangDistribusi penyebaran angka kejadian diare di kecamatan Mojolaban, bedasarkan:

1. Usia

Berdasarkan data dari Puskesmas Mojolaban didapatkan angka kejadian diare paling banyak dijumpai pada usia 1-4 tahun dan 20 44 tahun.

2. Jenis Kelamin

angka kejadian diare berdasarkan data dari Puskesmas mojolaban paling banyak dijumpai pada jenis kelamin perempuan dibandngkan laki-laki.

3. Tingkat Pendidikan

Dari data Puskesmas Mojolaban ditemukan perbedaan yang signifikan antara penduduk dengan tingkat pendidikan rendah (SD dan SMP) dan penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA, SMK, Perguruan tinggi). Angka kejadian diare ditemukan di penduduk denga tingkat pendidikan rendah.

a. Pemilihan prioritas masalah

Dari berbagai masalah kesehatan tersebut, penulis menyusun tabel matrikulasi prioritas masalah untuk menentukan urutan prioritas masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu.Tabel 2. Matrikulasi Masalah

Daftar MasalahITRJumlah

PSRIDUSBPBPCIxTxR

1.AKI dan AKB yang tinggi554335155112.500

2.ISPA 4233321221.728

3.TB paru34235413417.280

4.Diare52334313412.960

5.Gizi kurang/buruk 33243414413.824

Berdasarkan kriteria matriks diatas maka urutan prioritas masalah adalah sebagai berikut:1. AKI dan AKB yang tinggi

2. TB paru3. Gizi Buruk4. Diare5. ISPADari berbagai masalah yang ada, masalah kesehatan yang menjadi prioritas perhatian utama di Puskesmas Mojolaban adalah tingginya AKI dan AKB. Akan tetapi masalah tersebut sudah pernah dibahas dan diberikan alternatif pemecahan masalah. Masalah kedua, yaitu TB paru sudah sering dibahas dalam laporan sebelumnya begitu pula masalah di bidang PROMIZI yaitu mengenai gizi kurang dam gizi buruk juga sudah pernah dibahas sebelumnya. Maka penulis mencoba membuat prioritas masalah di bidang kesehatan lingkungan yaitu mengenai diare berkaitan dengan ketersediaan jamban di Puskesmas Mojolaban. Penulis mengangkat masalah tersebut karena masih banyak kasus diare sampai bulan Desember 2012 (3.612 orang).b. Kriteria Jamban Sehat

Buang air besar (BAB) sembarangan bukan lagi zamannya. Dampak BAB sembarangan sangat buruk bagi kesehatan dan keindahan. Selain jorok, berbagai jenispenyakit ditularkan.Sebagai gantinya, BAB harus pada tempatnya yakni di jamban. Hanya saja harus diperhatikan pembangunan jamban tersebut agar tetap sehat dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut (Notoatmodjo, 2005):1. Tidak mencemari air Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester. Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan,empang, danau, sungai, dan laut2. Tidak mencemari tanah permukaan Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekatsungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

3. Bebas dari serangga Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiapminggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demamberdarah

Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadisarang nyamuk.

Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisamenjadi sarang kecoa atau serangga lainnya

Lantai jamban harus selalu bersih dan kering Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiapselesai digunakan

Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harustertutup rapat oleh air

Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untukmembuang bau dari dalam lubang kotoran

Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihanharus dilakukan secara periodic5. Aman digunakan oleh pemakainya Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubangkotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu ataubahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat

6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke salurankotoran karena dapat menyumbat saluran

Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karenajamban akan cepat penuh

Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipaberdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal.

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan Jamban harus berdinding dan berpintu Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindardari kehujanan dan kepanasan..c. Analisis SWOT Puskesmas Mojolaban

Dalam merumuskan perencanaan strategis dan untuk pengembangan mutu pelayanan, maka dilakukan analisis keadaan Puskesmas Mojolaban melalui analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, dan threat).

Tabel 3. Analisis SWOT Puskesmas Mojolaban

Kekuatan (S) Jumlah tenaga kesehatan banyak dan merata di setiap unit

Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) petugas kesehatan sesuai dengan kompetensinya

Sarana prasarana kesehatan dasar mencukupi

Terdapat petugas yang menguasai teknologi informasi

Dana untuk upaya pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat mencukupi

Permenkes RI Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

Perda Kab. Sukoharjo Nomor 12 Tahun 2009tentangRetribusi Pelayanan Kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat; biaya pelayanan kesehatan dijamin oleh Pemerintah Kabupaten membuat semakin tingginya keinginan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, dimana Jamkesda mengcover masyarakat kurang mampu yang belum tercover jamkesmas

Adanya bantuan operasional bidang kesehatan dan bantuan sosial bidang kesehatan, yang bersumber dari dana APBD dan Bantuan Operasional Kesehatan

menjamin masyarakat miskin mendapat pelayanan kesehatan.

Kelemahan (W) Gedung rawat inap dan rawat jalan tidak terpadu, terpisah jarak yang cukup jauh.

Rasio jumlah bidan desa terhadap luas wilayah kerjanya belum proporsional

Puskesmas induk belum mempunyai ruang pertemuan yang memadai

Terdapat gedung yang belum termanfaatkan dengan baik

Pemeriksaan penunjang untuk pelayanan rawat jalan tidak dapat dilakukan dengan cepat karena lokasinya terpisah.

Kurangnya komitmen kerja dari beberapa petugas di Puskesmas

Peluang (O) Adanya dukungan kader kesehatan, Tim Desa, Pokja Desa Siaga dan lintas sektor.

Terjalinnya koordinasi dengan pelayanan kesehatan swasta, meliputi: Dokter praktek, bidan praktek swasta, Rumah bersalin, maupun Apotek.

Otonomi daerah / desentralisasi dengan diterapkannya SOTK yang baru termasuk bidang kesehatan

Tingginya animo masyarakat untuk berobat ke Puskesmas, ditunjukkan dengan jumlah kunjungan rawat jalan tahun 2011 mencapai 127%Hambatan (T) Kondisi masyarakat yang beragam dalam hal tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, dan tingkat pemahaman terhadap kesehatan

Perilaku dan budaya masyarakat belum mendukung program PHBS

Terbukanya isolasi dan mobilitas Masih banyaknya keluarga miskin

penduduk memudahkan penyebaran penyakit menular

Simpulan dari analisis SWOT

Untuk meningkatkan program pada tahun mendatang, Puskesmas dapat melakukan:

1. Puskesmas mengoptimalkan tenaga kesehatan dan fasilitas yang ada untuk menghasilkan pelayanan yang prima kepada masyarakat

2. Puskesmas meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan pelayanan kesehatan swasta di wilayah kerja Puskesmas Mojolaban. Dalam hal PHBS dan angka kejadian diare, perlu peningkatan koordinasi dan kerjasama terutama dengan Bidan Praktek Swasta (BPS) dan Pelayanan Kesehatan Desa (PKD).

3. Meningkatkan promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan dengan sarana yang menarik (leaflet, poster, maupun pemanfaatan internet) di sekolah maupun di masyarakat umum mengenai permasalahan kesehatan dan solusinya.

4. Mengikutsertakan tokoh masyarakat (Tim Desa) ataupun organisasi masyarakat serta meningkatkan peran Desa Siaga dalam mendukung program Puskesmas dan peningkatan temuan-temuan kasus.BAB IIIPENETAPAN PRIORITAS JALAN KELUAR

A. Alternatif jalan keluar

Prioritas masalah yang telah penulis tentukan perlu disusun alternatif pemecahannya dengan terlebih dahulu menggali penyebab dari masalah tersebut. Penyebab terjadinya diare , antara lain dikarenakan (Ramaiah, 2007) :1. Kurangnya ketersediaan jamban