92208936 filariasis
Post on 19-Jan-2016
21 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
FILARIASIS (KAKI GAJAH)
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
infeksi cacing filaria
yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah
bening, Penyakit ini
bersifat menahan (kronis) dan bila tidak mendapatkan
pengobatan dapat menimbulkan
cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin
baik perempuan maupun
laki-laki
KRITERIA FILARIASIS
Filariasis mudah menular, kriteria penularan penyakit ini adalah
jika ditemukan mikro
filarial rate ≥ 1% pada sample darah penduduk di sekitar kasus
elephantiasis, atau adanya
2 atau lebih kasus elephantiasis di suatu wilayah pada jarak
terbang nyamuk yang
mempunyai riwayat menetap bersama/berdekatan pada suatu
wilayah selama lebih dari
satu tahun. Berdasarkan ketentuan WHO, jika ditemukan mikro
filarial rate ≥ 1% pada
satu wilayah maka daerah tersebut dinyatakan endemis dan
harus segera diberikan
pengeobatan secara masal selama 5 tahun berturut-turut.
Di indonesia filarialis telah tersebar luas hampir di semua
propinsi, berdasarkan laporan
dari daerah dan hasil survey pada tahun 2000 tercatat sebanyak
6500 kasus kronis di 1553
desa pada 231 kabupaten atau 26 propinsi. Pada tahun 2005
kasus kronis dilaporkan
sebanyak 10.237 orang yang tersebar di 373 kabupaten/kota di
33 propinsi
Penyakit ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Pada tanggal 8 April
2002 Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah
mencanangkan dimulainya eliminasi
penyakit Kaki Gajah di Indonesia dan telah menetapkan
eliminasi Kaki Gajah sebagai
salah satu program prioritas. Sebagai pedoman Pengendalian
Filariasis (Penyakit Kaki
Gajah) tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomer : 1582/
MENKES/SK/XI/2005 Tanggal 18 Nopember 2005.
CARA PENULARAN FILARIASIS
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi filariasis apabila orang
tersebut digigit nyamuk
yang sudah terinfeksi, yaitu nyamuk yang dalam tubuhnya
mengandung larva (L3).
Nyamuk sendiri mendapat mikro filarial karena menghisap
darah penderita atau dari
hewan yang mengandung mikrofolaria. Nyamuk sebagai vector
menghisap darah
penderita (mikrofilaremia) dan pada saat itu beberapa
microfilaria ikut terhisap bersama
darah dan masuk dalam lambung nyamuk. Dalam tubuh nyamuk
microfilaria tidak
berkembang biak tetapi hanya berubah bentuk dalam beberapa
hari dari larva 1 sampai
menjadi larva 3, karenanya diperlukan gigitan berulang kali
untuk terjadinya infeksi.
Didalam tubuh manusia larva 3 menuju sistem limfe dan
selanjutnya tumbuh menjadi
cacing dewasa jantan atau betina serta bekembang biak
PENYEBAB FILARIASIS
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial :
Wuchereria Bancrofti, Brugia
Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup
dalam tubuh manusia
terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. Cacing ini
dapat hidup dalam kelenjar
getah bening manusia selama 4 - 6 tahun dan dalam tubuh
manusia cacing dewasa betina
menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar
dalam darah terutama
malam hari.
Penyebarannya diseluruh Indoensia baik di pedesaan maupun
diperkotaan..Nyamuk
merupakan vektor filariasis Di Indonesia ada 23 spesies nyamuk
yang diketahui bertindak
sebagai vektor dari genus: mansonia, culex, anopheles, aedes
dan armigeres.
· W. bancrofti perkotaan vektornya culex quinquefasciatus
· W. bancrofti pedesaan: anopheles, aedes dan armigeres
· B. malayi : mansonia spp, an.barbirostris.
· B. timori : an. barbirostris.
Mikrofilaria mempunyai periodisitas tertentu tergantung dari
spesies dan tipenya.Di
Indonesia semuanya nokturna kecuali type non periodic Secara
umum daur hidup ketiga
spesies sama Tersebar luas di seluruh Indonesia sesuai dengan
keadaan lingkungan
habitatnya. ( Got, sawah, rawa, hutan )
CACING DEWASA ATAU MAKROFILARIA
Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di
dalam sisitem
limfe.
Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm
Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
Berkembang secara ovovivipar
MIKROFILARIA
Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya
puluhan ribu.
Mempunyai sarung. 200 – 600 X 8 um
Didalam tubuh nyamuk mikrofilaria yang diisap nyamuk akan
berkembang dalam otot
nyamuk.Setelah 3 hari menjadi larva L1, 6 hari menjadi larva
L2, 8-10 hari untuk brugia
atau 10 – 14 hari untuk wuchereria akan menjadi larva L3.
Larva L3 sangat aktif dan
merupakan larva infektif.ditularkan kepada manusia melalui
gigitan nyamuk (tetapi tidak
seperti malaria). Manusia merupakan hospes definitive Hampir
semua dapat tertular
terutama pendatang dari daerah non-endemik Beberapa hewan
dapat bertindak sebagai
hospes reservoir
Faktor yang mempengaruhi :
Lingkungan fisik :Iklim, Geografis, Air dan lainnnya,
Lingkungan biologik: lingkungan Hayati yang
mempengaruhi penularan;
hutan, reservoir, vector
lingkungan social – ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap
dan perilaku, adat
Istiadat, Kebiasaan dsb,
Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb
Penularan dapat terjadi apabila ada 5 unsur yaitu sumber penular
(manusia dan hewan),
Parasit , Vektor, Manusia yang rentan, Lingkungan (fisik,
biologik dan sosial-ekonomibudaya)
ELIMINASI FILARIA
bertujuan pemutusan rantai penularan dengan pengobatan
Massal (MDA) pada penduduk
yang beresiko (population at risk) thd Filariasis dan Disability
prevention and Control :
ditingkat masyarakat(CHBC) pada kasus : limfedema, hidrokel
dan Limfedema /
hidrokel dengan serangan akut serta ditingkat RS pada kasus :
Perbaikan / operasi
Hidrokel , limfedema skrotum
Filaria belum bisa tereliminasi karena :
1. Belum adanya kesamaan persepsi tentang kegiatan Eliminasi
Kaki Gajah
2. Kab/kota Eliminasi Kaki Gajah belum merupakan prioritas
3. Issue Eliminasi Kaki Gajah belum terangkat ke permukaan
sehingga belum
banyak diketahui
GEJALA DAN TANDA FILARIASIS
1. gejala dan tanda klinis akut :
Demam berulang ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang
bila istirahat dan
timbul lagi setelah bekerja berat
Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di
daerah lipatan paha,
ketiak (limfadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan
sakit yang menjalar
dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan
Abses filaria terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar
getah bening, dapat
pecah dan dapat mengeluarkan darah serta nanah
Pembesaran tungkai, lengan, buah dada dan alat kelamin
perempuan dan laki-laki
yang tampak kemerahan dan terasa panas.
2. Gejala dan tanda klinis kronis :
Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan,
skrotum, penis,
vulva vagina dan payudara, Infeksi Brugia dapat mengenai kaki
dan lengan
dibawah lutut / siku lutut dan siku masih normal
Hidrokel : Pelebaran kantung buah zakar yang berisi cairan
limfe, dapat sebagai
indikator endemisitas filariasis bancrofti
Kiluria : Kencing seperti susu kebocoran sel limfe di
ginjal, jarang
ditemukan
DIAGNOSIS FILARIASIS
1. Klinis - diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan gejala dan
tanda klinis akut ataupun
kronis
2. Laboratorium - Seseorang dinyatakan sebagai penderita
falariasis apabila di dalam
darahnya positif ditemukan mikrofilaria. Untuk uji laboratorium
sebaiknya gunakan
darah jari yang diambil pada malam hari (pukul 20.00 - 02.00)
PENGOBATAN
1. Pengobatan Masal
dilakukan di daerah endemis (mf rate > 1%) dengan
menggunakan obat Diethyl
Carbamazine Citrate (DEC) dikombilansikan dengan
Albendazole sekali setahun selama
5 tahun berturut-turut. Untuk mencegah reaksi pengobatan
seperti demam atau pusing
dapat diberikan Pracetamol.
Pengobatan massal diikuti oleh seluruh penduduk yang berusia 2
tahun ke atas, yang
ditunda selain usia ≤ 2 tahun, wanita hamil, ibu menyusui dan
mereka yang menderita
penyakit berat.
2. Pengobatan Selektif
Dilakukan kepada orang yang mengidap mikrofilaria serta
anggota keluarga yang tinggal
serumah dan berdekatan dengan penderita di daerah dengan
hasil survey mikrofilaria <
1% (non endemis)
3. Pengobatan Individual (penderita kronis)
Semua kasus klinis diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari
selama 10 hari sebagai
pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap
bagian organ tubuh yang
bengkak
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
1. Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk
2. Memberantas nyamuk serta sumber perindukan
3. Meminum obat anti penyakit gajah secara masal
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)
Dinamakan penyakit kaki gajah karena memang daerah yang
terkena akan membengkak seperti kaki gajah yang lazim disebut
Filariasis. Penyakit Kaki Gajah atau Filariasis adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan
melalui berbagai jenis nyamuk.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak
mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki. Penyakit ini cukup banyak
ditemukan di Indonesia.
Cara Penularan
Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah
seseorang yang telah tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi
dan mengandung larva dan akan ditularkan ke orang lain pada
saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghipas darah
orang tersebut.
Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat
ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex,
Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat
menular dengan sangat cepat.
Gejala klinis
Gejala Filariais Akut dapat berupa :
Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat
hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka)
didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak
kemerahan, panas dan sakit
Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas
dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal
lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan
kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan
nanah serta darah
Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang
terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early
lymphodema)
Gejala klinis yang kronis berupa pembesaran yang menetap
(elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar
(elephantiasis skroti).
Diagnosis
Bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan tanda-tanda dan
gejala klinis, diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah jari
yang dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat.
Seseorang dinyatakan sebagai penderita Filariasis, apabila dalam
darah ditemukan mikrofilaria.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular
Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang
merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun,
mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai
tempat perindukan nyamuk
Membersihkan semak-semak disekitar rumah. Sumber
Pengertian Filariasis
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular
menahun
yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk
Mansonia,
Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran
dan kelenjar
getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam
berulang,
peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Pada
stadium lanjut
dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan, payudara
dan alat kelamin.1
Filariasis telah dikenal di Indonesia sejak 1889.6 Filariasis
hingga saat
ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Walaupun
penyakit ini tidak mematikan namun dapat mengakibatkan
kecacatan sehingga
memberikan dampak yang cukup besar bagi penderita maupun
masyarakat,
antara lain menurunnya produktivitas penderita dan memberikan
beban sosial
bagi penderita, keluarga maupun masyarakat.2
B. Gejala Klinis
Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala klinis akut dan kronis.
Pada
dasarnya gejala klinis filariasis yang disebabkan oleh infeksi
Wucheria
bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori adalah sama, tetapi
gejala klinis
akut tampak lebih jelas dan lebih berat pada infeksi oleh B.
malayi dan B.
timori. infeksi W. bancrofti dapat menyebabkan kelainan pada
saluran kemih
dan alat kelamin, tetapi infeksi oleh B. malayi dan B. timori
tidak
menimbulkan kelainan pada saluran kemih dan alat kelamin. 5
1. Gejala Klinis Akut
Gejala klinis akut berupa limfadenitis, limfangitis,
adenolimfangitis yang
disertai demam, sakit kepala, rasa lemah dan dapat pula terjadi
abses.
Abses dapat pecah yang kemudian mengalami penyembuhan
dengan
menimbulkan parut, terutama di daerah lipat paha dan ketiak.
Parut lebih
sering terjadi pada infeksi B. malayi dan B. timori dibandingkan
dengan
infeksi W. brancofti, demikian juga dengan timbulnya
limfangitis dan
limfadenitis. Sebaliknya, pada infeksi W. brancofti sering terjadi
peradangan buah pelir, peradangan epididimis dan peradangan
funikulus
spermatikus.4
2. Gejala Klinis Kronis
a. Limfedema
Pada infeksi W. brancofti terjadi pembengkakan seluruh kaki,
seluruh
lengan, skrotum, penis, vulva, vagina, dan payudara, sedangkan
pada
infeksi Brugia, terjadi pembengkakan kaki di bawah lutut,
lengan di
bawah siku dimana siku dan lutut masih normal. 5
b. Lymph Scrotum
Adalah pelebaran saluran limfe superfisial pada kulit scrotum,
kadangkadang
pada kulit penis, sehingga saluran limfe tersebut mudah pecah
dan cairan limfe mengalir keluar dan membasahi pakaian.
Ditemukan
juga lepuh (vesicles) besar dan kecil pada kulit, yang dapat
pecah dan
membasahi pakaian, hal ini mempunyai risiko tinggi terjadinya
infeksi
ulang oleh bakteri dan jamur, serangan akut berulang dan dapat
berkembang menjadi limfedema skrotum. Ukuran skrotum dapat
kadang-kadang normal kadang-kadang membesar. 3
c. Kiluria
Kiluria adalah kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan
pembuluh
darah di ginjal (pelvis renal) oleh cacing filaria dewasa spesies
W.
brancofti, sehingga cairan limfe dan darah masuk ke dalam
saluran
kemih. 4
Gejala yang timbul adalah:
1) Air kencing seperti susu, karena air kencing banyak
mengandung
lemak dan kadang-kadang disertai darah (haematuria).
2) Sukar kencing
3) Kelelahan tubuh
4) Kehilangan berat badan.
d. Hidrokel
Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena
terkumpulnya cairan limfe di dalam tunica vaginalis testis.
Hidrokel
dapat terjadi pada satu atau dua kantung buah pelir, dengan
gambaran
klinis dan epidemiologis sebagai berikut: 5
1) Ukuran skrotum kadang-kadang normal tetapi kadang-kadang
sangat besar sekali, sehingga penis tertarik dan tersembunyi .
2) Kulit pada skrotum normal, lunak dan halus.
3) Akumulasi cairan limfe disertai dengan komplikasi, yaitu
Chyle
(Chylocele), darah (haematocele) atau nanah (pyocele). Uji
transiluminasi dapat digunakan untuk membedakan hidrokel
dengan komplikasi dan hidrokel tanpa komplikasi. Uji
transiluminasi ini dapat dikerjakan oleh dokter Puskesmas yang
sudah dilatih.
4) Hidrokel banyak ditemukan di daerah endemis W. bancrofti
dan
dapat digunakan sebagai indikator adanya infeksi W. bancrofti.
C. Penentuan Stadium Limfedema
Limfedema terbagi dalam 7 stadium (tabel 2.1) menggambarkan
akan
tanda hilang tidaknya bengkak, ada tidaknya lipatan kulit, ada
tidaknya nodul
(benjolan), mossy foot (gambaran seperti lumut) serta adanya
hambatan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Penentuan stadium ini
penting bagi
petugas kesehatan untuk memberikan perawatan dan penyuluhan
yang tepat
kepada penderita. 4
Penentuan stadium limfedema mengikuti kriteria sebagai berikut
: 4
1. Penentuan stadium limfedema terpisah antara anggota tubuh
bagian kiri
dan kanan, lengan dan tungkai.
2. Penentuan stadium limfedema lengan (atas, bawah) atau
tungkai (atas,
bawah) dalam satu sisi, dibuat dalam satu stadium limfedema.
3. Penentuan stadium limfedema berpihak pada tanda stadium
yang terberat.
4. Penentuan stadium limfedema dibuat 30 hari setelah serangan
akut
sembuh.
5. Penentuan stadium limfedema dibuat sebelum dan sesudah
pengobatan
dan penatalaksanaan kasus.
Tabel 2.1 Stadium Limfedema/tanda kejadian bengkak, lipatan
dan
benjolan pada penderita kronis filariasis.
Gejala Stadium
1
Stadium
2
Stadium
3
Stadium
4
Stadium
5
Stadium
6
Stadium
7
1. Bengkak
di kaki
Menghilang
waktu
bangun
tidur pagi
Menetap Menetap MenetapMenetap,
meluas
Menetap
meluas
Menetap,
meluas
2. Lipatan
di kulit
Tidak
ada
Tidak
ada
Dangkal Dangkal Dalam
kadang
dangkal
Dangkal,
dalam
Dangkal,
dalam
3. Nodul Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
ada Kadang
kadang
Kadang
kadang
Kadang
kadang
4. Mossy
lesions
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Ada Kadang
kadang
5. Hambat
an berat
Tidak tidak Tidak tidak Tidak Tidak ya
*) Gambaran seperti lumut
Sumber : Pedoman Penatalaksanaan Kasus Klinis Filariasis,
Depkes RI 2006.
C. Diagnosis
Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria
dalam
darah tepi, kiluria, eksudat,varises limpe dan cairan limpe dan
cairan hidrokel,
atau ditemukannya cacing dewasa pada biopsi kelenjar limfe
atau pada
penyinaran didapatkan cacing yang sedang mengadakan
kalsifikasi.
Sebagai diagnosis pembantu, pemeriksaan darah menunjukkan
adanya
eosinofili antara 5-15%. Juga tes intradermal dan tes fiksasi
komplemen dapat
membantu menegakkan diagnosis.5
D. Patogenesis
Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi oleh faktor
kerentanan
individu terhadap parasit, seringnya mendapat tusukan nyamuk,
banyaknya
larva infektif yang masuk ke dalam tubuh dan adanya infeksi
sekunder oleh
bakteri atau jamur. Secara umum perkembangan klinis filariasis
dapat dibagi
menjadi fase dini dan fase lanjut. Pada fase dini timbul gejala
klinis akut
karena infeksi cacing dewasa bersama-sama dengan infeksi oleh
bakteri dan
jamur. Pada fase lanjut terjadi kerusakan saluran limfe kecil
yang terdapat di
kulit. Pada dasarnya perkembangan klinis filariasis tersebut
disebabkan karena
cacing filaria dewasa yang tinggal dalam saluran limfe
menimbulkan
pelebaran (dilatasi) saluran limfe dan penyumbatan (obstruksi),
sehingga
terjadi gangguan fungsi sistem limfatik :5
1. Penimbunan cairan limfe menyebabkan aliran limfe menjadi
lambat dan
tekanan hidrostatiknya meningkat, sehingga cairan limfe masuk
ke
jaringan menimbulkan edema jaringan. Adanya edema jaringan
akan
meningkatkan kerentanan kulit terhadap infeksi bakteri dan
jamur yang
masuk melalui luka-luka kecil maupun besar. Keadaan ini dapat
menimbulkan peradangan akut (acute attack).
2. Terganggunya pengangkutan bakteri dari kulit atau jaringan
melalui
saluran limfe ke kelenjar limfe. Akibatnya bakteri tidak dapat
dihancurkan
(fagositosis) oleh sel Reticulo Endothelial System (RES), bahkan
mudah
berkembang biak dapat menimbulkan peradangan akut (acute
attack).
3. Kelenjar limfe tidak dapat menyaring bakteri yang masuk
dalam kulit.
Sehingga bakteri mudah berkembang biak yang dapat
menimbulkan
peradangan akut (acute attack).
4. Infeksi bakteri berulang menyebabkan serangan akut berulang
(recurrent
acute attack) sehingga menimbulkan berbagai gejala klinis
sebagai berikut:
a. Gejala peradangan lokal, berupa peradangan oleh cacing
dewasa
bersama-sama dengan bakteri, yaitu :
a. Limfangitis, peradangan di saluran limfe.
b. Limfadenitis, peradangan di kelenjar limfe
c. Adeno limfangitis, peradangan saluran dan kelenjar limfe.
d. Abses
e. Peradangan oleh spesies W. bancrofti di daerah genital (alat
kelamin) dapat menimbulkan epididimitis, funikulitis dan
orkitis.
b. Gejala peradangan umum, berupa; demam, sakit kepala, sakit
otot, rasa
lemah dan lain-lainnya.
5. Kerusakan sistem limfatik, termasuk kerusakan saluran limfe
kecil yang
ada di kulit, menyebabkan menurunnya kemampuan untuk
mengalirkan
cairan limfe dari kulit dan jaringan ke kelenjar limfe sehingga
dapat terjadi
limfedema.
6. Pada penderita limfedema, adanya serangan akut berulang
oleh bakteri atau
jamur akan menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit,
hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan peningkatan pembentukan
jaringan
ikat (fibrouse tissue formation) sehingga terjadi peningkatan
stadium
limfedema, dimana pembengkakan yang semula terjadi hilang
timbul
(pitting) akan menjadi pembengkakan menetap (non pitting).
F. Rantai Penularan Filariasis
Penularan filariasis dapat terjadi bila ada tiga unsur, yaitu 4
1. Sumber penularan, yakni manusia atau hospes reservoir yang
mengandung
mikrofilaria dalam darahnya.
2. Vektor, yakni nyamuk yang dapat menularkan filariasis.
3. Manusia yang rentan terhadap filariasis.
Seseorang dapat tertular filariasis, apabila orang tersebut
mendapat
gigitan nyamuk infektif, yaitu nyamuk yang mengandung larva
infektif (larva
stadium 3 = L3). Pada saat nyamuk infektif menggiggit manusia,
maka larva
L3 akan keluar dari probosis dan tinggal di kulit sekitar lubang
tusukan
nyamuk. Pada saat nyamuk menarik probosisnya, larva L3 akan
masuk
melalui luka bekas gigitan nyamuk dan bergerak menuju ke
sistem limfe.
Berbeda dengan penularan pada malaria dan demam berdarah,
seseorang dapat
terinfeksi filariasis, apabila orang tersebut mendapat gigitan
nyamuk infektif
ribuan kali, sedangkan pada penularan malaria dan demam
berdarah seseorang
akan sakit dengan sekali gigitan nyamuk yang infektif . 4
Di samping sulit terjadinya penularan dari nyamuk ke manusia,
sebenarnya kemampuan nyamuk untuk mendapatkan
mikrofilaria saat
menghisap darah yang mengandung mikrofilaria juga sangat
terbatas, nyamuk
yang menghisap mikrofilaria terlalu banyak dapat mengalami
kematian, tetapi
jika mikrofilaria yang terhisap terlalu sedikit dapat memperkecil
jumlah
mikrofilaria stadium larva L3 yang akan ditularkan.
Kepadatan vektor, suhu dan kelembaban sangat berpengaruh
terhadap
penularan filariasis. Suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap
umur
nyamuk, sehingga mikrofilaria yang telah ada dalam tubuh
nyamuk tidak
cukup waktunya untuk tumbuh menjadi larva infektif L3 (masa
inkubasi
ekstrinsik dari parasit). Masa inkubasi ekstrinsik untuk W.
bancrofti antara 10-
14 hari, sedangkan B. malayi dan B. timori antara 8-10 hari.
Periodisitas
mikrofilaria dan perilaku menggigit nyamuk berpengaruh
terhadap risiko
penularan. Mikrofilaria yang bersifat periodik nokturna
(mikrofilaria hanya
terdapat di dalam darah tepi pada waktu malam) memiliki vektor
yang aktif
mencari darah pada waktu malam, sehingga penularan juga
terjadi pada
malam hari. Di daerah dengan mikrofilaria sub periodik
nokturna dan non
periodik, penularan terjadi siang dan malam hari. Khusus untuk
B. malayi tipe
sub periodik dan non periodik nyamuk Mansonia menggigit
manusia atau
kucing, kera yang mengandung mikrofilaria dalam darah tepi,
maka
mikrofilaria masuk kedalam lambung nyamuk menjadi larva
infektif
top related