analisis efisiensi pemasaran telur ayam ras di …digilib.unila.ac.id/58120/3/3. tesis full tanpa...
Post on 05-Aug-2020
33 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RASDI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
(Tesis)
Oleh
LUHUR BUDI INSANI
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2019
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RASDI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
LUHUR BUDI INSANI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER SAINS
Pada
Program Pascasarjana Magister AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
ANALYSIS OF MARKETING EFFICIENCY OF RAS CHICKEN EGGIN SOUTH LAMPUNG DISTRICT
By
Luhur Budi Insani
This study aims to examine the level of efficiency of marketing of chicken eggsthrough analysis of market structure, market behavior, and market performancein South Lampung District. The time of data collection was carried out fromApril to May 2018. The research location was determined intentionally in JatiAgung Subdistrict and Kalianda Subdistrict. Respondents of breeders andmarketing institutions are obtained by following the channels of the marketingchannel that occur using the snowball sampling technique. Data analysisincluded analysis of marketing efficiency by using the S-C-P method. The resultsshowed that the marketing system of chicken eggs in South Lampung District werenot efficient, viewed by the market structure was an imperfect competition, themarket conduct showed that the price of chicken eggs was determined by marketprices and payment systems, namely cash and payment on a due date systems, andat the analysis of market performance there are nine marketing channels withmarketing margin were relatively high and the RPM value not spread evenly,although producer share value were high (above 80%).
Keywords: efficiency, chicken egg, marketing system, S-C-P method
ABSTRAK
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RASDI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Luhur Budi Insani
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat efisiensi pemasaran telur ayam rasmelalui analisis struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar di KabupatenLampung Selatan. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan April sampaidengan Mei 2018. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja di Kecamatan JatiAgung dan Kecamatan Kalianda. Responden peternak dan lembaga pemasarandiperoleh dengan cara mengikuti alur dari saluran pemasaran yang terjadimenggunakan teknik snowball sampling. Analisis data yang dilakukan dalampenelitian ini adalah analisis efisiensi pemasaran dengan menggunakan metode S-C-P. Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem pemasaran telur ayam diKabupaten Lampung Selatan belum efisien, hal ini dilihat dari sisi struktur pasaryang terjadi adalah pasar tidak bersaing sempurna, perilaku pasar menunjukkanbahwa pembentukan harga telur ayam ras ditentukan oleh harga pasar dan sistempembayaran yaitu sistem tunai dan pembayaran secara tempo, serta pada analisiskeragaan pasar terdapat sembilan saluran pamasaran dengan nilai marjinpemasaran cukup tinggi dan nilai RPM tidak menyebar merata walaupun nilaipangsa produsen sudah diatas 80%.
Kata kunci: efesiensi, telur ayam, metode S-C-P, sistem pemasaran
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gedung Tataan pada tanggal 07 Juli 1978. Penulis
merupakan anak kesebelas yang dilahirkan dari Bapak Ahmad Sudarno (alm) dan
Ibu Musirah. Riwayat pendidikan yang telah penulis tempuh adalah Sekolah
Dasar (SD) Negeri 2 Wiyono pada tahun 1990, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Kebagusan pada tahun 1993, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Gading Rejo pada tahun 1996, Diploma Tiga (D3) Jurusan Peternakan Polinela
tahun 2001 dan Pendidikan Strata satu (S1) Jurusan Peternakan Universitas
Tulang Bawang tahun 2012. Pada tahun 2014, penulis melanjutkan studi
kejenjang Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi
Pascasarjana Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Selama tahun
2002 hingga saat ini, penulis bekerja di PT. Mensana Aneka Satwa dengan posisi
sebagai AHTS (Animal Health Technical Services) dan juga sebagai Marketing.
SANWACANA
Bismillahirahmanirahim,
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ANALISIS
EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN” dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyadari
bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak akan terealisasi dengan baik tanpa
adanya dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung.
3. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Ketua Program Studi
Pascasarjana Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
4. Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., selaku Dosen Pembimbing Pertama
yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan dan motivasi kepada penulis
dalam penyusunan tesis ini.
5. Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam
penyusunan tesis sampai tesis ini selesai.
6. Dr. Ir. Sudarma Widjaya, M.S., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
saran, kritik dan nasehatnya.
7. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan nasihat dan motivasi kepada penulis.
8. Seluruh Dosen Program Studi Pascasarjana Agribisnis Fakultas Pertanian atas
semua ilmu yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di
Universitas Lampung.
9. Karyawan-karyawan di Program Studi Pascasarjana Agribisnis Fakultas
Pertanian: Mba Ayi, Mba Iin, Mas Boim, Mas Bukhari, dan Mba Tunjung
atas semua bantuan yang telah diberikan.
10. Kedua orangtuaku tercinta yang selalu penulis banggakan, Ayahanda Ahmad
Sudarno (alm), Ibunda Musirah, Istriku Suprihatin, S.Kom., serta anak-
anakku Muhammad Daffa Tegar Ramadhan, Brilian Afif Insani dan Jacinda
Raissa Insani yang selalu ada, membimbing penulis sepanjang hidup,
memberikan do’a yang tak pernah terputus, memberikan semangat dan
motivasi untuk menjadi manusia yang lebih baik, bersahaja, dan bermanfaat
bagi banyak orang.
11. Teman–teman Program Studi Pascasarjana Agribisnis: Bambang N., Raden U,
Dian R, Ririn A, Fikri S., Gamma A.S., Tika L.P., Maria.P., Anggi S., Andri
Y., Ambo A., Edi S (Alm)., Edi G., Timbul P.S., Messiana M.A., Bina M.Z.,
Diwita R.A dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas
bantuannya selama ini.
12. Rekan-rekan mahasiswa/i Program Studi Pascasarjana Agribisnis angkatan
2013, 2014, 2015, 2016 dan 2017 terima kasih atas kebersamaanya.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka
semua dan tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta almamater tercinta.
Bandar Lampung, 20 April 2019
Luhur Budi Insani
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Balakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 101. Tinjauan Umum Ayam Ras Petelur ........................................ 102. Konsep Pemasaran .................................................................. 143. Efisiensi Pemasaran ................................................................ 174. Indikator Efisiensi Pemasaran ................................................ 18
a. Marjin Pemasaran ............................................................... 19b. Harga-Harga Ditingkat Konsumen ..................................... 21c Tersedianya Fasilitas Fisik Tataniaga .................................. 22d. Persaingan Pasar................................................................... 22
B. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................ 22C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 29D. Hipotesis ........................................................................................ 31
III.METODE PENELITIAN ................................................................. 32A. Definisi Operasional ...................................................................... 32B. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian .................... 34C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ................................... 36D. Metode Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 36
1. Analisis Struktur Pasar............................................................... 372. Analisis Perilaku Pasar............................................................... 383. Analisis Keragaan Pasar............................................................. 38
ii
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................... 42
A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan………………... 421. Letak Geografis ……………………………………………… 422. Sebaran Kepadatan Penduduk………………………………... 433. Kondisi Perekonomian……………………………………….. 434. Kondisi Pertanian…………………………………………….. 445. Sarana dan Prasarana…………………………………………. 45
B. Gambaran Umum Kecamatan Jati Agung...................................... 461. Letak Geografis………………………………………………. 462. Sebaran Kepadatan Penduduk………………………………... 463. Kondisi Pertanian…………………………………………….. 464. Sarana dan Prasarana…………………………………………. 48
C. Gambaran Umum Kecamatan Kalianda......................................... 481. Letak Geografis………………………………………………. 482. Sebaran Kepadatan Penduduk………………………………... 493. Kondisi Pertanian…………………………………………….. 494. Sarana dan Prasarana…………………………………………. 50
V. HASIL DAN PEMBAHASANA. Karakteristik Responden ................................................................ 52
1. Peternak ..................................................................................... 522. Pedagang Besar ......................................................................... 543. Pedagang Kecil.......................................................................... 564. Pedagang Pengecer.................................................................... 57
B. Lembaga Pemasaran Telur Ayam di Kabupaten Lampung
Selatan............................................................................................. 58
C. Teknik Budidaya Usaha Ternak Ayam Ras Petelur di KabupatenLampung Selatan ........................................................................... 591. Penyiapan Bibit .......................................................................... 592. Penyiapan Pakan dan Obat-obatan............................................. 613. Cara Pemeliharaan Ternak Ayam Ras Petelur ........................... 62
a. Sistem Pemeliharaan .............................................................. 62b. Pemberian Pakan dan Minum .............................................. 63c. Pengendalian Penyakit............................................................ 64d. Panen, Penanganan, dan Pengiriman Produk ......................... 65
D. Analisis Efisiensi Pemasaran Telur Ayam di Kabupaten LampungSelatan Berdasarkan Struktur Pasar (Market Structure) ................. 66
E. Analisis Efisiensi Pemasaran Telur Ayam di Kabupaten LampungSelatan Berdasarkan Perilaku Pasar (Market Conduct) ................... 70
F. Analisis Efisiensi Pemasaran Telur Ayam di Kabupaten Lampung
iii
Selatan Berdasarkan Keragaan Pasar (Market Performance).......... 73a. Saluran Pemasaran ....................................................................... 74b. Harga, Biaya, dan Volume Penjualan .......................................... 78c. Analisis Pangsa Produsen............................................................. 82d. Analisis Marjin Pemasaran .......................................................... 84
VI. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan .................................................................................. 98B. Saran............................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 100
LAMPIRAN.............................................................................................. 103
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Proyeksi penawaran dan permintaan telur ayam ras di IndonesiaTahun 2015 – 2019 ........................................................................ 2
2. Produksi telur dan populasi ayam ras petelur di Provinsi LampungTahun 2013 - 2017 ........................................................................... 3
3. Produksi telur per kabupaten di Provinsi Lampung, 2016……….. 4
4. Sebaran populasi ayam ras petelur dan produksi telur ayam ras perkecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018................. 5
5. Harga rata-rata telur ayam ras dan daging ayam ras di ProvinsiLampung per bulan tahun 2015 ...................................................... 7
6. Harga rata-rata telur ayam ras di Provinsi Lampung Tahun 2012-2016 (dalam Rp/Kg) ........................................................................ 7
7. Hasil penelitian terdahulu................................................................ 23
8. Sebaran peternak dan populasi ayam ras petelur dari dua kecamatandi Kabupaten Lampung Selatan ....................................................... 35
9. Distribusi peternak berdasarkan umur, pendidikan, pengalamanusaha ternak dan jumlah tanggungan keluarga Kabupaten LampungSelatan.............................................................................................. 53
10. Distribusi pedagang besar berdasarkan pendidikan dan pengalamanberdagang telur di Kabupaten Lampung Selatan………………….. 55
11. Distribusi pedagang kecil berdasarkan pendidikan dan pengalamanberdagang telur di Kabupaten Lampung Selatan………………….. 56
v
12. Distribusi pedagang pengecer berdasarkan pendidikan danpengalaman berdagang telur di Kabupaten Lampung Selatan……… 57
13. Sebaran jumlah lembaga pemasaran telur ayam di KabupatenLampung Selatan…………………………………………………… 67
14. Sebaran pangsa produsen, marjin pemasaran, dan rasio profitmarjin (RPM) pada saluran pemasaran di Kabupaten LampungSelatan……………………………………………………………… 83
15. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran I diKabupaten Lampung Selatan………………………………………. 85
16. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran II diKabupaten Lampung Selatan………………………………………. 86
17. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran III diKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 87
18. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran IV diKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 89
19. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran V diKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 90
20. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran VI diKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 92
21. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran VII diKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 94
22. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran VIII diKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 95
23. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran IX diKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 96
24. Identitas peternak ayam ras petelur di Kabupaten Lampung Selatan 104
25. Identitas pedagang besar di Kabupaten Lampung Selatan………… 105
26. Identitas pedagang kecil di Kabupaten Lampung Selatan………… 106
27. Identitas pedagang pengecer di Kabupaten Lampung Selatan…….. 107
vi
28. Volume dan harga jual peternak rakyat ayam ras petelur padasaluran I di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018…………… 108
29. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagangpengecer pada Saluran I di Kabupaten Lampung Selatan Tahun2018………………………………………………………………. 108
30. Volume dan harga jual peternak kecil ayam ras petelur padasaluran II di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018 ……..…. 109
31. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagangkecil pada Saluran II di Kabupaten Lampung Tahun 2018………. 109
32. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagangPengecer pada Saluran II di Kabupaten Lampung Tahun 2018….. 109
33. Volume dan harga jual peternak kecil ayam ras petelur padasaluran III di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018…………. 110
34. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagangpengecer pada Saluran III di Kabupaten Lampung Tahun 2018…. 110
35. Volume dan harga jual peternak sedang ayam ras petelur padasaluran IV di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018………… 111
36. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagangkecil pada Saluran IV di Kabupaten Lampung Selatan Tahun2018……………………………………………………………… 111
37. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagangpengecer pada Saluran IV di Kabupaten Lampung Selatan Tahun2018……………………………………………………………… 111
38. Volume dan harga jual peternak sedang ayam ras petelur padasaluran V di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018………… 112
39. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagangpengecer pada Saluran V di Kabupaten Lampung Selatan Tahun2018……………………………………………………………….. 112
40. Volume dan harga jual peternak besar ayam ras petelur padasaluran VI di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018………….. 113
vii
41. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagangbesar pada Saluran VI di Kabupaten Lampung Selatan Tahun2018……………………………………………………………….. 113
42. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagangkecil pada Saluran VI di Kabupaten Lampung Selatan Tahun2018……………………………………………………………….. 113
43. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagangpengecer pada Saluran VI di Kabupaten Lampung Selatan Tahun2018………………………………………………………………… 114
44. Volume dan harga jual peternak besar ayam ras petelur pada saluranVII di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018………………… 115
45. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagang besarpada Saluran VII di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018…… 115
46. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagangpengecer pada Saluran VII di Kabupaten Lampung Selatan Tahun2018………………………………………………………………… 115
47. Volume dan harga jual peternak besar ayam ras petelur pada saluranVIII di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018………………… 116
48. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagang besarpada Saluran VIII di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018….. 116
49. Volume dan harga jual peternak besar ayam ras petelur pada saluranIX di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018………………….. 117
50. Volume, harga dan biaya pemasaran telur ayam ras pedagangpengecer pada Saluran IX di Kabupaten Lampung Selatan Tahun2018………………………………………………………………… 117
51. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran IKabupaten Lampung Selatan……………………………………….. 118
52. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran IIKabupaten Lampung Selatan……………………………………….. 119
53. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran IIIKabupaten Lampung Selatan……………………………………….. 120
viii
54. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran IVKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 121
55. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran VKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 122
56. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran VIKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 123
57. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran VIIKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 124
58. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran VIIIKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 125
59. Analisis marjin pemasaran telur pada saluran pemasaran XIKabupaten Lampung Selatan……………………………………… 126
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pemikiran efisiensi pemasaran dan strategipengembangan usaha ternak ayam ras petelur di KabupatenLampung Selatan .............................................................................. 31
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sub sektor peternakan di Indonesia memiliki prospek yang cerah untuk terus
dikembangkan. Hal ini disebabkan oleh perkembangan jumlah penduduk yang
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penduduk terbanyak keempat di dunia dengan jumlah 258.705.000 jiwa pada
tahun 2016 (BPS, 2017). Jumlah penduduk yang banyak memerlukan sumber
pangan yang juga besar. Selain itu, meningkatnya pendapatan dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya gizi dalam kehidupan membuat subsektor peternakan
mempunyai peran yang semakin strategis. Pola konsumsi makanan masyarakat di
Indonesia secara bertahap mengalami perubahan ke arah peningkatan konsumsi
protein hewani (Kementerian Pertanian, 2016).
Telur merupakan salah satu bahan pangan hewani yang paling lengkap gizinya.
Telur yang umumnya dikonsumsi merupakan telur ayam ras. Telur ayam ras
merupakan salah satu produk pangan hasil ternak yang mempunyai peran sangat
penting dan strategis dalam pemenuhan gizi masyarakat. Di samping harganya
relatif murah, telur ayam ras juga mempunyai kandungan gizi tinggi. Kandungan
gizi telur ayam ras dengan berat 100 gram terdiri dari protein 12,8 gram,
karbohidrat 0,7 gram, lemak 11,5 gram, vitamin dan mineral (Haryoto, 1996).
2
Telur juga merupakan salah satu bentuk makanan yang mudah diperoleh dan
mudah pula cara pengolahannya. Hal ini menjadikan telur sebagai jenis bahan
makanan yang selalu dibutuhkan dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
Kondisi ini menyebabkan permintaan telur ayam ras oleh masyarakat dari waktu
ke waktu terus mengalami peningkatan. Proyeksi penawaran dan permintaan telur
ayam ras di Indonesia tahun 2015 sampai dengan 2019 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Proyeksi penawaran dan permintaan telur ayam ras di Indonesia Tahun2015 – 2019
Tahun Penawaran (ton) Permintaan (ton) Surplus/Defisit (ton)20152016201720182019
1.481.4811.531.3361.578.4901.629.1811.679.809
1.542.3761.672.2851.714.4431.785.7421.857.730
-60.895-140.949-135.952-156.560-177.921
Sumber: Kementerian Pertanian, 2016
Penawaran dihitung dari produksinya dan permintaan dihitung berdasarkan total
ketersediaan untuk konsumsi. Berdasarkan data pada Tabel 1 maka tahun 2015
sampai dengan tahun 2019 diperkirakan akan terjadi defisit telur ayam ras di
Indonesia antara 4 sampai 11 persen dari produksinya. Hal ini berarti produksi
telur ayam ras belum mampu mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri. Selain itu
Indonesia berpotensi mengisi pasar luar negeri mengingat produk ayam ras
bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan per kapita per tahun dari suatu
negara (Kementerian Pertanian, 2015). Belum terpenuhinya permintaan dalam
negeri dan adanya peluang pasar luar negeri akan telur ayam ras merupakan
peluang besar bagi para pelaku usaha untuk terus mengembangkan usaha ternak
ayam ras petelur.
3
Provinsi Lampung merupakan satu dari sepuluh provinsi yang merupakan sentra
produksi telur ayam ras di Indonesia. Produksi telur ayam ras Provinsi Lampung
tahun 2016 memberikan kontribusi sebesar 2,55 persen terhadap produksi telur
ayam ras di Indonesia. Perkembangan jumlah produksi telur di Provinsi Lampung
pada rentan lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2013 sampai dengan 2017 dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi telur dan populasi ayam ras petelur di ProvinsiLampung Tahun2013 - 2017
Tahun Produksi Pertumbuhan (%) Populasi (ekor) Pertumbuhan (%)2013 66.209 - 5.121.094 -2014 62.952 (0,05) 5.061.800 (0,01)2015 49.377 (0,27) 5.077.341 0,012016 51.893 0,05 5.263.526 0,042017 57.695* 0,10 5.760.029 0,08
*Angka ramalanSumber : Kementerian Pertanian(2017)
Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui bahwa produksi telur ayam ras di
Provinsi Lampung mengalami penurunan pada tahun 2015. Penurunan ini
disebabkan oleh wabah flu burung (Avian Influenza/AI). Wabah ini menyebabkan
produksi telur ayam ras menurun cukup signifikan (Lestari, 2015). Tahun 2016
dan 2017, produksi telur ayam ras di Provinsi Lampung mulai mengalami
peningkatan meskipun belum terlalu signifikan.
Sampai pada tahun 2016 produksi telur Lampung (51,89 ribu ton/tahun) belum
mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yaitu sebesar 56,55 ribu
ton/tahun. Pemenuhan telur sebagai konsumsi masyarakat Lampung sebagian
kecil masih ditopang oleh provinsi lain yang letaknya berbatasan dengan Provinsi
Lampung. Berdasarkan hal tersebut, usaha ternak ayam ras petelur di Lampung
4
memiliki prospek yang cukup besar untuk dikembangkan mengingat potensinya
yang masih cukup besar. Formulasi strategi pengembangan yang tepat harus
dilakukan agar produksi telur di Lampung bisa semakin ditingkatkan. Selain
produksi yang masih belum mencukupi konsumsi, Lampung memiliki peluang
pasar telur yang cukup besar yaitu pasar di Jakarta mengingat letaknya yang
cukup strategis. Sebaran data produksi telur di Lampung per Kabupaten pada
tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi telur per kabupaten di Provinsi Lampung, 2016
Nama Kabupaten/Kota Produksi Telur (ton) Persentase (%)
Lampung Selatan 17.768 34,24
Lampung Timur 11.070 21,33
Kabupaten/kota lainnya 23.055 44,43
Lampung 51.893 100,00Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2016
Berdasarkan data pada Tabel 3 diketahui bahwa kabupaten yang menyumbang
produksi telur tertinggi di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Selatan
dan Lampung Timur. Kabupaten Lampung Selatan bahkan menyumbang kurang
lebih sepertiga dari total produksi telur di Provinsi Lampung yaitu sebesar 34,24
persen. Sedangkan Kabupaten Lampung Timur merupakan penyumbang terbesar
kedua dari total produksi telur di Provinsi Lampung yaitu sebesar 21,33 persen..
Di Kabupaten Lampung Selatan terdapat beberapa daerah/kecamatan yang
merupakan sentra produksi telur ayam ras dan yang terbesar adalah Kecamatan
Jati Agung dan Kalianda. Sebaran populasi ayam ras petelur dan produksi telur
ayam ras per kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2016 dapat
dilihat pada Tabel 4.
5
Tabel 4. Sebaran populasi ayam ras petelur dan produksi telur ayam ras perkecamatan di Kabupaten Lampung SelatanTahun 2016
Kecamatan Populasi ayam petelur (ekor) Produksi telur ayam ras (kg)Natar 111.700 793.050Jati Agung 1.077.000 7.915.572Tanjung Bintang - -Tanjung Sari 350.000 2.612.400Katibung 210.000 1.439.326Merbau Mataram 25.500 96.659Way Sulan 1.000 3.732Sidomulyo - -Candipuro 21.600 130.993Way Panji 450 3.359Kalianda 335.500 3.304.686Rajabasa 75.750 338.679Palas 2.000 7.464Sragi - -Penengahan 90.000 671.760Ketapang 7.500 57.846Bakauheni - -
Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung Selatan, 2017
Tabel 4 menunjukkan bahwa Kecamatan Jati Agung dan Kecamatan Kalianda
merupakan sentra produksi telur ayam ras terbesar di Kabupaten Lampung
Selatan. Berdasarkan data produksi dan populasi pada Tabel 4 dapat diketahui
bahwa produktivitas ayam ras petelur masih tergolong rendah. Produktivitas
ayam ras petelur ini masih jauh dari potensinya, karena dari 1000 ekor ayam ras
petelur seharusnya bisa menghasilkan 50 kg telur (Majalah Infovet, 2008). Untuk
itulah perlu dilakukan analisis untuk memformulasikan strategi pengembangan
usaha ternak yang tepat agar produktivitas usaha ternak ayam ras petelur bisa
maksimal.
Salah satu upaya pengembangan usaha ternak ayam ras petelur adalah upaya
pengembangan yang terkait dengan pemasarannya. Usaha dalam menciptakan
kondisi pasar yang ideal dilakukan baik dari harga yang baik, kemudahan dalam
pendistribusian, kuatnya posisi peternak dalam tawar-menawar, mengembangkan
6
dan memperluas pasar, mendorong akses yang lebih luas terhadap informasi
pasar, mengembangkan lembaga saluran distribusi, serta meningkatkan sarana dan
prasarana pemasaran agar tercipta suatu kondisi pemasaran yang efisien dimulai
dari peternak hingga konsumen akhir (Safitri, 2009).
Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya integrasi vertikal
dan integrasi horizontal yang kuat, serta terjadi pembagian yang adil dari rasio
nilai tambah yang tercipta dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
produktif masing-masing pelaku. Peranan pemasaran sendiri dalam peternakan
atau agribisnis sangat besar, karena lebih kurang 80 persen pemasaran merupakan
segmen dari sistem agribisnis dan 70 persen dari setiap pengeluaran konsumen
untuk makan dan menutupi biaya pemasaran (Safitri, 2009).
Telur ayam ras merupakan jenis pangan yang ketersediaannya cukup stabil di
setiap wilayah. Hal ini selanjutnya berdampak pada harga telur ayam ras yang
relatif terjangkau. Terlebih lagi bila dibandingkan dengan jenis pangan hewani
lainnya yang harganya lebih tinggi bila dibandingkan dengan telur ayam ras.
Harga rata-rata tahunan telur ayam ras dan daging ayam ras di Provinsi Lampung
tahun dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan data pada Tabel 5 diketahui bahwa produk telur ayam ras merupakan
jenis pangan hewani dengan harga terendah. Namun, telur merupakan komoditi
yang tidak tahan lama (mudah busuk) sehingga telur harus dipasarkan secepatnya
dan dilakukan dengan hati-hati karena sifatnya yang sangat sensitif.
7
Tabel 5. Harga rata-rata telur ayam ras dan daging ayam ras di Provinsi Lampungper bulan Tahun 2015, 2015
Bulan Daging ayam ras (Rp/Kg) ∆ (%) Telur ayam ras (Rp/Kg) ∆ (%)Januari 31.667 - 20.819 -Februari 29.028 -8,33 19.583 -5,93Maret 29.200 0,59 17.067 -12,85April 30.000 2,74 18.014 17,92Mei 31.250 4,17 19.819 19,73Juni 30.800 -1,44 21.278 21,18Juli 33.022 7,21 20.911 -1,72Agustus 35.000 5,99 21.333 2,02September 31.867 -8,95 20.922 -1,96Oktober 29.778 -6,55 18.722 -10,51November 31.222 4,85 19.542 4,38Desember 31.711 1,57 22.000 12,58Rata-rata 31.212 1,85 20.001 3,74Std. Deviasi 1.679 5,38 1.488 7,44
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2015
Harga rata-rata tahunan telur ayam ras di Provinsi Lampung dari tahun 2012
sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Harga rata-rata telur ayam ras di Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016(dalam Rp/Kg)
BulanTelur ayam ras
2012 2013 2014 2015 2016Rata-rata harga produsen 13.473 15.841 15.286 17.515 17.505Rata-rata harga konsumen 15.416 16.968 17.521 19.664 19.675
Sumber : PPN Lampung dan Kementerian Pertanian, 2017
Berdasarkan data pada Tabel 6 diketahui bahwa harga telur ayam ras selama lima
tahun terakhir terus mengalami fluktuasi. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemasaran telur ayam ras di Provinsi Lampung belum efisien. Peternak pada
usaha ternak ayam ras petelur masih dalam posisi sebagai penerima harga (price
taker). Hal ini menyebabkan penerimaan ditingkat peternak menjadi paling
rendah. Pada umumnya peternak ayam ras petelur di Lampung dari segi
pemasaran produksi telur masih mengandalkan atau tergantung dari pedagang
8
pengumpul dan agen telur, yang kemudian baru didistribusikan kepada
konsumen,padahal sebaiknya penjualan atau pendistribusian telur dilakukan
langsung dari kandang ke konsumen untuk memutus mata rantai distribusi
pemasaran agar tidak terlalu panjang. Namun, pemasaran langsung ke konsumen
memungkinkan timbulnya resiko para peternak,yaitu berupa biaya transpotasi.
Sedangkan, jika menjual hasil panen di daerah produksinya, peternak menghadapi
resiko harga penjualan terlalu rendah.
Semakin banyak pihak yang terlibat dalam pemasaran, maka akan semakin
banyak pula perlakuan yang diberikan dan pengambilan keuntungan oleh setiap
lembaga pemasaran. Proses pemasaran telur ayam ras di Lampung terjadi melalui
beberapa lembaga pemasaran, dimulai dari peternak sampai ke pedagang
pengumpul, agen, dan pedagang pengecer yang pada akhirnya berhubungan
dengan konsumen. Panjangnya pola saluran pemasaran telur ayam ras
mengakibatkan pemasaran telur ayam ras semakin tidak efisien. Sehingga perlu
dilakukan penelitian mengenai efisiensi pemasaran telur ayam ras di Provinsi
Lampung dengan melakukan analisis struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan
pasar.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah :
1) Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran telur ayam ras di Kabupaten Lampung
Selatan dilihat dari struktur pasar (market structure)?
9
2) Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran telur ayam ras di Kabupaten Lampung
Selatan dilihat dari perilaku pasar (market conduct)?
3) Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran telur ayam ras di Kabupaten Lampung
Selatan dilihat keragaan pasar (market performance)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam uraian sebelumnya, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk :
1) Mengkaji tingkat efisiensi pemasaran telur ayam ras di Kabupaten Lampung
Selatan melalui analisis struktur pasar (market structure)).
2) Mengkaji tingkat efisiensi pemasaran telur ayam ras di Kabupaten Lampung
Selatan melalui analisis perilaku pasar (market conduct).
3) Mengkaji tingkat efisiensi pemasaran telur ayam ras di Kabupaten Lampung
Selatan melalui analisis keragaan pasar (market performance).
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Peternak ayam ras petelur, sebagai bahan referensi bagi peternak dalam
memasarkan telurnya.
2. Lembaga atau instansi yang terkait,sebagai bahan dalam mengambil
kebijakan yang berhubungan dengan pemasaran telur dan penentuan harga
telur.
3. Peneliti lain, sebagai bahan pembanding dan pustaka penelitian sejenis.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Ayam Ras Petelur
Ayam ras petelur ialah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk
diambil telurnya. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi
secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak,
karena ayam hutan dapat diambil telur dan dagingnya, maka arah dari produksi
yang banyak tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi
daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal
dengan ayam petelur (Rasyaf, 1994).
Ayam betina rata-rata dapat menghasilkan sebutir telur setiap pagi, dan jumlah
telur yang sudah dibuahi dapat mencapai lima belas butir. Ayam betina akan
mengerami telurnya setelah telur terakhir keluar dari badannya. Telur akan
menetas setelah dierami oleh ayam betina selama dua puluh satu hari. Semakin
baik kualitas telur, semakin besar prosentase penetasannya. Baiknya kualitas telur
itu sendiri sangat ditentukan oleh pakan ayam betina semasa proses bertelur, dan
bahkan jauh sebelum masa bertelur. Dengan kata lain, pakan dan perawatan ayam
betina amat menentukan kualitas telurnya. Semakin baik pakan dan
perawatannya, semakin baik pula mutu telurnya (Rasyaf, 1994).
11
Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi
yang lengkap bagi pertumbuhan mahluk hidup baru. Protein di dalam telur
mempunyai mutu yang tinggi, karena memiliki susunan asam amino esensial yang
lengkap, sehingga dijadikan patokan untuk menentukan mutu protein dari bahan
pangan yang lain. Telur dikelilingi oleh kulit setebal 0,2 - 0,4 mm yang berkapur
dan berporipori. Kulit telur ayam berwarna putih-kuning sampai coklat. Tetapi
disamping adanya hal-hal yang menguntungkan itu, telur memiliki sifat yang
mudah rusak.
Secara garis besar ayam ras petelur yang tersebar di seluruh dunia terdiri dari dua
jenis, yaitu ayam ras petelur yang menghasilkan telur dengan kerabang putih atau
disebut juga dengan telur putih dan telur dengan kerabang cokelat atau disebut
dengan telur cokelat. Sebenarnya warna kerabang telur tidak berpengaruh
terhadap nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya. Pilihan telur hanya
ditentukan oleh selera konsumen saja. Seperti telur cokelat, lebih disukai oleh
negara-negara Asia termasuk Indonesia. Selain di Asia, telur cokelat juga lebih
disukai konsumen dari beberapa negara di Afrika dan Eropa (Perancis dan
Inggris). Sedangkan penyebaran terbanyak jenis ayam ras petelur putih yaitu
negara-negara Eropa dan benua Amerika (Fadilah dan Fatkhuroji, 2013).
Adapun perbedaan ayam ras petelur putih dan ayam ras petelur cokelat adalah
sebagai berikut :
a. Ukuran tubuh Ayam ras petelur cokelat mempunyai ukuran tubuh lebih besar
sekitar 30 - 50% dibandingkan dengan ayam ras petelur putih.
12
b. Konsumsi pakan, karena ayam ras petelur cokelat ukuran tubuhnya lebih besar,
maka tingkat konsumsi pakan lebih banyak dibandingkan dengan ayam ras
petelur putih. Oleh karena itu, biaya untuk menghasilkan satu kilogram telur
cokelat lebih mahal dibandingkan dengan biaya untuk menghasilkan satu
kilogram telur putih.
c. Produksi telur ayam ras petelur cokelat sama baiknya dengan produksi telur
ayam ras petelur putih. Ukuran telur cokelat lebih besar daripada telur putih,
tetapi ketebalan kerabangnya lebih tipis dibandingkan dengan telur putih
(Fadilah dan Fatkhuroji, 2013).
Ayam petelur tipe normal menjalani masa awal (masa remaja/masa belum
produktif) 4 bulan atau 16 minggu. Masa bertelur ayam (masa produktif)
biasanya 13 bulan atau 55 minggu, ada juga yang lebih tergantung dengan
jenisnya. Maka total waktu pemeliharaan adalah 71 minggu.
Selain itu, produk sampingan dari usaha peternakan ayam tersebut, selain telur
dan ayam afkir, berupa kotoran ayam atau ayam yang mati selama pemeliharaan,
juga dapat dimanfaatkan. Kotoran ayam, misalnya, dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk tanaman atau untuk bahan gas bio. Di sisi lain, ayam-ayam yang mati
selama pemeliharaan dapat digunakan untuk pakan ikan lele. Demikian
seterusnya sampai semua bagian dari usaha ternak ini mempunyai nilai komersial
yang dapat memberikan keuntungan maksimal (Suharno, 2001).
Proses mencapai dewasa kelamin pada ayam ras petelur sangat tergantung pada
bobot badan yang dicapai dan rangsangan pencahayaan. Umumnya, sistem
13
reproduksi ayam ras betina dimulai dari umur 13-14 minggu. Ayam ras petelur
akan mencapai dewasa kelamin dengan sempurna sekitar umur 18 minggu dengan
bobot badan 1.550 gram dan memiliki potensi menghasilkan 400 butir per ekor
atau setara dengan 25 kg telur per ekor (Fadilah dan Fatkhuroji, 2013). Namun
ayam ras petelur ini sangat peka terhadap perubahan lingkungan sehingga lebih
mudah mengalami stress. Tuntutan hidup ayam ras petelur yang tinggi membuat
ayam ras petelur ini lebih cocok diternakkan secara intensif (Sudarmono, 2003).
Cahaya dapat merangsang sekresi hormon yang mempengaruhi proses ovulasi dan
peneluran. Disamping itu cahaya juga berperan menghasilkan hormon yang dapat
menstimulasi pertumbuhan. Lampu penerang mempunyai manfaat yang sangat
besar bagi anak ayam. Sebab, selain dapat merangsang pertumbuhan, anak ayam
memang sangat menyukai adanya cahaya. Bagi anak ayam, pencahayaan dengan
intensitas rendah dalam waktu yang lama adalah lebih penting daripada intensitas
tinggi, tetapi hanya berlangsung beberapa saat saja (Rasyaf, 1994).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam beternak ayam ras petelur antara lain
penentuan lokasi peternakan yang jauh dari pemukiman penduduk, terdapat akses
jalan, jaringan listrik dan jaringan telepon, topografi lahan rata dan lapang,
ketersediaan sumber air, dekat dengan pasar, dan lingkungan masyarakat yang
kondusif (Fadilah dan Atkhuroji,2013). Perencanaan usaha menjadi penting
diperhatikan karena berhubungan dengan modal, tenaga kerja, dan skala usaha
yang akan dihasilkan. Usaha peternakan juga berhubungan dengan perizinan.
Untuk skala usaha peternakan skala kecil tidak perlu mengurus izin pendirian
skala usaha kepada pemerintah, tetapi cukup dengan melaporkan saja. Namun
14
untuk usaha menengah dan besar memerlukan prosedur perizinan (Rahardi dan
Hartono, 2000).
2. Konsep Pemasaran
Pemasaran atau marketing merupakan suatu proses yang mengakibatkan
mengalirnya produk melalui suatu sistem dari produsen ke konsumen. Pemasaran
juga dapat diartikan sebagai semua kegiatan yang diarahkan untuk mengenali dan
memenuhi atau memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen atau pelanggan.
Fokus utama dari kegiatan pemasaran adalah pembeli atau konsumen. Setelah
mampu menemukan keinginan dan kebutuhan konsumen, pelaku pemasaran
mengembangkan strategi yang dirancang untuk mengedukasi konsumen mengenai
fitur-fitur utama sebuah produk, membujuk konsumen untuk membeli, dan terus
meningkatkan kepuasan konsumen (Hasyim, 2012).
Menurut Sunarto (2006), pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial
yang membuat individu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan
dan inginkan, melalui penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai
dengan orang lain. Inti dari kegiatan pemasaran menurut Kotler (2013) adalah
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial dengan cara yang
menguntungkan. American Marketing Association (AMA) menawarkan definisi
formal mengenai pemasaran, yaitu suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses
untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada
pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya.
15
Hasyim (2012) menyatakan bahwa pemasaran yang berhubungan dengan sektor
pertanian meliputi dua kelompok kegiatan yang mencakup penawaran sarana
produksi kepada petani dan penjualan hasil produksi petani. Maka pemasaran
pertanian dapat diartikan sebagai kegiatan menyalurkan produk pertanian dan atau
sarana produksi pertanian dari titik produksi sampai ke titik konsumsi disertai
penciptaan kegunaan waktu, tempat, bentuk, dan pengalihan hak milik oleh
lembaga yang terlibat dengan melakukan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran.
Fungsi-fungsi pemasaran dikelompokkan menjadi tiga fungsi yaitu:
a. Fungsi pertukaran
Pertukaran merupakan suatu tindakan untuk memperoleh objek yang
diharapkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai penggantinya.
Proses pertukaran mencakup kegiatan mencari pembeli, mengidentifikasikan
kebutuhan, merancang produk dan jasa yang baik, menetapkan harga,
mempromosikannya, menyimpan, dan mengirimkannya (Sunarto, 2006).
b. Fungsi fisik
Proses yang tercakup dalam fungsi fisik adalah pengolahan, penyimpanan, dan
pengangkutan. Proses-proses tersebut akan menciptakan kegunaan bentuk,
kegunaan tempat, dan kegunaan waktu (Hasyim, 2012).
c. Fungsi fasilitas
Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar
kegiatan yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri
dari empat, yaitu : standarisasi dan grading, penanggulangan risiko,
pembiayaan, dan informasi pasar (Hasyim, 2012).
16
Karakteristik produk pertanian yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran yaitu
(Hasyim, 2012) :
a. Bersifat musiman
Produk pertanian dihasilkan melalui proses biologis yang sangat tergantung
pada iklim dan alam yang menyebabkan volume produksi berfluktuasi antar
musim, terutama antara musim panen raya dan paceklik.
b. Mudah rusak
Volume dan mutu produk pertanian cepat menurun seiring dengan
bertambahnya waktu. Akibatnya, nilai ekonomi produk pertanian cepat anjlok,
bahkan tidak berharga sama sekali dan menjadi sumber kerugian terbesar bagi
petani atau produsen.
c. Makan tempat
Produk-produk pertanian umumnya bermasa besar dan makan tempat walau
mungkin bobotnya ringan.
d. Amat beragam
Volume dan mutu produk pertanian amat beragam antar waktu dan antar
daerah atau antar sentra produksi.
e. Transmisi harga rendah
Produk pertanian memiliki tingkat elastisitas transmisi harga yang rendah dan
kadang searah.
f. Struktur pasar yang monopsonis atau oligopsonis
Produk pertanian umumnya harus menghadapi struktur pasar yang monopsonis
dan jauh dari prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat.
17
Karakteristik produk pertanian ini menjadi determinan penting dalam memahami
proses pemasaran komoditas pertanian. Hal ini memberikan gambaran bahwa
bahwa kegiatannya tidak hanya menyalurkan barang dan jasa. Sepanjang aliran
barang tersbeut hingga ke konsumen akhir bermacam-macam aktivitas yang dapat
dilakukan sesuai dengan fungsi pemasarannya.
3. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi adalah penggunaan sumberdaya secara minimum guna pencapaian hasil
yang optimum atau perbandingan yang terbaik antara input dan output dengan
penggunaan sumberdaya yang terbatas. Efisiensi dalam pemasaran merujuk pada
konsep kegunaan, pemaksimalan, dan pemanfaatan seluruh sumberdaya dalam
proses produksi barang dan jasa. Efisensi pemasaran dapat terjadi bila biaya
pemasaran bisa ditekan sehingga ada keuntungan, pemasaran dapat lebih tinggi,
persentase perbedaan harga yang dibayar konsumen dan produsen tidak terlalu
tinggi, dan tersedianya fasilitas fisik pemasaran. Efsiensi pemasaran dapat
tercapai bila ada pembagian yang adil bagi semua lembaga yang terlibat dalam
kegiatan pemasaran tersebut.
Menurut Hasyim (2012) pemasaran dapat dilihat efisien atau tidak dengan
menganalisis organisasi pasar tersebut. Pengukuran efisiensi pemasaran dapat
dilakukan melalui analisis organisasi pasar yang meliputi struktur, prilaku, dan
keragaan pasar dengan penjelasan sebagai berikut (Hasyim, 2012) :
a. Struktur pasar (market structure),
Struktur pasar merupakan karakteristik organisasi yang menggambarkan
hubungan antara penjual dan pembeli, antara penjual satu dengan penjual yang
18
lain, dan hubungan antara penjual di pasar dengan para penjual potensial yang
akan masuk ke pasar.
b. Perilaku pasar (market conduct)
Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran dalam menghadapi
struktur pasar tertentu untuk tujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya. Perilaku pasar menggambarkan tingkah laku kegiatan pembeli dan
penjual dalam hubungannya dengan sistem pembentukan harga dan praktek
transaksi secara horizontal maupun vertikal.
c. Keragaan pasar (market performance)
Keragaan pasar adalah gejala pasar yang tampak sebagai akibat dari interaksi
antara struktur pasar dan perilaku pasar. Interaksi antara struktur dan perilaku
pasar pada kenyataannya cenderung kompleks dan saling mempengaruhi secara
dinamis. Keragaan pasar adalah bagaimana pengaruh struktur pasar dan
perilaku pasar yang berkenaan dengan harga, biaya, dan volume produksi.
4. Indikator Efisiensi Pemasaran
Menurut Hasyim (2012), efisiensi daam pengertian ilmu ekonomi adalah konsep
yang terkait pada kegunaan, pemaksimalan dan pemanfaatan seluruh sumberdaya
dalam proses produksi barang dan jasa. Dalam pemasaran, kondisi efisiensi dapat
tercapai bila ada pembagian yang adil bagi semua lembaga yang terlibat dalam
kegiatan pemasaran tersebut. Ada empat indikator dalam efisiensi pemasaran,
yaitu :
19
a. Marjin pemasaran
Menurut Mubyarto (1989), sistem pemasaran dikatakan efisien bila memenuhi
dua syarat, yaitu :
1) Barang sampai ketangan konsumen akhir dengan harga serendah-rendahnya.
2) Ada pembagian keuntungan yang adil terhadap setiap pelaku pasar.
Indikator marjin pemasaran lebih sering digunakan dalam analisa atau penelitian
efisiensi pemasaran, karena melalui analisis marjin pemasaran dapat diketahui
tingkat efisiensi operasional serta efisiensi harga dari pemasaran. Marjin
pemasaran juga merupakan perbedaan antara harga suatu barang yang diterima
produsen dengan harga yang dibayarkan konsumen yang terdiri atas biaya
pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran.
Selaras dengan hal tersebut di atas, Hasyim (2012) berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan marjin pemasaran secara umum adalah perbedaan harga-harga
pada berbagai tingkat sistem pemasaran. Dalam bidang pertanian, marjin
pemasaran dapat diartikan sebagai perbedaan antara harga pada tingkat usaha tani
dengan harga di tingkat konsumen atau dengan kata lain perbedaaan harga antara
kedua tingkat pasar. Marjin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran dan dan
keuntungan lembaga pemasaran. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan
oleh lembaga pemasaran untuk pelaksanaan berbagai fungsi pemasaran.
Sedangkan keuntungan lembaga pemasaran merupakan unsur pokok yang
menyebabkan tingginya marjin pemasaran, yaitu sebagai akibat terlalu banyak dan
bertindak tidak efisiennya pedagang-pedagang perantara di dalam saluran
pemasaran yang ada.
20
Untuk melihat efisiensi suatu sistem pemasaran melalui analisis marjin dapat
digunakan sebaran rasio profit marjin (RPM) atau rasio marjin keuntungan pada
setiap lembaga pemasaran yang ikut serta dalam suatu proses pemasaran. Rasio
margin keuntungan lembaga pemasaran ini merupakan perbandingan antara
tingkat keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran dengan biaya yang
dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang bersangkutan (Hasyim, 2012).
Secara matematis perhitungan marjin pemasaran dan marjin keuntungan dapat
ditulis sebagai:
mji = Psi – Pbi, ataumji = bti + πi, atauπ = mji – bti
Total marjin pemasaran adalah :
Mji = mji ,atauMji = Pr – Pf
Rasio profit marjin dapat ditulis sebagai:
RPM =bti
i
Keterangan :mji = marjin pada lembaga pemasaran tingkat ke-iMji = total marjin pada satu saluran pemasaranPsi = harga jual pada lembaga pemasaran tingkat ke-iPbi = harga beli pada lembaga pemasaran tingkat ke-ibti = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-iπi = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-iPr = harga pada tingkat konsumenPf = harga pada tingkat produseni = 1,2,3,...,... n
21
Rendahnya marjin pemasaran suatu komoditi belum tentu dapat mencerminkan
efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi
kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani
(produsen share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Produsen’s share
merupakan perbandingan harga yang diterima peternak dengan harga di tingkat
konsumen akhir. Produsen share (PS) atau pangsa produsen bermanfaat untuk
mengetahui bagian harga yang diterima produsen, yang dinyatakan dalam
persentase (Hasibuan, 2006). Semakin tinggi PS, kinerja pasar semakin baik dari
sisi produsen.
PS = x 100%
Keterangan :
Ps = Bagian harga telur yang diterima produsenPf = Harga telur di tingkat produsenPr = Harga telur di tingkat konsumen
b. Harga-harga di tingkat konsumen
Harga-harga di tingkat konsumen yang bertambah tinggi seringkali dianggap
sebagai suatu ukuran dari efisiensi dalam pemasaran. Meningkatnya harga di
tingkat konsumen seringkali dikatakan sebagai akibat manipulasi yang dilakukan
oleh pedagang perantara untuk mengeruk keuntungan sendiri. Padahal seperti
diketahui harga dari setiap jenis barang merupakan fungsi dari pendapatan
konsumen, tersedianya penawaran dibandingkan dengan permintaan yang efektif,
suplai uang, harga barang substitusi dan komplemen, faktor musim, marjin
tataniaga dan pola distribusi, kebijaksanaan harga dari pemerintah, dan tingkat
harga umum.
22
c. Tersedianya fasilitas fisik tataniaga
Fasilitas fisik tataniaga seperti pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan
sebagainya yang kurang memadai juga seringkali menyebabkan pemasaran
menjadi tidak efisien. Langkanya fasilitas-fasilitas fisik tersebut antara lain
disebabkan karena usahatani yang masih subsisten, sifat produk hasil pertanian
yang musiman, struktur dan penyebaran satuan-satuan usahatani, rendahnya
bagian yang dapat dijual, tahap perkembangan ekonomi, dan besarnya biaya
overhead dalam menjalankan fasilitas-fasilitas tersebut.
d. Persaingan pasar
Intensitas persaingan pasar seringkali dipakai sebagai ukuran untuk menilai
efisiensi pemasaran. Struktur pasar yang bersaing sempurna dikategorikan sebagai
sistem pemasaran yang lebih efisien daripada struktur pasar yang tidak bersaing
sempurna.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian terdahulu dibutuhkan sebagai bahan referensi dan bahan rujukan
mengenai penelitian yang serupa dan dijadikan pembanding untuk mendapatkan
hasil yang mengacu pada keadaan yang sebenarnya. Kajian penelitian terdahulu
yang diambil adalah yang berkaitan dengan topik penelitian. Melalui
perbandingan dengan penelitian terdahulu maka akan menjadi pembeda dengan
penelitian ini sehingga terdapat sebuah informasi baru dari hasil penelitian ini.
Kajian penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 7.
23
Tabel 7. Hasil penelitian terdahulu
No Judul/Tahun/Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan1 Analisis strategi
pemasaran telur padapeternakan ayam rasskala besar di kabupatensindrap (Palmarudi,2011).
Mengetahui strategipemasaran yangsesuai untukditerapkan dipeternakan ayam raspetelur skala besardalam meresponpersaingan pasar.
Metode penelitian yangdigunakan adalahmetode survey. Analisisyang digunakan yaituanalisis SWOT.
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulanbahwa posisi peternakan ayam ras Petelur darihasil pembobotan dan rating analisis faktoreksternal dan internal yaitu dengan total bobotInternal Factor Evaluation (IFE) sebesar 2,82dan total bobot Eksternal Factor Evaluation(EFE) sebesar 2,51, strategi yang dapatditerapkan adalah strategi intensif (penetrasipasar, pengembangann pasar danpengembangan produk) karena peternakanayam ras skala besar berada dalam sel V :Pertahankan dan Pelihara.
2 Analisis StrategiPemasaran PeternakanAyam ras petelur Studikasus CV. Intan JayaAbadi Sukabumi(RiswanNazarudin, 2011).
Mengetahui strategipemasaran usahaayam ras petelur diCV. Intan Jaya Abadidi Sukabumi
Metode survey danpengamatan lapangan
CV IJA memiliki faktor keberhasilan untuktetap stabil dan berkembang diantaranya :penawaran dan permintaan masih tinggi,pangsa pasar masih lingkup lokal DKI (90%)dan Jawa Barat (10%), namun tetap dapatmeningkatkan omset penjualan, nilai tambahberupa rencana perusahan ke depan, kondisistruktur keuangan yang baik, perusahaansudah melakukan efisiensi, DOC diperolehdari perusahaan sendiri, perusahaan terusmelakukan investasi untuk perluasankapasitas produksi.
24
No Judul/Tahun/Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan3 Analisis prospek
pemasaran ayam raspetelur di KalimantanTimur (Ahmad Zaini,2011).
Mengetahui prospekpemasaran telur dikalimantan timur
Metode penelitian yangdigunakan adalahmetode survey.
Pola distribusi pemasaran telur diKalimantan Timur mengikuti 3 pola yaitu:1) pola distribusi pemasaran sedang:peternak–pedagang pasar–pedagang eceran–konsumen,2) pola distribusi pemasaranpendek:peternak–pedagang eceran–konsumen,3) pola distribusi pemasaran langsung:peternak–konsumen.Rata–rata marjin pemasaran untuk pola I =Rp. 3400/kg, pola II = Rp. 3000/kg danpola III =Rp. 2600/kg.
4 Efisiensi pemasaran telurayam ras di KotaManado (Darwin Tobaol,dkk., 2018).
Mengetahui polasaluran, margin danefisiensi pemasarantelur ayam ras di KotaManado
Metode penelitian yangdigunakan adalahmetode studi kasus danuntuk menjawab tujuan,digunakan analisisdeskriptif kuantitatif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwaterdapat dua pola saluran pemasaran telurayam ras dalam CV Gunawan Dharma diKota Manado. Margin pemasaran padasaluran pemasaran dari produsen kekonsumen melewati pedagang pengecer lebihbesar daripada angka margin pemasaran padasaluran produsen ke konsumen melewatipedagang pengumpul dan pedagang pengecer.Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwakedua saluran pemasaran yang terjadi padaproses pemasaran telur di CV. GunawanDharma Kota Medan sudah efisien.
25
No Judul/Tahun/Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan5 Efisiensi pemasaran telur
ayam ras di KecamatanRinginrejo KabupatenKediri (M.Y. Ardhiana,2014).
Mengetahui saluranpemasaran danefisiensi pemasarantelur di KecamatanRinginrejo KabupatenKediri.
Penelitian dilakukandengan metode survey.Analisis datamenggunakan sharepeternak, biayapemasaran, rasiokeuntungan, dan bagianlaba dari masing-masing saluranpemasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tigasaluran pemasaran I): peternak (produsen) –pedagang besar – pedagang menengah –pedagang pengecer – konsumen akhir, II):peternak (produsen) – pedagang besar –pedagang pengecer – konsumen akhir dansaluran pemasaran III): peternak (produsen) –pedagang besar – konsumen akhir. Saluranpemasaran yang paling efisien adalah polasaluran pemasaran III.
6 Kajian pemasaran telurayam di KecamatanSukorejo KabupatenPasuruan (W.Mamilianti, 2012).
Menganalisis saluranpemasaran telur,menganalisis marjinpemasaran dan shareharga di tingkatpeternak dan lembagapemasaran sertapendekatan S-C-P.
Metode penlitianmenggunakan metodestudi kasus. Analisisdata berupa analisisdeskriptif, analisisharga, yang diterimaprodusen, analisisshare keuntungan danshare biaya lembagapemasaran, analisismargin pemasaran,pendekatan structure,conduct and marketperformance (S-C-P).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada 2tipe saluran pemasaran ayam petelur.Besarnya margin pemasaran yang diperolehpada saluran I untuk pedagang besar Sidoarjomasing-masing yaitu Rp 700/kg, pedagangbesar di Pasuruan Rp 500/kg, pedagang besardi Pandaan Rp 800/kg, dan saluran II untukpedagang besar di Sukorejo sebesar Rp600/kg. Share harga yang diterima peternakatau produsen masing-masing pedagang besaruntuk saluran I yaitu pedagang besar diSidoarjo 91,03%, pedagang besar di Pasuruan93,42%, pedagang besar di Pandaan 89,74.Sedangkan untuk pendekatan (S-C-P)menunjukkan saluran pemasaran telur belumefisien.
26
No Judul/Tahun/Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan7 Analisis efisiensi
pemasaran telur ayam rasdi CV. Cipta AksaraKelurahan KastelaKecamatan PulauTernate Kota TernateSelatan. (Hamka, 2014).
Mengetahui saluranpemasaran pada CV.Cipta Aksara dantingkat efisiensipemasarannya
Metode penelitian yangdigunakan adalahmetode kualitatif denganpendekatan marginpemasaran, share hargadan rasio keuntungan.
Saluran pemasaran yang terjadi dalampenjualan telur ayam ras pada CV. CiptaAksara terdiri dari empat jalur pemasaran,dimana tiap-tiap jalur menunjukkan tingkatefisiensi pemasaran yang baik. Hal iniditunjukkan dengan nilai share harga lebihdari lima puluh persen, dimana setiappenambahan Rp.1,- oleh produsen telur ayamras akan memberikan keuntungan kepadaprodusen, dengan demikian proses pemasaranyang terjadi pada CV. Cipta Aksara dapatdikatakan efisien.
8 Analisis pola saluranpemasaran dan marjinserta efisiensi pemasaranayam broiler pada sistemkemitraan di KabupatenGrobogan (R. Annisa, S.Marzuki dan W.Roessali, 2015).
Mengetahui beberapapola saluranpemasaran danmarjin serta efisiensipemasaran ayambroiler di KabupatenGrobogan.
Metode yang digunakanadalah survei. Datayang dikumpulkanmeliputi data primerdan data sekunder.Analisis data polasaluran pemasarandibahas secaradeskriptif dan pengujianmarjin pemasaran tiappola saluran pemasarandi uji denganindependent sample ttest.
Hasil penelitian adalah terdapat 3 pola saluranpemasaran yaitu: pola 1, produsen - inti -pedagang besar - pedagang pasar - pedagangeceran -konsumen; pola 2, produsen - inti -pedagang besar - pedagang pasar - konsumen;dan pola 3, produsen - inti - pedagang besar -konsumen. Rata-rata marjin pemasaranadalahpola 1 (panjang) Rp 13.951 sebesar 37,57%,pola 2 (sedang) Rp 11.262sebesar 30,33 %dan pola 3 (pendek) Rp 11.918 sebesar33,00%. Marjin pemasaran pola (1 dan 2)dan pola (1 dan 3) terdapat perbedaan antaratiap pola, sedangkan pola (2 dan 3) tidakterdapat perbedaan antara tiap pola.
27
No Judul/Tahun/Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan9 Produksi dan tataniaga
telur ayam ras di PropinsiLampung (Fitriani,Ismono, H. dan Rosanti,N. 2012).
Penelitian inibertujuan untuk: 1)mengetahui kondisibasis produksi telur didaerah sentraproduksi;2) mengidentifikasilembagatataniagayang terlibat dalamtataniaga telur padadearah sentra produksihingga konsumenakhir; dan3) menganalisisefisiensi tataniagatelur melaluipendekatan RPM(ratio profit margin)dan elastisitastransmisi harga.
Pengambilan sampeldilakukan secarapurposive dan snowballsampling atas dasarjumlah pelaku produksidan distribusi telur daritingkat produsen hinggake pedagang besar danpengecer. Alat analisisyang digunakanmeliputi:1. Kondisi produksi dandata hasil rekapitulasidata awal akandianalisis menggunakananálisisstatistik deskiptif.2. Kondisi tataniagatelur menggunakanpendekatan pola salurantataniaga, ratio profitmargin (RPM), dananalisis transmisi harga.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwakondisi produksi telur ayam ras di ProvinsiLampung rata-rata menghadapi persoalantingginya biaya pakan sebagai komponenutama biaya produksi, mencapai 82,04% daritotal biaya produksi. Besarnya biaya pakanmenyebabkan usaha peternakan ayam raspetelur berbiaya tinggi dan seringkali menjadihambatan bagi pengembangan usaha ayamras petelur secara umum.
Distribusi marjin tataniaga dan nisbah marjinkeuntungan telur ayam ras tidak merata,sehingga dapat dikatakan bahwa salurantataniaga telur ayam ras di Propinsi Lampungbelum efisien. Nilai elastisitas transmisiharga kurang dari satu, hal ini berarti bahwalaju perubahan harga di tingkat konsumenlebih kecil dibanding laju perubahan harga ditingkat produsen. Keadaan ini berarti bahwasistem tataniaga yang berlaku untukkomoditas telur ayam ras belum efisien danpasar yang dihadapi oleh pelaku tataniagakomoditas tersebut adalah bersaing tidaksempurna.
28
No Judul/Tahun/Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan10 Efisiensi pemasaran telur
ayam ras di KecamatanKanigoro KabupatenBlitar (JaisyAghniarahim P, dkk.,2016).
Tujuan penelitian iniadalah untukmenentukan polasaluran pemasaran danefisiensi pemasarantelur ayam diKecamatan Kanigoro,Kabupaten Blitar.
Metode pengumpulandata dilakukan dengancara analisis datakuantitatif melaluiperhitungan margin dannilai share peternakdilakukan pendekatankualitatif melaluianalisis S-C-P, makakualitatif analisis datadengan modelpersamaan structuralmelalui SCM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa limapola saluran pemasaran yang terjadi diKabupaten Blitar Kecamatan Kanigoro untukGrade AA dan A memiliki 4 pola saluranpemasaran, yaitu tipe 1 peternak – pedagangpengepul - grosir – pedagang kecil –konsumen, kemudian tipe 2 peternak –pedagang pengepul - grosir – konsumen, tipe3 (a) peternak – pedagang pengepul –konsumen, tipe 3 (b) peternak – minimarket –konsumen, dan tipe 4 peternak – hotel –konsumen. Hasil efisiensi pemasaran dapatdilihat dari perhitungan margin dan sharepeternak bahwa nilai mark-up paling tinggiadalah untuk saluran pemasaran tipe satu danshare peternak tertinggi terdapat pada saluranpemasaran tipe dua. Budaya, gaya hidup,harga pasar, jumlah pelanggan, kelompoksosial dan persepsi berpengaruh positifterhadap efisiensi pemasaran.
29
Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa belum pernah dilakukan
analisis mengenai efisiensi pemasaran telur di Lampung yang menggunakan
pendekatan S-C-P. Oleh karena itu penelitian ini melakukan penelitian mengenai
efisiensi pemasaran dengan pendekatan analisis S-C-P menggunakan metode
sensus dengan lingkup wilayah kabupaten. Kabupaten yang dipilih secara sengaja
merupakan kabupaten yang menyumbang sepertiga dari total produksi telur se-
Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Selatan.
C. Kerangka Pemikiran
Usaha ternak ayam ras petelur adalah kegiatan untuk memproduksi telur di
lingkungan peternakan. Setiap peternak berusaha untuk terus meningkatkan
produksinya. Hal ini dilakukan agar peternak memperoleh pendapatan yang lebih
besar. Besar kecilnya pendapatan peternak tergantung pada efisien tidaknya
sistem pemasaran yang dihadapinya. Saluran pemasaran yang terlalu panjang
dapat menjadi petunjuk tidak efisiennya suatu saluran pemasaran, tetapi bukan
merupakan indikasi mutlak.
Jika setiap lembaga pemasaran memperoleh imbalan yang sesuai dengan fungsi-
fungsi pemasaran yang dilakukan, maka walaupun saluran pemasarannya panjang,
sistem pemasaran tersebut dapat dikatakan efisien. Akan tetapi jika ada lembaga
pemasaran yang dirugikan, meskipun saluran pemasarannya pendek, sistem
pemasaran tersebut tidak efisien. Sistem pemasaran yang baik harus dapat
memberikan kepuasan kepada semua pihak yang ikut dalam saluran pemasaran.
30
Dalam menganalisis sistem pemasaran telur dilakukan analisis organisasi pasar
(struktur, perilaku, keragaan), saluran pemasaran, marjin pemasaran, regresi,
korelasi, dan elastistas transmisi harga. Untuk mengetahui organisasi pasar dan
saluran pemasaran dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif, sedangkan untuk
mengetahui marjin pemasaran, ratio profit margin dan pangsa produsen
digunakan analisis kuantitatif atau statistik.
Usaha ternak ayam ras petelur di Provinsi Lampung memiliki potensi yang besar
untuk terus dikembangkan. Hal ini berdasarkan jumlah produksi telur yang belum
memenuhi konsumsi dan potensi pasar telur yang cukup besar karena letak
Propinsi Lampung yang cukup strategis. Namun, peternak ayam ras petelur pada
umumnya terus mengembangkan usaha ternaknya untuk meningkatkan produksi
telur hanya berdasarkan pertimbangan harga yang selalu diatas biaya produksi
tanpa mempertimbangkan bagaimana melakukan strategi pemasaran yang baik,
sehingga apa yang sudah dilakukan peternak dalam proses pemasaran telur saat ini
belumlah efisien. Oleh karena itu, penelitian ini akan meneliti tentang efisiensi
pemasaran telur di Kabupaten Lampung Selatan. Untuk memperjelas kerangka
pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 1.
31
Gambar 1. Kerangka pemikiran efisiensi pemasaran usaha ternak ayam raspetelur di Kabupaten Lampung Selatan
D. Hipotesis
Berdasarkan paradigma kerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah diduga pemasaran telur ayam ras di Kabupaten Lampung
Selatan belum efisien.
Usaha Ternak Ayam Ras Petelur
Usaha yang berpotensiuntuk terus dikembangkandilihat dari sisi permintaan
dan pasar produknya
Produksi telur ayam ras
Pasar telur ayam ras
Analisis yang digunakan:a. Struktur pasar (market structure)b. Perilaku pasar (market conduct)c. Kinerja pasar (market performance),
meliputi :- Saluran pemasaran- Harga, biaya, dan volume penjualan- Marjin pemasaran- Produsen’s share- Analisis elastisitas transmisi harga
Faktor Produksi :1. Luas lahan/kandang2. Bibit ayam3. Pakan4. Obat-obatan5. Tenaga kerja6. Teknologi
PemasaranEfisien
PemasaranTidak efisien
Masalah :- Harga telur yang terusmengalami fluktuasi
- Pola saluran pemasaranyang cukup panjang
32
III. METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh
data dan melakukan analisis yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
Usaha ternak ayam ras petelur adalah suatu rangkaian aktifitas ternak ayam ras
yang direncanakan untuk mendapatkan manfaat dengan menggunakan sumber-
sumber yang mempunyai titik waktu berakhirnya aktifitas.
Harga produsen adalah harga telur ayam ras di tingkat produsen setelah terjadi
transaksi jual beli, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).
Harga konsumen atau harga beli adalah harga telur ayam ras yang dibayarkan
pada waktu terjadi transaksi jual beli telur, diukur dalam satuan rupiah per
kilogram (Rp/Kg).
Pemasaran adalah proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk memindahkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen
dengan tujuan memperoleh keuntungan di satu pihak dan kepuasan di pihak lain.
33
Biaya pemasaran adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh peternak dan
lembaga pemasaran yang terdiri dari biaya penyimpanan, pengangkutan,
penyusutan, dan biaya lainnya, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
Lembaga pemasaran telur adalah orang-orang atau badan usaha yang melakukan
kegiatan-kegiatan pemasaran.
Saluran pemasaran adalah lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam
menyampaikan komoditas telur dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
pembelian, pengangkutan, penyimpanan, dan penjualan dari peternak telur ke
konsumen akhir.
Struktur pasar adalah suatu deskripsi yang merupakan konsep mengenai tingkat
persaingan pasar, mencakup penjelasan jumlah perusahaan dalam pasar, serta
syarat-syarat keluar masuk pasar.
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga suatu barang yang diterima oleh
produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen, yang terdiri dari biaya
pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran.
Profit marjin adalah marjin keuntungan lembaga pemasaran yang dihitung dengan
mengurangi nilai marjin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan.
Volume jual adalah banyaknya telur ayam ras yang djual, baik oleh produsen,
maupun oleh lembaga pemasaran, diukur dalam satuan kilogram (Kg).
Volume beli adalah banyaknya telur ayam ras yang dibeli oleh konsumen atau
lembaga pemasaran, diukur dalam satuan kilogram (Kg).
34
Produsen telur (peternak ayam ras petelur) adalah orang/perusahaan yang
bergerak dalam usaha ternak ayam ras petelur untuk keperluan perdagangan.
Pedagang besar adalah salah satu lembaga dalam pemasaran yang membeli
(mengumpulkan) telur langsung dari peternak dan menjualnya ke konsumen atau
lembaga pemasaran lainnya.
Pedagang kecil adalah salah satu lembaga dalam pemasaran yang membeli
(mengumpulkan) telur dari pedagang besar dan menjualnya ke pedagang pengecer
maupun konsumen.
Pedagang pengecer adalah salah satu lembaga dalam pemasaran yang membeli
(mengumpulkan) telur dari pedagang kecil dan menjualnya ke konsumen.
Konsumen adalah pembeli terakhir yang langsung mengkonsumsi telur yang
dibeli atau dijual kembali setelah diolah atau diubah bentuk dengan tujuan
memberikan nilai tambah.
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di dua kecamatan yaitu Kecamatan Jati Agung dan
Kecamatan Kalianda di Kabupaten Lampung Selatan. Adapun pemilihan lokasi
penelitian di Kabupaten Lampung Selatan dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan bahwa wilayah ini merupakan penghasil telur terbesar di
Lampung. Pada tahun 2016, Kabupaten Lampung Selatan menyumbang lebih
dari setengah dari total produksi telur ayam ras di Lampung yaitu sebesar 51,96
persen. Berdasarkan data BPS (2017) dalam Lampung Selatan Dalam Angka,
35
Kecamatan Jati Agung dan Kecamatan Kalianda merupakan daerah sentra
produksi telur ayam ras di Kabupaten Lampung Selatan, sehingga dipilih dua
kecamatan tersebut secara sengaja sebagai lokasi penelitian.
Berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Selatan dan Pinsar
Petelur Nasional (PPN) Lampung maka didapatkan data seperti disajikan pada
Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran peternak dan populasi ayam ras petelur dari dua kecamatan diKabupaten Lampung Selatan
No Kecamatan Jumlah Peternak AyamRas Petelur (Orang)
Populasi Ayam RasPetelur (ekor)
1 Jati Agung 10 901.0002 Kalianda 7 317.000
Jumlah 17 1.218.000Sumber : diolah dari berbagai sumber (Dinas Peternakan dan PPN Lampung)
Tabel 8 menujukkan data jumlah peternak ayam ras petelur di daerah penelitian,
sehingga jumlah populasi pada penelitian ini adalah 17 orang peternak.
Berdasarkan data pada Tabel 8 maka metode penarikan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode sensus yaitu semua anggota populasi dijadikan
sampel (Singarimbun, 1989). Arikunto (2002) menyatakan bahwa jika sampel
kurang dari 100, maka sampel harus diambil seluruhnya.
Metode penarikan sampel untuk lembaga pemasaran diambil dari lembaga
pemasaran yang terlibat langsung dalam pemasaran telur ayam ras di Kabupaten
Lampung Selatan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Cara
pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan berantai, pelaksanaannya
pertama-tama dilakukan interview terhadap peternak atau produsen telur ayam
ras, selanjutnya yang bersangkutan diminta untuk menyebutkan calon responden
36
lainnya (pedagang telur sampai ke konsumen) sehingga didapat suatu rantai
pemasaran. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan
April 2018 sampai dengan Mei 2018.
C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey. Data yang
dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara dan observasi langsung dengan responden (peternak ayam ras petelur
dan lembaga pemasaran yang terlibat langsung). Data sekunder diperoleh melalui
pencatatan dari berbagai kepustakaan, instansi atau lembaga yang terkait dalam
penelitian, publikasi-publikasi serta laporan-laporan lainnya yang digunakan
dalam penelitian ini.
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis efisiensi sistem pemasaran adalah
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Analisis kualitatif (deskriptif)
digunakan untuk mengetahui struktur pasar (jumlah pembeli dan penjual),
perilaku pasar (cara pembelian, penjualan, dan pembayaran), serta keragaan
pasar berdasarkan saluran pemasaran, harga, biaya, dan volume penjualan.
Analisis kuantitatif (statistika) digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran
berdasarkan indikator marjin pemasaran, ratio profit margin (RPM), dan pangsa
produsen (PS).
37
Efisiensi pemasaran telur ayam ras pada penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan model pendekatan organisasi pasar. Organisasi pasar ini terbagi
menjadi tiga komponen, yaitu:
1. Analisis Struktur pasar (market structure)
Menurt Hasyim (1994), struktur pasar merupakan karakteristik organisasi yang
menggambarkan hubungan antara penjual dan pembeli yang dapat dilihat dari
jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi produk dan kondisi keluar masuk pasar
(entry condition). Jumlah lembaga pemasaran di Kabupaten Lampung Selatan
dianalisis melalui struktur pasar dengan menggunakan metode wawancara
langsung dengan responden. Setelah diperoleh jumlah lembaga pemasaran telur
ayam ras di lokasi penelitian dan dianalisis mengenai kondisi untuk lembaga
pemasaran keluar masuk pasar, maka dapat diketahui apakah komoditi telur ayam
ras termausk ke dalam produk dengan pasar bersaing sempurna atau pasar
bersaing tidak sempurna.
Struktur pasar bersaing apabila jumlah pembeli dan penjual banyak, penjual dan
pembeli hanya menguasai sebagian kecil dari barang yang dipasarkan, sehingga
masing-masing tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker), tidak ada
gejala konsentrasi, produk yang diperdagangkan homogen, dan ada kebebasan
untuk keluar masuk pasar. Sebaliknya, struktur pasar tidak bersaing sempurna
seperti pasar monopoli (dicirikan oleh adanya penjual tunggal) dan monopsoni
(dicirikan oleh adanya pembeli tunggal). Oligopoli adalah pasar dengan beberapa
penjual, sedangkan oligopsoni adalah pasar dengan hanya beberapa pembeli.
38
b. Analisis Perilaku pasar (market conduct)
Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran dalam menghadapi
struktur pasar tertentu dalam rangka mendapatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya. Perilaku pasar menggambarkan tingkah laku kegiatan pembeli dan
penjual dalam melakukan kegiatan pembelian, penjualan, penentuan harga, dan
siasat pasar untuk memperkuat posisi di dalam pasar. Pada perilaku pasar
dianalisis sistem pembentukan harga serta praktek pembelian dan penjualan telur
ayam ras di Kabupaten Lampung Selatan yang dilakukan oleh lembaga pemasaran
terkait. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara langsung
kepada responden.
c. Analisis Keragaan pasar (market performance)
Keragaan pasar merupakan gejala pasar yang tampak sebagai akibat dari interaksi
antara struktur pasar (market structure) dan perilaku pasar (market conduct).
Interaksi antara struktur dan perilaku pasar pada kenyataannya cenderung bersifat
kompleks dan saling pengaruh mempengaruhi secara dinamis. Keragaan pasar
dilihat berdasarkan indikator-indikator seperti saluran pemasaran, harga, biaya,
dan volume penjualan, pangsa produsen, marjin pemasaran, dan ratio profit
margin (RPM).
(1) Saluran pemasaran
Saluran pemasaran telur ayam ras di Kabupaten Lampung Selatan dianalisis
secara deskriptif kualitatif, mulai dari tingkat peternak produsen dan
lembaga-lembaga pemasaran lainnya, serta konsumen yang ikut terlibat
39
dalam proses arus barang. Jumlah saluran pemasaran yang ikut serta dalam
proses pemasaran akan menentukan apakah sistem pemasaran tersebut efisien
atau tidak. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, maka akan
menambah biaya pemasaran yang dikeluarkan.
Hanafiah dan Saefudin (1986), mengemukakan bahwa panjang pendeknya
saluran pemasaran suatu barang niaga ditandai dengan berapa banyaknya
pedagang perantara yang dilalui oleh barang niaga tersebut sejak dari
produsen hingga konsumen akhir. Bila pedagang perantara yang dilaluinya
banyak, maka dikatakan bahwa saluran pemasaran dari barang niaga tersebut
panjang.
Jika saluran pemasaran tersebut panjang, namun fungsi-fungsi pemasaran
yang dilakukan oleh lembaga pemasaran tersebut dibutuhkan serta sulit untuk
diperpendek, maka saluran pemasaran tersebut dapat dikatakan efisien.
Sebaliknya, jika saluran pemasaran tersebut panjang namun ada fungsi-fungsi
pemasaran yang tidak perlu dilakukan, sehingga masih bisa diperpendek,
tetapi tidak dilakukan, maka saluran pemasaran tersebut dapat dikatakan tidak
efisien.
Jika saluran pemasaran tersebut pendek dan dirasakan fungsinya cukup bagi
barang tersebut, maka dapat dikatakan bahwa saluran pemasaran tersebut
efisien. Sebaliknya, jika saluran pemasaran tersebut pendek dan dirasakan
perlu adanya tambahan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
lembaga pemasaran, sehingga perlu diperpanjang, maka dapat dikatakan
bahwa saluran pemasaran tersebut tidak efisien.
40
(2) Harga, biaya, dan volume penjualan
Keragaan pasar juga berkenaan dengan harga, biaya, dan volume penjualan
masing-masing tingkat pasar dimulai dari tingkat produsen, pedagang besar,
pedagang kecil, pedagang pengecer sampai ke konsumen akhir yang akan
dianalisis secara deskriptif kualitatif berdasarkan pengamatan di daerah
penelitian.
(3) Pangsa Produsen
Analisis pangsa produsen memiliki tujuan untuk mengetahui bagian harga
yang diterima oleh peternak (produsen). Pangsa pasar yang tinggi,
menunjukkan kinerja pasar yang semakin baik dari sisi produsen (peternak).
Pangsa produsen dirumuskan :
PS = Pf x 100%Pr
Keterangan :Ps = Bagian harga telur yang diterima produsen (peternak)Pf = Harga telur di tingkat produsen (peternak) (Rp/Kg)Pr = Harga telur di tingkat konsumen (Rp/Kg)
(4) Marjin pemasaran
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga pada tingkat usahatani (Pf) dengan
harga di tingkat eceran atau konsumen (Pr) (Hasyim, 1994). Secara
matematis, marjin pemasaran dirumuskan sebagai (Azzaino, 1982):
mji = Psi - Pbi atau mji = bti + i
sehingga diperoleh total marjin pemasaran (M) adalah:
M = ∑ mji atau M = Pr – Pf
41
Penyebaran marjin pemasaran dapat dilihat berdasarkan persentase
keuntungan terhadap biaya pemasaran (Ratio Profit Marjin /RPM) pada
lembaga pemasaran dengan menggunakan rumus (Azzaino, 1982) :
RPM (%) = I x 100%bti
Keterangan:mji= marjin pemasaran tingkat ke-iPsi = harga jual lembaga pemasaran tingkat ke-iPbi = harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-ibti = biaya total lembaga pemasaran tingkat ke-ii = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-iM = marjin total pemasaranPr = harga di tingkat konsumenPf = harga di tingkat petani/produseni = 1,2,3,...........,n
Lebih lanjut Azzaino (1982) menyatakan bahwa nilai RPM yang relatif
menyebar merata pada berbagai tingkat lembaga pemasaran merupakan
cerminan dari pemasaran. Jika selisih RPM antara lembaga pemasaran sama
dengan nol, maka sistem pemasaran tersebut dianggap efisien dan jika selisih
RPM lembaga pemasaran tidak sama dengan nol, maka sistem pemasaran
yang terjadi dianggap tidak efisien.
42
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan
1. Letak Geografis
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan yang merupakan salah
satu dari 14 kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Wilayah Kabupaten Lampung
Selatan terletak antara 105º14’ sampai dengan 105º45’ Bujur Timur dan 5º15’
sampai dengan 6º Lintang Selatan. Mengingat letak yang demikian ini, daerah
Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia
merupakan daerah tropis (BPS, 2017).
Wilayah administrasi Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas- batas
sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan
Lampung Timur,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda,
- Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pesawaran,
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa.
Luas wilayah Kabupaten Lampung Selatan tercatat 2.007,01 km2 terdiri dari 17
kecamatan dan 256 desa. Kecamatan Jati Agung dan Kecamatan Kalianda
43
merupakan dua kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang dijadikan lokasi
penelitian (BPS, 2017).
2. Sebaran Kepadatan Penduduk
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2017), jumlah Penduduk Kabupaten Lampung
Selatan tahun 2016 berjumlah 982.885 jiwa dengan kepadatan penduduk 490
orang/km2, yang terdiri dari jiwa 504.498 laki-laki dan 478.387 perempuan. Dari
total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang berjumlah 191.292 jiwa sebesar
46,19 persen penduduk di Kabupaten Lampung Selatan bekerja di sektor
pertanian.
3. Kondisi Perekonomian
Berdasarkan Badan Pusat Statistika (2017), PDRB Kabupaten Lampung Selatan
atas dasar harga berlaku menurut Lapangan Usaha Tahun 2016 sebesar
34.903.655,2 juta rupiah, sedangkan PDRB Kabupaten Lampung Selatan atas
dasar harga konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2016 sebesar 25.942.709,0
juta rupiah. Laju pertumbuhan PDRB ADHK pada tahun 2016 menurun dari 5,38
menjadi 5,22 persen.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku menurut
Lapangan Usaha pada tahun 2016 terjadi kenaikan sebesar 3,5 triliun rupiah jika
dibandingkan tahun 2015. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor
penyumbang terbesar dengan nilai tambah sebesar 10,57 trilyun rupiah disusul
sektor industri pengolahan 8,49 trilyun rupiah dan sektor perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 4,02 trilyun rupiah. Sedangkan sektor
44
terkecil sumbangannya adalah sektor pengadaan listrik dan gas. Laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Selatan dari tahun 2014 sampai tahun
2016 mengalami penurunan.
4. Kondisi Pertanian
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2017), pada tahun 2016 sebagian wilayah
Kabupaten Lampung Selatan merupakan areal persawahan dengan luas 447,32
km2 (22,28 persen). Dari total luas areal persawahan, 77,30 persen merupakan
sawah tadah hujan. Luas panen tanaman pangan di Kabupaten Lampung Selatan
terluas adalah jagung, diikuti padi sawah dan ubi kayu sedangkan luas yang
terkecil adalah ubi jalar. Selain tanaman pangan, Kabupaten Lampung Selatan
juga merupakan penghasil tanaman sayuran dan buah-buahan. Dari beberapa
tanaman sayuran yang ada, produksi tanaman cabe merah besar merupakan yang
terbanyak dengan jumlah produksi sebesar 119.289 kuintal. Sedangkan untuk
produksi buah-buahan terbanyak adalah buah pisang dengan jumlah produksi
sebesar 4,5 juta kuintal.
Populasi ternak terbesar di Kabupaten Lampung Selatan adalah populasi kambing
pada tahun 2016 yaitu sebanyak 355.371 ekor, disusul sapi potong 113.152 ekor
dan domba 8.974 ekor. Untuk populasi unggas, pada tahun 2016 populasi ayam
ras pedaging adalah yang terbesar yaitu mencapai 12,48 juta ekor, sedangkan
ayam ras petelur sebesar 2,3 juta ekor dengan produksi telur 17.768,089 ton.
Hasil perikanan tangkap tahun 2016 mencapai 28.650 ton, sedangkan hasil
perikanan budidaya mencapai 26.446,25 ton. Jumlah Balai Benih ikan lokal
45
sebanyak 2 unit, Unit Pembenihan Rakyat sebanyak 45 unit dan Unit Hatchery
Skala Rumah Tangga sebanyak 137 unit. dengan produksi
sebanyak 3.895,2 m3.5. Sarana dan Prasarana
Sarana transportasi di Kabupaten Lampung Selatan menggunakan jalur darat, jalur
laut dan jalur udara. Jalur darat yaitu jalanan, baik yang berupa jalan aspal
maupun jalan yang terbuat dari campuran kerikil dan tanah. Sarana transportasi
darat di daerah ini sudah modern yaitu mobil (pribadi dan angkutan umum) dan
sepeda motor Di Kabupaten Lampung Selatan, panjang jalan Kabupaten tercatat
sepanjang 1.240,48 km, jalan Provinsi 157,51 km dan jalan Negara 159,95 km.
Sarana transportasi laut Kabupaten Lampung Selatan adalah pelabuhan
penyeberangan Bakauheni yang merupakan pintu gerbang utama bagi kendaraan
yang akan menuju Pulau Sumatera. Sedangkan sarana transportasi udara
Kabupaten Lampung Selatan adalah Bandara Radin Intan II (BPS, 2017).
Sarana dan prasarana lainnya telah lengkap di Kabupaten Lampung Selatan,
seperti koperasi, bank, pasar, warung dan badan perpajakan. Kabupaten Lampung
Selatan diketahui memiliki jumlah pasar sebanyak 48 pasar, sedangkan pasar
umum hanya berjumlah 9 pasar. Koperasi di kabupaten Lampung Selatan terdiri
dari KPRI, KOPWAN, KOPKAR, KSU, KOPTAN, dan jenis koperasi lainnya, di
mana KOPTAN yang paling banyak jumlahnya yaitu sebanyak 95 koperasi.
Sarana dan prasarana pendidikan berupa TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan
Tinggi. Sarana dan prasarana kesehatan antara lain posyandu, puskesmas (induk
dan pembantu), balai pengobatan, bidan, klinik dokter dan rumah sakit (BPS,
2017).
46
B. Gambaran Umum Kecamatan Jati Agung
1. Letak Geografis
Berdasarkan Badan Pusat Statistika (2017), Kecamatan Jati Agung merupakan
salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Lampung Selatan dengan membawahi
21 Desa dengan luas wilayah 164,47 km2 dengan wilayah terluas adalah Desa
Sinar Rezeki dan luas wilayah terkecil adalah Desa Karang Anyar.
Kecamatan Jati Agung berbatasan dengan :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Bandar Lampung dan Kecamatan
Tanjung Bintang,
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Natar,
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur.Pe
2. Sebaran Kepadatan Penduduk
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2017), Kecamatan Jati Agung dihuni oleh
berbagai etnis atau suku baik penduduk asli maupun pendatang. Jumlah
penduduk di Kecamatan Jati Agung tahun 2016 adalah 112.834 jiwa dengan
kepadatan penduduk 686,05 orang/km2 yang terdiri dari 58.306 jiwa berjenis
kelamin laki-laki dan 54.528 jiwa berjenis kelamin perempuan.
3. Kondisi Pertanian
Potensi ekonomi yang dimiliki Kecamatan Jati agung adalah pada sektor
pertanian. Hal ini dikarenakan luas wilayah atau luas lahan yang ada di
Kecamatan Jati Agung sebagian besar untuk produksi sektor pertanian dan sektor
47
ini pula yang merupakan pencaharian utama sebagian besar masyarakatnya.
Berdasarkan luas wilayah menurut jenis lahan di Kecamatan Jati Agung pada
tahun 2016, untuk lahan sawah seluas 3.389 ha kemudian untuk lahan bukan
sawah 13.058 ha, dan lahan bukan sawah ini yang digunakan untuk kegiatan
pertanian seluas 8.649 ha, sedangkan sisanya dipergunakan untuk untuk bangunan
dan kegiatan lainnya selain pertanian (BPS, 2017).
Sub sektor yang sangat menonjol pada sektor pertanian adalah tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan peternakan. Produksi utama tanaman pangan di
Kecamatan Jati Agung yaitu padi dan jagung. Pada tahun 2016 produksi padi
sebesar 26.770 ton dan produksi jagung sebesar 37.939 ton. Kemudian tanaman
hortikultura, tanaman sayuran yang cukup menghasilkan adalah kangkung dengan
produksinya pada tahun 2016 sebesar 1.402 kuintal. Untuk tanaman buah-buahan
di Kecamatan Jati Agung yakni hanya pisang menghasilkan produksi pada tahun
2016 sebesar 54.000 kuintal (BPS, 2017).
Di sisi lain, sub sektor tanaman perkebunan juga merupakan sub sektor yang
punya peran besar bagi perekonomian di Kecamatan Jati Agung. Berdasarkan
data statistik Kecamatan Jati Agung, produksi utama subsektor tanaman
perkebunan di Kecamatan Jati Agung adalah karet. Luas panen karet sebesar
1,74 ha dengan produksinya sebesar 2.242 ton. Selanjutnya untuk peternakan,
kecamatan Jati Agung berusaha ternak sapi, kambing, ayam ras pedaging dan
ayam ras petelur. Berdasarkan Badan Pusat Statistika (2017), bahwa ternak ayam
ras pedaging dan ayam ras petelur merupakan ternak paling besar di Kecamatan
Jati Agung. Hal ini terlihat dengan begitu besarnya jumlah populasi ayam ras
48
pedaging yaitu sebesar 2.880.000 ekor, sedangkan populasi ayam ras petelur
1.077.000 ekor dengan produksi telur sebesar 7.915,572 ton.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan fasilitas yang penting bagi keberlangsungan
kegiatan atau aktivitas pada suatu daerah. Kondisi jalan di Kecamatan Jati Agung
secara umum relatif baik dengan kondisi aspal, namun masih banyak terdapat
beberapa jalan dengan kondisi masih berupa tanah dan bebatuan. Sarana dan
prasarana di Kecamatan Jati Agung tidak tertinggal jauh dari kecamatan yang
lainnya. Kecamatan Jati Agung memiliki sarana dan prasarana perekonomian
seperti koperasi, bank, pasar, warung kelontong, warung makan, mini market dan
toko. Kecamatan Jati Agung diketahui memiliki jumlah pasar tradisional
sebanyak 9 pasar terdiri dari 1 pasar permanen, 6 pasar semi permanen dan 2
pasar sederhana. Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Kecamatan Jati
Agung terdiri dari 65 Taman Kanak-Kanak (TK) , 53 Sekolah Dasar (SD), 26
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 15 Sekolah Menengah Atas (SMA).
Sarana dan prasarana kesehatan antara lain puskesmas (2 puskesmas induk dan 4
puskesmas pembantu), poskesdes, posyandu, balai pengobatan, rumah bersalin,
praktek dokter dan rumah sakit (BPS, 2017).
C. Gambaran Umum Kecamatan Kalianda
1. Letak Geografis
Berdasarkan Badan Pusat Statistika (2017), Kecamatan Kalianda merupakan salah
satu bagian dari wilayah Kabupaten Lampung Selatan dengan membawahi 29
Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 226,06 km2 dan dihuni oleh berbagai
49
etnis/suku baik penduduk asli maupun pendatang. Wilayah terluas adalah Desa
Negeri Pandan dan luas wilayah terkecil adalah Desa Buah Berak.
Kecamatan Kalianda berbatasan dengan :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sidomulyo,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rajabasa,
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda,
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Penengahan dan Palas.
2. Sebaran Kepadatan Penduduk
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2017), penduduk yang berdomisili di
Kecamatan Kalianda, secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian,
yaitu penduduk asli Lampung dan penduduk pendatang. Sebagian kecil penduduk
asli Lampung menyebar di hampir semua desa, akan tetapi dalam jumlah yang
relatif kecil. Jumlah penduduk di Kecamatan Kalianda tahun 2016 adalah 87.745
jiwa dengan kepadatan penduduk 388,15 orang/km2 yang terdiri dari 45.764 jiwa
berjenis kelamin laki-laki dan 41.981 jiwa berjenis kelamin perempuan.
3. Kondisi Pertanian
Berdasarkan luas wilayah menurut jenis lahan di Kecamatan Kalianda pada tahun
2016, untuk lahan sawah seluas 6.357,90 ha kemudian untuk lahan bukan sawah
16.248,40 ha, dan lahan bukan sawah ini yang digunakan untuk kegiatan pertanian
seluas 10.215,80 ha, sedangkan sisanya sebesar 6.032,60 ha dipergunakan untuk
untuk bangunan dan kegiatan lainnya selain pertanian (BPS, 2017).
50
Kecamatan Kalianda memiliki potensi di sektor pertanian diantaranya dari
subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Produksi
utama tanaman pangan di Kecamatan Kalianda yaitu padi dan jagung. Pada tahun
2016 produksi padi sebesar 38.738 ton dengan luas panen sebesar 7.589 ha dan
produksi jagung sebesar 53.616 ton dengan luas panen 10.166 ha. Kemudian
tanaman hortikultura, tanaman sayuran yang cukup menghasilkan adalah cabe
dengan luas panen sebesar 104 ha dan produksinya pada tahun 2016 sebesar 8.040
kuintal. Tanaman buah-buahan di Kecamatan Kalianda yakni hanya pisang
menghasilkan produksi pada tahun 2016 sebesar 720.475 kuintal (BPS, 2017).
Di sisi lain, sub sektor tanaman perkebunan juga merupakan sub sektor yang
punya peran besar bagi perekonomian di Kecamatan Kalianda. Berdasarkan data
statistik Kecamatan Kalianda, produksi utama subsektor tanaman perkebunan di
Kecamatan Kalianda adalah kelapa dalam. Luas panen kelapa dalam sebesar
4.203 ha dengan produksinya sebesar 6.235 ton. Selanjutnya untuk peternakan,
Kecamatan Kalianda berusaha ternak sapi, kambing, ayam ras pedaging dan ayam
ras petelur. Berdasarkan Badan Pusat Statistika (2017), bahwa ternak ayam ras
pedaging dan ayam ras petelur merupakan ternak paling besar di Kecamatan
Kalianda. Hal ini terlihat dengan begitu besarnya jumlah populasi ayam ras
pedaging sebesar 950.000 ekor dan ayam ras petelur 335.500 ekor dengan jumlah
produksi telur 3.304,686 ton.
4. Sarana dan Prasarana
Kecamatan Kalianda merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Lampung
Selatan yang jika dilihat dari keadaan sarana dan prasarana wilayahnya sudah
51
lengkap. Jika dilihat dari kondisi infrastruktur, secara umum transportasi antar
daerah relatif lancar, kondisi jalan relatif baik dengan kondisi aspal, namun masih
terdapat beberapa jalan dengan kondisi masih berupa tanah dan bebatuan. Sarana
dan prasarana perekonomian seperti koperasi, bank, pasar, warung kelontong,
warung makan, mini market dan toko. Kecamatan Kalianda memiliki 2 pasar
tradisional yang terletak di Desa Kalianda dan Desa Suka Tani yang sudah semi
permanen.
Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Kecamatan Kalianda terdiri dari 10
Taman Kanak-Kanak (TK), 51 Sekolah Dasar (SD), 12 Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan 7 Sekolah Menengah Atas (SMA), 5 Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), 5 Perguruan Tinggi dan 7 Pondok Pesantren. Sarana dan
prasarana kesehatan antara lain posyandu, puskesmas, poskesdes, balai
pengobatan, rumah bersalin, praktek dokter dan rumah sakit (BPS, 2017).
98
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Struktur pasar (market structure) sistem pemasaran telur ayam merupakan
struktur pasar tidak bersaing sempurna, dimana struktur pasar yang berlaku
pada tingkat peternak, pedagang besar, pedagang kecil, pedagang pengecer
adalah struktur pasar oligopoli dan oligopsoni. Struktur pasar ini
menunjukkan bahwa lembaga pemasaran tidak memiliki hambatan keluar
masuk pasar dan penentuan harga telur berdasarkan harga pasar.
2. Perilaku pasar (market conduct) yang dihadapi yaitu praktik transaksi jual
beli telur ayam berdasarkan kesepakatan dari pihak lembaga pemasaran itu
sendiri. Sistem penentuan harga telur ayam berdasarkan harga pasar yang
ditentukan oleh Pinsar Petelur Nasional Lampung, akan tetapi juga melalui
proses tawar-menawar antara kedua belah pihak apabila jumlah pembelian
telur ayam dalam jumlah banyak. Terdapat 2 sistem pembayaran dalam
sistem pemasaran yaitu sistem pembayaran secara tempo (tunda bayar) dan
tunai atau langsung.
3. Keragaan pasar (market performance) dalam sistem pemasaran telur ayam
yaitu saluran pemasaran telur ayam di Kabupaten Lampung Selatan terbentuk
99
sembilan saluran pemasaran. Saluran pemasaran di Kabupaten Lampung
Selatan belum efisien, hal ini dikarenakan nilai marjin pemasaran yang masih
cukup tinggi dan nilai RPM tidak menyebar merata dimana nilai RPM tidak
sama dengan nol. Namun demikian, dilihat dari sisi pangsa produsen yang
diperoleh peternak ayam ras petelur sudah relatif tinggi karena nilainya 80%.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang diajukan antara
lain:
1. Pemasaran yang belum efisien diantaranya dikarenakan peternak yang tidak
terjun langsung dalam sistem pemasaran dan hanya mempercayakan ke
pedagang besar. Sehingga disarankan peternak bisa mengambil langkah untuk
memperpendek saluran pemasaran dengan melakukan penjualan langsung dan
membuat gudang tersendiri menyimpan stok. Jika hal tersebut dilakukan
maka pemasaran telur bisa lebih efisien dari sisi saluran pemasaran dan harga.
Peternak juga bisa memetakan kebutuhan telur di tiap 2 wilayah sehingga
bisa melakukan pembagian pasar dengan baik.
2. Peternak disarankan untuk melakukan budidaya usaha ternak ayam ras petelur
dengan baik. Hal ini diantaranya bisa dilakukan dengan mengembangkan
penggunaan kandang yang modern, menciptakan pakan yang berkualitas,
serta melakukan program bio-security dan medikasi yang tepat.
3. Pemerintah perlu untuk membuat regulasi dalam menetapkan batas atas dan
bawah dari harga telur agar peternak tidak menerima harga terlalu rendah dan
konsumen juga tidak menerima harga terlalu tinggi.
100
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, R., Marzuki, S., Roessali, W. 2015. Analisis pola saluran pemasaran danmarjin serta efisiensi pemasaran ayam broiler pada sistem kemitraan diKabupaten Grobogan. Animal Agriculture Journal. Volume 4 Nomor 1April 2015 (144-148). Http://ejournal-s1.undip.ac.id/ index.php/aaj/article/view/8521. Diakses tanggal 11 Mei 2016.
Ardhiana, M. Y. 2014. Efisiensi pemasaran telur ayam ras di KecamatanRinginrejo Kabupaten Kediri. Jurnal Fapet UB. Http://fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/Jurnal.pdf. Diakses tanggal 11 Mei 2016.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.Jakarta.
Azzaino, Z. 1982. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-IlmuSosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2015. Statistik Indonesia 2015. Badan PusatStatistik Indonesia. Jakarta. 710 hlm.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan. 2013. Laporan Hasil SensusPertanian Tahun 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan.Bandar Lampung. 36 hlm.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan. 2015. Lampung SelatanDalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan.Bandar Lampung. 251 hlm.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan. 2017. Lampung SelatanDalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan.Bandar Lampung. 228 hlm.
Badan Pusat Statistika Kecamatan Jati Agung. 2017. Kecamatan Jati AgungDalam Angka 2017. Badan Pusat Statistika Kecamatan Jati Agung.Lampung. 104 hlm.
Badan Pusat Statistika Kecamatan Kalianda. 2017. Kecamatan Kalianda DalamAngka 2017. Badan Pusat Statistika Kalianda. Lampung. 110 hlm.
101
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2015. Lampung Dalam Angka 2015.Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta. 710 hlm.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Buku Saku Peternakan 2015.Dinas Peternakan dan Kesehetan Hewan Provinsi Lampung.
Fadilah, R., Fatkhuroji. 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Fitriani, Ismono, H., Rosanti, N. 2012. Produksi dan tataniaga telur ayam ras diPropinsi Lampung. Jurnal Esai. Volume 6 Nomor 1 Januari 2012.Http://ojs.jurnal-esai.org/index.php/ojsesai/article/download/129/84.Diakses tanggal 11 Mei 2016.
Gembala Intelektual. 2012. Tinjauan umum perencanaan pembangunan.Http://iniblog-koe.blogspot.co.id/2012/12/tinjauan-umum-perencanaan-pembangunan.html. Diakses tanggal 5 Januari 2016.
Hanafiah, A.M., Saefuddin, A.M. 1983. Tataniaga Hasil Perikanan. UI Press.Jakarta.
Haryoto. 1996. Pengawetan Telur Segar. Kasinius. Yogyakarta.
Hasibuan, H. M. 2006. Manajemen Pemasaran : Edisi Milenium. LP3ES.Jakarta.
Hasyim, A.I. 1994. Tataniaga Pertanian. Diktat Kuliah. Unila. BandarLampung. 59 hlm.
Hasyim, A.I. 2012. Tataniaga Pertanian. Universitas Lampung. BandarLampung.
Infovet. 2008. Produksi telur ayam kampung di sisi ayam ras. Majalah Infovet :Peternakan dan Kesehatan Hewan. Http://majalahinfovet.com/2008/10/produksi-telur-ayam-kampung-di-sisi-ayam-ras.html. Diakses tanggal 10Januari 2016.
Kementrian Pertanian Indonesia. 2015. Statistik Pertanian Indonesia 2015.Kementrian Pertanian Indonesia. Jakarta. 398 hlm.
Lestari, A. M. 2015. Proyeksi produksi dan konsumsi telur ayam ras di ProvinsiLampung. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. BandarLampung.
Mamilianti, W. 2012. Kajian pemasaran telur ayam di Kecamatan SukorejoKabupaten Pasuruan.
Mantra, I.B. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
102
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. 305 hlm.
Palmarudi. 2011. Analisis strategi pemasaran telur pada peternakan ayam rasskala besar di Kabupaten Sindrap. Jurnal Agribisnis UniversitasHasanudin. Volume X, September 2011. Http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/499. Diakses tanggal 11 Mei 2016.
Rahardi, Hartono. 2000. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Ras Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2001. Manajemen Peternakan Ayam Petelur. Penebar Swadaya.Jakarta.
Singarimbun, M., Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.336 hlm.
Sudarmono, A. S. 2013. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius.Yogyakarta.
Sudaryani, T., dan H. Santoso. 1995. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur diKandang Baterai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suharno, B. 2001. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunarto. 2006. Pengantar Manajemen Pemasaran. UST Press. Yogyakarta.
Swastha, B., Irawan. 1985. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty.Yogyakarta.
Zaini, A. 2011. Analisis prospek pemasaran ayam ras petelur di KalimantanTimur. Jurnal EPP. Volume 8 Nomor 1 Tahun 2011.Https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-vol-8-no-1-zaini.pdf. Diakses tanggal 11 Mei 2016.
top related