analisis rasio risiko dan profitabilitas bank umum...
Post on 10-Mar-2019
212 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS RASIO RISIKO DAN PROFITABILITAS
BANK UMUM SYARIAH
(Studi Empiris 3 Bank Umum Syariah di Indonesia)
Di susun Oleh :
ASEP SAEPUL AMRI
105081002416
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010
ii
ANALISIS RASIO RISIKO DAN PROFITABILITAS
BANK UMUM SYARIAH
(Studi Empiris 3 Bank Umum Syariah di Indonesia)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Asep Saepul Amri
Nim : 105081002416
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr.Ahmad Rodoni, MM Arief Mufraini, Lc, Msi NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19770122 200312 1 000
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010 M
iii
Hari ini jum’at tanggal 19 bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian
Skripsi atas nama Asep Saepul Amri NIM : 105081002416 dengan judul skripsi
”ANALISIS RASIO RISIKO DAN PROFITABILITAS BANK UMUM
SYARIAH (STUDI EMPIRIS 3 BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA)”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
19 Maret 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Penguji I Penguji II Prof. Dr.Ahmad Rodoni, MM Arief Mufraini, Lc, Msi NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19770122 200312 1 000
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Indoyama Nasarudin, SE. MAB NIP. 19570617198503 1 002 NIP. 19741127200112 1 002
iv
Hari ini Selasa tanggal 10 bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Asep Saepul Amri NIM : 105081002416 dengan judul
skripsi ”ANALISIS RASIO RISIKO DAN PROFITABILITAS BANK UMUM
SYARIAH (STUDI EMPIRIS 3 BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA)”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Aminuddin, Drs, M.Ag Murdiyah Hayati, S.Kom, MM Ketua Sekretaris
Prof. Dr.Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
v
Surat Pernyataan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Mahasiswa : Asep Saepul Amri
Nim : 105081002416
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi adalah hasil karya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini palgiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan
harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta
gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul
dikemudian hari menjadi tanggungjawab saya.
Jakarta, 19 Maret 2010
Asep Saepul Amri
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi Nama : Asep Saepul Amri Tempat/tanggal lahir : Bogor, 2 Februari 1986 Alamat : Jl. H. Edi Sukma Kp. Curug Deng-deng Rt/Rw 04/05 Caringin Bogor No. Kontak : 0856 771 4974 E-mail : prima_amri@yahoo.com Motto Hidup :” Menjadi Generasi Muslim Terbaik” Cita-Cita : Dosen dan Pengusaha Hobi : Nasyid, Berkarya IPK : 3, 15
Pendidikan Formal � MI Al-Istiqomah lulus tahun 1999 � MTs. Al-Istiqomah lulus tahun 2002 � MAN 2 Bogor lulus tahun 2005 � UIN Syarif Hidayatullah Jakarta S1 Manajemen Perbankan
Pendidikan Nonformal � PonPes Al-Islam Caringin Bogor � Pusat Latih Bina Unggul Yayasan Gibagus Hadi Kusuma � Pendidikan Dasar (DIKSAR) Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2005 � KISAH (Kajian Islam Awal Kuliah) KomDa FEIS LDK UIN Syahid2006 � Pelatihan ”Mutu Kerja Terpadu” Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi DKI Jakarta 2005 � Lokakarya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme Untuk Pemuda, Kementrian Negara Pemuda dan olah Raga Dengan Depdiknas 2009 � Simposium Trend Bisnis 2008, Program Studi Manajemen FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta � Workshop Kelembagaan Kemahasiswaan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 � Registered Fundraiser Program Basic Levels, Dompet Dhuafa Republika 2009 � Pelatihan Aplikasi SPSS 17, HMI Komisariat FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009
Pengalaman Organisasi selama di kampus � Anggota Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2005
� Divisi Acara Propesa Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial 2006
� Divisi Kerohaniaan (BIRU) BEM FEIS 2006 � Divisi Syiar Komisariat Dakwah FEIS LDK UIN Syahid 2006 � Divisi Pengembangan Ekonomi UKM LDK UIN Syarif Hidayatullah � Ketua Komisariat Dakwah FEIS LDK UIN Syahid 2007 � Ketua UKM Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Syahid 2008
Pengalaman Kerja � Consultant Carier PT. Great Indonesia Resources 2006 � Staf BMT Arridho 2008 � Fundraiser ZAKAT Dompet Dhuafa Republika 2009 � Marketing Toko Buku Senyum Muslim 2009 � Wiraswasta E-book Islami
vii
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio risiko terhadap profitabilitas Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia dengan menggunakan metode rasio keuangan bank (rasio risiko dan rasio profitabilitas) pada periode 2005-2008.
Rasio risiko yang digunakan adalah rasio risiko asset, rasio risiko deposito, dan rasio risiko credit. Sedangkan rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return On Equty (ROE) dan Return On Asset (ROA). Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan : 1) pengaruh variabel bebas (rasio risiko asset, rasio risiko deposito, dan rasio risiko credit) terhadap variabel terikat (ROE dan ROA) pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Mandiri Syariah, Bank Mega Syariah Indonesia menghasilkan angka signifikan yang berpariasi sesuai dengan karakteristik dan kinerja keuangan masing-masing Bank Umum Syariah tersebut. 2) secara deskriptif profitabilitas dan pengelolaan risiko BSMI lebih baik dibandingkan BMI dan BSM, namun pada rasio risiko deposito BMI lebih baik dari BSM dan BSMI dan rasio risiko credit BSM lebih baik dari BMI dan BSMI. 3) Hasil uji regresi menunjukkan variabel deposit risk signifikan mempengaruhi ROE di BMI, di BSM asset risk dan credit risk signifikan mempengaruhi ROE dan deposit
risk signifikan mempengaruhi ROA, credit risk signifikan mempengaruhi ROE dan ROA di BSMI. Kata Kunci : Rasio Risiko Asset, Rasio Risiko Deposito, Rasio Risiko Credit, ROE, ROA, Regresi Berganda
viii
Abstract
This research aims to analyze risk ratio to the profitability at Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri and Bank Mega Syariah Indonesia using financial
ratio (risk and profitability ratio) period 2005-2008.
Risk ratio used are asset risk ratio, deposit risk ratio, and credit risk ratio, while
profitability ratio used is Return On Equity (ROE) and Return On Asset (ROA).this
research is using multiple regression metod.
The result using multiple regression shows that : 1) asset risk ratio, deposit risk
ratio and credit risk ratio has significant influences to ROE and ROA) in Bank
Muamalat Indonesia, Bank Mandiri Syariah and Bank Mega Syariah Indonesia which
proper to the characteristic and financial performance. 2) Based on profitability and
risk management , BSMI is better than BMI and BSM. While based on deposit risk ratio
BMI is better than BSM and BSM. And while based on credit risk ratio BSM is better
than BMI and BSMI. 3) The research also shows that deposit risk has significant
influence to ROE at BMI, asset risk and credit risk has significant influence to ROE
and deposit risk to ROA at BSM, while credit risk has significant influence to ROE and
ROA at BSMI.
Keyword : Asset Risk Ratio, Deposit Risk Ratio, Crdit Risk Ratio, ROE, ROA, Multiple
Regression
ix
KATA PENGANTAR
Kata beriring cinta kepada Rabb pencipta Alam Semesta. Syukur beriring rindu
kepada Allah SWT tuhan yang satu. Tidak ada kerinduan yang mendalam kecuali
kerinduan akan pertemuan ku denganNya. Tidak ada kecintaan yang mendalam kecuali
cintaku padaNya. Wahai Allah Kau ajarkan kami dengan dengan pelantaraan qalam,
Kau ajarkan kami apa-apa yang kami tidak ketahui sebelumnya. Angkatlah derajat
kami dengan ilmu yang telah Kau berikan. Perindahlah kami dengan derajat ketaqwaan.
Duhai Allah engkaulah Tuhan kami tidak ada sekutu bagimu.
Shalawat beriring salam tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW
yang menjadi rahmat untuk semesta alam. Ketauladanmu menjadi sandaran, akhlakmu
sungguh mengesankan, pribadimu sungguh menakjubkan. Izinkanlah kami
mentauladanimu, izinkan kami menjadi penerus risalahmu.
Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah ibarat bulan dengan bintang-
bintang. Terangnya bulan menerangi kegelapan malam, indahnya bintang menghiasi
gulitanya malam. Ilmu adalah anugrah dari Allah SWT yang dapat menaikkan derajat
setiap hamba sesuai dengan firmanNya “Allah Akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman dan orang- yang berilmu”(Q.S Al-Mujadalah : 11) Mudah-mudahan ilmu
yang didapatkan selama dikampus dapat diamalkan untuk kemanfaatan.
Dengan semangat menuntut ilmu itulah yang menghantarkan diri untuk
menyelesaikan tugas skripsi ini. Ini bukanlah akhir dari sebuah perjalanan ini adalah
awal dari sebuah kesuksesan dimana tugas ini harus segera diselesaikan untuk
menghadapi urusan yang lain.untuk itu inilah semangat sehingga skripsi ini selesai
dengan judul “Analisis Rasio Risiko dan Profitabilitas Bank Umum Syariah(studi
empiris 3 Bank Umum syariah di Indonesia).
Rasanya hampa jika kesyukuran ini tidak di ikuti dengan ucapan terima kasih
kepada :
1. UMMI YOYOH, do’a malammu menjadi energi, kesabaranmu menjadikan berarti,
kebijaksanaan dan ketegasan ummi menjadi inspirasi. Abi ALM. M. Djunaedi
walaupun kau harus pergi saatku menjelang akhir studi ini, mudah-mudahan Abi
tersenyum melihat hasil jerih payah Abi dalam mendidik anak-anaknya dan semangat
x
Abi dalam menuntut Ilmu menjadi tauladan bagi kami. Do’aku untukmu
“Allahummagfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayanii shogiraa”. Ingin
sekali ananda memakaikan Mahkota Kemuliaan, Mahkota atas jasa-jasamu. Untuk
Kakak-kakak ku ( Siti Suaebah, Siti Junaenah, Aliyah, Syihabuddin, Nun, Pipih
Shopiah, Ade Syariah) Jazakallah Atas Motivasi dan do’anya. Juga (Alm. Siti
Nurlatifah, Alm Uci Sanusi, Alm Harun) semoga ada dalam magfirah Allah SWT.
Seluruh keluarga dan ponakan (Evi, Endah, Reni, Eva, Dadan, Wida, Husni…….dst)
jadilah putera-puteri yang shalih dan shalihah.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
sebagai pimpinan tertinggi tingkat fakultas. Serta kepada para pembantu Dekan
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pudek bid. Akademik FEIS dan
Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, tuntuan, motivasi dan arahan yang
laur biasa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Mudah-mudahan
Allah SWT, membalas segala kebaikan dengan berlipat ganda serta Ilmu yang
diberikan dapat bermanfaat dan menjadi amal kebaikan yang terus-menerus mengalir.
4. Bapak Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku Pembina
Lembaga Dakwah Kampus UIN Jakarta yang telah memberikan motivasi dan nasihat
yang membangun untuk serta merta menjaga kemurnian UIN sebagai Intitusi Islam.
5. Bapak Arief Mufraini, Lc, Msi selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan serta solusi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Semoga Allah SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai nilai ibadah.
6. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB, selaku Ketua Jurusan Manajemen. Begitu juga
kepada seluruh Dosen FEIS yang telah ikhlas memberikan ilmunya, beserta Asisten
Dosen dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Ekonomi
yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
7. Ust Kholid Spd.i, Yamani M.Dira S.Psi dan Ust. H. Ali Fahruddin MA atas motivasi,
ilmu serta nasihatnya semoga Allah SWT. Senantiasa memberi keberkahan dan ilmu
yang diberi menjadi amal kebaikan yang tak putus-putus. amin
xi
8. Seluruh Anggota dan Pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN serta seluruh
Komisariat Dakwah Fakultas “Jadikan pengabdian di dakwah kampus sebagai bekal
dakwah di masyarakat kelak”.
9. Seluruh Alumni Dakwah Kampus khususnya SOLID 2005 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
10. Saudaraku tempat konsultasi dan sharing skripsi Asbah Pratama SE, Dony Akbar SE,
Arif Fahruri SE, Farid Wahyudi. SE.
11. Saudaraku seperjuangan AP, AJ, MAL, MAK, ML, FW,
12. Saudaraku dimasjid Al-muhajirin (Aruma, Mahrus, Yudi, Rizky) terima kasih atas
doa’a-doanya.
13. Jama’ah Masjid Al-Muhajirin Pisangan Ciputat Timur
14. Untuk saudara-saudaraku yang tak disebutkan, jangan berkecil hati, hanya Allah yang
mengetahui isi hati setiap hamba. Semoga kebaikan saudara-saudara sekalian dibalas
oleh Allah SWT. Amin
Asep Saepul Amri
Penulis
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………............... i
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI…………....................... ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSHIP………………………. iii
SURAT PERNYATAAN……………………………………………….. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………….. v
ABSTRAK ………………………………………………………………. vi
ABSTRACT ……………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR …………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………. …… x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xiv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. …… 1
A. Latar Belakang Penelitian …………………………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………. 9
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 10
D. Manfaat Penelitian ……………………………………........... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS ………………………………………... 11
A. Pengertian Bank ……………………………………………... 11
B. Pengertian Bank Syariah …………………………………….. 13
C. Tujuan Perbankan Syariah …………………………………… 15
D. Keuntungan dan Risiko Bank Syariah ……………………….. 16
xiii
E. Analisis Rasio ………………………………………………… 22
F. Risiko Bank …………………………………………………... 23
G. Rasio Profitabilitas ……………………………………………. 25
H. Penelitian Terdahulu ………………………………………… 27
I. Kerangka Pemikiran …………………………………………. 29
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………… 31
A. Objek Penelitian ……………………………………………… 31
B. Metode Penentuan Sampel …………………………………… 31
C. Metode Pengumpulan Data …………………………………… 31
D. Metode Analisis dan Hipotesis ……………………………….. 32
E. Operasional Variabel Penelitian ……………………………… 38
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN ……………………… 40
A. Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………. 40
B. Analisis dan Pembahasan ……………………………………. 49
BA B V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI…………………………… 98
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 103
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 106
xiv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang 28
4.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah 41
4.2 Hasil Uji Kolinieritas BMI 55
4.3 Hasil Regresi BMI dengan Variabel dependen ROE 61
4.4 Hasil Regresi BMI dengan Variabel dependen ROA 63
4.5 Hasil Uji Kolinieritas BSM 65
4.6 Hasil Regresi BSM dengan Variabel dependen ROE 71
4.7 Hasil Regresi BSM dengan Variabel dependen ROA 74
4.8 Hasil Uji Kolinieritas BSMI 76
4.9 Hasil Regresi BSMI dengan Variabel dependen ROE 82
4.10 Hasil Regresi BSMI dengan Variabel dependen ROA 84
4.11 Hasil Uji Kolinieritas BUS Keseluruhan 86
4.12 Hasil Regresi BUS Keseluruhan dengan Variabel dependen ROE 92
4.13 Hasil Regresi BUS Keseluruhan dengan Variabel dependen ROE 94
xv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 30
4.1 Perbandingan ROA Pada BMI, BSM, BSMI 49
4.2 Perbandingan ROE Pada BMI, BSM, BSMI 50
4.3 Perbandingan Asset Risk Ratio Pada BMI, BSM, BSMI 51
4.4 Perbandingan Deposit Risk Ratio Pada BMI, BSM, BSMI 52
4.5 Perbandingan Credit Risk Ratio Pada BMI, BSM, BSMI 53
4.6 Hasil Uji Hetekedastisitas ROE BMI 56
4.7 Hasil Uji Hetekedastisitas ROA BMI 57
4.8 Hasil Uji Normalitas ROE BMI 59
4.9 Hasil Uji Normalitas ROA BMI 60
4.10 Hasil Uji Hetekedastisitas ROE BSM 66
4.11 Hasil Uji Hetekedastisitas ROA BSM 67
4.12 Hasil Uji Normalitas ROE BSM 69
4.13 Hasil Uji Normalitas ROA BSM 70
4.14 Hasil Uji Hetekedastisitas ROE BSMI 77
4.15 Hasil Uji Hetekedastisitas ROA BSMI 78
4.16 Hasil Uji Normalitas ROE BSMI 80
4.17 Hasil Uji Normalitas ROA BSMI 81
4.18 Hasil Uji Hetekedastisitas ROE BUS Keseluruhan 87
4.19 Hasil Uji Hetekedastisitas ROA BUS Keseluruhan 88
4.20 Hasil Uji Normalitas ROE BUS Keseluruhan 90
4.21 Hasil Uji Normalitas ROA BUS Keseluruhan 91
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Rasio BMI 105
2 Rasio BSM 106
3 Rasio BSMI 107
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
suatu Negara, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara
pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna
dana (fund user) (Yuliani, 2007:16). Peran intermediasi perbankan ini pun berlaku
pada bank yang berprinsip syariah. Namun dalam aktivitasnya ada perbedaan antara
perbankan konvensional dan perbankan syariah. Dalam perbankan syariah,
hubungan antara bank dengan nasabah bukan hubungan debitur dengan kreditur,
melainkan hubungan kemitraan (patnership) antara penyandang dana (shohibul
maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu, tingkat laba bank syariah
tidak saja berpengaruh terhadap tingkat hasil untuk para pemegang saham tetapi
juga berpengaruh terhadap hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan.
Hubungan kemitraan ini merupakan bagian yang khas dari proses berjalannya
mekanisme perbankan syariah (Sudarsono, 2004:56).
Rintisan perbankan syariah mulai mewujud di Mesir pada dekade 1960-an
dan beroperasi sebagai rural-social bank (semacam lembaga keuangan unit desa di
Indonesia) di sepanjang delta Sungai nil. Lembaga dengan nama Mit Ghamr Bank
binaan Prof. Dr. Ahmad Najjar tersebut hanya beroperasi di pedesaan Mesir dan
berskala kecil, Namun institusi tersebut
xviii
mampu menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan sistem financial
dan ekonomi Islam(Antonio, 2001:19).
Berdirinya IDB (Islamic Development Bank) telah memotivasi banyak negara
Islam untuk mendirikan lembaga keuangan syariah, pada periode 1970-an dan awal
dekade 1980-an, bank-bank syariah bermunculan di Mesir, sudan, negara-negara
teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, serta Turki (Antonio, 2001:21)
Pada tahun 1985, sistem perbankan syariah dalam lingkup internasional
mampu memobilisasi dana sebesar US $ 5 milyar yang sampai tahun 1999 telah
meningkat menjadi US $ 80 milyar. Beberapa institusi keuangan konvensional,
seperti Citibank, JP Morgan, Deutsche Bank, ABN Amor dan American Express
telah mengenalkan produk tanpa bunga kepada konsumennya. Demikian pula
perusahaan-perusahaan multinasional seperti General Motors, IBM, dan Daewoo
Corporation yang telah memulai menggunakan jasa keuangan tanpa bunga ini
(Haron dan Ahmad, 2000:1)
Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke
Indonesia. Awal tahun 1980-an, diskusi mengenai ekonomi Islam mulai dilakukan.
Bahkan uji coba dalam relatif terbatas telah dilakukan, diantaranya adalah Baitul
Tamwil Salman Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta. Prakarsa lebih
khusus bagi pendirian bank Islam baru mulai tahun 1990. MUNAS IV MUI
(Majelis Ulama Indonesia) pada agustus 1990 membentuk kelompok kerja untuk
mendirikan Bank Islam di Indonesia(Antonio, 2001:25).
Pada tanggal 1 mei 1992 berdirilah bank syariah pertama di Indonesia; Bank
Muamalat Indonesia, dengan total komitmen modal disetor Rp 106. 126.382.000,-
xix
Namun, perangkat hukum operasinya dalam undang-undang (UU) No.7 tahun 1992
belum memuat sistem syariah yang memadai. Baru di era reformasi, undang-
undang (UU) No. 10 tahun 1998 memuat secara rinci landasan operasi bank syariah
dan memberi arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah
atau bahkan mengkonvensi diri secara total menjadi bank syariah (Antonio,
2001:25).
Selama tahun 2006 industri perbankan syariah mengalami peningkatan
volume usaha sebesar Rp 5,8 triliun. Sehingga pada akhir periode laporan mencapai
Rp 26,7 triliun. Peningkatan tersebut memperbesar pangsa aset perbankan syariah
terhadap total aset perbankan nasional dari 1,4% pada akhir tahun 2005 menjadi
1,6% pada akhir 2006 (Direktori Perbankan Syariah Bank Indonesia).
Di sisi penghimpunan dana, perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)
perbankan syariah pada tahun 2006 diwarnai kondisi persaingan penghimpunan
dana yang semakin ketat pada industri perbankan secara umum, terlebih dengan
semakin menariknya alternatif investasi melalui pasar modal. Pertumbuhan DPK
perbankan syariah mengalami tekanan dalam kondisi suku bunga perbankan yang
tinggi di awal 2006, namun seiring dengan penurunan suku bunga sejak semester
kedua, DPK yang dihimpun perbankan syariah meningkat secara signifikan
sehingga mampu mencapai pertumbuhan sebesar 32,7%, atau lebih tinggi dari laju
pertumbuhan tahun 2005 sebesar 31,4%. Peningkatan tersebut menyebabkan share
DPK perbankan syariah terhadap perbankan nasional meningkat dari 1,4% (2005)
menjadi 1,6% pada akhir 2006 (Direktori perbankan Syariah Bank Indonesia).
xx
Kondisi peningkatan risiko pengalihan dana (displaced comercial risk)
maupun risiko pembiayaan (credit risk) pada 2006 ternyata dapat diantisipasi
dengan baik oleh perbankan syariah sehingga kecukupan permodalan dapat
dipertahankan. Hal ini tercermin dari tingkat return on aset (ROA) yang tetap
memadai yaitu sebesar 1,55% (tahun 2005 1,35%), meskipun laju pertumbuhan laba
sedikit tertahan dengan semakin banyaknya porsi pendapatan operasional yang
dialokasikan pada bagi hasil kepada deposan dalam upaya mempertahankan daya
saing, serta semakin meningkatnya beban pembentukan cadangan dalam rangka
mengantisipasi peningkatan risiko pembiayaan.
Perkembangan perbankan syariah pada tahun 2007 ditandai dengan
maraknya pendirian Unit Usaha Syariah diantaranya BPD DIY, Bank Sulsel, Bank
Nagari, Bank Jatim, Bank Ekspor Indonesia, Bank Lippo Syariah serta adanya
policy time-tag dari berbagai kebijakan yang mempengaruhi perbankan syariah
seperti kebijakan office chanelling, kebijakan akselerasi perbankan syariah yang
memberikan hasil yang sesuai dengan harapan terkait dengan pengembangan
perbankan syariah (Research Karim Business Consulting, 2008).
Pembiayaan bermasalah perbankan syariah pada periode Januari-Agustus
2007, menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari 4,47% menjadi 6,63%
sampai akhir tahun 2007, NPF perbankan syariah diperkirakan masih dalam level
6%. Penyebab meningkatnya pembiayaan didorong oleh dua hal. Faktor pertama
semakin banyaknya jumlah pembiayaan yang bermasalah. Kondisi ini karena suku
bunga di bank konvensional mulai menurun seiring penurunan BI rate pada tahun
2007, Namun disisi lain perbankan syariah yang masih didominasi oleh pembiayaan
xxi
murabahah tidak bisa serta merta menurunkan tingkat margin pembiayaan. Factor
kedua, tertahannya ekspansi pembiayaan perbankan syariah. Penurunan suku bunga
perbankan konvensional yang lebih cepat dibandingkan perbankan
syariah.(Research Karim Business Consulting, 2008)
Pada bulan juni 2008, simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah
mencapai Rp. 33,05 triliun, sedangkan Agustus 2008 hanya Rp. 32,36 triliun atau
Turun 2%. Hal ini lalu memicu penurunan SBI syariah yang tinggal Rp. 1,82 triliun
pada posisi agustus, pada juni tercatat sebesar Rp. 3,08 triliun. Turunnya SBIS
tersebut mengindikasikan ketatnya likuiditas di bank syariah. Menurut data BI, laba
perbankan syariah sampai kurtal ketiga 2008 naik 40% mencapai Rp. 613,3 miliar.
Hal ini dipicu ekspansi pembiayaan bank syariah yang hingga akhir September
2008 lalu, total outstanding pembiayaan tercatat naik 48% menjadi Rp. 37,6 triliun.
Selain peningkatan margin bagi hasil bank syariah yang mencapai 7,87%
(Muhammad Iqbal, 2009)
Pada tahun 2009, jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan
syariah mencapai Rp.45,2 triliun, hanya tumbuh 18,16 persen. Angka ini lebih
rendah dibanding pertumbuhan tahun 2008 yang lalu, 42.9 persen. Hal ini
dikarenakan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional Sementara itu
pertumbuhan DPK (dana pihak ketiga) perbankan syariah 26,5 % (yoy), yaitu 46,5
Triliun. FDR (financing to deposit rasio) sebesar 97.5 % Selama tahun 2009, ROA
perbankan syariah mencapai 1,2 % dan ROE mencapai 30%(Agustianto)
Dari sisi kelembagaan, pada tahun 2009 telah hadir bank umum syariah baru,
yaitu Bank Panin Syariah. Ditambah dua Unit Usaha Syariah, yaitu OCBC NISP
xxii
dan Bank Sinar Mas Syariah. Dengan demikian, Bank Umum Syariah menjadi
enam bank, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah
Mega Indonesia, Bank BRI Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank Panin
Syariah. Selain itu, tumbuh pula 7 BPR Syariah baru. (Data BI oktober 2009). Dari
sisi institusional ini penyebaran jaringan kantor perbankan syariah pun mengalami
pertumbuhan pesat. Pada tahun 2009, outlet pelayanan mengalami penambahan
sebanyak 148 kantor. Dengan demikian, kini bank syariah telah memiliki sekitar
3012 jaringan, dengan rincian 6 kantor Pusat Bank Umum Syariah, 25 kantor UUS
(Unit Usaha Syariah), 1101 Kantor Cabang, 1742 office channeling (layanan bank
syariah di bank konvensional) dan 138 BPRS (Data BI oktober 2009). Ini belum
termasuk jaringan kantor POS yang menjadi channeling tabungan syar-e Bank
Muamalat Indonesia(Agustianto).
Prospek perbankan syariah di Indonesia pada masa yang akan datang akan
semakin baik dan berpotensi menghasilakan keuntungan yang lebih besar. Apalagi
jika strategi dan usaha para pelaku perbankan syariah dilakukan secara terpadu
maka akan memberikan produk dan pelayanan yang terbaik bagi nasabah dan
pemilik modal sendiri.
Peranan strategis bank harus didukung oleh kinerja perbankan yang sehat.
Hal ini dapat dilihat dari tingkat profitabilitas dan pengelolaan risiko oleh bank.
Tingkat profitabilitas yang baik akan menunjukan tingkat keuntungan yang
dihasilkan bank, sedangkan tingkat risiko yang rendah dapat menunjukan
kemampuan bank dalam mengelola risiko.
xxiii
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio risiko & profitabilitas Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia
dengan menggunakan metode rasio keuangan bank pada periode 2005-2008,
dimana rasio risiko akan digunakan untuk mengukur risiko bank syariah dan rasio
profitabilitas digunakan untuk mengukur profitabilitas bank syariah.
Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat pengaruh rasio risiko
terhadap profitabilitas di Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan
Bank Syariah Mega Indonesia.
Alasan BMI, BSM dan BSMI dijadikan objek penelitian adalah terdapatnya
persamaan system dan operasional berdasarkan prinsip syariah, metode yang
digunakan juga sama dengan cara metode revenue sharing.
Penelitian ini didasarkan pada teori yang mengatakan bahwa keuntungan
tinggi selalu berisiko tinggi. Penulis ingin membuktikan apakah teori tersebut juga
berlaku pada bank syariah, karena dari pendekatan fiqih terdapat dua aksioma
berlandaskan pendekatan fiqih di dalam keuangan Islami, yaitu a) al kharaj bi ad-
daman dan b) al-ghumam bi al-ghurm yang berbasis risiko. Yang pertama
menyebutkan bahwa keuntungan secara moral dapat diterima hanya dengan
mengambil risiko kerugiannya (gain accompanies liability for lost). Dengan
demikian, jika keuntungan diperoleh tanpa risiko (gaining return without resposible
for any risk), maka dinilai tidak adil. Yang kedua mengandung rasionalisasi dan
prinsip dari konsep bagi hasil dalam syariah, dimana keuntungan diperoleh hanya
dengan berusaha atau berserikat dan berbagi risiko sehingga dapat berkontribusi
terhadap ekonomi. Rasio risiko yang digunakan adalah rasio risiko asset, rasio
xxiv
deposito, dan rasio kredit, sedangkan rasio yang digunakan adalah return on equity
(ROE) dan return on asset (ROA).
Penelitian yang berkaitan dengan pengukuran risiko dan profitabilitas bank
Islam juga telah dilakukan oleh Andel Hameed M. Bashir (1999). Dalam
penelitiannya ia membandingkan dua bank Islam di sudan yaitu Faisal Islamic Bank
Sudan (FIBS) dan Tadamon Islamic Bank Sudan (TIBS). Penelitian ini
menganalisis implikasi dari skala bank pada profitabilitas dan risiko pada tahun
1979-1993. Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara konsisten, tingkat rate of
return kedua bank menunjukkan sifat tidak stabil.
Penelitian tentang pengaruh risiko likuiditas terhadap profitabilitas telah
dilakukan oleh (Riki Antariksa), dalam penelitian ini variabel bebas digunakan
adalah LTA, LAD, FDR, sedangkan variabel terikatnya ROA dan ROE. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dengan uji kausalitas Granger hanya variabel
LTA yang menyebabkan profitabilitas.
Penelitian profitabilitas dan rasio risiko Bank Syariah Mandiri dan Bank
Muamalat Indonesia telah dilakukan oleh (Donny Akbar), dalam penelitian ini
variabel bebas digunakan adalah rasio risiko asset, rasio risiko deposito, rasio risiko
kredit, sedangkan variabel terikatnya ROE, Hasil pengujian pada BMI dengan
menggunakan analisis regresi berganda bahwa variabel deposit risk berpengaruh signifikan
terhadap ROE. Sedangkan Hasil pengujian pada BSM dengan menggunakan analisis
regresi berganda bahwa variabel deposit risk dan credit risk berpengaruh signifikan
terhadap ROE.
xxv
Berdasarkan latar belakang inilah penulis mencoba menganalisis tentang
“Analisis Rasio Risiko dan Profitabilitas Bank Umum Syariah (Dengan Studi
Empiris 3 Bank Umum Syariah Di Indonesia)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal yang telah ditulis diatas, maka peneliti akan merumuskan
masalahnya, Yaitu:
1. Bagaimana rasio risiko dan profitabilitas pada BMI, BSM dan BSMI?
2. Apakah rasio risiko berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada BMI,
BSM dan BSMI?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini tidak lain untuk turut serta memberikan
kontribusi peneliti terhadap wacana, pemikiran, kajian, dan praktik perbankan
syariah di Indonesia yang sedang berlangsung. Adapun tujuan khusus penelitian ini
adalah :
1. Untuk menganalisis rasio risiko dan profitabilitas pada BMI, BSM dan BSMI.
xxvi
2. Untuk menganalisis pengaruh rasio risiko terhadap profitabilitas BMI, BSM dan
BSMI.
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan Rasio Risiko BMI,
BSM dan BSMI akan diperoleh manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut :
1. Bagi BMI, BSM dan BSMI dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk tetap
mempertahankan dan meningkatkan profitabilitas serta menjaga dan menekan
risiko yang sudah baik.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi Bank Indonesia dalam
rangka mensosialisasikan bank syariah.
3. Bagi perkembangan Ilmu Ekonomi Islam khususnya masalah perbankan
syariah, studi kasus ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat.
4. Bagi para akademisi/peneliti, dapat dijadikan referensi untuk membuat
penelitian lebih lanjut.
xxvii
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Bank (Lembaga Intermediasi)
Menurut Ahmad Rodoni (2006:21), pada dasarnya semua definisi mengenai
bank tidak berbeda satu sama lain, perbedaannya hanya pada tugas atau usaha bank.
Bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai
perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan
kredit pada waktu yang ditentukan.
Pengertian perbankan menurut pasal 1 butir1 undang-undang nomor 7 tahun
1992 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
tarap hidup rakyat banyak.
Menurut Peter S. Rose Pengertian Bank adalah :
”Bank a financial intermediary accepting deposits and grating loans, offers
the widest menu of services of any financial institution”.
Apabila hanya melihat pada undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan, memang tidak ada aturan tentang Bank Syariah (khususnya bank umum
syariah), karena dalam undang-undang tersebut secara umum hanya menjelaskan
tentang perbankan konvensional. Kecuali dalam pasal 13.c yang mengatur tentang
usaha Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip bagi hasil. Bank syariah
pertama berdiri di Indonesia sekitar tahun 1992 didasarkan pada undang-undang
xxviii
nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan hukum bank dan peraturan pemerintah nomor
72 tahun 1992 tentang Bank Umum berdasakan prinsip bagi hasil sebagai landasan
hukum Bank Umum Syariah dan peraturan pemerintah Nomor 73 tentang Bank
Perkreditan Rakyat Syariah .
Dalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 pengertian bank, bank
umum, dan Bank Perkreditan Rakyat disempurnakan menjadi sebagai berikut :
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak,
sedangkan pengertian bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau “ berdasarkan prinsip usaha syariah” yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Serta pengertian Bank
Perkreditan Rakyat Syariah(BPR-Syariah) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatnnya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Pengertian bank didefinisikan dalam pasal 1 butir 2 undang-undang RI
nomor 21 tahun 2008 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat. Definisi bank tersebut memberi tekanan bahwa bank dalam melakukan
usahanya terutama menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan
sumber dana bank. Demikian dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak
semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga
xxix
kegiatannya itu harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat.
Definisi tersebut merupakan komitmen bagi setiap bank yang menjalankan
usahanya di Indonesia.
B. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah atau selanjutnya disebut dengan Bank Islam adalah Bank yang
beroperasi dengan tidak menghandalkan pada bunga. Bank syariah adalah lembaga
keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Atau dengan kata
lain, Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam.
Pengertian perbankan syariah menurut pasal 1 butir 1 undang-undang RI
nomor 21 tahun 2008 “Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”. Sedangkan
pengertian Bank Syariah pada pasal 1 butir 7 ”Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan jenisnya terdiri
atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”. Selanjutnya pada
pasal 1 butir 8 dan 9 disebutkan pengertian Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu : Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan Bank
xxx
Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas perdagangan.
Menurut Yusuf Qardhawi (2001:43), Bank syariah adalah suatu institusi
keuangan (bank) yang bekerja dengan cara yang adil dan transparan dibawah
pembinaan dan pengawasan moneter pemerintah (Dewan Syariah Nasional).
Menurut Muhammad (2004:1), bank syariah adalah bank yang beropersi
dengan tidak mengandalakan pada bunga, dimana kegiatan operasional dan
produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW.
Menurut Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid (2008:14) bank syariah adalah
bank dalam aktivitasnya, baik menghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran
dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.
Bank syariah dapat menjalankan kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan
atas jasa perbankan lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Suatu
transaksi tidak mengandung unsur kezaliman, dan tidak membayarkan pihak sendiri
atau pihak lain(Andri Soemitra, 2009:94).
C. Tujuan Perbankan Syariah
Beberapa tujuan dan fungsi penting yang diharapkan dari sistem perbankan
Islam menurut Chapra (2002:2) antara lain : a) Kemakmuran ekonomi yang meluas
dengan tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum; b)
Keadilan social-ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata; c)
Stabilitas nilai uang untuk memungkinkan alat tukar tersebut menjadi satu unit
perhitungan yang terpercaya, standar pembayaran yang adil dan nilai simpan yang
xxxi
stabil; d) mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi dengan
cara-cara tertentu yang menjamin bahwa pihak-pihak yang berkpentingan
mendapatkan bagian pengembalian yang adil; dan e) Pelayanan yang efektif atas
semua jasa-jasa yang biasanya diharapkan dari sistem perbankan.
Lewis & Algaoud (2007:123) menyimpulkan bahwa tujuan utama perbankan
dan keuangan Islam dari perspektif Islam mencakup : 1) penghapusan bunga dari
semua transaksi keuangan dan pembaharuan semua aktivitas bank agar sesuai
dengan prinsip Islam; 2) distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar, dan 3)
mencapai kemajuan pembangunan pembangunan ekonomi.
Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institut Bankir Indonesia
(2003), tujuan utama bank syariah seharusnya adalah mendorong dan mempercepat
kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan,
finansial, komersial, investasi sehingga meningkatkan kesempatan kerja dan
kesejahteraan ekonomi sesuai dengan syariat Islam.
Menurut pasal 3 undang-undang RI nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah “Perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraan rakyat”. Secara umum perbankan syariah mempunyai tujuan untuk
mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan
melakukan kegiatan perbankan, finansial, komersial, sehingga meningkatkan
kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan syariat Islam.
D. Keuntungan dan Risiko Bank Syariah
xxxii
Dalam Islam, sesuai dengan penuturan Ibnu Arabi, bahwa transaksi ekonomi
tanpa unsur I’wad sama dengan riba. I’wad dapat dipahami sebagai equivalent
countervalue yang berupa resiko (Ghurmi), kerja dan usaha (Kasb), dan tanggung
jawab (Daman). Apabila ketiga unsur ‘Iwad ada, maka akad tersebut sesuai dengan
ketentuan syariah, dan keuntungan yang dihasilkan transaksi tersebut bukan
tergolong riba. Apabila ketiga unsur ‘Iwad tersebut tidak ada, maka akad tersebut
tidak sesuai dengan ketentuan syariah, dan keuntungan yang dihasilkan dari
transaksi tersebut tergolong riba.(Ascarya, 2008:28-29).
Menurut Zainal Arifin (2006:46), sebagaimana halnya dengan bank
konvensional, bank syariah juga mempunyai peran sebagai lembaga perantara
(intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi
yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang
mengalami kekurangan dana (déficit unit). Melalui bank kelebihan dana-dana
tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberi
manfaat kepada kedua belah pihak.
Berbeda dengan bank konvensional, hubungan antara bank syariah dengan
nasabahnya bukan hubungan antara debitur dan kreditur, melainkan hubungan
kemitraan antara penyandang dana (shahibul mal) dengan pengelola dana
(mudharib). Oleh yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana. Dengan
dan pengelola investasi yang baik akan sangat menentukan kualitas usahanya
sebagai lembaga intermediary dan kemampuannya menghasilkan laba (Zainal
Arifin, 2006:46).
xxxiii
1. Keuntungan Bank
Menurut Zainul Arifin (2006:59) Tingkat keuntungan bersih (net income)
yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan
(controlable factors) dan faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan
(uncontrolable factors). Controlable factors adalah faktor-faktor yang dapat
dipengaruhi oleh menejemen seperti segmentasi bisnis, pengendalian pendapatan,
dan pengendalain biaya-biaya. Uncontrolable factors atau faktor-faktor eksternal
adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja bank seperti kondisi
ekonomi secara umum dan situasi persaingan di lingkungan wilayah operasinya.
Ada dua rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur kinerja bank, yaitu
ROA dan ROE. ROA adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net Income)
dengan rata-rata aktiva (average assets). ROE didefinisikan sebagai perbandingan
antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata modal (avarage equity) atau
investasi para pemilik bank (Zainal Arifin, 2006:59).
2. Risiko-risiko Bank
Menurut Bank Indonesia (2003), risiko dalam konteks perbankan merupakan
suatu kejadian potensial, baik yang telah dapat diperkirakan (anticipated) maupun
yang tidak dapat diperkirakan (unanciptipated) yang berdamapak negatif terhadap
pendapatan dan permodalan bank.
Terdapat delapan jenis risiko yang dihadapi bank (Zainal Arifin, 2006:61),
yaitu :
a. Risiko Kredit (Credit Risk)
xxxiv
Risiko kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan
counterparty memenuhi kewajibannya.
b. Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel
beabas (adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat
merugikan bank.
b. Risiko Liquiditas (Liquidity Risk)
Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak
mampu memnuhi kewajiban yang jatuh tempo
c. Risiko Operasional (Operasional Risk)
Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan karaena
ketidak cukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal kesalahan manusia,
kegagalan sistema atau adanya problema eksternal yang mempengaruhi
operasional bank.
d. Risiko Hukum (Legal Risk)
Risiko hukum adalah risiko yang dsebabkan adanya kelemahan aspek
yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan
perundangan yang mendukung atau kelemahan perikatan.
e. Risiko Reputasi (Reputation Risk)
Risiko repuasi adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap
bank.
f. Risiko Strategis (Strategic Risk)
xxxv
Risiko strategis adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan
dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis
yang tidak tepat, atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
g. Risiko Kepatuhan (Compliance Risk)
Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku.
Dari delapan risiko yang harus dikelola oleh perbankan, terdapat tiga
risiko utama yang menjadi fokus perhatian perbankan saat ini, yaitu risiko
kredit, risiko pasar, dan risiko likuiditas.
3. Pandangan Fiqih Tentang Risiko Dan Keuntungan.
Vogel dan Hayes (1998:83) mengemukakan bahwa dalam wacana
keuangan Islami, risiko merupakan masalah penting. Terdapat dua aksioma
berlandaskan pendekatan fiqih di dalam keuangan Islami, yaitu a) al kharaj bi
ad-daman dan b) al-ghunm bi al-ghurm yang berbasis risiko. Yang pertama
menyebutkan bahwa keuntungan secara moral dan diterima hanya dengan
mengambil risiko kerugiannya (gain accopanies lliability for lost). Dengan
demikian, jika keuntungan diperoleh tanpa risiko (gaining return without
responsable for any risk), maka dinilai tidak adil. Yang kedua mengandung
rasionalisasi dan prinsip dari konsep bagi hasil dalam syariah, dimana
keuntungan diperblehkan hanya dengan berusaha atau berserikat dan berbagi
risiko sehingga dapat berkontribusi terhadap ekonomi. Sebenarnya hubungan
xxxvi
keadaan risiko-keuntungan di dalam teori keuangan konvensional juga sudah
dijelaskan dengan aksioma : return goes along with risk (Karim, 2003:41)
Sehubungan dengan itu, Kahf dan Kahn (1989) mengemukakan
justifikasi adanya keuntungan (proft return) atas pembiayaan (financing) di
dalam fiqih Islam. Dalam ekonomi konvensional, keuntungan (profit), sewa
(rent), upah (wage), da bunga (interest) diperlakukan sebagai faktor-faktor
produksi. Dalam hubungannya dengan waktu, seluruh faktor tersebut, kecuali
keuntungan dinilai secara tetap (fixed). Keuntungan merupakan jumlah yang
tidak pasti, sementara upah, sewa, dan suku bunga adalah tetap dan diketahui.
Sedangkan literatur Islam telah membuang faktor bunga kerena hal ini memang
dilarang berdasarkan Al-Qur’an. Upah dan sewa diperlakukan sama, dan
diistilahkan sebagai ujrah, yaitu memberi nilai (harga) terhadap sumber daya
manusia perunit waktu (upah) dan pemakaian nilai guna suatu aset tetap (sewa)
(Riki Antariksa, 2005:4).
Dalam fiqih Islam, keuntungan didefinisikan sebagai penambahan nilai
aset, baik aset tetap maupun bergerak, yang direalisasikan dalam pertukaran.
Keuntungan dapat diperoleh sebagai hasil dari proses natural suatu pertumbuhan
(tanpa melibatkan adanya usaha atau biaya dari pihak pemilik) misalnya
bertambahnya jumlah air di sumur seseorang. Selain itu, keuntungan juga dapat
diperoleh dari usaha manusia terhadap aset yang akan meningkatkan nilai
tukarnya, dimana usaha tersebut telah mengubah nilai aset menjadi libih tinggi,
misalnya pada abrik manufaktur yang mengubah besi baja menjadi mesin (Riki
Antariksa, 2005:4).
xxxvii
Memperoleh laba atas dasar tanggung jawab telah menjelaskan betapa
pentingnya ketidakpastian (uncertainty) dan risiko sebagai alasan adanya
keuntungan. Oleh karenanya, pemikiran ekonomi syariah didasarkan pada
diterimanya realitas di dalam pasar tidak ada yang pasti atau bebas risiko (Riki
Antariksa, 2005:4).
E. Analisis Rasio
Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angka-
angka di dalam atau antara laporan rugi laba dan neraca. Dengan cara rasio
semacam ini diharapakan pengaruh perbedaan ukuran akan hilang.
Muhammad dan Dwi Suwiknyo (2009 : 234) menyatakan bahwa tujuan
laporan keuangan pada sektor perbankan syariah adalah untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan aktivitas operasi perbankan yang bermanfaat dalam mengambil
keputusan.
Menurut Kasmir (2008:253) Laporan keuangan bertujuan memberikan
informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak
luar yang berkepentingan. Analisis terhadap laporan keuangan perusahaan
dilakukan melalui análisis rasio keuangan.
F. Risiko Bank
Investasi pada sektor perbankan, selain memberikan tingkat keuntungan
dibalik itu juga tergantung tingkat risiko. Pengertian risiko adalah ancaman atau
kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan damapk yang
xxxviii
berlawanan dengan tujuan yang ingin di capai (Idroes, 2008:4). Menurut American
Heritage Dictionary Risiko di definisikan sebagai :
“ The possibility of suffering harm or loss”
Dalam kontek investasi, kondisi ‘harm’ atau ‘loss” tersebut dapat berupa
kondisi dimana investor menerima keuntungan yang lebih kecil dari yang di
Isyaratkan/diharapkan (Lukas Setia Atmaja, 2008 ; 35).
Sebagaimana Moyer (2001 : 173), Risiko didefinisikan sebagai :
”Risk is the possibility that actual cash flow (return) will be different that
forecasted cash flow (return)”.
Berdasarkan pengertian diatas diketahui bahwa risiko dapat dinyatakan
sebagai kemungkinan keuntungan yang menyimpang dari yang diharapkan. Risiko
ini biasanya timbul akibat adanya ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan di
masa yang akan datang. Untuk mensiasati kemungkinan berbagai risiko yang timbul
pada suatu perusahaan (Bank) dimasa yang akan datang, selanjutnya digunakan
rasio-rasio risiko bank. Rasio bank pada dasarnya merupakan teknik untuk
mengukur risiko yang terdapat pada bank, terutama yang berkaitan dengan
kemungkinan timbulnya kerugian dalam bank yang bersangkutan dalam kegiatan
usahanya.
1. Rasio Risiko Bank
Rasio risiko bank yang biasa digunakan untuk mengukur besarnya tingkat
risiko pada bank yang bersangkutan yaitu credit risk ratio, asset risk ratio, dan
deposit risk ratio.
xxxix
Rasio risiko bank yang digunakan untuk mengukur besarnya tingkat risiko
pada bank yang bersangkutan, yaitu Kasmir (2008:292). Credit risk ratio
merupakan rasio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan
membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan.. Rasio ini juga
menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi likuiditasnya dengan jalan
mengadakan pergeseran/penarikan kreditnya yang outstanding untuk memenuhi
permintaan kredit lainnya. Semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan bahwa
banyak kredit macet, dan bank akan mengalami kesulitan financial, sehingga risiko
kreditnya menjadi lebih besar.
Menurut Kasmir (2008:294) Risk asset ratio merupakan rasio untuk
mengukur kemungkinan penurunan risk assets. Rasio risiko asset digunakan untuk
mengukur sampai sejauh mana kemungkinan penurunan yang terjadi dalam total
asset tersebut. Rasio yang tinggi memperlihatkan kemampuan modal bank yang
semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya, sehingga risiko asset menjadi
lebih kecil.
Menurut Kasmir (2008:292) Deposit risk ratio merupakan indikator yang
menggambarkan risiko atas kegagalan atau ketidak mampuan modal bank untuk
Credit Risk Ratio Bad Debts
= Total Loans
X 100 %
Risk Asset Ratio Equity Capital
= Total Asset - Cash Assets - Securities
X 100 %
xl
membayar kembali simpanan yang ditanamkan oleh para deposannya. Rasio ini
juga mengukur seberapa besar dana deposan yang harus dijamin pembayarannya
oleh modal bank bersangkutan. Semakin besar deposit risk ratio akan
memperlihatkan kemampuan permodalan bank yang semakin besar dalam
menjamin data deposan, sehingga risiko simpanannya menjadi lebih kecil.
G. Rasio Profitabilitas
Menurut Muhammad dan Dwi Suwiknyo (2009:263) rasio profitabilitas
Perbankan Syariah, adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai
melalui usaha operasional bank.
Rasio profitabilitas merupakan alat yang paling sederhana, mudah dimengerti
dan mudah dipahami oleh masyarakat umum dalam menilai dan mengukur kinerja
keuangan status perusahaan dan merupakan rasio kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba atau profitabilitas. Sebagaimana Moyer, McGuigan, dan Kretlow
(2001:84), bahwa :
“profitability ratios measure how effectively a firm’s management is
generating profit on sales, total assets, and most importantly, stockholder’s
invesment. There are profit margin ratio, and the return on stockholder’s equity
ratio”.
Rasio profitabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur
tingkat efectivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.
Deposit Risk Ratio Equity Capital
= Total Deposit
X 100 %
xli
1. Rasio Profitabilitas (ROE)
Menurut Harahap (1998:310) Return on equity capital merupakan
indikator untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal
yang tersedia untuk mendapatkan keuntungan bersih. Semakin tinggi rasio ini,
semakin baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas. Jadi,
informasi return on equity ratio yang mengidentifikasikan tingkat kemampuan
perusahaan menggunakan modalnya yang memperoleh pendapatan bersih, akan
di respon oleh investor, baik secara positif maupun negatif.
2. Rasio Profitabilitas (ROA)
ROA adalah ukuran ratio yang dinyatakan dalam persentase antara
pendapatan bersih setelah pajak yang diperoleh perusahaan dengan jumlah
kekayaan yang dimiliki perusahaan. Menurut Hasibuan (2005:100) ROA adalah
perbandingan (rasio) laba sebelum pajak (earning before tax/EBT) selama 12
bulan terakhir terhadap rara-rata volume usaha dalam periode yang sama.
Semakin besar ROA, semakin besar pula keuntungannya yang dicapai oleh bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Indikator variabel ini diukur dengan :
ROE Net Income
= Equity Capital
X 100 %
ROA Net Income
= Total Asset
X 100 %
xlii
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian profitabilitas dan rasio risiko Bank Syariah Mandiri dan Bank
Muamalat Indonesia telah dilakukan oleh (Donny Akbar), dalam penelitian ini
variabel bebas digunakan adalah rasio risiko asset, rasio risiko deposito, rasio risiko
kredit, sedangkan variabel terikatnya ROE, Hasil pengujian pada BMI dengan
menggunakan analisis regresi berganda bahwa variabel deposit risk berpengaruh signifikan
terhadap ROE. Sedangkan Hasil pengujian pada BSM dengan menggunakan analisis
regresi berganda bahwa variabel deposit risk dan credit risk berpengaruh signifikan
terhadap ROE.
Penelitian tentang pengaruh risiko liquiditas terhadap profitabilitas telah
dilakukan oleh Riki Antariksa (2005) Dalam penelitian ini variabel bebas yang
digunakan adalah LTA, LAD, dan FDR, sedangkan variabel terikatnya ROA dan
ROE. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan uji kausalitas granger hanya
variabel LTA yang menyebabkan profitabilitas.
Penelitian yang berkaitan dengan pengukuran risiko dan profitabilitas bank
Islam juga telah dilakukan oleh Andel Hameed M. Bashir (1999). Dalam
penelitiannya ia membandingkan dua bank Islam di sudan yaitu Faisal Islamic Bank
Sudan (FIBS) dan Tadamon Islamic Bank Sudan (TIBS). Penelitian ini
menganalisis implikasi dari skala bank pada profitabilitas dan risiko pada tahun
1979-1993. Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara konsisten, tingkat rate of
return kedua bank menunjukkan sifat tidak stabil.
xliii
Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang
Perbandin
gan
Penelitian Terdahulu (Abdel
Hamed:1999)
Penelitian Terdahulu (Riki Antariksa: 2005)
Penelitian Terdahulu (Dony Akbar:2008)
Penelitian
sekarang
Objek penelitian
FIBS dan TIBS
BMI BMI, BSM BMI, BSM, dan BSMI
Laporan
Keuanga
n
1979-1993 2000 s.d 2004 2002 s.d 2007 2005 s.d 2008
Variabel
Rasio
Risiko
dan
Profitabilit
as
Return on
Asset,
Return on
Deposit,
Return on
Equity, RI
index,
Equity/Capi
tal (K)
LTA, LDR,
FDR , Return
on Asset,
Return on
Equty,
asset risk
ratio, deposit
risk ratio,
credit risk
ratio, Return
on Equity
asset risk
ratio, deposit
risk ratio,
credit risk
ratio, Return
on Asset,
Return on
Equity
Jenis
Penelitian
Kausal Kausal Kausal Kausal
Sumber: Data sekunder yang diolah
I. Kerangka Berpikir
Dengan berjalannya waktu perbankankan syariah membuktikan mempunyai
prospek dan potensi yang Sangat besar mengingat pangsa pasar di Indonesia adalah
mayoritas Islam.
xliv
Kemudian peneliti juga ingin mengetahui apakah pandangan fiqih yang
berbasis risiko dimana keuntungan diperbolehkan hanya dengan berusaha atau
berserikat dan berbagi risiko sehingga dapat berkontribusi terhadap ekonomi juga
diterapkan pada BMI, BSM dan BSMI.
Dalam penelitian ini, untuk menghitung semua rasio keuangan tersebut akan
dihitung dengan menggunkan sofware Microsoft Excel 2003 dengan memasukan
rumus masing-masing, setelah itu data-data berformat Excel tersebut akan
dikonversi ke E-Views 6 dan SPSS 17 untuk selanjutnya dilakukan pengujian
persyaratan analisis yaitu uji Asumsi Klasik. Pengujian rasio risiko terhadap
profitabilitas dengan ROE dan ROA sebagai alat penguji profitabilitas Bank
Syariah dianalisa dengan Comparing Means. Sehingga dari hasil penghitungan
tersebut akan diketahui rasio risiko dan profitabilitas ketiga bank syariah tersebut.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah rasio risiko berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas BMI, BSM dan BSMI maka alat uji yang digunakan adalah dengan
Regresi Berganda.
xlv
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
ROE
Comparing Means
Bank Muamalat indonesia Bank Mega Syariah
Rasio Risiko Rasio Profitabilitas
Deposit Risk Asset Risk Credit Risk
Uji Kualitas Data
Uji Asumsi Klasik
Uji Regresi
Interpretasi & Analisa Hasil Uji Statistik
Profitabilitas dan Rasio Risiko Bank Syariah
Bank Mandiri Syariah
ROA
Interpretasi & Analisa Hasil Uji Statistik
Latar Belakang: Perkembangan Bank Syariah, Kesamaan System, Konsep
Operasional & Risiko dan Profitabilitas ketiga Bank tersebut
xlvi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank
Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI). Dalam hal ini
ketiga bank tersebut adalah bank syariah yang beroperasi di Indonesia.
B. Metode Penentuan Sampel
Menurut Indriartono Supomo, (2002 : 130) Skripsi ini disusun dengan
melakukan pemilihan sampel menggunakan metode non probabilitas (secara tidak
acak). Metode yang diambil adalah pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan
(judgment sampling) yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan mempergunakan pertimbangan tertentu (yang
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian atau skripsi).
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Library Research
xlvii
Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal,
Koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian.
2. Field Research
Data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan terutama
yang berkaitan dengan objek penelitian.
D. Metode Analisis dan Hipotesis
Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini
adalah menggunakan analisis kuantitatif. Dimana analisis kuantitatif adalah studi
yang bertujuan untuk mencari uraian secara menyeluruh, teliti, dan komprehensif
berdasarkan data empiris.
Suatu permasalah yang diselesaikan dengan pendekatan kuantitatif, seorang
analis akan berkonsentrasi pada fakta kuantitatif atau data yang berhubungan
dengan masalah dan selanjutnya membuat model matematik yang menjelaskan
tujuan, hambatan dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan, kemudian
dengan satu atau beberapa metode lainnya, analisis akan memberikan rekomendasi
berdasarkan data kuantitatif tersebut (Anderson, 1994).
Langkah pertama untuk menilai rasio risiko bank adalah menghitung
variable-variabel yang digunakan dalam risiko bank, dihitung dengan rumus
masing-masing rasio.
xlviii
Langkah yang selanjutnya adalah memasukan rasio-rasio tersebut ke dalam
Software Microsoft Excel XP kemudian di konfersi ke Software E-Views 6 dan
SPSS versi 17 untuk selanjutnya dianalisa menggunakan uji statistik. Secara
terperinci langkah dalam pengujian statistik yaitu :
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji
normalitas data, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data
normal atau tidak dengan menggunakan Normal P-P Plot. Model regresi
yang baik adalah mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Jika
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
menunjukkan pola distribusi normal, sehingga model regresi memenuhi
asumsi normalitas (Ghozali, 2005:112).
b. Uji Multikoloniearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005:91).
Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolonieritas atau multiko.
xlix
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independennya. Ada tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi
adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance.
Regresi yang terbatas dari problem multikolonieritas apabila nilai VIF<10
dan nilai tolerance > 0,10, maka data tersebut tidak ada multikolonieritas
(Ghozali, 2005:92). Multikolonieritas juga terjadi jika variabel independen
ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikolonieritas (Ghojali, 2005:92)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual atau pengamatan ke pengamatan
yang lain dengan menggunakan grafik Scatterplot. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2005:105). Dasar
pengambilan keputusannya, jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka terindiksi bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika
tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2005:105)
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan
l
kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokoralasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya (Ghojali, 2005:95).
Autokorelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual satu
obsevasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah
timbul pada data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya,
data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya.
Meskipun demikian, tetap dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data
yang bersifat antarobjek (cross section) (Wing Wahyu, 2007:5.24).
Autokorelasi dapat berbentuk autokorelasi positif dan autokorelasi negatif.
Dalam analisis runtut waktu, lebih besar kemungkinan terjadi autokorelasi
positif, karena variabel yang dianalisis biasanya mengandung
kecenderungan meningkat(Wing Wahyu, :2007:5.25)
Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilihat
melalui nilai Durbin Watson. Adapun panduan mengenai DW (Durbin
watson). Bila nilai DW terletak diantara du < d < 4 – du maka dapat
dikatakan tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif, atau jira
nilai d mencapai sekitar 2 di mana du adalah batas atas dan dL adalah batas
bawah. Menurut Durbin-Watson Statistik terdapat lima kondisi autokorelasi.
1) 0 < d < dL : ada autokorelasi positif
li
2) dL < d < du : ragu-ragu ada autokorelasinya (inconclusive)
3) du < d < 4-du : tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif
4) 4-du < d < 4-dL : ragu-ragu ada autokorelasi negatif
5) 4-dL < d < 4 : ada autokorelasi negatif
2. Analisis Regresi
Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga digunakan untuk
mengukur ada tidaknya korelasi atau hubungan antar variabel. Istilah regresi
yang berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis
Galton pada tahun 1877, sehubungan dengan penelitiannya terhadap tinggi
manusia. Garis yang menunjukkan hubungan tersebut disebut garis regresi.
Analiis regresi lebih akurat dalam melakukan analisis korelasi, karena pada
analisis regresi itu kesulitan dalam menunjukkan slope (tingkat perubahan statu
lii
variabel terhadap variabel yang lanilla dapat ditentukan). Jadi, dengan analisis
regresi, peramalan atau nilai variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih
akurat pula (Iqbal Hasan, 1999 : 246).
Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linier berganda, yaitu merupakan persamaan matematik yang menyatakan
hubungan antara sebuah variabel bebas (variabel respon/independen) dengan
beberapa variabel bebas (predictor/dependen).
(Wijaya, 2001 : 80)
Persamaan garis regresi adalah suatu model persamaan garis yang
menunjukkan kepekaan variabel bebas akan mempengaruhi variabel terikatnya.
Persamaan untuk regresi berganda di penelitian ini dapat dinyatakan dalam
persamaan garis sebagai berikut :
Di mana :
Y1 = Return On Equity (ROE)
Y2 = Return On Asset (ROA)
a = Intersept
b1-b3 = Koefisien Regresi
X1 = Asset Risk
X2 = Deposit Risk
X3 = Credit Risk
Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + €1
Y2 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + €1
liii
€1 = Error term
E. Operasional Variabel
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti
dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada dimensi-
dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang diperoleh melalui
pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Asset Risk Ratio
Asset Risk Ratio merupakan ukuran yang menggambarkan risiko bank
atas penurunan yang terjadi pada assetnya.
2. Deposit Risk Ratio
Deposit Risk Ratio merupakan indikator yang menggambarkan risiko
atas kegagalan atau ketidakmampuan modal bank untuk membayar kembali
simpanan yang ditanamkan oleh para deposannya.
3. Credit Risk Ratio
Credit Risk Ratio merupakan ukuran yang menunjukan risiko bank atas
kredit yang tidak dapat dibayar kembali oleh para debiturnya. Rasio ini juga
menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi liquiditasnya dengan jalan
mengadakan pergeseran/penarikan kreditnya yang outstanding untuk memenuhi
permintaan kredit lainnya.
liv
4. Return On Equity (ROE)
ROE atau tingkat pengembalian modal berfungsi untuk mengukur
seberapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis atas modal (ekuitas)
yang disetorkan untuk bisnis untuk bisnis tersebut atau rasio yang mengukur
seberapa laba bersih yang dihasilkan atas seluruh modal yang digunakan.
5. Return On Asset (ROA)
ROA adalah rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis
atas seluruh investasi yang telah dilakukan atau rasio yang mengukur seberapa
besar laba bersih yang dihasilkan atau seluruh asset yang ditanamkan
perusahaan. ROA dihitung dengan rumus laba bersih dibagi total asset. Dimana
laba bersih dan total asset dihitung setelah pajak.
lv
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Bank Syariah
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia juga cukup menggembirakan.
Perbankan syariah memasuki sepuluh tahun terakhir, pasca-perubahan UU
Perbankan yang ditandai dengan terbitnya UU No. 10/1998, mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang amat pesat. Perkembangan yang pesat itu
terutama tercatat sejak dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yang memberi
izin untuk pembukaan bank syariah yang baru maupun pendiriaan Unit Usaha
Syariah (UUS). Sampai dengan akhir 2007 sudah terdapat tiga bank umum syariah
(BUS), UUS mencapai 26 bank, dan BPR Syariah menjadi 114 (BI, 2007: 1-2).
Sedangkan selama tahun 2008 jumlah bank syariah mengalami penambahan 2 BUS
yaitu Bank Syariah BRI dan Bank Syariah Bukopin. Selain itu juga dibuka 2 UUS
yaitu Bank Tabungan Pensiunan Nasional dan BPD Jawa Tengah. Selain itu tahun
2008 juga bertambah 17 BPRS, sehingga pada akhir 2008 terdapat 5 BUS, 27 UUS
dan 131 BPR Syariah (LPPS BI, 2008: viii).
Dari sisi kelembagaan, pada tahun 2009 telah hadir bank umum syariah
baru, yaitu Bank Panin Syariah. Ditambah dua Unit Usaha Syariah, yaitu OCBC
NISP dan Bank Sinar Mas Syariah. Dengan demikian, Bank Umum Syariah
menjadi enam bank, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri,
Bank Mega Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank Panin
Syariah. Selain itu, tumbuh pula 7 BPR Syariah baru. (Data BI oktober 2009)
lvi
Dari sisi institusional ini penyebaran jaringan kantor perbankan syariah pun
mengalami pertumbuhan pesat. Pada tahun 2009, outlet pelayanan mengalami
penambahan sebanyak 148 kantor. Dengan demikian, kini bank syariah telah
memiliki sekitar 3012 jaringan, dengan rincian 6 kantor Pusat Bank Umum
Syariah, 25 kantor UUS (Unit Usaha Syariah), 1101 Kantor Cabang, 1742
office channeling (layanan bank syariah di bank konvensional) dan 138 BPRS
(Data BI oktober 2009).
Tabel 4.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), October 2009
Pada tahun 2009, jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan
syariah mencapai Rp.45,2 triliun, hanya tumbuh 18,16 persen. Angka ini lebih
Kelompok Bank 2005 2006 2007 2008 2009
Bank Umum Syariah
- Jumlah Bank
- Jumlah Kantor
3
304
3
349
3
401
5
581
6
688
Unit Usaha Syariah
- Jumlah Bank Umum Konvensional
yang memiliki UUS
- Jumlah Kantor
19
154
20
183
26
196
27
241
25
275
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
- Jumlah Bank
- Jumlah Kantor
92
92
105
105
114
185
131
202
138
223
Total Kantor
550 637 782 1.024 1.186
lvii
rendah dibanding pertumbuhan tahun 2008 yang lalu, 42.9 persen. Hal ini
dikarenakan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional Sementara itu
pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) perbankan syariah 26,5 % (yoy), yaitu
46,5 Triliun. FDR (Financing to Deposit Rasio sebesar 97.5 persen. Selama
tahun 2009, ROA perbankan syariah mencapai 1,2 % dan ROE mencapai 30%.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut dapat dikatakan bahwa industri perbankan
syariah masih tumbuh secara normal Dengan kinerja pertumbuhan industri yang
tetap fantantis tersebut boleh membuat para pegiat tersenyum, namun harus
diingat bank-bank syariah harus ditetap dikawal, dan didesak untuk senantiasa
istiqamah dalam penerapan manajemen resiko, syariah compliance dan
menerapkan Good Syariah Governance.
2. Bank Muamalat Indonesia
PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991,
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia, dan
memulai kegiatan operasinya pada mulai Mei 1992. Dengan dukungan nyata
dari eksponen Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan bebarapa
pengusaha muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan
masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp. 84
miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada
acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh
tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal
senilai Rp. 106 miliar.
lviii
Dengan Visi “ Menjadi Bank Syariah Utama di Indonesia, dominant
dipasar spiritual, dikagumi di pasar rasional”, dan Misi “Menjadi ROLE
MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat
kewirausahaan, keunggulan menajemen dan orientasi investasi yang inovatif
untuk memaksimumkan nilai bagi Stakeholder”.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporak-porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bnak
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet
(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.
Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp. 39,3 miliar, kurang dari sepertiga
modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalnnya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapisecara positif oleh Islamic Development
Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21
Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank
Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002
merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank
lix
Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan
kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat,
ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strtegi pengembangan usaha yang
tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa saulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh
anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat
kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak
mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak
melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal
pemangkasan biaya, tidak memotong hak kru Muamalat sedikitpun, (iii)
pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas
utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan
usaha baru dengan mneggakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama
di tahun kedua, dan (v) pembangunan tongkat-tongkat usaha dengan
menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank
Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa bank
kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era baru memasuki tahun 2004 dan
seterusnya.
3. Bank Syariah Mandiri
Sejarah lahirnya BSM berbeda dengan BMI, dimana BSM berdiri
setelah krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
lx
politik nasional telah membawa dampak pesat dalm perekonomian nasional.
Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi
bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan
tersebut menyebabkan Pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan
untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Lahirnya Undang-Undang no. 10 tahun 1998, tentang perubahan atas
Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, pada bulan November
1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi BSM. Undang-Undang
tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah dengan
membuka cabang khusus syariah.
Pembentukan BSM di Indonesia mempunyai kenangan tersendiri bagi
perusahaan tersebut, diawali PT. Bank Susila Bakti yang dimiliki oleh yayasan
Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota
Prestasi yang berupaya keluar dari krisis 1997-1999 dengan berbagai cara.
Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih
konversimenjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan
terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Exim, dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 juli
1999, rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan
nama Bank Syariah Sakinah) akhirnya diambil alih PT. Bank Mandiri (Persero).
PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya
dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank
syariah, sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk
lxi
membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentu
nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Sakionah, kemudian
diubah lagi menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/99 telah memberikan ijin
perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bankti. Selanjutnya dengan Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEWP.DGS/1999
tanggal 25 oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahan nama PT.
Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mendiri.
4. Bank Syariah Mega Indonesia
PT Bank Syariah Mega Indonesia (Bank) berkedudukan di Jakarta,
Indonesia, awalnya didirikan dengan nama PT Bank Umum Tugu berdasarkan
Akta Pendirian No.102 tanggal 14 Juli 1990 yang dibuat di hadapan Mudofir
Hadi, S.H., Notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C2 -
4405.HT.01.01.Th.90 tanggal 30 Juli 1990 dan telah diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No.78 tanggal 28 September 1990, Tambahan
No.3638/1990. Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan Akta Notaris F.X. Budi Santoso Isbandi, S.H.,
No.66 tanggal 19 Mei 2004 mengenai perubahan modal dasar dan modal
ditempatkan dan disetor penuh. Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri
lxii
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan
No.C- 13318.HT.01.04.TH.2004 tanggal 27 Mei 2004 dan telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 74 tanggal 14 September 2004,
Tambahan No. 9133/2004.
Bank memperoleh izin usaha untuk beroperasi sebagai bank umum dari
Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1046/KMK.013/1990 tanggal 5
September 1990. Berdasarkan Surat Keputusan Deputi Gubernur Bank
Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 tanggal 27 Juli 2004, Bank memperoleh izin
perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, dan izin perubahan nama berdasarkan Surat Keputusan Deputi
Gubernur Bank Indonesia No. 6/11/KEP.DpG/2004 tanggal 27 Juli 2004. Bank
mulai beroperasi sebagai bank umum syariah pada tanggal 25 Agustus 2004 dan
berdasarkan Surat Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.
10/12/KEP.DpG/2008 tanggal 16 Oktober 2008, Bank telah memperoleh izin
beroperasi sebagai Bank Devisa sejak tanggal 16 Oktober 2008. Sesuai dengan
pasal 3 anggaran dasar Bank yang terakhir, maksud dan tujuan Bank adalah
menyelenggarakan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah.
Kantor pusat Bank berlokasi di Menara Bank Mega Jl. Kapten P.
Tendean Kav. 12-14A, Jakarta dengan 193 (seratus sembilan puluh tiga) kantor
cabang yang tersebar di Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Kediri,
Medan, Palembang, Jambi, Lampung, Padang, Pontianak dan Makasar.
lxiii
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
a. Return On Asset (ROA)
Gambar 4.1 Perbandingan ROA pada BMI, BSM dan BSMI
Sumber : Laporan Tahunan Masing-masing Bank
Pada gambar 4.1 terlihat bahwa BSMI mempunyai rata-rata
(mean) Return On Asset sebesar 3,04 % lebih besar jika dibandingkan mean
BSMI 0.69 % 3.98 % 5.36 % 2.14 % 3.04 %
BSM 1. 83 % 1.10 % 1.53 % 1.91 % 1.78 %
BMI 2. 53 % 2. 64 % 2. 90 % 2.62 % 2.67 %
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
2005 2006 2007 2008 Rata-Rata
BSMI
BSM
BMI
lxiv
BMI dan BSM yaitu 2,67 % (BMI) dan 1,78 % (BSM). Hal ini menunjukkan
selama tahun 2005-2008 ROA BSMI mempunyai nilai yang relatif lebih baik
dibandingkan dengan BMI dan BSM, semakin besar semakin baik kinerja suatu
bank karena semakin besar semakin besar juga profitabilitas dari pengelolaan
modal yang dimiliki. Begitu juga jika mengacu pada ketentuan BI No.
6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004 yang menetapkan ROA berkisar antara 0,5 %
s.d 1,25 %, maka ROA ketiga bank umum syariah dalam kategori bank yang
berkinerja baik/sehat karena nilai ROA ketiga bank melebihi dari ketentuan BI.
b. Return On Equity (ROE)
Gambar 4.2 Perbandingan ROE pada BMI, BSM dan BSMI
Sumber : Laporan Tahunan Masing-masing Bank
BSMI 4.87% 44.78 % 57.99 % 22.45 % 32.52 %
BSM 14.56 % 10.23 % 16.05 % 21.30 % 15.54 %
BMI 18.10 % 21.56 % 28.38 % 33.21 % 25.31 %
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
2005 2006 2007 2008 Rata-rata
BSMI
BSM
BMI
lxv
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa BSMI mempunyai rata-rata
(mean) Return On Equity sebesar 32,52 % lebih besar jika dibandingkan
dengan BMI dan BSM. Semakin tinggi ROE semakin bagus karena perolehan laba
yang dihasilkan pada bank tersebut semakin besar. Begitu juga halnya jika
mengacu pada ketentuan BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004 yang menetapkan
ROE berkisar antara 5% s.d 12,5 ROE ketiga bank umum Syariah dalam kategori
bank yang berkinerja baik/sehat karena nilainya diatas ketentuan BI.
c. Asset Risk Ratio
Gambar 4.3 Perbandingan Asset Risk Ratio pada BMI, BSM dan BSMI
Sumber : Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2008 (data diolah)
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa BSMI mempunyai rata-rata (mean) asset
risk ratio sebesar 11,35 % lebih besar jika dibandingkan dengan BMI (9.47%)
dan BSM (7.77%). Hal ini menunjukkan selama tahun 2005-2008 asset risk ratio
BSMI mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan BMI dan
BSM, semakin besar asset risk ratio semakin baik, karena semakin besar asset risk
BSMI 15,84 % 7.14 % 9.55 % 13.99 % 11.35%
BSM 8.32 % 8.23% 7.62% 6.93% 7.77 %
BMI 10.43% 10.70% 9.35% 7.39% 9.47%
0%
5%
10%
15%
20%
2005 2006 2007 2008 Rata-rata
BSMI
BSM
BMI
lxvi
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
2005 2006 2007 2008 Rata-Rata
BSMI
BSM
BMI
ratio akan memperlihatkan kemampuan modal bank yang semakin besar dalam
memenuhi penurunan assetnya, sehingga risiko asset menjadi lebih kecil.
d. Deposit Risk Ratio
Gambar 4.4 Perbandingan Deposit Risk Ratio pada BMI, BSM dan BSMI
Sumber : Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2008 (data diolah)
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa BMI mempunyai rata-rata (mean)
deposit risk ratio sebesar 20.66% lebih besar jika dibandingkan dengan BSMI
(15.86%) dan BSM (17.63%). Hal ini menunjukkan selama tahun 2005-2008
deposit risk ratio BMI mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibandingkan
dengan BSMI dan BSM, semakin besar deposit risk ratio semakin baik, karena
semakin besar deposit risk ratio akan memperlihatkan kemampuan modal bank
BSMI 21.71% 9.51% 12.98% 19.23% 15.86%
BSM 18.41% 18.60% 18.18% 14.70% 17.63%
BMI 21.02% 23.14 21.24% 17.23% 20.66%
lxvii
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
4.00%
2005 2006 2007 2008 Rata-Rata
BSMI
BSM
BMI
yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga risiko simpannanya
menjadi lebih kecil.
e. Credit Risk Ratio
Gambar 4.5 Perbandingan Credit Risk Rasio pada BMI, BSM dan BSMI
Sumber : Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2008 (data diolah)
Pada gambar 4.2 terlihat bahwa BSM mempunyai rata-rata
(mean) credit risk ratio sebesar 0.35 % lebih kecil jika dibandingkan dengan
BMI (2.63%) dan BSMI (1.17%). Hal ini menunjukkan selama tahun 2005-2008
credit risk ratio BSM mempunyai nilai lebih baik dibandingkan dengan BMI dan
BSMI 1.29 % 0.40 % 2.89% 0.08% 1.17%
BSM 0.51% 0.44% 0.34% 0.115% 0.35%
BMI 1.39% 2.44% 2.41% 4.29% 2.63%
lxviii
BSMI, semakin rendah semakin baik, karena semakin tinggi rasio ini akan
menunjukkan bahwa banyak kredit macet, dan bank akan mengalami kesuliatn
finansial, sehingga risiko kreditnya menjadi lebih besar.
Dalam perbandingan rasio risiko dan rasio profitabilitas secara
deskriptif maka penelitian ini dapat melihat risiko dan profitabilitas yaitu, BSMI
adalah menjadi Bank umum syariah paling baik profitabilitas dan pengelolaan
risikonya karena dilihat dari 2 rasio profitabilitas dan 1 rasio risiko. Nilai BSMI
relatif lebih baik dibandingkan dengan dua bank umum syariah lainnya yaitu BMI
dan BSM, BMI lebih baik rasio deposit risk dibandingkan BSM dan BSMI,
sedangkan BSM lebih baik rasio credit risk dibandingkan BMI dan BSMI . Akan
tetapi dalam penelitian ini juga bisa dikatakan bahwa BSMI boleh lebih unggul
karena BSMI adalah bank yang baru muncul atau baru berdiri dibandingkan oleh
kedua bank syariah yang lain, dalam pengujian secara deskriftif BSMI boleh lebih
unggul karena perputaran keuangan dalam BSMI belum terlalu signifikan karena
dilihat dari jumlah nasabah dan masih banyak yang belum mengetahui tingkat
kinerja BSMI. Jadi dalam penelitian ini tingkat kinerja yang stabil. Sedangkan yang
menjadi bank dalam kategori paling baik kinerjanya yaitu BMI dan BSM, dan
mungkin dalam beberapa tahun kedepan BSMI bisa menjadi bank yang dapat
diperhitungkan karena laju dari tingkat kinerjanya sangat bagus. Secara garis besar
ketiga bank umum syariah tersebut merupakan bank-bank yang dilihat dalam masa
pertumbuhannya merupakan bank dalam kualitas baik sehat.
lxix
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Asumsi Klasik BMI
1). Hasil Uji Multikolinearitas.
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat
multikolinieritas (Multikol) dimana model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen.
Untuk menganalisis adanya korelasi antar variabel independen atau
tidak, dapat dilihat dalam tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Uji Kolinieritas
ASSETRISK DEPOSITRISK CREDITRISK ROA ROE
ASSETRISK 1.000000 0.954164 -0.109372 -0.046027 -0.379800
DEPOSITRISK 0.954164 1.000000 -0.038247 -0.067804 -0.394698
CREDITRISK -0.109372 -0.038247 1.000000 -0.100450 -0.002663
ROA -0.046027 -0.067804 -0.100450 1.000000 0.589474
ROE -0.379800 -0.394698 -0.002663 0.589474 1.000000
Sumber : Data sekunder yang di olah
Berdasarkan tabel 4.2 Dapat dilihat bahwa terdapat kolinieritas yang
kuat antara variabel independent, yaitu variabel asset risk dan variabel deposit
risk. Oleh karena itu penulis menghilangkan satu variabel independen yaitu
variabel asset risk agar model regresi ini layak dipakai dalam pengujian.
lxx
2). Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan lain. Jika varians dan
residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik
adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Untuk mengetahui apakah terjadi heterokedastisitas atau tidak, dapat
dilihat pada gambar 4.6 dan 4.7
Gambar 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas ROE BMI
Sumber : Data sekunder yang di olah
lxxi
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol
(0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini
Gambar 4.7 Hasil Uji Heterokedastisitas ROA BMI
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol
(0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini.
lxxii
3). Hasil Uji Autokorelasi
Pada pengujian autokorelasi ROE diperoleh nilai Durbin Watson Pada
tabel 4.3 sebesar 0.635375 hal ini menunjukkan bahwa Durbi Watson -
2<0.635375<2, memenuhi syarat -2<d<2, yang berarti Durbin Watson tidak
terdapat autokorelasi dan dapat disimpulkan bahwa model regresi ini layak
dipakai dalam pengujian.
Pada pengujian autokorelasi ROA diperoleh nilai Durbin Watson Pada
tabel 4.4 sebesar 0.70741 hal ini menunjukkan bahwa Durbi Watson -
2<0.70741<2, memenuhi syarat -2<d<2, yang berarti Durbin Watson tidak
terdapat autokorelasi dan dapat disimpulkan bahwa model regresi ini layak
dipakai dalam pengujian.
4). Hasil Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal.
Untuk mengetahui model regresi variabel, variabel independen atau
keduanya berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.8 dan 4.9.
lxxiii
Gambar 4.8 Hasil Uji Normalitas ROE BMI
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut,
ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal
lxxiv
Gambar 4.9 Hasil Uji Normalitas ROA BMI
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut,
ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
lxxv
b. Analisis Regresi BMI
Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi BMI Dengan Variabel Dependen ROE
Dependent Variable: ROE
Method: Least Squares
Date: 02/24/10 Time: 14:09
Sample: 2005M01 2008M12
Included observations: 48 Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.317240 0.063362 5.006826 0.0000
DEPOSITRISK -0.858262 0.297484 -2.885071 0.0060
CREDITRISK -0.046869 0.361151 -0.129776 0.8973
R-squared 0.156103 Mean dependent var 0.138764 Adjusted R-squared 0.118596 S.D. dependent var 0.078229
S.E. of regression 0.073444 Akaike info criterion -2.324125 Sum squared resid 0.242731 Schwarz criterion -2.207175
Log likelihood 58.77899 Hannan-Quinn criter. -2.279929
F-statistic 4.162006 Durbin-Watson stat 0.635375
Prob(F-statistic) 0.021954
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap
profitabilitas sebagaimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut:
ROE = 0.317240 - 0.858262*DEPOSITRISK - 0.046869*CREDITRISK
Berdasarkan tabel 4.3 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada
tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa :
1) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0060 lebih kecil
dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas(ROE). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Dony Akbar(2008).
lxxvi
2) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,8973 lebih besar dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas(ROE). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Dony Akbar(2008).
Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio deposit risk naik sebesar 1% maka
risiko perusahaan semakin rendah, karena memperlihatkan kemampuan
permodalan bank yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga
risiko simpanannya menjadi lebih kecil. Semakin sedikit dana yang dipakai
untuk pembiayaan, dengan demikian profitabilitas BMI akan turun sebesar
0,858262%. Jika nilai rasio credit risk meningkat sebesar 1% maka risiko
perusahaan semakin besar, profitabilitas BMI akan naik sebesar 0.046869%.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,156. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama
dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 15,6 % dan
sisanya dipengaruhi variabel lain.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -2,324125, menurut
Profesor Hirotugu Akaike semakin kecil nilai AIC, semakin baik modelnya.
Penemuan ini menunjukkan bahwa apabila rasio deposit risk BMI
meningkat maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat
menurunkan profitabilitas pada BMI. Hal ini menunjukkan bahwa BMI
memperlihatkan kemampuan permodalan yang semakin besar dalam menjamin
dana deposan, sehingga risiko simpanannya menjadi lebih kecil. namun sedikit
lxxvii
dana yang dipakai untuk pembiayaan, dengan demikian profitabilitas semakin
menurun.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Regresi BMI Dengan Variabel Dependen ROA
Dependent Variable: ROA
Method: Least Squares
Date: 02/24/10 Time: 14:07
Sample: 2005M01 2008M12
Included observations: 48 Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.117385 0.060854 1.928959 0.0601
DEPOSITRISK -0.138476 0.285712 -0.484672 0.6303
CREDITRISK -0.241786 0.346860 -0.697072 0.4893
R-squared 0.015231 Mean dependent var 0.082677 Adjusted R-squared -0.028537 S.D. dependent var 0.069552 S.E. of regression 0.070538 Akaike info criterion -2.404878 Sum squared resid 0.223900 Schwarz criterion -2.287928
Log likelihood 60.71708 Hannan-Quinn criter. -2.360683
F-statistic 0.347995 Durbin-Watson stat 0.707401
Prob(F-statistic) 0.707985
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap
profitabilitas sebagimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut:
ROA = 0.117385 - 0.138476*DEPOSITRISK - 0.241786*CREDITRISK
Berdasarkan tabel 4.4 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada
tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa:
lxxviii
1) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,6303 lebih besar
dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas(ROA).
2) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,4893 lebih besar
dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas(ROA).
Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,0152. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko BMI secara bersama-sama
dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat hanya 1,52 %. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua rasio risiko sangat kecil dalam mempengaruhi ROA
BMI.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -2,404878, menurut
Profesor Hirotugu Akaike semakin kecil nilai AIC, semakin baik modelnya.
Penemuan ini menunjukkan bahwa apabila rasio deposit risk BMI
menurun maka risiko perusahaan akan naik, yang pada akhirnya dapat
mendorong kenaikkan profitabilitas pada BMI. jika rasio credit risk meningkat,
maka risiko perusahaan akan meningkat, yang pada akhirnya dapat mendorong
peningkatan profitabilitas pada BMI karena menggambarkan kemampuan BMI
dalam memenuhi likuiditasnya.
c. Uji Asumsi Klasik BSM
1). Hasil Uji Multikolinearitas.
lxxix
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat
multikolinieritas (Multikol) dimana model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen.
Untuk menganalisis adanya korelasi antar variabel independen atau
tidak, dapat dilihat dalam tabel 4.5
Tabel 4.5 Hasil Uji Kolinieritas
ASSETRISK DEPOSITRISK CREDITRISK ROA ROE
ASSETRISK 1.000000 0.770228 0.798275 0.232998 -0.089960
DEPOSITRISK 0.770228 1.000000 0.699809 0.311210 -0.233154
CREDITRISK 0.798275 0.699809 1.000000 0.058753 -0.418638
ROA 0.232998 0.311210 0.058753 1.000000 0.442339
ROE -0.089960 -0.233154 -0.418638 0.442339 1.000000
Sumber : Data sekunder yang di olah
Berdasarkan tabel 4.5 Dapat dilihat bahwa tidak terdapat
kolinieritas yang kuat antara variabel independent. Dengan demikian tidak
terjadi multikolinearitas.
2) Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan lain. Jika varians
dan residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang
baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Untuk mengetahui apakah terjadi heterokedastisitas atau tidak, dapat
dilihat pada gambar 4.10 dan 4.11
lxxx
Gambar 4.10 Hasil Uji Heterokedastisitas ROE BSM
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar
titik nol (0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada
model regresi ini
Gambar 4.11 Hasil Uji Heterokedastisitas ROA BSM
lxxxi
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol
(0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini.
3). Hasil Uji Autokorelasi
lxxxii
Pada pengujian autokorelasi ROE diperoleh nilai Durbin Watson Pada
tabel 4.6 sebesar 0.938974 hal ini menunjukkan bahwa Durbi Watson -
2<0.938974<2, memenuhi syarat -2<d<2, yang berarti Durbin Watson tidak
terdapat autokorelasi dan dapat disimpulkan bahwa model regresi ini layak
dipakai dalam pengujian.
Pada pengujian autokorelasi ROA diperoleh nilai Durbin Watson Pada
tabel 4.7 sebesar 1.673479 hal ini menunjukkan bahwa Durbi Watson -
2<1.673479<2, memenuhi syarat -2<d<2, yang berarti Durbin Watson tidak
terdapat autokorelasi dan dapat disimpulkan bahwa model regresi ini layak
dipakai dalam pengujian.
4). Hasil Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal.
Untuk mengetahui model regresi variabel, variabel independen
atau keduanya berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.12
dan 4.13
Gambar 4.12 Hasil Uji Normalitas ROE BSM
lxxxiii
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut,
ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Gambar 4.13 Hasil Uji Normalitas ROE BSM
lxxxiv
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut,
ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
lxxxv
d. Analisis Regresi BSM
Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi BSM Dengan Variabel Dependen ROE
Dependent Variable: ROE
Method: Least Squares
Date: 02/26/10 Time: 22:21
Sample: 2005M01 2008M12
Included observations: 48 Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.189332 0.097352 -1.944819 0.0582
ASSETRISK 5.755923 1.662549 3.462108 0.0012
DEPOSITRISK -0.476257 0.433200 -1.099392 0.2776
CREDITRISK -26.53762 6.026385 -4.403572 0.0001
R-squared 0.357338 Mean dependent var 0.081369
Adjusted R-squared 0.313520 S.D. dependent var 0.046714
S.E. of regression 0.038704 Akaike info criterion -3.586079
Sum squared resid 0.065913 Schwarz criterion -3.430146
Log likelihood 90.06589 Hannan-Quinn criter. -3.527151
F-statistic 8.155086 Durbin-Watson stat 0.938974
Prob(F-statistic) 0.000199
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap
profitabilitas sebagimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut :
ROE = -0.189332+5.755923*ASSETRISK - 0.476257*DEPOSITRISK -
26.53762*CREDITRISK
Berdasarkan table 4.6 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada
tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa:
1) Variabel asset risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0012 lebih kecil dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa asset risk berpengaruh signifikan terhadap
lxxxvi
profitabilitas(ROE). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Dony
Akbar(2008).
2) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,2776 lebih besar dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas(ROE). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Dony
Akbar(2008).
3) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0001 lebih kecil dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas(ROE). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dony
Akbar(2008).
Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio asset risk naik sebesar 1% maka risiko
perusahaan semakin rendah, karena memperlihatkan kemampuan modal bank yang
semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya, sehingga risiko asset menjadi
lebih kecil. Dengan demikian profitabilitas BSM akan turun sebesar 5,755923%.
Jika nilai rasio deposit risk meningkat sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin
besar, profitabilitas BSM akan naik sebesar 0,0476257%. Jika nilai rasio credit
risk meningkat sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin besar, karena
menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi likuiditasnya. profitabilitas
BSM akan naik sebesar 26,53762%.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,357. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama
dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 35,7 % dan
sisanya dipengaruhi variabel lain.
lxxxvii
Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -3,430146, menurut
Profesor Hirotugu Akaike semakin kecil nilai AIC, semakin baik modelnya.
Penemuan ini menunjukkan bahwa rasio asset risk BSM meningkat maka
risiko perusahaan akan menurun, hal ini memperlihatkan kemampuan modal bank
yang semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya. jika rasio credit risk
menurun, maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat
menaikkan profitabilitas pada BSM karena menggambarkan kemampuan BSM
dalam memenuhi likuiditasnya.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi BSM Dengan Variabel Dependen ROA
Dependent Variable: ROA
lxxxviii
Method: Least Squares
Date: 02/26/10 Time: 22:32
Sample: 2005M01 2008M12
Included observations: 48 Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.082421 0.051715 -1.593752 0.1180
DEPOSITRISK 0.961631 0.350274 2.745367 0.0087
CREDITRISK -7.438723 4.601729 -1.616506 0.1130
R-squared 0.146418 Mean dependent var 0.060158
Adjusted R-squared 0.108481 S.D. dependent var 0.038066
S.E. of regression 0.035942 Akaike info criterion -3.753351
Sum squared resid 0.058133 Schwarz criterion -3.636401
Log likelihood 93.08043 Hannan-Quinn criter. -3.709156
F-statistic 3.859510 Durbin-Watson stat 1.673479
Prob(F-statistic) 0.028380
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap
profitabilitas sebagimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut :
ROA = -0.082421+0.961631*DEPOSITRISK -7.438723*CREDITRISK
Berdasarkan tabel 4.7 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada
tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa :
1) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0087 lebih kecil dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas(ROA).
2) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,1130 lebih besar dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas(ROA).
Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio deposit risk naik sebesar 1% maka
risiko perusahaan semakin rendah, karena memperlihatkan kemampuan
lxxxix
permodalan bank yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga
risiko simpanannya menjadi lebih kecil. Semakin sedikit dana yang dipakai untuk
pembiayaan, dengan demikian profitabilitas BSM akan turun sebesar 0,961631%.
Jika nilai rasio credit risk meningkat sebesar 1% maka resiko perusahaan semakin
besar, profitabilitas BSM akan naik sebesar 7,438723%.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,146. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama
dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 14,6 % dan
sisanya dipengaruhi variabel lain.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -3.753351, menurut
Profesor Hirotugu Akaike semakin kecil nilai AIC, semakin baik modelnya.
Penemuan ini menunjukkan bahwa apabila rasio deposit risk meningkat
maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat menurunkan
profitabilitas pada BSM. Hal ini menunjukkan bahwa BSM memperlihatkan
kemampuan permodalan yang semakin besar dalam menjamin dana deposan,
sehingga risiko simpanannya menjadi lebih kecil. namun sedikit dana yang dipakai
untuk pembiayaan, dengan demikian profitabilitas semakin menurun. Selain itu,
jika rasio credit risk meningkat, maka risiko perusahaan akan meningkat, yang
pada akhirnya dapat mendorong peningkatan profitabilitas pada BSM.
e. Uji Asumsi Klasik BSMI
1) Hasil Uji Multikolinearitas.
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat
xc
multikolinieritas (Multikol) dimana model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen.
Untuk menganalisis adanya korelasi antar variabel independen atau
tidak, dapat dilihat dalam tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil Uji Kolinieritas
ASSETRISK DEPOSITRISK CREDITRISK ROA ROE
ASSETRISK 1.000000 0.968349 0.615591 -0.210600 -0.287996
DEPOSITRISK 0.968349 1.000000 0.531983 -0.170554 -0.259235
CREDITRISK 0.615591 0.531983 1.000000 -0.577760 -0.527437
ROA -0.210600 -0.170554 -0.577760 1.000000 0.845085
ROE -0.287996 -0.259235 -0.527437 0.845085 1.000000
Sumber : Data sekunder yang di olah
Berdasarkan tabel 4.8 Dapat dilihat bahwa terdapat kolinieritas antara
variabel independent, yaitu variabel asset risk dan variabel deposit risk. Oleh
karena itu penulis menghilangkan satu variabel independen yaitu variabel asset
risk agar model regresi ini layak dipakai dalam pengujian.
2). Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan lain. Jika varians dan
residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik
adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Untuk mengetahui apakah terjadi heterokedastisitas atau tidak, dapat
dilihat pada gambar 4.14 dan 4.15
xci
Gambar 4.14 Hasil Uji Heterokedastisitas ROE BSMI
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar
titik nol (0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada
model regresi ini.
Gambar 4.15 Hasil Uji Heterokedastisitas ROA BSMI
xcii
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar
titik nol (0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada
model regresi ini.
3). Hasil Uji Autokorelasi
xciii
Pada pengujian autokorelasi ROE diperoleh nilai Durbin Watson Pada
tabel 4.9 sebesar 1.312658 hal ini menunjukkan bahwa Durbi Watson -
2<1.312658<2, memenuhi syarat -2<d<2, yang berarti Durbin Watson tidak
terdapat autokorelasi dan dapat disimpulkan bahwa model regresi ini layak
dipakai dalam pengujian.
Pada pengujian autokorelasi ROA diperoleh nilai Durbin Watson Pada
tabel 4.10 sebesar 0.730462 hal ini menunjukkan bahwa Durbi Watson -
2<0.730462<2, memenuhi syarat -2<d<2, yang berarti Durbin Watson tidak
terdapat autokorelasi dan dapat disimpulkan bahwa model regresi ini layak
dipakai dalam pengujian.
4). Hasil Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel,
variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal.
Untuk mengetahui model regresi variabel, variabel independen atau
keduanya berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.16 dan
4.17
Gambar 4.16 Hasil Uji Normalitas ROE BSMI
xciv
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut,
ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Gambar 4.17 Hasil Uji Normalitas ROA BSMI
xcv
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut,
ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
xcvi
f. Analisis Regresi BSMI
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi BSMI Dengan Variabel Dependen ROE
Dependent Variable: ROE
Method: Least Squares
Date: 02/28/10 Time: 11:21
Sample: 2005M01 2008M12
Included observations: 48 Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.225218 0.053004 4.249074 0.0001
DEPOSITRISK 0.072463 0.363769 0.199201 0.8430
CREDITRISK -15.64685 4.305852 -3.633857 0.0007
R-squared 0.278826 Mean dependent var 0.159367
Adjusted R-squared 0.246774 S.D. dependent var 0.147891
S.E. of regression 0.128352 Akaike info criterion -1.207612
Sum squared resid 0.741346 Schwarz criterion -1.090662
Log likelihood 31.98269 Hannan-Quinn criter. -1.163416
F-statistic 8.699119 Durbin-Watson stat 1.312658
Prob(F-statistic) 0.000640
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap
profitabilitas sebagimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut :
ROE = 0.225218 + 0.072463*DEPOSITRISK – 15.64685*CREDITRISK
Berdasarkan tabel 4.9 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada
tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa :
1) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,8430 lebih besar dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas(ROE).
xcvii
2) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0007 lebih kecil dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas(ROE).
Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio credit risk menurun sebesar 1%
maka risiko perusahaan semakin kecil, karena menggambarkan kemampuan bank
dalam memenuhi likuiditasnya, dengan demikian profitabilitas BSMI akan
meningkat sebesar 15,64685%. Jika nilai rasio deposit risk meningkat sebesar 1%
maka risiko perusahaan semakin besar, profitabilitas BSMI akan naik sebesar
0.072463%.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0.278. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama
dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 27,8 % dan
sisanya dipengaruhi variabel lain.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -1.207612, menurut
Profesor Hirotugu Akaike semakinkecil nilai AIC, semakin baik modelnya.
Penemuan ini menunjukkan bahwa rasio credit risk BSMI menurun
maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat menaikkan
profitabilitas pada BSMI. Hal ini menggambarkan kemampuan bank dalam
memenuhi likuiditasnya. Selain itu, jika rasio deposit risk meningkat, maka risiko
perusahaan akan meningkat, yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan
profitabilitas pada BSMI.
xcviii
Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi BSMI Dengan Variabel Dependen ROA
Dependent Variable: ROA
Method: Least Squares
Date: 02/28/10 Time: 11:17
Sample: 2005M01 2008M12
Included observations: 48 Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.045343 0.008425 5.382283 0.0000
DEPOSITRISK 0.078324 0.057818 1.354654 0.1823
CREDITRISK -3.300497 0.684380 -4.822606 0.0000
R-squared 0.359909 Mean dependent var 0.041434
Adjusted R-squared 0.331461 S.D. dependent var 0.024951
S.E. of regression 0.020401 Akaike info criterion -4.886045
Sum squared resid 0.018728 Schwarz criterion -4.769094
Log likelihood 120.2651 Hannan-Quinn criter. -4.841849
F-statistic 12.65127 Durbin-Watson stat 0.730462
Prob(F-statistic) 0.000044
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap
profitabilitas sebagimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut :
ROA = 0.045343 + 0.0783224*DEPOSITRISK – 3.300497*CREDITRISK
Berdasarkan tabel 4.10 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa
pada tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa :
1) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,1823 lebih besar dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas(ROA).
2) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0000 lebih kecil dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas(ROA).
xcix
Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio credit risk turun sebesar 1% maka
risiko perusahaan semakin kecil, karena menggambarkan kemampuan bank dalam
memenuhi likuiditasnya. dengan demikian profitabilitas BSMI akan naik sebesar
3.300497%. Jika nilai rasio deposit risk meningkat sebesar 1% maka risiko
perusahaan semakin besar, profitabilitas BSMI akan naik sebesar 0.078324%.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0.359. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-
sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 35,9 %
dan sisanya dipengaruhi variabel lain.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -4.886045, menurut
Profesor Hirotugu Akaike semakin kecil nilai AIC, semakin baik modelnya.
Penemuan ini menunjukkan bahwa apabila rasio credit risk menurun
maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
profitabilitas pada BSMI. Selain itu, jika rasio deposit risk meningkat, maka risiko
perusahaan akan meningkat, yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan
profitabilitas pada BSMI.
g. Uji Asumsi Klasik BANK UMUM SYARIAH Secara Keseluruhan
1) Hasil Uji Multikolinearitas.
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat
c
multikolinieritas (Multikol) dimana model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen.
Untuk menganalisis adanya korelasi antar variabel independen atau
tidak, dapat dilihat dalam tabel 4.11
Tabel 4.11 Hasil Uji Kolinieritas
ASSETRISK DEPOSITRISK CREDITRISK ROA ROE
ASSETRISK 1.000000 0.678472 0.017656 -0.133165 -0.163694
DEPOSITRISK 0.678472 1.000000 0.199864 0.107156 -0.313088
CREDITRISK 0.017656 0.199864 1.000000 -0.020637 0.007699
ROA -0.133165 0.107156 -0.020637 1.000000 0.469930
ROE -0.163694 -0.313088 0.007699 0.469930 1.000000
Sumber : Data sekunder yang di olah
Berdasarkan tabel 4.11 Dapat dilihat bahwa tidak terdapat kolinieritas
yang kuat antara variabel independent. Dengan demikian tidak terjadi
multikolinearitas.
2). Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan lain. Jika varians
dan residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang
baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Untuk mengetahui apakah terjadi heterokedastisitas atau tidak, dapat
dilihat pada gambar 4.18 dan 4.19
Gambar 4.18 Hasil Uji Heterokedastisitas ROA BANK UMUM SYARIAH
ci
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol
(0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini.
Gambar 4.19 Hasil Uji Heterokedastisitas ROE BANK UMUM SYARIAH
cii
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari grafik Scatterplot sebaran titik-titik chart berada disekitar titik nol
(0), serta tidak tampak adanya suatu pola tertentu pada data tersebut. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi ini.
3). Hasil Uji Autokorelasi
Pada pengujian autokorelasi ROE diperoleh nilai Durbin Watson Pada
tabel 4.12 sebesar 0.607877 hal ini menunjukkan bahwa Durbi Watson -
ciii
2<0.607877<2, memenuhi syarat -2<d<2, yang berarti Durbin Watson tidak
terdapat autokorelasi dan dapat disimpulkan bahwa model regresi ini layak
dipakai dalam pengujian.
Pada pengujian autokorelasi ROA diperoleh nilai Durbin Watson Pada
tabel 4.13 sebesar 1.065933 hal ini menunjukkan bahwa Durbi Watson -
2<1.065933<2, memenuhi syarat -2<d<2, yang berarti Durbin Watson tidak
terdapat autokorelasi dan dapat disimpulkan bahwa model regresi ini layak
dipakai dalam pengujian.
4). Hasil Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel,
variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal.
Untuk mengetahui model regresi variabel, variabel independen atau
keduanya berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.16 dan
4.17
Gambar 4.20 Hasil Uji Normalitas ROA BANK UMUM SYARIAH
civ
Sumber :
Data sekunder yang di olah
Dari grafik Normal P-P Plot tersebut bahwa sebaran data di chart
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut,
ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Gambar 4.21
cv
Hasil Uji Normalitas ROE BANK UMUM SYARIAH
Sumber : Data sekunder yang di olah
Dari
grafik
Normal P-P
Plot
tersebut
bahwa
sebaran
data di
chart
menyebar
disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, ini menunjukkan
bahwa data berdistribusi normal.
h. Analisis Regresi BANK UMUM SYARIAH
Tabel 4.12
cvi
Hasil Analisis Regresi Bank Umum Syariah Dengan Variabel Dependen ROE
Dependent Variable: ROE
Method: Least Squares
Date: 03/06/10 Time: 09:26
Sample: 1900M01 1911M12
Included observations: 144 Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.261690 0.035544 7.362411 0.0000
ASSETRISK 0.405754 0.408860 0.992402 0.3227
DEPOSITRISK -0.973689 0.270332 -3.601824 0.0004
CREDITRISK 0.488846 0.465701 1.049699 0.2957
R-squared 0.109433 Mean dependent var 0.133823
Adjusted R-squared 0.090349 S.D. dependent var 0.112154
S.E. of regression 0.106968 Akaike info criterion -1.605190
Sum squared resid 1.601901 Schwarz criterion -1.522695
Log likelihood 119.5737 Hannan-Quinn criter. -1.571668
F-statistic 5.734381 Durbin-Watson stat 0.607877
Prob(F-statistic) 0.000992
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap
profitabilitas sebagimana tabel diatas dapat ditulis sebagai berikut :
ROE = 0.261690 + 0.405754*ASSETRISK*-0.973689DEPOSITRISK
+0.488846*CREDITRISK
Berdasarkan tabel 4.12 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa pada
tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa :
1) Variabel asset risk ternyata memiliki angka signifikan 0,3227 lebih besar dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa asset risk tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas(ROE).
cvii
2) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0004 lebih kecil dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas(ROE).
3) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,2957 lebih besar dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas(ROE).
Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio deposit risk naik sebesar 1% maka
risiko perusahaan semakin rendah, karena memperlihatkan kemampuan
permodalan bank yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga
risiko simpanannya menjadi lebih kecil. Jika nilai rasio deposit risk meningkat
sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin menurun, profitabilitas Bank Umum
Syariah akan naik sebesar 0,973689%
Pengujian ini juga menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,109
hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama dalam
menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 10,9 % dan sisanya
dipengaruhi variabel lain.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -1,605190, menurut
Profesor Hirotugu Akaike semakinkecil nilai AIC, semakin baik modelnya.
Penemuan ini menunjukkan bahwa apabila jika rasio asset risk meningkat,
maka risiko perusahaan akan meningkat, yang pada akhirnya dapat mendorong
kenaikkan profitabilitas pada Bank Umum Syariah. Jika rasio credit risk
meningkat maka risiko perusahaan akan meningkat, yang pada akhirnya
mendorong kenaikan profitabilitas pada Bank Umum Syariah. Selain itu, jika rasio
cviii
deposit risk meningkat, maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya
dapat mendorong penurunan profitabilitas pada Bank Umum Syariah.
Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Bank Umum Syariah Dengan Variabel Dependen ROA
Dependent Variable: ROA
Method: Least Squares
Date: 03/06/10 Time: 09:20
Sample: 2005:01 2008:12
Included observations: 144 Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.047803 0.011307 4.227630 0.0000
ASSETRISK -0.471906 0.130068 -3.628155 0.0004
DEPOSITRISK 0.303165 0.085999 3.525230 0.0006
CREDITRISK -0.166227 0.148150 -1.122022 0.2638
R-squared 0.098123 Mean dependent var 0.055114
Adjusted R-squared 0.078797 S.D. dependent var 0.035454
S.E. of regression 0.034029 Akaike info criterion -3.895828
Sum squared resid 0.162115 Schwarz criterion -3.813333
Log likelihood 284.4996 Hannan-Quinn criter. -3.862306
F-statistic 5.077294 Durbin-Watson stat 1.065933
Prob(F-statistic) 0.002287
Sumber : Data sekunder yang di olah
Persamaan model penelitian untuk pengaruh rasio risiko bank terhadap
profitabilitas sebagimana table diatas dapat ditulis sebagai berikut :
ROA = 0.047803 -0.471906*ASSETRISK+0.303165DEPOSITRISK –
0.166227*CREDITRISK
Berdasarkan tabel 4.13 dan persamaan tersebut diatas, terlihat bahwa
pada tingkat kepercayaan 95%(α=0,05), menunjukkan bahwa :
1) Variabel asset risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0004 lebih kecil dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa asset risk berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas(ROA).
cix
2) Variabel deposit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,0006 lebih kecil dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa deposit risk berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas(ROA).
3) Variabel credit risk ternyata memiliki angka signifikan 0,2638 lebih besar dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa credit risk tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas(ROA).
Hal ini berarti bahwa jika nilai rasio asset risk naik sebesar 1% maka
risiko perusahaan semakin rendah, karena memperlihatkan kemampuan modal
bank yang semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya, sehingga risiko
asset menjadi lebih kecil.l. Dengan demikian profitabilitas Bank Umum Syariah
akan turun sebesar 0,471906%. Jika nilai rasio deposit risk meningkat sebesar 1%
maka risiko perusahaan semakin besar, karena memperlihatkan kemampuan
permodalan bank yang semakin besar dalam menjamin dana deposan, sehingga
risiko simpanannya menjadi lebih kecil, maka profitabilitas Bank Umum Syariah
akan menurun sebesar 0,303165%. Selanjutnya jika nilai rasio credit risk naik
sebesar 1% maka risiko perusahaan semakin besar, Dengan demikian akan
mendorong profitabilitas Bank Umum Syariah sebesar 0,166227%.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,098. hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-
sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 9,8 %
dan sisanya dipengaruhi variabel lain.
Pengujian ini juga menghasilkan nilai AIC yaitu -3,895828, menurut
Profesor Hirotugu Akaike semakin kecil nilai AIC, semakin baik modelnya.
cx
Penemuan ini menunjukkan bahwa apabila rasio asset risk meningkat
maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat menurunkan
profitabilitas pada Bank Umum Syariah. Selain itu, jika rasio deposit risk
meningkat, maka risiko perusahaan akan menurun, yang pada akhirnya dapat
mendorong penurunan profitabilitas pada Bank Umum Syariah. Selanjutnya jika
rasio credit risk meningkat maka risiko perusahaan akan meningkat, yang pada
akhirnya dapat menaikkan profitabilitas pada Bank Umum Syariah.
i. Interpretasi
Hasil analisis pengaruh rasio risiko terhadap profitabilitas tiga Bank
Umum Syariah yang ada di Indonesia menunjukkan angka signifikan yang
berpariasi sesuai dengan karakteristik dan kinerja keuangan masing-masing bank.
Ini ditunjukan oleh perbedaan pengaruh variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen ketiga bank. Hasil penelitian pada Bank Muamalat Indonesia
menunjukkan variabel deposit risk signifikan mempengaruhi ROE. Penelitian ini
konsisten dengan penelitiannya Donny Akbar (2008). Hal ini menunjukkan bahwa
cxi
Bank Muamalat Indonesia memperlihatkan kemampuan permodalan yang semakin
besar dalam menjamin dana deposannya. Selanjutnya hasil penelitian di Bank
Mandiri Syariah menunjukkan variabel asset risk dan credit risk signifikan
mempengaruhi ROE. Penelitian ini berbeda dengan Penelitian Donny
Akbar(2008). Hal ini menunjukkan bahwa Bank Mandiri Syariah memperlihatkan
kemampuan bank yang semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya serta
menggambarkan kemampuan BSM dalam memenuhi likuiditasnya. Selain itu hasil
penelitian di Bank Mandiri Syariah menunjukkan deposit risk signifikan
mempengaruhi ROA. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Mandiri Syariah tingkat
pengembalian assetnya lebih banyak dipengaruhi oleh deposi risk. Sedangkan hasil
penelitian di Bank Syariah Mega Indonesia menunjukkan variabel credit risk
signifikan mempengaruhi ROE dan ROA. Hal ini menggambarkan kemampuan
Bank Syariah Mega Indonesia dalam memenuhi likuiditasnya.
cxii
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan hasil pengujian data secara deskriptif
dan satistik, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada rasio profitabilitas (ROA) BSMI mempunyai rata-rata (mean) Return
On Asset sebesar 3,04 % lebih besar jika dibandingkan mean BMI dan BSM
yaitu 2,67 % (BMI) dan 1,78 % (BSM). Hal ini menunjukkan selama tahun
2005-2008 ROA BSMI mempunyai nilai yang relatif lebih baik
dibandingkan dengan BMI dan BSM, semakin besar semakin baik kinerja
suatu bank karena semakin besar semakin besar juga profitabilitas dari
pengelolaan modal yang dimiliki. BSMI mempunyai
rata-rata (mean) Return On Equity sebesar 32,52 % lebih besar jika
dibandingkan dengan BMI dan BSM. Semakin tinggi ROE semakin baik karena
perolehan laba yang dihasilkan pada bank tersebut semakin besar.
BSMI mempunyai rata-rata (mean) asset risk ratio sebesar 11,35
% lebih besar jika dibandingkan dengan BMI (9,47%) dan BSM (7,77%). Hal ini
menunjukkan selama tahun 2005-2008 asset risk ratio BSMI mempunyai nilai yang
relatif lebih baik dibandingkan dengan BMI dan BSM, semakin besar asset risk
ratio semakin baik, karena semakin besar asset risk ratio akan memperlihatkan
kemampuan modal bank yang semakin besar dalam memenuhi penurunan assetnya,
sehingga risiko asset menjadi lebih kecil.
BMI mempunyai rata-rata (mean) deposit risk ratio sebesar
20,66% lebih besar jika dibandingkan dengan BSMI (15,86%) dan BSM (17,63%).
cxiii
Hal ini menunjukkan selama tahun 2005-2008 deposit risk ratio BSMI mempunyai
nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan BSMI dan BSM, semakin besar
deposit risk ratio semakin baik, karena semakin besar deposit risk ratio akan
memperlihatkan kemampuan modal bank yang semakin besar dalam menjamin
dana deposan, sehingga risiko simpannanya menjadi lebih kecil.
BSM mempunyai rata-rata (mean) credit risk ratio sebesar 0,35
% lebih kecil jika dibandingkan dengan BMI (2,63%) dan BSMI (1,17%). Hal ini
menunjukkan selama tahun 2005-2008 credit risk ratio BSMI mempunyai nilai
lebih baik dibandingkan dengan BMI dan BSM, semakin rendah semakin baik,
karena semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan bahwa banyak kredit macet, dan
bank akan mengalami kesuliatn finansial, sehingga risiko kreditnya menjadi lebih
besar.
2. Hasil pengujian pada BMI dengan menggunakan analisis regresi berganda bahwa
variabel deposit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE. Pengujian ini juga
menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,098. hal ini berarti
bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama dalam
menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 9,8 % dan
sisanya dipengaruhi variabel lain. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Dony Akbar(2008).
Hasil pengujian pada BSM dengan menggunakan analisis regresi
berganda bahwa variabel deposit Risk berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Pengujian ini juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,146. Hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-
sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar
cxiv
14,6 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Hasil uji selanjutnya Variabel
asset risk dan credit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE. Pengujian ini juga
menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,357. Hal ini berarti
bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama dalam
menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 35,7 % dan
sisanya dipengaruhi variabel lain. Hasil penelitian ini berbeda dengan penilitian
Dony Akbar (2008).
Hasil pengujian pada BSMI dengan menggunakan analisis regresi
berganda bahwa variabel credit risk berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Pengujian ini juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,359. Hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-
sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar
35,9 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain. Hasil uji selanjutnya Variabel
credit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE. Pengujian ini juga
menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,278. Hal ini berarti
bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-sama dalam
menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 27,8 % dan
sisanya dipengaruhi variabel lain.
Hasil pengujian pada Bank Umum Syariah secara keseluruhan dengan
menggunakan analisis regresi berganda bahwa variabel asset risk dan deposit risk
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Pengujian ini juga menunjukkan nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,098. Hal ini berarti bahwa kemampuan
rasio risiko bank secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan
variabel terikat adalah sebesar 9,8 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain.
cxv
Hasil uji selanjutnya Variabel deposit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE.
Pengujian ini juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,109. Hal ini berarti bahwa kemampuan rasio risiko bank secara bersama-
sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar
10,9 % dan sisanya dipengaruhi variabel lain.
B. Implikasi
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, penulis sampaikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Perlunya terus untuk menggalangkan upaya-upaya yang dapat mendorong
kearah peningkatan pencapaian laba perusahaan. Untuk maksud tertentu,
tentunya diperlukan berbagai kebijakan dan program perusahaan yang dapat
cxvi
merangsang keinginan investor untuk memiliki dan membeli saham-saham
perusahaan.
2. Perlunya perusahaan untuk terus memperhatikan rasio-rasio risiko.
Bagaimanapun rasio-rasio tersebut menunjukkan kinerja perusahaan,
didalamnya mencerminkan tinggi atau rendahnya risiko perusahaan, dan
menekan rasio-rasio yang dapat mendorong menurunkan risiko perusahaan.
Oleh karena itu, rasio-rasio tersebut dapat mempengaruhi profitabilitas.
3. Perlunya perusahaan memperhatikan profitabilitasnya, sebagian besar dana
modal bank syariah merupakan dana pihak ketiga. Hal ini berpengaruh pada
kepercayaan investor untuk berinvestasi di bank syariah.
cxvii
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Hamid, ”Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Juni, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Agustianto, ”Evaluasi Perbankan Syariah 2009”, artikel diakses tanggal 29 januari
2010, dari http://www.seminstitute.co.id/2010/evalusi-perbankan-syariah-2009.html
Akbar Donny, ”Analisis Profitabilitas dan Rasio Risiko BMI dan BSM” Skripsi
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008
Al-Qardhawi, Yusuf, ”Banga Bank Haram”, Edisi Terjemah, Akbar Media Eka
Sarana, Jakarta, 2001 Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah, ”Bank Syariah Dari Teori ke
Praktek”, Gema Insani Press, Jakarta, 2001
Arifin Zainul, ”Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan dan
Prospek”, Alvabet, Jakarta, 1999 -------- ”Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”, Alvabet, Jakarta, 2006
Ascarya, ”Akad dan Produk Bank Syariah”, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008
Atmaja, Lukas Setia, ”Teori dan Praktik Manajemen Keuangan”, ANDI,
Yogyakarta, 2008 Bank Indonesia, ”Statistik Perbankan Syariah”, www.bi.go.id, diakses tanggal 29
Januari 2010. Bank Indonesia, ”Undang-undang RI No 21 Tahun 2008 Tentang Bank Syariah”,
www.bi.go.id, diakses tanggal 12 November 2009. Chapra, M. Umer, 2000. ”Sistem Moneter Islam”, Gema Insani Press& Tazkia
Cendekia, Jakarta, 2000. Departemen Agama RI, ”Al-Qur’an dan terjemahannya”, PT. Syamil Cipta Media,
Jakarta, 2005 Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”. BP
Undip:Semarang
cxviii
Gifari, Muhammad Iqbal, ”Tidak ada rush di perbankan Syariah” di akses 12
November 2009, http://www.inilah.com/berita/wawancara/2008/11/19/62447/tidak-ada-rush-di-
perbankan-syariah/
Hamdan, Umar, ”Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank perkreditan Rakyat
(BPR) Konvensional dan BPR Syariah”, 2005
Harahap, sofyan Safitri, ”Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998
Hasibuan, Malayu S.P, ”Dasar-dasar Perbankan”, Cetakan ke empat, bumi
Aksara, Jakarta, 2005
Idroes, Ferry N, ”Manajemen Risiko Perbankan”, PT. Raja Garafindo Persada, Jakarta, 2008
Karim Adiwarman, ”Perbankan Syariah Masa Depan”, Senayan Abadi Publishing,
Jakarta, 2003
Kashmir, ”Bank dan Lembaga Keuangan”, edisi revisi 2008, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008
Lewis, Mervin K. & Algoud, Latifa M, ”Perbankan Syariah, Prinsip, Praktik dan
prospek”, Edisi Terjemah, Serambi, Jakarta, 2007 Muhammad, Dwi Suwiknyo,”Akuntansi Perbankan Syariah”, TrustMedia,
Yogyakarta, 2009 Muhammad, ”Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank
Syariah”, Edisi Revisi UII Press, Yogyakarta, 2004
Nur Indriantoro, Bambang Supomo, ”Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2002. Rodoni, Ahmad, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Center for Social and
Economics Studies (CSES) Press, Jakarta, 2006 Rodoni, Ahmad, dan Hamid, Abdul, “Lembaga Keuangan Syariah”, Zikrul Hakim,
Jakarta, 2008 Rose, Peter S, ”Commercial Bank Management” Mc Graw Hill Higher Education,
Nort America,2002
cxix
Setiawan, Aziz Budi, “Kesehatan Financial dan Kinerja Sosial Bank Umum
Syariah di Indonesia”, Jakarta, 2009
Soemitra, Andri, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Kencana, Jakarta, 2009 Sudarsono, Heri, ”Bank dan Lembaga Keungan Syariah Deskriptif dan Ilustrasi”,
Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004
Weston, J.F dan Brigham, E.F.1983, “Manajemen Keuangan (managerial finance)”
Jilid 1. alih Bahasa Robinson Tarigan, Erlangga, Surabaya Wijaya Alfi, “Perbankan Syariah 2008: Evaluasi, Trend, dan Proyeksi”, Research
KARIM Business Consulting, 2008 Winarto, Wing Wahyu, “Analisis Ekonometrika Dan Statistika Dengan E-Views”,
STIM YKPN, Yogyakarta, 2007
Yuliani, ”Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas pada
sektor Perbankan yang Go publik di Bursa Efek Jakarta”, 2007
cxx
LAMPIRAN 1 RASIO BANK MUAMALAT INDONESIA
TGL ASSET RISK DEPOSIT RISK CREDIT RISK ROA ROE
Jan-05 0.0767 0.1504 0.0105 0.0110 0.0278
Feb-05 0.0775 0.1541 0.0117 0.0216 0.0501
Mar-05 0.0749 0.1516 0.0110 0.0314 0.0820
Apr-05 0.0690 0.1282 0.0107 0.0410 0.1181
May-05 0.1235 0.2554 0.0106 0.0514 0.0845
Jun-05 0.1217 0.2484 0.0101 0.0611 0.1040
Jul-05 0.1216 0.2486 0.0157 0.0713 0.1207
Aug-05 0.1197 0.2448 0.0143 0.0818 0.1404
Sep-05 0.1181 0.2409 0.0136 0.0903 0.1606
Oct-05 0.1192 0.2387 0.0148 0.1034 0.1815
Nov-05 0.1189 0.2391 0.0147 0.1145 0.1904
Dec-05 0.1110 0.2222 0.0296 0.1192 0.1961
Jan-06 0.1158 0.2391 0.0314 0.0114 -0.0264
Feb-06 0.1221 0.2636 0.0314 0.0243 0.0372
Mar-06 0.1181 0.2560 0.0232 0.0379 0.0646
Apr-06 0.1163 0.2543 0.0236 0.0487 0.0785
May-06 0.1036 0.2247 0.0229 0.0601 0.1119
Jun-06 0.1030 0.2270 0.0227 0.0819 0.1231
Jul-06 0.0955 0.2153 0.0241 0.1364 0.1378
Aug-06 0.1040 0.2269 0.0231 0.1049 0.1536
Sep-06 0.1020 0.2168 0.0216 0.1022 0.1634
Oct-06 0.1029 0.2173 0.0223 0.1245 0.1852
Nov-06 0.1046 0.2203 0.0225 0.1378 0.1992
Dec-06 0.0955 0.2153 0.0241 0.1364 0.1378
Jan-07 0.0933 0.2204 0.0277 0.0070 0.0370
Feb-07 0.0836 0.1910 0.0257 -0.0027 0.0778
Mar-07 0.0847 0.1919 0.0256 0.0203 0.0961
Apr-07 0.0858 0.1928 0.0255 0.0432 0.1144
May-07 0.0870 0.1937 0.0253 0.0662 0.1328
Jun-07 0.0773 0.1729 0.0233 0.0641 0.1893
Jul-07 0.0748 0.1665 0.0225 0.0787 0.2204
Aug-07 0.0676 0.1505 0.0208 0.0822 0.2684
Sep-07 0.0615 0.1369 0.0194 0.0885 0.3122
Oct-07 0.0547 0.1217 0.0179 0.0929 0.3589
Nov-07 0.0480 0.1068 0.0163 0.0978 0.4048
Dec-07 0.0413 0.0920 0.0148 0.1027 0.4507
Jan-08 0.0761 0.1847 0.0171 0.0070 0.0343
Feb-08 0.0773 0.1820 0.0159 0.0138 0.0682
Mar-08 0.0735 0.1674 0.0160 0.0204 0.1050
Apr-08 0.0751 0.1741 0.0151 0.0276 0.1321
May-08 0.0764 0.1769 0.1409 0.0343 0.1511
Jun-08 0.0779 0.1823 0.1822 0.0413 0.1756
Jul-08 0.0704 0.1657 0.0122 0.0462 0.2203
Aug-08 0.0715 0.1644 0.0118 0.0525 0.2368
cxxi
Sep-08 0.0719 0.1650 0.0117 0.0584 0.2621
Oct-08 0.0738 0.1754 0.0121 0.0650 0.2866
Nov-08 0.0759 0.1754 0.0120 0.0717 0.3094
Dec-08 0.0676 0.1544 0.0158 0.0759 0.2485
top related