document22
Post on 05-Dec-2014
48 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN DI KELAS II
SMP TERBUKA KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN
MAGELANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
WISMONO SARI HIDAYAT
1124000023
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2005
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 11 Agustus 2005
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Achmad Munib, S.H, M.Si. Drs. Kunaryo Hadikusumo, MPd.
NIP. 130371112 NIP. 130259808
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Drs. Haryanto
NIP. 131404301
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 11 Agustus 2005
Panitia Ujian :
Ketua Sekretaris
Drs. Siswanto, M.M. Dra. Nurrusa’adah M.Si.
NIP. 130515769 NIP. 131469642
Anggota Penguji :
Pembimbing I Penguji I
Drs.Achmad Munib, S.H, M.Si. Drs. Sukirman, M.Si.
NIP. 130371112 NIP. 131570066
Pembimbing II Penguji II
Drs.Kunaryo Hadikusumo, M.Pd. Drs. Achmad Munib, SH. M.Si.
NIP. 130259808 NIP. 130371112
Penguji III
Drs. Kunaryo Hadikusumo, M.Pd.
NIP. 130259808
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Seorang humanis sejati adalah orang yang dalam usahanya untuk berdiri
menemukan tempat berpijak bagi orang lain, yang dalam mencapai upaya cita-citanya
membantu orang lain dalam mencapai cita-cita mereka sendiri” (Confucius)
“Orang tua adalah hakim yang paling adil, tempat mengadu yang paling memahami,
serta matahari kasih yang kehangatan sinarnya terasa sampai ruang terdalam dari
setiap langkah perjuangan kita” (Karl Marx)
PERSEMBAHAN :
Bapak dan Ibu yang menginginkan anak-anaknya menjadi seorang sarjana
Kakak, adik serta keponakan tercinta
Anita Sari beserta keluarga
TP 2000 dan Lithium
Almamater
v
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini merupakan hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 2 Agustus 2005
Wismono Sari Hidayat
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi guna
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan berbagai hambatan, namun
berkat bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak dapat terwujud. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dr. Ari Tri Soegito, SH., M.M., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah di UNNES.
2. Drs. Siswanto, M.M., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang yang telah memberi izin dan rekomendasi, sehingga penelitian (skripsi)
ini dapat dilaksanakan.
3. Drs. Haryanto, Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberi kepercayaan kepada penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Drs. Achmad Munib, S.H, M.Si., dosen pembimbing I yang telah memberikan
kritik, saran dan masukan penting untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Drs. Kunaryo Hadikusumo, M.Pd., dosen pembimbing II yang juga telah
memberikan kritik, saran dan masukan penting terhadap skripsi ini.
vii
6. Kepala Sekolah SMP Terbuka yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk
melakukan penelitian pada sekolah yang dipimpinnya.
7. Ita Rahmawati, S.Pd., guru pamong SMP Terbuka Kecamatan Tempuran yang
telah banyak membantu peneliti dalam memberikan informasi tentang
pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan di SMP Terbuka Kecamatan
Tempuran Kabupaten Magelang.
8. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam penulisan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal
kebaikan dan mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, 2 Agustus 2005
Penulis
viii
SARI
Hidayat, Wismono Sari. 2005. Keefektifan Pembelajaran Keterampilan di SMP
Terbuka Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang”. Skripsi jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. FIP. UNNES. Pembimbing I. Drs.
Achmad Munib, S.H., M.Si., Pembimbing II. Drs. Kunaryo Hadikusumo,
M.Pd.
Wajib belajar adalah salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan
pemerataan pendidikan bagi masyarakat dengan tetap mempertahankan mutu dan
hasil pendidikan yang akan diperoleh peserta didik. Untuk menanggulangi
keterbatasan Sekolah Menengah Pertama dalam menampung siswa lulusan Sekolah
Dasar yang sedemikian banyak, pemerintah membuat sebuah terobosan yaitu dengan
mendirikan SMP Terbuka yang hanya diperuntukkan bagi siswa yang memiliki
permasalahan tertentu. SMP Terbuka adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang
dirancang khusus untuk melayani para siswa pada usia 13-15 tahun yang tidak dapat
mengikuti pelajaran seperti biasa pada SMP reguler setempat, karena alasan ekonomi,
transportasi, kondisi geografis, atau kendala waktu untuk membantu orang tua dalam
bekerja. Bekal kemampuan keterampilan pra-vokasional yang bermanfaat bagi
tamatan SMP Terbuka yang tidak melanjutkan pelajaran ke jenjang sekolah
menengah diharapkan mereka akan lebih siap untuk memasuki dunia kerja atau terjun
ke masyarakat. Permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah
seberapa tingkat keefektifan pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka Kecamatan
Tempuran.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tingkat keefektifan
pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka Kecamatan Tempuran Kabupaten
Magelang. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMP Terbuka
Kecamatan Tempuran yang berjumlah 30 siswa yaitu terdiri atas 26 siswa perempuan
dan 4 siswa laki-laki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara nyata kemampuan siswa SMP
Terbuka Tempuran dalam matapelajaran keterampilan telah mencapai standar
kompetensi, yang ditunjukkan dari hasil uji t-test sebesar 2,079 dengan probabilitas
0,047 < 0,05. Rata-rata kemampuan siswa mencapai 2,4802 dan apabila
dibandingkan dengan skor tertinggi 3, maka penguasaan siswa pada keterampilan tata
busana mencapai 83%. Tingginya penguasaan keterampilan ini menunjukkan bahwa
pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan di SMP Terbuka telah efektif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran
keterampilan yang dilaksanakan di SMP Terbuka Kecamatan Tempuran Kabupaten
Magelang efektif dapat diterima oleh siswa, sehingga siswa mampu untuk
menghasilkan produk berupa jahitan yang diproduksi pada saat pelaksanaan praktik
keterampilan.
Setelah dilakukannya penelitian di SMP Terbuka Tempuran tentang
pembelajaran keterampilan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
ix
1. Perlu adanya peningkatan proses pembelajaran dengan cara mencari strategi
pembelajaran baru dalam proses pembelajaran agar memperoleh hasil yang
lebih optimal dalam pembelajaran keterampilan.
2. Perlu adanya penambahan jam pelajaran pada materi praktik keterampilan,
karena dengan penambahan jam pelajaran siswa akan lebih menguasai alat
dan menambah kecakapan siswa dalam berkreasi serta akan lebih
meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
x
DAFTAR ISI
Halaman
Bagian Awal Skripsi
Halaman Judul ............................................................................................................. i
Persetujuan Pembimbing ............................................................................................. ii
Pengesahan................................................................................................................ iii
Pernyataan................................................................................................................. iv
Motto dan Persembahan............................................................................................ v
Kata Pengantar .......................................................................................................... vi
Sari ............................................................................................................................ viii
Daftar Isi ................................................................................................................... ix
Daftar Lampiran........................................................................................................ xii
Daftar bagan, gambar, dan tabel ............................................................................... xiii
Bagian Pokok Skripsi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Permasalahan.......................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 8
E. Penegasan Istilah .................................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................... 11
A. Hakikat Pembelajaran ............................................................................ 11
1. Pengertian Belajar ............................................................................... 11
2. Pengertian Mengajar ........................................................................... 12
B. Pengertian Pembelajaran ........................................................................ 14
xi
C. Tujuan Pembelajaran.............................................................................. 16
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar............................................ 18
E. Pendidikan Keterampilan ....................................................................... 23
1. Keterampilan Dalam Pembelajaran .................................................... 23
2. Cara Penilaian ..................................................................................... 25
3. Standar Kompetensi Pembelajaran Keterampilan............................... 27
4. Tujuan dan Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan........... 28
5. Kriteria Perintisan ............................................................................... 33
6. Perintisan Pelaksanaan dan Jenis Pembelajaran Keterampilan Pra-
vokasional ............................................................................................ 34
F. Pendidikan Keterampilan Untuk Menjalani Kehidupan (Skills Education
for Life) ................................................................................................... 36
G. Kerangka Berpikir .................................................................................. 45
H. Hipotesis................................................................................................. 47
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 48
A. Rancangan/Desain Penelitian.................................................................. 48
B. Populasi Penelitian.................................................................................. 49
C. Variabel Penelitian.................................................................................. 50
D. Metode Pengumpulan Data..................................................................... 51
E. Analisis Data........................................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................... 55
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 55
1.Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka Tempuran .................... 55
2. Keefektifan Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka Tempuran 62
B. Pembahasan............................................................................................. 74
xii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 77
A. Simpulan ................................................................................................. 77
B. Saran ....................................................................................................... 78
Bagian Akhir Skripsi
Daftar Pustaka........................................................................................................... 79
Lampiran ................................................................................................................... 81
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................................... 78
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ............................. 79
Lampiran 3 Angket Observasi ............................................................................... 80
Lampiran 4 Transkrip Hasil Observasi ................................................................... 90
Lampiran 5 Uji Ketuntasan Pembelajaran Siswa................................................... 96
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian....................................................................... 106
xiv
DAFTAR
BAGAN, GAMBAR DAN TABEL
Halaman
Daftar Bagan
Bagan 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar............................................... 22
Bagan 2. Posisi Pengembangan Life Skills dalam Pengembangan School Based
Management, Community Based Education and Broad Based Education 39
Bagan 3. Tahap-tahap Pengembangan Life Skills .................................................... 40
Daftar Gambar
Gambar 1. Diagram Pie Persentase Ketuntasan Siswa pada Matapelajaran
Keterampilan........................................................................................... 69
Daftar Tabel
Tabel 1. Kriteria Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Keterampilan ............... 60
Tabel 2.Deskriptif Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Pola ............................... 60
Tabel 3. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Membuat Pola ............... 62
Tabel 4. Deskriptif Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Pola ............................. 63
Tabel 5. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Memotong Pola............. 63
Tabel 6. Deskriptif Kemampuan Siswa Dalam Mengoperasikan Alat .................... 64
Tabel 7. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa Dalam Mengoperasikan Alat .. 65
Tabel 8. Deskriptif Kemampuan Siswa dalam Menjahit ......................................... 66
Tabel 9. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Menjahit ........................ 66
Tabel 10. Deskriptif Kemampuan Siswa dalam Mengobras.................................... 67
Tabel 11. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Mengobras .................. 67
xv
Tabel 12. Deskriptif Kemampuan Siswa pada Matapelajaran Keterampilan .......... 68
Tabel 13. Hasil uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Matapelajaran
Keterampilan........................................................................................... 68
Tabel 14. Rata-rata Kemampuan Siswa dalam Setiap Komponen........................... 70
Tabel 15.Hasil Uji Anova......................................................................................... 70
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia pada
umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan
sepanjang sejarah manusia, sebab pendidikan sendiri adalah perbuatan kodrati
bagi manusia.
Sekolah adalah salah satu tempat untuk memperoleh pendidikan, dengan
beragam pengetahuan baru yang diberikan oleh pendidik. Namun ironisnya dari
masa ke masa pendidikan di Indonesia tidak menghasilkan lulusan yang dapat
diandalkan sesuai dengan kebutuhan pada masa sekarang, bahkan pendidikan
dapat dikatakan sebagai penghasil para pengangguran.
Untuk meningkatkan pendidikan masyarakat yang sedemikian rendah dan
tertinggal, pemerintah telah merintis program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun,
yakni 6 tahun di SD dan ditambah 3 tahun di SMP. Wajib belajar adalah salah
satu cara pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan masyarakat
dengan tetap mempertahankan mutu dan hasil pendidikan yang akan diperoleh
peserta didik. Untuk menanggulangi keterbatasan Sekolah Menengah Pertama
dalam menampung siswa lulusan Sekolah Dasar yang sedemikian banyak,
pemerintah membuat sebuah terobosan yaitu dengan mendirikan SMP Terbuka
yang hanya diperuntukkan bagi siswa yang memiliki permasalahan tertentu.
xvii
Membantu pekerjaan orang tua adalah alasan yang menjadi persoalan
pada saat sekarang ini untuk tidak bersekolah, aktivitas tersebut mendapat
dukungan dari orang tua mereka dalam keluarga karena terbatasnya penghasilan
orang tua untuk membiayai anak bersekolah dan sebaliknya anak dituntut untuk
dapat menambah penghasilan dalam keluarga, sebenarnya hal tersebut dapat
dilakukan tanpa mengabaikan makna pendidikan.
Di Indonesia banyak anak mulai bekerja pada usia yang masih sangat
muda, yaitu pada usia enam tahun atau tujuh tahun dengan alasan untuk
membantu meringankan beban orang tua (Depdiknas, 2002:34).
SMP Terbuka adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang dirancang
khusus untuk melayani para siswa pada usia 13-15 tahun yang tidak dapat
mengikuti pelajaran seperti biasa pada SMP reguler, karena alasan ekonomi,
transportasi, kondisi geografis, atau kendala waktu untuk membantu orang tua
bekerja, jenis pekerjaan dalam membantu orang tua yang mereka lakukan pada
umumnya sesuai dengan kadar kemampuan menurut perkembangan mereka
masing-masing di antaranya adalah membantu orang tua berkebun, bekerja di
sawah, ladang, warung, menjajakan koran, menyemir sepatu, yang hasilnya
mereka gunakan untuk menambah keuangan keluarga atau ditabung sendiri.
Berbagai ragam kendala tersebut merupakan fenomena dan gambaran secara
nyata dari kebanyakan siswa di SMP Terbuka yang sebenarnya tetap berkeinginan
untuk belajar hingga meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
xviii
Penyelenggaraan SMP Terbuka yang mulai dirintis pada tahun ajaran
1979/1980 merupakan perwujudan dari salah satu amanat Pembukaan UUD 1945
yang menyatakan bahwa salah satu tujuan dibentuknya Pemerintah Negara
Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut dipertegas
lagi dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan; ayat (2) pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang selanjutnya Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
pada Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan diberlakukannya Wajar 9 tahun oleh pemerintah, tujuan
pendidikan SMP pun diharapkan dapat dicapai secara utuh sebagaimana
mestinya, yaitu: memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah
(Depdiknas, 2002:3). Data statistik persekolahan dari tahun ke tahun
menunjukkan, bahwa angka melanjutkan siswa yang dapat sampai ke jenjang
perguruan tinggi hanya sekitar 11,6%. Ini berarti, bahwa sebagian besar siswa
xix
(88,4%) tidak melanjutkan pendidikannya karena berbagai alasan (Depdiknas,
2002:6).
Data pada tahun pelajaran 2003/2004 menunjukkan bahwa siswa SMP
kelas tiga peserta EBTA yang dinyatakan tamat adalah sekitar 96,75% dari
2.503.987 siswa dan sebagian dari mereka adalah siswa SMP Terbuka yaitu
sejumlah 125.376 siswa, Jumlah siswa SMP Terbuka yang melanjutkan ke
jenjang SMA/SMK sejumlah 7,34% ini berarti menunjukkan bahwa hampir
semua siswa tamatan SMP Terbuka tidak melanjutkan pendidikannya
(Depdiknas, 2004:22).
Tidak dapat dipungkiri, bahwa sebagian besar tamatan SMP Terbuka tidak
dapat melanjutkan pelajaran lagi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena
kondisi sosial ekonominya yang kurang menguntungkan. Di samping miskin harta
mereka pada umumnya juga miskin informasi. Setelah tamat SMP Terbuka,
kebanyakan mereka langsung terjun ke dunia kerja atau ke lingkungan
masyarakat untuk mencari nafkah sendiri atau terus bekerja membantu orang
tuanya sebagaimana yang pernah mereka alami sejak masa kanak-kanak.
Kenyataan demikian memang memprihatinkan, akan tetapi di balik itu
pada diri para siswa SMP Terbuka sesungguhnya memiliki potensi etos kerja
yang secara positif dapat dikembangkan lebih lanjut. Dalam hal ini sebenarnya
SMP Terbuka dapat juga dipandang sebagai lahan yang subur untuk persemaian
etos kerja tersebut. Berdasarkan kenyataan itu sebagai langkah antisipasi,
pemerintah merasa berkewajiban untuk memikirkan cara yang terbaik agar
xx
potensi tersebut dapat diwujudkan melalui semacam latihan khusus pendidikan
keterampilan pra-vokasional yang sesuai dengan keinginan atau minat para siswa
tersebut.
Dengan memberikan bekal kemampuan keterampilan pra-vokasional yang
bermanfaat bagi tamatan SMP Terbuka yang tidak melanjutkan pelajaran ke
jenjang pendidikan menengah, diharapkan mereka dapat lebih siap untuk
memasuki dunia kerja atau terjun ke masyarakat. Berawal dari pemikiran tersebut
Pemerintah telah merintis pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan Pra-
vokasional bagi para siswa SMP Terbuka. Program ini direncanakan untuk dapat
dilaksanakan pada semua SMP Terbuka secara bertahap. Jenis pendidikan
keterampilan pra-vokasional yang akan dipilih dan cara melaksanakannya di
sekolah, diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing sekolah yang
bersangkutan. Pemberian kewenangan ini sejalan dengan kebijakan Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang telah mulai dirintis
pelaksanaannya oleh Direktorat SMP sejak tahun 1999 dengan tujuan untuk lebih
memandirikan sekolah.
Program Pendidikan Keterampilan yang akan diberikan kepada para siswa
SMP Terbuka ini adalah pendidikan keterampilan yang sifatnya masih pra-
vokasional, untuk bekal persiapan ke arah keterampilan kejuruan atau
keterampilan vokasional. Tujuannya adalah untuk memberikan bekal
keterampilan dasar yang praktis dan sederhana sesuai dengan taraf perkembangan
usia siswa SMP, namun manfaatnya dapat langsung dinikmati oleh mereka.
xxi
Pemberian bekal keterampilan praktis ini dilaksanakan dengan menerapkan
potensi wirausaha melalui unit produksi di sekolah masing-masing atau yang ada
di lingkungan setempat, untuk memperoleh pendapatan tambahan. Dengan
mengikuti latihan-latihan pendidikan keterampilan pra-vokasional tersebut para
siswa bukan saja diharapkan akan terampil mengerjakan tugas-tugas sampai
dengan menghasilkan produk tertentu, akan tetapi juga mampu untuk
memasarkan produk-produk yang dihasilkannya.
Dalam pelaksanaan pengentasan masalah pendidikan pemerintah
mengadakan sebuah program dalam rangka palaksanaan Broad Based Education
yang berorientasi pada kecakapan untuk hidup yang terdapat dalam kurikulum
pendidikan SMP Terbuka. Tugas sekolah sebagai subsistem pendidikan adalah
melaksanakan pendidikan formal untuk mengembangkan potensi kecakapan
hidup.
Ada empat jenis pendidikan kecakapan hidup (Life Skills Education) yang
harus dibekalkan kepada siswa SMP Terbuka. Keempat jenis pendidikan
kacakapan yang diberikan untuk mempersiapkan anak didik agar dapat memiliki
kemampuan untuk menjalani kehidupan atau kemampuan untuk menjalani hidup,
keempat pendidikan tersebut adalah Personal Skills Education, Social Skills
Education, Environmental Skills Education, Vocational atau Occupational Skills
Education. Secara garis besar strategi pelaksanaan Program Pendidikan
Keterampilan bagi siswa SMP Terbuka adalah sebagai berikut.
xxii
Fenomena di lapangan menunjukkan, bahwa pada setiap SMP Terbuka
terdapat beberapa Tempat Kegiatan Belajar (TKB) yang lokasinya berjauhan
antara yang satu dengan lainnya dan pada umumnya memiliki lingkungan yang
berbeda pula. Berdasarkan fenomena itu pendekatan yang dipakai dalam
pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan bagi Siswa SMP Terbuka ini
tentu saja bukan pendekatan berbasis sekolah (School Based Approach),
melainkan menggunakan pendekatan berbasis TKB (Learning Centre Based
Approach) yang sifatnya sangat kontekstual.
Apabila pada kabupaten yang bersangkutan terdapat SMP Program
Keterampilan dan letaknya masih dalam jangkauan transportasi siswa yang
kurang lebih sama jauhnya dengan jarak ke Sekolah Induk, maka dalam
melaksanakan program ini SMP Terbuka tersebut hendaknya berkoordinasi
dengan SMP Program Keterampilan.
Program Pendidikan Keterampilan ini ada yang dapat dilakukan secara
mandiri oleh TKB yang bersangkutan, tetapi ada pula yang perlu dilakukan
bersama dengan institusi pasangan. Dalam melaksanakan program ini di samping
harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan setempat, masalah pemasaran harus
menjadi salah satu bagian dari program keterampilan itu sendiri (production and
marketing package). Bila perlu keterampilan pemasaran ini dapat dilaksanakan
melalui jalinan kemitraan (partnership).
Berdasarkan hasil studi tersebut akan ada tiga skenario yang mungkin
dapat dikembangkan dalam pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan bagi
xxiii
siswa SMP Terbuka, yaitu skenario nilai tambah, skenario adopsi dan skenario
inovasi.
Kecamatan Tempuran adalah salah satu kawasan industri di Kabupaten
Magelang, salah satu jenis industri yang banyak terdapat di Kecamatan Tempuran
adalah industri textile serta banyak pula perusahan konfeksi yang berdiri di
kawasan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut SMP Terbuka Tempuran memilih
keterampilan tata busana sebagai jenis pembelajaran keterampilan yang dipilih.
B. Permasalahan
Berdasarkan dari uraian dan pokok-pokok pemikiran tersebut, maka
permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah:
“Seberapa tingkat keefektifan pembelajaran keterampilan bagi siswa kelas dua
pada SMP Terbuka di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang?”
C. Tujuan Penelitian.
Dari rumusan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka
Kecamatan Tempuran Kabupatem Magelang.
2. Untuk mengetahui seberapa tingkat keefektifan pembelajaran keterampilan
bagi siswa kelas dua di SMP Terbuka di Kecamatan Tempuran Kabupaten
Magelang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:
xxiv
1. Manfaat Teoretis: Menambah wawasan tentang pendidikan keterampilan di
SMP Terbuka di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.
2. Manfaat Praktis: Sebagai bahan bagi para pendidik untuk lebih mengaktifkan
proses belajar dan mengajar pada muatan lokal keterampilan.
3. Manfaat bagi peneliti: menambah pengetahuan tentang proses pembelajaran
khususnya dalam pembelajaran keterampilan di SMP terbuka di Kecamatan
Tempuran Kabupaten Magelang.
E. Penegasan Istilah
1. Keefektifan
Menurut Poerwadarminta (1980:250), keefektifan berasal dari kata efektif
yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya). Secara harfiah keefektifan
badat diartikan bersifat mempunyai daya guna dan membawa hasil/berhasil
guna. Keefektifan biasanya digunakan dalam menejemen dan pendidikan,
misalnya keefektifan suatu program.
Dengan demikian keektifan dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh tindakan atau usaha yang mendatangkan hasil guna
dan dapat mencapai tujuan. Untuk menentukan keefektifan suatu
usaha/tindakan perlu diadakan evaluasi. Keefektifan dalam penelitian ini
adalah efek yang ditimbulkan akibat adanya dayaguna dan membawa hasil
didalam pembelajaran keterampilan.
2. Pembelajaran
xxv
Menurut Burhannuddin (1996:14) pembelajaran adalah suatu proses
kegiatan guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertantu. Dalam proses
pembelajaran unsur tujuan, bahan, metode dan penilaian merupakan suatu
kebulatan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, mengajar tanpa penilaian adalah
pincang.
3. Keterampilan
Keterampilan menurut kamus besar bahasa indonesia adalah kecakapan
untuk menyelesaikan tugas. Dalam penelitian ini keterampilan adalah
matapelajaran yang diikuti oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran
disekolah SMP Terbuka.
4. SMP Terbuka
SMP Terbuka adalah sekolah lanjutan tingkat pertama yang didirikan
dalam rangka pengentasan wajib belajar sembilan tahun oleh pemerintah,
SMP Terbuka disediakan untuk menampung siswa yang tidak mampu
melanjutkan ke SMP reguler dikarenakan masalah biaya dan masalah
geografis tempat tinggal siswa yang terlalu jauh dengan SMP biasa/reguler.
xxvi
BAB II LANDASAN TEORI
Hakikat Belajar dan Mengajar
Pengertian belajar
Di antara para ahli memberikan definisi mengenai belajar terhadap
beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan tersebut pada
dasarnya bergantung dari sudut penekanan dalam proses belajar itu sendiri.
Beberapa ahli memberikan pengertian belajar, antara lain sebagai berikut:
a. Winkel (1991:61) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, serta nilai sikap yang mana perubahan tersebut
bersifat relatif konsisten dan berbekas.
b. Waridjan et all (1989:36) belajar sebagai proses berupaya untuk
memperoleh perubahan tingkah laku.
c. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. perubahan sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti
perubahan, pemahaman, sikap tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu
yang belajar (Sudjana, 1989:71).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas. maka belajar dapat diartikan
sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan dan
pengalaman.
xxvii
Kegiatan belajar itu selalu menunjukkan suatu proses perubahan
tingkah laku atau pribadi, seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman
tertentu. Dengan kata lain bahwa seseorang dapat dikatakan belajar apabila:
1) Dengan belajar itu orang akan memperoleh pengalaman yang sangat
berguna untuk perkembangan pribadinya.
2) Terjadinya perubahan tingkah laku pada subjek belajar, yaitu perubahan
untuk memperbaki perilaku yang keliru menjadi suatu perilaku yang baik
dan benar.
3) Perubahan terjadi secara sadar, terarah dan bersifat positif.
Seseorang yang belajar semakin lama akan dapat mengerti akan
hubungan dan perbedaan bahan-bahan yang dipelajari, dan setingkat dapat
membuat suatu bentuk yang mula-mula belum ada atau memperbaiki bentuk-
bentuk yang telah ada.
Pengertian Mengajar
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa, mengatur dan
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat
mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar (Sudjana,
1996:7).
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Mengajar adalah segala
upaya yang disengaja dalam memberi kemungkinan bagi siswa untuk
xxviii
terjadinya suatu proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan
(Ali, 1984:4).
Sasaran akhir dari proses pengajaran adalah siswa belajar, sehingga perlu
adanya upaya untuk mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan. Tujuan
dicapai melalui proses pengajaran. Burton yang diterjemahkan oleh Ali
(1984:4) menyatakan bahwa mengajar adalah upaya dalam memberi
perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa
agar terjadi proses belajar.
Slameto (2003:35) menyatakan adanya beberapa teori tentang pengertian
mengajar:
a. Definisi lama: mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa
pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada anak didik atau usaha
mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai
generasi penerus.
b. Definisi DeQueljoe dan Gazali dalam Slameto (2003:35) mengajar adalah
menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan
tepat.
c. Defini modern: mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses
belajar.
d. Definisi Kilpatrik dalam Slameto (2003:35) mengajar adalah usaha guru
menempatkan anak/siswa untuk menghadapi kesulitan dan berusaha
memecahkannya atau mencari jalan keluar.
xxix
e. Definisi Howard dalam Slameto (2003:35) mengajar adalah aktivitas
untuk mencoba menolong, membimbing seseorang mendapatkan,
mengubah, atau mengembangkan skill, attitude, ideals, appreciations, dan
knowledge.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian mengajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan
bimbingan atau pengetahuan kepada orang lain.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran atau proses belajar dan mengajar adalah perpaduan dari dua
aktivitas yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar yang
menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya
jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu sendiri dengan si belajar.
Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan pada diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat
pengalaman dan latihan (Hamalik, 1984:25). Pengertian lain belajar yang
dinyatakan oleh Sadiman (1993:1) adalah suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, dan adanya perubahan
tingkah laku dalam diri orang tersebut yang menyangkut perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut
nilai sikap (afektif).
Dalam melaksanakan proses pembelajaran banyak faktor yang
mempengaruhi berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini
xxx
menurut Suryabrata (1989:101-102) dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
faktor individu dan faktor sosial. Yang termasuk faktor individu antara lain faktor
kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang
termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/lingkungan masyarakat maupun
lingkungan sekolah yang antara lain meliputi: guru dan lembaga pendidikan, alat-
alat yang diperlukan dan dipergunakan dalam mengajar serta motivasi sosial.
Suatu pengajaran akan berhasil secara lebih baik apabila seorang guru
mampu mengubah diri siswa dalam arti luas yakni menumbuhkembangkan
keadaan siswa untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh siswa
selama ia mengikuti proses pembelajaran tersebut sangat dirasakan manfaatnya
secara langsung bagi perkembangan pribadi siswa.
Strategi belajar dan mengajar merupakan pola umum dari perbuatan guru
dan siswa di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, sehingga didalamnya
tercipta sejumlah peristiwa yang memungkinkan anak dapat mentransfer materi
belajar secara optimal.
Metode mengajar yang paling utama banyak digunakan dalam sebagian
besar pendekatan yang berorientasi pada siswa adalah metode individual. Banyak
bahan pelajaran yang disesuaikan dengan metode belajar individual tersebut agar
lebih tersusun dan lebih interaktif, walaupun sesungguhnya dalam hal ini tidak
begitu perlu.
Dalam proses pembelajaran siswa terlibat langsung, sehingga siswa dituntut
keaktifannya dalam proses pembelajaran. Siswa disebut objek karena
xxxi
pembelajaran tercipta setelah ada beberapa masukan dari guru selain kesiapan
siswa itu sendiri sangat diperlukan untuk terciptanya proses pembelajaran. Hal
tersebut lebih ditegaskan dalam pernyataan Ali (1990:14), bahwa mengajar adalah
penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar,
sebab di dalam mengajar terdapat berbagai macam komponen seperti tujuan,
materi, siswa dan semua sarana dan prasarana pembelajaran yang tersedia dan
diperlukan.
Tujuan Pembelajaran
Proses pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya pencapaian
tujuan, oleh karena itu. sebelum proses pembelajaran dimulai, guru perlu
merumuskan tujuan pembelajaran yakni pembelajan umum dan khusus (TPU dan
TPK). TPU merupakan tujuan umum yang menyangkut berbagai pokok bahasan
sedangkan TPK merupakan penjabaran dari TPU yang yang diwujudkan dalam
bentuk satuan pelajaran. Hamalik (1984:77) merumuskan konsep tujuan
pembelajaran adalah menitikberatkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan
sebagai output (keluaran) pada sisi masing-masing siswa yang perlu diamati.
Dengan demikian proses pembelajaran memberikan dampak tertentu pada tingkah
laku siswa.
Bloom yang diterjemahkan oleh Hamalik (1984:19) merinci tujuan
pembelajaran yang mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Aspek kognitif tersebut memiliki enam tingkatan, yaitu:
xxxii
1. Knowledge (pengetahuan), contoh tujuan yang terkait dengan kemampuan
mengingat, menghafal, menyebut ulang dan meniru.
2. Comprehension (pemahaman), contoh tujuan yang terkait dengan tujuan
untuk mengerti, menyatakan kembali bentuk lain dan menginterpretasi.
3. Application (penerapan), contoh tujuan yang berkaitan dengan penerapan
teori, prinsip dan informasi.
4. Analysis (analisis), contoh tujuan yang berkaitan dengan penggabungan
bagian-bagian wadah.
5. Synthesis (sintesis), contoh tujuan yang berkaitan dengan menentukan suatu
kriteria tertentu pada suatu kegiatan.
6. Evaluation (evaluasi), contoh tujuan yang berkaitan dengan menentukan suatu
kriteria tertentu pada suatu kegiatan.
Manfaat yang tampak dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang secara
jelas adalah:
a) Pembelajaran lebih baik dan efektif.
b) Hasil belajar akan dapat dicapai lebih efisien.
c) Metode mengajar yang sesuai dapat dipilih secara lebih mudah.
d) Cara menyusun alat evaluasi lebih mudah.
e) Hasil evaluasi akan lebih baik.
Teori belajar digunakan oleh guru untuk mengajarkan berbagai konsep
materi pelajaran. Sebab dalam proses pembelajaran berpedoman teori-teori
belajar. Pemanfaattan teori belajar sangat penting sekali bagi guru, dalam rangka
xxxiii
mengintegrasikan antara pengalaman lapangan dengan teori-teori yang terdapat
dalam pembelajaran.
Waridjan et all (1989:108), menggolongkan teori belajar ke dalam dua
pokok pandangan, yaitu :
Behavioristik yang melahirkan Teori Koneksionisme dan Teori
Kondisioning. Teori belajar koneksionisme diciptakan oleh Thorndike dalam
Waridjan et all (1989:108) yang berpendapat bahwa belajar merupakan proses
pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respons. Menurut Thorndike,
ada tiga hukum pokok dalam belajar, yaitu:
Law of Readiness (Hukum Kesiapan).
Bila respon terdapat stimulus didukung kesiapan untuk bertindak, maka
respon itu memuaskan.
Law of Exercise (Hukum Latihan).
Makin sering suatu koneksi S-R dipraktikkan maka koneksi itu makin erat,
setiap praktik yang berhasil perlu disertai oleh hadiah (reward).
Law of Effect (Hukum Akibat)
Bila mana terjadi koneksi antara S-R dan diikuti dengan kedaan yang
memuaskan, maka koneksi itu lebih kuat. Sebaliknya bila koneksi itu diikuti
dengan kadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi itu menjadi
berkurang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
xxxiv
Purwanto (1997:102) faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan
menjadi dua golongan:
Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual
antara lain:
Faktor kematangan/pertumbuhan.
Faktor kematangan pada diri seseorang ditentukan oleh usia, semakin
lama usia kita semakin bertambah begitupun seharusnya dengan
kematangan kita mulai dari kapasitas cara berpikir maupun kematangan
jasmani kita, faktor usia sangatlah penting untuk seorang anak didik dalam
menerima pelajaran. Misalnya kita mengajarkan ilmu pasti usia anak kelas
tiga sekolah dasar adalah usia yang paling tepat untuk memulai mata
pelajaran tersebut, demikianpun seterusnya semakin matang usia cara
berpikirpun akan semakin meningkat.
Kecerdasan.
Di samping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu
dengan berhasil baik ditentukan oleh taraf kecerdasan seseorang.
Kenyataan menunjukkan kepada kita, meskipun anak yang berumur empat
belas tahun ke atas pada umumnya telah matang untuk mempelajari ilmu
pasti, tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti.
Demikian pula dalam mempelajari mata pelajaran dan kecakapan-
kecakapan lainnya. Tidak semua anak pandai pada pelajaran menghitung
dan tidak juga semua anak pandai dalam pelajaran sosial. Jelas bahwa
xxxv
dalam belajar kecuali kematangan, inteligensi pun turut memegang
peranan.
Latihan
seseorang karena terlatih dan seringkali mengulangi sesuatu, maka
kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat semakin dikuasainya.
Sebaliknya, tanpa latihan apa yang telah kita miliki akan menjadi
berkurang atau hilang. Karena dengan latihan kita seringkali mengalami
sesuatu.
Motivasi
Motivasi sebagai motor penggerak aktivitas apabila motornya tidak ada
maka aktivitas tidak akan terjadi. Motivasi belajar sangat erat
hubungannya dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang
sedang belajar itu sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar itu
menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat
baginya maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat.
Faktor pribadi.
Di samping faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, faktor pribadi
seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar. Tiap orang
mempunyai sifat-sifat kepribadian yang berbeda/masing-masing. Sifat
pribadi yang terdapat dalam diri seseorang sedikit banyak mempengaruhi
sampai di manakah hasil belajarnya akan dicapai. Termasuk ke dalam
sifat-sifat kepribadian ini ialah faktor fisik kondisi badan dan kesehatan.
xxxvi
Faktor yang berada di luar individu yang kita sebut faktor sosial antara lain:
Keluarga
Di dalam sebuah keluarga di antara satu keluarga dengan keluarga yang
lain pasti mempunyai perbedaan. Ada keluarga yang miskin ada pula yang
kaya, ada keluarga yang terdiri atas ayah/ibu yang terpelajar ada pula yang
tidak, ada yang memiliki cita-cita yang tinggi bagi anak-anaknya ada yang
biasa saja. Suasana keluarga yang bermacam-macam tersebut mau tidak
mau harus dijalani dan anak. Termasuk dalam sebuah keluarga tersedianya
fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan
penting.
Guru dan cara mengajar
Tinggi rendahnya pengetahuan guru, cara guru mengajar, sikap dan
kepribadian seorang guru dan bagaimana cara seorang guru mengajar
sangatlah penting dalam menentukan hasil belajar siswa di sekolah.
Karena guru adalah faktor terpenting dalam pembelajaran di sekolah.
Alat-alat belajar dan mengajar.
Faktor guru dan cara mengajar tidak dapat kita lepaskan dari ada tidaknya
alat-alat pelajaran yang ada di sekolah. Sekolah yang memiliki alat
pengajaran yang lengkap dan didukung oleh kecakapan seorang guru
dalam mengoperasikannya akan turut menentukan bagaimana hasil belajar
siswa dapat tercapai.
Kesempatan dan lapangan
xxxvii
Jarak antara sekolah dengan rumah yang terlalu jauh dan memerlukan
perjalanan yang memakan waktu sehingga akan cukup melelahkan.
Banyak pula siswa yang tidak dapat belajar dengan hasil yang baik dan
tidak dapat mempertinggi belajarnya akibat tidak adanya kesempatan yang
disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap harinya.
Motivasi sosial.
Faktor motivasi sangat penting dalam keberhasilan belajar karena belajar
merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, apabila seorang guru atau
orang tua memberikan motivasi kepada anak maka timbullah dari dalam
anak itu dorongan atau hasrat untu belajar dengan lebih baik anak dapat
menyadari arti penting belajar apabila diberi rangsangan dan motivasi
yang baik. Motivasi sosial dapat pula timbul dari lingkungan sekitar
seorang anak tinggal dari tetangga, teman bermain. Pada umumnya
motivasi semacam ini diterima anak dengan sengaja maupun tidak
sengaja.
Di samping itu menurut Purwanto (1997:107) masih ada faktor lain yang
dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang dapat diikhtiarkan
sebagai berikut:
Alam
Lingkungan Sosial
Luar Kurikulum/bahanpelajaran
Instrumental Guru/pengajar
Sarana dan fasilitas
Administrasi/manajemn
Faktor
xxxviii
Dalam Fisiologi Kondisi fisik
Kondisi Panca Indra
Psikologi Bakat
Minat
Kecerdasan
Motivasi
Kemampuan Kognitif
Bagan 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
Pendidikan Keterampilan
Keterampilan dalam pembelajaran
Keterampilan adalah kemampuan melakukan sesuatu, secara fisik dan
mental yang secara relatif mudah dipraktikkan secara terpisah (Dunne &
Wragg diterjemahkan oleh Jasin, 1996:42).
Sedangkan menurut Sudjana (1996:17) keterampilan adalah pola
kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi
informasi yang dipelajari. Keterampilan bergerak dari yang sangat sederhana
ke yang sangat kompleks.
Keterampilan merupakan matapelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun
pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata
yang bermanfaat langsung bagi kehidupan siswa. Dalam matapelajaran
Keterampilan, siswa melakukan interaksi terhadap benda-benda produk
kerajinan dan teknologi yang ada di lingkungan siswa, dan kemudian
berkreasi menciptakan berbagai produk kerajinan maupun produk teknologi,
xxxix
sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif dan
pengalaman kreatif.
Orientasi mata pelajaran keterampilan adalah memfasilitasi pengalaman
emosi, intelektual, fisik, konsepsi, sosial, estetik, artistik dan kreativitas
kepada siswa dengan melakukan aktivitas apreasiasi dan kreasi terhadap
berbagai produk benda di sekitar siswa yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, mencakup antara lain; jenis, bentuk, fungsi, manfaat, tema, struktur,
sifat, komposisi, bahan baku, bahan pembantu, peralatan, teknik kelebihan
dan keterbatasannya. Selain itu siswa juga melakukan aktivitas memproduksi
berbagai produk benda kerajinan maupun produk teknologi melalui yang
sistematis dengan berbagai cara misalnya meniru, mengembangkan dari benda
yang sudah ada atau membuat benda yang baru.
Pendidikan keterampilan adalah mata pelajaran yang berisi kemampuan
konseptual, apresiatif dan kreatif produktif dalam menghasilkan benda produk
kerajinan dan atau produk teknologi yang memberikan penekanan pada
penciptaan benda-benda fungsional dari karya kerajinan, karya teknologi
sederhana, yang bertumpu pada keterampilan tangan (Depdiknas, 2004:6).
Pendekatan keterampilan menekankan pada bagaimana siswa belajar,
bagaimana perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai sebagai bekal
untuk memenuhi kebutuhannya dalam kehidupannya di masyarakat.
Kurikulum yang berorientasi pada materi dan tujuan sekarang
tampaknya sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Perlu ditambahkan
xl
satu pemikiran lain, yaitu bagaimana memproses hasil belajar berupa konsep
dan fakta yang sudah diperoleh itu, untuk mengembangkan diri, untuk
menemukan sesuatu yang baru. Dengan konsep dan fakta yang tidak banyak,
tetapi dipahami betul, dapat diproses untuk menguasasi dan atau menemukan
konsep atau fakta yang lebih banyak. Justru pemberian konsep dan fakta yang
terlalu banyak, dapat menghambat kreativitas siswa.
Menurut Sudjana (1996:17) keterampilan dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu psikomotor dan intelektual. Keterampilan psikomotor antara lain
adalah menggergaji, mengecat tembok, menari, mengetik. Sedangkan
keterampilan intelektual ialah memecahkan soal hitungan, melakukan
penelitian, membuat kesimpulan dan sebagainya. Namun, sebenarnya hampir
semua keterampilan terdiri atas kedua unsur tersebut. Hanya saja ada
keterampilan yang lebih menonjol unsur psikomotornya sedangkan
keterampilan yang lain lebih menonjol unsur intelektualnya.
Cara Penilaian
Ketepatan penilaian yang dilakukan sekolah terutama yang berkaitan
dengan penilaian kelas, memperlihatkan pencapaian hasil belajar siswa.
Penilaian tersebut mempengaruhi pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar
yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran.
Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan
kompetensi yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas
kurang mampu menggambarkan kemampuan siswa yang beragam karena cara
xli
dan alat yang digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi. Karena
keterbatasan kemampuan dan waktu, penilaian cenderung dilakukan dengan
menggunakan cara dan alat yang lebih menyederhanakan tuntutan perolehan
siswa (Depdiknas, 2004:5)
Adapun cara penilaian pembelajaran keterampilan adalah sebagai
berikut:
A. Aspek yang dinilai : Kognitif ( Kecerdasan )
Psikomotorik (Keterampilan gerak)
Afektif ( Kerajinan, Keaktifan di kelas,
Kerjasama, Kerapian catatan dan
Kedisiplinan ).
B. Jenis Tagihan Blok. : Kuis, TR, Portofolio dan Ulangan
C. JenisFrekuensi : Kuis = .........Kali
TR = …….Kali
Tugas = …….Kali
Portofolio = …….Kali
Ulangan Harian = …….Kali
Ulangan Blok = …….Kali
D. Bobot Kelompok Penilaian Kelas : Kuis = ……..
TR = …….
Tugas = …….
Portofolio = …….
Ulangan Harian = …….
Rata-rata penilaian kelas = (Rata-rata skor kuis + rata-rata skor TR
x….+ rata-rata skor tugas x …+ skor portofolio x …+ rata - rata ulangan
harian x …. ): ….
xlii
E. Penilaian berkala/Penilaian Blok :
Rata-rata hasil Penilaian blok = ( Skor ulangan blok 1 + skor
ulangan blok 2 ): 2
F. Rata-rata Nilai Akhir = 0,25 rata-rata hasil penilaian kelas +
0,75 rata-rata hasil penilaian blok.
Standar Kompetensi Pembelajaran Keterampilan
Kemampuan Keterampilan yang dipilih dalam Standar Kompetensi ini
dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat
berkembang secara optimal, serta memperhatikan pula perkembangan
pendidikan keterampilan di dunia sekarang ini. Untuk mencapai kompetensi
tersebut dipilih materi-materi keterampilan dengan memperhatikan struktur
keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan
keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003:9). Secara
rinci, standar kompetensi untuk jenjang SMP/MTs adalah sebagai berikut:
a. Kerajinan
Mengkomunikasikan, menciptakan dan menyajikan benda pakai yang
menggunakan berbagai material dan teknik tertentu dalam lingkup lingkungan
setempat, budaya nusantara dan mancanegara.
b. Teknologi
Mengkomunikasikan, menciptakan dan menyajikan teknologi
pengawetan makanan, teknologi pembuatan makanan dan model benda yang
digerakkan dengan tenaga listrik arus lemah (baterai).
xliii
Tujuan dan Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan
Program Pendidikan Keterampilan yang akan diberikan kepada para
siswa SMP Terbuka ini adalah pendidikan keterampilan yang sifatnya masih
pravokasional, untuk bekal persiapan ke arah keterampilan kejuruan atau
keterampilan vokasional. Tujuannya adalah untuk memberikan bekal
keterampilan dasar yang praktis dan sederhana sesuai dengan taraf
perkembangan usia siswa SMP, namun manfaatnya dapat langsung dinikmati
oleh mereka. Pemberian bekal keterampilan praktis ini dilaksanakan dengan
menerapkan potensi wirausaha melalui Unit Produksi di sekolah masing-
masing atau yang ada di lingkungan setempat, untuk memperoleh pendapatan
tambahan. Dengan mengikuti latihan-latihan pendidikan keterampilan pra-
vokasional tersebut para siswa bukan saja diharapkan akan terampil
mengerjakan tugas-tugas sampai dengan menghasilkan produk tertentu akan
tetapi juga mampu untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkannya.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam buku program
pendidikan keterampilan bagi SMP Terbuka disebutkan bahwa tujuan
penyelenggaraan program keterampilan pada SMP Terbuka adalah:
a. Menumbuhkan apresiasi siswa terhadap keterampilan kerja sebagai dasar
pembentukan etos kerja bangsa Indonesia tingkat dini.
b. Memberikan dasar keterampilan, yang apabila melanjutkan ke sekolah
menengah akan lebih berminat dan lebih siap untuk melanjutkan ke SMK
dengan sistem pendidikan sistem ganda.
xliv
c. Memberikan bekal dasar keterampilan, yang apabila tidak melanjutkan
pendidikan telah memiliki bekal dasar untuk menjadi anggota masyarakat
yang produktif.
Secara garis besar strategi pelaksanaan Program Pendidikan
Keterampilan bagi siswa SMP Terbuka adalah sebagai berikut:
1) Fenomena di lapangan menunjukkan, bahwa pada setiap SMP Terbuka
terdapat beberapa Tempat Kegiatan Belajar yang lokasinya berjauhan
antara yang satu dengan lainnya dan pada umumnya memiliki lingkungan
yang berbeda pula. Berdasarkan fenomena itu pendekatan yang dipakai
dalam pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan bagi Siswa SMP
Terbuka ini tentu saja bukan pendekatan berbasis sekolah, melainkan
menggunakan pendekatan berbasis TKB yang sifatnya sangat kontekstual.
2) Berdasarkan pendekatan yang berbasis TKB tersebut, pada prinsipnya
setiap TKB hanya diperbolehkan untuk memilih 1 (satu) jenis
keterampilan yang paling sesuai dengan kebutuhan kondisi setempat.
Namun demikian bila memang telah tersedia sumber daya pendukung
yang dapat menjamin keterlaksanaan serta kesinambungannya, maka TKB
tersebut dapat mengusulkan tambahan satu jenis keterampilan lagi yang
berbeda. Jadi pada sebuah TKB yang sangat potensial dapat memilih
maksimal 2 (dua) jenis keterampilan.
3) Apabila pada kabupaten yang bersangkutan terdapat SMP Program
Keterampilan dan letaknya masih dalam jangkauan transportasi siswa
xlv
yang kurang lebih sama jauhnya dengan jarak ke Sekolah Induk, maka
dalam melaksanakan program ini SMP Terbuka tersebut hendaknya
berkoordinasi dengan SMP Program Keterampilan.
4) Program Pendidikan Keterampilan ini ada yang dapat dilakukan secara
mandiri oleh TKB yang bersangkutan, tetapi ada pula yang perlu
dilakukan bersama dengan institusi pasangan. Dalam hal pelaksanaan
dengan institusi pasangan, maka perintisan ke arah kerja sama yang
mantap perlu dilakukan seawal mungkin.
5) Dalam melaksanakan program ini di samping harus benar-benar sesuai
dengan kebutuhan setempat, masalah pemasaran harus menjadi salah satu
bagian dari program keterampilan itu sendiri (production and marketing
package). Bila perlu keterampilan pemasaran ini dapat dilaksanakan
melalui jalinan kemitraan (partnership).
6) Untuk memilih calon TKB Perintis yang lain hendaknya didasarkan pada
hasil studi lapangan terhadap beberapa SMP Terbuka yang bukan saja
memenuhi syarat jumlah siswa berdasarkan data dan informasi pada
Direktorat SMP, akan tetapi juga memenuhi kriteria lainnya.
7) Berdasarkan hasil studi tersebut akan ada tiga skenario yang mungkin
dapat dikembangkan dalam pelaksanaan Program Pendidikan
Keterampilan bagi siswa SMP Terbuka, yaitu skenario nilai tambah,
skenario adopsi dan skenario inovasi.
a) Skenario nilai tambah
xlvi
Skenario ini didasarkan pada asumsi, bahwa dalam masyarakat
sekitar TKB sudah ada keterampilan masyarakat yang dapat diajarkan
kepada siswa SMP Terbuka. Skenario ini dapat diterapkan jika aspirasi
keterampilan yang sudah dimiliki. Skenario ini dapat dikatakan layak
jika program keterampilan yang diajarkan kepada siswa SMP Terbuka
lebih memberikan hasil yang lebih besar dan sistem pemasaran yang
lebih efisien.
b) Skenario adopsi
Skenario ini didasarkan pada asumsi, bahwa siswa menginginkan
pendidikan keterampilan yang berbeda dari yang sudah ada pada
masyarakat sekitar TKB. Skenario ini dapat dipertimbangkan jika:
1. Keterampilan yang sudah ada pada masyarakat sekitar telah
jenuh yaitu tidak memungkinkan untuk dilakukan
pengembangan lebih lanjut melalui SMP Terbuka
2. Terdapat dukungan orang tua kepada siswa untuk mengikuti
program Pendidikan Keterampilan yang diajarkan di TKB
3. Dana yang dihibahkan oleh Direktorat SMP mencukupi untuk
menyediakan prasarana yang diperlukan untuk
menyelenggarakan program Pendidikan Keterampilan di TKB,
atau jika dana tersebut tidak mencukupi, ada komitmen dari
pemerintah desa atau kecamatan setempat untuk memberikan
kompensasi kekurangan dana.
xlvii
c) Skenario inovasi
Skenario ini didasarkan pada asumsi, bahwa siswa SMP Terbuka
menginginkan Pendidikan Keterampilan yang baru dan memanfaatkan
teknologi menengah, misalnya keterampilan memperbaiki radio atau
keterampilan menggunakan komputer, atau program Pendidikan
Keterampilan yang tidak tersedia pada masyarakat sekitar TKB.
Program Pendidikan Keterampilan ini mempunyai tingkat
keterlaksanaan yang paling rendah dibandingkan dengan dua scenario
terdahulu. Namun demikian skenario ini dapat juga dilaksanakan
dengan syarat:
1) Orang tua siswa bersedia memberikan dukungan dana dan
menjamin anaknya tidak akan putus sekolah.
2) Pemerintah desa atau kecamatan setempat mempunyai komitmen
untuk membantu dana atau tenaga dan menjamin kesinambungan
program Pendididkan Keterampilan yang akan diajarkan di TKB.
3) Jaminan dari siswa, bahwa mereka akan mengikuti kegiatan
belajaran di SMP Terbuka sampai tamat.
Pelaksanaan ketiga skenario tersebut harus didukung oleh:
a. Guru Pamong yang mempunyai dua jenis keahlian, yaitu ahli
dalam pendidikan keterampilan tertentu dan ahli dalam pemasaran
hasil atau produk pendidikan keterampilan.
xlviii
b. Kemampuan Guru Bina untuk melakukan pemantauan dan
penilaian.
c. Komitmen Kepala Sekolah Induk untuk memberikan bantuan
dalam mengelola Pendidikan Keterampilan di TKB, tetapi tidak
bersifat intervensi Komitmen Guru Bina dan Kepala Sekolah
Induk menjadi sangat penting artinya dalam rangka pelaksanaan
evaluasi keberhasilan program ini di masa depan.
Kriteria pemilihan perintisan
Kriteria calon SMP Terbuka/TKB yang akan menjadi perintis untuk
melaksanakan Program Pendidikan Keterampilan adalah TKB yang siswanya
berjumlah 30 orang atau lebih dan berada pada SMP Terbuka yang jumlah
keseluruhan siswanya mencapai 100 orang atau lebih. Kriteria pendekatan
TKB ini perlu dijadikan acuan, karena tempatnya dekat dengan tempat tinggal
siswa, sehingga kehadiran siswa sehari-hari untuk mengikuti program ini
dapat lebih terjamin. Sedangkan kriteria jumlah siswa dimaksudkan agar
tercapai efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program.
Oleh karena itu makin besar jumlah siswa pada suatu TKB makin besar
pula kemungkinannya untuk terpilih sebagai calon pelaksana. Di samping
pendekatan TKB dan jumlah siswa, yang juga menjadi kriteria dalam memilih
calon adalah potensi dari sekolah tersebut untuk dapat mengembangkan lebih
lanjut Program Pendidikan Keterampilan yang dipilih, baik dari segi
ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana maupun ketersediaan
xlix
sumber daya selebihnya berupa bahan baku di sekitar sekolah sehingga dapat
terjamin kesinambungannya. Agar diperoleh data dan informasi yang lebih
akurat sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, berdasarkan data SMP
Terbuka tahun 2000/2001, Direktorat SMP mengadakan indentifikasi yang
lebih mendalam ke TKB yang secara statistik memenuhi persyaratan jumlah
siswa, namun dapat diamati lebih jauh ketersediaan sumber dayanya.
Perintisan Pelaksanaan dan Jenis Pendidikan Keterampilan Pra-vokasional
Pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan bagi Siswa SMP
Terbuka akan dilaksanakan secara bertahap. Kegiatan ini diawali dengan
melakukan perintisan pertama lebih dulu pada 182 lokasi SMP Terbuka/ TKB
di 11 provinsi (6 di Jawa, yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur, dan 5 di Luar Jawa, yaitu Sumatera
Barat, Jambi, Lampung, Sulawesi Selatan dan Bali). Pada provinsi yang
jumlah kabupaten/kotanya mencapai 10, maka di setiap kabupaten
direncanakan ada 1 SMP Terbuka yang akan melaksanakan program
perintisan pendidikan keterampilan. Sedangkan pada provinsi yang besar
seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, maka jumlah perintisannya
disesuaikan secara proporsional, agar seluruhnya tidak melebihi 100
Sekolah/TKB. Pemilihan 11 provinsi ini di samping mempermudah
pemantauan perkembangannya selama masa perintisan juga memiliki jumlah
siswa yang cukup besar.
l
Hasil yang diharapkan dari program ini adalah terselenggaranya dengan
baik Pendidikan Keterampilan Pra-vokasional sebagai pengembangan atau
penerapan Kurikulum Muatan Lokal bagi siswa-siswa SLTP Terbuka sesuai
dengan lingkungan setempat yang sumber daya pendukungnya, seperti
narasumber, peralatan pendidikan, bahan-bahan dan pemasarannya telah
tersedia dimasing-masing lokasi SLTP Terbuka. Program Pendidikan
Keterampilan Pra-vokasional tersebut meliputi antara lain:
a. Keterampilan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga yang mencakup:
(1) Tata Boga (2) Tata Busana (3) Tata Rias dan (4) Tata Graha.
b. Keterampilan Pertanian yang mencakup: (1) Pertanian (2) Peternakan
(3) Perikanan Darat (4) Agronomi dan (5) Perkebunan.
c. Keterampilan Kerajinan Tangan yang mencakup: (1) Anyaman (2)
Ukiran (3) Keramik (4) Pengolahan Batu Akik (5) Sablon (6)
Pembuatan Barang-barang Souvenir (7) Pembuatan Paving block dan (8)
Pembuatan Genting Tradisional dan Aneka Keterampilan lainnya.
d. Keterampilan Teknik yang mencakup: (1) Pertukangan Kayu (2) Bubut
Kayu (3) Pertukangan Besi (4) Elektronika dan (5) Otomotif.
e. Keterampilan Jasa yang mencakup: (1) Mengetik dan Pembukuan
Sederhana
f. Keterampilan Maritim yang mencakup: (1) Pengolahan Ikan Laut; dan
(2) Pengemasan Ikan Laut.
li
Jenis-jenis keterampilan tersebut memang masih sangat terbatas
jumlahnya. Oleh karena itu di dalam pelaksanannya di lapangan masih
terbuka kemungkinan untuk dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan
keterampilan yang hidup di dalam masyarakat setempat.
PENDIDIKAN KETERAMPILAN UNTUK MENJALANI KEHIDUPAN
(Skills Education for Life)
Life Skills merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan
kurikulum pendidikan yang menekankan pada kecakapan hidup atau bekerja.
Program pendidikan life skills adalah pendidikan yang dapat memberikan
bekal keterampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja,
peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat. life
skills memiliki cakupan yang luas, berinteraksi antara pengetahuan yang diyakini
sebagai unsur penting untuk menjalani hidup lebih mandiri (Anwar, 2004:42)
Menurut Anwar (2004:43) Tujuan pendidikan life skills adalah
(1) mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, (2) memberikan kesempatan kepada
sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan
prinsip pendidikan berbasis luas, dan (3) mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya di lingkungan sekolah dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya
yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip menejemen berbasis sekolah.
Esensi dari pendidikan life skills adalah untuk meningkatkan relevansi
pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik preservatif maupun progresif.
lii
Ciri pembelajaran life skills adalah (1) terjadi proses identifikasi
kebutuhan belajar, (2) terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama, (3) terjadi
usaha bersama, (4) terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial,
vokasional, akademik, menejerial, kewirausahaan, (5) terjadi proses pemberian
pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk
bermutu, (6) terjadi proses saling belajar dari ahli, (7) terjadi proses
penilaian kompetensi dan (8) terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau
membentuk usaha bersama (Depdiknas, 2003:21)
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dikondisikan dengan
pemilihan warga belajar dan lingkungannya. Dalam hal ini ada tiga metode
pembelajaran yang dapat dipilih, yaitu: (1) metode pembelajaran individual (2)
metode pembelajaran kelompok, dan (3) metode pembangunan masyarakat
(Sudjana, 1993:35).
Dalam pemilihan metode pembelajaran perlu mempertimbangkan
beberapa faktor, yaitu: (1) tujuan pembelajaran, (2) bahan belajar, (3) manusia
(warga belajar dan fasilitator), (4) waktu, dan (5) fasilitas kegiatan alat bantu
belajar (Sudjana, 1993:36).
Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2002:47), menuliskan ada
beberapa prinsip dalam pelaksanaan life skills education, yaitu:
Etika sosio religius bangsa yang berdasarkan nilai-nilai pancasila dapat
diintegrasikan.
liii
Pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to do, learning to
be, learning to live together and learning to cooperate.
Pengembangan potensi wilayah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Penetapan manajemen berbasis masyarakat, kolaborasi semua unsur terkait yang
ada dalam masyarakat.
Paradigma learning for life dan school for work dapat menjadi dasar kegiatan
pendidikan, sehingga mempunyai pertautan antara dunia kerja.
Penyelenggaran pendidikan harus senantiasa mengarahkan peserta didik agar: (1)
membantu mereka menuju hidup sehat berkualitas, (2)
mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, dan (3)
memiliki akses untuk menuju standar hidupnya secara layak.
Selain melayani program akademik sekolah harus mampu menyediakan
paket atau program pembelajaran yang memiliki jaminan kepemilikan life skills
yang diorientasikan kepada penguasaan spesific occupational skills. Program ini
diharapkan memiliki manfaat nilai tambah yang karena sebab tertentu tidak
mampu mengikuti jenjang pendidikan lebih lanjut. Keterkaitan ketiga konsep
tersebut dalam posisi pengembangan life skills dapat digambarkan sebagai
berikut:
liv
Broad Based
Education
Life Skills
School Based Community Based
Management Education
Bagan 2. Posisi Pengembangan Life Skills dalam pengembangan School Based
Management, Community Based Education and Broad Based Education (Ditjen
Dikmenum, 2002:43)
Pendidikan berbasis life skills menurut Slamet (2002:25) sebaiknya
ditempuh melalui lima tahap, yaitu:
a) Didefinisikan dari hasil penelitian, pilihan-pilihan nilai dan dugaan para ahli
tentang nilai-nilai kehidupan yang berlaku.
b) Informasi yang diperoleh dikembangkan untuk kompetensi life skills yang
menunjukkan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan untuk menjaga
lv
kelangsungan hidup dan perkembangannya dalam dunia yang sarat
perubahan.
c) Kurikulum/program dikembangkan berdasarkan kompetensi life skills yang
telah dirumuskan yang memungkinkan dapat diajarkan/ dikembangkan
kepada peserta didik disusun berdasarkan kompetensi yang telah dipilih.
d) Penyelenggaraan life skills perlu dilaksanakan dengan jitu agar kurikulum
berbasis life skills dapat dilaksanakan secara cermat.
e) Evaluasi life skills perlu dibuat berdasarkan kompetensi yang telah
dirumuskan pada langkah kedua. Karena evaluasi pembelajaran dirumuskan
berdasarkan kompetensi, maka penilaian terhadap prestasi belajar peserta
didik tidak hanya dengan tertulis, melainkan dengan unjuk kerja.
Secara skematis, berikut dipaparkan secara ringkas alur pikir
pengembangan pendidikan berbasis life skills.
Nilai-nilai Kehidupan Nyata
Pengembangan Kompetensi
Life Skills
Pengembangan Kultur Life Skills
Pengembangan Evaluasi
Berdasarkan Kompetensi Life Skills
Bagan 3. Tahap-tahap pengembangan Life Skills
Menurut Depdiknas (2002:6-12) ada beberapa konsep dasar pendidikan
keterampilan untuk menjalani kehidupan (Life Skills Education), yaitu:
1. Perjalanan Hidup
lvi
Dalam seseorang menjalani hidupnya, sejak lahir seseorang dibekali
berbagai potensi untuk dapat mengenali teka-teki dalam hidupnya melalui
daya fisik, daya pikir, dan daya kalbunya untuk berkarya sesuai dengan
kodratnya. Hal ini dapat dilogikakan dengan antara lain, misalnya untuk
potensi hidup di air bagi ikan, potensi terbang bagi burung. Upaya untuk
mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri pribadi setiap orang dikenal
dengan nama mendidik. Mendidik yang dilakukan oleh keluarga atau
masyarakat secara alamiah disebut sebagai pendidikan informal. Sedangkan
yang dilakukan secara bersistem melalui sekolah disebut dengan pendidikan
formal.
2. Keterampilan untuk Menjalani Kehidupan
Kata terampil dapat diartikan sebagai mampu dan cekatan serta cakap
dalam menyelesaikan tugas. Sedangkan kata keterampilan berarti kecekatan
dan kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
Secara umum “life skills” dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan
keterampilan yang ada pada diri seseorang untuk menempuh perjalanan hidup
atau untuk menjalani kehidupan mulai dari masa kanak-kanak sampai dengan
akhir hayatnya
Kemampuan keterampilan untuk menjalani kehidupan ini pada awalnya
berkembang secara alamiah secara pendidikan informal pada keluarga atau
masyarakat. Kemudian secara formal upaya untuk mengembangkan dan
memperkuat potensi yang telah ada ini dirancang dengan sistematis untuk
lvii
diberikan kepada anak didik melalui pendidikan di sekolah sebagai alokasi
jam pelajaran tertentu pada setiap minggunya.
3. Jenis-jenis Keterampilan untuk Menjalani Kehidupan
Secara garis besar ada empat jenis pendidikan keterampilan hidup atau
“life skills education” yang perlu dibekalkan kepada siswa. Keempat jenis
pendidikan keterampilan bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar memiliki
kemampuan untuk menempuh perjalanan hidup itu, ialah: Personal Skiils
Education, Social Skills Education, Environmental Skills Education, dan
Vocational Skills Education.
“Personal Skills Education” adalah pendidikan keterampilan yang
diberikan kepada siswa untuk mampu mengaktualisasikan jati dirinya sebagai
manusia. “Social Skills Education” adalah pendidikan keterampilan yang
diberikan kepada siswa untuk mampu bergaul dengan baik dengan sesama
manusia. “Environmental Skills Education” adlah pendidikan ketermpilan
yang diberikan kepada siswa untuk menjaga lingkungannya. Sedangkan
“Vocational Skills Education” adalah pendidikan keterampilan yang diberikan
kepada siswa agar mampu menguasai jenis pekerjaan tertentu untuk bekal
bekerja mencari nafkah yang halal sebagai salah satu kewajiban dalam
menempuh perjalanan hidupnya di kelak kemudian hari.
4. Keterampilan untuk Menemukan Jati Diri
Personal Skills atau keterampilan untuk menguasai jati diri sendiri yaitu
suatu kemampuan yang perlu dimiliki oleh seseorang untuk dapat
lviii
mengaktualisasikan jati diri dan menentukan kepribadian dengan cara
menguasai raga dan kalbu. Personal Skills dapat dapat dikategorikan kedalam
empat cabang kemampuan, yaitu: kemampuan yang bersifat raga atau fisik,
kemampuan yang bersifat intelektual, kemampuan yang bersifat emosional,
dan kemampuan yang bersifat spiritual.
5. Keterampilan Untuk Bermasyarakat
Social Skills atau kemampuan untuk bermasyarakat diperlukan
seseorang untuk menguasai cara menghadapi, cara berhubungan atau cara
berdialog dengan sesama manusia.
Keterampilan untuk berdialog dengan sesama manusia diperlukan untuk
mandapatkan ridho sesama manusia dengan berkomunikasi dengan sesama
manusia seperti dalam mewujudkan bakti kepada kedua orang tua, dalam
menjalani kasih sayang, dalam hidup bertetangga. Dalam bahasa sehari-hari
keterampilan bermasyarakat ini disebut dengan kemampuan bergaul dengan
orang lain. Hasil dari keterampilan berdialog ini antara lain adalah dapat
menghargai perbedaan, dapat menghormati orang lain, dapat bekerja sama,
dapat toleran atau tenggang rasa, dapat memberi maaf, dapat berbagi suka dan
duka, dapat menyesuikan diri, dsb.
6. Keterampilan untuk Memelihara Lingkungan
Environmental Skills atau keterampilan untuk menghargai lingkungan
diperlukan oleh orang lain untuk menguasai cara menghadapi, cara
berhubungan atau cara berdialog dengan lingkungan sebagai tempat manusia
lix
berdiri untuk menginjakkan dan melangkahkan kakinya dalam menempuh
perjalanan hidup.
Keterampilan untuk berdialog dengan lingkungan alam diperlukan untuk
memelihara melestarikan keberadaan lingkungan alam. Hasil dari
keterampilan berdialog dengan lingkungan alam antara lain adalah dapat
menjaga kebersihan lingkungan, dapat memelihara kebersihan lingkungan,
memelihara ketertiban lingkungan serta dapat memelihara keaslian
lingkungan.
7. Keterampilan untuk Memperoleh Pekerjaan
Keterampilan untuk bekerja mencari nafkah sebagai salah satu
kewajiban dalam menjalani kehidupan yang disebut Vocational Skills.
Vocational Skills dapat digambarkan sebagai keterampilan manusia untuk
memperoleh penghasilan yang halal untuk menopang kelancaran perjalanan
hidupnya. Banyak sekali ragam bidang keterampilan untuk bekerja yang telah
bersedia dan ada yang sedang berkembang atau masih akan dikembangkan
lagi, yang dapat diperoleh atau dikuasai, baik melalui pendidikan formal
disekolah atau kursus maupun pendidikan non formal di dalam keluarga atau
masyarakat. Sebagai contoh untuk bidang Vocational Skills, antara lain
adalah: bidang boga, busana, kerajinan tangan, pertanian, senitari, seni musik,
seni lukis dll. Untuk melaksanakan keterampilan ini dibutuhkan dukungan
kemampuan fisik, kemampuan intelektual, kemampuan emosional dan
kemampuan spiritual.
lx
8. Keterkaitan Kemampuan Antar Keterampilan
Keempat jenis keterampilan ini, yaitu personal skills, social skills,
inveronmental skills dan vocational skills bersifat komplementer, saling
melengkapi antara yang satu dengan lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari
ada seseorang yang menonjol dalam menguasai salah satu kemampuan
keterampilan, namun kurang dalam penguasaan keterampilan lainnya. Ada
juga kemampuan keterampilannya secara merata untuk kesemuanya.
Tetapi yang lebih baik adalah yang memiliki keterampilan seimbang
dalam menguasai keempat keterampilan tersebut. Adapun yang terbaik adalah
penguasaan yang bukan saja seimbang, akan tetapi juga selaras atau personal
skills, social skills, environmental skills karena dengan keseimbangan dan
keharmonisan itulah yang mampu mewujudkan hidup.
KERANGKA BERPIKIR
SMP Terbuka adalah salah satu lembaga pendidikan yang berorientasi
pada kecakapan untuk hidup dengan tidak mengubah sistem yang ada dan juga
tidak untuk memproduksi pendidikan yang hanya sebagai latihan kerja.
Pendidikan kecakapan untuk hidup justru memberikan kesempatan pada setiap
siswa untuk memperoleh bekal keterampilan atau keahlian yang dapat dijadikan
sebagai sumber penghidupannya.
Dengan adanya program pendidikan keterampilan tersebut diharapkan
akan memberikan bekal dasar yang dapat dijadikan bekal sebagai keterampilan
lxi
atau keahlian yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupannya. Pendidikan
keterampilan yang diharapkan kepada siswa adalah agar siswa terampil dalam hal
tata busana sehingga siswa mempunyai keterampilan khusus apabila siswa tidak
melanjutkan pada Sekolah Menengah. Demikian juga dengan tujuan yang lain
yaitu siswa tidak akan mewarisi pekerjaan orang tuanya pada saat ini. Jika orang
tuanya dalam kondisi miskin misalnya pembuat batu bata, bukanlah ia harus
mewarisi kemiskinan orang tuanya tersebut.
Dalam pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka siswa diberikan
kesempatan serta kebebasan sepenuhnya dalam pengoperasian peralatan praktik.
Setelah mengikuti pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka diharapkan siswa
akan akan menguasai beberapa hal tentang tata busana di antaranya adalah siswa
mampu membuat dan memotong pola, menjahit, mengobras dengan benar.
Kebanyakan lulusan SMP Terbuka langsung terjun ke dunia kerja atau ke
lingkungan masyarakat untuk membantu orang tua mereka bekerja mencari
nafkah. Karena kekhawatiran tersebut pemerintah melalui Direktorat Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama mencoba menyuguhkan kepada siswa yang tidak
melanjutkan pendidikan di sekolah regular tersebut, yaitu melalui latihan-latihan
khusus yang dapat memenuhi keinginan atau minat para siswa, namun juga harus
sesuai dengan kondisi sosial ekonomi kondisi budaya serta kondisi kebutuhan
masyarakat setempat.
lxii
HIPOTESIS
Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir tersebut, maka ditetapkan
sebuah hipotesis bahwa: pelaksanaan pembelajaran keterampilan pada SMP
Terbuka Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang efektif terhadap ketuntasan
belajar siswa.
lxiii
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam kegiatan penelitian
sehingga pelaksanaan penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal-hal
yang dibahas dalam bab 3 ini antara lain: rancangan penelitian, sample dan populasi
penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reabilitas pengumpulan data dan
analisis data.
A. Rancangan/Desain Penelitian
Dalam penelitian, untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap penelitian
harus menggunakan metode yang tepat. Ditinjau dari permasalahan penelitian ini
bersifat kuantitatif. Yang bertujuan untuk melukiskan atau mendeskripsikan
kondisi atau variabel situasi sebagaimana adanya, atau melukiskan fenomena
seobjektif mungkin (Latunussa, 1988:55).
Menurut Arikunto (1996:14) Ada tiga persyaratan penting dalam
mengadakan penelitian yaitu: sistematis, berencana dan mengikuti konsep ilmiah.
1. Sistematis: dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana
sampai yang paling kompleks sehingga tercapai tujuan secara efektif dan
efisien
2. Berencana: dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelumnya
telah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya.
lxiv
3. Mengikuti konsep ilmiah: yaitu mulai dari awal sampai dengan akhir kegiatan
penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip yang
digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Metode penelitian digunakan untuk mencari kebenaran secara ilmiah yaitu
dengan mengolah, menganalisis data yang sudah dikumpulkan.
B. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Dalam
pengertian di atas terkandung 4 (empat) hal pokok, yakni isi, kesatuan atau unit,
tempat atau ruang, dan waktu. Dengan empat aspek tersebut maka jenis,
karakteristik dan jumlah populasi dapat ditetapkan.
Dilihat dari jumlahnya populasi dapat dibedakan menjadi :
1. Populasi terhingga, adalah populasi yang terdiri atas elemen atau unsur
yang memiliki batas.
2. Populasi tak terhingga, adalah populasi yang terdiri atas elemen atau unsur
dengan jumlah yang sukar dicari batasnya.
Sedangkan apabila dilihat dari sifatnya, populasi dapat dibedakan
menjadi:
a) Populasi yang bersifat homogen, adalah populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara
kuantitatif.
lxv
b) Populasi yang bersifat heterogen adalah populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, kualitatif maupun secara
kuantitatif.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah siswa-siswa
kelas II SMP Terbuka Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang yang
berjumlah 30 siswa, terdiri dari 26 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2002:96). Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel
tunggal yaitu Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka.
Adapun indikator-indikator yang dipergunakan untuk mengetahui seberapa
besar kadar keefektifan pembelajaran keterampilan kelas 2 SMP Terbuka di
Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang, meliputi:
1. Membuat pola
2. Pemotongan pola
3. Mengoperasikan alat
4. Menjahit dan
5. Mengobras
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Observasi
lxvi
Observasi dilakukan untuk mencermati kegiatan sekolah yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka
Tempuran Kabupaten Magelang, Penggunaan teknik observasi sangat penting
dalam penelitian, karena peneliti dapat melihat secara langsung keadaan,
suasana, kenyataan yang sesungguhnya terjadi dilapangan.
Menurut True (1983) yang diterjemahkan oleh Nugroho (1993:18),
observasi adalah kegiatan mengamati sesuatu tanpa mempengaruhi dan secara
simultan mencatat atau merekamnya untuk bahan analisis.
Menurut Payton (1984) yang diterjemahkan oleh Nugroho (1993:18-
19), penggunaan teknik observasi dalam penelitian ini memiliki empat
maksud, yaitu: menggambarkan “setting” yang diamati, kegiatan-kegiatan
yang terjadi pada “setting” tersebut, individu-individu yang berperan dalam
kegiatan tersebut dan makna dibalik layar kegiatan peran serta orang-orang
yang terlibat. Observasi dilaksanakan dengan mengamati sambil membuat
catatan secara selektif terhadap pelaksanaan pembelajaran keterampilan SMP
Terbuka di Kecamatan Tempuran. Observasi yang digunakan dalam
penelitian ini bersifat “nonpartisipan” dengan maksud bahwa peneliti tidak
terjun langsung dalam proses pembelajaran tetapi peneliti hanya mengamati
sambil mencatat hasil pengamatan. Observasi ini digunakan lembar obervasi
dengan penilaian secara bertingkat dari skor 1 sampai skor 3. Skor 1 untuk
penilaian dengan kriteria tidak menguasai, skor 2 untuk kriteria kurang
lxvii
menguasai dan skor 3 untuk kriteria menguasai (sesuai standar
kompetensinya).
2. Metode dokumentasi
Bentuk yang digunakan untuk mengumpulkan data cara ini berupa
dokumen-dokumen terpilih yang mendukung pencapaian hasil penelitian
secara optimal.
Metode dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder
dari dokumen-dokumen yang mungkin ada dapat mendukung perolehan data
dalam penelitian ini. Studi dokumentasi dilakukan dengan menelusuri catatan
yang ada di daerah penelitian baik yang dimiliki sekolah maupun pihak-pihak
yang berkenaan dengan sekolah tersebut.
Teknik dokumentasi digunakan untuk menjaring data aspek kesejarahan,
berkaitan dengan berdirinya, berkaitan dengan aspek fisik dan dokumen
administrasi, dengan menelusuri data arsip atau dokumen yang berada di
kantor (Moleong, 2001:161).
E. Analisis Data
Metode analsis data yang digunakan ada dua tahap yaitu analisis deskriptif
dan analisis statistik inferensial karena untuk menggambarkan kemampuan siswa
dalam praktik tata busana. yang kemudian dinyatakan dalam bentuk rata-rata
lxviii
n
s
x t 0µ−
=
skor. Rata-rata tersebut selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata ideal dengan
kriteria sebagai berikut.
Mean tertinggi = 3
Mean terendah = 1
Rentang = Mean tertinggi – mean terendah
= 3 – 1 = 2
Panjang kelas interval = Rentang : banyak kelas interval
= 2 : 3 = 0, 67 dibulatkan 0,7
Dengan panjang kelas interval 0,7 maka dibuat kelas interval sebagai berikut
No Interval Kriteria
1 1,0 < M < 1,7 Tidak sesuai dengan standar kompetensi
2 1,7 < M < 2,3 Kurang sesuai dengan standar kompetensi
3 2,3 < M < 3,0 Sesuai dengan kompetensi
Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji secara nyata apakah
kemampuan siswa telah sesuai dengan standar kompetensi yang ditentukan atau
belum. Dalam hal ini, statitik yang digunakan yaitu uji t atau uji mean dengan µ0
= 2,3 sebagai batas minimal dikatakan sesuai dengan kompetensi. Rumus yang
digunakan sebagai berikut.
(Sudjana, 1992: 227)
lxix
keterangan:
t : t hitung
x : rata-rata skor
µ0 : Tetapan pembanding
s : standar deviasi
n : jumlah siswa
Dengan hipotesis yang diuji
Ho : µo > 2,3 (sesuai dengan standar kompetensi)
Ha : µo < 2,3 (belum sesuai dengan standar kompetensi)
Ha diterima yang berarti belum sesuai dengan standar kompetensi apabila thitung <
-ttabel atau diperoleh thitung bertanda negatif dan probbabilitas < 0,05.
Sedangkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dari setiap
komponen digunakan uji Anova. Karena dalam penelitian ini terdapat lebih dari
dua variabel.
lxx
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, untuk mengetahui seberapa besar tingkat
keefektifan pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka Tempuran, dengan
menggunakan teknik dan prosedur analisis yang telah ditetapkan dalam metode
penelitian ini, serta memperhatikan seluruh indikator-indikator dari sub variabel
yang meliputi kegiatan praintruksional, kegiatan intruksional dan kegiatan
evaluasi.
Kondisi real atau fenomena yang terjadi di lapangan, peneliti berusaha
menggali dengan melakukan pengamatan langsung berdasarkan lembar observasi
yang telah peneliti tentukan pada saat dilaksanakannya ujian praktik di SMP
tersebut. Data yang dikumpulkan melalui observasi digunakan sebagai dasar
analisis lebih lanjut dari penelitian ini. Data tersebut disajikan dalam bentuk
deskriptif persentase, dengan melakukan analisis deskriptif dari masing-masing
indikator instrumen. Adapun penyajian hasil analisis tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka Tempuran
Pembelajaran keterampilan yang dilakukan di SMP terbuka Tempuran dilaksanakan pada kelas II dan kelas III. Setiap
seminggu dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 jam setiap pertemuan yang dilaksanakan di
Sekolah Induk. Jenis materi pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan berupa tata busana (menjahit).
lxxi
Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran keterampilan tersebut, tersedia fasilitas 20 unit mesin jahit manual, 2 mesin
jahit listrik, 2 alat obras, 1 alat bordir yang berada di 1 ruang laboratorium keterampilan. Di samping fasilitas yang cukup,
didukung oleh tenaga pengajar yang berkompeten di bidang tata busana.
Guru pamong yang mengajar keterampilan menjahit sebanyak 2 orang. Sebagai panduan pembelajaran keterampilan
menjahit digunakan kurikulum yang berasal dari Depdiknas.
Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru secara umum terbagi menjadi tahap persiapan, proses pembelajaran dan
evaluasi.
a. Tahap Persiapan
Sebelum dilaksanakannya pembelajaran guru melakukan penjajakan terlebih dahulu
kepada siswa, dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan siswa maupun materi yang akan disampaikan misalnya menanyakan apakah
siswa pernah mengoperasikan mesin jahit, mengoperasikan mesin bordir dan lain
sebagainya. Pengayaan materi dasar juga dilakukan guru yaitu dengan cara sedikit
mengulang materi yang telah mereka peroleh pada kelas satu dengan cara
memberikan pertanyaan seputar materi dasar yang telah diperoleh tersebut.
Guru menyiapkan materi-materi yang akan disampaikan pada proses pembelajaran
yang sesuai dengan modul yang telah ditentukan oleh pemerintah serta menyiapkan
materi tambahan yang sesuai dengan kondisi masyarakat sekitar yang
memungkinkan siswa untuk mendapatkan pekerjaan pada nantinya. Misalnya di
Kecamatan Tempuran terdapat banyak pabrik tekstil dengan begitu di wilayah
tersebut banyak berdiri perusahaan konveksi yang membutuhkan tenaga yang
berpengalaman. Dengan begitu SMP Terbuka tersebut lebih condong untuk
memberikan keterampilan menjahit kepada siswa.
Setelah guru menyiapkan materi guru mengenalkan kepada siswa alat-alat yang akan
mereka gunakan sebagai alat praktik, perkenalan mulai dari alat dan perlengkapan
yang menunjang kegiatan praktik b. Kegiatan pembelajaran
Pada awal pembelajaran guru memberikan materi kepada kepada siswa berupa teori, yang diharapkan sebagai
dasar untuk siswa sebelum melaksanakan praktik. Hal yang pertama materi yang diberikan adalah tentang
kegunaan alat mulai dari mesin jahit, mesin obras dan mesin bordir. pembelajaran berikutnya guru secara satu
persatu menerangkan materi sesuai dengan modul yang telah ada. Siswapun diberi kesempatan untuk bertanya
apabila ada hal yang kurang siswa pahami, setelah selesai pemberian materi. Pada saat itu guru
menginstruksikan pada siswa untuk mulai mencoba mengoperasikan alat sesuai dengan teori yang telah
disampaikan oleh guru, dalam kegiatan awal siswa diberi tugas atau meteri menjahit garis secara lurus pada
saat itupun guru memberikan penjelasan/pengarahan secara langsung dalam praktik cara menjahit dengan benar
kepada siswa. Dengan penjelasan tersebut diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang cukup untuk
melaksanakan praktik pada tingkat selanjutnya. Setelah tahap tersebut pada pembelajaran menjahit siswa diberi
materi bertahap yaitu pembuatan pola mulai mengukur, menggaris dan memotong bahan. Tahapan tersebut
lxxii
dilaksanakan beberapa kali sampai siswa dapat menghasilkan potongan yang sesuai rapi dan benar. Tahapan
tersebut berkelanjutan sampai dengan materi pembuatan produk. Pada tahap selanjutnya sebelum guru
memberikan penjelasan kesempatan kepada siswa secara mandiri agar siswa dapat mengamati dan memahami
materi praktik dari awal sampai akhir yang dicontohkan dengan cara bertanya kepada guru apabila ada hal yang
belum diketahui. Kegiatan belajar yang dilakukan secara mandiri diharapkan dapat memberikan keleluasaan
untuk mempelajari materi sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing siswa. Dengan cara tersebut,
siswa dapat mengulang kembali materi-materi yang dirasa kurang jelas atau belum paham sampai siswa
tersebut menguasai.
Pada tahapan teori akhir siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat karya yang dilaksanakan dengan
mandiri misalnya membuat kemeja bordir, menjahit sampai dengan kegiatan akhir yaitu obras.
c. Evaluasi Pendidikan Keterampilan
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai siswa.
Evaluasi belajar di SMP Terbuka di lakukan melalui:
1) Tengerjaan tugas, merupakan satu kesatuan dengan modul kegiatan
siswa.
2) Tes akhir modul, yaitu tes yang diberikan kepada siswa apabila telah
selesai mempelajari satu modul, untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan siswa dalam memahami isi modul. Pelaksanaan tes akhir
modul dikerjakan secara individual yang bertempat pada sekolah
induk. Tes akhir modul berfungsi sebagai ulangan harian. Tes ini
menjadi tanggung jawab guru bina, tetapi guru bina dapat
melimpahkannya kepada guru pamong mulai dari pelaksanaan tes
sampai menghasilkan nilai. Soal-soal tes akhir ini tersedia didalam
modul
3) Tes akhir unit, tes ini juga merupakan ulangan harian diambil dari
beberapa modul dalam satu unit, artinya modul-modul yang masih
dalam satu bahasan dikelompokkan menjadi satu unit, sebagaimana tes
lxxiii
akhir modul ini dilaksanakan di sekolah induk, dalam tes akhir unit ini
disusun oleh guru bina dan pemeriksaannya pun menjadi tanggung
jawab guru bina.
4) Tes praktik, dilaksanakan sebagai salah satu alat evaluasi juga untuk
mengetahui seberapa tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
telah disampaikan oleh guru, tes praktik dilaksanakan setiap akhir
tahun pembelajaran.
5) Tes akhir semester, dilaksanankan pada sekolah induk dengan waktu
yang bersamaan dengan pelaksanaan tes di SMP regular karena materi
pertanyaan yang dikerjakan siswa di SMP terbuka sama dengan yang
dikerjakan oleh siswa SMP regular karena SMP terbuka mempunyai
status yang sama dengan SMP regular yaitu SMP Negeri.
2. Kefeektifan Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka Tempuran
Keefektifan pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka Tempuran
dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer yaitu guru. Hal
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa guru pada mata pelajaran
keterampilan tata busana lebih berkompeten untuk menilai siswa, di samping
itu guru lebih banyak mengetahui kondisi siswa. Untuk menghindari
subyektivitas guru dalam menilai siswa, digunakan komponen-komponen
penilaian yang disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Berikut ini
diuraikan tentang hasil penilaian siswa tentang keterampilan menjahit yang
terbagi menjadi lima komponen yaitu kemampuan siswa dalam membuat
pola, pemotongan pola, mengoperasikan alat, menjahit dan mengobras. Dari
lxxiv
setiap komponen terdiri dari indikator-indikator sebagai dasar penilaian
kemampuan siswa. Setiap indikator terdiri dari item-item observasi dengan
skor 3 yang berarti sesuai dengan standar kompetensi, skor 2 berarti kurang
sesuai dengan standar kompetensi dan skor 1 tidak sesuai dengan standar
kompetensi. Berdasarkan skor-skor tersebut untuk menilai kemampuan siswa
dari setiap komponen digunakan rata-rata skor, dan tingkatan kemampuan
siswa dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut.
Tabel 1. Kriteria Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Keterampilan
No Interval Kriteria
1 1,0 < M < 1,7 Tidak sesuai dengan standar kompetensi
2 1,7 < M < 2,3 Kurang sesuai dengan standar kompetensi
3 2,3 < M < 3,0 Sesuai dengan kompetensi
a. Pembuatan Pola
Kemampuan siswa dalam pembuatan pola dapat dilihat dari kesesuaian ukuran,
kesesuaian bentuk, kebersihan dan kerapihan. Rata-rata dari keempat indikator
tersebut dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif berikut.
Tabel 2. Deskripsi Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Pola
One-Sample Statistics
30 2.3745 .5752 .1050
30 2.3621 .5682 .1037
30 2.4118 .5892 .1076
30 2.3824 .5898 .1077
30 2.3827 .5716 .1044
Kesesuaian ukuran
Kesesuaian bentuk
Kebersihan gambar
Kerapihan
Pembuatan pola
N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
Sumber: Data Primer diolah tahun 2005
lxxv
Berdasarkan rata-rata pada tabel di atas, rata-rata kemampuan siswa
pembuatan pola mencapai 2,3827 pada kategori sesuai dengan standar
kompetensi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil pola yang dibuat
siswa sudah sesuai dengan ukuran, bentuk, gambarnya bersih dan hasilnya
rapi. Untuk menguji rata-rata tersebut secara nyata telah sesuai dengan
standar kompetensi maka digunakan one sample test dengan bantuan
program SPSS release 10. Dalam pengujian tersebut sebagai nilai minimal
dikatakan sesuai dengan standar kompetensi yaitu 2,3, sehingga apabila
rata-rata kelas yang diperoleh siswa secara nyata > 2,3 maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan siswa telah menacapai standar
kompetensinya. Berpedoman pada acuan tersebut, maka hipotesis yang
diuji:
Ho : µ > 2,3 (sesuai standar)
Ha : µ < 2,3 (tidak sesuai dengan standar)
Apabila Ha diterima, maka secara nyata bahwa kemampuan siswa belum
mencapai batas ketuntasan atau standar kompetensinya. Dalam analisis
one sample test menggunakan program SPSS, Ha diterima yang berarti
kemampuan siswa belum mencapai standar kompetensi ditunjukkan dari
nilai thitung yang bertanda negatif dengan probabilitas kurang dari 0,05.
lxxvi
Hasil uji ketuntasan belajar siswa berkaitan dengan kemampuan dalam
membuat pola dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan siswa dalam membuat pola
One-Sample Test
.709 29 .484
.599 29 .554
1.039 29 .307
.765 29 .451
.792 29 .435
Kesesuaian ukuran
Kesesuaian bentuk
Kebersihan gambar
Kerapihan
Pembuatan pola
t df Sig. (2-tailed)
Test Value = 2.3
Sumber: Data Primer diolah tahun 2005
Berdasarkan data tersebut tampak bahwa nilai thitung dari setiap indikator
tidak ada yang bertanda negatif dan nilai probabiltias < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan Ho diterima, yang berarti kemampuan siswa dalam
pembuatan pola secara nyata telah mencapai standar kompetensi.
b. Pemotongan Pola
Kemampuan siswa dalam pemotongan pola dapat dilihat dari kesesuaian
ukuran, kesesuaian bentuk, kebersihan dan kerapihan. Rata-rata dari
keempat indikator tersebut dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif
berikut.
lxxvii
Tabel 4. Deskriptif Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Pola
One-Sample Statistics
30 2.3156 .7288 .1331
30 2.2911 .7298 .1332
30 2.3511 .7105 .1297
30 2.3193 .7155 .1306
Kesesuian pola
Ukuran pola dengan bahan
Kerapian hasil pemotongan
Pemotongan pola
N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Sumber: Data Primer diolah tahun 2005
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata kemampuan siswa dalam pemotongan pola
mencapai 2,3193 pada kategori sesuai dengan standar kompetensi. Untuk
mengetahui ketuntasan kemampuan siswa dalam memotong pola dapat dilihat
pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji ketuntasan kemampuan siswa dalam memotong pola
One-Sample Test
.117 29 .908
-.067 29 .947
.394 29 .696
.147 29 .884
Kesesuaian pola
Ukuran pola dengan bahan
Kerapian hasil pemotongan
Pemotongan pola
t df Sig. (2-tailed)
Test Value = 2.3
Berdasarkan tabel di atas diperoleh thitung = 0,147 dengan probabilitas
0,884 > 0,05, yang berarti Ho diterima, yang berarti secara nyata
kemampuan siswa telah mencapai standar kompetensi, artinya hasil
potongan pola sesuai dengan polanya, ukuran pola sesuai dengan bahan,
potongan pola rapi yaitu sesuai dengan garis.
lxxviii
c. Mengoperasikan Alat
Kemampuan siswa dalam mengoperasikan alat dapat dilihat dari
kemampuan siswa dalam mengoperasikan berbagai alat dalam tata busana,
seperti mengoperasikan mesin jahit kaki, mesin jahit dinamo, mesin zig-
zag, mesin obras dan mesin bordir, yang hasilnya tampak pada lampiran
dan terangkum pada tabel 6.
Tabel 6. Deskriptif Kemampuan Siswa dalam Mengoperasikan Alat
One-Sample Statistics
30 2.6500 .3691 6.738E-02
30 2.6250 .3757 6.860E-02
30 2.4833 .5331 9.733E-02
30 2.6167 .4488 8.194E-02
30 2.2000 .6103 .1114
30 2.5150 .3895 7.111E-02
Mesin jahit kaki
Mesin jahit dinamo
Mesin Zig-zag
Mesin obras
Mesin bordir
Mengoperasikan alat
N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata kemampuan siswa dalam mengoperasikan alat
mencapai 2,5150 pada kategori sesuai dengan standar kompetensi. Untuk
mengetahui ketuntasan kemampuan siswa dalam mengopersikan alat dapat dilihat
dari hasil uji t sebagai berikut.
lxxix
Tabel 7. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam
Mengoperasikan Alat
One-Sample Test
5.194 29 .000
4.738 29 .000
1.884 29 .070
3.865 29 .001
-.898 29 .377
3.024 29 .005
Mesin jahit kaki
Mesin jahit dinamo
Mesin Zig-zag
Mesin obras
Mesin bordir
Mengoperasikan alat
t df Sig. (2-tailed)
Test Value = 2.3
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai thitung sebesar 3,024 dengan
probabilitas 0,005 < 0,05 yang berarti Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan
kemampuan siswa dalam mengoperasikan alat telah sesuai dengan standar
kompetensinya yaitu mampu mengoperasikan mesin jahit kaki, mesin jahit
dinamo, mesin zig-zag, mesin obras dan mesin bordir dengan baik.
d. Menjahit
Kemampuan siswa dalam menjahit dapat dilihat dari tingkat kerapihan jahitan,
lurus tidaknya jahitan dan kebersihan hasil jahitan. Rata-rata kemampuan siswa
dari ketiga indikator tersebut tampak pada tabel 8.
lxxx
Tabel 8. Deskripsi Kemampuan Siswa dalam Menjahit
One-Sample Statistics
30 2.5156 .5692 .1039
30 2.4533 .5265 9.613E-02
30 2.6000 .5161 9.423E-02
30 2.5230 .4979 9.091E-02
Kerapihan
Lurus tidaknya jahitan
Kebersihan
Kemampuan menjahit
N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata kemampuan siswa dalam menjahit mencapai
2,5230 pada kategori sesuai dengan standar kompetensi. Untuk mengetahui
ketuntasan kemampuan siswa dalam menjahit dapat dilihat dari hasil uji t sebagai
berikut.
Tabel 9. Hasil uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Menjahit
One-Sample Test
2.074 29 .047
1.595 29 .122
3.184 29 .003
2.453 29 .020
Kerapihan
Lurus tidaknya jahitan
Kebersihan
Kemampuan menjahit
t df Sig. (2-tailed)
Test Value = 2.3
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai thitung sebesar 2,453 dengan
probabilitas 0,020 < 0,05 yang berarti Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan
kemampuan siswa dalam menjahit telah sesuai dengan standar kompetensinya
yaitu menghasilkan jahitan yang rapi, lurus sesuai dengan garis pola dan bersih.
lxxxi
e. Mengobras
Kemampuan siswa dalam mengobras dapat dilihat dari kondisi benang,
banyaknya kain yang terpotong, dan kebersihan dan kerapihan. Rata-rata
kemampuan siswa dari keempat indikator tersebut tampak pada tabel 10.
Tabel 10. Deskripsi Kemampuan Siswa dalam Mengobras
One-Sample Statistics
30 2.6444 .4869 8.889E-02
30 2.6667 .4795 8.754E-02
30 2.8111 .3467 6.329E-02
30 2.5222 .5302 9.680E-02
30 2.6611 .4129 7.538E-02
Kondisi benang
Banyaknya potongan
Kebersihan
Kerapihan
Kemampuan mengobras
N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata kemampuan siswa dalam mengobras mencapai
2,6611 pada kategori sesuai dengan standar kompetensi. Untuk mengetahui
ketuntasan kemampuan siswa dalam mengobras dapat dilihat dari hasil uji t
sebagai berikut.
Tabel 11. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Mengobras
One-Sample Test
3.875 29 .001
4.189 29 .000
8.075 29 .000
2.296 29 .029
4.791 29 .000
Kondisi benang
Banyaknya potongan
Kebersihan
Kerapihan
Kemampuan mengobras
t df Sig. (2-tailed)
Test Value = 2.3
lxxxii
Berdasarkan tabel di atas diperoleh thitung sebesar 4,791 dengan probabilitas 0,000,
sehingga dapat diimpulkan Ho diterima yang berarti secara nyata kemampuan
mengobras siswa sudah sesuai standar kompetensi.
Secara keseluruhan kemampuan siswa dalam mata pelajaran keterampilan di SMP
Terbuka Tempuran mencapai 2,4802 dalam kategori sesuai dengan kompetensi
(lihat tabel 12).
Tabel 12. Deskripsi Kemampuan Siswa pada Matapelajaran Keterampilan
One-Sample Statistics
30 2.4802 .4747 8.666E-02
Kemampuan
siswa pada
keterampilan tata
busana
N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang ketuntasan siswa dapat dilihat dari uji
ketuntasan melalui statsitik t berikut ini.
Tabel 13. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Matapelajaran
Keterampilan
One-Sample Test
2.079 29 .047
Kemampuan siswa
pada keterampilan
tata busana
t df Sig. (2-tailed)
Test Value = 2.3
lxxxiii
Berdasarkan tabel di atas diperoleh thitung 2,079 dengan probabilitas 0,047 < 0,05,
yang berarti secara nyata kemampuan siswa pada mata pelajaran keterampilan
telah sesuai dengan standar kompetensinya (> 2,3).
Berdasarkan dari data yang diperoleh ternyata dari 30 siswa, terdapat 18 siswa
atau 60% yang telah tuntas belajar (> 2,3) dan 12 siswa atau 40% mempunyai
rata-rata skor < 2,3 atau dalam kategori belum tuntas, seperti pada diagram pie
berikut.
Ketuntasan
Tuntas
Belum tuntas
Gambar 4. Digram Pie Persentase Ketuntasan Siswa pada mata pelajaran
keterampilan
Berdasarkan hasil observasi dapat dirangkum rata-rata dari setiap komponen
seperti pada tabel 14.
lxxxiv
Tabel 14. Rata-rata Kemampuan Siswa dari Setiap Komponen
Descriptives
Kemampuan siswa
N Mean Deviation Standart
Membuat pola 30 2.3827 .5716
Memotong pola 30 2.3193 .7155
Mengoperasikan alat 30 2.5150 .3895
Menjahit 30 2.5230 .4979
Mengobras 30 2.6611 .4129
Total 150
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dari setiap komponen dapat dilihat
dari hasil uji anova seperti pada tabel 15.
Tabel 15. Hasil Uji Anova
ANOVA
Kemampuan siswa
2.135 4 .534 1.895 .114
40.856 145 .282
42.991 149
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai Fhitung = 1,895 dengan probabilitas
0,114 > 0,05 yang berarti secara nyata tidak ada perbedaan rata-rata kemampuan
dari setiap komponen. Ini berarti bahwa kemapuan dari setiap komponen dari
keterampilan tata busana tersebut sama yaitu dalam kategori tuntas.
B. Pembahasan
lxxxv
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara nyata kemampuan siswa
SMP Terbuka Tempuran dalam mata pelajaran keterampilan telah mencapai
standar kompetensi, ditunjukkan dari hasil uji t sebesar 2,079 dengan probabilitas
0,047 < 0,05. Rata-rata kemampuan siswa mencapai 2,4802 dan apabila
dibandingkan dengan skor tertinggi 3, maka penguasaan siswa pada keterampilan
tata busana mencapai 83%. Tingginya penguasaan keterampilan ini menunjukkan
bahwa pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan di SMP terbuka telah
efektif.
Keefektifan pembelajaran keterampilan ini tidak lain karena adanya
proses pembelajaran yang dilakukan secara lebih optimal. Hal ini sesuai dengan
tujuan diselenggarakannya program SMP terbuka yaitu untuk memberikan bekal
keterampilan dasar yang praktis dan sederhana sesuai dengan taraf
perkembangan usia siswa SMP, namun manfaatnya dapat langsung dinikmati
oleh mereka. Hal ini dilakukan mengingat sebagian besar siswa yang mengikuti
program SMP terbuka berasal dari golongan ekonomi kurang mampu.
Berdasarkan hasil observasi ternyata proses pemebalajaran keterampilan
di SMP Terbuka Tempuran dilaksanakan tiga kali pertemuan setiap minggunya.
Setiap pertemuan disediakan waktu 3 jam pelajaran di ruang laboratorium
keterampilan. Materi pembelajaran berupa teori dan praktik. Sebagai penunjang
agar siswa dapat belajar teori secara mandiri digunakan modul yang dapat
dibawah ke rumah. Keaktifan siswa pada proses pembelajaran ini lebih
ditekankan. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran teori, guru hanya
lxxxvi
menjelaskan bagian-bagian yang dianggap siswa belum mengetahui setelah
mempelajari modul di rumah. Setelah materi teori dirasa tuntas, maka yang lebih
penting adalah siswa melaksanakan praktik atau latihan sesuai dengan urutan
teori yang dipelajarinya. Praktik yang diajarkan khusus tata busana berupa
membuat pola, memotong pola, mengoperasikan alat, menjahit dan mengobras.
Penekanan dalam pembelajaran ini adalah siswa dituntut untuk
melakukan praktik atau lebih ditekankan pada kemampuan psikomotornya.
Hubungan dua arah antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa
terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil observasi pada saat
pembelajaran, siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang dirasa
kurang dipahami siswa.
Setiap kegiatan praktik yang dilakukan oleh siswa, guru memberikan
penjelasan/pengarahan secara langsung dalam kegiatan praktik tersebut. Dengan
penjelasan tersebut siswa dapat mengetahui letak kesalahan dan hasil-hasil
latihan secara benar. Materi yang disampikan bertahap yaitu pembuatan pola
mulai mengukur, menggaris dan memotong bahan yang dilaksanakan beberapa
kali sampai siswa dapat menghasilkan potongan yang sesuai rapi dan benar.
Tahapan pembelajarna terus berlanjut sampai dengan suswa dapat menghasilkan
produk. Kegiatan belajar dilakukan secara mandiri sehingga memberikan
keleluasaan untuk mempelajari materi sesuai dengan tingkat pemahaman masing-
masing siswa. Dengan cara tersebut, siswa dapat mengulang kembali materi-
lxxxvii
materi yang dirasa kurang jelas atau belum paham sampai siswa tersebut
menguasai.
Dengan pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan
menekankan pada siswa untuk melakukan sendiri sesuai dengan teori yang
dipelajari ternyata mampu berpengaruh terhadap penguasaan siswa yang tinggi.
Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Sudjatmiko (2003:15) dalam kerucut
pengalaman belajar yaitu siswa akan mencapai hasil belajar 10% dari apa yang
dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa
yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang di katakan dan 90% dari apa yang
dikatakan dan dilakukan.
Pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan di SMP Terbuka
Tempuran lebih menekankan pada kemampuan psikomotor, yaitu berupa latiha-
latihan keterampilan yang harus dikuasai siswa. Sejalan dengan uraian di atas,
maka secara teorits siswa akan mencapai hasil 90% karena siswa mempraktikkan
teori dengan cara melakukakan sendiri.
lxxxviii
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan
antara lain:
1. Pembelajaran keterampilan yang dilakukan di SMP Terbuka Tempuran dalam
kategori efektif. Kemampuan siswa SMP Terbuka Tempuran dalam mata
pelajaran Keterampilan telah mencapai standar kompetensi, ditunjukkan dari
hasil uji t sebesar 2,079 dengan probabilitas 0,047 < 0,05.
2. Besarnya keektivan pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan di SMP
Terbuka Tempuran mencapai 83%. Tingginya keefektifan pembelajaran
keterampilan tersebut karena didukung oleh fasilitas peralatan tata busana
yang memadai, guru pamong yang sesuai dengan bidang keahlian tata busana,
dan dalam pembelajarannya menggunakan sistem modul dan siswa
melaksanakan praktik di ruang laboratorium. Guru dalam pembelajaran
bersifat fasilitator dan memberikan penjelasan jika siswa mengalami kesulitan
dalam melaksanakan praktik.
lxxxix
B. Saran
Setelah dilakukannya penelitian di SMP Terbuka Tempuran tentang
pembelajaran keterampilan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
3. Perlu adanya peningkatan proses pembelajaran dengan cara mencari strategi
pembelajaran baru dalam proses pembelajaran agar memperoleh hasil yang
lebih optimal dalam pembelajaran keterampilan.
4. Perlu adanya penambahan jam pelajaran pada materi praktik keterampilan,
karena dengan penambahan jam pelajaran siswa akan lebih menguasai alat
dan menambah kecakapan siswa dalam berkreasi serta akan lebih
meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
xc
DAFTAR RUJUKAN
Ali, Mohamad. 1984. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
-----------------. 1990 Konsep dan Penerapan CBSA dalam Pengajaran. Bandung :
Sarana Pancakarya.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineke Cipta.
-----------------. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Balitbang Depdiknas. 2002. Hasil Pendataan Ulang SMP Terbuka, Jakarta:
Depdiknas.
Burhannuddin. 1996. Pengantar Paedagogik. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2002. SMP Terbuka Selayang Pandang. Jakarta: Depdiknas.
------------. 2002. Program Pendidikan Keterampilan SLTP Terbuka Dalam Rangka
Pelaksanaan Broad Based Education Yang berorientasi Untuk Hidup.
Jakarta: Depdiknas.
-------------. 2003. Standar Kompetensi Matapelajaran Keterampilan SMP/MTS.
Jakarta: Depdiknas.
-------------. 2004. Program Pendidikan Keterampilan Bagi Siswa SMP Terbuka.
Jakarta: Depdiknas.
Ditjen Dikmenum. 2002. Pendidikan Berbasis Luas dengan Pembelajaran Kecakapan
Hidup (Konsep dan Dasar Pelaksanaannya). Iakarta: Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 1984. Media Pendidikan. Bandung : Citra Adity Bakti.
Jasin, Anwar. 1996. Pembelajaran Efektif. Jakarta: Grasindo.
Latunussa, Izaak. 1988. Penelitian Pendidikan (Suatu Pengantar), Jakarta:
Depdikbud.
Poerwadarminta. 1980. Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia. Bandung: Hasta.
xci
Purwanto, Ngalim. 1997. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung.
Rosdakarya.
Sadiman, Arief Sukadi. 1993. Madia Pendidikan. Bandung : Citra Adity Bakti.
Slamet, PH. 2002. Pendidikan Kecakapan Hidup (Konsep Dasar). Dalam Jurnal
pendidikan dan Kebudayaan Nomor 037. Jakarta. Balitbang Diknas.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT
Rineke Cipta.
Sudjana, Nana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Bandung: Sinar Baru.
-------------------. 1989. Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar Baru.
Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjana, D. 1993. Strategi Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar Sekolah. Bandung:
Nusantara Press.
Suryabrata, Sumadi. 1989 Proses Belajar Mengajar Mengajar di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta : Andi Offset.
Tim pengembangam MKDK. 1989. Psikologi Belajar. Semarang : IKIP Semarang
Press.
Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.
xcii
LEMBAR OBSERVASI KETERAMPILAN TATA BUSANA SMP TERBUKA
KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG
Nama Siswa :
Nomor Absen :
A. Pengoperasian Alat
Skor penilaian kemampuan siswa dalam pengoperasian alat
1. Mengoperasikan mesin jahit kaki
a. Siswa dapat menjalankan mesin jahit
(a) mesin berjalan teratur/ seirama dengan ayunan kaki
(b) mesin berjalan tersendat sebanyak 5 kali
(c) mesin berjalan tersendat lebih dari 5 kali
b. Siswa menjahit lurus sesuai rader
(a) Jahitan lurus sesuai rader rapid an teratur
(b) Jahitan keluar dari rader kurang dari 4 bagian
(c) Jahitan keluar dari rader lebih dari 4 bagian
c. Kondisi jarum mesin selama siswa menjahit
(a) Jarum tidak patah sampai pekerjaan selesai
(b) Jarum patah kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
(c) Jarum patah lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
d. Kondisi benang selama siswa menjahit
(a) Benang sama sekali tidak putus sampai pekerjaan selesai
(b) Benang putus kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
(c) Benang putus lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
2. Mengoperasikan mesin jahit dynamo
a. Siswa mengoperasikan mesin jahit dynamo
(a) Mesin berjalan teratur/ tidak tersendat-sendat sampai pekerjaan selesai
(b) Mesin berjalan tersendat-sendat kurang dari 5 kali sebelum pekerjaan
selesai
xciii
(c) Mesin berjalan tersendat-sendat lebih dari 5 kali sebelum pekerjaan
selesai
b. Siswa menjahit lurus sesuai rader
(a) Jahitan lurus sesuai rader, rapi dan teratur
(b) Jahitan keluar dari rader kurang dari 4 bagian
(c) Jahitan keluar dari rader lebih dari 4 bagian
c. Kondisi jarum mesin selama siswa menjahit
(a) Jarum tidak patah sampai pekerjaan selesai
(b) Jarum patah kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
(c) Jarum patah lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
d. Kondisi benang selama siswa menjahit
(a) Benang sama sekali tidak putus sampai pekerjaan selesai
(b) Benang putus kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
(c) Benang putus lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
3. Mengoperasikan mesin jahit zigzag
a. Mengingat tanda atau symbol dalam mesin
(a) Semua tanda atau symbol dalam mesin jahit dapat diingat siswa
(b) Lebih dari setengah tanda atau symbol mesin dapat diingat siswa
(c) Kurang dari atau setengah dari tanda atau symbol mesin dapat diingat
siswa
b. Hasil jahitan menggunakan mesin zigzag
(a) Jahitan lurus sesuai dengan pola
(b) Jahitan melebihi pola 1 sampai dengan 2 cm
(c) Jahitan melebihi pola lebih dari 2 cm
4. Mengoperasikan mesin obras
a. Kestabilan menjalankan mesin
(a) Mesin berjalan teratur/ tidak tersendat-sendat sampai pekerjaan selesai
(b) Mesin berjalan tersendat-sendat kurang dari 5 kali sebelum pekerjaan
selesai
xciv
(c) Mesin berjalan tersendat-sendat lebih dari 5 kali sebelum pekerjaan
selesai
b. Obrasan yang dihasilkan sesuai rader
(a) Obrasan lurus rapi dan teratur
(b) Obrasan keluar dari rader kurang dari 4 bagian
(c) Obrasan keluar dari rader lebih dari 4 bagian
c. Kondisi jarum mesin selama siswa mengobras
(a) Jarum tidak patah sampai pekerjaan selesai
(b) Jarum patah kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
(c) Jarum patah lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
d. Kondisi benang selama siswa mengobras
(a) Benang sama sekali tidak putus sampai pekerjaan selesai
(b) Benang putus kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
(c) Benang putus lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
5. Mengoperasikan mesin border
a. Kestabilan menjalankan mesin
(a) Mesin berjalan teratur/ tidak tersendat-sendat sampai pekerjaan selesai
(b) Mesin berjalan tersendat-sendat kurang dari 5 kali sebelum pekerjaan
selesai
(c) Mesin berjalan tersendat-sendat lebih dari 5 kali sebelum pekerjaan
selesai
b. Siswa menjahit lurus sesuai rader
(a) Jahitan lurus rapi dan teratur
(b) Jahitan keluar dari rader kurang dari 4 bagian
(c) Jahitan keluar dari rader lebih dari 4 bagian
c. Kondisi jarum selama membordir
(a) Jarum tidak patah sampai pekerjaan selesai
(b) Jarum patah kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
(c) Jarum patah lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai
xcv
ISTRUMEN PENELITIAN
Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka Kecamatan Tempuran
Pilih jawaban dengan memberi tanda (√ ) Pada kolom jawaban yang tersedia
Apabila siswa dalam menyerap materi sangat kesulitan Pilih kolom SS
Apabila siswa dalam menyerap materi kesulitan Pilih kolom S
Apabila siswa dalam menyerap materi mudah Pilih kolom M
Apabila siswa dalam menyerap materi sangat mudah Pilih kolom SM
A. Keterampilan Tata Busana
NO. Pernyataan SS S M SM
1. Pengetahuan siswa terhadap teori life
skill tata busana
2. Pengetahuan siswa tentang pengertian
teknik menghias kain
3. Pengetahuan siswa tetang mesin jahit
4. Pengetahuan jahit menjahit
5. Keterampilan siswa dalam meghias kain
6. Kemampuan siswa dalam pengenalan
alat
7. Kemampuan siswa mengoperasian alat
8. Kemampuan siswa dalam perawatan
alat
9. Kemampuan siswa menggambar pola
dasar dasar rok
10 Kemampuan siswa dalam merubah pola
dasar rok
11. Kemampuan siswa dalam menggambar
pola dasar blus
12. Kemampuan siswa dalam merubah pola
dasar blus
xcvi
13. Kemampuan siswa dalam menggambar
pola celana
14. Kemampuan siswa dalam menggambar
pola kemeja
15. Kemampuan siswa dalam memotong
pola dengan benar
16. Kemampuan siswa dalam membuat pola
dasar skala ¼
17. Kemampuan siswa dalam membuat
pola dasar rok dengan ukuran
sesungguhnya.
18. Kemampuan siswa memotong kain
dengan benar
19. Kemampuan siswa menjahit dasar
dengan kertas
20. Kemampuan siswa dalam menjahit
kertas
21. Kemampuan siswa menjahit dengan
benar dengan kain perca
22. Kemampuan siswa menjahit lurus
dengan kain perca
23. Kemampuan siswa menjahit dengan
lurus
24. Kemampuan siswa dalam menjahit
ombak
25. Kemampuan siswa dalam menjahit siku
26. Kemampuan siswa dalam menjahit
lancip
27. Kemampuan siswa dalam menjahit ring
28. Kemampuan siswa dalam menjahit
xcvii
dengan benar
29. Kemampuan siswa dalam menghias kain
dengan benar
30. Kemampuan siswa dalam mengobras
ISTRUMEN PENELITIAN
Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka Kecamatan Tempuran
Pilih jawaban dengan memberi tanda (√ ) Pada kolom jawaban yang tersedia
xcviii
Apabila siswa dalam menyerap materi sangat kesulitan Pilih kolom SS
Apabila siswa dalam menyerap materi kesulitan Pilih kolom S
Apabila siswa dalam menyerap materi mudah Pilih kolom M
Apabila siswa dalam menyerap materi sangat mudah Pilih kolom SM
B. Keterampilan Sablon
1. Pengetahuan siswa tentang teori life
skill keterampilan sablon
2. Pengetahuan siswa tentang sablon
3. Kemampuan siswa dalam menyerap
materi praktik
4. Kekampuan siswa dalam hal pengenalan
alat
5. Kemampuan siswa dalam hal
pengenalan bahan
6. Kemampuan siswa dalam mengolah
obat afdruk
7. Kemampuan siswa dalam melakukan
penyaringan obat afdruk kedalam sceen
8. Kemampuan siswa dalam melakukan
Pengeringan dengan benar
9. Kemampuan siswa dalam menyusun alat
pengeringan
10. Kemampuan siswa dalam melakukan
Penyinaran
11. Kemampuan siswa dalam melaksanakan
pembangkitan (mencuci)
12. Kemampuan siswa dalam Kemampuan
siswa dalam Tursir
13. Kemampuan siswa dalam pengeringan
terakhir
14. Kemampuan siswa dalam Teknik cetak
15. Kemampuan siswa dalam Mancetak
warna kedua
16. Kemampuan siswa dalam Mencetak
warna ketiga
17. Kemampuan siswa dalam Anleg
(memberi batasan)
18. Kemampuan siswa dalam Kontruksi
susunan warna
19. Kemampuan siswa dalam Menyusun
warna diatas benda yang tebal
xcix
20. Kemampuan siswa dalam Menyusun
warna diatas benda yang tipis
21. Kemampuan siswa dalam Menggunakan
warna sembur/ campuran
22. Kemampuan siswa dalam Menghapus
dengan benar
c
DOKUMENTASI PENELITIAN
ci
cii
ciii
top related