al-qur'an dan hadits
Post on 02-Dec-2015
66 Views
Preview:
TRANSCRIPT
AL-QUR'AN DAN HADITS
[MAKALAH]
A. DEFENISI DAN KEUTAMAAN AL-
QUR'AN1. Pengertian WahyuSecara Bahasa (Etimologi)
Adalah mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-'a (قرأ) yang
berarti talaa (تال) [keduanya berarti: membaca], atau bermakna
jama'a (mengumpulkan, mengoleksi).Anda dapat menuturkan,
Qoro-'a Qor'an Wa Qur'aanan ( وقرآنا قرءا قرأ ) sama seperti Anda
menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan ( غفرا غفر
Berdasarkan makna pertam a (Yakni: talaa) maka ia adalah .(وغفرانا
mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Maf'uul, artinya
Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua
(Yakni: jama'a) maka ia adalah mashdar dari Ism faa'il, artinya
Jaami '(Kolektor, Pengoleksi) karena ia mengumpulkan /
mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.
Secara Syari'at (Terminologi)
Adalah Kalam Allah ta'ala yang diturunkan kepada Rasul dan
penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam,
diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
Dan firman-Nya, "Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-
Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri." (an-Nahl: 89)
Al-Quran adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat
jibril sebagai pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia
semua waktu, bangsa dan lokasi. Alquran adalah kitab Allah SWT
yang terakhir setelah kitab Taurat, Zabur dan Injil yang diturunkan
melalui para rasul.Syaikh Abu Utsman berkata: "Ashhabul Hadits
bersaksi dan berkeyakinan bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah
(ucapan Allah), Kitab-Nya dan wahyu yang diturunkan, bukan
makhluk. Barangsiapa yang menyatakan dan berkeyakinan bahwa
ia makhluk maka kafir menurut pandangan mereka.
Al-Qur'an adalah wahyu dan kalamullah yang diturunkan melalui
Jibril kepada Rasulullah dengan bahasa Arab untuk orang-orang
yang berilmu sebagai peringatan dan kabar gembira, sebagaimana
firman Allah:
"Dan sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh
Rabb semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),
ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab
yang jelas ". (Asy-Syu'ara: 192-195)
Al-Qur'an disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya
sebagaimana yang diperintahkan Allah
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Rabb-mu". (Al-Maidah: 67)
Dan yang disampaikan oleh beliau adalah kalamullah. Rasulullah
bersabda
"Apakah seseorang yang mau membawaku ke
kaumnya?. Sesungguhnya orang-orang Quraisy menghalangiku
untuk menyampaikan kalam (ucapan) Rabbku "(HR. Bukhari dalam
Af 'Alul' ibad, At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Ibnu Majah)
Al-Imam Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah berkata:
"Al-Qur'an adalah kalamullah, bukan makhluk. Barang-siapa yang
mengatakan Al-Qur'an adalah makhluk, maka dia telah kafir
kepada Allah Yang Maha Agung, tidak diterima persaksiannya,
tidak dijenguk jika sakit, tidak dishalati jika mati, dan tidak bisa
dikuburkan di pekuburan kaum muslimin.Ia diminta taubat, kalau
tidak mau maka dipenggal lehernya. "
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur'an berasal dari bahasa Arab
yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-
ulang". Kata Al-Qur'an adalah bentuk kata benda (masdar) dari
kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata
ini dapat juga ditemukan pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri
yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
"Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur'an (di dalam dadamu) dan
(menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan
Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah
kamu ikuti {amalkan} bacaannya " . ( Al-Qiyamah: 17-18 )
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut: Kalam
Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan
dengan mutawatir , membacanya termasuk ibadah .
Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai
berikut: Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya,
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup
para Nabi dan Rasul , dengan perantaraan Malaikat Jibril as dan
ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada
kita secara mutawatir , serta membaca dan mempelajarinya
merupakan ibadah , yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan
ditutup dengan surat An-Nass.
Struktur dan pembagian Al-Qur'an
1. Surat, ayat dan ruku 'Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan
nama surah (surat). Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di
mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al
Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al
Kautsar , An-Nasr dan Al-'Asr. Surat-surat yang panjang terbagi
lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku 'yang membahas tema
atau topik tertentu.
2. Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat
dibagi atas surat-suratMakkiyah (surat Mekkah )
dan Madaniyah (surat Madinah ). Pembagian ini berdasarkan
tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana
surat-surat yang turun sebelum Rasulullah
SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan
setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase
sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat
Madaniyah yang turun di Mekkah.
3. Juz dan manzilDalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30
bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan
nama juz . Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin
menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu
bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7
bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu
minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan
dengan pembagian subyek bahasan tertentu.
4. Menurut ukuran suratKemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada
didalam Al-Qur'an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
As Sab'uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-
Baqarah , Ali Imran ,An-Nisaa ' , Al-A'raaf , Al-An'aam , Al
Maa-idah dan Yunus
Al Miuun (seratus ayat lebih),
seperti Hud , Yusuf , Mu'min dan sebagainya
Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-
Anfaal , Al-Hijr dan sebagainya
Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha , Al-
Ikhlas , Al-Falaq , An-Nas dan sebagainya
2. Fungsi Al-Qur'an sebagai Pedoman Hidup Manusia
Pokok Ajaran Dalam Isi AlQuran1. Tauhid - Keimanan terhadap Allah SWT
2. Ibadah - Pengabdian terhadap Allah SWT
3. Akhlak - Sikap & perilaku terhadap Allah SWT, sesama
manusia dan makhluk lainnya
4. Hukum - Mengatur manusia
5. Hubungan Masyarakat - Mengatur tata cara kehidupan
manusia
6. Janji Dan Ancaman - Reward dan punishment bagi manusia
7. Sejarah - Teledan dari kejadian di masa lampau
Fungsi Al-Qur'an1. Pengganti posisi kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan
Allah SWT
2. Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3. Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh
umat terdahulu
4. Sebagai Obat
Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan (Alquran itu) tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian ". (Al-
Isra '(17): 82).
5. Petunjuk pada jalan yang lurus
Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberi petunjuk pada jalan yang
sangat lurus. (Al-Isrâ (17) ayat 9.
Peringkat Al Qur'an1. Kitabul Naba wal koran (Berita dan Kabar), QS. An Naba '(7:
1-2)
2. Kitabul Hukmi wa syariat (Kitab Hukum Syariah), QS. Al
Maidah (5): 49-50
3. Kitabul Jihad, QS. Al Ankabut (29): 69
'Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik. '
4. Kitabul Tarbiyah, QS. Ali Imran (3): 79
'Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan
kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada
manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku
bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah
kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
'
5. Minhajul Hayah (Pedoman Hidup)
6. Kitabul Ilmi, QS. Al Alaq (96): 1-5
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. "
Al-Qur'an Sebagai Minhajul Hayah (Pedoman Hidup)
Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat
manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak
bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia. Dan sejarah
telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah
SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993: 14):
"Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da'wah-yaitu generasi
sahabat-yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat
Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia secara
keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya ke
atas dunia ini sebagaimana mereka ... Meskipun tidak disangkal
adanya beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun
tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam satu
kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode
awal dari kehidupan da'wah ini ... "
Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan
mereka, sementara ia mengatakan dalam sebuah haditsnya:
وسلم عليه الله صلى النبي قال قال عنهما الله رضي حصين بن عمران عن
يلونهم الذين ثم يلونهم الذين ثم قرني خيركم
"Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda:" Sebaik-
baik kalian adalah generasi yang ada pada masaku (para sahabat),
kemudian generasi yang berikutnya (tabi'in), kemudian generasi
yang berikutnya lagi (atba'ut tabiin). ( HR. Bukhari) "
Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan 'generasi pada masaku' adalah sahabat Rasulullah
SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan
tentang keutamaan sahabat:
تسبوا ال وسلم عليه الله صلى النبي قال قال عنه الله رضي الخدري سعيد أبي عن
فلو أصحابي
(البخاري رواه )نصيفه وال أحدهم مد بلغ ما ذهبا أحد مثل أنفق أحدكم أن
Dari Abu Sa'id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah
kalian mencela sahabat-sahabatku.Karena jika salah seorang
diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya
ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan
menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).
Sayid Qutub mengemukakan (1993: 14 - 23), ada tiga hal yang
melatar belakangi para sahabat sehingga mereka dapat
menjadi khairul qurun , yang tiada duanya di dunia ini.Singkatnya
adalah sebagai berikut:
1. Karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya
sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka,
dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya.
2. Ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan
untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan
lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk
mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam
kehidupan mereka.
3. Mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan
dengan masa lalu ketika jahiliyah. Mereka memandang bahwa
Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali
terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran
maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai
generasi terindah yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan
karena 'ketotalitasan' mereka ketika berinteraksi dengan Al-
Qur'an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar
dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya
Al-Qur'an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu
mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia
maupun di akhirat.
Ilmu-ilmu yang Membahas Hal-hal yang Berhubungan dengan al-
Qur'an antara lain:
1. Ilmu Mawathin Nuzul, yaitu ilmu yang membahas tentang
tempat-tempat turunnya ayat Qur'an.
2. Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas sebab-sebab
turunnya ayat Al-qur'an.
3. Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang membahas tentang teknik
membaca Al-Qur'an.
4. Gharibil Qur'an, yaitu ilmu yang membahas tentang kalimat-
kalimat yang asing artinya dalam Al-Qur'an.
5. Ilmu Wajuh wa Nadhir, yaitu ilmu yang membahas tentang
kalimat yang memiliki banyak arti dan makna apa yang
diinginkan oleh suatu ayat dalam Al-Qur'an.
6. Ilmu Amtsalil Qur'an, yaitu ilmu yang membahas tentang
perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur'an.
7. Ilmu Aqsamil Qur'an, yaitu ilmu yang mempelajari tentang
maksud-maksud sumpah Tuhan dalam Al-Qur'an.
3. Manfaat dan Keutamaan Membaca Al-qur'anAdab membaca Al Quran
1. Membaca ta'awwudz sebelum membaca Al Quran ( An-nahl:
98 )
'Bila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.'
1. Orang yang suci, tak pengotor ( Al-waqiah: 79 )
2. Khusuk saat mendengar Al Quran ( Al-A'raaf: 204 )
'Dan apabila dibacakan Quran maka dengarkanlah dan
perhatikanlah'
1. Menghayati bacaan Al Quran ( An-nisaa ': 82 )
" Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau
kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pe rtentangan yang banyak di dalamnya. '
1. Menangis saat membaca atau mendengar Al Quran ( Al-
Ma'idah: 83 )
Dan ketika mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada
Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air
mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui
(dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami,
kami telah beriman , maka catatlah kami bersama orang-orang
yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian
Muhammad saw).
1. Memperindah suara bacaan Al Quran ( Al-Muzzammil: 4 )
'Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan
perlahan-lahan '
1. Membaca Al Quran dengan suara keras ( Al-Israa ': 110 )
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu seru, Dia memiliki al Asmaaul husna (nama-
nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu
dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannyadan carilah
jalan tengah di antara kedua itu. "
1. Selalu mengingat dan membaca Al Quran ( Al-Ahzab: 34 )
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah
dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha
Lembut lagi Maha Mengetahui.
1. Membaca Al Quran di malam hari ( Ali imran: 113 )
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang
berlaku lurus ] , mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa
waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat).
1. Berbuat sesuai dengan Al Quran ( Al Baqarah: 121 )
Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenarnya [84] , mereka itu
beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya,
maka mereka itulah orang-orang yang rugi .
Kitab suci Al-Qur'an memiliki beberapa prioritas, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Bahasanya halus, indah tidak satupun yang mampu
menandinginya
2. Dilindungi keselamatan dan kemurniannya sejak diwahyukan
sampai akhir zaman
3. Bahasanya yang dipergunakannya sama untuk semua lapisan
masyarakat, bangsa seluruh dunia, baik di Arab, Amerika,
Afrika, Afganistan, India, Inggris, Indonesia, Jepang, Belanda,
Malaysia dan sebagainya.
4. Mudah dibaca, dihafal, dipelajari dan dipahami serta
diamalkannya
5. Merupakan suatu ibadah bagi yang membacanya atau
mepelajarinya.
6. Pembawanya orang yang "Ummi" yakni tidak dapat membaca
dan menulis.Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur'an bukan hasil
budi daya manusia, melainkan benar-benar Wahyu Allah Swt.
7. Menjadi syafaat bagi orang yang membacanya kelak di hari
kiamat.
Dari Abu Umamah Al Bahiliy, (dia berkata), "Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
وسورة البقرة الزهراوين اقرءوا ألصحابه شفيعا القيامة يوم يأتى فإنه القرآن اقرءوا
فرقان كأنهما أو غيايتان كأنهما أو غمامتان كأنهما القيامة يوم تأتيان فإنهما عمران آل
وتركها بركة أخذها فإن البقرة سورة اقرءوا أصحابهما عن تحاجان صواف طير من
البطلة تستطيعها وال حسرة
"Bacalah Al Qur'an karena Al Qur'an akan datang pada hari kiamat
nanti sebagai syafi '(pemberi syafa'at) bagi yang
membacanya.Bacalah Az Zahrowain (dua surat cahaya) yaitu surat
Al Baqarah dan Ali Imran karena keduanya datang pada hari
kiamat nanti seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar
matahari atau seperti dua ekor burung yang membentangkan
sayapnya (bersambung satu dengan yang lainnya),
keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca dua
surat tersebut.Bacalah pula surat Al Baqarah. Mengambil surat
tersebut adalah suatu keberkahan dan meninggalkannya akan
mendapat penyesalan. Para tukang sihir tidak mungkin
menghafalnya . "(HR. Muslim )
8. Mencakup dan menyempurnakan ajaran-ajaran kitab-kitab
suci sebelumnya.
9. Susunan ayat yang mengagumkan dan mempengarihi jiwa
pendengarnya.
10. Dapat digunakan sebagai dasar pedoman kehidupan
manusia.
11. Menghilangkan ketidakbebasan berpikir yang melemahkan
daya upaya dan kreatifitas manusia (memutus rantai taqlid).
12. Memberi penjelasan ilmu pengetahuan untuk merangsang
perkembangannya.
13. Memuliakan akal sebagai dasar memahami urusan manusia
dan hukum-hukumnya.
14. Menghilangkan perbedaan antar manusia dari sisi kelas dan
fisik serta membedakan manusia hanya dasi takwanya kepada
Allah SWT.
Permisalan Orang yang Membaca Al Qur'an dan Mengamalkannya
Dari Abu Musa Al Asy'ariy, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda
والمؤمن, طيب وريحها طيب طعمها, كاألترجة به ويعمل القرآن يقرأ الذى المؤمن
الذى المنافق ومثل, لها ريح وال طيب طعمها, كالتمرة به ويعمل القرآن يقرأ ال الذى
القرآن يقرأ ال الذى المنافق ومثل, مر وطعمها طيب ريحها, كالريحانة القرآن يقرأ
مر وريحها - خبيث أو - مر طعمها, كالحنظلة
" Permisalan orang yang membaca Al Qur'an dan mengamalkannya
adalah bagaikan buah utrujah, rasa dan baunya enak. Orang
mukmin yang tidak membaca Al Qur'an dan mengamalkannya
adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak
beraroma. Orang munafik yang membaca Al Qur'an adalah
bagaikan royhanah, baunya menyenangkan namun rasanya
pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al Qur'an bagaikan
hanzholah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak. "(HR. Bukhari
no. 5059)
KEUTAMAAN AL-QUR'AN YANG LAIN:Sabda Rasulullah saw, "Keutamaan firman Allah azza wa jalla
dibandingkan seluruh kata bagaikan keutamaan Allah dengan
selain-Nya (makhluk-Nya.") (HR. Ad Darimi)
1. Al Qur'an Lebih dicintai Allah SWT Dari Langit dan Bumi
Sabda Rasulullah SAW, "Al Qur'an lebih dicintai Allah dari langit
dan bumi serta yang ada didalamnya." (HR. Ad Darimi)
2. Al Qur'an Adalah Cahaya Ditengah Kegelapan
Sabda Rasulullah SAW , "Aku wasiatkan kepada kalian agar
bertakwa kepada Allah dan Al Qur'an sesungguhnya ia adalah
cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan
sungguh-sungguh." (HR. Baihaqi)
3. Ahlul Qur'an adalah keluarga Allah SWT
Sabda Rasulullah saw, "Sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari
kalangan manusia. 'Beliau saw ditanya, 'Siapa mereka wahai
Rasulullah.' Beliau saw menjawab, 'mereka adalah Ahlul Qur'an,
mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya. " (HR.
Ahmad dan Ibnu Majah)
4. Mereka Adalah Sebaik-baik Umat.
Sabda Rasulullah saw, "Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al
Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Bukhori, Abu Daud dan
Tirmidzi)
4. Al-qur'an sebagai Sarana zikrJika kita mendengar orang membaca ayat Quran kita dapat
mengatakan bahwa ia sedang membaca Alquran, dan didengarkan
dengan sebaik mungkin,
'Dan apabila dibacakan Quran maka dengarkanlah dan
perhatikanlah' [Al-A'raaf; 204]
Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca sebagai sarana mendekatkan
diri kepada Allah untuk diresapi artinya agar lebih mengerti akan
"fakta". Namun begitu, al-Qur'an juga bisa digunakan untuk
mendapatkan berkah, agar mendapatkan kesembuhan dari segala
penyakit atau demi tujuan-tujuan lain yang dibenarkan oleh
agama. Banyak riwayat-riwayat tentang penggunaan al-Qur'an atau
doa-doa lainnya sebagai "suwuk" atau mantra.
Diriwayatkan oleh 'Auf bin Malik, ia berkata:
"Pada zaman Jahliyah sebelumnya kami menggunakan mantra,
kemudian kami menanyakan pada Rasulullah:" Bagaimana beliau
melihat itu semua '. Kemudian beliau berkata: 'Perlihatkan mantra-
mantra kalian kepadaku. Tidak ada larangan untuk mantra-mantra
selama tidak berupa syirik. '"HR. Muslim no. 4079.
Lihat pula riwayat Bukhori no. 2115 tentang penggunaan surat al-
Fatihah sebagai mantra, dan riwayat-riwayat lainnya. Dengan
adanya riwayat-riwayat ini, lalu para ulama menyimpulkan bahwa
al Qur'an dan dzikir-dzikir lainnya dapat digunakan untuk
mengambil berkah.
Mengambil berkah al-Qur'an dengan membacanya kemudian
meniup dengan mulut, sebagaimana riwayat Bukhori
no. 2115. Juga sebagaimana riwayat Bukhori nomor 5307 dari
'Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah jika berbaring di
pembaringannya, selalu meniup di kedua telapak tangannya
dengan "qul huwallaahu ahad" dan "mu'awwidzatain", kemudian
beliau mengusapkan kedua telapak tangannya pada wajahnya dan
semua badan yang dapat disentuh oleh kedua tangannya.
'Aisyah berkata: "Kemudian di saat Rasul sakit, beliau
memerintahkan kepadaku agar saya melakukannya untuk dia."
Allah berfirman
ترحمون لعلكم واتقوا فاتبعوه مبارك أنزلناه كتاب وهذا
"Dan al-Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati,
maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (al-
An'am: 155)
لهم أن الصالحات يعملون الذين المؤمنين ويبشر أقوم هي للتي يهدي القرآن هذا إن
كبيرا أجرا
"Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang
Mu'min yang menjajakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang benar." (Al-Isra ': 9)
B. MAKNA DAN MACAM-MACAM
SUNNAH1. Pengertian Sunnah, Secara etimologis hadits bisa berarti:
1. Baru, seperti kalimat: "Allah Qadim mustahil Hadits".
2. Dekat, seperti: "Haditsul" ahli bil Islam ".
3. Kabar, seperti: "Falya'tu bi haditsin mitslihi".
Dalam tradisi hukum Islam, hadits berarti: Segala Perbuatan, kata,
dan Izin Nabi Muhammad saw. (Af 'al, aqwal dan
taqrir). Pengertian hadits sebagaimana tersebut diatas adalah
identik dengan Sunnah, yang secara etimologis berarti jalan atau
tradisi, sebagaimana dalam Al-Qur'an: "Sunnata man qad arsalna"
(al-Isra: 77). Juga dapat berarti: Hukum atau peraturan yang tetap
berlaku, Cara yang diadakan, jalan yang telah dijalani.
Ada yang berpendapat antara Sunnah dengan Hadits tersebut
adalah berbeda-beda. Akan tetapi dalam kebiasaan hukum Islam
antara Hadits dan Sunnah tersebut hanyalah berbeda dalam segi
penggunaannya saja, tidak dalam tujuannya.
Sunnah adalah sumber Hukum Islam (Pedoman Hidup Kaum
Muslimin) yang kedua setelah Al-Qur'an. Bagi mereka yang telah
beriman kepada Al-Qur'an sebagai sumber hukum, maka secara
otomatis harus percaya bahwa Sunnah sebagai sumber Islam juga.
Ayat-ayat Al-Qur'an cukup banyak untuk dijadikan alasan yang
pasti tentang hal ini, seperti
1. Setiap mu'min harus taat kepada Allah dan Rasul-nya (al-
Anfal: 20, Muhammad: 33, an-Nisa: 59, Ali-Imran: 32, al-
Mujadalah: 13, an-Nur: 54, al-Maidah : 92).
2. Kepatuhan kepada Rasul berarti patuh dan cinta kepada Allah
(an-Nisa: 80, Ali-Imran: 31).
3. Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapatkan siksa (an-
Anfal: 13, Al-Mujadalah: 5, an-Nisa: 115). Berhukum terhadap
Sunnah adalah tanda orang yang beriman. (An-Nisa ': 65).
4. Kemudian perhatikan ayat-ayat: an-Nur: 52; al-Hasyr: 4; al-
Mujadalah: 20; an-Nisa ': 64 dan 69; al-Ahzab: 36 dan 71; al-
Hujurat: 1; al-Hasyr : 7 dan sebagainya.
Bila Sunnah tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum
Muslimin akan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hal: cara
shalat, harga dan ketentuan zakat, cara haji dan lain
sebagainya. Sebab ayat-ayat Al-Qur'an dalam hal tersebut hanya
berbicara secara global dan umum, dan yang menjelaskan secara
terperinci justru Sunnah Rasullullah. Selain itu juga akan
mendapatkan kesulitan dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang
musytarak, muhtamal dan sebagainya yang mau tidak mau
membutuhkan Sunnah untuk menjelaskannya. Dan ketika
penafsiran-penafsiran tersebut hanya didasarkan pada
pertimbangan rasio sudah barang tentu akan melahirkan
interpretasi-interpretasi yang sangat subjektif dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Sejarah Kodifikasi Sunnah / Hadist
A. Hadits pada Periode Pertama (Masa Rasulullah)
1. Waktu Penyebaran Hadits
Rasulullah hidup di tengah-tengah masyarakat dan
sahabatnya. Mereka bergaul secara bebas dan mudah, tidak ada
aturan atau larangan yang memepersulit para sahabat untuk
bergaul dengan beliau. Segala perbuatan, ucapan, dan sifat Nabi
bisa menjadi contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat pada masa tersebut. Masyarakat menjadikan nabi
sebagai panutan dan pedoman dalam kehidupan mereka. Jika ada
permasalahan baik dalam Ibadah maupun dalam kehidupan
duniawi, maka mereka akan bisa langsung bertanya pada
Nabi.Beliau bersabda
"Sampaikanlah olehmu apa yang berasal dariku, kendati hanya
satu ayat!"
Perintah tersebut membawa pengaruh yang sangat baik untuk
menyebarkan hadits.Karena secara bertahap, seluruh masyarakat
muslim baik yang berada di Madinah maupun yang di luar Madinah
akan segera mengetahui hukum-hukum agama yang telah
diajarkan oleh Rasulullah. Meskipun sebagian dari mereka tidak
memperoleh langsung dari Rasulullah, mereka akan memperoleh
dari saudara-saudara mereka yang mendengar langsung dari
Rasulullah. Metode penyebaran hadits tersebut berlanjut sampai
Haji Wada 'dan wafatnya Rasulullah.
Faktor-faktor yang mendukung percepatan penyebaran hadits di
masa Rasulullah:
1. Rasulullah sendiri rajin menyampaikan dakwahnya.
2. Karakter ajaran Islam sebagai ajaran baru telah
membangkitkan semangat orang di lingkungannya untuk
selalu mempertanyakan kandungan ajaran agama ini,
selanjutnya secara otomatis tersebar ke orang lain secara
berkesinambungan.
3. Peran istri Rasulullah sangat besar dalam penyiaran Islam,
hadits termasuk di dalamnya.
2. Penulisan Hadits dan pelarangannya
Penyebaran hadits-hadits pada masa Rasulullah hanya disebarkan
lewat mulut ke mulut (oral). Hal ini bukan hanya dikarenakan
banyak sahabat yang tidak bisa menulis hadits, tetapi juga karena
Nabi melarang untuk menulis hadits. Dia khawatir hadits akan
bercampur dengan ayat-ayat Al-Quran.
Adapun faktor-faktor utama dan terpenting yang menyebabkan
Rasulullah melarang penulisan dan pembukuan hadits adalah:
1. Khawatir terjadi kekaburan antara ayat-ayat al-Qur'an dan
hadits Rasul bagi orang-orang yang baru masuk Islam.
2. Takut berpegangan atau cenderung menulis hadits tanpa
diucapkan atau ditela'ah.
3. Khawatir orang-orang umum berpedoman pada hadits saja.
B. Hadits pada Periode Kedua (Masa Khulafa 'al-Rasyidin)
1. Masa Pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab
Setelah Rasulullah wafat, banyak sahabat yang pindah ke kota-kota
di luar Madinah.Khalifah Abu Bakar menerapkan peraturan yang
membatasi periwayatan hadits. Begitu juga dengan Khalifah Umar
ibn al-Khattab. Dengan demikian periode tersebut disebut dengan
Masa Pembatasan. Pembatasan tersebut dimaksudkan agar tidak
banyak dari sahabat yang mempermudah penggunaan nama
Rasulullah dalam berbagai urusan, meskipun jujur dan dalam
permasalahan yang umum.
Namun pembatasan tersebut tidak berarti bahwa kedua khalifah
tersebut anti-periwayatan, hanya saja beliau sangat selektif
terhadap periwayatan hadits. Abu Hurairah, sahabat yang
terbanyak meriwayatkan hadits.Riwayat Abu Hurairah tersebut
menunjukkan ketegasan Khalifah Umar dalam menerapkan
peraturan pembatasan riwayat hadits pada masa
pemerintahannya. Namun di sisi lain, Umar ibn Khattab bukanlah
orang yang anti periwayatan hadits. Umar mengutus para ulama
untuk menyebarkan al-Qur'an dan hadits.
2. Masa Pemerintahan Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
Secara umum, kebijakan pemerintahan Utsman ibn Affan dan Ali
ibn Abi Thalib tentang periwayatan tidak berbeda dengan apa yang
telah ditempuh oleh kedua khlaifah sebelumnya. Namun, langkah
yang diterapkan tidaklah setegas langkah khalifah Umar ibn al-
Khattab. Keleluasaan periwayatan hadits tersebut juga disebabkan
oleh karakteristik pribadi Utsman yang lebih lunak jika
dibandingkan dengan Umar Selain itu, wilayah kekuasaan Islam
yang semakin luas juga menyulitkan pemerintah untuk mengontrol
pembatasan riwayat secara maksimal.
Sedangkan pada masa Ali bin Abi Thalib, situasi pemerintahan
Islam telah berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Masa itu
merupakan masa krisis dan fitnah dalam masyarakat. Terjadinya
peperangan antar beberapa kelompok kepentingan politik juga
mewarnai pemerintahan Ali. Secara tidak langsung, hal itu
membawa dampak negatif dalam periwayatan hadits. Kepentingan
politik telah mendorong pihak-pihak tertentu melakukan
pemalsuan hadits. Dengan demikian, tidak seluruh periwayat
hadits dapat dipercaya riwayatnya.
3. Situasi periwayatan hadits
Dalam perkembangannya, periwayatan hadits yang dilakukan para
sahabat berciri pada 2 tipologi periwayatan.
1. Dengan menggunakan lafal hadits asli, yaitu menurut lafal
yang diterima dari Rasulullah.
2. Hanya maknanya saja. Karena mereka sulit menghafal lafal
redaksi hadits persis dengan yang disabdakan Nabi.
C. Hadits pada Periode Ketiga (Masa Sahabat Kecil - Tabi'in Besar)
1. Waktu Penyebarluasan Hadits
Sesudah masa Khulafa 'al-Rasyidin, timbullah usaha yang lebih
sungguh untuk mencari dan meriwayatkan hadits. Bahkan
pengaturan periwayatan hadits pun sudah dibakukan.luasnya
wilayah Islam dan kepentingan golongan memicu munculnya
hadits-hadits palsu. Sejak timbul fitnah pada akhir masa Utsman
ra, umat Islam terpecah-pecah dan masing-masing lebih
mengunggulkan golongannya.
Pemalsuan hadits mencapai puncaknya pada periode ketiga, yakni
pada masa kekhalifahan Daulah Umayyah. Seorang ulama Syi'ah,
Ibnu Abil Hadid menulis dalam kitab Nahyu al-Balaghah,
"Ketahuilah bahwa asal mulanya timbul hadits yang
mengutamakan pribadi-pribadi (hadits palsu) adalah dari golongan
Syi'ah sendiri. Perbuatan mereka itu ditandingi oleh golongan
Sunnah (Jumhur / Pemerintah) yang bodoh-bodoh. Mereka juga
membuat hadits hadits untuk mengimbangi hadits golongan Syi'ah
itu "
Karena banyaknya hadits palsu yang beredar di masyarakat
dikeluarkan oleh kaum Syi'ah, Imam Malik menamai kota Irak
(pusat kaum Syi'ah) sebagai "Pabrik Hadits Palsu".
2. Tokoh-tokoh dalam Perkembangan Hadits
1. Abu Hurairah meriwayatkan 5374 atau 5364 hadits
2. Abdullah bin Umar meriwayatkan 2630 hadits
3. Anas bin Malik meriwayatkan 2276 atau 2236 hadits
4. Aisyah (istri Nabi) meriwayatkan 2210 hadits
5. Abdullah bin Abbas meriwayatkan 1660 hadits
6. Jabir bin Abdillah meriwayatkan 1540 hadits
7. Abu Sa'id al-Khudry meriwayatkan 1170 hadits.
3. Macam-Macam Hadits
Tingkatan dan Jenis Hadits
1. Hadits Shohih (Berlaku / benar / sehat), yakni tingkatan
tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sanadnya bersambung;
2. Diriwayatkan oleh penutur / perawi yg adil, memiliki sifat
istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah
(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
3. Matannya tidak mengandung kejanggalan / bertentangan
(syadz) serta tidak ada alasan tersembunyi atau tidak
nyata yg mencacatkan hadits.
2. Hadits Hasan (Bagus / Baik), bila hadits yg tersebut sanadnya
bersambung, diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak
sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
3. Hadits dho'if (lemah), adalah hadits yang sanadnya tidak
bersambung (dapat berupa mursal, mu'allaq, mudallas,
munqati 'atau mu'dal) dan diriwayatkan oleh orang yang tidak
adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan
atau cacat.
4. Hadits Marfu '(Semua sanadnya bersandar kepada Rasulullah
Saw) adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada
Nabi Muhammad SAW (contoh: hadits sebelumnya)
5. Hadits Mushahhaf (Kesalahan terjadi pada catatan /
bacaannya)
6. Hadits Muttasil (Sanadnya bersambung sampai kepada
Rasulullah Saw)
7. Hadits Mauquf (Sanadnya bisa jadi terhubung, bisa jadi
terputus), adalah hadits yang sanadnya terhenti pada
para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara
perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat
marfu '. Contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum
waris) menyampaikan bahwa Abu Bakar , Ibnu Abbas dan Ibnu
Al-Zubair mengatakan: "Kakek adalah (diperlakukan seperti)
ayah". Namun jika ekspresi yang digunakan sahabat seperti
"Kami diperintahkan ..", "Kami dilarang untuk ...", "Kami
terbiasa ... jika sedang bersama rasulullah" maka derajat
hadits tersebut tidak lagi mauquf melainkan setara dengan
marfu '.
8. Hadits Mun-qoti '(Dho'if, karena terputus sanadnya), Bila
sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau 3
9. Hadits Mursal (Dho'if dan Mardud), Bila penutur 1 tidak
ditemukan atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan
langsung kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in
(penutur2) mengatakan "Rasulullah berkata" tanpa ia
menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya).
10. Hadits Mu'allak (Terselubung cacatnya / merusak
keshohihan Hadits) bila sanad terputus pada penutur 4 hingga
penutur 1 (Contoh: "Seorang pencatat hadits mengatakan,
telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah
mengatakan ...." tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya
hingga Rasulullah).
11. Hadits ghorib (yang menyendiri) bila hanya ada satu jalur
sanad (pada salah satu lapisan ada hanya satu pembicara,
meski pada lapisan lain ada banyak penutur)
12. Hadits Masyhur (Nyata), bila ada lebih dari dua jalur sanad
(tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan) namun tidak
mencapai derajat mutawatir.
13. Hadits Mudallas (Gelap / Menyembunyikan cacat dalam
sanad), disebut juga hadits yang disembunyikan
cacatnya. Yaitu Hadits yang diriwayatkan oleh melalui sanad
yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya,
padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad atau pada
gurunya. Jadi Hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-
tutupi kelemahan sanadnya
14. Hadits Mutawatir (Berturut Sanadnya), adalah hadits yang
diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan
tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat
untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir
memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan
(thaqabah) berimbang. Para ulama berbeda pendapat tentang
jumlah sanad minimum hadits mutawatir (sebagian
menetapkan 20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad). Hadits
mutawatir sendiri dapat dibedakan antara dua jenis yakni
mutawatir lafzhy (redaksional sama pada tiap riwayat) dan
ma'nawy (pada redaksional terdapat perbedaan namun makna
sama pada tiap riwayat)
15. Hadits syadz (Berlawanan),, Hadits yang jarang yaitu hadits
yang diriwayatkan oleh perawi orang yang terpercaya yang
bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari
perawi-perawi yang lain.
16. Hadits mudraj (Ada tambahan, yang bukan bagian dari
Hadits), yaitu hadits yang mengalami penambahan isi oleh
perawinya
17. Hadits Maqlub (Dho'if. Karena ada pergantian lafaz), yakni
hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan ileh perawi
yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang
atau sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan
(isi)
18. Hadits Mudhtorib (Rusak susunan), artinya hadits yang
kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari
beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidaksama dan
kontradiksi dengan yang dikompromikan
19. Hadits Mu'alhal (Menggugurkan dua Perawi aslinya)
(Hukumnya Dho'if), artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat
yaitu hadits yang didalamnya terdapat cacat yang
tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis
Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah
diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa juga disebut
Hadits ma'lul (yang dicacati) dan disebut Hadits Mu'tal
(Hadits sakit atau cacat)
20. Hadits Matruk (Dho'if yang paling buruk. Perawinya
tertuduh Pendusta), yang berarti hadits yang ditinggalkan
yaitu Hadits yang hanya Dirwayatkan oleh seorang perawi saja
dan perawi itu dituduh berdusta.
21. Hadits Maudhu '(Palsu. Kebohongan yang diciptakan dan
disandarkan kepada Rasul Saw), bila hadits dicurigai palsu
atau buatan karena dalam sanadnya dijumpai penutur yang
memiliki kemungkinan berdusta.
22. Hadits Munkar (Cacat dan Palsu perawinya kedapatan
berbuat Fasiq), yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh
seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits
yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya / jujur.
Sunnah ada enam Kitab Hadits yang ternama, yang merupakan
pegangan penjelasan utama bagi umat Islam. Keenam kitab
tersebut adalah:
1. Shohih Imam Al-Bukhari.
2. Shohih Imam Muslim.
3. Imam Abu Daud.
4. Imam An-Nasa'iy.
5. Shohih At-Turmidzy.
6. Imam Ibnu Majah.
top related