129418582 glaukoma primer sudut tertutup
Post on 14-Aug-2015
91 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang,
biasanya disertai peningkatan tekanan intraokuler.1
Gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Survey Kesehatan Indera tahun 1993 – 1996 menunjukkan 1,5%
penduduk Indonesia mengalami kebutaan disebabkan oleh katarak (52%),
glaukoma (13,4%), kelainan refraksi (9,5%), gangguan retina (8,5%), kelainan
kornea (8,4%) dan penyakit mata lain.4 Pada tahun 2020, 79,6 juta orang
diperkirakan memiliki glaukoma, di mana 11,2 juta dari mereka akan menjadi
buta secara bilateral.5
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan angka kebutaan sebesar 0,9%.
Dengan angka tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan (2,6%) dan terendah di
Provinsi Kalimantan Timur (0,3%). Sementara hasil Survei Kebutaan dan
Kesehatan Mata di Propinsi Jawa Barat tahun 2005, menunjukkan, pada kelompok
usia di atas 40 tahun prevalensi glaukoma sebesar 1,2 % dan prevalensi kebutaan
karena glaukoma sebesar 0,1% dari total kebutaan sebesar 4,0 %.4
Di seluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang
tinggi, 2% penduduk berusia lebih 40 tahun menderita. Glaukoma dapat juga
didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang, pria lebih banyak diserang dari
pada wanita.2 Di Indonesia glaukoma kurang dikenal oleh masyarakat, padahal
cukup banyak yang menjadi buta karenanya.3
Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit putih.
Presentase ini jauh lebih tinggi pada orang Asia dan suku Inuit. Glaukoma sudut
tertutup primer berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat glaukoma
di China.1
BAB II1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI
Bagian mata yang penting pada glaukoma adalah sudut filtrasi. Sudut filtrasi
ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh
garis yang menghubungkan akhir dari membrane Descemen dan membran
Bowman, lalu ke posterior 0,75 mm, kemudian ke dalam mengelilingi Kanal
Schlemm dan trabekula sampai ke coa.
Akhir dari membran Descement disebut Schwalbe. Limbus terdiri dari 2
lapisan epitel dan stroma. Epitelnya 2 kali setebal epitel kornea. Di dalam
stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari arteri siliaris anterior.
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula yang terdiri dari :
1. Trabekula korneoskleral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma
kornea dan menuju ke belakang, mengelilingi kanal Schlemm unuk
berinsersi pada sklera.
2. Trabekula uveal, serabut berasal dari lapisan dalam stroma kornea menuju
ke skleralspur (insersi dari m. siliaris) dan sebagian ke m. siliaris
meridional.
3. Serabut berasal dari akhir membrane Descement (garis Schwalbe), menuju
ke jaringan pengikat m. siliaris radalis dan sirkularis.
4. Ligamentum pektinatum rudimenter, berasal dari dataran depan iris
menuju ke depan trabekula.
Trabekula terdiri jaringan kolagen, jaringan homogen, elastik dan seluruhnya
diliputi endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang
sehingga bila ada darah di dalam kanal Schlemm dapat terlihat dari luar.
Kanal Schlemm merupakan kapiler yang dimodifikasi yang mengelilingi
kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapis sel, diameternya 0,5 mm. Pada
dindingnya sebelah dalam terdapat lubang-lubang sebesar 2 U, sehingga terdapat
hubungan langsung antara trabekula dan kanal Schlemm. Dari kanal Schlemm,
keluar saluran kolektor, 20-30 buah yang menuju ke pleksus vena di dalam
jaringan sclera dan episklera dan v. siliaris anterior di badan siliar.2
2
Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan akuos humor
dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Akuos humor humor yang
dihasilkan oleh badan siliar masuk ke bilik mata belakang, kemudian melalui
pupil menuju ke bilik mata depan ke sudut coa, melalui trabekulum mencapai
kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar dari bola mata.1,3
Gambar 1 Aliran Akuos Humor
2.2 DEFINISI
Glaukoma primer sudut tertutup terjadi bila terdapat kenaikan mendadak
dari tekanan intraokuler yang disebabkan penutupan sudut coa yang mendadak
oleh akar iris sehingga menghalangi sama sekali keluarnya humor akueus melalui
trabekula, menyebabkan meningginya tekanan intraokuler, sakit yang sangat di
mata secara mendadak dan menurunnya ketajaman penglihatan secara tiba-tiba
disertai tanda-tanda kongesti di mata, seperti mata merah, kelopak bengkak. 5,2
2.3 ETIOLOGI
Karena glaukoma ini timbulnya mendadak disertai tanda kongestif, maka
disebut glaukoma akut kongestif atau glaukoma akut. Glaukoma akut, hanya
timbul pada orang-orang dengan predisposisi anatomis.
Faktor anatomis yang menyebabkan sudut sempit adalah :
1. Bulbus okuli yang pendek, biasanya pada mata yang hipermetrop. Makin
berat hipermetropnya makin dangkal coanya.
3
2. Tumbuhnya lensa, menyababkan coa menjadi lebih dangkal. Pada umur 25
tahun, dalamnya coa rata-rata 3,6 mm, sedang pada umur 70 tahun 3,15
mm.
3. Kornea yang kecil dengan sendirinya coanya dangkal.
4. Tebalnya iris. Makin tebal iris, makin dangkal coa.
Faktor fisiologis yang menyebabkan coa sempit :
1. Akomodasi. Dengan akomodasi pars siliaris dari iris maju ke depan.
2. Dilatasi pupil, menyebabkan iris menjadi lebih tebal dan sudut coa
menjadi lebih sempit.2
2.4 PATOFISIOLOGI
Pada sudut bilik mata yang sempit, letak lensa menjadi lebih dekat ke iris,
sehingga aliran cairan bilik mata dari bilik mata belakang ke bilik mata depan
terhambat. Inilah yang disebut dengan hambatan pupil. Hal ini dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam bilik mata belakang dan
mendorong iris ke depan. Pada sudut bilik mata depan yang memang sudah
sempit adanya dorongan ini menyebabkan iris menutupi jaringan trabekula,
sehingga cairan bilik mata tidak dapat atau sukar untuk keluar dan terjadilah
glaukoma sudut tertutup.2
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Prodroma
4
Sebelum penderita mendapat serangan akut, ia mengalami tanda dini
(prodroma) walau ini tidak selalu terjadi. Pada stadium ini terdapat penglihatan
kabur, melihat halo (gambaran pelangi) sekitar lampu atau lilin, disertai sakit
kepala, sakit pada matanya dan kelemahan akomodasi.1,2,3,6,7
Keadaan ini berlangsung ½ - 2 jam kemudian hilang. Jarang mereka
datang ke dokter dengan keuhan demikian karena cepat berlalu. Biasanya dengan
tidur sebentar keadaan pulih kembali, sebab pada waktu tidur terjadi miosis yang
menyebabkan sudut coa terbuka.2
Pemeriksaan pada stadium ini, didapatkan injeksi perikornea yang ringan,
kornea agak suram karena edema, bilik mata depan dangkal, pupil sedikit melebar
reaksi cahaya lambat dan tekanan intraokuler meninggi. Bila serangannya reda,
mata menjadi normal kembali, kecuali penurunan daya akomodasi tetap ada,
sehingga penderita memerlukan penggantian kacamata dekat yang lebih sering
dan lebih kuat dibanding usianya. Mula-mula antara serangan dapat bermingu-
minggu atau beberapa bulan, akan tetapi makin lama makin sering dan
serangannya berlangsung lebih lama. Stadium ini dapat berlangsung beberapa
minggu atau beberapa bulan bahkan beberpa tahun, baru kemudian sampai pada
stadium glaukoma akut.1,2,3,6,7
Stadium Kongestif
Pada stadium ini penderita tampak sangat payah, memegangi kepalanya
karena sakit hebat. Jalannya dipapah, karena ketajaman penglihatannya sangat
turun, muntah-muntah. Karenanya sering disangka bukan menderita sakit mata,
melainkan suatu penyakit sistemik.2,3,8
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian
hari penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri
dirasakan di dalam dan sekitar mata. Penglihatannya kabur sekali dan dilihatnya
warna pelangi di sekitar lampu.3
Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva
yang sangat hiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik
mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan
5
dari samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis
yang hampir total.2,3
Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai
hitung jari. Dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah
cukup untuk membuat suatu diagnosis tapi diagnosis baru dapat ditegakkan kalau
tekanan bola mata didapatkan tinggi sekali.3
2.6 KLASIFIKASI
1. Glaukoma Sudut Tertutup Akut
Glaukoma sudut tertutup akut terjadi bila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan oklusi sudut bilik mata depan oleh iris perifer. Hal ini menghambat
aliran keluar akuos dan tekanan intraokuler meningkat dengan cepat,
menimbulkan nyeri hebat, kemerahan dan penglihatan kabur.
Glaukoma sudut tertutup akut ditandai oleh munculnya kekaburan
penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat, halo, serta mual dan muntah.
Pasien terkadang dikira menderita penyakit gastrointestinal akut. Temuan-temuan
lainnya adalah peningkatan intraokuler yang mencolok, bilik mata depan dangkal,
kornea berkabut, pupil berdilatasi sedang yang terfiksasi, dan injeksi siliar. Mata
sebelahnya harus dilakukan pemeriksaan gonioskopi untuk memastikan adanya
predisposisi anatomi terhadap glaukoma sudut tertutup primer.1,4,7
2. Glaukoma Sudut Tertutup Subakut
Faktor-faktor etiologi yang berperan pada glaukoma sudut tertutup subakut
sama dengan yang berperan pada tipe akut, kecuali bahwa episode peningkatan
tekanan intraokulernya berlangsung singkat dan rekuren. Episode penutupan sudut
membaik secara spontan, tetapi terjadi akumulasi kerusakan pada sudut bilik mata
depan disertai pembetukan sinekia anterior perifer. Glaukoma sudut tertutup
subakut kadang-kadang berkembang menjadi glaukoma sudut tertutup akut.
Didapatkan riwayat serangan berulang berupa nyeri, kemerahan, dan
kekaburan penglihatan disertai halo di sekitar cahaya pada satu mata. Serangan
sering terjadi pada malam hari dan sembuh dalam semalam. Pemeriksaan diantara
waktu serangan mungkin hanya memperlihatkan sudut bilik mata depan yang
6
sempit disertai dengan sinekia anterior perifer. Diagnosis dapat dipastikan dengan
gonioskopi. Terapinya adalah iridotomi perifer dengan laser.1
3. Glaukoma Sudut Tertutup Kronik
Pasien dengan predisposisi anatomi penutupan sudut bilik mata depan
mungkin tidak pernah mengalami episode peningkatan tekanan intraokuler akut,
tetapi mengalami sinekia anterior perifer yang semakin meluas disertai dengan
peningkatan tekanan intraokuler secara bertahap. Pada pasien ini bermanifestasi
seperti yang diperlihatkan oleh pasien glaukoma sudut terbuka primer, sering
dengan penyempitan lapangan pandang yang ekstensif di kedua mata. Sesekali
pasien-pasien tersebut mengalami serangan penutupan sudut subakut.
Pada pemeriksaan dijumpai peningkatan intraokuler, sudut bilik mata
depan yang sempit disertai sinekia anterior perifer dalam berbagai tingkat, serta
kelainan diskus optikus dan lapangan pandang.1
4. Iris Plateau
Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai. Pada iris plateau,
kedalaman bilik mata depan sentral normal, tetapi sudut bilik mata depannya
sangat sempit karena posisi prosesus siliaris terlalu anterior. Mata dengan kelainan
ini jarang mengalami blockade pupil, tetapi dilatasi akan menyebabkan
merapatnya iris perifer, sehingga menutup sudut (pendesakan sudut), sekalipun
telah dilakukan iridektomi atau iridoktomi perifer. Pengidap kelainan ini
mengalami glaukoma sudut tertutup akut pada usia muda, dan sering mengalami
kekambuhan setelah tindakan iridotomi laser perifer atau iridektomi
bedah.diperlukan terapi miotik jangka panjang atau iridoplasti dengan laser.
Klasifikasi menurut Becker and Shaefer
Besar sudut Derajat Numerik Interpertasi
Klinik
Terbuka lebar 30-45 3-4 Tidak mungkin
7
tertutup
Sudut sempit
ringan
20 2 Mungkin tertutup
Sudut sempit
berat
10 1 Kadang-kadang
tertutup
Sudut tertutup
total-sebagian
0 Serangan atau
mengancam
2.7 DIAGNOSIS
Untuk mendeteksi seseorang dengan calon galukoma akut, dibutuhkan
anamnesis yang teliti, diperlukan juga penilaian secara klinis. Pemeriksaan yang
dilakukan pada glaukoma.
1. Mengukur tekanan bola mata (Tonometri)
Tujuan pemerikasaan dengan tonometer atau tonometri untuk menentukan
tekanan bola mata seseorang berdasrkan fungsinya dimana tekanan bola mata
merupakan keadaan mempertahankan mata bulat sehingga tekanan bola mata yang
normal tidak akan memberikan kerusakan saraf optik atau yang terlihat sebagai
kerusakan dalam bentuk glaukoma pada papil saraf optik.7
Tonometri adalah pengukuran tekanan intraokuler. Dikenal 4 bentuk
tonometri atau pengukur tekanan bola mata :
Digital (palpasi) tonometri
Merupakan cara yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat,
karena pengukuran tekanan bola mata dengan perasaan jari telunjuk pemeriksa.
Caranya adalah dengan kedua jari telunjuk diletakkan di atas bola mata sambil
penderita disuruh melihat ke bawah. Mata tidak boleh ditutup, karena menutup
mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,
hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan
keras. Dilakukan dengan palpasi, diaman satu jari menahan, jari lainnya menekan
secara bergantian.3,9
8
Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat dicatat
sebagai berikut : N = normal, N+1 = agak tinggi, N+2 = untuk tekanan yang lebih
tinggi, N-1 = lebih rendah dari normal, N-2 = lebih rendah lagi, dan seterusnya.3,9
Schiotz tonometri
Merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea dengan
beban beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya.
Beban yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata ke
dalam dan mendapat perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea.
Keseimbangan tekanan tergantung pada beban tonometer.
Pembacaan skala dikonversi pada table untuk mengetahui bola mata dalam
millimeter air raksa. Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya
glaukoma dan bila tekanan lebih dari 25 mmHg pasien menderita glaukoma.3,9
Aplanasi tonometri
Pemeriksaan ini untuk mendapatkan tekanan intraokuler dengan
menghilangkan pengaruh kekauan sklera (sclera rigidity) dengan mendatarkan
permukaan kornea.
Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih daripada 20
mmHg dianggap sudah menderita glaukoma.5,9
Tonometri udara (air puff tonometry), yang paling kurang tepat, kurang
teliti karena dipergunakan di ruang terbuka.5,9
2. Uji Besar Sudut
Tes ini dilakukan bila gonioskopi tidak mungkin karena media keruh.
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan sederhana yang berguna untuk melihat
kemungkinan sudut bilik mata yang sempit dan mengancam akan terjadinya
glaukoma akut. Pemeriksaan dilakukan di kamar gelap dengan lampu celah
(slitlamp) dengan sinar yang diarahkan pada kornea tegak lurus di daerah limbus.
Penilaian yang dapat dilakukan adalah dengan melihat sudut biik mata :
Bila dalam sudut bilik mata perifer ½ atau setebal kornea maka tidak
mungkin mata tersebut mendapat serangan glaukoma.
9
Bila dalam sudut bilik mata perifer ¼ tebal kornea maka mata ini terancam
sudut sempit.
Bila dalam bilik mata perifer antara ¼ dan ½ tebal kornea maka mata ini
harus mendapat pemeriksaan lebih lanjut (gonioskopi)
Becker and Shaefer
Tingkat Sudut Sudut Bilik Mata
4 BMD = tebal kornea
3 BMD = ¼ - ½ tebal kornea
2 BMD = ¼ tebal kornea
1 BMD <
Sudut slit BMD sangat sempit
Sudut tertutup BMD perifer tidak ada
Dari 2500 pasien didapatkan (unselected cases)
Grade 1 0,64%
Grade 2 2,1%
Grade 3 3,60%
Grade 4 4,38%
3. Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata
dengan goniolens. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat sudut bilik mata yang
merupakan tempat keluarnya cairan mata dari bola mata.3
Kelainan patologik sudut akan terlihat seperti sempit, terbuka, tertutup
pigmen dan tumbuhan jaringan patologik.
Dapat dinilai besar atau terbukanya sudut :
Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak kornea
dengan iris, disebut sudut tertutup.
10
Derajat 1, bila tidak terlihat ½ bagian jalinan trabekulum sebelah belakang,
dan garis Schwalbe terlihat, disebut sudut sangat sempit. Sudut sangat
sempit sangat mungkin menjadi sudut tetutup.
Derajat 2, bila sebagian kanal Schlemm terlihat, disebut sudut sempit
sedang kelainan ini mempunyai kemampuan untuk tertutup.
Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih terlihat termasuk
sclera spur, disebut sudut terbuka sedang. Pada keadaan ini tidak akan
terjadi sudut tertutup.
Derajat 4, bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka.5,9
4. Oftalmoskopi
Dengan oftalmoskop dapat dilihat saraf optik di dalam mata dan akan
dapat ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik. Saraf
optik dapat dilihat secara langsung. Warna serta bentuk dari mangkok saraf optic
pun dapat menggambarkan ada atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma yang
sedang diderita.7,9
Rasio cup/disk adalah perbandingan antara besarnya penggaungan papil
saraf optik dengan besar atau lebarnya papil. Rasio cawan-diskus berguna untuk
mencatat ukuran diskus optikus pada pasien glaukoma. Apabila terdapat
kehilangan lapangan pandang atau peningkatan tekanan intraokuler, rasio cawan-
diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata
sangat diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa.1,2,7,9
5. Pemeriksaan Lapangan Pandang
Pemeriksaan lapangan pandang secara teratur berperan penting dalam
diagnosis dan tindak lanjut glaukoma. Pemeriksan lapangan pandang adalah
pemeriksaan yang paling memastikan pada kerusakan saraf mata akibat glaukoma.
Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma seperti layar
Bjerrum untuk pemeriksaan lapang pandang sentral atau perimeter Goldmann dan
Octopus untuk pemeriksaan lapangan pandang sampai perifer.1,9
6. Penilaian Serabut Saraf
11
Menilai serabut saraf retina merupakan hal penting pada glaukoma karena
kelainan serabut saraf lebih cepat terlihat disbanding gangguan pada lapang
pandang.
Pemeriksaan OCT, GDX, HRT akan memperlihatkan kelainan struktur
serabut saraf retina dan papil saraf optik. OCT (Optical Coherence tomography),
dengan tekhnik interferometer digambarkan potongan melintang retina dan papil
saraf optik, diukur tebal lapis serabut saraf retina. Pencitraan OCT untuk melihat
macular hole, membran preretina, edema makula dan kerusakan saraf optik.
GDX, dengan sinar polarisasi diukur tebal serabut saraf retina. HRT, dengan
memakai scanning laser melihat gambaran 3 dimensi keadaan papil saraf optik.
7. Tes Provokasi
Tes yang dilakukan pada keadaan yang meragukan. Tes yang dilakukan :
Tes kamar gelap
Pemeriksaan ini untuk melihat kemampuan sudut bilik mata untuk tertutup
dan merupakan pemeriksaan provokasi untuk glaukoma sudut sempit. Sudut bilik
mata menyempit bila pasien berada di kamar gelap akibat terjadinya midriasis.
Midriasis akan mengakibatkan sudut bilik mata tertutup yang akan menghalangi
pengaliran akuos humor sehingga tekanan bola mata meninggi.
Uji Midriasis
Pemeriksaan untuk menemukan glaukoma sudut sempit dengan
memprovokasinya dengan midriatik. Midriasis akan mengakibatkan sudut
bertambah tertutup dan bertambah kemungkinan terbendungnya akuos humor dan
dapat menimbulkan glaukoma.
Uji Tiarap (Prone Test)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk glaukoma sudut sempit. Pada waktu
tiarap terjadi pergeseran lensa dengan pupil ke depan yang akan mengakibatkan
sudut bilik mata menutup, yang dapat mengganggu pengaliran akuos humor
melalui sudut bilik mata.2,9
2.8 DIAGNOSIS BANDINGBeberapa penyakit yang mirip dengan glaukoma sudut tertutup yaitu :4
12
Glaukoma sudut
tertutup
Iritis akut Konjungtivitas akut
Sakit Injeksi Tipe siliar yaitu
lebih hebat dekat
limbus kornea
skleral dan
berkurang ke arah
formiks, tidak
konstriksi dengan
epinefrin 1:1000,
pembuluh tidak
bergerak dengan
konjungtiva, warna
violet, dan masing-
masing pembuluh
tak dapat diusut
Sedang sampai
hebat
Membakar, gatal.
Tipe konjungtival
yaitu lebih pada
formiks dan
berkurang ke arah
limbus. Mata
menjadi putih
dengan epinefrin 1:
1000, pembuluh
superficial,
bergerak dengan
konjungtiva, warna
merah bata, dan
masing-masing
pembuluh jelas
terlihat.
Pupil Semi dilatasi, tak
bereaksi terhadap
sinar.
Miotik, reaksi
lambat.
Normal
Kornea Suram, dan rincian
iris tak tampak.
Biasanya jernih
kadang-kadang
terlihat dengan
deposit pada
permukaan
posterior kornea.
Jernih dan normal
Sekresi Air Air Pus bergetah
Serangan Mendadak Perlahan Perlahan
Visus Sangat turun Turun sedikit Normal
TIO Meninggi Normal atau Normal13
rendah
2.9 PENYULIT GLAUKOMA AKUT
1. Sinekia anterior perifer : apabila galukoma akut tidak cepat diobati,
terjadilah perlekatan antara iris bagian tepi dan jaringan trabekulum.
Akibatnya adalah bahwa penyaluran keluar akuos humor lebih
terhambat.
2. Katarak : di atas permukaan kapsul depan lensa acapkali terlihat
bercak putih sesudah suatu serangan akut. Tampaknya seperti susu
yang tertumpah di atas meja. Gambaran ini dinamakan Glaukomflecke.
3. Atrofi papil saraf optik karena serangan yang mendadak dan
hebat,papil saraf optik mengalami pukulan yang berat hingga menjadi
atrofi.
4. Glaukoma absolute adalah istilah untuk suatu glaukoma yang sudah
terbengkalai sampai buta total.3
2.10 PENATALAKSANAAN
Pertama-tama harus diingat bahwa glaukoma akut merupakan masalah
pembedahan. Pengobatan dengan obat harus dilaksanakan sebagai tindakan
pertolongan darurat bahwa tugas di daerah adalah memberi pengobatan
secepatnya, kemudian merujuknya ke rumah sakit yang ada fasilitas untuk
pembedahan mata.3
Terapi pada awalnya ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokuler. An
Pengobatan dengan obat-obatan :
Miotik, yang paling mudah didapatkan adalah pilokarpin 2-4% tetes mata
yang ditetskan tiap menit 1 tetes selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes
tiap jam sampai 6 jam. Pilokarpin adalah miosis dan karenanya
melepaskan iris dari jaringan trabekulum. Sudut bilik mata depan akan
terbuka.
Penghambat karbonik anhidrase (carbonic anhydrase inhibitor) yang
menyebabkan mengurangnya produksi akuos humor. Yang biasa dipakai
14
adalah tablet asetazolamid ( 250 mg) diberikan 2 tablet sekaligus,
kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24 jam.
Obat hiperosmotik, yang paling mudah adalah larutan gliserin, 50% yang
diberikan oral. Dosis 1-1,5 gram/kg berat badan (0,75-1,5 cc kg berat
badan). Gliserin ini harus diminum sekaligus. Gliserin dan manitol
mempertinggi daya osmosis.
Morfin : suntikan 10-15 mg mengurangi rasa sakit dan mengecilkan pupil.
Obat-obatan ini dapat diberikan bersama-sama, tetapi hana merupakan
pengobatan darurat dan jangka pendek. Pembedahan tetap harus direncanakan.1,2,3
Pembedahan
Sebelum pembedahan, tiap glaukoma akut harus diobati terlebih dahulu,
tekanan bola mata yang tadinya sangat tinggi diturunkan dahulu sampai di bawah
25 mmHg. Apabila mata masih terlalu merah, dapat ditunggu sampai mata lebih
putih dan kemudian penderita dibedah.
1. Iridektomi Perifer
Indikasi : pembedahan ini digunakan untuk glaukoma dalam fase
prodromal, glaukoma akut yang baru terjadi atau untuk tindakan pencegahan pada
mata sebelahnya yang masih sehat.
Teknik : pada prinsipnya dibuat lubang di bagian perifer iris. Maksudnya
adalah untuk menghindari hambatan pupil. Iridektomi ini biasanya dibuat di sisi
temporal atas.
Iridektomi perifer preventif dilakukan dengan alas an serangan glaukoma
akut biasanya terjadi unilateral. Nasib mata sebelahnya yang masih sehat menurut
beberapa laporan terdapat risiko 60% terjadinya glaukoma akut dalam 5 tahun
mendatang.3,7
2. Laser iridotomy
Pada glaukoma sudut tertutup terdapat hambatan relatif pengeluaran keluar
cairan bilik mata belakang melalui pupil ke bilik mata depan. Iridotomi laser
merupakan tindakan bedah yang palig sering jadi pilihan bagi sudut tertutup
glaukoma. Sinar laser menciptakan sebuah lubang di iris, sehingga cairan dari
bilik mata belakang dapat mencapai ke bilik mata depan melalui lubang di iris.10
15
3. Pembedahan Filtrasi (trepanasi, sklerotomi, trabekulektomi)
Indikasi : pembedahan filtrasi dilakukan kalau glaukoma akut sudah
berlangsung lama atau penderita sudah masuk stadium glaukoma kongestif
kronik.
Trepanasi Elliot : sebuah lubang kecil berukuran 1,5 mm dibuat di daerah
kornea-skleral, kemudian ditutup oleh konjungtiva dengan tujuan agar akuos
mengalir langsung dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.
Sklerotomi : kornea skleral dikauterisasi agar luka tidak menutup kembali
dengan sempurna, dengan tujuan agar akuos mengalir langsung dari bilik mata
depan ke ruang subkonjungtiva.
Trabekulektomi : mengangkat trabekulum sehingga terbentuk celah untuk
mengalirkan cairan mata masuk ke dalam kanal Schlemm.2,3
2.11 PROGNOSIS
Deteksi dini dan pengobatan yang tepat dan sesegera mungkin, maka
prognosisnya baik.10
2.12 PENCEGAHAN
Pemeriksaan mata secara teratur dengan dokter mata dapat
mengidentifikasi orang yang berisiko untuk akut sudut tertutup glaukoma. Pada
beberapa orang yang berisiko tinggi, iridotomy laser dapat dilakukan untuk
mencegah serangan glaukoma akut sudut tertutup.7,10
BAB III
KESIMPULAN
Glaukoma primer sudut tertutup terjadi bila terdapat kenaikan mendadak
dari tekanan intraokuler yang disebabkan penutupan sudut coa yang mendadak
oleh akar iris sehingga menghalangi sama sekali keluarnya humor akueus melalui
trabekula, menyebabkan meningginya tekanan intraokuler, sakit yang sangat di
16
mata secara mendadak dan menurunnya ketajaman penglihatan secara tiba-tiba
disertai tanda-tanda kongesti di mata, seperti mata merah, kelopak bengkak.
Terdapat tiga tipe sudut primer tertutup yaitu akut, subakut, kronis san iris
plateau. Etiologi dari glaukoma primer sudut tertutup biasanya dikarenakan factor
anatomis yang menyebabkan sudut sempit.
Untuk menegakkan diagnosis glaukoma primer sudut tertutup yaitu dari
anamnesis yang teliti dan diperlukan juga penilaian secara klinis.
Pengobatan dengan obat harus dilaksanakan sebagai tindakan pertolongan
darurat bahwa tugas di daerah adalah memberi pengobatan secepatnya, kemudian
merujuknya ke rumah sakit yang ada fasilitas untuk pembedahan mata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC. 2009.
2. Wijaya, N. Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6. 1993.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter
Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : CV. Sagung Seto; 2002.
17
4. Depkes RI. Gangguan penglihatan Masih Menjadi Masalah Kesehatan.
Diunduh dari http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/845-
gangguan-penglihatan-masih-menjadi-masalah-kesehatan.html
5. Sbeity, Z. Ritch, R. Annual World Glaukoma Day. J Med Liban 2010 ; 58
(2) : 120-121. Diunduh dari http://lebanesemedicaljournal.org/articles/58-
2/health1.pdf.
6. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.
7. Ilyas, S. Glaukoma. Edisi ke-2. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;2001.
8. Ilyas, S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
9. Ilyas, S. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-
3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2009.
10. Noecker, R. J. Acute Angle Closure Glaukoma. 2012
http://www.emedicinehealth.com/acute_angle
closure_glaucoma/article_em.htm
18
top related