aspek legal dalam praktik keperawatan

Post on 12-Aug-2015

1.209 Views

Category:

Documents

197 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Peningkatan Kemampuan Teknis Perawat dalam Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit

September 2008

Direktorat Bina Pelayanan KeperawatanDirektorat Jenderal Bina Pelayanan Medik

Departemen Kesehatan RI

ASPEK LEGAL DALAM ASPEK LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATANPRAKTIK KEPERAWATAN

Peningkatan IPTEK Peningkatan jumlah tuntutan

terhadap kasus-kasus malpraktik Peningkatan kejadian Bencana Peningkatan Tingkat pendidikan

masyarakat, dll

Pentingnya payung hukum:› Perawat punya tanggungjawab› Peningkatan jumlah perawat praktik

spesialis› Perlu untuk membantu proses pembuatan

keputusan dalam praktik keperawatan› Melindungi praktik perawat› Identifikasi resiko tuntutan

Diartikan sebagai: “yang mendasari atau yang mengikat”

Seperangkat aturan atau standar perilaku yang dibuat oleh pemerintah

Dibuat untuk kesejahteraan masyarakat

Tidak stagnant – berubah ketika masyarakat menginginkan adanya perubahan

Bentuk hukum yang mengatur hubungan individu dengan negara

Bentuk:› Hukum kostitusi› Hukum administratif› Hukum kriminal› Sumber: Negara, Pusat dan daerah

Hukum konstitusi:› Suatu set dasar hukum yang

mendefinisikan dan membatasi kekuasaan pemerintah

› Perawat mempertahankan hak sebagai seorang individu

› Hak konstitusional, hak sipil dan konstitusi negara

Hukum/aturan administrative› Dikembangkan oleh kelompok yang

disahkan oleh pemerintah

Hukum kriminalAturan yang dibuat untuk tindakan yang sifatnya menganggu kesejahteraan dan keamanan publik.

Hukum/peraturan yang mengatur tindakan seseorang atau sekelompok orang dalam kasus-kasus legal seperti:› Kontrak (perjanjian yang dibuat antara

seseorang/sekelompok orang secara pribadi

› TORTS (perjanjian yang memuat antara hak dan kewajiban dari para pihak yang membuat kesepakatan)

› Protective Reporting Law

Hak –Hak Pasien Informed-consent

1. Hak untuk membuka informasi2. Hak untuk memilih provider dan hak

untuk membuat perencanaan sendiri3. Hak untuk mengakses pelayanan

emergency4. Hak untuk berpartisipasi dalam

memutuskan treatment5. Hak untuk dihormati dan tidak

diskriminatif6. Hak untuk dijaga kerahasian informasi

status kesehatannya7. Hak untuk mengajukan complain

Informed consent adalah dokumen yang legal dalam pemberian persetujuan prosedur tindakan medik dan atau invasif, bertujuan untuk perlindungan terhadap tenaga medik jika terjadi sesuatu yang tidak diharapakan yang diakibatkan oleh tindakan tersebut. Selain itu dapat melindungi pasien terhadap intervensi / tindakan yang akan dilakukan kepadanya.

Dasar – dasar Informed consent UU N0 23 / 1992 tentang kesehatan Pasal 53 ayat ( 2) dan Peraturan Menteri Kesehatan RI NO 585 tentang persetujuan tindakan medik.

MalpraktikKelalaian bertindak yang dilakukan

seseorang terkait profesi/pekerjaannya yang membutuhkan ketrampilan profesional dan tehnikal yang tinggi

Dokumentasi- Medical Record adalah dokumen legal dan

dapat digunakan di pengadilan sebagai bukti.

- Perawat perlu menjamin kelengkapan dan keakuratan pelaporan askep

Informed consentPersetujuan yang dibuat oleh klien untuk menerima serangkaian prosedur sesudah diberikan informasi yang lengkap termasuk resiko pengobatan dan fakta-fakta yang berkaitan dengan itu, telah dijelaskan oleh dokter

Accident and Incident report incident Report laporan terjadinya suatu

insiden atau kecelakaan

5. WillsPernyataan yang dibuat oleh seseorang mengenai bagaimana hak milik seseorang dibuang sesudah kematiannya

6. DNRs (Do Not Rescucitate Orders)Perintah dokter “Tanpa Kode” atau DNRs bagi klien dengan penyakit terminal, penyakit kompleks, dan yang diharapkan untuk mati.

7. EuthanasiaTindakan tanpa rasa sakit dengan mematikan penderitaan seseorang dari tekanan penyakit atau dari penyakit yang tidak dapat disembuhkan

8. Kematian dan isu yang berhubunganSertifikat kematian, otopsi, donor organ, dsb.

Aturan legal yang mengatur praktik perawat

Pedoman untuk menghindari malpraktik dan tuntutan malpraktik

Hubungan perawat- Dokter/keluarga/institusi pelayanan kesehatan

Tn Z, 65 thn, dirawat di RS Indah dengan diagnosa medis stroke non hemoragic, dirawat sudah lebih dari satu bulan dengan berbagai terapi dan terpasang beberapa alat bantu seperti ventilator, syringe pump dengan obat titrasi intravena, dll. Namun tidak ada kemajuan dan diduga harapan hidupnya sudah tidak ada, mungkin Brain Death?. Keluarga meminta apabila terjadi sesuatu tidak perlu dilakukan tindakan apapun.Dalam intruksi dokter ditulis DNR

 

Ny A, 35 thn, dirawat di RS Surga dengan diagnosa medis fracture femur dextra, dengan perdarahan hebat. Hb : 7 gr%. Rencana dilakukan transfusi darah 500 cc. Sementara ada pasien Ny A, 36 thn yang dirawat di rumah sakit tersebut yang mendapat tranfusi darah juga. Perawat A, dengan terburu-buru langsung meminta darah ke bank darah RS tanpa memberikan identifikasi yang lengkap seperti No Med Rec, dll hanya menyebutkan nama pasien saja. Darah lansung diberikan karena setelah di darah cek namanya sesuai dengan nama pasien. Namun setelah 50 cc darah tersebut masuk, pasien mengalami reaksi anafilaktik. Identifikasi masalah apa yang terjadi pada situasi diatas?

Direktorat Bina Pelayanan KeperawatanGedung Depkes RI Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta

Telp/fax. (021) 5279516 E-mail: ditwat_depkes@yahoo.com

top related