2saponin
Post on 12-Jan-2016
20 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tumbuhan Kenikir
Kenikir (Cosmos caudatus) adalah tumbuhan tahunan yang berumur
pendek, bersifat herbal, dan aromatik. Tumbuhan ini berasal dari daerah tropis di
Amerika Tengah dan hampir sebagian besar daerah yang beriklim tropis. Daun
muda yang mentah biasanya digunakan sebagai lalapan yang dipadukan dengan
cabai dan kelapa serta digunakan dalam masakan sebagai kerabu. Kenikir juga
digunakan sebagai makanan pembuka karena rasa dan aromanya yang khas (Shui,
2005).
Gambar 2.1. Cosmos caudatus (Blanco, 2009).
2.2. Klasifikasi Tumbuhan Kenikir
Klasifikasi tumbuhan kenikir adalah sebagai berikut (Judd et al., 1999;
Simpson, 2006)
Kerajaan : Plantae
6
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... AFIF FATHUR RAHMAN
7
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Asteraceae
Genus : Cosmos
Spesies : Cosmos caudatus
2.3. Deskripsi Tumbuhan Kenikir
Kenikir termasuk keluarga Asteraceae. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan
herbal semusim dengan tinggi antara 0,5 - 1,5 m. Batang tegak, beralur, dan
mempunyai banyak percabangan serta berwarna hijau terang keunguan. Daunnya
lembut dan tajam. Ketika malam hari, biasanya daun melipat untuk menutup
kuncup terminal. Daun majemuk berbentuk lanset dengan ujung yang meruncing
dan berwarna hijau dengan tepi daun bergerigi. Bunga dari tumbuhan ini
ditemukan soliter atau berkumpul dalam kelompok (majemuk) pada satu tangkai.
Bunga majemuk mempunyai tangkai bunga berbentuk seperti cawan berwarna
kuning. Setiap di bagian bawah bunga terdapat daun pembalut berwarna hijau
berbentuk seperti lonceng. Buahnya keras, berbentuk jarum, dan ujungnya
berambut. Biji keras, kecil, berbentuk jarum dengan panjang ± 1 cm serta
berwarna hitam (Hassan, 2006).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... AFIF FATHUR RAHMAN
8
2.4. Kandungan Kimia Tumbuhan Kenikir
Beberapa kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan kenikir antara
lain flavonoid dan polifenol. Tes fitokimia pendahuluan melalui screening juga
menyebutkan bahwa pada daun kenikir mengandung terpenoid (minyak atsiri
alkaloid, dan saponin (Harbone, 1998; Liliwirianis, 2011).
Kandungan flavonoid dan fenol pada 100 mg daun kenikir menurut Batari
(2007) berturut-turut sebesar 52,18 mg dan 152,01 sedangkan daun kadar saponin
menurut Balitnak Ciawi sebesar 2,2% BK. Minyak atsiri dalam daun kenikir
menurut Lee dan Vairappan (2011) diketahui sejumlah 0,08% dalam bentuk segar
(Siagian, 2012).
Tabel 2.1. Substansi fitokimia pada kenikir. Keterangan: St (stem=batang), Lf (leaf=daun);
Substansi: + =ada, - = tidak ada) (Liliwirianis, 2011).
2.4.1. Flavonoid
Daun kenikir mengandung flavonoid. Terdapat 52,18 mg pada setiap 100
gram daun kenikir segar. Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan serta memiliki
efek yang menguntungkan dalam pencegahan penyakit degeneratif. Flavonoid
juga meningkatkan efektivitas vitamin C yang berguna dalam pembentukan
kolagen. Pada penelitian sebelumnya telah ditemukan bahwa kandungan flavonoid
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... AFIF FATHUR RAHMAN
9
dari daun kenikir meningkat secara substansial pada saat dipanaskan hingga
mendidih (Moriyama et al., 2001; Tabak et al., 2001; Weisburger et al., 2001;
Makris dan Rossiter, 2002; Ebrahimzadeh et al., 2010; Preedy, 2010; Balitnak Cit.
Siagian, 2012).
Flavonoid mempunyai kerangka karbon yang terdiri dari 15 atom karbon
dengan dua cincin benzena (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga
membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis
strktur, yakni, 1,3-diarilpropan atau flavonoid, 1,2-diarilpropan atau isoflavonoid,
dan 1,1-diarilpropan atau neoflavonoid (Waji dan Sugrani, 2009).
Gambar 2.2. Struktur flavonoid (A) Flavonoid, (B) Isoflavonoid, (C) Neoflavonoid (Waji
dan Sugrani., 2009)
2.4.2. Alkaloid
Alkaloid didapat dari sebagian besar tanaman berbunga (magnoliopsida).
Alkaloid merupakan salah satu komponen aktif lain dalam daun kenikir yang
mempunyai sifat racun yang mempengaruhi aktivitas fisiologi secara luas.
Kebanyakan alkaloid yang sudah diisolasi dari tanaman berupa padatan kristal
dengan titik lebur tertentu. Beberapa alkaloid berbentuk amorf dan sebagian yang
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... AFIF FATHUR RAHMAN
10
lain berbentuk liquid. Sebagian besar alkaloid tidak berwarna tetapi ada juga yang
berupa senyawa kompleks aromatis (Pranata, 1997).
Kebanyakan alkaloid bersifat basa yang dikarenakan oleh adanya
pasangan elektron pada nitrogen di dalamnya. Jika gugus fungsional yang
berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron seperti gugus alkil,
maka ketersediaan elektron pada nitrogen meningkat dan senyawa bersifat basa.
Di sisi lain, jika gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron
misalnya gugus karbonil, maka ketersediaan elektron berpasangan berkurang dan
pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral bahkan sedikit asam
(Pranata, 1997).
2.4.2.1. Polifenol
Terdapat 152,01 mg/ml senyawa fenol dalam 100 mg daun kenikir.
Polifenol atau metabolitnya memodulasi ekspresi gen, sinyal sel, peradangan,
fungsi antioksidan, detoksifikasi, dan fungsi kekebalan tubuh. Polifenol
mengandung sejumlah kelas senyawa antara lain hydroxycinnamic dan asam
hidroksibenzoat, flavonol, flavan-3-OLS, flavon, flavanones, anthocyanin, fenolik
aldehida, stilbenes, tanin yang terhidrolisis, dan proanthocyanidins (Arts, 2005;
Naczk, 2006; Shahidi, 2011; Balitnak Cit. Siagian, 2012).
2.4.2.2. Saponin
Saponin adalah senyawa kimia dan merupakan salah satu metabolit
sekunder yang banyak ditemukan serta kadarnya bervariasi dalam berbagai jenis
tumbuhan. Terdapat 2% BK saponin dalam daun kenikir. Saponin adalah
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... AFIF FATHUR RAHMAN
11
kelompok glikosida amphipathic yang bisa memuculkan ciri khas seperti sabun
berbusa ketika dilarutkan dalam air (Hostettmann dan Marston, 1995; Batari cit.
Siagian, 2012).
Saponin bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol secara nyata dengan
menurunkan tingkat absorbsi kolesterol dan meningkatkan ekskresinya melalui
empedu sehingga secara langsung dapat mengurangi kolesterol yang masuk dalam
tubuh tetapi di sisi lain dapat memacu terjadinya lisis pada membran sel darah
merah (Francis et al., 2002; Winarsi, 2010).
2.4.2.3. Minyak Atsiri (Terpenoid)
Minyak atsiri merupakan campuran senyawa organik yang biasanya terdiri
lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan dan bukan termasuk
senyawa murni. Dalam daun kenikir segar, terdapat 0,08% kandungan minyak
atsiri. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya
mengandung gabungan karbon dan hidrogen atau gabungan antara karbon,
hidrogen, dan oksigen yang tidak bersifat aromatik yang secara umum disebut
terpenoid. Minyak astri termasuk bahan yang mudah menguap sehingga mudah
dipisahkan dari bahan-bahan lain yang terdapat dalam tumbuhan (Lenny, 2006;
Siagian, 2012).
2.5. Fibroblas
Fibroblas merupakan sel utama jaringan ikat yang terletak pada lamina
propria mukosa rongga mulut termasuk gingiva. Fibroblas berperan dalam
regenerasi. Fibroblas adalah sel yang mensintesis matriks ekstraseluler, kolagen,
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... AFIF FATHUR RAHMAN
12
dan kerangka struktural (stroma) jaringan, serta berperan penting dalam
penyembuhan luka. Sel ini biasanya tersebar sepanjang berkas serat kolagen dan
terlihat dalam sediaan sebagai sel fusiform dengan ujung-ujung yang meruncing.
Fibroblas memilki sitoplasma eosinofilik yang bercabang yang mengelilingi
nukleus, berbentuk lonjong dengan satu atau dua nukleolus dengan gumpalan
kromatin yang halus dan berdekatan dengan inti. Sepasang sentriol dan sebuah
kompleks Golgi terdapat pula di dekat inti. Mitokondria fibroblas berbentuk
langsing panjang terutama ditemukan dalam sitoplasma perinukleus. Fibroblas
sanggup bergerak melalui kolagen in vitro dan melalui matriks ekstrasel in vivo
dengan kecepatan 1µm/min dengan mempertahankan bentuk bipolarnya (Fawcett,
2002).
Gambar 2.3 Fibroblas pada Penyembuhan Luka. Keterangan: 1. Sitoplasma, 2. Sabut
Kolagen (Aughey and Frye, 2001)
Ada kemungkinan bahwa sel fibroblas dalam jaringan ikat juga berkontak
satu sama lain. Fibroblas yang melakukan pembelahan jarang ditemukan dalam
jaringan ikat sebagai respon cedera tetapi lebih aktif berproliferasi dan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... AFIF FATHUR RAHMAN
13
mensintesis komponen matriks. Pada luka yang mulai sembuh, ukuran fibroblas
lebih besar dan basofilik. Fibroblas yang berlebih dalam tubuh akan ditimbun
dalam bentuk sel adiposa yang dalam keadaan fisiologi tertentu akan
bertransformasi menjadi osteoblas (Fawcett, 2002).
Viabilitas sel fibroblas sebelum dan sesudah terpapar sitotoksin yang
dinyatakan dalam bentuk persentase kematian sel merupakan parameter yang
dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode uji sitotoksisitas, sehingga
efek sitotoksik suatu bahan dapat diketahui. Dalam suatu uji sitotoksisitas dengan
menggunakan sel fibroblas, dapat digunakan kultur fibroblas yang berasal dari
fibroblas ginjal bayi hamster (BHK-21) yang mana telah diteliti mempunyai
struktur jaringan yang mirip jaringan pada rongga mulut manusia (Dewi, 2007)
2.6. Uji Sitotoksisitas
Uji sitotoksisitas adalah suatu uji in vitro yang didasarkan pada gagasan
sitotoksisitas dasar yakni bahan kimia beracun dapat mempengaruhi fungsi dasar
sel yang yang umum untuk semua sel dan bisa diukur dengan menilai kerusakan
sel. Pengembangan dalam uji sitotoksisitas in vitro didorong oleh kebutuhan
untuk mengevaluasi potensi toksisitas sejumlah besar senyawa secara cepat, dan
memungkinkan membatasi hewan percobaan dan untuk meminimalisir peralatan
yang dibutuhkan. Manfaat uji sitotoksisitas secara in vitro antara lain untuk
menghilangkan senyawa yang berpotensi racun pada pembuatan obat (Davilla et
al., 1990; Barile et al., 1994; Todd et al., 1999).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... AFIF FATHUR RAHMAN
14
2.6.1. Prinsip Asssay
Ada 3 parameter dasar yang digunakan dalam uji sitotoksisitas
(Davilla et al., 1990; Barile et al., 1994; Todd et al., 1999):
1. Uji pengukuran aktivitas metabolik selular.
Sebuah indikasi awal kerusakan sel adalah pengurangan aktivitas
metabolik. Tes dengan parameter ini dapat mengukur fungsi metabolisme
seluler tingkat ATP atau aktivitas mitokondria melalui metabolisme.
2. Pengukuran integritas membran.
Membran sel membentuk fungsional penghalang di sekitar sel dan lalu
lintas ke dalam dan ke luar sel diatur secara ketat oleh pengangkut, reseptor
dan jalur sekresi. Ketika sel rusak, membran sel akan bocor dan ini merupakan
kakarakteristik dasar parameter ini. Selaput integritas ditentukan dengan
mengukur laktat dehirogenase (LDH) dalam media ekstraseluler. Enzim ini
biasanya berada dalam sitosol, dan tidak dapat diukur secara ekstrasel kecuali
kerusakan sel telah terjadi.
3. Uji ukuran langsung dari jumlah sel.
Karena sel-sel mati biasanya melepaskan diri dari culture plate, dan
hanyut dalam medium, jumlah sel dapat diukur dengan menghitung sel secara
langsung, atau dengan pengukuran protein total sel atau DNA, yang sebanding
dengan jumlah sel.
2.7. MTT-Assay
Uji MTT-assay adalah tes kolorimetri (pewarnaan) untuk mengukur aktivitas
enzim yang mengurangi pewarna MTT sehingga menjadi warna ungu (formazan).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... AFIF FATHUR RAHMAN
15
Uji ini memungkinkan untuk menilai kelangsungan hidup dan proliferasi sel
melalui penghitungan sel. MTT-assay dapat digunakan untuk menentukan
sitotoksisitas agen obat dan bahan beracun, karena agen-agen akan merangsang
atau menghambat kelangsungan hidup sel dan pertumbuhan. Penggunaan metode
MTT dipengaruhi oleh keadaan fisiologis sel dan perbedaan aktivitas enzim
dehidrogenase mitokondria dalam tipe sel yang berbeda (Loosdrecht, 1994;
Pamilih, 2009).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... AFIF FATHUR RAHMAN
top related