acara 4
Post on 13-Dec-2015
230 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMMIKROBIOLOGI TERAPAN
PENENTUAN KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM SENYAWA ANTIBAKTERI
NAMA : WAHDANIATI RAHMAH
NIM : 08041181320037
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : DIAN FEBRIANTI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIJURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
LAPORAN AKHIR
ACARA 4
NAMA/NIM : Wahdaniati.R/08041181320037 KELOMPOK : V (Lima)
ASISTEN : Dian Febrianti HARI/TGL : Senin, 23-03-2015
I. Judul Praktikum : Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum Senyawa Antibakteri
II. Tujuan Praktikum : Praktikum ini bertujuan untuk menentukan nilai
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) beberapa
bahan antibakteri terhadap bakteri E. Coli dan
S. Aureus
III. Prinsip Dasar
Kemampuan suatu senyawa antibakteri dalam menghambat pertumbuhan
bakteri ditentukan oleh konsentrasi senyawa tersebut. Semakin tinggi konsentrasi
senyawa antibakteri, maka daya hambatnya semakin besar. Sebaliknya semakin
rendah konsentrasi senyawa antibakteri, maka daya hambatnya semakin
kecil. Penggunaan senyawa antibakteri seperti antibiotik umumnya
menggunakan dosis yang rendah tapi masih mempunyai daya antibakteri yang
besar (Munawar & Widjajanti, 2015: 7)
Penentuan Nilai KHM dan KBM menggunakan metoda dilusi (Bonang dan
Koeswardono, 1979). KHM adalah konsentrasi terkecil yang masih dapat
menghambat pertumbuhan mikroba uji sedangkan KBM merupakan konsentrasi
tertinggi yang mana mampu membunuh pertumbuhan mikroba uji. Suspensi
dibuat pada tabung sesuai konsentrasi tertentu dan diinkubasi selama 24 jam.
Suspensi kemudian diambil lalu ditumbuhkan pada medium MHA/SDA,
kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Diamati pertumbuhannya,
kemudian jumlah koloni dihitung dan ditentukan angka KHM dan
KBM nya (Adila et al, 2013: 2).
IV. Metode Praktikum
4.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah botol vial 15 buah
drigal sky 1 buah dan super mixer 1 buah. Sedangkan bahan yang dibutuhkan
adalah amoxilin, amphixilin, kultur E.coli dan S. Aureus, media Nutrient Agar
dalam cawan petri 3 buah dan Paper disk 15 buah.
4.2. Cara Kerja
Ditambahkan 13 mL NA pada 1 mL suspensi bakteri, dilakukan secara pour
plate dan ditunggu hingga padat. Kemudian cawan dibagi menjadi 6 bagian
berdasarkan jari- jari nya. Paper disk dicelupkan ke dalam amoxilin dan
amphicilin dengan konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1%.
Diinokulasi selama 48 jam pada suhu 37o C, Kemudian dihitung zona bening yang
terbentuk dan dibandingkan dengan kontrol (0%).
V. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pada
pengenceran 1 (konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%) memiliki nilai
konsentrasi hambat minimum yang lebih besar (Tabel 5.1). Sedangkan pada
pengenceran 2 (konsentrasi 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1%) memiliki nilai
konsentrasi hambat minimum yang lebih kecil (Tabel 5.2). Menurut
Munawar & Widjajanti (2015: 7), semakin tinggi konsentrasi senyawa
antibakteri, maka daya hambatnya semakin besar. Sebaliknya semakin rendah
konsentrasi senyawa antibakteri, maka daya hambatnya semakin kecil.
Tabel 5.1. Nilai KHM Pengenceran 1
No KonsentrasiLuas Amphixilin (dalam mm) Luas Amoxilin (dalam mm)
S.aureus E.coli S.aureus E.coli1 0 % - - - -2 2 % 1,5 2 3,5 33 4 % 2 3,5 3 44 6 % 1,5 3,5 3,5 3,55 8 % 1,5 3,5 3,5 3,56 10 % 0,5 3,5 2,5 3,5
Tabel 5.2. Nilai KHM Pengenceran 2
No KonsentrasiLuas Amphixilin (dalam mm) Luas Amoxilin (dalam mm)S.aureus E.coli S.aureus E.coli
1 0 % - - - -2 0,2 % 0,5 2,1 2,25 03 0,4 % 1 1,5 1,5 2,54 0,6 % 1 1,5 1,5 25 0,8 % 2,5 2,1 2,1 26 1 % 1 2,5 2,5 1
Tujuan dilakukannnya pengenceran 1 dan 2 adalah untuk mendapatkan
konsentrasi terendah yang masih mampu menunjukkan daya hambat yang besar
sehingga didapatkanlah konsentrasi hambat minimum. Menurut
Munawar & Widjajanti (2015: 7), penggunaan senyawa antibakteri seperti
antibiotik amoxilin dan amphicilin pada umumnya menggunakan dosis yang
rendah tapi masih mempunyai daya antibakteri yang besar.
Dalam proses daya hambatnya, Amphixilin lebih efektif digunakan untuk
menghambat pertumbuhan E.coli, sedangkan Amoxilin lebih efektif digunakan
untuk menghambat pertumbuhan S. Aureus. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
KHM yang didapat dari luas zona bening pada masing masing cawan. Perlakuan
yang sama (pemberian antibiotik amphixilin) pada kedua bakteri menunjukkan
daya hambat yang berbeda. Pemberian amphixilin pada E.coli menunjukkan luas
zona bening yang lebih besar dibandingkan pada S. Aureus (Gambar 5.1.)
sehingga dapat diindikasikan bahwa amphixilin lebih efektif digunakan untuk
menghambat pertumbuhan E.coli dari pada S. Aureus.
Amoxilin S. Aureus Amoxilin E.coli
Amphixilin E.Coli Amphixilin S. Aureus
Gambar 5.1. Luas zona bening yang dihasilkan antibiotik amoxilin dan amphixilin pada bakteri E.coli dan S. Aureus
Keterangan :1. Zona bening
2. Koloni bakteri
3. Paper disk
3
2
1
Konsentrasi terendah antibiotik amoxilin dan amphixilin yang masih
menunjukkan daya hambat pada pertumbuhan bakteri E.Coli dan S. Aureus
disebut sebagai konsentrasi hambat minimum (Minimum Inhibitory
Concentration). Menurut Munawar & Widjajanti (2015: 7), adapun faktor yang
mempengaruhi nilai KHM diantaranya bakteri uji yang digunakan, jenis bahan
kimia ataupun antibiotik yang digunakan, dan faktor lingkungan pada saat
penentuan KHM dilakukan.
Pengujian KHM dapat dilakukan menggunakan medium padat dengan
metode Kirby Bauwer (sensitifitas antibiotik terhadap bakteri) ataupun dengan
metode pengenceran menggunakan medium cair. Dalam praktikum kali ini
digunakan metode Kirby Bauwer untuk mengetahui antibiotik mana yang lebih
sensitif dan efektif untuk digunakan.
Antibiotik yang digunakan dalam praktikum ini adalah amoxilin dan
amphixilin. Amoxilin dan amphixilin merupakan salah satu antibiotik yang
sensitif terhadap beberapa jenis bakteri tertentu seperti E. Coli dan S. Aureus.
Karena sensitifitas dari Amoxilin dan amphixilin tersebut lah sehingga kedua
antibiotik tersebut digunakan.
V. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pengenceran 1 memiliki nilai konsentrasi hambat minimum yang lebih besar
dibandingkan dengan pengenceran 2.
2. Pengenceran 1 dan 2 adalah untuk mendapatkan konsentrasi terendah yang
masih mampu menunjukkan daya hambat yang besar serta digunakan sebagai
perbandingan.
3. Amphixilin lebih efektif digunakan untuk menghambat pertumbuhan E.coli.
4. Amoxilin lebih efektif digunakan untuk menghambat pertumbuhan S. Aureus.
5. Pemberian amphixilin pada E.coli menunjukkan luas zona bening yang lebih
besar dibandingkan pada S. Aureus
6.2. Saran
Seharusnya konsentrasi antibiotik yang digunakan tidak langsung dari
konsentrasi yang tinggi, melainkan dari konsentrasi yang paling rendah dulu agar
didapatkan Konsentrasi Hambat Minimum yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Adila, R, Agustien, A, dan Nurmiati. 2013. Uji Antimikroba Curcuma spp. Terhadap Pertumbuhan Candida albicans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli . Jurnal Biologi Universitas Andalas. 2 (1). 7. 1– 7 hlm
Hamdiyati, Y, Rahadian, I, dan Kusnadi. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Patikan Kebo (Euphorbia Hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Epidermidis . Jurnal Biologi UPI . 2 (1). 13. 1– 13 hlm
Munawar & Widjajanti, H.. 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Terapan. Inderalaya : Universitas Sriwijaya. Vi + 26 hlm.
top related