62883129-pondasi-dangkal
Post on 02-Jan-2016
64 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PONDASI DANGKAL
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke
tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential
settlement pada sistem strukturnya.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu
cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan
untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.
Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:
1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
3. Keadaan daerah sekitar lokasi
4. Waktu dan biaya pekerjaan
5. Kokoh, kaku dan kuat
Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi,
berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka
air tanah mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak
terendam air meskipun jenis tanah sama.
Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai
kuat dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang
akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat
akan dibangunnya bangunan tersebut.
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan
dengan benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian
sekitarnya.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni :
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan
PONDASI DANGKAL
PONDASI
Sebuah bangunan tidak dapat begitu saja didirikan langsung diatas tanah, untuk itu
diperlukan adanya struktur bangunan bawah yang disebut PONDASI, jadi pondasi
adalah bangunan sub struktur dibawah tanah yang berfungsi sebagai:
1. mendukung seluruh berat dari bangunan .
2. meneruskan beban yang didukung ke tanah dibawahnya.
3. menstabilkan beban.
Untuk membuat pondasi maka diperlukan adanya pekerjaan gakian tanah, hal ini
dilakukan karena pada umumnya lapisan tanah dipermukaan setebal +/- 50 cm adalah
lapisan tanah humus yang sangat labil dan tidak mempunyai daya dukung yang baik,
oleh karena itu pada dasar pondasi tidak boleh diletakkan lapisan tanah humus ini.
Untuk menjaga kstabilan pondasi dan memperoleh daya dukung tanah yang besar, dasar
pondasi harus diletakkan lebih dari 50 cm didalam permukaan tanah sampai mencapai
lapisan yang keras. Lebar galian tanah pondasi dibuat secukupnya asal bisa untuk
memasang pondasi, karena tanah yang sudah terusik akan berubah sifat maupun
kekuatannya.
Prinsip kerja dari pondasi adalah seperti ujung pensil, kalau ujungnya lancip ditekan
pada telapak tangan akan terasa sakit, dan lebih mudah masuk kudalam daging, sedang
jika ujungnya tumpul akan terjadi sebaliknya. Pada pondasi hal demikian juga berlaku,
jika lebar dasar pondasi lebarnya kecil maka daya dukung pondasi nya kecil sehingga
bangunan lebih mudah ambles, sebaliknya jika dasar pondasi mempunyai lebar yang
besar maka daya dukungnya juga besar sehingga bangunan tidak medah ambles
didalamnya. Sehingga makin berat bangunan yang didukung makin besar daya dukng
tanah yang diperlukan sehingga lebar dasar pondasi juga makin besar.
Beberapa syarat untuk pekerjaan pondasi yang harus diperhatikan. Fungsional : mampu
mendukung dan menyalurkan dengan baik beban2 diatasnya Struktural : tidak ambles
dan tidak berubah bentuk.
Untuk memenuhi syarat tersebut perlu diperhatikan beberapa hal dalam pekerjaan
pondasi:
1. dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan harus diletakkan pada lapisan
tanah yang keras.
2. harus dihindarkan memasang pondasi sebagian pada tanah keras, sebagian pada tanah
lembek.
3. pondasi harus dipasng menerus di bawah seluruh dinding bangunan dan dibawah
kolom2 pendukung yang berdiri bebas.
4. apabila digunakan pondasi setempat, pondasi2 itu harus dirangkai satu dengan balok
pengikat (balok sloof).
5. pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada didalam tanah dan kuat menahan
gaya2 yang bekerja padanya terutama gaya desak.
6. apabila lapisan tanah keras tidak sama dalamnya, tapi untuk seluruh panjang pondasi
harus diletakkan pada kedalaman yang sama.
Dilihat dari sistim penyaluran ada tiga jenis pondasi:
1. pondasi setempat ; penyaluran beban dengan sistem titik.
2. pondasi memanjang : penyaluran beban dengan sistem garis/beban merata.
3. pondasi bidang : penyaluran beban dengan sistem bidang.
Macam pondasi
a. pondasi umpak;
umumnya dipakai pada bangunan sederhana yang terbuat dari rangka kayu dengan
dinding dari papan. Pondasi umapak dapat dibuat dari bahan2 sebagai berikut
a. pasangan bata yang disususn bertingkat.
b. Pasangan batu kali.
c. Cor beton tidak bertulang.
d. Batu alam yang dibentuk menjadi umpak.
e. pondasi menerus.
Pondasi menerus atau juga disebut pondasi langsung banyak dipakai pada bangunan
tidak bertingkat, untuk seluruh panjang pondasi jenis ini mempunyai ukuran yang sama
dan terletak pada kedalaman yang sama, oleh karena itu untuk membuatnya diperlukan
galian tanah kemudian dipasang profil2 untuk memperoleh bentuk yang diinginkan.
Pondai menerus harus dipasang diseluruh tembok penyekat ruangan dan dibawah
kolom2 pendukung yang berdiri bebas. Apabila pada tembok penyekat terdapat lobang
untuk pintu/jendela dibawahnya tetap diberi pondasi.
Untuk mendukung beban yang lebih besar, bahan pondasi yang dapat dipakai dan
banyak dipakai adalah pasangan batu kali, batu kali ini akan menjadi satu kesatuan yang
erat dan kuat dengan adukan perekat dari campuran 1 kpr : 1 Pc : 2
Psr , atau 1 Pc : 5 Psr. Sebelum pasangan batu kali, bagian bawahnya diberi urug pasir
setebal 20 cm dan batu kosongan 1 lapis, setelah pasangan batu kali dipasang kemudian
lobang sisa kanan kirinya diurug.
c. pondasi setempat
sering dijumpai pada bangunan yang mempunyai kedalaman tanah keras lebih dari 1,5
m, sehingga pondasi menerus sangat mahal dan tidak efisien lagi, untuk kondisi ini
dapat dipakai pondasi yang dibuat dibawah kolom2 sehingga pondasi uatamanya adalah
yang mendukung kolom2 ini.
Pada pondasi setempat masih perlu adanya pondasi menerus, tapi fungsinya tidak
mendukung beban, melainkan untuk tumpuan mencor balok sloof, ukuran dan bentuk
lebih kecil dari pondasi setempat dan kedalamannya tidak perlu sam dengan pondasi
setempat.
PEMILIHAN PONDASI
Pemilihan pondasi perlu mempertimbangkan
A Faktor tanah
1. struktur tanah (macam tanah)
2. kekuatan tanah.(σt)
3. kedalaman ( t ) yang dipilih
4. letak permukaan air tanah. B. Faktor beban.
1. Jumlah lantai.
2. tinggi bangunan.
3. besarnya/panjang bentang.
Penentuan macam pondasi dan model pondasi terutama didasarkan pada kemudahan
pengerjaan dan efisiensi, letak daya dukung tanah merupakan faktor utama umtuk
menentukan macam dan model. Dibawah ini adalah tabel model pondasi yang dipilih
sesuai dengan kedalaman daya dukung tanah
1. Pondasi Langsung (STAHL) :
Pondasi langsung (Stahl) dipakai pada kondisi tanah : “ baik “, Yaitu dengan
kekerasan tanah atau sigma tanah = 2 Kg / Cm2 , dengan kedalaman tanah keras
lebih kurang = 1,50 Cm, kondisi air tanah cukup dalam. Bahan material yang
dipergunakan untuk pondasi jenis ini biasanya dipakai : batu kali, batu gunung,
atau beton tumbuk, sedangkan bahan pengikatnya digunakan semen dan pasir
sebagai bahan pengisi. Pada umumnya bentuk pondasi batu kali dibuat
trapesium dengan lebar bagian atas paling sedikit 25 cm. Dibuat selebar 25 cm,
karena bila disamakan dengan lebar dinding dikhawatirkan dalam pelaksanaan
pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat mempengaruhi kedudukan
dinding pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak sesuai lagi
dengan fungsinya. Sedangkan untuk lebar bagian bawah trapesium tergantung
perhitungan dari beban di atasnya, tetapi pada umumnya dapat dibuat sekitar 70
– 80 cm. Batu kali yang dipasang hendaknya sudah dibelah dahulu besarnya
kurang lebih 25 cm, ini dengan tujuan agar tukang batu mudah mengatur dalam
pemasangannya, di samping kalau mengangkat batu tukangnya tidak merasa
berat, sehingga bentuk pasangan menjadi rapi dan kokoh.Pada dasar konstruksi
pondasi batu kali diawali dengan lapisan pasir setebal 5 – 10 cm guna
meratakan tanah dasar, kemudiandipasang batu dengan kedudukan berdiri
(pasangan batu kosong)
2. Apakah Pondasi Cakar Ayam itu? Untuk pekerjaan pondasi bangunan dikenal
beberapa jenis podasi, seperti pondasi umpat/setempat, pondasi dangkal, pondasi
sumuran , pondasi tiang pancang. Untukn menentukan tipe pondasi harus
mempertimbangkan letak kedalaman tanah keras di site yang akan dibangun. Perletakan
dasar pondasi pada tanah keras, bukanlah persyaratan yang mutlak, karena masih
bergantung pada beban bangunan yang harus dipikul oleh pondasi.
Misalnya, bila tanah keras terletak sangat dalam dan tanah permukaan tidak memiliki
daya dukung tinggi, tapi karena tekanan bangunan ke tanah dasar kecil, maka cukup
dipakai pondasi dangkal dan tidak diperlukan pondasi pile.
Pondasi sistem cakar ayam termasuk pondasi dangkal, karena kedalaman dasar pondasi
kurang dari 3 meter, sangat kecil dibanding dengan lebar pondasinya. Pemakaian jenis
pondasi ini umumnya menggantung pada lapisan tanah permukaan.
Berdasarkan bentuknya yang melebar itu, maka pondasi ini termasuk tipe pondasi rakit
(raft foundation). Karena pelat cakar ayam yang tipis (sekitar 10-20 cm) maka pondasi
ini termasuk tipe pondasi yang fleksibel, sehingga cara perancangan berbeda dengan
pondasi rakit lainnya yang biasanya pelat pondasinya lebih kaku.
Struktur Pondasi Cakar Ayam)
Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis yang didukung
oleh buis-buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan disatukan secara monolit
dengan plat beton pada jarak 200-250 cm. Tebal pelat beton berkisar antara 10-20 cm,
sedang pipa-buis beton bertulang berdiameter 120 cm, tebal 8 cm dan panjang berkisar
150-250 cm. Buis-buis beton ini gunanya untuk pengaku pelat. Dalam mendukung
beban bangunan, pelat buis beton dan tanah yang terkurung di dalam pondasi
bekerjasama, sehingga menciptakan suatu siatem komposit yang di dalam cara
bekerjanya secara keseluruhan akan identik dengan pondasi rakit (ralft foundatin).
Mekanisme sistem podasi cakar alam dalam memikul beban dari hasil pengamatan
adalah sebagai berikut:
Bila diatas pelat bekerja beban titik, maka beban tersebut membuat pelat melendut.
Lendutan ini menyebabkan buis-buis cakar ayam berotasi. Hasil pengamatan pada
model menunjukkan riotasi cakar terbesar adalah pada cakar yang terletak di dekat
beban.
Rotasi cakar memobilisasi tekanan tanah lateral di belakang cakar-ayam dan merupakan
momen yang melawan lendutan pelat. Dengan demikian, cara mengurangi lendutan
pelat, semakin besar momen lawan cakar untuk melawan lendutan maka semakin besar
reduksi lendutan.
Momen lawan cakar dipengaruhi oleh dimensi cakar dan kondisi kepadatan (kuat geser)
tanah disekitar cakar,yaitu semakin panjang (dan juga lebar) cakar, maka semakin besar
momen lawan terhadap lendutan pelat yang dapat diperoleh.
Kondisi Yang Cocok Untuk Sistem Cakar Ayam i
Berdasar riset terungkap bahwa sistem Cakar Ayam sangat cocok pada kondisi beban-
beban berat yang bekerja pada jangka pendek (Short-term loading). Bila dipakai untuk
mendukung beban statis/permanen yang bekerja pada waktu lama (long term loading),
maka tekanan pondasi pada tanah dasar yang lunak harus diperhitungkan terhadap
penurunannya, terutama penurunan konsolidasi.
Untuk beban jangka pendek, seperti roda pesawat atau beban roda kendaraan berat,
dimana Sistem Cakar Ayam terletak pada tanah asli atau pada tanah urugan yang tidak
banyak mengakibatkan penurunan pondasi (yang umumnya tanah lunak) di bawahnya,
maka setelah unloading (kendaraan/beban lewat, momen lawan oleh tekanan tanal
lateral di sekitar Cakar Ayam akan mengembalikan posisi pelat ke kedudukannya
semula.
Jika Sistem Cakar Ayam digunakan untuk mendukung beban statis dan permanen yang
relatif berat, fungsi Cakar dalam mereduksi lendutan pelat menjadi berkurang. Karena
jika cakar secara permanen berotasi, maka akan menyebabkan tanah di sekitar cakar
mengalami konsolidasi primer, yang menyebabkan pelat melendut secara bertahap
sesuai dengan berjalannya waktu. Kecuali itu, lendutan pelat dan rotasi cakar juga
dipengaruhi oleh konsolidasi sekunder (crep) yang juga akan menyebabkan efek yang
sama.
Bila Sistem Cakar Ayam diletakkan di atas tanah urugan dan buis-buis Cakar Ayam
hanya menggantung saja pada badan urugan, maka oleh karena urugan tersebut, maka
tanah pondasi mengalami penurunan konsolidasi. Hal ini disebabkan Sistem Cakar
Ayam akan mengikuti penurunan tanah di bawahnya. Karena itu, bila menerapkan
Sistem Cakar Ayam di atas urugan yang tinggi, seyogyanya sebelum tanah dasar diurug
(di mana Sistem Cakar Ayam bertumpu) maka harus dilakukan perbaikan tanah dahulu.
Misalnyadengan preloading dan pemasangan drainase vertikal atau dengan metode lain.
Bagian yang dilakukan perbaikan tanah ini, hanya pada bahian tertentu dari jalan raya
yang terletak pada timbunan yang tinggi dan terletak di atas tanah lunak. Dengan
demikian, pemakaian pondasi cakar ayam tidak harus menyeluruh di bagian jalan yang
akan dibangun jalan raya.
Jika aplikasi pondasi Cakar Ayam pada bangunan gedung, harus diperhitungkan
tekanan pondasi ke tanah dasar, agar tidak menimbulkan penurunan yang berlebihan,
terutama penurunan pondasi ke tanah dasar, agar tidak menimbulkan penurunan yang
berlebihan, terutama penurunan yang tidak seragam (differential settlement). Karena
sifatnya yang flexible, maka hubungan kolom pelat Cakar Ayam umumnya dengan
pengaku, untuk mereduksi penurunan yang tidak seragam itu.
Hal ini sudah dilakukan sejak penggunaan Pondasi Cakar Ayam contohnya pada
Gedung Kantor Cipta Karya Surabaya, seperti yang dilaporkan oleh Cakar Ayam
Construction System and Application on Foundation for Structures and pavements oleh
Ir. Rianto P.Hadmodjo. Di bagian pinggir, pondasi diberi pagar betis berupa pagar cakar
ayam yang lebih panjang daripada cakar sebelah dalam, yang berguna mengurangi
deformasi lateral tanah (dan bangunan) sekecil mungkin. Penurunan yang berlebihan
pada bangunan dengan pondasi Cakar Ayam mungkin akibat analisa penurunan
(penurunan konsolidasi umumnya) yang kurang akurat.
Kondisi Yang Cocok Untuk Sistem Cakar Ayam.
Berdasar riset terungkap bahwa sistem Cakar Ayam sangat cocok pada kondisi beban-
beban berat yang bekerja pada jangka pendek (Short-term loading). Bila dipakai untuk
mendukung beban statis/permanen yang bekerja pada waktu lama (long term loading),
maka tekanan pondasi pada tanah dasar yang lunak harus diperhitungkan terhadap
penurunannya, terutama penurunan konsolidasi.
Untuk beban jangka pendek, seperti roda pesawat atau beban roda kendaraan berat,
dimana Sistem Cakar Ayam terletak pada tanah asli atau pada tanah urugan yang tidak
banyak mengakibatkan penurunan pondasi (yang umumnya tanah lunak) di bawahnya,
maka setelah unloading (kendaraan/beban lewat, momen lawan oleh tekanan tanal
lateral di sekitar Cakar Ayam akan mengembalikan posisi pelat ke kedudukannya
semula.
Jika Sistem Cakar Ayam digunakan untuk mendukung beban statis dan permanen yang
relatif berat, fungsi Cakar dalam mereduksi lendutan pelat menjadi berkurang. Karena
jika cakar secara permanen berotasi, maka akan menyebabkan tanah di sekitar cakar
mengalami konsolidasi primer, yang menyebabkan pelat melendut secara bertahap
sesuai dengan berjalannya waktu. Kecuali itu, lendutan pelat dan rotasi cakar juga
dipengaruhi oleh konsolidasi sekunder (crep) yang juga akan menyebabkan efek yang
sama.
Bila Sistem Cakar Ayam diletakkan di atas tanah urugan dan buis-buis Cakar Ayam
hanya menggantung saja pada badan urugan, maka oleh karena urugan tersebut, maka
tanah pondasi mengalami penurunan konsolidasi. Hal ini disebabkan Sistem Cakar
Ayam akan mengikuti penurunan tanah di bawahnya. Karena itu, bila menerapkan
Sistem Cakar Ayam di atas urugan yang tinggi, seyogyanya sebelum tanah dasar diurug
(di mana Sistem Cakar Ayam bertumpu) maka harus dilakukan perbaikan tanah dahulu.
Misalnyadengan preloading dan pemasangan drainase vertikal atau dengan metode lain.
Bagian yang dilakukan perbaikan tanah ini, hanya pada bahian tertentu dari jalan raya
yang terletak pada timbunan yang tinggi dan terletak di atas tanah lunak. Dengan
demikian, pemakaian pondasi cakar ayam tidak harus menyeluruh di bagian jalan yang
akan dibangun jalan raya.
Jika aplikasi pondasi Cakar Ayam pada bangunan gedung, harus diperhitungkan
tekanan pondasi ke tanah dasar, agar tidak menimbulkan penurunan yang berlebihan,
terutama penurunan pondasi ke tanah dasar, agar tidak menimbulkan penurunan yang
berlebihan, terutama penurunan yang tidak seragam (differential settlement). Karena
sifatnya yang flexible, maka hubungan kolom pelat Cakar Ayam umumnya dengan
pengaku, untuk mereduksi penurunan yang tidak seragam itu.
3. PONDASI SARANG LABA-LABA
Salah satu solusi alternatif untuk menjawab permasalahan tersebut adalah ditemukan
sistem pondasi sarang laba-laba.Sistem ini ditemukan oleh Ir Ryantori dan Ir Sutjipto
tahun 1976 dengan hak paten no 7191,mulai diterapkan di proyek tahun 1978,sampai
saat ini telah digunakan pada 1000 lebih bangunan.
Pondasi sistem kontruksi sarang laba-laba merupakan pondasi bawah konvensional
yang kokoh dan ekonomis,dimana sistem ini adalah kombinasi antara siatem pondasi
plat beton pipih menerus dengan sistem perbaikan tanah,kombinasi ini berakibat adanya
kerjasama timbal balik saling menguntungkan
Sistem pondasi ini memiliki kekakuan(rigidity) jauh lebih tinggi/baik dan bersifat
monolit bila dibandingkan dengan sistem pondasi dangkal lainnya.Karena plat
konstruksi pada sarang laba-laba dapat bekerja dengan baik terhadap beban-beban
vertikal kolom, bila ditinjau dari perbandingan penurunan dan pola keruntuhan.Rib juga
berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya yang bekerja pada kolom.dimana
pasir,tanah sebagai pengisi dipadatkan dan berfungsi untuk menjepit rib-rib konstruksi
terhadap lipatan dan puntir.Dengan memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi
sebagai struktur dengan komposisi sekitar 85% tanah dan 15 %beton,maka sistem ini
dari segi biaya lebih murah dari sistem pondasi lainnya.Oleh karena itu pondasi sistem
konstruksi sarang laba-laba akan menjadi suatu sistem struktur bawah yang sangat kaku
dan kokoh serta aman terhadap penurunan dan gempa.
Sistem ini dalam pelaksanaannya memerlukan waktu relatif singkat serta tidak
memerlukan keahlian tinggi dan pengembanganya dapat dilaksanakan dengan
precast/pracetak.Fungsi konstruksi sarang laba-laba sangat cocok untuk pondasi
bangunan bertingkat dua sampai sepuluh lantai,gedung kelas satu,container
yard/terminal peti kemas,menara transmisi tegangan tinggi,menara/tugu,kolam
renang,tangki-tangki minyak,jalan kelas satu,konstruksi landasan pesawat
udara/runway,apron dan pondasi open storage.
ALTERNATIF PEMILIHAN PONDASI
I. Perencanaan Pondasi
Dalam menentukan perencanaan pondasi suatu bangunan ada 2 hal yang harus
diperhatikan pada tanah bagian bawah pondasi :
Daya dukung tanah yang diizinkan.
Besarnya penurunan pondasi
2 Faktor diatas menentukan stabilitas bangunan yang berdiri. Tegangan akibat
adanya bangunan diatas harus mampu dipikul oleh lapisan tanah dibawah
pondasi dan harus aman dari keruntuhan. Dalam hitungan daya dukung
umumnya digunakan faktor aman 3 (sf 3). Besarnya penurunan pondasi
bangunan tidak boleh melebihi batas toleransi. khususnya penurunan yang tidak
seragam (defferential settlement) harus tidak mengakibatkan kerusakan pada
struktur. Pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukup untuk
menanggulangi resiko erosi permukaan, kembang susut tanah dan gangguan
permukaan lainnya.
II. Rumus Daya Dukung Tanah
Banyak rumus yang dapat dipakai untuk mendisain Pondasi. Pilihan yang
dipakai sangat tergantung dari kebiasaan seseorang dalam perencanaan pondasi
dan data-data tanah yang tersedia.Kami hanya akan membatasi pada rumus
pondasi dangkal dan pondasi dalam tunggal. Kedua jenis pondasi ini sering
ditemui di lapangan.
Peck dkk membedakan pondasi dalam dan pondasi dangkal dari nilai
kedalaman (Df/B):
Df/B > 4 : Pondasi dalam
Df/B ≤ 1 : Pondasi Dangkal
Dimana
Df : Nilai Kedalaman Pondasi
B : Lebar Pondasi
1. Menentukan daya dukung pondasi Dangkal
Daya dukung ultimit (ultimit bearing capacity/qult) didefinisikan sebagai
beban maksimum per satuan luas dimana tanah masih dapat mendukung
beban tanpa mengalami keruntuhan.
- Rumus Terzaghi
(Bila memakai data pengujian Laboratorium)
qult = C.Nc + γb.Nq.Df + 0,5.γb.B.Nγ
dimana :
qult = Daya Dukung Ultimit Pondasi
C = Cohesi Tanah
γb = Berat Volume Tanah
Df = Kedalaman Dasar Pondasi
B = Lebar Pondasi dianggap 1,00 meter
Nc, Nq, Nγ = Faktor daya dukung Terzaghi ditentukan oleh besar sudut
geser dalam
Setelah kita mendapatkan nilai daya dukung Ultimit Tanah (qult) ,
Langkah selanjutnya menghitung daya dukung ijin Tanah yaitu :
q = qult / Sf
dimana :
q = Daya Dukung ijin Tanah
qult = Daya Dukung Tanah Ultimit
Sf = Faktor Keamanan biasanya nilainya diambil 3
Tabel. 2.1.1 Nilai Faktor Daya Dukung Terzaghi
Ф Nc Nq Nγ Nc' Nq' Nγ'
0 5,7 1,0 0,0 5,7 1 0
5 7,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0,2
10 9,6 2,7 1,2 8 1,9 0,5
15 12,9 4,4 2,5 9,7 2,7 0,9
20 17,7 7,4 5,0 11,8 3,9 1,7
25 25,1 12,7 9,7 14,8 5,6 3,2
30 37,2 22,5 19,7 19 8,3 5,7
34 52,6 36,5 35,0 23,7 11,7 9
35 57,8 41,4 42,4 25,2 12,6 10,1
40 95,7 81,3 100,4 34,9 20,5 18,8
45 172,3 173,3 297,5 51,2 35,1 37,7
48 258,3 287,9 780,1 66,8 50,5 60,4
50 347,6 415,1 1153,2 81,3 65,6 87,1
- Rumus Meyerhof
Bila memakai data pengujian Sondir
qult = qc. B. (1 + D/B). 1/40
Dimana :
qult = Daya Dukung Ultimit Tanah
qC = Nilai Conus
B = Lebar Pondasi (dianggap 1 meter)
D= Kedalaman Dasar Pondasi
Setelah kita mendapatkan nilai daya dukung Ultimit Tanah (qult) ,
Langkah selanjutnya menghitung daya dukung ijin tanah yaitu :
q = qult / Sf
dimana :
q = Daya Dukung ijin tanah
qult = Daya Dukung Tanah Ultimit
Sf = Faktor Keamanan biasanya nilainya diambil 3
Daya dukung ijin tanah dapat juga dihitung langsung dengan cara :
q = qc/40 (untuk besaran B sembarang)
dimana :
q = Daya Dukung ijin tanah
qc = Nilai Konus
2. Menentukan daya dukung pondasi Dalam
Daya dukung pondasi dalam merupakan penggabungan dua kekuatan daya
dukung, yaitu daya dukung ujung (qe) dan daya dukung lekatan (qs)
B. Rumus Daya Dukung ujung tiang
P = qc. A. + JHF. O
3 5
dimana :
P = Daya Dukung Tiang
qc = Nilai Konus
A = Luas Penampang Tiang
JHF = Nilai Hambatan Lekat per pias
O = Keliling Tiang
3 & 5 = Koefisien Keamanan
B. Rumus Daya Dukung ujung tiang metode LCPC, 1991
qe = qc. Kc. Ap
dimana :
qe = Daya Dukung ujung tiang
qc = Nilai Konus
Kc = Faktor Nilai Konus (lihat tabel 2.2.1)
Ap = Luas penampang ujung tiang
a. Rumus Daya Dukung lekatan (qs)
qs = .JHp. As
dimana :
qs = Daya Dukung lekatan
JHP = Nilai Hambatan Pelekat (dari uji Sondir)
As = Selimut tiang
b. Rumus Daya Dukung Batas dan Daya dukung ijin
qult = qe +.qs
Dimana :
qult = Daya Dukung Tanah Ultimit
qe = Daya Dukung Ujung Tiang
qs = Daya Dukung Lekatan
Setelah kita mendapatkan nilai daya dukung Ultimit Tanah (qult) ,
Langkah selanjutnya menghitung daya dukung ijin tanah yaitu :
q = qult / Sf
dimana :
q = Daya Dukung ijin tanah
Sf = Faktor Keamanan biasanya nilainya diambil 3
Tabel 2.2.1. Nilai Kc (Titi dan Abu Farsakh 1991)
Jenis Tanah Faktor qonus Ujung Tiang
Drilling Pile Driven Pile
Clays dan Silts 0,375 0,600
Sands dan Gravels 0,15 0,375
Chalk 0,200 0,400
top related