aktivitas dakwah ustadzah hj. ida farida a....

Post on 06-Aug-2019

228 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

AKTIVITAS DAKWAH USTADZAH HJ. IDA FARIDA A. S.

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I.)

Oleh :

Agustin Intan Permata

104051001814

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

AKTIVITAS DAKWAH USTADZAH HJ. IDA FARIDA A. S

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh :

Agustin Intan Permata

NIM. 104051001814

Dibawah Bimbingan :

Drs. Helmi Rustandi, MA

NIP. 150235946

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengaruh Aktivitas Majlis Taklim Nurul Musthofa Terhadap

Akhlak Remaja Di Kelurahan Jagakarsa telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 04 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 19 September 2008

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Study Rizal Lk. MA. Umi Musyarrofah MA.

NIP. 150262876 NIP. 150281980

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. H. Murodi MA. Armawati Arbi, M.Si.

NIP. 150254102 NIP. 150246288

Pembimbing,

Drs. Jumroni, M.Si.

NIP. 150254959

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang telah memberikan

rahmat, taufiq, rezeki yang berlimpah, dan Hidayah-Nya kepada manusia.

Shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada baginda Rasulullah

SAW yang selalu memberikan cahayanya kepada seluruh umatnya. Sehingga

penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.yang berjudul “Aktivitas

Dakwah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.”

Karena ini adalah tugas akhir bagi penulis sebagai persyaratan untuk

mendapatkan gelar sarjana strata 1 dari UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, maka

selama penulis melakukan penelitian, tidak mudah bagi penulis untuk

menyelesaikan penelitian ini. Disamping itu penulis juga mengalami berbagai

macam hambatan baik itu hambatan kecil maupun besar . Tetapi tak hanya itu,

dukungan moril, support dari orang tua , dan para kerabat menjadikan penulis

bersemangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Walaupun ini masih jauh dari

kesempurnaan.

Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan banyak-banyak terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis. Karena dengan bimbingan,

arahan serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, terutama

kepada :

1. Papa Gusairi dan Mama Yuli Susanti tercinta, terima kasih atas doa,

support dan motivasinya, “Insya Allah dengan segenap jiwa raga, penulis

akan membuatmu bahagia dan bangga walaupun penulis belum bisa

membalas jasamu.”

2. Dr. H. Murodi, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta dengan seluruh jajaran Pembantu

Dekan I, II, dan III.

3. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Kajur Komunikasi dan Penyiaran Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberi motivasi kepada

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

4. Umi Musyarofah , MA selaku Sekjur Komunikasi dan Penyiaran Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu banyak memberikan motivasi

dan nasehat yang sangat berarti serta meluangkan waktunya bagi penulis.

5. Drs. Helmi Rustandi, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan arahan serta nasehat-nasehat yang begitu berharga bagi

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Pimpinan dan seluruh staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah memberikan kesempatan

bagi penulis untuk menggunakan fasilitas kepustakaan sebagai referensi

dalam penulisan ini.

7. Ustadzah Hj. Ida Farida A. S selaku nara sumber sekaligus inspirasi bagi

penulis untuk membuat skripsi ini, yang telah banyak memberikan

informasi serta nasehat yang bermanfaat dan berkat beliau pula skripsi ini

bisa ada.

8. Adik-adikku tersayang M. Fajar Dwi Putra, M. Zaky Al-Kahfi, dan

Achmad Ibnu Rusy yang selalu menghibur, apabila penulis mengalami

kejenuhan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Iskandar, Hayustiro, Ray Sangga, Reinal Rinoza, Willy, Badru Zaman,

Luthfi Anwar, Hetty Maryati, Lilis Nurkholisoh, dan Murniati, kalian

adalah sahabat-sahabat terbaikku dan teman-teman pada jurusan KPI-C

angkatan 2004.

10. Bie yang selalu sabar mendampingi sekaligus mendukung penulis dalam

suka maupun duka, sehingga support darinya begitu berarti bagi penulis.

11. Lulu, Dini, Dely, Sarah, Dedeh Wahidah terima kasih atas doanya.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap dan berdoa kepada Allah SWT,

semoga mereka diberikan balasan yang berkah dan berlipat atas semua

kebaikannya, yang telah diberikan kepada penulis.

Jakarta, 15 agustus 2008

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................ 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 6

D. Metodologi Penelitian .................................................. 6

E. Tinjauan Pustaka........................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ................................................... 9

BAB II KERANGKA TEORI TENTANG AKTIVITAS Dan

DAKWAH ISLAM .......................................................... 11

A. Aktivitas ...................................................................... 11

B. Dakwah Islam .............................................................. 12

1. ............................................................................ Pengert

ian Dakwah ............................................................ 12

2. ............................................................................ Tujuan

Dakwah .................................................................. 15

3. ............................................................................ Karakt

eristik Dakwah ....................................................... 18

4. ............................................................................ Metode

Dakwah................................................................... 19

5. ............................................................................ Sasara

n Dakwah ............................................................... 24

6. ............................................................................ Media

Dakwah .................................................................. 25

7. ............................................................................ Aktivit

as Dakwah dan Bentuk-bentuknya .......................... 27

C. Karakteristik Da’i dan Da’iyyah Yang Ideal ................. 29

BAB III BIOGRAFI USTADZAH Hj. IDA FARIDA. A. S .......... 32

A. Profil Ustadzah Hj. Ida Farida. A. S. ............................ 32

B. Pendidikan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. .................... 34

C. Aktivitas Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. ........................ 35

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH USTADZAH Hj.

IDA FARIDA A. S. .......................................................... 38

A. Dakwah Bil Lisan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. .......... 38s

B. Dakwah Bil Qalam Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. ........ 46

C. Dakwah Bil Hal Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. ............. 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................. 53

B. Saran-saran .................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 56

LAMPIRAN ............................................................................................. 59

DAFTAR TABEL

1. Aktivitas Ceramah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. Di Jakarta

2. Aktivitas Ceramah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. Di Luar Negeri

3. Aktivitas Mengaji Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

4. Aktivitas Halaqoh Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

5. Paper Yang Dibuat Oleh Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

6. Aktivitas Santunan Anak Yatim dan Para Jompo Ustadzah Hj. Ida Farida

A. S

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peradaban masa kini lazim disebut sebagai “peradaban masyarakat

informasi”. Informasi menjadi suatu komoditi primer bahkan sumber

kekuasaan karena informasi dapat dijadikan alat untuk membentuk pendapat

public (public opinion) yang mempengaruhi dan mengendalikan pikiran,

sikap, dan perilaku manusia.

Pada era informasi ini, arus informasi dunia dikuasai dan dikendalikan

kaum kuffar yang memandang Islam sebagai musuh yang harus dihancurkan.

Sedangkan umat Islam tidak memiliki suatu media massa yang memadai

untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai Islam atau membela

kepentingan agama dan umat Islam. Akibatnya yang terjadi tidak hanya

kurang tersalurkannya aspirasi umat, tetapi juga umat Islam hanya menjadi

konsumen.

Islam adalah agama dakwah. Islam harus disebarkan kepada seluruh

umat manusia. Dengan demikian, umat Islam bukan saja berkewajiban

melaksanakan ajaran Islam dalam keseharian hidupnya, melainkan juga harus

menyampaikan kebenaran ajaran agama Islam terhadap orang lain. Para

pemeluk ajaran agama Islam diberi gelar oleh Allah SWT sebagai umat

pilihan, sebaik-baik umat (khairu ummah), yang mengemban tugas dakwah,

yaitu mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Oleh karena itu,

aktivitas dakwah harus menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari seorang

muslim1.

Dakwah lewat podium yang muncul dalam bentuk khotbah atau

ceramah masih dominan hingga kini. Walaupun sebetulnya masih banyak cara

lain yang bisa juga dilakukan seperti berdialog, diskusi, yang penyebarannya

bisa memanfaatkan media elektronik (tv atau radio). Belakangan ini juga

dakwah dilakukan lewat koran, bulletin, dan buku bahkan melalui media

alternatif semisal internet dan media seluler.2

Dakwah menjadi penting karena meliputi semua persoalan yang di

dakwahinya. Oleh karena itu, manusia dianugerahkan akal dan pikiran untuk

berusaha mencurahkan potensi insaninya dengan mempelajari, memahami,

merenungkan, serta mengamalkan pesan dakwah tersebut. Sehingga dapat

mengambil manfaat dari si penyampai pesan dakwah tersebut (da’i).3

“Islam terhalang karena kaum muslimin itu sendiri”, demikian

ungkapan salah seorang Intelektual Islam Yaitu M. Abduh. . Banyak orang

menolak Islam bukan lantaran mereka tidak menaruh respon kepada nilai-nilai

ajarannya, melainkan lebih karena mereka merasa tidak melihat bagaimana

nilai-nilai Islam itu direalisasikan secara konkrit dalam kehidupan nyata. Islam

lebih sering di diskusikan sebagai nilai-nilai teoritis, sementara realitas umat

Islam sendiri masih belum menunjukkan komitmen secara sungguh-sungguh

1. Dr. H. AsepMuhiddin, MA, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Penerbit: Pustaka

Setia, Bandung, 2002. Cet-1. 2. Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah Visi Dan Misi Dakwah Bil Qalam,

Penerbit : Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 21. 3. Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, (Bandung :

CV Pustaka Setia, 2002), cet-1, hal 23.

kepada ajaran agamanya. Perlu diperhatikan bahwa dakwah amat

membutuhkan contoh konkrit dan keteladanan, baik dari umat Islam itu

sendiri maupun dari sosok seorang da’I sebagai figure panutan di medan

dakwah.

Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, sebagian umat Islam kadang

berfikir bahwa yang berhak berdakwah itu hanyalah seorang da’i. Da’I dalam

pengertian ini sering kali dipandang sempit. Da’I juga adalah seorang yang

dianggap valid dalam ilmu-ilmu keislaman dan akhlaknya yang luhur, selain

orang yang biasa berdiri atau duduk di depan sekumpulan jama’ah untuk

menyampaikan pesan-pesan yang membawa umat Islam kepada kebaikan.

Setiap muslim dan muslimah adalah da’I (juru dakwah). Menjadi

seorang muslim otomatis menjadi juru dakwah, menjadi muballigh, kapan dan

dimana saja. “Kedudukan kuadrat” yang diberikan Islam kepada pemeluknya

adalah menjadi seorang muslim merangkap menjadi juru dakwah atau

muballigh. Dakwah adalah salah satu bentuk komitmen muslim dan muslimah

seluruh dunia terhadap agamanya. Seperti terjemahan ayat 125 surat An-Nahl

yang menjelaskan tentang bagaimana cara seorang da’I atau da’iyyah

menyampaikan pesan dakwah Islamnya.

�� وا������ ب������ رب�� � �� إ�� ادع� ب��#"! و �د��� ا�� أ�(� وه� � �(+ �% *�# ب�% أ�(� ه� رب#� إن# أح�% ه! ب����"-ی%

Artinya : “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, mauizhoh hasanah, dan

bantahlah mereka dengan sesuatu yang baik, sesungguhnya

Tuhanmu Dia lebih mengetahui orang yang sesat dari jalanNya dan

Dia Maha Mengetahui tentang orang-orang yang memberi

petunjuk” (QS. An-Nahl :125).4

Dan Rasulullah SAW bersabda.

ر��ل ��/4 : �3ل ��+ ا�(#+ ر*! ا1�-ري� �/�- اب! �%

� رأى م% : ی6�ل و�(#� �(�+ (+ا�# 5(#� ا�#(+�� =(�>��:; م��:ا م� �ن= ب�-;� >?"���ن+ ی) � =�ن =� >?"� + ی)6 ا*/C وذا�� = ملسم ;اور. اDی��ن

Artinya :“Barang siapa diantara kalian melihat kemunkaran (kemaksiatan),

maka cegahlah hal itu dengan tangannya (kekuasaan), jika tidak

mampu, cegahlah dengan lisannya (ucapan), jika masih tidak

mampu, maka cegahlah dengan hatinya, dan ini selemah-lemahnya

Iman” (H. R. Muslim). 5

Dakwah juga merupakan sebuah aktivitas yang bersentuhan dengan

manusia dan kemanusiaan. Oleh karena itu dakwah membutuhkan seorang

pengarah atau da’I yang berwawasan luas dan memiliki pemahaman yang

dalam akan perangkat yang dibutuhkan.

Da’I atau da’iyyah adalah orang yang menyampaikan isi pesan dakwah

kepada mad’u atau khalayak luas yakni mengajak agar umat manusia masuk

ke jalan Allah SWT. 6 Sukses atau tidaknya dakwah tersebut tergantung

bagaimana cara da’I itu menyampaikan pesan dakwahnya.

Salah satu sosok da’iyyah ini tak hanya mampu mengeksistensikan

dirinya di bidang dakwah, melainkan juga di kancah Indonesia. Profilnya

4. (QS. An-Nahl : 125).

5. Hadist Arba’in Nawawi dan terjemahannya, Kutipan Hadist Ke-40, h. 60.

6. Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, hal : 27

sudah tidak asing lagi di kalangan umat Islam di Jakarta bahkan juga di luar

negeri. Karena selain beliau adalah salah satu putri seorang kyai besar dan

tokoh masyarakat Betawi, ia juga adalah da’iyyah yang mudah bergaul dengan

orang lain.

Tidak hanya pandai berbicara atau pidato di atas mimbar, sosok

ustadzah Hj. Ida Farida A. S. juga seorang yang sukses dalam membangun

kiprahnya yang berdedikasi di bidang dakwah. Selain itu beliau sekarang juga

menjabat sebagai pimpinan Pondok Pesantren Putri As-Syafi’iyyah

Jatiwaringin Pondok Gede sekaligus ketua Dewan Da’I dan Da’iyyah se-

Indonesia. Maka tidak diragukan oleh banyak orang bahwa beliau adalah salah

satu da’iyyah yang sukses dengan dakwahnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik menulis skripsi

dengan mengambil judul pada skripsi ini “Aktivitas Dakwah Ustadzah Hj.

Ida Farida. A. S.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sesungguhnya banyak sekali masalah yang bisa kita bahas tentang

aktivitas dakwah ustadzah Hj. Ida Farida A. S. seperti : aktivitas dakwahnya,

metode dakwahnya, media dakwahnya dan lain-lain. Namun agar pembahasan

ini lebih fokus, saya akan membatasi diri dalam pembahasan aktivitas

dakwahnya saja. Adapun untuk memudahkan penelitian, penulis merumuskan

masalah-masalah sebagai berikut :

1. Apa saja aktivitas dakwah ustadzah Hj. Ida Farida A. S.?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kegiatan dan aktivitas dakwah Islam ustadzah

Hj. Ida Farida A. S.

2. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi positif bagi perkembangan wacana keilmuan dakwah Islam,

terutama tentang aktivitas dakwah Islam seorang da’iyyah yang sukses dan

membawa peningkatan multiguna bagi umat Islam. Sekaligus dapat

menambah khazanah keilmuan dakwah Islam. Seperti aktivitas dakwah

Islam ustadzah Hj. Ida Farida. A. S dengan pengalaman, pengetahuan, dan

motivasinya terhadap dakwah Islam.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode

Sesuai dengan masalah yang hendak diteliti, maka metode yang

penulis gunakan untuk penelitian ini adalah kualitatif yaitu suatu metode

penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, gambar, dan merupakan penelitian ilmiah.7 Seperti berupa

laporan tertulis yang bersumber dari dokumen-dokumen dari karya tulis

7. Lexy, J. Maloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda

Karya,1999), Cet, Ke-10, h.3

ustadzah Hj. Ida Farida A. S. atau foto-foto aktivitas dakwah beliau,

sedangkan untuk buku-buku yang digunakan oleh penulis adalah buku-

buku yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah ustadzah Hj. Ida

Farida A. S.

Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah

aktivitas dakwah Islam ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada bulan april 2008 sampai dengan

bulan September 2008. Adapun tempat penelitian ini berlokasi di

kediaman ustadzah Hj. Ida Farida A. S yang beralamatkan di Jatiwaringin

Pondok Gede.

4. Tehnik Pengumpulan Data

a. Observasi, yaitu penulis langsung mendatangi kediaman ustadzah Hj.

Ida Farida A. S., majlis taklim al-Mar’atun Sholihah, dan yayasan

yatim piatu As-Syafi’iyah Jatiwaringin Pondok Gede guna

mendapatkan data-data yang akurat tentang aktivitas dakwah ustadzah

Hj. Ida Farida A. S.

b. Dokumentasi, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku tertentu atau

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan apa yang diteliti penulis,

dan internet yaitu dengan membuka situs-situs yang sangat berkaitan

dengan penelitian tersebut.

c. Wawancara, merupakan alat pengumpulan informasi langsung tentang

beberapa jenis data.8 Dalam penelitian ini penulis mengajukan

pertanyaan-pertanyaan langsung atau via telepon dengan ustadzah Hj.

Ida Farida. A. S. atau asisten beliau, untuk mendapatkan data yang

akurat mengenai beliau.

5. Analisis Data

Setelah data terkumpul, analisa dilakukan dengan tehnik

triangulasi, yaitu menggabungkan ketiga hasil data sementara dari

observasi, dokumentasi dan wawancara, kemudian dikumpulkan untuk

dibuat kesimpulan. Kemudian data-data tersebut diolah atau direvisi

kembali dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan

pendekatan kualitatif.9

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan

Skripsi, Tesis, dan Desertasi edisi terbaru yang diterbitkan oleh UIN

Jakarta Press.

E. Tinjauan Pustaka

Setelah peneliti melakukan pengecekan pada Perpustakaan

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dan perpustakaan lain ternyata telah ada tulisan

tentang ustadzah Hj. Ida Farida A. S. yaitu :

8. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andy Offet, 1983), h. 49.

9. Rachmad, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi.

1. Ananda Septiani dengan judul Kegiatan Organisasi Ustadzah Hj. Ida

Farida A. S. yang berisi tentang semua kegiatan ustadzah Hj. Ida

Farida A. S. dalam berorganisasi.

Berbeda dengan tulisan di atas, skripsi saya ini membahas tentang

aktivitas dakwah ustadzah Hj. Ida Farida A. S. meliputi : dakwah bil lisan,

dakwah bil qalam, dan dakwah bil hal.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II Kerangka Teoritis yang membahas tentang pengertian

Aktivitas, Dakwah Islam dan Karakteristik Da’I dan Da’iyyah,

Yang Ideal.

BAB III Menjelaskan tentang Biografi Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.,

Meliputi Profil Ustadzah Hj. Ida Farida. A. S., Pendidikan

Ustadzah Hj. Ida Farida A. S., Aktivitas Ustadzah Hj. Ida

Farida A. S.

BAB IV Menjelaskan tentang Analisis Aktivitas Dakwah Islam

Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. meliputi : Aktivitas Dakwah bil

lisan, Dakwah bil qalam ,dan Dakwah bil hal.

BAB V Penutup

Kesimpulan dan Saran-saran dari hasil penelitian yang

dilakukan.

BAB II

KERANGKA TEORITIS TENTANG AKTIVITAS Dan DAKWAH ISLAM

A. Pengertian Aktivitas

Aktivitas merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan

tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, aktivitas berarti kearifan, atau salah satu kegiatan kerja

yang dilaksanakan dalam tiap bagian.10

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kegiatan atau aktivitas

yang dikerjakan oleh manusia. Namun berhasil atau tidaknya kegiatan tersebut

tergantung dari individu itu sendiri. Menurut Samuel Soeltoe sebenarnya

aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan, beliau juga mengatakan bahwa

aktivitas dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.11

Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan ingin membangun

serta berinteraksi dengan masyarakat, haruslah melakukan aktivitas-aktivitas

yang membantu tercapainya keinginan tersebut.

Terwujudnya dakwah bukan sekedar usaha peningkatan dan

pemahaman agama dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga

sasaran yang luas. Terutama di zaman sekarang ini, dakwah harus lebih

berperan untuk mengimplementasikan ajaran Islam secara universal dalam

aspek kehidupan.

10

. Ahmadi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Depdiknas, 2000). 11. Samuel Soeltoe, Psikologi Pendidikan II. (Jakarta : FEUI, 1982), h. 52.

Sedangkan yang dimaksud dengan aktivitas dakwah Islam adalah salah

satu kegiatan keagamaan yang sangat penting dalam ajaran agama Islam.

Karena di dalamnya mengandung seruan atau ajakan kepada keinsyafan yang

mampu mengubah situasi yang buruk menjadi lebih baik dan sempurna baik

terhadap pribadi maupun orang lain.

B. Dakwah Islam

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi kata ”dakwah” berasal dari Bahasa Arab yaitu

sebuah isim masdar dari kata da’a, yad’u, da’watan yang berarti

“memanggil, menyeru, atau mengajak”.12

Sedangkan dakwah ditinjau dari segi terminologi mengandung

beberapa arti yang beraneka ragam. Dalam hal ini banyak ilmuan dakwah

yang memberikan definisi terhadap istilah dakwah, antara lain :

Menurut H. M. Arifin, Dakwah adalah suatu ajakan baik dalam

bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara

sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara

individual maupun secara kelompok, agar timbul dengan sendirinya suatu

pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap

ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa adanya

unsur-unsur paksaan.13

12

. Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta : Yayasan Penyelenggaraan

Penterjemah Penafsir Al-Qur’an, 1973), cet. ke-1, h. 127. 13

. H. M. Arifin, M. Pd, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Study, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2000), Cet. Ke-5, h. 6.

Sedangkan pendapat Toha Yahya Umar, “Dakwah adalah

mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang baik dan

benar dan sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemashlahatan dan

kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.14

Amrullah Ahmad menyatakan bahwa, “Dakwah Islam merupakan

aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan

manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara

teratur, untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak

manusia. Khususnya pada daratan kenyataan individual dan sosio-cultural,

dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam sebuah segi

kehidupan manusia, dengan menggunakan cara tertentu.

Menurut M. Nastir, “Dakwah adalah tugas suci bagi tiap muslim

dan muslimah dimanapun mereka berada. Di dalam Al-Qur’an dan Sunnah

Rasulullah SAW jelas mempertegas bahwa umat Islam berkewajiban

untuk berdakwah dengan menyeru atau mengajak juga menyampaikan

ajaran Islam bagi saudara-saudara muslim sekalian.15 Di dalam surat Al-

Imran ayat 104 Allah berfirman :

� و�"�%�� ب���/:وف ویHم:ون ا1��: إ�� ی-��ن أم#� م

اK��(��ن ه� وأوJ�� ا����: �% وی���ن

14

. Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT. Wijaya, 1971), Cet. Ke-2, h. 1 15

. M. Nastir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), Cet. Ke-1,

h. 63.

Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan

mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang

beruntung”.

Pernyataan datang juga dari Abdullah Syinata, yang menyatakan

bahwa dakwah adalah panggilan atau ajakan kepada orang lain ke jalan

Allah SWT yang diridhoi.16

Pendapat dari A. Hasyimi yang menyatakan bahwa dakwah

islamiyah adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan

akidah dan syari’ah Islam yang lebih dahulu telah diyakini dan diamalkan

oleh pendakwah sendiri.17

Sedangkan dakwah pada dasarnya dapat pula diartikan sebagai

upaya terus-menerus untuk melakukan perubahan pada diri manusia

menyangkut pikiran (fikrah), perasaan (syu’ur), dan tingkah laku (suluk)

yang membawa mereka kepada jalan Allah SWT, sehingga terbentuk dan

terciptanya sebuah masyarakat Islami (al-mujtama’ al-islamiyah).

Dakwah memiliki dimensi yang luas. Setidaknya ada empat

aktivitas utama dakwah, yaitu :

a. Mengingatkan orang akan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dengan

lisan.

b. Mengkonsumsikan prinsip-prinsip Islam melalui karya tulis.

c. Memberi contoh keteladan akan perilaku atau akhlak yang baik.

d. Bertindak tegas dengan kemampuan fisik, harta, dan jiwanya.

16

. Abdullah Syinata, Dakwah Islamiyah (DIRJEN Pembinaan Kelembagaan Agama

Islam, 1984), h. 4. 17. A. Hasyim, Loc. Cit, h. 17.

Dalam uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah

bukan hanya terbatas pada penjelasan dan penyampaiannya saja,

melainkan juga menyentuh pada pembinaan dan pembentukan pribadi,

keluarga dan masyarakat.

2. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan usaha memindahkan umat dari situasi negatif

ke situasi positif, seperti dari situasi kekufuran kepada keimanan, dari

kemelaratan kepada kemakmuran, dari perpecahan kepada persatuan, dari

kemaksiatan kepada ketaatan untuk mencapai keridhoan Allah SWT.

Untuk memudahkan aktivitas dakwah maka para pelaku dakwah

harus memahami terlebih dahulu tujuan dakwah itu sendiri. Dakwah juga

adalah aktivitas internalisasi dan transformasi yang berkesinambungan

dalam ajaran agama Islam. Dalam proses dakwah banyak melibatkan

komponen dakwah seperti : (da’I, pesan, metode, media dan sebagainya).

Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin

dicapai atau diperoleh dari keseluruhan tindakan dakwah. Untuk

tercapainya tujuan utama inilah, penyusunan semua rencana dan tindakan

dakwah harus ditujukan dan diarahkan.

Menurut Jamaluddin Kafi, “Akhlak seseorang akan membentuk

akhlak masyarakat, Negara, dan umat manusia seluruhnya. Maka

karenanya bangunan akhlak inilah yang sangat diutamakan di dalam

dakwah sebagai tujuan utamanya.18

18. Jamaluddin Kafi, Psikologi Dakwah, Indah : Surabaya, 1993, h. 66-67.

Tidak ketinggalan pula dakwah bertujuan agar tingkah laku

manusia yang berakhlak itu secara eksis dapat tercermin dalam fakta hidup

dan lingkungannya serta dapat mempengaruhi jalan pikirannya.

Sedangkan tujuan dakwah secara umum, menurut KH. Didin

Hafiduddin yaitu : “Mengubah prilaku sasaran dakwah agar menerima dan

merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari agar mencapai

kehidupan yang penuh keberkahan dunia dan akhirat.19

Tujuan dakwah dimaksudkan sebagai pemberi arah atau pedoman

bagi gerak langkah kegiatan dakwah, sebab jika dakwah tanpa tujuan yang

jelas seluruh kegiatan dakwah akan sia-sia, maka tujuan dakwah

merupakan salah satu unsur yang terpenting sebagai proses dakwah itu

sendiri.

Salah satu tujuan dakwah dapat ditemukan di dalam Al-Qur’an

surat Yusuf ayat 108, yang berbunyi :

�3 ;Lه !)� �! وم% أن� بN�:ة �(� ا�(#+ إ�� أد�� �/ ات#

اQ��:آ�% م% أن� وم� ا�(#+ و� ��نArtinya : “Katakanlah : inilah jalan (agama)-Ku, aku dan orang-orang

yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah

yang nyata, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-

orang musyrik”.

Dalam perspektif sosiologi juga dijelaskan bahwa tujuan dakwah

adalah membawa masyarakat pada keadaan yang lebih baik dan lebih maju

dibandingkan dengan keadaan yang sebelumnya.20

19

. K. H. Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual 20

. Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad Syafi’I, Metode Perkembangan Dakwah, (Bandung

: Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-1, h. 159.

Pendapat Bardawi Umar mengenai tujuan dakwah dengan mengacu

kepada firman Allah SWT yang tertera di dalam surat Ali-Imran ayat 110 :

�"� وت���ن ب���/:وف تHم:ون �(�#�س أخ: 4 أم#� خ�: آ

%� :�� خ�:ا ���ن ا��"�ب أه� ءام% و�� ب��(#+ وتSم��ن ا��

��� ��� ا�6��K�ن وأآV:ه� اS��م��ن مArtinya : “Kami adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia,

menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, dan

beriman kepada Allah SWT”. Sekiranya Ahli Kitab beriman,

tentulah itu lebih baik bagi mereka : di antara mereka ada

yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang

yang fasik.”

Berdasarkan ayat di atas, umat Islam mendapat perintah dari Allah

SWT, untuk melaksanakan dakwah sebaik mungkin. Jika kewajiban ini

telah dilaksanakan secara sempurna, maka umat Islam akan menempati

kedudukan umat terbaik di permukaan bumi dan dapat menjadi contoh

yang baik untuk masyarakat luas. Selain itu untuk melanjutkan tersiarnya

syari’at ajaran Islam, dan juga bagian hidup dari umat beragama.

Dari penjelasan tujuan dakwah di atas maka penulis

mengemukakan bahwa seseorang yang berprofesi sebagai juru dakwah

harus berusaha semaksimal mungkin untuk membawa dan menyampaikan

dakwahnya sehingga dapat membawa kebaikan bagi manusia,

meningkatkan spiritualitas manusia agar manusia itu dapat memotivasi

dirinya agar hidup lebih baik lagi, sehingga di ridhoi oleh Allah SWT.

3. Karakteristik Dakwah

Salah satu komitmen seorang muslim terhadap keislamannya

adalah menyerukan, menyebarkan dan menyampaikan Islam kepada orang

lain. Al-Qur’an sebagai rujukan dakwah mempunyai watak atau

karakteristik yang khas. Dari berbagai ekspresi di dalam al-Qur’an

tersebut, diturunkan beberapa pesan moral al-Qur’an tentang penyampaian

dakwah, antara lain :

a. Dengan cara yang lebih baik.

b. Dengan penuh kasih sayang.

c. Tidak muncul dari rasa kebencian.

d. Tidak dengan kekerasan.

Jadi, inti sasaran utamanya adalah kesadaran pribadi. Untuk itu,

pendekatan dan watak (karakteristik) dari kegiatan dakwah adalah melalui

cara pencerahan fikiran, penyejukan jiwa tanpa harus menggunakan cara

kekerasan dan kekuatan. Dengan demikian idiom-idiom yang harus

muncul dan dibangun dalam kegiatan dakwah adalah idiom perdamaian,

persahabatan,pemaafan, pertolongan, pembebasaan, dan sebagainya.

Bukan idiom-idiom kekerasan, cacian, penghinaan, penghujatan,

provokasi, dan fitnah.

Dakwah islamiyah juga memiliki beberapa karakter yang

membedakan dengan dakwah yang lainnya. Yaitu :

a. Rabaniyah, artinya bersumber dari wahyu Allah SWT.

b. Washatiya, artinya tengah-tengah atau seimbang.

c. Ijabiyah, artinya positif dalam memandang sekalian alam.

d. Waqi’iyah, artinya realistis dalam memperlakukan individu dan

masyarakat.

e. Ahlaqiyah, artinya syarat dengan nilai kebenaran, baik dalam sarana

maupun tujuannya.

f. Syumuliyah, artinya utuh dan menyeluruh dalam manhajnya.

g. Alamiyah, bersifat mendunia.

h. Syuriyah, artinya berpijak diatas prinsip musyawarah dalam

menentukan sesuatunya.

i. Jihadiyah, artinya terus memerangi siapa saja yang berani

menghalang-halangi Islam, dan mencegah tersebarnya dakwah Islam.

j. Salafiyah, artinya menjaga orisinalitas dalam pemahaman dan akidah.

Inilah dakwah Islam dengan berbagai karakternya yang

membedakan antara dakwah Islam dengan dakwah yang lainnya. Ini

adalah dakwah Allah. Sesuai dengan pedoman al-Qur’an dan Hadist. 21

4. Metode Dakwah

Problemantika dakwah dalam situasi kini terus-menerus berubah

secara cepat, dengan implikasi pergeseran nilai-nilai yang berskala global,

regional maupun lokal perlu mendapatkan perhatian yang serius, betapa

tidak pergeseran nilai-nilai tersebut telah terjadi di seluruh aspek

kehidupan manusia.22

21

. Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah, (Solo, Era Intermedia : 2005), Cet, Ke-1, h.

46 22

. M. Yunan Yusuf, Problematika Dakwah : Agenda dan Solusi, Jurnal Simbol Edisi 3-

juli-1999, h. 67.

Dalam penyajian materi dakwah Islam, al-Qur’an terlebih dahulu

meletakan prinsipnya bahwa manusia yang dihadapi (mad’u) adalah

makhluk yang terdiri atas unsur jasmani, akal, dan jiwa, sehingga harus

dilihat dan diperlakukan dengan keseluruhan.

Menurut Quraish Shihab, materi-materi dakwah yang disajikan

oleh al-Qur’an dibuktikan kebenarannya dengan argumentasi yang

dipaparkan atau yang dapat dibuktikan manusia melalui penalaran akalnya.

Adakalanya al-Qur’an menuntun manusia dengan redaksi-redaksi yang

sangat jelas dan dengan tahapan-tahapan pemikiran yang sistematis,

sehingga manusia menemukan sendiri kebenaran yang dikehendakinya.

Metode ini digunakan agar manusia merasa bahwa ia ikut berperan dalam

menentukan suatu kebenaran.

Banyak ayat al-Qur’an yang mengungkapkan masalah dakwah.

Namun, dari sekian banyak ayat itu, yang dapat dijadika acuan utama

dalam prinsip metode dakwah secara umum adalah surat an-Nahl ayat 125

yang berbunyi :

�� وا������ ب������ رب�� � �� إ�� ادع� و �د��� ا��

وه� � �(+ �% *�# ب�% أ�(� ه� رب#� إن# أح�% ه! ب��#"!

� ب����"-ی% أ�(

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik. sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dijalan-Nya dan dialah yang

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Metode dakwah sangat penting bagi proses dan perkembangan

dakwah Islam, tanpa metode dakwah yang sesuai dengan al-Qur’an, ayat

ini menjelaskan pesan tentang kewajiban dan metode dakwah Islam bagi

manusia. Dari pernyataan surat an-Nahl ayat 125 tersebut dapat dijelaskan

dan disimpulkan bahwa seruan dan ajakan menuju jalan Allah itu harus

menggunakan metode-metode dakwah seperti : Bil hikmah, mau’idzah

hasanah, dan mujadalah bi al-lati hiya ahsan.

a. Metode Dakwah bil Hikmah

Kata hikmah menurut Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi

adalah sesuatu yang akurat dan berfaedah untuk penetapan akidah atau

keyakinan. Al-Zamakhsyari memberikan makna bi al-hikmah adalah

perkataan yang pasti benar, yakni dalil yang menjelaskan kebenaran

dan menghilangkan keraguan atau kesamaran.

Sedangkan dakwah bil hikmah berarti dakwah yang bijak,

mempunyai makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi

mad’u. Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realistis

sebagaimana tantangan dan kebutuhan, dengan selalu memperhatikan

kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis, dan situasi social

cultural mad’u.

Prinsip-prinsip metode dakwah bi al-hikmah ini ditujukan

terhadap mad’u yang kapasitas intelektual pemikiranya terkatagorikan

khawas, cendekiawan, dan ilmuan.

Menurut Sayyid Quthub, dakwah dengan metode hikmah akan

terwujud apabila tiga factor berikut diperhatikan, yaitu :

1) Keadaan dan situasi orang-orang yang didakwahi.

2) Kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka

merasa tidak keberatan dengan beban materi tersebut.

3) Metode penyampaian materi dakwah dengan membuat variasi

sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu.23

Dari kutipan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode

hikmah dalam dakwah adalah metode yang berlandaskan kemampuan

intelektual, baik subjek dakwah (da’I dan da’iyyah) ataupun objek

dakwah (mad’u). Dengan demikian metode dakwah bil hikmah ini

adalah upaya mengajak manusia kejalan Allah dengan penuh

semangat, kelemah lembutan, sabar, tabah, dan lapang dada.

b. Metode Maw’izhah Hasanah

Al-Maw’izhah Hasanah, menurut Absul Hanid Al-Bilahi,

adalah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk

mengajak seseorang ke jalan Allah SWT dengan memberikan

bimbingan atau nasihat yang baik dengan lemah lembut agar mereka

dapat berubah menjadi lebih baik.24

“Sedangkan yang di maksud dengan metode maw’izhah

hasanah adalah memberikan nasihat kepada orang lain dengan

cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan

dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, agar

nasihat tersebut dapat diterima, berkenan di hati, enak di

23

. Moh. Sayyid Quthub, Tafsir Fi Dzilal Al-Qur’an, h. 122. 24. Abdul Hamid Al-bilali, Op. Cit. Hal. 260.

dengar, menyentuh perasaan, lurus pikiran, menghindari sikap

kasar dan tidak boleh mencaci atau menyebut kesalahan

audience sehingga objek dakwah dengan rela hati dan atas

kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subyek dakwah.” 25

Dari dua pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

metode maw’izhah hasanah adalah cara menyampaikan pesan dakwah

Islam berupa pemberian nasihat baik kepada mad’u, dengan tutur

bahasa yang lemah lembut dan menyentuh perasaan sehingga dapat

mengambil hati para mad’unya.

c. Metode Mujadalah (Diskusi) Dengan Cara Yang Baik

Dakwah bertujuan untuk mengajak sekaligus memperbaiki

kondisi masyarakat agar mengikuti ajaran agama Islam. Sedangkan

dakwah dengan metode ini adalah suatu upaya atau tujuan seorang da’I

dan da’iyyah yang terakhir dalam menjalankan dakwahnya. Bila mana

dua metode sebelumnya tidak lagi efektif untuk mencapai tujuan

dakwah, maka metode inilah yang lazim digunakan untuk orang yang

lebih berfikir kritis dan berwawasan luas.

Ada tiga macam jidal (diskusi) dalam berdakwah, yaitu :

1) Jidal yang buruk, adalah dakwah yang disampaikan dengan sikap

yang kasar, yang mampu mengundang kemarahan lawan

diskusinya serta menggunakan dalih-dalih yang tidak benar.

25. Siti Muriah, ibid. Hal. xv.

2) Jidal yang baik, adalah dakwah yang disampaikan dengan lemah

lembut, penuh kesopanan dan menggunakan pedoman al-Qur’an

dan Hadist.

3) Jidal yang lebih baik, adalah dakwah yang disampaikan dengan

argumentasi yang jelas, baik dan benar.26

Berdasarkan pendapat-pendapat sebelumnya, penulis

menyimpulkan bahwa seorang da’I dan da’iyyah tidak hanya harus

berada di atas mimbar untuk menyampaikan pesan dakwaknya.

Melainkan juga seorang da’I dan da’iyyah dapat menyampaikan materi

dakwahnya melalui proses diskusi yang berakhir pada tanya-jawab,

atau memulai dengan argumentasi yang berbeda-beda sehingga

timbullah pemahaman dari diri mereka.

5. Sasaran Dakwah

Sasaran dakwah atau objek dakwah adalah umat manusia. Baik

individu atau berkelompok. Pengertian mengenai manusia itu beragam.

Bidang sosiologi berpendapat bahwa manusia mempunyai struktur dan

mengalami perubahan-perubahan.

Manusia juga di sebut mad’u, dan mad’u adalah seluruh umat

Islam. Dalam surat As-Saba ayat : 28 Allah SWT berfirman mengenai

objek dakwah yaitu :

ا��#�س أآV: و��%# ونLی:ا بQ�:ا �(�#�س آ�=#� إ�#� أر�(��ك وم�

ی/(��ن ��

26. Quraish Shihab, ibid, h. 389

Artinya : “ Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat

manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan

sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada

mengetahui.”

6. Media Dakwah

Media berawal dari kata “median” yang berasal dari bahasa latin

yang artinya perantara. Pengertian media secara istilah adalah segala

sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai

tujuan tertentu.27

Dalam kamus istilah telekomunikasi, media dalah sarana yang

digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu

pesan kepada komunikan apabila komunikan jauh tempatnya.28

Media dakwah Islam adalah sarana atau prasarana yang membantu

subjek dakwah atau da’I dan da’iyyah dalam memberikan dan

menyampaikan pesan dakwahnya secara efektif dan efisien. Dengan

demikian media dakwah sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dakwah

yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa orang, materi,

tempat kondisi tertentu dan sebagainya.

Sedangkan fungsi media massa dalam dakwah adalah untuk

memberikan informasi, pendidikan, hiburan, dan mempengaruhi para

mad’u. Media dakwah juga merupakan hal yang sangat penting dalam

proses dakwah, untuk menentukan keberhasilan dakwah itu sendiri kepada

masyarakat.

27

. Ahmad Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, h. 165. 28. Ghazali Syahdar, Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung : Djembatan,1992), h. 227.

Media sebagai salah satu indikator terpenting dalam

mengembangkan dakwah saat ini. Dengan berbentuk media cetak atau

elektronik. walaupun instrumen berupa podium atau mimbar masih banyak

digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah, akan tetapi kemajuan

pesat industri komunikasi serta media massa telah memberikan

kemungkinan-kemungkinan media dakwah yang sangat luas dan

berteknologi canggih.

Sebagaimana diutarakan oleh M. Yunan yusus senagai berikut:

“ Kemajuan pesat industri komunikasi serta media

massa telah menyodorkan media dakwah yanbg sangat luas

dan canggih, pemanfaatan lat-alat komunikasi tersebut,

menjadi tuntutan yang tidak boleh ditawar lagi seperti : radio,

televise, film, dan internet. Itu semua merupakan media-media

yang harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya

pemberdayaan dakwah itu sendiri.”29

Dari keterangan di atas penulis menyimpulkan bahwa media

dakwah adalah sarana dakwah yang mampu membantu da’I dan da’iyyah

atau juru dakwah dalam menyampaikan pesan dakwahnya agar diterima

oleh mad’unya.

7. Aktivitas Dakwah dan Bentuk-Bentuknya.

Aktivitas dakwah Islam yang dilakukan oleh umat Islam tentunya

bermacam-macam. Hingga pada saat ini aktivitas tersebut semakin

beragam seiring dengan berkembangnya alur kehidupan. Bahkan sekarang

ini bisa dikatakan bahwa segala kegiatan yang dilakukan oleh umat Islam

mengandung unsur dakwah.

29. M. Yunan Yusuf, ibid, h. 68.

Menurut para pelaku dakwah, aktivitas dakwah Islam merupakan

operasionalisasi yang dilakukan, sehingga ada tiga kategori di dalamnya,

yaitu: 30

a. Dakwah bil lisan

Dakwah bil lisan, adalah penyampaian informasi atau pesan

dakwah melalui lisan, dapat berupa ceramah, symposium, diskusi,

khutbah, brain stroming dan sebagainya. Seperti dalam Q.S Fusilat

ayat 33 yang berbunyi :

و�3ل �5��� و��� ا�(#+ إ�� د�� م�#% 3��� أح�% وم%

!� ا���(��% م% إن#

Artinya : “Dan barang siapa yang lebih baik perkataannya daripada

orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal sholeh

dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang

yang menyerah diri”.

b. Dakwah bil Qalam

Dakwah bil Qalam, adalah penyampaian informasi atau pesan

dakwah melalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar,

spanduk, pamphlet, kaligrafi, bulletin dakwah dan lain sebagainya.

c. Dakwah bil hal

Dakwah bil hal, adalah dakwah melalui perbuatan yang nyata

perilaku yang dilakukan atau sopan santun sesuai dengan ajaran Islam,

30

. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu,

1997), hal. 34.

memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, sabar,

kerjasama, dan saling tolong-menolong sesama manusia. Islam

memerintahkan manusia agar dapat mencontoh (teladan) dari para

ahlul fikr (orang-orang yang berfikir), ahli kebenaran dan mereka yang

berakidah lurus.31

Sebagai juru dakwah atau da’I dan da’iyyah yang menyampaikan

misi ajaran Islam kepada manusia, juru dakwah juga berkewajiban

meneladani sifat-sifat dan kepribadian Rasulullah SAW.

Pada dasarnya dakwah inilah yang lebih efektif dan mengena pada

sasaran dibanding dengan bentuk-bentuk aktivitas dakwah yang lainnya.

Tetapi sampai detik ini umat Islam masih kurang memperhatikan

efektivitas dari dakwah bil hal ini. Dan masih menganggap bahwa dakwah

bil lisan lebih efektif.

C. Karakteristik Da’I dan Da’iyyah Yang Ideal

Bagi orang yang menyampaikan dakwah seperti da’i, atau orang

yang mengajak seluruh umat kepada jalan kebaikan dan berusaha untuk

mengubah kondisi sekitarnya dengan hal yang positif, maka seorang da’I dan

da’iyyah haruslah mempunyai beberapa karakter yang mampu mengajak

umatnya untuk bercermin kepada jalan yang lebih terang.

Secara individual maupun kelompok, atau sebagai komunikator

yang menyampaikan pesan dakwah untuk mengubah diri menjadi lebih baik,

31. Musthafa Mansur, Teladan Di Medan Dakwah, (Solo : Era Intermedia, 2000), h. 42

seorang da’I dan da’iyyah merupakan unsur dakwah yang sangat berpengaruh

bagi seluruh umat, karena berhasil atau tidaknya dakwah tersebut tergantung

bagaimana da’I dan da’iyyah tersebut menyampaikan pesan dakwahnya. Oleh

karena itu karakter yang harus dimiliki seorang da’I dan da’iyyah yang ideal

dalam dakwah Islam, yaitu :

1. Sehat jasmani dan rohani, seorang da’I dan da’iyyah memang sudah

seharusnya berada ditengah-tengah jama’ah atau masyarakat dan ia juga

selalu dibutuhkan kapan saja dan dimana saja. Karena bagi masyarakat

seorang da’I dan da’iyyah (juru dakwah) adalah sosok panutan yang

membawa ajaran kebaikan untuk disampaikan kepada umat agar

menempuh jalan keridhoan dari Allah SWT. Jika seorang da’I tidak

memiliki jasmani dan rohani yang kuat, maka seluruh aktivitas dakwahnya

akan terganggu.

2. Keinginan yang kuat, segala pekerjaan yang hebat dan mulia memerlukan

kemauan dan keinginan yang kuat bagi pelaksananya, agar supaya

pekerjaan itu dapat terlaksana dengan sempurna.32 Sama halnya dengan

da’I dan da’iyyah dalam berdakwah, karena mereka harus teguh dan tegas

untuk mempertahankan prinsip akidah dalam menyampaikan pesan

dakwah dan menyusun strategi dakwahnya.

3. Mengajak dan memberi motivasi, adapun aspek kebaikan yang bisa

dilakukan oleh da’I dan da’iyyah dalam memotivasi mad’unya adalah

dengan mengajak mad’u untuk berbuat baik dan mengorbankan dirinya

32

. Toha Yahya Omar, MA., Islam dan Dakwah, (Jakarta : PT. AL-MAWARDI PRIMA,

2004), Cet, Ke-1, h. 157.

dengan perilakunya di jalan Allah SWT. Dan mereka juga harus

menciptakan kedamaian pada mad’u dan keluarga da’I dan da’iyyah

tersebut.33

4. Ilmu Pengetahuan, bagi seorang da’I dan da’iyyah yang selalu

bermasyarakat dan memberi nasihat bijak kepada umat, sudah sepatutnya

ia harus mempunyai ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas agar

aktivitas dakwah yang ia lakukan berjalan efektif dan membawa

perubahan baik bagi dirinya juga masyarakat. Tidak hanya itu seorang da’I

dan da’iyyah juga adalah panutan bagi para mad’unya.

5. Bersikap dan bertindak adil, sebagai juru dakwah yang membawa amanat

dari Allah SWT da’I dan da’iyyah haruslah mempunyai sikap-sikap yang

baik diantaranya, yaitu jujur, benar, menyampaikan pesan apa adanya,

adil, lemah lembut, sabar, tidak sombong, pemaaf dan selalu dekat dengan

Allah SWT. Dengan adanya sikap-sikap tersebut dalam diri seorang da’I,

maka pemimpin atau da’I dan da’iyyah tersebut akan berfikir objektif

dalam menilai permasalahan yang ada sekaligus menilai individual.

Muhammad Ghazali juga menegaskan dalam tulisannya bahwa

seorang da’I dan da’iyyah harus mempunyai dua syarat utama diantaranya

yaitu : pertama, pengetahuan mendalam tentang ilmu agama Islam, dan kedua,

juru dakwah harus mempunyai jiwa kebenaran (ruh yang penuh kebenaran,

kegiatan, kesadaran, dan kemajuan).34

33

. DR. Ali Abdul Halim Mahmud, Fiqih Dakwah Muslimah, (Jakarta : RABBANI

PRESS, 2003), Cet, Ke-1, H. 421. 34

. A. Hasyimi, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), cet.

Ke-3. h. 167.

Dari penuturan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang da’I atau

da’iyyah tidak hanya mampu berbicara, tetapi figure da’I yang ideal itu harus

mempunyai rasa sosial yang tinggi, berpengetahuan luas, baik budi pekerti,

bijaksana dan tidak sombong. Karena apa yang ia ucapkan dan lakukan akan

diikuti oleh mad’unya.

BAB III

BIOGRAFI USTADZAH Hj. IDA FARIDA A. S.

A. Profil Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Terlahir di Jakarta, pada tanggal 05 Januari tahun 1951, Ustadzah Hj.

Ida Farida A. S. adalah putri dari keluarga pasangan Alm. KH. Abdullah

Syafi’I dan Almh. Ustadzah Hj. Rogayah Binti KH. Ahmad Muchtar. Ia

terlahir dari keluarga yang sangat religius. Ayahnya semasa hidupnya

berprofesi sebagai seorang da’I besar, dan beliau di kenal sebagai singa

podium. Sedangkan ibunya semasa hidupnya berprofesi sebagai ustadzah yang

memimpin sebuah majlis taklim.

Ustadzah Hj. Ida Farida adalah da’iyyah dan tokoh masyarakat betawi

yang sangat dihormati, Khadimutthalabah perguruan Asy-Syafi’iyah yang

kharismatik dan rendah hati.”

Posisi sebagai da’iyyah ini, memberikan motivasi tersendiri bagi

ustadzah Hj. Ida Farida untuk berkesempatan berdakwah dan mengetahui

bagaimana cara mempraktekkan dakwah diberbagai forum, baik di dalam

maupun di luar negeri.

Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. mempunyai beberapa saudara kandung,

namun yang ada hingga saat ini hanya dua orang saja. Ia adalah bungsu dari

seorang kakak perempuan yaitu Ustadzah Hj. Tuty Alawiyah A. S. dan

seorang kakak laki-laki yang bernama KH. Abdur Rasyid. Tidak berbeda

dengan kakak-kakaknya, ia juga menekuni dan terjun di bidang dakwah.

Sejak kecil kedua orang tuanya sudah mempersiapkan bekal

pendidikan agama, berupa belajar membaca al-Qur’an, cinta dengan ilmu

agama yang mengharuskan ia untuk belajar dan terus belajar.

Dari usia belia, ia sudah terbiasa dengan kesibukan dakwah, sama

halnya dengan anak-anak seusianya, ia juga bermain bersama teman-temannya

tetapi ia tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai pelajar untuk

menuntut ilmu.

Perempuan berdarah betawi ini semasa mukim di asrama tidak hanya

ikut keduanya orangtuanya untuk berdakwah dalam bidang ceramah, akan

tetapi ia juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah berupa

ekstrakulikuler seperti marching band, rebana, tilawatil qur’an, dan pidato.

Beliau sudah mulai belajar berdakwah dari kecil, tetapi sesudah

menikah atau kurang lebih 25 tahun lalu, ternyata ia justru lebih menyukai dan

menekuni profesi dakwah mengikuti jejak ayah dan bundanya. Di usianya

yang sudah matang ini, ia masih berkecimpung di dunia dakwah atas

dukungan dan kerjasama dengan sang suami tercinta KH. Agus Alwi yang

notabennya juga adalah seorang da’I.

Ia bukan hanya sekedar seorang da’iyyah yang berani berjuang di

medan dakwah, melainkan ia juga seorang guru atau ustadzah yang selalu

membimbing dan mendidik semua murid-muridnya agar menjadi lebih baik

dan berakhlakul karimah. Tidak hanya itu beliau adalah seorang istri dan ibu

yang baik, karena sesibuk apapun, ia selalu menyempatkan waktu luang untuk

berkumpul dan bersenda gurau bersama keluarga besarnya.

Hingga saat ini ustadzah Hj. Ida Farida A. S mempunyai 6 orang anak

yang sangat dibanggakanya. Diantaranya H. Ahmad Bariansyah S. Ip, H.

Anton Fathoni S. Ip. MM, M. Waisy Firmansyah, Fairuz Andalusia,

Salsabilah Firdausi, dan si bungsu Aqidah.

B. Pendidikan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Da’iyyah yang sangat ramah ini tidak hanya pandai berbicara, tetapi ia

juga pandai dan aktif saat masih duduk dibangku sekolah, Sejak kecil ia

bercita-cita ingin menjadi da’iyyah sekaligus guru. Dari kecil ia juga sering

mengikuti ibu dan ayahnya mengaji. Sehingga apapun ilmu yang diturunkan

padanya selalu ia realisasikan.

Ia sama sekali tidak membeda-bedakan antara ilmu umum dengan ilmu

agama, karena menurut sang ayah apapun ilmu itu selama baik dan membawa

manfaat maka raihlah terus.

Ibu dari 6 orang anak. yang terdiri dari 3 putra dan 3 putri ini pernah

menuntut ilmu di beberapa sekolah di Jakarta diantaranya: di SDN Bukit Duri

Putra diusianya yang masih beranjak 6 tahun sampai selesai, kemudian beliau

melanjutkan pendidikannya di SMPN 25 tepatnya di jalan Slamet Riyadi,

setelah lulus dari SMP ia melanjutkan kembali sekolahnya di SMAN 08

Manggarai Jakarta.

Dan yang luar biasanya, beliau juga menuntut ilmu secara bersamaan

antara sekolah umum dengan madrasah. Jadi dari SD sampai SMA, ia selalu

membagi waktunya untuk menuntut ilmu agama di madrasah. Menurutnya

apabila pagi hari ia berangkat ke sekolah umum dan siangnya ia berangkat

untuk menimba ilmu agama.

Ia belajar ilmu agama di Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Tsanawiyah,

dan Madrasah Aliyah yang ayahnya dirikan yaitu di Yayasan As-Syafi’iyah.

Karena pada waktu itu belum ada sekolah umum di yayasan ini, maka ia

memilih sekolah umum di luar.

Tidak hanya itu karena tekadnya untuk menjunjung tinggi ilmu, maka

ia tidak membeda-bedakan antara ilmu umum dengan ilmu agama, karena

menurutnya antara ilmu dunia dan ilmu akhirat itu harus seimbang.

Tidak puas dengan mengecam tamatan SMA saja, ia melanjutkan

kembali sekolahnya di Perguruan Tinggi. Pada awalnya ia ingin sekali

melanjutkan studinya di luar negeri tepatnya di Kuwait bersama dengan

teman-temannya. Namun sang ayah sangat melarang ia untuk pergi ke sana.

Akhirnya karena ayahnya tidak mengizinkan, ia melanjutkan studinya

di Universitas Islam As-Syafi’iyyah Matraman dengan mengambil Fakultas

Ushuluddin Jurusan Dakwah. Menurutnya ini adalah jurusan yang tepat untuk

meneruskan cita-cita sang ayah sekaligus merealisasikan dakwahnya, agar

membawa harapan yang baik untuk ke depan dan mengedepankan prospek

dakwah yang lebih maju.

C. Aktivitas Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

atau lebih. Begitu juga dengan kegiatan yang dilakukan oleh perempuan 57

tahun ini, ia adalah istri, sekaligus ibu dan da’iyyah yang aktif dalam semua

perannya. Dalam setiap perannya ia tidak pernah melupakan kewajibannya.

Sejak belia ia sudah banyak melakukan hal-hal positif yang

membawanya kearah yang lebih baik, dintaranya : belajar mengajar, belajar

pidato, bahkan marching band masih ia kuasai hingga saat ini. Ia termasuk

orang yang gemar membaca dan tidak pernah jauh dari meja computer untuk

menuangkan semua inspirasinya, waktu selebihnya ia gunakan untuk ceramah

dan memberikan ilmu kepada orang lain.

Da’iyyah yang penuh senyum ini, tak pernah merasa lelah untuk

melakukan semua aktivitasnya. Dari kecil sampai sekarang ia terkenal mudah

bergaul dengan siapa saja. Dan dari sinilah ia mempunyai tekad dakwah untuk

mengembangkan agama Islam.

Aktivitas dakwah yang ia geluti saat ini sangat banyak, diantaranya

ceramah di majlis taklim. Ia adalah da’iyyah yang mandiri, menurut pimpinan

Pondok Pesantren Putri As-Syafi’iyah ini, ia sering sekali mengendarai mobil

pribadinya tanpa didampingi sang supir, karena menurutnya ia merasa lebih

bebas dan dapat melakukan aktivitas apapun. Tetapi kebiasaan ini biasa ia

lakukan apabila ia mendapat undangan ceramah di daerah jabodetabek saja.

Selama ini ia tidak hanya hanya ceramah dimajlis taklim yang ia

pimpin saja yaitu Al-Mar’atus Sholihah, tetapi ia juga berceramah dimajlis-

majlis taklim lainnya. Selain itu ia juga sering diundang ceramah pada acara

hari-hari besar Islam seperti : Maulid Nabi SAW, Isra Mi’raj dan undangan

ceramah di luar negeri.

Beliau juga mempunyai karya-karya yang ditulis sendiri, isinya

tentang pesan dakwah, yang terdapat di al-Qur’an dan Sunnah.

Dengan kesibukan yang banyak menyita waktunya, ia tidak pernah

lupa untuk memperhatikan proyek sosial yang sudah ia geluti kurang lebih dua

windu. Proyek social yang ia tangani adalah mengasuh dan mendidik anak-

anak yatim, dan para jompo yang kurang mampu untuk mendapatkan

perhatian yang lebih layak.

Padatnya aktivitas yang ia jalankan, tidak menyurutkan kewajibannya

sebagai istri, sekaligus da’iyyah. Jika di rumah ia adalah sosok ibu rumah

tangga yang santun dan sayang terhadap suami dan anak-anaknya. Tetapi

apabila ia sedang tugas di luar ia adalah seorang guru, mu’allim, dan da’iyyah

yang ramah.

Dari kegiatan-kegiatan dakwahnya ia mempunyai visi dan misi yang

sangat rasionalis seperti : ia membangun generasi muda dan kaum ibu agar

menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dengan menjalankan

perintahNya dan menjauhkan laranganNya.

BAB IV

ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH USTADZAH Hj. IDA FARIDA

A. Aktivitas Dakwah Bil Lisan Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Aktivitas dakwah yang dilakukan ustadzah Hj. Ida Farida A. S. kepada

masyarakat merupakan upaya dalam mengembangkan pengetahuan

keagamaan yang berdasarkan pada tuntutan al-Qur’an dan Sunnah yang pada

akhirnya masyarakat mampu menghadapi masa depan yang lebih baik, baik di

dunia dan di akhirat.

Akan tetapi kewajiban umat Islam untuk menyampaikan risalah secara

keseluruhan, sistematik dan mendalam tentunya tidak akan dapat dilakukan

oleh semua muslim dan muslimat.

Jadi menurut ustadzah Hj. Ida farida diperlukan seorang pemimpin

atau da’I juga da’iyyah yang mempunyai peranan bagi mad’unya, memiliki

pengetahuan yang cukup dan kemampuan seorang professional sehingga ia

layak dikatakan seorang pemimpin, guru, dan da’I.

Kebutuhan manusia terhadap dakwah Tuhan yang menciptakan

manusia sebagai makhluk mulia. Ia mempunyai fitrah yang suci dengan desain

kejiwaan yang sempurna, memiliki rasa keadilan dan keagamaan yang hanif.

Pada diri manusia terkumpul potensi-potensi, baik yang positif maupun yang

negative diantaranya manusia mempunyai akal, hati dan nurani tetapi dia juga

mempunyai syahwat dan hawa nafsu.

Pada dasarnya, dakwah bil lisan itu sendiri adalah membekali manusia

dengan informasi dan berita (pesan-pesan) yang benar, dengan pengetahuan

ilmiyah, kenyataan faktual dan akurat untuk membantu terbentuknya pikiran

dan pandangan dalam menghadapi kenyataan dan kesulitan yang dihadapi.

Pada awalnya kegiatan dakwah bil lisan ustadzah Hj. Ida Farida A. S

hanya dilakukan di majlis taklim milik ibunya saja, tetapi karena efek yang

ditimbulkan dari dakwah yang disampaikannya membuahkan hasil, maka ia

terus melanjutkan dakwahnya dengan mengajak masyarakat setempat untuk

belajar mengaji.

Pada usia 25 ia sudah mulai memberanikan diri untuk menunjukkan

perfomanya sebagai penceramah atau da’iyyah muda. Meskipun dakwah yang

disampaikannya belum maksimal ternyata dakwah yang dirasakan sangat

bermanfaat bagi mad’u saat itu. Sehingga ia mengajak masyarakat setempat

untuk mengaji dan belajar bersama.

Ia bukan wanita yang mudah menyerah, tetapi ia semakin penasaran

untuk lebih mendalami ilmu agamanya, agar ia terus mampu untuk

mengimplementasikan dakwahnya kepada orang lain.

Pada tahun 1972 ia menikah dengan KH. Agus Alwi. Setelah menikah

ia lebih konsentrasi dan maksimal lagi dalam berdakwah, karena ia sudah

sudah mempunyai banyak pengalaman sekaligus pengetahuan yang ia

dapatkan dari membaca.

Kembali pada pokok penelitian yakni tentang analisis aktivitas

dakwah bil lisan ustadzah Hj. Ida Farida. Ia mengkategorikan dakwah bil lisan

sama halnya seperti pidato, ceramah, mengaji, diskusi, nasehat atau segala hal

yang penyampaiannya melalui lisan dengan bertujuan untuk mengajak orang

lain menjadi lebih baik.

Di daerah DKI. Jakarta hampir seluruh masyarakatnya mengenal sosok

da’iyyah yang satu ini. Selain ia adalah anak dari seorang guru besar dan

tokoh masyarakat Betawi KH. Abdullah Syafi’I, ia juga mempunyai posensi

yang kuat dalam berdakwah.

Figurnya sebagai da’iyyah yang haus akan ilmu dan beramal,

mengajak dirinya dimanapun ia berada dan ada kesempatan, beliau tak segan-

segan untuk mengadakan suatu acara atau kegiatan-kegiatan yang bersifat

keagamaan. Dakwah bil lisan yang dilakukan ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

penulis kelompokkan menjadi beberapa bentuk, yaitu :

1. Ceramah, dakwah yang ia lakukan melalui ceramah ini adalah

menyampaikan pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang baik yang

membawa nilai-nilai positif kepada mad’u, yang gunanya untuk membawa

mad’u menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat

dan Tuhannya (Allah SWT). Biasanya ia melakukan ceramah di beberapa

majlis taklim di Jakarta dalam satu harinya.

Tabel 1

Aktivitas Ceramah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. Di Jakarta

Tempat Kegiatan

Majlis Taklim Al-Hilal Maulid Nabi Muhammad SAW

Majlis Taklim Al-Mar’atus Sholihah Ceramah Mingguan dan Hari-hari

Besar Umat Islam

Majlis Taklim At-Thahiriyyah Maulid Nabi Muhammad SAW

Yayasan As-Syafi’iyah Jatiwaringin Ceramah Mingguan

Yayasan As-Syafi’iyah Matraman Maulid Nabi Muhammad SAW

Stasiun Televisi Republik Indonesia

(TVRI) Jakarta

Mengisi Acara Siraman Rohani Agama

Islam

Masjid Istiqlal Jakarta Ceramah Hari Besar Umat Islam

35

Table diatas dapat diperoleh data bahwa ustadzah Hj. Ida Farida A.S tidak

hanya aktif untuk ceramah dimajlis-majlis taklim di Jakarta tetapi juga di

stasiun Televisi.

Tidak hanya itu selain ceramah di Jakarta, ia juga ceramah di luar kota dan

bahkan di luar negeri seperti di Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam,

Hongkong dan Amerika. Aktivitas ceramah di luar negeri ini ia mulai

lakukan sejak tahun 1988 hingga saat ini. Menurutnya banyak perbedaan

antara ceramah di negeri atau kota sendiri dengan ceramah di luar negeri,

35

. Analisis Data ini Diperoleh Oleh Penulis Dengan Mewawancara Langsung Objek

Penelitian Skripsi ini.

apabila ceramah di negeri sendiri ia hanya membutuhkan waktu pagi dan

siang saja untuk ceramah tetapi jika di luar negeri ia biasa dipanggil

ceramah pada waktu malam tepatnya ba’da magrib atau ba’da isya. Dan

uniknya lagi tutur ustadzah Hj. Ida Farida, di sana penceramah hanya satu

orang saja. Jadi sejak mulai acara sampai selesai atau doa, yang memimpin

hanya beliau.

Tabel 2

Aktivitas Ceramah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S. Di Luar Negeri

Tahun 1988-2004

Tanggal Tempat Kegiatan

Juni 1988 Brunei Darussalam Menyambut Tahun Baru

1409 Hijriah

17 Agustus 1989 s/d 24

Agustus 1989

Brunei Darussalam Menyambut Tahun Baru

1410 Hijriah

22 Oktober 1989 s/d 29

Oktober 1989

Brunei Darussalam Memperingati Maulid

Nabi SAW

20 Februari 1990 s/d 13

Maret 1990

Singapura dan Malaysia Memperingati Maulid

Nabi SAW

10 Oktober 1990 s/d 20

Oktober 1990

Singapura Memperingati Maulid

Nabi SAW

29 September 1991 s/d

15 Oktober 1991

Singapura Memperingati Maulid

Nabi SAW

3 Juli 1994 s/d 10 Juli Brunei Darussalam, Tour Dakwah

1994 Singapura dan Malaysia

Agustus 1996 Brunei Darussalam HUT Ke-50 Sultan dan

Pernikahan Putri Sultan

Juni 1997 Singapura HUT Ke-20 Masjid

Mujahidin

12 Oktober 2000 s/d 27

Oktober 2000

Yordan dan Palestina Ibadah Umroh dan Ziarah

10 Agustus 2001 s/d 19

Agustus 2001

Singapura dan Malaysia Tour Dakwah

14 Mei 2004 s/d 24 Mei

2004

Singapura Memperingati Maulid

Nabi SAW

36

Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa ustadazah Hj. Ida Farida A.

S. adalah juru dakwah atau da’iyyah yang aktif dan banyak berperan serta

dalam bidang dakwah. Sehingga ia mampu mengeksistensikan dirinya di

dalam dan di luar negeri.

2. Mengaji, dakwah ini juga biasa ia lakukan dalam setiap minggunya.

Dengan mengadakan pengajian mingguan ibu-ibu di wilayah Jatiwaringin

Pondok Gede, guna menyampaikan pesan dakwah sekaligus nasehat-

nasehat yang sholih dan diakhiri dengan tanya jawab dari mad’u kepada

beliau. Biasanya hal ini dilakukan di majlis taklim atau di masjid.

36. Data Ini Diperoleh Dari Dokuntasi Serta Arsip-arsip dari ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Tabel 3

Aktivitas Mengaji Ustadzah Hj. Ida Farida A. S

Waktu Tempat Kegiatan

Hari Selasa Minggu

Kedua

Di Kediaman Ustadzah

Hj. Tuty Alawiyah

Pengajian Bulanan Kaum

Ibu

Hari Rabu Di Majlis Taklim Al-

Mar’atus Shalihah

Pengajian Mingguan

Kaum Ibu

Hari Jum’at Pagi Di Aula Ruqayyah Shalat Tasbih berjama’ah

dan Pengajian Mingguan

37

Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa ustadzah Hj. Ida Farida A. S

tidak hanya pandai untuk berceramah tetapi ia juga masih mau belajar atau

tepatnya berkumpul bersama jama’ahnya untuk mengikuti pengajian serta

membimbing jama’ahnya untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama.

3. Musyawarah (diskusi), dakwah bentuk ini biasanya dilakukan oleh

ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dengan mengadakan pertemuan yang dihadiri

oleh ustadzah-ustadzah sekaligus tokoh agama untuk membahas suatu

permasalahan dan bertukar fikiran tentang agama Islam. Musyawarah

seperti ini biasa dilakukan dibalai-balai pertemuan atau sarana pendidikan

lainnya.

37. Data ini diperoleh dari hasil wawancara langsung oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

4. Halaqah, dakwah dalam bentuk seperti ini biasanya dilakukan oleh

ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dengan memberikan pelajaran atau pengajian

kepada ibu-ibu majelis taklim yang membahas tentang aqidah, fiqih,

akhlak, pengetahuan umum dan sebagainya. Dalam pengajian ini biasanya

ustadzah Hj. Ida Farida A. S. memberikan suatu paper atau beberapa

tafsiran ayat yang sesuai dengan temanya pada saat itu. Sehingga tugas

mad’u disini tidak hanya mendengarkan tetapi mad’u juga dapat bertanya

sekaligus membaca paper tersebut.

Tabel 4

Aktivitas Halaqah Ustadzah Hj. Ida Farida A. S

Waktu Tempat Kegiatan

Hari Rabu Majelis Taklim AL-

Mar’atus Sholihah

Pengajian Mingguan

38

Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa beliau masih aktif hingga

saat ini untuk memberikan informasi keagamaan lewat beberapa lembar

kertas yang berisi ayat-ayat al-Qur’an yang ia sebut paper.

Apa yang disampaikan, dan diamalkan oleh ustadzah Hj. Ida Farida.

dalam dakwah bil lisan yang penulis kelompokkan di atas, tidak lain semua

bersumber dari al- Qur’an dan as-Sunnah yang notabennya adalah sumber

utama yang mencakup keseluruhan kultur Islam yang murni. Adapun materi

yang digunakan untuk isi ceramahnya yaitu tentang : tauhid, muamalah,

38. Data ini diperoleh dari hasil wawancara langsung oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

sejarah, akhlak dan doa-doa lainnya. Profesinya sebagai da’iyyah membuat ia

banyak bersosialisasi dengan siapapun sehingga ia sering kali di undang untuk

ceramah di berbagai tempat baik itu di jabodetabek tetapi juga di luar negeri.

B. Aktivitas Dakwah Bil Qalam Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Bila ditelusuri di dalam tafsir Departemen Agama RI disebutkan

bahwa definisi dakwah bil qalam adalah mengajak manusia dengan cara

bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah SWT, lewat seni

tulisan.39

Pada zaman sekarang model dakwah seperti ini sudah mulai efektif

untuk direalisasikan. Mengingat kemajuan teknologi informasi yang

memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan

pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan

muthlak dimanfaatkan oleh subjek dakwah.40

Dalam hal ini ustadzah Hj. Ida Farida A. S. adalah seseorang yang

mahir dalam membuat paper atau suatu tulisan yang di dalamnya berisikan

ayat-ayat al-Qur’an dan Hadist-hadist Nabi SAW. yang sesuai dengan dengan

tema dakwah yang ia sampaikan.

Sudah banyak sekali paper-paper yang ia buat untuk di sebar luaskan

kepada jama’ah-jama’ahnya di majlis taklim yang ia bina baik di dalam negeri

atau di luar negeri. Menurutnya paper itu ia buat tidak hanya untuk di baca

39

. Departemen Agama RI, Proyek Penggandaan Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an dan

Tafsirnya, jilid XI, juz 29(Jakarta : YPPA, 1995), h. 255. 40

. Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual : Refleksi Sosial Cendikiawan Muslim, (Bandung :

Mizan, 1998), h. 172.

saja melainkan untuk dipelajari dan dipahami oleh jama’ahnya, isinya

memang tidak banyak hanya beberapa lembar saja tiap pembahasan. Akan

tetapi ia optimis bahwa seluruh jama’ahnya mampu mengerti sekaligus

memahami paper yang ditulis tersebut.

Tabel 5

Paper Yang Dibuat Oleh Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Judul Sasaran

Perintah Allah SWT Berpuasa Bagi

Orang Yang Beriman

Jama’ah Majlis Taklim Kaum Ibu

Allah Maha Pencipta Pemilik dan

Penguasa Alam Semesta

Jama’ah Majlis Taklim Kaum Ibu

Tanda-tanda Kekuasaan Allah SWT Jama’ah Majlis Taklim Kaum Ibu

41

Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa beliau juga berdakwah

dengan membuat suatu tulisan seperti paper atau artikel yang berguna untuk

memberikan informasi tentang keagamaan kepada setiap jama’ahnya.

Bahkan tidak jarang pula jama’ahnya sangat antusias untuk menyebar

luaskan papernya dengan cara datang kepadanya untuk meminta izin agar

diperbolehkan memfotocopy tulisan-tulisannya. Menurut adik kandung

ustadzah Hj. Tuty Alawiyah ini, dari hal seperti inilah yang memacu dirinya

untuk terus menulis dan membuat paper, agar seluruh masyarakat dimanapun

dapat memahami dakwahnya lewat tulisan. Paper yang ia tulis menggunakan

41. Data ini diperoleh dari dokuntasi serta arsip-arsip dari ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

bahasa Indonesia dan materi yang ia gunakan untuk penulisan isi paper ini

hampir sama dengan apa yang ia sampaikan dalam ceramahnya. Seperti :

tauhid, akhlak, muamalah, dan doa-doa lainnya.

Dalam perkembangan seperti sekarang ini dakwah juga harus

menyesuaikan situasi dan kondisi karena dunia semakin berubah ke arah yang

lebih maju. Untuk itulah keberhasilan dakwah ditentukan oleh da’I atau

da’iyyah itu sendiri.

Keberhasilan dan kesuksesan yang ia raih sekarang ini, tidak ia

dapatkan dengan mudah. Justru keberhasilan itu datang karena ketekunannya

dalam ajaran Islam untuk berdakwah, selalu berusaha dan mempunyai tekat

yang kuat untuk meneruskan cita-cita yang ia inginkan dari kecil.

C. Aktivitas Dakwah Bil Hal Ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Pada hakikatnya seorang da’I atau da’iyyah harus menguasai semua

kategori dalam aktivitas dakwah, salah satunya seperti dakwah bil hal.

Dakwah bil hal itu sendiri adalah cara berdakwah yang mengacu kepada

dakwah dalam bentuk tindakan nyata.

Dakwah ini sifatnya memecahkan masalah tertentu, dengan menaruh

perhatian besar terhadap masalah masyarakat seperti kemiskinan, kebodohan,

dan sebagainya. Karena itu dakwah bil hal lebih diorientasikan kepada

kebutuhan nyata masyarakat terutama yang bersifat fisik.

Untuk mengembangkan dakwah bil hal yang dilakukan oleh ustadzah

Hj. Ida Farida A. S. maka ia lebih memilih melakukan dakwah bil halnya

dengan membantu secara kontinyu melalui santunan dan memberikan tempat

tinggal bagi anak-anak yang kurang mampu khususnya anak yatim piatu yang

miskin dan para jompo. Menurutnya hal ini dilakukan agar hidup mereka lebih

terarah dan menjadi orang yang berguna.

Pada tahun 1978 ayahnya membangun sebuah Yayasan Pondok

Pesantren As-Syafi’iyah Khusus Yatim. Yayasan ini dibangun guna

membantu sekaligus menampung anak-anak yatim piatu yang kurang mampu

dan lansia atau jompo. Sekarang yayasan ini dikelola oleh seluruh anggota

keluarganya dan diantaranya adalah ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

Menurut ustadzah Hj. Ida Farida A. S. didirikannya yayasan khusus

yatim ini adalah guna menampung anak-anak yatim dan jompo yang kurang

mampu, agar mereka dapat merasakan bersosialisasi satu sama lain dan

merasakan diperlakukan secara adil dengan diberikan asuhan yang baik,

tempat tinggal, pendidikan, keterampilan dan lain-lain. Sehingga mereka tidak

merasa kecil hati (minder).

Di tempat ini, tutur ustadzah Hj. Ida Farida A. S. anak-anak yatim dan

jompo tidak hanya diberi fasilitas tempat tinggal dan pendidikan saja, baik

formal maupun nonformal, tetapi mereka juga diajarkan keterampilan. Bagi

anak-anak perempuan ada keterampilan menjahit, memasak, menyulam dan

sebagainya. Sedangkan untuk anak laki-laki ada keterampilan otomotif,

bengkel, design grafis dan sebagainya. Bahkan banyak tamu-tamu beliau dari

dalam dan juga luar negeri yang datang berkunjung ke yayasan khusus yatim

ini untuk memberikan motivasi dan memberikan dukungan morilnya sekaligus

melihat kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Tidak hanya itu banyak juga

dari pengunjung yang ingin mengajak beberapa orang dari mereka untuk di

ajak bekerja.

Ia juga sangat berharap sekali kepada semua anak-anak yatim yang

diasuh di yayasan ini agar mereka berguna dan semoga dengan mendapatkan

fasilitas tempat tinggal, pendidikan, dan keterampilan mereka bisa lebih berani

dalam menghadapi dunia luar. Dan ternyata banyak diantara mereka yang

menjadi khotib, muadzin, dan lain-lain, setelah mereka keluar yayasan atau

lulus sekolah.

Perempuan paruh baya ini menuturkan bahwa untuk masuk menjadi

santri yayasan khusus yatim ini tidak rumit, karena anak-anak yatim dan

orangtua yang tidak mampu tidak dikenakan biaya sedikitpun. Melainkan

hanya mengisi formulir dan mengikuti prosedur yang ada. Karena ini adalah

salahsatu program sosial yang ia tekuni.

Tidak hanya itu sebelum masuk yayasan ini anak-anak di tes terlebih

dahulu agar pihak yayasan mengetahui anak-anak yang sungguh-sungguh

untuk menuntut ilmu dan melakukan perubahan diri ke yang lebih positif.

Hingga saat ini jumlah anak-anak yatim dan para jompo di yayasan khusus

yatim ini kurang lebih empat ratus orang.

Dalam kurun waktu satu tahun tiga kali, yayasan ini selalu

membagikan atau memberikan santunan juga sedekah kepada anak-anak yatim

dan para jompo yang diasuhnya.

Tabel 6

Aktivitas Santunan Anak Yatim dan Para Jompo

Ustadzah Hj. Ida Farida A. S

Waktu Tempat Sasaran

1 Syawal atau Hari Raya

Idul Fitri

Pondok Pesantren

Khusus Yatim As-

Syafi’iyah

Anak Yatim dan Para

Jompo

10 Muharram atau Hari

Raya Idul Adha

Pondok Pesantren

Khusus Yatim As-

Syafi’iyah

Anak Yatim dan Para

Jompo

Milad (HUT) As-

Syafi’iyah

Pondok Pesantren

Khusus Yatim As-

Syafi’iyah

Anak Yatim dan Para

Jompo

42

sDari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa ustadzah Hj. Ida Farida

A. S. adalah sosok da’iyyah yang murah hati dan mempunyai jiwa sosial yang

tinggi khususnya dalam mengembangkan pendidikan anak-anak dan

mensejahterakan kehidupan para jompo sehingga mereka hidup lebih terarah.

Dahulu pada masa Orde Baru atau kepemimpinan Presiden Soeharto

yayasan ini selalu mendapatkan dana rutin setiap bulannya dari Yayasan

Darmais milik Presiden Soeharto, akan tetapi menurut Ibu Ida sapaan

42. Data ini diperoleh dari hasil wawancara langsung oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

akrabnya, dana yang didapatkan sekarang ini untuk yayasan khusus yatim ini

berasal dari sumbangan-sumbangan para donatur atau tamu-tamu beliau, dan

para pejabat dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Visi, misi dan tujuan dari program sosial ini adalah agar anak-anak

yatim yang kurang mampu mendapatkan perhatian lebih di dunia pendidikan,

dan keterampilan yang mereka pelajari selama ini. Serta membawa mereka

kearah lebih baik.

Dan hasil yang diperoleh dari program sosial ini cukup memuaskan,

karena diantara mereka banyak yang sudah berhasil meraih cita-cita mereka.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Figur ustadzah Hj. Ida Farida A. S. sebagai da’iyyah yang haus akan

ilmu dan beramal, mengajak dirinya dimanapun ia berada dan ada

kesempatan, beliau tak segan-segan untuk mengadakan suatu acara atau

kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan. Dakwah bil lisan,dakwah bil

qalam, dan dakwah bil hal yang dilakukan ustadzah Ida Farida A. S., yaitu :

1. Ceramah, dakwah yang ia lakukan melalui ceramah ini adalah

menyampaikan pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang baik yang

membawa nilai-nilai positif kepada mad’u, yang gunanya untuk membawa

mad’u menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat

dan Tuhannya (Allah SWT). Biasanya ia melakukan ceramah di beberapa

majlis taklim di Jakarta dalam satu harinya. Tidak hanya itu selain

ceramah di Jakarta, ia juga ceramah diluar kota dan bahkan di luar negeri

seperti di Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Hongkong dan

Amerika.Aktivitas merupakan kegiatan yang biasa dikerjakan atau

dilakukan oleh manusia yang berkesinambungan. Sedangkan dakwah

adalah sarana untuk mengajak manusia kearah yang lebih baik. Maka

untuk memudahkan aktivitas dakwah tersebut, para pelaku dakwah baik

da’I maupun da’iyyah harus memahami terlebih dahulu apa yang

dimaksud dengan tujuan dakwah itu sendiri.

2. Mengaji, dakwah ini juga biasa ia lakukan dalam setiap minggunya.

Dengan mengadakan pengajian mingguan ibu-ibu di wilayah Jatiwaringin

Pondok Gede.

3. Musyawarah (diskusi), dakwah bentuk ini biasanya dilakukan oleh

ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dengan mengadakan pertemuan yang dihadiri

oleh ustadzah-ustadzah sekaligus tokoh agama untuk membahas suatu

permasalahan dan bertukar fikiran tentang agama Islam.

4. Halaqah, dakwah dalam bentuk seperti ini biasanya dilakukan oleh

ustadzah Hj. Ida Farida A. S. dengan memberikan pelajaran atau pengajian

kepada ibu-ibu majlis taklim yang membahas tentang aqidah, fiqih,

akhlak, pengetahuan umum dan sebagainya.

5. Usaha yang sudah dilakukan oleh ustadzah Hj. Ida Farida A. S. untuk

membangun dakwah Islam hingga saat ini adalah ia mempunyai anak asuh

atau anak didik yang sekarang bermukim di yayasan khusus yatim As-

Syafi’iyah Jatiwaringin, yang gunanya untuk memberi perhatian yang

lebih layak dengan diberi pendidikan dan keterampilan.

6. Sedangkan dakwah bil qalam yang sudah lakukan hingga saat ini adalah

menulis artikel atau paper yang di dalamnya berisikan ayat-ayat al-Qur’an

dan Hadist-hadist Nabi SAW. yang sesuai dengan dengan tema dakwah

yang ia sampaikan.

Untuk meraih kesuksesan ini beliau harus bekerja keras untuk

membangun dakwah Islam sedari kecil. Dan dengan bantuan dan dukungan

orangtuanya semasa hidup, ia masih bisa tetap eksis dalam bidang dakwah

hingga sekarang.

Dari sekian banyak uraian yang penulis sampaikan, maka penulis

menyimpulkan bahwa dakwah merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam

demi kemashlahatan dunia akhirat, kemudian usaha-usaha untuk memajukan

dan meningkatkan dakwah harus terus dilakukan agar aktivitas dakwah

ustadzah Hj. Ida Farida A. S. sampai kepada tujuannya (mad’u) secara efektif.

Disamping itu diperlukan sarana dakwah yang memadai agar masyarakat lebih

giat dalam merealisasikan dakwah Islam .

B. Saran-saran

1. Semoga aktivitas dakwah yang dilakukan ustadzah Hj. Ida Farida A. S.

hingga saat ini dapat ditingkatkan kembali sehingga dapat memotivasi

masyarakat, sekaligus da’I dan da’iyyah yang lain untuk memajukan

dakwah Islam baik di negeri sendiri atau di luar negeri.

2. Hendaknya ustadzah Hj. Ida Farida A. S. lebih melebarkan sayap lagi

untuk bekerjasama dengan lembaga-lembaga di Jakarta bahkan di seluruh

Indonesia yang berguna sebagai pedukung aktivitas dakwahnya.

3. Sebaiknya konsep-konsep atau program-program yang belum

dilaksanakan ustadzah Hj. Ida Farida A. S. agar secepatnya diwujudkan,

hal ini demi kemajuan dakwah yang ia bangun.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Depdiknas, 2000).

Arifin. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Study, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2000), Cet. Ke-5, h. 6.

Aziz, Jum’ah Amin Abdul. Fiqih Dakwah, (Solo, Era Intermedia : 2005), Cet, Ke-

1, h. 46.

Bachtiar, Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos

Wacana Ilmu, 1997), hal. 34.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), cet. ke-2, h. 39.

Departemen Agama RI. Proyek Penggandaan Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an

dan Tafsirnya, jilid XI, juz 29 (Jakarta : YPPA, 1995), h. 255.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, (Yogyakarta : Andy Offet, 1983), h. 49.

Hadist Arba’in Nawawi dan terjemahannya. Kutipan Hadist Ke-40, h. 60.

Hasyimi, Ahmad. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Jakarta : Bulan Bintang,

1994), cet. Ke-3. h. 167.

Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, hal : 27

Kafi, Jamaluddin. Psikologi Dakwah, Indah : Surabaya, 1993, h. 66-67.

M. Romli. Asep Syamsul. Jurnalistik Dakwah Visi Dan Misi Dakwah Bil Qalam,

Penerbit: Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 21.

Mahmud, Ali Abdul Halim.Fiqih Dakwah Muslimah, (Jakarta : RABBANI

PRESS, 2003), Cet, Ke-1, H. 421.

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta : Yayasan

Penyelenggaraan Penterjemah Penafsir Al-Qur’an, 1973), cet. ke-1, h. 127.

Maloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya,1999), Cet, Ke-10, h.3

Mansur, Musthafa. Teladan Di Medan Dakwah, (Solo : Era Intermedia, 2000), h. 42

Muhyiddin, Asep dan Syafi’I, Agus Ahmad. Metode Perkembangan Dakwah,

(Bandung : Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-1, h. 159.

Muhyiddin, Asep. Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Penerbit: Pustaka Setia,

Bandung, 2002. Cet-1.

Mutahhari, Murtadha. Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama,

(Bandung : CV Pustaka Setia, 2002), cet-1, hal 23.

Nastir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), Cet. Ke-

1, h. 63.

Quthub, Moh. Sayyid. Tafsir Fi Dzilal Al-Qur’an, h. 122.

Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi

Rahmat, Jalaluddin. Islam Aktual : Refleksi Sosial Cendikiawan Muslim,

(Bandung : Mizan, 1998), h. 172.

Soeltoe, Samuel. Psikologi Pendidikan II. (Jakarta : FEUI, 1982), h. 52.

Syahdar, Ghazali. Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung : Djembatan,1992), h. 227.

Syinata, Abdullah. Dakwah Islamiyah (DIRJEN Pembinaan Kelembagaan Agama

Islam, 1984), h. 4.

Syukir, Ahmad. Dasar-Dasar Strategi Dakwah, h. 165.

Umar, Toha Yahya. Islam dan Dakwah, (Jakarta : PT. aL-Mawardi Prima, 2004),

Cet, Ke-1, h. 157.

Umar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT. Wijaya, 1971), Cet. Ke-2, h. 1.

Yusuf, Yunan. Problematika Dakwah : Agenda dan Solusi, Jurnal Simbol Edisi

3-juli-1999, h. 67.

Jakarta, 18 Januari 2008

Nomor : Istimewa

Lampiran : 1 (satu) Berkas

Perihal : Permohonan Pengajuan Judul Skripsi

Kepada Yth Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Salam sejahtera teriring do’a semoga Bapak senantiasa dalam lindungan serta

maghfirah Allah SWT. Amin.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Agustin Intan

NIM : 104051001814

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam

Bermaksud mengajukan proposal skripsi dengan judul : “Aktivitas Dakwah

Ustadzah Hj. Ida Farida A. S Sebagai bahan pertimbangan, berikut ini saya

lampirkan :

1. Outline Skripsi

2. Proposal Skripsi 3. Daftar Pustaka Sementara

Demikianlah kiranya permohonan ini saya sampaikan. Atas segala perhatian

Bapak saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penasehat Akademik Pemohon

Drs. Suhaimi. M. Si Agustin Intan

Nip. 150270890 NIM. 104051001814

top related