repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43427/1/priandari... ·...
Post on 24-May-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSPOR KOPI DI INDONESIA
SKRIPSI
PRIANDARI KUSANDRINA
NIM : 1111092000038
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016M/1438H
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSPOR KOPI DI INDONESIA
PRIANDARI KUSANDRINA
NIM : 1111092000038
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Agribisnis (S.Agr)
Pada Program Studi sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016M/1438H
ii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Oktober 2016
Priandari Kusandrina
1111092000038
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Priandari Kusandrina
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 21 Agustus 1993
Alamat : Jl. Loncat Indah Blok A19/14
RT.003/RW.006 Sarua Permai,
Tangerang Selatan. 14516
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : priandari.1993@gmail.com
PENDIDIKAN
1999-2005 : SD Negeri 06 Bukit Indah, Tangerang Selatan
2005-2008 : SMP Negeri 2 Pamulang (SMP Negeri 9 Tangsel)
2008-2011 : SMA Muhammadiyah 25 Pamulang
2011-2016 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN KERJA
2014 : Praktek Kerja Lapang di CV Atom Indonesia
PENGALAMAN ORGANISASI
2008-2009 : Anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah
2013-2015 : Creative United Indonesia Chapter Tangerang
Selatan
2016-2018 : Bendahara United Indonesia Chapter Tangerang
Selatan
iv
RINGKASAN
Priandari Kusandrina, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume
Ekspor Kopi di Indonesia. Di bawah bimbingan Iskandar Andi Nuhung dan
Iwan Aminudin.
Penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Volume Eskpor Kopi Di Indonesia ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi
faktor--faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia, (2)
Menganalisis pengaruh faktor –faktor tersebut terhadap volume ekspor kopi
Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa
data Time Series. Periode pengamatan mulai tahun 1991 sampai dengan
2014.Data bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian,
Kementerian Perdagangan, International Coffee Organization (ICO), AEKI, dan
Bank Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda menggunakan software SPSS versi 20. Pengujian statistik dalam
penelitian ini menggunakan uji R2, Uji-t, dan Uji-F.
Hasil pengujian diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 71%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa volume ekspor kopi di Indonesiadapat dijelaskan oleh
variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu produksi kopi domestik,
konsumsi kopi domestik, konsumsi kopi Negara terbesar, harga kopi riil domestic,
harga riil kopi internasional, dan nilai tukar rupiah terhadap dolla amerika.
Sedangkan sisanya yaitu 29% dijelaskan oleh variabel lain di luar model
penelitian ini. Hasil pengujian secara bersama-sama menunjukkan variabel
produksi kopi domestik, harga riil kopi domestic, dan harga kopi riil internasional
berpengaruh terhadap volume ekspor kopi di Indonesia dengan nilai Fhitung (6,939)
lebih besar dari Ftabel (2,70) atau nilai probabilitas 0,000< 0,05. Hasil pengujian
secara parsial diketahui bahwa variabel produksi kopi domestik dan harga riil kopi
internasional masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap volume
ekspor kopi Indonesia pada α = 0,05. Kemudian konsumsi kopi domestic, Negara
konsumen kopi terbesar, harga riil kopi domestik, dan nilai tukar rupiah terhadap
dollar amerika tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor kopi
di Indonesia.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Puji serta syukur atas rahmat dan karunia Allat SWT yang telah
memberikan nikmat iman, Islam, dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi di Indonesia” dengan baik. Shalawat serta
salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat, dan kita sebagai pengikutnya yang mudah-mudahan tetap istiqomah
terhadap ajaran sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini penulis lakukan sebagai bentuk tanggung jawab mahasiswa
untuk turut serta dalam mengamalkan salah satu poin Tri Dharma Perguruan
Tinngi, yaitu melakukan penelitian. Penelitian ini bukanlah sesuatu yang instant,
melainkan berangkat dari proses yang panjang, menyita segenap tenaga, waktu,
dan pikiran. Tanpa adanya motivasi, semangat, kesabaran, kerja keras, dan do‟a
rasanya penulis tidak dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyadari
dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah menganugrahi hidup penulis selama 23 tahun ini
dengan nikmat yang tiada terkira.
2. Kedua orang tua penulis, Bapak Henky dan Ibu Isti beserta seluruh keluarga
besar Bapak dan Ibu. Terima kasih atas segala cinta, kasih sayang,
vi
pengorbanan, perhatian, nasihat, dan dukungan baik moril maupun materiil
serta do‟a yang tiada hentinya diberikan kepada penulis. Terima kasih selalu
memberikan semangat, kepercayaan, dan mengajarkan penulis untuk
menjadi pribadi yang lebih baik. Penyelesaian skripsi ini merupakan salah
satu bakti serta wujud kasih sayang dan cinta penulis kepada Bapak dan Ibu
dan seluruh keluarga.
3. Kakak tersayang, Priangga Kuswibowo S.H untuk semua motivasi, do‟a,
kecerewetan, keceriaan, dan cinta selama ini.
4. Ibu Ir. Armaeni Dwi Humaerah, M.Si selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan perhatian, semangat, serta kasih sayangnya kepada
penulis.
5. Bapak Dr. Iskandar Andi Nuhung, MS dan Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin,
M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan tenaga,
energi, pikiran, waktu, serta memberikan ilmu, arahan, serta dukungan yang
besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sampai akhir.
6. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, S.P, MM
selaku penguji skripsi yang telah memberikan ilmu, arahan, serta dukungan
yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sampai akhir.
7. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, para Wakil Dekan I,
II, III, beserta seluruh staf dan karyawan FST.
8. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Dr. Iwan Aminuddin, M.Si
selaku
vii
Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan
kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk menimba ilmu
pengetahuan.
9. Seluruh dosen Prodi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak
dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan
pelajaran selama masa perkuliahan atau di luar perkuliahan.kepada penulis
hingga mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.
10. Sahabat-sahabat penulis (Dhila, Amirah, Dini, Dina, Iyan, Dida, dan Opar)
yang selalu ada, menemani, dan membantu penulis sejak awal sampai
terselesaikannya penulisan skripsi ini. Terima kasih atas cinta, kasih sayang,
dukungan, nasihat, celotehan, tangisan, dan kebahagiaan yang telah kalian
bagi. Semoga persahabatan kita selamanya sampai surga, Amin.
11. Ryan Perdana Putera. Terimakasih atas semua bantuan, support, motivasi,
dan menemani penulis dalam keadaan suka duka selama ini, baik dalam
masa studi maupun kehidupan sehari-hari, dan terimakasih karena telah
memberikan cinta dan kasih sayang.
12. Ilma, Azizi, Reynaldi, Mbak Fika, Bang Rinal, Deffy, Athika, terima kasih
telah berbagi ilmu, dukungan, dan do‟a kalian. Semoga kebaikan kalian
dibalas oleh Allah.
13. Teman-teman seperjuangan, para pejuang skripsi, keluarga besar Agribisnis
2011 yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan telah berbagi
ilmu dan pengalaman selama di bangku perkuliahan.
viii
14. Kepada keluarga KKN Kapten 2014 Desa Tanjungsari, Bogor. Terimakasih
atas dukungan kalian serta do‟a untuk penulis melakukukan skripsi ini.
15. Kakak-kakak senior Agribisnis 2010 (Kak Lia, Kak Gega, Kak Novi, dan
Kak Rendy) yang selalu memberikan informasi mengenai seluk-beluk
skripsi, serta Adik-adik junior 2012, 2013, dan 2014.
Sebagai penutup hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan baik
implementasi maupun dalam penulisa. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca pada
umumnya. Semoga Allah SWT meridhoi langkah serta amal ibadah yang telah
kita lakukan. Aamiiin yaa rabbal „aalamiin
Wasslamua‟alaikum Wr. Wb
Jakarta, Oktober 2016
Priandari Kusandrina
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN .............................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iii
RINGKASAN ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian ....................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kopi ........................................................................................ 8
2.2. Teori Permintaan .................................................................... 9
2.3. Teori Penawaran .................................................................... 12
2.4. Perdagangan Internasional ..................................................... 12
2.5. Teori Ekspor ........................................................................... 14
2.6. Teori Nilai Tukar .................................................................. 15
2.7. Regresi Berganda ................................................................... 17
2.8. Penelitian Terdahulu .............................................................. 18
2.9. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................. 21
2.10. Hipotesis ............................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian .................................. 26
3.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 26
x
3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................. 26
3.3.1 Analisis Deskriptif ...................................................... 27
3.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda ............................... 28
3.3.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik.............................. 28
3.3.3.1 Uji Normalitas ............................................ 29
3.3.3.2 Uji Heteroskedastisitas ................................ 30
3.3.3.3 Uji Multikolinieritas .................................... 31
3.3.3.4 Uji Autokorelasi .......................................... 31
3.3.4 Uji Hipotesis ............................................................... 32
3.3.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) .................. 32
3.3.4.2 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ........ 33
3.3.4.3 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ............. 34
3.4. Variabel dan Definisi Operasional ........................................ 35
BAB IV PERKEMBANGAN KOMODITI KOPI DI INDONESIA
4.1. Sejarah Kopi Di Indonesia ..................................................... 38
4.2. Perkembangan Produksi Kopi Indonesia ............................... 40
4.3. Perkembangan Konsumsi Kopi Domestik ............................ 41
4.4. Perkembangan Konsumsi Kopi Negara Terbesar .................. 42
4.5. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia .................... 43
4.6. Perkembangan Harga Kopi Domestik dan Harga
Kopi Internasional .................................................................. 44
4.7. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar
Amerika .................................................................................. 45
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Indentifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ekspor Kopi Di Indonesia ...................................................... 47
5.1.1 Hasil Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ................... 47
5.1.1.1 Uji Normalitas ............................................... 48
5.1.1.2 Uji Heteroskedastisitas ................................... 50
5.1.1.3 Uji Multikolinieritas ...................................... 51
5.1.1.4 Uji Autokorelasi ............................................ 53
xi
5.1.2 Hasil dan Model Regresi Linier Berganda ................. 55
5.1.3 Hasil Uji Statistik ....................................................... 57
5.1.3.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ............ 57
5.1.3.2 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) 58
5.1.3.3 Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 59
5.2 Pembahasan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ekspor Kopi di Indonesia ...................................................... 62
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ............................................................................ 73
6.2. Saran ...................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76
LAMPIRAN .................................................................................................... 79
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas areal perkebunan kopi di Indonesia menurut
pengusahaan tahun 1991-2014 .................................................... 2
Tabel 2. Hasil Uji Komologro-Smirnov .................................................... 49
Tabel 3. Hasil Uji Glejser .......................................................................... 51
Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................... 52
Tabel 5. Hasil Uji Durbin-Watson ............................................................. 53
Tabel 6. Hasil Uji Run Test ....................................................................... 55
Tabel 7. Hasil dan Model Regresi Linear Berganda ................................. 56
Tabel 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)Model Volume
Ekspor Kopi Di Indonesia ........................................................... 57
Tabel 9. Hasil Uji F Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ekspor Kopi Di Indonesia ........................................................... 58
Tabel 10. Hasil Uji T Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ekspor Kopi Di Indonesia.............................................................. 59
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Volume Ekspor dan Produksi Kopi Indonesia Tahun
1991-2014 ................................................................................... 3
Gambar 2. Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Ekspor Bersih ..................... 16
Gambar 3. Kerangka Pemikiran ................................................................... 23
Gambar 4. Produksi Kopi di Indonesia Tahun 1991-2014................................ 40
Gambar 5. Perkembangan Konsumsi Kopi Domestik Tahun 1991-
2014 ............................................................................................ 41
Gambar 6. Perkembangan Konsumsi Kopi Negara Terbesar Tahun
1991-2014 ................................................................................... 42
Gambar 7. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia Tahun 1991-
2014 ............................................................................................ 42
Gambar 8. Perkembangan Harga Kopi Domestik dan Kopi
Internasional Tahun 1991-2014 .................................................. 44
Gambar 9. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar
Amerika Tahun 1991-2014 ......................................................... 45
Gambar 10. Skema Durbin Watson ................................................................ 54
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ekspor Kopi Di Indonesia .......................................................... 79
Lampiran 2. Hasil Regresi Linear Berganda Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Ekspor Kopi Di Indonesia ................................. 80
Lampiran 3. Lanjutan, Hasil Regresi Linear Berganda Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Di Indonesia ............. 81
Lampiran 4. Hasil Regresi Linear Berganda Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Ekspor Kopi Di Indonesia ................................. 82
Lampiran 5. Hasil Regresi Linear Berganda Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Ekspor Kopi Di Indonesia ................................. 83
Lampiran 6. Hasil Regresi Linear Berganda Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Ekspor Kopi Di Indonesia ................................. 84
Lampiran 7. Hasil Regresi Linear Berganda Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Ekspor Kopi Di Indonesia ................................. 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara agraris, Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya
akan hasil pertanian, sehingga menjadi suatu kelebihan yang tidak dimiliki banyak
negara lain. Dimana perkebunan sebagai salah satu sektor unggulan, karena
memiliki beberapa prospek komoditi yang sangat bagus namun masih perlu
dikembangkan baik budidaya, pengolahan maupun pemasarannya.
Sekian banyak hasil perkebunan yang ada, kopi merupakan salah satu
komoditi unggulan di Indonesia. Dimana kopi memegang peranan penting bagi
perekonomian nasional, khususnya sebagai sumber pendapatan para petani dan
sumber devisa negara. Saat ini, Indonesia menjadi negara produsen kopi terbesar
keenam di seluruh dunia. Walau sebelumnya, indonesia pernah menempati negara
produsen kopi terbesar keempat.
Total komoditas kopi yang diproduksi indonesia, sekitar 67% digunakan
untuk keperluan ekspor dan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Menurut hasil survei LPEM UI pada 1989, konsumsi kopi indonesia
adalah sebesar 0,5 Kg/kapita/tahun. Saat ini (2014) konsumsi kopi domestik
diperkirakan telah mencapai 1,03 Kg/kapita/tahun. Sebagai negara produsen,
ekspor menjadi sasaran utama pemasaran produk-produk kopi yang dihasilkan
indonesia, di antaranya ke negara-negara tujuan ekspor seperti USA, negara-
negara Eropa, dan jepang.
2
Perkebunan kopi di indonesia terdiri dari perkebunan rakyat (smallholder),
perkebunan besar negara (goverment), dan perkebunan besar swasta (private).
Dari luas areal yang tercatat pada tahun 2014 sebesar 1.246.810 ha dan produksi
kopi Indonesia sebesar 685.089 ton, maka dapat diketahui bahwa 94% berasal dari
perkebunan rakyat dan sisanya (6%) diusahakan bentuk perkebunan besar. Posisi
tersebut menunjukan bahwa peranan petani dalam perkembangan perkopian
nasional sangat dominan. Perinciannya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Kopi di Indonesia Menurut Pengusahaan Tahun
1991-2014
Tahun
Luas (Ha)
Perkebunan
Rakyat
Perkebunan
Besar Negara
Perkebunan
Besar Swasta Jumlah
1991 1,063,289 25,891 30,674 1,119,854
1992 1,076,474 26,092 31,332 1,133,898
1993 1,090,050 26,396 31,192 1,147,638
1994 1,080,532 25,493 33,260 1,139,285
1995 1,109,499 24,616 32,396 1,166,511
1996 1,103,615 24,169 31,295 1,159,079
1997 1,105,114 32,232 32,682 1,170,028
1998 1,068,064 39,139 46,166 1,153,369
1999 1,059,245 39,316 28,716 1,127,277
2000 1,192,322 40,645 27,720 1,260,687
2001 1,258,628 26,954 27,801 1,313,383
2002 1,318,020 26,954 27,210 1,372,184
2003 1,240,222 26,597 25,091 1,291,910
2004 1,251,326 26,597 26,020 1,303,943
2005 1,202,392 26,641 26,239 1,255,272
2006 1,255,104 26,644 26,983 1,308,731
2007 1,243,429 23,721 28,761 1,295,911
2008 1,236,842 22,442 35,826 1,295,110
2009 1,217,506 22,794 25,935 1,266,235
2010 1,162,810 22,681 24,873 1,210,364
2011 1,184,967 22,572 26,159 1,233,698
2012 1,187,669 22,565 25,056 1,235,290
2013 1,194,081 22,556 25,076 1,241,713
2014 1,198,962 22,581 25,266 1,246,809
Total 16,168,190 322,748 351,965 16,842,903
Sumber: Ditjenbun, 2015
3
Gambar 1. Volume Ekspor dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 1991-2014
Sumber : Kemendag dan Ditjenbun, 2015 (diolah)
Pada gambar grafik diatas menunjukan bagaimana perkembangan ekspor
kopi indonesia pada tahun 1991-2014 ke berbagai negara tujuan utama.Namun,
dapat dilihat bahwa ekspor kopi indonesia pada tahun 1991-2000 mengalami
penurunan di tahun 1995.Volume ekspor pada tahun 1995 mencapai 226,350 ton,
dari yang sebelumnya pada tahun 1994 dengan volume 267,393 ton.Hal tersebut
menunjukkan adanya fluktuasi dalam ekspor kopi. Pada tahun-tahun berikutnya
juga terdapat tahun yang mengalami penurunan dalam ekspor kopi.
Sampai saat ini sasaran pasar komoditas kopi masih mengandalkan pasar
ekspor di berbagai negara, karena belum menunjukan tingkat konsumsi yang
cukup tinggi terhadap kopi, oleh karena itu peningkatan konsumsi dunia masih
menunjukan prospek yang baik. Adapun negara tujuan ekspor kopi Indonesia
terbesar adalah Jepang, Amerika, Itali, Jerman, dan Singapura.Bedasarkan data
BPS menunjukan bahwa ekspor kopi terutama ke negara tersebut setiap tahunnya
mengalami fluktuasi baik kuantitas ataupun nilai ekspornya.
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
Volume dan Produksi Kopi Indonesia
Volume Ekspor KopiIndonesia (Ton)
Produksi Kopi Domestik(Ton)
4
Bedasarkan perkembangan ekspor kopi Indonesia menurut negara tujuan
kecenderungan ekspor kopi ke berbagai negara tujuan ekspor berfluktuasi setiap
tahun, hal ini diduga diakibatkan oleh kondisi ekonomi negara pengimpor tersebut
ataupun kondisi perkopian Indonesia mulai dari harga, produksi, dan mutu.
Penurunan permintaan ekspor kopi Indonesia diduga disebabkan tingginya harga
di pasaran internasional, terjadi kenaikan dan penurunan kurs rupiah terhadap
dollar serta pertumbuhan ekonomi Negara.
Usman Hadi (Muhamad Fauzi, 1994) penurunan ekspor kopi indonesia
disebabkan oleh kegagalan ICO dalam menerapkan kebijakan kuota dan
meningkatnya produksi kopi Brazilia. Sedangkan menurut (Ruddy N Sasadara &
Dinie Suryani, 2005) menungkapkan permasalahan khusus yang dihadapi oleh
sektor ekspor indonesia menurut Gabungan Perusahaan ekspor Indonesia (GPEI)
antara lain, sebagai berikut :
Pertama, ekspor masih ditujukan ke negara-negara yang sama untuk waktu
yang lama, seperti Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan,
Uni Eropa, Taiwan dan Australia. Sementara itu ekspor ke negara-negara kawasan
Arab dan afrika belum tergarap dengan baik. Kedua, masih relatif banyaknya
komoditi yang diekspor dalam bentuk bahan baku atau bahan mentah yang sering
mengakibatkan industri dalam negeri justru kesulitan memperolah bahan baku
tersebut.Ketiga, masih banyaknya pungutan yang ditentukan melalui peraturan
daerah dalam rangka mencapai target Pendapatan asli daerah (PAD), sehingga
mengganggu dan meningkatkan biaya tambahan bagi para pengusaha daerah-
daerah. Keempat, terdapatnya beberapa produk ekspor yang tidak dapat memasuki
5
pasar luar negeri karena masalah standarisasi produk yang berbeda dengan standar
Indonesia. Ekspor indonesia menghadapi persoalan rendahnya daya saing
diperngaruhi oleh lemahnya nilai tukar rupiah, ekonomi biaya tinggi, minimnya
prasarana dan tidak adanya investasi baru.
Bedasarkan uraian diatas maka penelitian ini perlu untuk diteliti karena
adanya penurunan ekspor kopi indonesia. Pada dasar itulah penulis menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor produk perkebunan komoditi kopi,
dalam hal ini judul yang penulis angkat adalah : “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ekspor Kopi Di Indonesia”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan data-data yang telah disajikan dari uraian sebelumnya, maka
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh faktor –faktor tersebut terhadap ekspor kopi di
Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kopi
Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh faktor–faktor tersebut terhadap ekspor kopi
Indonesia.
6
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang
berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Para pengambil kebijakan khususnya pemerintah dan pelaku usaha
(eksportir) sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan
pengambilan keputusan mengenai ekspor kopi Indonesia.
2. Bagi penulis
a) Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pertanian yang terkait
dengan permasalahan sekitar ekspor komoditi perkebunan.
b) Sebagai praktek pengalaman di dalam upaya menguji dan
membandingkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan
fakta-fakta (riil) di lapangan.
3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
a) Sebagai bahan bacaan dan rujukan pustaka bagi penelitian sejenis dan
penelitian lanjutan.
b) Sebagai data dasar (bahan masukan data) untuk penelitian lebih lanjut
dalam bidangnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah maka penulis memiliki batasan
penelitian sebagai berikut:
1. Bedasarkan subyek penelitiannya, maka penelitian terhadap analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi ekspor kopi di Indonesia dibatasi dengan
beberapa variabel yang berpengaruh seperti produksi kopi domestik,
7
konsumsi kopi domestik, Negara konsumsen kopi terbesar, harga kopi
domestik, harga kopi internasional, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar.
2. Berdasarkan periode pengamatan, data yang dipergunakan dalam penelitian
merupakan data deret waktu (time series) tahunan, yaitu dari periode 1991-
2014.
3. Alat bantu analisis yang dipergunakan adalah Regresi Linier Berganda
dengan bantuan Program SPSS 20.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kopi
Tanaman kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk
dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi tumbuh tegak,
bercabang dan bila dibiarkan dapat tumbuh mencapai tinggi 12 m. Tanaman kopi
memiliki daun berbentuk bulat telur dengan ujung yang agak meruncing. Daun-
daun tersebut tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya.
Tanaman kopi mempunyai sistem percabangan yang berbeda dengan tanaman lain
(Siswoputranto, 1993).
Secara alami tanaman kopi memiliki sistem perakaran tunggang sehingga
tidak mudah rebah. Tetapi akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman
kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang
batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari
stek, cangkokan atau bibit okulasi, yang batang bawahnya merupakan bibit stek,
tidak memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Meskipun kopi
merupakan tanaman tahunan, tetapi umumya mempunyai perakaran yang dangkal.
Oleh karena itu, tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau panjang
bila di daerah perakarannya tidak diberi mulsa (Siswoputranto, 1993).
Menurut Siswoputranto (1993), tanaman kopi pada umumnya akan mulai
berbunga setelah berumur kurang lebih 2 tahun. Mula-mula bunga yang keluar
berasal dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang reproduksi.
Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak berkembang
9
menjadi buah, jumlahnya terbatas dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman
yang masih sangat muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak
daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup
sekunder yang reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga.
Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga yang serempak dan
bergerombol.
Tanaman kopi, yang umumnya berasal dari benua Afrika, termasuk familia
Rubiaceae dan jenis kelamin Coffea. Kopi bukan produk homogen, ada banyak
varietas dan beberapa cara pengolahannya. Terdapat sekitar 4.500 jenis kopi di
seluruh dunia yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar, yakni:
a) Coffea Canephora, yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi
dagang Robusta;
b) Coffea Arabica menghasilkan kopi dagang Arabika;
c) Coffea Excelsa menghasilkan kopi dagang Excelsa;
d) Coffea Liberica menghasilkan kopi dagang Liberika.
Genus Coffea merupakan salah satu genus penting yang mempunyai nilai
ekonomi dan dikembangkan secara komersial, terutama Coffea Arabica (Kopi
Arabika), Coffea Canephora dengan varietas Kopi Robusta dan Coffea Liberica
(Kopi Liberika) (Turnip, 2002).
2.2 Teori Permintaan
Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen
pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu.Teori permintaan menjelaskan
10
hubungan antara jumlah barang yang diminta oleh konsumen dengan harga yang
patuh menurut hukum permintaan (Kunawangsih & Pracoyo, 2006).
Ada tiga hal penting dalam konsep permintaan. Pertama, jumlah yang
diminta atau jumlah yang diinginkan (a desired quantity) pada harga barang
tersebut, pada harga barang lain, pendapatan konsumen, selera dan lain-lain
adalah tetap. Kedua, apa yang diinginkan (desired) tidak merupakan harapan
kosong, tetapi merupakan permintaan efektif, artinya jumlah dimana orang
bersedia membeli pada harga yang mereka harus bayar untuk komoditi tersebut.
Ketiga, kuantitas yang diminta menunjukkan arus pembelian yang terus-menerus
(Lipsey, 1995).
Variabel-variabel yang memengaruhi jumlah permintaan suatu komoditi
antara lain :
1. Harga komoditi itu sendiri
Berdasarkan hipotesis ekonomi dasar, bahwa harga suatu komoditi dan
kuantitas yang akan diminta berhubungan negatif, ceteris paribus. Semakin rendah
harga suatu komoditi maka jumlah komoditi yang diminta akan semakin besar,
begitu sebaliknya.
2. Rata-rata pendapatan rumah tangga (konsumen)
Untuk barang normal, jika pendapatan rata-rata rumah tangga meningkat,
maka jumlah barang yang akan dibeli semakin banyak walaupun harganya tetap
sama. Sebaliknya barang inferior, jika pendapatan rata-rata rumah tangga
meningkat jumlah barang yang diminta semakin sedikit.
11
3. Harga-harga lainnya
Kenaikan harga barang substitusi pada komoditi tertentu, akan menggeser
kurva permintaan kekanan yang menunjukkan peningkatan permintaan untuk
komoditi tersebut pada setiap tingkat harga. Penurunan harga pada barang
komplementer akan menggeser kurva permintaan kekanan yang menunjukkan
peningkatan permintaan untuk komoditi tersebut pada setiap tingkat harga.
4. Selera
Perubahan dalam selera yang menguntungkan suatu komoditi menyebabkan
pergeseran kurva permintaan kekanan. Artinya pada tiap tingkat harga akan dibeli
jumlah barang yang lebih banyak. Semakin besar selera atau kesukaan masyarakat
terhadap suatu komoditi maka akan meningkatkan permintaan komoditi tersebut.
5. Distribusi pendapatan
Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menggeser kurva permintaan
kekanan yang menunjukkan peningkatan permintaan untuk komoditi yang dibeli
oleh mereka yang memperoleh tambahan pendapatan tersebut. Kurva permintaaan
akan menggeser kekiri yang menunjukkan penurunan permintaan komoditi yang
dibeli oleh mereka yang berkurang pendapatannya.
6. Jumlah penduduk
Kenaikan dalam jumlah penduduk akan menggeser kurva permintaan
terhadap komoditi tersebut kekanan. Artinya jika terjadi peningkatan jumlah
penduduk maka akan meningkatkan permintaan komoditi tersebut, ceteris paribus.
Permintaan ekspor ialah permintaan pasar internasional terhadap komoditas yang
dihasilkan oleh suatu negara. Teori permintaan ekspor bertujuan untuk
12
menentukan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor suatu negara.
Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor suatu negara adalah harga di
pasar internasional atau harga ekspor, harga kompetitor, pendapatan perkapita
negara pengimpor, nilai tukar riil, dan lain-lain (Salvatore, 1997).
2.3 Teori Penawaran
Teori penawaran menjelaskan hubungan antara jumlah barang yang
ditawarkan pada tingkat harga dan waktu tertentu dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, faktor yang mempengaruhi penawaran tersebut adalah :
1. harga barang itu sendiri
2. Harga barang lain (substitusi)
3. Biaya produksi
4. Produksi
5. Organisasi pasar (kuota)
6. Selera masyarakat (konsumsi masyarakat)
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan
dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor,
nilai tukar, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sementara dari sisi
penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar, dan
kapasitas produksi yang dapat diatasi melalui investasi, impor bahan baku dan
kebijakan deregulasi. (Salvatore , 1997)
2.4 Perdagangan Internasional
Menurut Lipsey (1997) perdagangan internasional adalah pertukaran barang
dan jasa yang terjadi melampaui batas-batas negara. Perdagangan internasional
13
diperlukan untuk mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasi.
Masing-masing akan memproduksi barang dan jasa yang dapat dilakukan secara
efisien sementara negara tersebut akan berdagang dengan negara lain untuk
memperoleh barang dan jasa yang tidak diproduksinya. Masing-masing negara
mempunyai perbedaan tingkat kapasitas produksi secara kuantitas, kualitas dan
jenis produksinya.
Faktor-faktor yang memengaruhi perdagangan internasional dapat dilihat
dari teori penawaran dan permintaan. Teori penawaran dan permintaan tersebut
dapat diperoleh kesimpulan, bahwa perdagangan internasional terjadi karena
adanya kelebihan produksi dalam negara (penawaran) dan kelebihan permintaan
negara lain. Teori ini menggunakan konsep dasar penawaran dan permintaan
domestik untuk kasus dua negara dengan satu komoditi perdagangan tertentu
(Salvatore, 1997)
Di pasar internasional, besarnya ekspor suatu komoditi dalam perdagangan
internasional akan sama dengan besarnya impor komoditi tersebut. Harga yang
terjadi pada pasar internasional merupakan keseimbangan antara penawaran dan
permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan memengaruhi
harga dunia (Salvatore, 1997). Hal ini menunjukkan bahwa ekspor suatu negara
sangat ditentukan jenis komoditas itu sendiri, harga komoditas itu sendiri, harga
internasional, komoditas subtitusinya di pasar internasional, serta keseimbangan
penawaran dan permintaan dunia. Selain itu, secara tidak langsung ditentukan
pula oleh perubahan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain
(Salvatore, 1997).
14
Ekspor memberikan keuntungan bagi para pelakunya, adapun keuntungan-
keuntungan tersebut antara lain meningkatkan laba perusahaan dan devisa negara,
membuka pasar baru di luar negeri, memanfaatkan kelebihan kapasitas dalam
negeri, dan membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional. Ekspor juga
meningkatkan pendayagunaan sumberdaya domestik disuatu negara, menciptakan
lapangan pekerjaan dan skala setiap produsen domestik agar mampu menghadapi
persaingan dari yang lainnya (Salvatore, 1997).
2.5 Teori Ekspor
Ekspor dapat diartikan suatu total penjualan barang yang dapat dihasilkan
oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan
mendapatkan devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang
dihasilkannya ke negara lain yang tidak dapat menghasilkan barangbarang yang
dihasilkan negara pengekspor. Ekspor dan impor yang terjadi dalam suatu
perdagangan antar negara dalam kurun waktu tertentu, ditentukan oleh faktor yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, terkadang perkembangan ekspor bertentangan
dengan perkembangan impor. Keadaan ini akan timbul suatu kebijakan
pemerintah (Lipsey, 1995).
Menurut Lipsey (1995) pertumbuhan ekspor suatu komoditas dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain:
1. Adanya daya saing dengan negara-negara lain di dunia.
Oleh karena itu suatu negara hendaknya melakukan spesialisasi sehingga
negara tersebut dapat mengekspor komoditi yang telah diproduksi untuk
dipertukarkan dengan apa yang dihasilkan negara lain dengan biaya yang lebih
15
rendah dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekspor di negara
tersebut.
2. Adanya penetapan harga pasar dalam negeri dan harga pasar internasional.
Jika harga pasar internasional lebih tinggi daripada harga pasar domestik,
maka produsen akan lebih memilih untuk memasarkan komoditi yang diproduksi
ke pasar internasional sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekspor di negara
tersebut.
3. Adanya permintaan dari luar negeri.
Semakin tinggi permintaan dari luar negeri akan komoditi yang dihasilkan
oleh suatu negara, maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekspor di negara
tersebut.
4. Nilai tukar mata uang.
Apabila suatu negara mengalami apresiasi nilai tukar, maka akan
menurunkan pertumbuhan ekspor di negara tersebut. Hal itu terjadi karena
apresiasi nilai tukar menyebabkan harga-harga komoditi domestik menjadi tinggi
di pasar internasional sehingga permintaan luar negeri untuk komoditi tersebut
akan menurun.
2.6 Teori Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam
mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual (Lipsey, 1995). Ekonom membedakan
nilai tukar menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar
nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara, sedangkan nilai tukar riil
adalah harga relatif dari barang-barang antar dua negara. Nilai tukar riil
16
menyatakan kondisi memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk
barang lain. Nilai tukar riil disebut juga term of trade (Mankiw, 2007).
Pada kenyataannya, dalam dunia perdagangan terdapat banyak negara
dengan banyak jenis komoditi yang diperdagangkan. Oleh sebab itu, pengukuran
nilai tukar tidak semata-mata didasarkan pada perhitungan rasio harga antara dua
komoditi saja melainkan harus dirinci berdasarkan suatu indeks yang jauh lebih
rumit dan kompleks. Indeks tersebut harus memuat harga-harga dari berbagai
komoditi yang diekspor dan diimpor oleh negara-negara yang bersangkutan
(Salvatore, 1997).
Nilai tukar tinggi menyebabkan barang luar negeri relatif lebih murah dan
barang domestik relatif lebih mahal. Apabila hal tersebut terjadi maka penduduk
akan berkeinginan untuk membeli barang-barang impor sehingga ekspor netto
menjadi lebih rendah. Ekspor netto adalah nilai ekspor dikurangi nilai impor. Jadi
hubungan antara nilai tukar dengan ekspor netto adalah hubungan yang terbalik
(Gambar 2).
Gambar 2. Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Ekspor Bersih
Sumber : Mankiw, 2007
17
2.7 Regresi Berganda
Model dengan mempertimbangkan kemungkinan bahwa ada lebih dari satu
variabel penjelas yang mempengaruhi variabel tidak bebas. Model regresi dengan
lebih dari satu variabel penjelas disebut sebagai Model Regresi Berganda
(Gujarati, 2006: 180).
Analisis regresi linear berganda merupakan studi yang menjelaskan dan
mengevaluasi hubungan antara satu peubah endogen dengan beberapa peubah
eksogen dengan bertujuan untuk mengestimasi atau meramalkan nilai peubah tak
bebas didasarkan nilai peubah bebas yang diketahui (Gujarati, 1993:12).
Hubungan antara peubah-peubah tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk
persamaan :
Yit = β0 + β1X1i + uit + ... + βpXpt + ε i = 1,2,..., n : t = 1,2,...,t
Dimana :
Y = peubah bebas
β0 = intersep
β1...βp = koefisien kemiringan parsial
ε = unsur gangguan
I = obesevasi ke-i
Pada penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan
metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) yang berfungsi untuk
menduga parameter. Namun demikian, pada metode ini terdapat kelemahan.
Kelemahan tersebut yaitu seluruh asumsi-asumsi yang terkait di dalamnya harus
dapat dipenuhi oleh suatu model. Apabila salah satu asumsi tidak dapat
18
dipenuhioleh suatu model, maka akan menimbulkan masalah normalitas,
heteroskedasitas, multikolinearitas dan autokorelasi. Dengan demikian, diperlukan
suatu pengujian terhadap model tersebut.
Jika asumsi-asumsi yang telah disebutkan di atas dapat dipenuhi maka
penduga OLS akan dapat menghasilkan koefisien regresi yang memenuhi sifat-
sifat BLUE (Gujarati 1997), yaitu:
a. Best = efisien yang berat ragam atau variannya minimum dan konsisten,
dalam artian bahwa walaupun menambah jumlah sampel maka nilai
estimasi yang diperoleh tidak akan berbeda jauh di parameternya.
b. Linier = koefisien regresinya linier
c. Unbiased = Nilai estimasi dari sampel akan mendekati populasi, ini
mengindikasi bahwa suatu model tidak bias
d. Estimator = penduga parameter
Evaluasi model untuk mengetahui apakah model sudah baik atau belum
dapat dilakukan dengan pengujian secara statistik. Indikator untuk melihat
kebaikan model adalah R2
, F hitung dan t hitung. Ukuran tersebut digunakan
untuk menunjukkan signifikan atau tidaknya model yang diperoleh secara
keseluruhan.
19
2.8 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan
1. Arif Zainul Mustaqim
(2011)
Analisis Faktor-Faktor
yangMempengaruhi Ekspor
Kopi di Indonesia Tahun
1980-2008
a.Data Sekunder (time
series)1980-2008
b.Analisis ECM
c.Uji Jarque-Bera (JB)
Hasil uji t menunjukkan variabel yang
berpengaruh terhadap ekspor kopi
adalah variabel kurs valuta asing tahun
sebelumnya pada α =1% dalam jangka
panjang. Untuk variabel inflasi, volume
produksi dan variabel indeks harga
perdagangan besar tidak berpengaruh
pada α = 10% terhadap ekspor kopi baik
dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Hasil uji F menunjukkan
bahwa variabel independen secara
20
bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen pada derajat
α = 10%. Nilai R2 adalah 0,559796
menunjukkan bahwa 55,9796% variasi
dari variabel ekspor kopi dapat
dijelaskan oleh variabel independen
dalam model. Sedangkan sisanya yaitu
44,0204% dijelaskan oleh variabel
bebas lain di luar model.
2. C Turnip (2002) Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penawaran
Ekspor dan Aliran
Perdagangan Kopi Indonesia
a. Analisis Regresi
Linear Berganda
b. Model Gratvity
Penelitiannya menyatakan bahwa
variable produksi kopi domestic, harga
riil ekspor kopi, nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika serta lag
volume ekspor kopi tahun sebelumnya
21
berpengaruh positif terhadap ekspor
kopi Indonesia. Sedangkan variable
harga riil kopi domestic berpengaruh
positif.
3. Mico Anggoro
Dewanto (2014)
Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Volume
Ekspor Nanas Segar
Indonesia ke Singapura
a. Analisis Regresi
Linear Berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
faktor-faktor yang paling
mempengaruhi nyata terhadap volume
ekspor nanas segar Indonesia ke
Singapura yaitu volume ekspor nanas
segar ke Singapura tahun sebelumnya,
devaluasi nilai tukar valuta asing rupiah
terhadap dollar Amerika, dan faktor
harga riil domestic nanas segar
Indonesia.
22
2.9 Kerangka Penelitian
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi untuk melakukan ekspor
hasil perkebunan, diantara hasil perkebunan yang diekspor salah satunya adalah
kopi. Kopi merupakan salah satu komoditi ekspor dari sub sektor agribisnis yang
dapat diunggulkan dan masih memiliki peluang yang cukup besar untuk
dikembangkan dan ditingkatkan melalui upaya penyempurnaan terhadap aspek-
aspek yang terkait.
Dalam penelitian ini dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor
kopi di Indonesia secara kuantitatif dan kualitatif. Metode kualitatif, untuk melihat
perkembangan ekspor kopi dapat dianalisis dengan metode deskriptif berdasarkan
perkembangan volume ekspor kopi. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan
untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia dilakukan
analisis regresi berganda. Selanjutnya akan diestimasi dengan menggunakan
metode Ordinary Least Square (OLS). Variabel-variabel yang diestimasi
mempengaruhi ekspor kopi Indonesia dalam penelitian ini antara lain: produksi
kopidomestik, konsumsi kopi domestik, Negara konsumen kopi terbesar, harga
kopi domestik, harga kopi di pasar internasional, dan nilai tukar (exchange rate)
Rupiah terhadap Dollar Amerika.
23
Keterangan : = Hubungan
= Alat Analisis
Gambar 3. Kerangka Pemikirian
Ekspor Kopi Indonesia
Data
Sekunder
Analisis Data
Faktor-Faktor yang Diduga Mempengaruhi Ekspor Kopi :
1. Produksi Kopi Domestik
2. Konsumsi Kopi Domestik
3. Negara Konsumsen Kopi Terbesar
4. Harga Riil Kopi Domestik
5. Harga Riil Kopi Internasional
6. Nilai Tukar Riil Rupiah Terhadap Dollar Amerika
Regresi Linear Berganda
Uji Asumsi Klasik
Uji Hipotesis :
- Koefisien
Determinasi R2
- Uji F
- Uji t
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ekspor Kopi di Indonesia
Kesimpulan dan Saran
24
2.10 Hipotesis
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dijelaskan, tujuan penelitian
dan kerangka pemikiran yang telah disusun maka diajukanlah suatu hipotesa.
Hipotesa didasarkan pada teori perdagangan internasional dan ekspor yang diduga
ada beberapa peubah mempunyai hubungan signifikan terhadap ekspor kopi
Indonesia. Peubah-peubah tersebut dapat diukur dan data yang ada untuk masing-
masing peubah tersebut tersedia.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Produksi kopi domestic diduga memiliki hubungan yang positif terhadap
ekspor kopi Indonesia yaitu apabila produksi domestic meningkat maka
ekspor akan meningkat.
2. Konsumsi kopi domestic diduga memiliki hubungan yang negative
terhadap ekspor kopi Indonesia yaitu apabila konsumsi domestic
meningkat maka ekspor kopi Indonesia akan menurun.
3. Negara konsumen kopi terbesar diduga memiliki hubungan yang positif
terhadap ekspor kopi Indonesia yaitu apabila konsumsi Negara konsumtif
meningkat maka ekspor kopi Indonesia akan meningkat.
4. Harga riil kopi domestic diduga memiliki hubungan yang negatif terhadap
ekspor kopi Indonesia yaitu apabila harga domestic meningkat maka
ekspor kopi Indonesia akan meningkat.
5. Harga riil kopi internasional diduga memiliki hubungan yang positif
terhadap ekspor kopi Indonesia yaitu apabila harga ekspor atau harga
25
komoditi di luar negeri meningkat maka ekspor kopi Indonesia akan
meningkat.
6. Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat diduga memiliki
hubungan yang positif dengan ekspor kopi Indonesia yaitu apabila nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika menguat maka ekspor kopi
Indonesia akan meningkat.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis faktor-faktor yang
memperngaruhi ekspor kopi Indonesia secara umum pada periode 1991 sampai
dengan 2014. Aktivitas penelitian dimulai sejak September 2015.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, data-data digunakan adalah jenis data sekunder,
dimana data-data tersebut dikumpulkan dari beberapa instansi terkait seperti : BPS
(Badan Pusat Statistik), BI (Bank Indonesia), Kementerian Perdagangan,
Kementerian Pertanian, Direktorat Jendral Perkebunan, Kementerian
Perindustrian, ICO (International Coffee Organization), index mundi,AEKI
(Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia), dan Gabungan Eksportir Kopi Indonesia
(GAEKI).
Jenis data yang digunakan untuk diolah adalah data deret waktu (time series)
berupa data tahunan dari tahun 1991 hingga 2014. Jenis data meliputi data volume
ekspor kopi indonesia (ton), produksi kopi indonesia (ton), konsumsi kopi
domestic (ton), Negara konsumen kopi terbesar (ton), harga riil kopi domestik
(Rp/Kg), harga riil kopi internasional (Rp/Kg), dan nilai tukar rupiah terhadap
dollar (Rp/U$),
3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang sudah didapat diolah dan dianalisis dengan menggunakan dua
metode, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif digunakan untuk
27
mendeskripsikan kondisi ekspor kopi di Indonesia dan untuk menjelaskan isi tabel
atau data. Tabel atau data yang dimaksud berupa time series maupun data yang
dihasilkan dari analisis regresi linier berganda.
Analisis kuantitatif digunakan untuk melihathubungan faktor-faktor bebas
(independent) terhadap faktor terikatnya (dependent) atau tidak bebas. Metode
analisis yang dipergunakan adalah regresi linier berganda. Alat bantu yang
dipergunakan untuk mempermudah analisis regresi linier berganda adalah
program Statiscal Product for Service Solution (SPSS) versi 20.
3.3.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini
atau saat yang lampau. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat, atau hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir,
2005)
Fenomena-fenomena yang dideskripsikan dalam penelitian tentang analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi di Indonesia ini berupa
perkembangan-perkembangan kopi di Negara Indonesia, meliputi perkembangan
luas areal kopi Indonesia, perkembangan produksi kopi Indonesia, dan
perkembangan harga kopi Indonesia. Kemudian mendeskripsikan fenomena
perkembangan-perkembangan kopi dunia (pasar internasional, meliputi Negara
konsumen kopi terbesar dan harga kopi internasional.
28
3.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan model
logarit natural. Transformasi model dalam bentuk log dapat mengurangi masalah
heteroskedastisitas, hal ini disebab kan oleh tranformasi yang menimbulkan skala
untuk pengukuran variabel, mengurangi perbedaan nilai dari sepuluh kali lipat
menjadi perbedaan duakali lipat (Gujarati, 1991: 38). Dugaan persamaan faktor-
faktor yang mempengaruhi ekspor kopi di indonesia dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Y= B0 + b1X1 + b2X2 +b3X3 + b4X4 + b5X5+ b6X6 + e
Dimana :
Y = Ekspor kopi Indonesia ( Ton)
X1 = Produksi kopi di indonesia (Ton)
X2 = Konsumsi kopi dalam negeri (Ton/Tahun)
X3 = Negara konsumen kopi terbesar(Ton/Tahun)
X4= Harga riil ekspor kopi indonesia (Rp/Kg)
X5= Harga riil kopi domestik (Rp/Kg)
X6= Nilai tukar riil rupiah tehadap dollar amerika (Rp/US$)
e = Random eror
B0 = Konstanta
B1-3 = Parameter yang diduga ( n = 1,2...,6)
3.3.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Pada penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan
metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) yang berfungsi untuk
29
menduga parameter. Namun demikian, pada metode ini terdapat kelemahan.
Kelemahan tersebut yaitu seluruh asumsi-asumsi yang terkait di dalamnya harus
dapat dipenuhi oleh suatu model. Apabila salah satu asumsi tidak dapat
dipenuhioleh suatu model, maka akan menimbulkan masalah normalitas,
heteroskeasitas, multikolinearitas dan autokorelasi. Dengan demikian, diperlukan
suatu pengujian terhadap model tersebut. Jika asumsi-asumsi yang telah
disebutkan di atas dapat dipenuhi maka penduga OLS akan dapat menghasilkan
koefisien regresi yang memenuhi sifatsifat BLUE (Gujarati 1997), yaitu:
a. Best = efisien yang berat ragam atau variannya minimum dan konsisten,
dalam artian bahwa walaupun menambah jumlah sampel maka nilai
estimasi yang diperoleh tidak akan berbeda jauh di parameternya.
b. Linier = koefisien regresinya linier
c. Unbiased = Nilai estimasi dari sampel akan mendekati populasi, ini
mengindikasi bahwa suatu model tidak bias
d. Estimator = penduga parameter
3.3.3.1 Uji Normallitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
penyebaran data statistik pada sumbu diagonal daari grafik distribusi normal
(Ghozali,2001).
Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data
30
sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal.sedangkan dasar
pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah (Ghozali,2001):
a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka
regresi memenuhi asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
3.3.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan ragam dari sisa satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik adalah model yang homokedasitas (tidak terjadi
heteroskedasitas). Terdapat dua cara untuk mengamati ragam dalam model regresi
yaitu dengan menggunakan uji metode grafis dan statistik. Metode grafis adalah
cara untuk melihat ada atau tidaknya pola tertentu yang tergambar pada
scatterplot. Sedangkan, pengujian dengan menggunakan metode statistik dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Glejser, Park, White, Rank Spearman
dan Bresch-Pagan-Godfrey (BPG). Pada penelitian ini menggunakan metode
White dengan kriteria:
1. Jika nilai p-value > alpha (α = 5%), maka terjadi homoskedastisitas
2. Jika nilai p-value < alpha (α = 5%), maka terjadi heteroskedastisitas
31
3.3.3.3 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen
atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linear sempurna atau mendekati
sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah
multikolinearitas (Priyatno, 2009:59). Yuwono (2005:151) menambahkan uji
multikolinearitas digunakan untuk mengukur hubungan linear antar variabel bebas
di dalam model. Deteksi multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai
VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari
multikolinieritas (Nugraha 2005, dalam Agus Eko Sujianto 2009:79). Hipotesis
untuk multikolinearitas ini adalah :
H0 = VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.
H1 = VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.
Menurut Ghozali (2011), ada banyak cara yang bisa digunakan untuk
memperbaiki hasil uji multikolinearitas seperti mengeluarkan variabel independen
yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan mengidentifikasikan
variabel independen lainnya untuk membantu prediksi, melakukan transformasi
data menjadi dalam bentuk logaritma natural dan bentuk first difference atau
delta. Bila cara tersebut masih belum bisa memperbaiki masalah multikolinearitas
maka bisa menggunakan metoda analisis yang lebih canggih seperti Bayesian
regression.
3.3.3.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakanuntuk melihat apakah ada hubungan linear antara
error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series). Uji
32
autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisis merupakan data time
series (Gujarati, 1993) Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai
d-tabel. Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti criteria
sebagai berikut :
a. Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif.
b. Jika d > (4-dl), berarti terdapat autokorelasi negative.
c. Jika du < d < (4-du), berarti tidak terdapat autokorelasi.
d. Jika dl < d < du atau (4-du) < d < (4-dl), berarti tidak dapat disimpulkan.
3.3.4 Uji Hipotesis
3.3.4.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) adalah proposi variasi dalam variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen.nilai R2 menyatakan
kemampuan variabel penjelas dalam menjelaskan keragaman variabel endogen
yang diteliti. koefisien determinassi dapat dirumuskan sebagai berikut :
R2 =
Keterangan :
RSS = jumlah kuadrat regresi (residual sum of square)
TSS = jumlah kuadrat total (total sum of square)
Nilai R2 mempunyai interval dari 0 sampai 1.semakin besar nilai R
2
(mendekati 1), maka semakin baik hasil model regresi tersebut. dan sebaliknya
semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat
menjelaskan variabel dependen (Irianto, 2004:206).
33
3.3.4.2 Pengujian Serentak Parameter Dugaan (Uji-F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pengujian yang dilakukan menggunakan distribusi F dengan membandingkan
antara nilai kritis F dengan nilai F-hitung yang terdapat pada hasil analisis.
Langkah-langkah analisis dalam pengujian hipotesis terhadap variasi nilai
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi nilai variabel independen
adalah sebagai berikut:
1. Perumusan Hipotesis
H0 = variasi perubahan nilai variabel independen tidak dapat menjelaskan
variasi perubahan nilai variabel dependen.
H1 = variasi perubahan nilai variabel independen dapat menjelaskan variasi
perubahan nilai variabel dependen.
2. Perhitungan nilai kritis F-tabel dan F-hitung
Fhitung =
⁄
⁄
Dimana:
n = jumlah pengamatan (j = 1, 2, 3, …,n)
k = jumlah peubah bebas (i = 1, 2, 3,...,k)
3. Penentuan penerimaan atau penolakan H0
Fhitung< Ftabel : terima H0
Fhitung> Ftabel : tolak H0
34
4. Apabila keputusan yang diperoleh adalah tolak H0 maka dapat disimpulkan
bahwa variasi perubahan nilai variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi
perubahan nilai semua variabel independen. Artinya, semua variabel
independen secara bersama-sama dapat berpengaruh terhadap variabel
dependen.
3.3.4.3 Pengujian Parameter Regresi Secara Tunggal (Uji-t)
Pengujian hipotesis dari koefisien dari masing-masing peubah bebas
dilakukan dengan uji t. Langkah-langkah analisis dalam pengujian hipotesis
terhadap koefisien regresi adalah:
1. Perumusan hipotesis
H0 : ai =0
H1 : ai< 0 atau ai>0
2. Penentuan nilai kritis Nilai kritis dapat ditentukan dengan mengunakan
tabel distribusi normal dengan memperhatikan tingkat signifikansi (α) dan
banyaknya sampel yang digunakan.
3. Nilai t-hitung masing-masing koefisien regresi dapat diketahui dari hasil
perhitungan komputer.
Statistik uji yang digunakan dalam uji-t adalah :
thitung= ai
(ai)
Dimana:
ai = nilai koefisien regresi atau parameter
S(ai) = standar kesalahan dugaan parame ter
Kriteria uji:
35
t hitung< t tabel :terima H0
t hitung > t tabel : tolak H0
4. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan letak nilai t-hitung masing-
masing koefisien regresi pada kurva normal yang digunakan dalam
penentuan nilai kritis. Jika letak t-hitung suatu koefisien regresi berada
pada daerah penerimaan H0, maka keputusannya adalah menerima H0.
artinya koefisien regresi tersebut tidak berbeda dengan nol. Dengan kata
lain, variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap nilai variabel
dependen. Sebaliknya jika thitung menyatakan tolak H0 maka koefisien
regresi berbeda dengan nol dan berpengaruh nyata terhadap variabel
dependen.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel yang dipergunakan pada penelitian ini meliputi lima variabel yang
tersusun atas satu variabel terikat (Dependent Variable) dan enam variabel bebas
(independent variable). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ekspor kopi
Indonesia sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah produksi kopi
indonesia, konsumsi kopi domestik , Negara konsumen kopi terbesar, harga riil
kopidomestik, harga riil kopi internasional, dannilai tukar riil rupiah terhadap
dollar amerika. Definisi dari variabel-variabel tersebut adalah :
1. Ekspor kopi Indonesia (Ton)
Jumlah total kopi yang diekspor dari Indonesia ke pasar internasional dan
dinyatakan dalam satuan (ton). Periode waktu yang digunakan adalah
tahun 1991-2014.
36
2. Produksi Kopi Di Indonesia (Ton)
Jumlah produksi kopi yang terdapat di Indonesia mulai dari perkebunan
rakyat sampai dengan perkebunan milik negara. Jumlah produksi kopi ini
dinyatakan dalam (Ton).
3. Konsumsi Kopi dalam Negeri (Ton/Tahun)
Jumlah kopi yang dikonsumsi di dalam Indonesia yang dinyatakan dengan
satuan (Ton/Tahun).
4. Negara Konsumen Kopi Terbesar (Ton/Tahun)
Jumlah dari beberapa Negara seperti Jepang, Jerman, USA, Italy, dan
Inggris yang mengkonsumsi kopi terbanyak dari Indonesia. Jumlah yang
digunakan adalah rata-rata konsumsi ini dinyatakan dalam satuan (Ton).
5. Harga riil kopi domestik (Rp/Kg)
Harga merupakan nilai yang diberikan terhadap barang yang dihasilkan
dan diperdagangkan dalam kegiatan perdagangan. Harga kopi Indonesia
dinyatakan dengan menggunakan satuan (Rp/ Kg).
6. Harga riil ekspor kopi indonesia (Rp/Kg).
Harga merupakan nilai yang diberikan terhadap barang yang dihasilkan
dan diperdagangkan dalam kegiatan perdagangan. Harga kopi Indonesia
dinyatakan dengan menggunakan satuan (Rp/Kg).
7. Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika (Rp/US$)
Kurs adalah suatu perbandingan nilai antara mata uang Rupiah terhadap
US$. Jika nilai tukar mata uang Rupiah lebih kuat / tinggi dari mata uang
US$ maka mata uang Rupiah tersebut mengalami apresiasi, sedangkan jika
37
terjadi hal sebaliknya maka mata uang Rupiah tersebut mengalami
depresiasi. Dalam hal ini nilai tukar rupiah terhadap US$ yang digunakan
adalah kurs rata-rata.
38
BAB IV
PERKEMBANGAN KOMODITI KOPI DI INDONESIA
4.1 Sejarah Kopi Di Indonesia
Kopi pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1696 dari jenis kopi Arabika.
Kopi ini masuk melalui Batavia (sekarang Jakarta) yang dibawa oleh Komandan
Pasukan Belanda Adrian Van Ommen dari Malabar - India, yang kemudian
ditanam dan dikembangkan di tempat yang sekarang dikenal dengan Pondok Kopi
-Jakarta Timur, dengan menggunakan tanah partikelir Kedaung. Sayangnya
tanaman ini kemudian mati semua oleh banjir, maka tahun 1699 didatangkan lagi
bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat
antara lain di Priangan, dan akhirnya menyebar ke berbagai bagian dikepulauan
Indonesia seperti Sumatera, Bali, Sulawesi dan Timor.
Kopi pun kemudian menjadi komoditas dagang yang sangat diandalkan oleh
VOC. Tahun 1706 Kopi Jawa diteliti oleh Belanda di Amsterdam, yang kemudian
tahun 1714 hasil penelitian tersebut oleh Belanda diperkenalkan dan ditanam di
Jardin des Plantes oleh Raja Louis XIV.
Ekspor kopi Indonesia pertama kami dilakukan pada tahun 1711 oleh VOC,
dan dalam kurun waktu 10 tahun meningkat sampai 60 ton / tahun. Hindia
Belanda saat itu menjadi perkebunan kopi pertama di luar Arab dan Ethiopia,
yang menjadikan VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 – 1780.
Kopi Jawa saat itu sangat tekenal di Eropa, sehingga orang-orang Eropa
39
menyebutnya dengan “ secangkir Jawa”. ampai pertengahan abad ke 19 Kopi
Jawa menjadi kopi terbaik di dunia.
Produksi kopi di Jawa mengalami peningkatan yang cukup siginificant,
tahun 1830 – 1834 produksi kopi Arabika mencapai 26.600 ton, dan 30 tahun
kemudian meningkat menjadi 79.600 ton dan puncaknya tahun 1880 -1884
mencapai 94.400 ton.
Selama 1 3/4 (Satu – tiga perempat) abad kopi Arabika merupakan satu-
satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia. Tapi kemudian
perkembangan budidaya kopi Arabika di Indonesia mengalami kemunduran
hebat, dikarenakan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) , yang
masuk ke Indonesia sejak tahun 1876. Akibatnya kopi Arabika yang dapat
bertahan hidup hanya yang berada pada ketinggian 1000 m ke atas dari
permukaan laut, dimana serangan penyakit ini tidak begitu hebat. Sisa-sisa
tanaman kopi Arabika ini masih dijumpai di dataran tinggi ijen (Jawa Timur) ,
Tanah Tinggi Toraja ( Sulawesi Selatan), lereng bagian atas Bukit Barisan (
Sumatera) seperti Mandhailing, Lintong dan Sidikalang di Sumatera Utara dan
dataran tinggi Gayo di Nangroe Aceh Darussalam.
Mengatasi serangan hama karat daun Pemerintah Belanda mendatangkan
Kopi Liberika (Coffea Liberica) ke Indonesia pada tahun 1875. Namun ternyata
jenis ini pun juga mudah diserang penyakit karat daun dan kurang bisa diterima di
pasar karena rasanya yang terlalu asam. Sisa tanaman Liberica saat ini masih
dapat dijumpai di daerah Jambi, Jawa Tengah dan Kalimantan.
40
Usaha selanjutnya dari Pemerintah Belanda adalah dengan mendatangkan kopi
jenis Robusta ( Coffea Canephora) tahun 1900, yang ternyata tahan terhadap
penyakit karat daun dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang
ringan , sedangkan produksinya jauh lebih tinggi . Maka kopi Robusta menjadi
cepat berkembang menggantikan jenis Arabika khususnya di daerah – daerah
dengan ketinggian di bawah 1000 m dpl dan mulai menyebar ke seluruh daerah
baik di Jawa, Sumatera maupun ke Indonesia bagian timur.
Semenjak Pemerintah Hindia Belanda meninggalkan Indonesia, perkebunan
rakyat terus tumbuh dan berkembang, sedangkan perkebunan swasta hanya
bertahan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian kecil di Sumatera; dan
perkebunan negara (PTPN) hanya tinggal di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
4.2 Perkembangan Produksi Kopi Indonesia
Tanaman kopi di Indonesia menyebar di beberapa wilayah yaitu Sumatera,
Jawa, Sulawesi, dan Bali.Daerah-daerah penghasil kopi antara lain Propinsi
Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, Nangroe
Aceh Darussalam, dan Sulawesi Selatan. Daerah penghasil kopi terbesar adalah
propinsi Sumatera Selatan. Tanaman kopi yang dikembangkan Indonesia adalah
jenis kopi Robusta dan Arabika.
Sensus kopi memberikan gambaran bahwa hamper seluruh luas areal tanaman
kopi yang diusahakan adalah golongan Robusta. Bedasarkan data Direktorat
Jendral Perkebunan, pada 2014 dari seluruh luas areal tanaman kopi (1.246.809
hektar) sekitar 927.040 hektar ditanami oleh kopi jenis Robusta dan hanya sekitar
319.769 hektar ditanami kopi Arabika.Produksi Kopi Indonesia tahun 2014
41
mencapai 685.089 ton yang terdiri dari 517.788 ton kopi Robusta dan sekitar
167.301 ton kopi Arabika Gambar 4.
Gambar 4.Produksi Kopi di Indonesia Tahun 1991-2014
Sumber : Ditjenbun, 2015 (diolah)
4.3 Perkembangan Konsumsi Kopi Domestik
Minum kopi merupakan kegemaran masyarakat di wilayah perkotaan dan
perdesaan yang dapat dinikmati di rumah, kantor, dan tempat makan dengan
berbagai penyajiannya. Minum kopi disenangi pada waktu pagi dan sore hari,
namun tidak banyak yang mengkonsumsi di malam hari, kecuali untuk tujuan
tertentu seperti bekerja di malam hari, berjaga malam atau kegiatan lainnya.
Bila dibandingkan antara total produksi dengan jumlah konsumsi kopi
domestic, pada tahun 2014 pasar dalam negeri hanya menyerap 302.339 ton dari
total produksi kopi (685.089 ton). Sebagian besar kopi Indonesia diekspor yaitu
sebesar 382.750 ton dari total produksi pada tahun 2014.
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
Ton
Produksi Kopi Domestik (Ton)
Produksi Kopi Domestik(Ton)
42
Konsumsi kopi domestic yang masih kecil dapat dikembangkan untuk
menumbuhkan pasar kopi yang potensial. ICO telah melakukan berbagai macam
cara untuk mempromosikan kepada masyarakat agar gemar minum kopi, seperti
member penjelasan bahwa secara ilmiah minum kopi tidak merusak kesehatan
dengan arti bahwa pada porsi yang tepat. Minum kopi juga tidak membahayakan
bagi anak-anak asalkan tidak berlebihan.
Gambar 5. Perkembangan Konsumsi Kopi Domestik Tahun 1991-2014
Sumber : ICO, 2015 (diolah)
4.4 Perkembangan Negara Konsumen Kopi Terbesar
Perkembangan Negara konsumen kopi terbesar merupakan beberapa Negara
yang tingkat konsumsi kopinya cukup tinggi di bandingkan Indonesia dan negara
lain. Pada periode tahun 1991-2014 cenderung mengalami peningkatan.Namun
ada di beberapa tahun yang mengalami penurunan.
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
19
91
19
93
19
95
19
97
19
99
20
01
20
03
20
05
20
07
20
09
20
11
20
13
Ton
Konsumsi Kopi Indonesia (Ton)
Konsumsi Domestik (Ton)
43
Gambar 6.Perkembangan Negara Konsumen Kopi Terbesar Tahun 1991-2014
Sumber : ICO (Diolah)
4.5 Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia
Perkembangan volume kopi Indonesia pada periode tahun 1991-2014
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, dengan tingkat fluktuasi nilai ekspor
yang cukup tajam daripada volume ekspornya.
Gambar 7.Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia Tahun 1991-2014
Sumber: Ditjenbun, 2015 (diolah)
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
7000001
99
1
19
93
19
95
19
97
19
99
20
01
20
03
20
05
20
07
20
09
20
11
20
13
Negara Konsumen Kopi Terbesar (Ton)
Konsumsi Kopi NegaraTerbesar (Ton)
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
19
91
19
93
19
95
19
97
19
99
20
01
20
03
20
05
20
07
20
09
20
11
20
13
Ton
Volume Ekspor Indonesia (Ton)
Volume Ekspor KopiIndonesia (Ton)
44
Dalam periode tahun 1991 sampai 2014 volume ekspor terendah terjadi
tahun 1995 sebesar 225,350 ton dan volume tertinggi terjadi pada tahun 2013
sebesar 532,140 ton karena liberalisasi ekspor kopi baik dari sisi pemerintah
Indonesia maupun dari organisasi kopi internasional (ICO). Sementara nilai
ekspor terendah terjadi pada tahun 2001 (US$ 188,492 ribu), dan nilai ekspor
tertinggi yang pernah tercapai adalah sebesar US$ 991,458 ribu pada tahun 2008
dan sebesar US$ 1,249,520 ribu pada tahun 2012.
Dengan membandingkan volume dan nilai ekspor tersebut dapat dilihat
bahwa tingginya nilai ekspor kopi Indonesia pada tahun 2008 dan 2012
disebabkan tingginya harga ekspor pada tahun tersebut.
4.6 Perkembangan Harga Kopi Domestik dan Harga Kopi Internasional
Harga kopi yang berlaku dalam pasar antara lain harga domestik yaitu harga
yang berlaku pada pasar dalam negeri, sedangkan harga internasional adalah
harga yang berlaku pada pasar dunia. Setiap tahunnya harga mengalami
perubahan, hal ini disebabkan ketidakstabilan permintaan dan penawaran terhadap
komoditas tersebut. Harga yang berfluktuasi mampu mempengaruhi jumlah
permintaan ataupun penawaran terhadap komoditas tersebut demikianpun
sebaliknya. Selain itu, perubahan harga juga dapat menjadi acuan daya saing
komoditas kopi terhadap perkembangan sektor perkebunan di pasar domestik
maupun pasar internasional.
45
Gambar 8. Perkembangan Harga Kopi Domestik dan Kopi Internasional Tahun
1991-2014
Sumber : Kementrian Perdagangan dan ICO, 2015 (diolah
Bedasarkan gambar 8 perkembangan harga kopi domestic dan
internasional cenderung berfluktuatif.Dapat dilihat pada gambar tersebut bahwa
pertumbuhan harga tidak selamanya mengalami peningkatan tetapi pada tahun-
tahun tertentu mengalami penurunan.
4.7 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika
Nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika ditentukan oleh mekanisme pasar
uang yang dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dalam negeri dan luar
negeri.Pada periode tahun 1991-2014, nilai tukar mengalami fluktuasi, namun
sejak tahun 2002, nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika cenderung stabil yaitu
kisaran 9.150/US $.Perkembangan nilai tukar rupiah Indonesia selama periode
waktu 1991-2014 dapat dilihat pada gambar 9.
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
19
91
19
93
19
95
19
97
19
99
20
01
20
03
20
05
20
07
20
09
20
11
20
13
Harga Kopi Domestik dan Internasional (Rp/Kg)
Harga Kopi Domestik (Rp/Kg)
Harga Kopi Internasional(Rp/Kg)
46
Gambar 9. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun
1991-2014
Sumber: Kemendag, 2015 (Diolah)
Melemahnya nilai tukar rupiah tidak terlepas dari dampak krisis global yang
terjadi.Penyebab melemahnya nilai tukar rupiah tidak hanya disebabkan oleh
faktor internal seperti inflasi dan defisitnya neraca pembayaran tetapi juga karena
ada pengaruh dari faktor eksternal. Tingginya inflasi yang terjadi akan
menimbulkan pemikiran para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Selain itu impor yang terlalu tinggi juga berdampak pada penurunan atau
melemahnya nilai tukar rupiah dan sebaliknya jika ekspor meningkat maka akan
memperkuat nilai tukar rupiah dan dapat meningkatkan cadangan devisa.
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
140001
99
1
19
93
19
95
19
97
19
99
20
01
20
03
20
05
20
07
20
09
20
11
20
13
Rp
/US$
Nilai Rupiah Terhadap Dollar Amerika
(Rp/US$)
Nilai Tupiah TerhadapDollar (Rp/US$)
47
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi di
Indonesia
Model analisis persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi
ekspor kopi di Indonesia dan seberapa besar pengaruhya produksi kopi, konsumsi
kopi, harga kopi domestik, harga kopi internasional, dan nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika sebagai variable independen terhadap ekspor kopi
sebagai variabel dependen di Indonesia. Data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah deret waktu (time series) selama 24 tahun, yang dimulai dari tahun 1991
sampai dengan tahun 2014. Sebelum membuat model regresi linear berganda,
penulis melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu agar penelitian menjadi tidak
bias. Uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji multikoliniearitas, dan uji autokorelasi. Penelitian ini juga
menggunakan uji statistik seperti Uji F (uji simultan), uji-t (uji parsial), dan uji
koefisien determinasi (R2).
5.1.1 Hasil Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik ini adalah persyaratanstatistic yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi
analisis regresi yang tidak bedasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi
klasik, misalnya regresi logistic atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua
uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji
48
multikolinearitas tidak dapat dipergunakan pada analisis regresi linear sederhana
dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.
Setidaknya ada lima uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedasitas, uji autokorelasi, dan uji linearitas. Tidak
ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi.
Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Variable-variabel
penelitian diuji dengan asumsi klasik atau biasa dikenal dengan uji BLUE (Best
Linear Unbised Estimate) yaitu :
a. Uji normalitas, memiliki model regresi yang baik apabila nilai
residual yang terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas, tidak terdapatnya masalah multikolinearitas.
c. Uji heteroskedastisitas, terdapatnya kesamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut
homoskedastisitas
d. Uji Autokorelasi, tidak terdapat autokorelasi.
5.1.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal,
dan ploting data residual dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data
49
residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya. Hasil uji normalitas bisa dilihat dalam grafik
Normal P-Plot pada (lampiran 5).
Lampiran 5, menunjukkan bahwa grafik Normal P-Plot memperlihatkan
titik-titik data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal
sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Selain melihat grafik Normal P-Plot, uji normalitas bisa dilakukan dengan
menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Berikut ini
adalah hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Komogorov-Smirnov yang
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Komologrov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 24
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 39036.92144537
Most Extreme Differences
Absolute .105
Positive .092
Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z .513
Asymp. Sig. (2-tailed) .955
Sumber : Data Sekunder (Diolah)
Dari hasil uji Komologrov-Smirnov diketahui bahwa data memiliki nilai
signifikan sebesar 0,955 lebih besar dari 0,05. Dari hasil ini menunjukkan bahwa
residual terdistribusi secara normal.
50
5.1.1.2 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian Uji heteroskedasitas pada model dilakukan agar kesalahan
pengganggu konstan pada semua variable bebas. Heteroskedasitas menyebabkan
estimator memiliki varian yang tidak lagi minimum. Semakin besar
kecenderungan varian tersebut akan mengakibatkan uji hipotesis yang dilakukan
tidak memberikan hasil yang baik (tidak valid). Uji heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan niali ZPRED (nilai
prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika
tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit
kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Berikut hasil
uji heteroskedasitas dalam penelitian ini disajikan pada (lampiran 6).
Lampiran 6,menunjukkan pada diagram scatterplot terlihat pada titik-titik
menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada
sumbu Y. Hal ini Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk
dipakai.Oleh karena itu diperlukan uji statistic yang lebih dapat menjamin
keakuratan hasil.Salah satu uji yang biasa dilakukan adalah uji glejser.Tampilan
hasil uji glejser dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
51
Tabel 3. Hasil Uji Glejser
Variabel Independent t Sig.
Produksi Domestik -1.602 .128
Konsumsi Domestik 4.007 .101
NegaraKonsumenKopi -.947 .357
HargaRiilDomestik -.392 .700
HargaRiilInternasional -.144 .887
Nilai Valuta Asing 1.690 .109
Sumber : Data Sekunder (diolah)
Dalam Tabel 3 menunjukan bahwa variabel produksi domestic (0,128),
konsumsi domestic (0,101), Negara konsumen kopi terbesar (0,357), harga riil
domestic (0,700), harga riil internasional (0,887), dan nilai valuta asing (0,109)
memiliki nilai signifikan yang bernilai lebih besar dari 0,05. Hal tersebut
menyatakan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam model regresi ini,
dengan kata lain semua variabel independen yang terdapat dalam model ini
memiliki varian yang sama atau homogen.
5.1.1.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi
(keterkaitan) yang tinggi antara variable-variabel bebas dalam suatu model regresi
linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variable-variabel
bebasnya, maka hubungan antara variable bebas terhadap variable terikatnya
menjadi terganggu. Multikolinearitas dapat dilihat dengan tolerance value dan
yang paling umum digunakan adalah varians inflation faktor (VIF). Berikut ini
merupakan syarat data penelitian dikatakan terjadi multikolinearitas atau tidak
(Ghozali, 2011) :
52
a. Tolerance value < 0,10 dan VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas atau
terdapat korelasi antar variable independen.
b. Tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas
atau tidak tidak terdapat korelasi antar variable.
Setelah data diolah menggunakan aplikasi SPSS 20, maka hasilnya bisa
dilihat pada Tabel 4 :
Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Independent Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Produksi Domestik .216 4.637
Konsumsi Domestik .210 4.764
NegaraKonsumenKopi .910 1.098
HargaRiilDomestik .176 5.682
HargaRiilInternasional .159 6.272
Nilai Valuta Asing .487 2.055
Sumber: Data Sekunder (Diolah)
Tabel 4 menunjukkan bahwa semua variable independent (produksi kopi,
konsumsi kopi domestik, negara konsumen kopi terbesar, harga riil kopi domestic,
harga riil kopi internasional, dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika)
memiliki nilai tolerance value > 0,10 dan nilai variance inflaction factor (VIF) <
10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak
terdapat multikolinearitas atau tidak terdapat korelasi antar variable.
53
5.1.1.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi (autocorelation) dapat didefinisikan sebagai korelasi atau
keterkaitan antara serangkaian observasi yang ddiurutkan menurut waktu dan
ruang (Gujarati, 1991). Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokoreklasi
dalam perhitungan regresi atas penelitian ini maka digunakan Durbin-WatsonTest
(DWTest). Hasil uji autokorelasi disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Durbin-Watson
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .843a .710 .608 45406.185 2.567
Sumber : Data Sekunder (Diolah)
Bedasarkan Tabel 5, diketahui bahwa hasil uji Durbin-Watson (DW)
memiliki nilai sebesar 2,567. Dengan menggunakan tabel statistic d dan derajat
kepercayaan 95% jumlah observasi 24, serta jumlah variable independennya
sebanyak 6 maka diperoleh angka dl = 0,837 dan du = 2,035. Sedangkan untuk
nilai 4-du = 1,965 dan 4-dl = 3,163 dengan menggunakan uji statistic Durbin
Watson dua ujung (two tailed) maka patokan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif.
b. Jika d > (4-dl), berarti terdapat autokorelasi negative.
c. Jika du < d < (4-du), berarti tidak terdapat autokorelasi.
d. Jika dl < d < du atau (4-du) < d < (4-dl), berarti tidak dapat disimpulkan.
54
Gambar 10. Skema Durbin Watson
Sumber: Data Sekunder (Diolah)
Widarjono (2010) mengemukakan jika nilai d mendekati 2 maka tidak ada
autokorelasi. sebaliknya jika nilai d mendekati 0 atau mendekati 4 maka diduga
ada korelasi positif atau autokorelasi negatif. Jika nilai (4-du) < DW < (4-dl)
maka ketentuan deteksi autokorelasi tidak dapat disimpulkan. Dalam penelitian ini
nilai DW lebih kecil dibandingkan dU dan lebih besar dibandingkan dL atau
1,965<2,567< 3,163 maka dalam penelitian ini, ketentuan deteksi autokorelasi
tidak dapat disimpulkan. Jika nilai Durbin Watson yang dihasilkan meragukan,
masalah autokorelasi dapat diketahui dengan melihat nilai signifikasi dengan
menggunakan Run Test. Hasil run test penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6.
55
Tabel 6. Hasil Uji Run Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -20.17980
Cases < Test Value 12
Cases >= Test Value 12
Total Cases 24
Number of Runs 14
Z .209
Asymp. Sig. (2-tailed) .835
Sumber : Data Sekunder (Diolah)
Berdasarkan tabel 6 nilai signifikasi pada uji run test sebesar 0,835 yakni
lebih besar daripada batas yang ditetapkan sebesar 0,05 yang menunjukkan bahwa
tidak ditemukan gangguan autokorelasi pada penelitian ini sehingga model regresi
layak digunakan.
5.1.2 Hasil dan Model Regresi Linier Berganda
Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor kopi di Indonesia adalah analisis linier berganda dengan
bantuan SPSS 20. Analisis ini merupakan suatu analisis yang digunakan untuk
memngukur seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor
kopi di Indonesia yaitu produksi kopi domestik, konsumsi kopi domestik, Negara
konsumen kopi terbesar, harga kopi domestik, harga kopi internasional, dan nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Hasil analisis hasil yang diperoleh untuk
perhitungan regresi linear berganda dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor
kopi di Indonesia disajikan pada Tabel 7.
56
Tabel 7.Hasil dan Model Regresi Linear Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 25913.9
63
118159.83
1 .219 .829
Produksi Domestik .631 .168 1.058 3.762 .002
Konsumsi Domestik -.169 .351 -.137 -.481 .637
NegaraKonsumenKopi .094 .182 .071 .516 .612
HargaRiilDomestik -5.805 2.771 -.652 -2.095 .051
HargaRiilInternasional 4.704 2.134 .721 2.204 .042
Nilai Valuta Asing 235.423 319.655 .138 .736 .471
R Square 0,710
R Square Adjusted 0,608
F Statistik 6,939
Sig (F Statistik) 0,001
Sumber: Data Sekunder (Diolah)
Bedasarkan hasil perhitungan pada tabel7 dapat dibuat persamaan regresi
linier berganda sebagai berikut :
Y = 25913.963 + 0,631X1–0,169X2+0,094X3- 5,805X4+4,704X5+ 235.423X6
Keterangan :
Y = Ekspor Kopi di Indonesia (Ton)
X1 = Produksi Kopi Domestik (Ton)
X2 = Konsumsi Kopi Domestik (Ton/Tahun)
X3 = Negara konsumen kopi terbesar (Ton/Tahun)
X4 = Harga Kopi Domestik (Rp/Kg)
X5 = Harga Kopi Internasional (Rp/Kg)
X6 = Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika (Rp/US$)
57
Dari hasil regresi didapat nilai konstanta sebesar 25913,963. Hal ini
menunjukan apabila produksi kopi domestic, konsumsi kopi domestic, Negara
konsumen kopi terbesar, harga kopi domestic, harga kopi internasional, dan nilai
tukar rupiah terhadap dollar amerika sama dengan 0 maka ekspor kopi di
Indonesia adalah sebesar 25913,963.
5.1.3 Uji Statistik
Untuk memperoleh model regresi yang terbaik yang secara statistik
disebut BLUE (Best Linier Unbiased Eatimator) beberapa kriteria berikut harus
dipenuhi :
5..1.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan pengujian model akan didapatkan pula koefisien diterminasi
(R2), semakin tinggi koefisien determinasi maka akan semakin baik model
tersebut dalam arti semakin besar kemampuan variabel bebas menerangkan
variable tergantung. Nilai R2akan meningkat dengan bertambahnya jumlah
variabel bebas dalam persaman, namun dengan menambah jumlah variabel bebas,
derajat bebas akan semakin kecil, karena itu dipergunakan R2adjusted yang sudah
mempertimbangkan dereajat bebas, disamping itu dapat pula diketahui koefisien
determinasi partial (r2) yang menunjukkan seberapa besar kemampuan
masingmasing variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung.
Tabel 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Ekspor Kopi Di Indonesia
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .843a .710 .608 45406.185
Sumber : Data Sekunder (Diolah)
58
Dari tabel 8 diperoleh nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,710
artinya bahwa 71% variable ekspor kopi Indonesia dapat dijelaskan oleh variable
produksi kopi domestic, konsumsi kopi domestic,Negara konsumen kopi terbesar,
harga riil kopi domestic, harga riil kopi internasional, dan nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika. Sedangkan 29% mampu dijelaskan oleh variable-
variabel lain diluar model (yang tidak diteliti).
5.1.3.2 Uji Hipotesis Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variable-variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji ini
membandingkan antara nilai Fhitung dengan Ftabel. Hasil pengolahan Uji F pada
penelitian ini disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Uji F Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi di
Indonesia
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 85831706160.527 6 14305284360.088 6.939 .001b
Residual 35049268426.431 17 2061721672.143
Total 120880974586.958 23
Sumber : Data Sekunder (Diolah)
Bedasarkan hasil perhitungan tabel9. Pada tingkat kepercayaan 95%
diperoleh Fhit 6,939 lebih besar dari Ftabel 2,70 (Fhit = 6,939> Ftabel = 2,70)
dengan nilai signifikansi 0,008 menyatakan bahwa lebih kecil dari taraf
signifikansi 0,05 (sig < 0,05) menunjukan bahwa secara bersama-sama (uji
serentak) ketujuh variable independent produksi kopi domestic, konsumsi kopi
domestic, Negara konsumsen kopi terbesar, harga riil kopi domestic, harga riil
59
kopi internasional,dan nilai tukar riil valuta asing Rupiah terhadap Dollar
Amerika Serikat.
5.1.3.3 Uji Hipotesis Parsial (Uji T)
Untuk menguji hipotesis tersebut apakah H0 diterima atau ditolak maka
dilaksanakan uji t, dengan derajat bebas ( n – k ) dimana n adalah jumlah
observasi (24), k jumlah variabel (6), dapat diketahui t tabel signifikansi alfa 5 %
dengan derajat bebas 18 adalah 1,73406. Adapun tolak ukur penerimaan atau
penolakan H0 adalah sebagai berikut :
1. H0 ditolak jika t hitung lebih besar dari t tabel
2. H0 diterima jika t hitung lebih kecil dari t tabel
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan diperoleh hasil seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Uji T Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi di
Indonesia
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 25913.963 118159.831 .219 .829
Produksi Domestik .631 .168 1.058 3.762 .002
Konsumsi Domestik -.169 .351 -.137 -.481 .637
NegaraKonsumenKopi .094 .182 .071 .516 .612
HargaRiilDomestik -5.805 2.771 -.652 -2.095 .051
HargaRiil Internasional 4.704 2.134 .721 2.204 .042
Nilai Valuta Asing 235.423 319.655 .138 .736 .471
Sumber: Data Sekunder (Diolah)
Hasil estimasi dari model regresi yang disajikan dalam tabel 10
menunjukan bahwa variabel konsumsi domestik, Negara konsumen kopi terbesar,
dan nilai tukar mata uang (valuta asing) rupiah terhadap dollar berpengaruh tidak
60
signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia. Sedangkan variabel-variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia adalah produksi domestic,
harga riil domestic, dan harga riil internasional. Besarnya signifikan menunjukan
ditolaknya Ho, sehingga dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Pada tingkat kepercayaan 95% produksi kopi domestic dengan nilai
thitung sebesar 3,672 lebih besar dibandingkan ttabel yaitu 1,734 atau
memiliki nilai signifikasi lebih kecil dari nilai α 5% sebesar (0,002<
0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa (thitung> ttabel atau sig
< α) yang berarti bahwa produksi kopi domestic (X1) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ekspor kopi di Indonesia (Y).
2. Pada tingkat kepercayaan 95% konsumsi kopi domestic dengan nilai
thitung sebesar -0,481. Tanda negative menunjukkan bahwa konsumsi
domestic berpengaruh negative terhadap ekspor kopi di Indonesia.
Konsumsi domestic memiliki thitung sebesar-0,481 lebih bkecil
dibandingkan ttabel yaitu 1,734 atau memiliki nilai signifikasi lebih
besar dari nilai α 5% sebesar (0,637> 0,05). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa (thitung< ttabel atau sig > α) yang berarti bahwa
konsumsi kopi domestic (X2) memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap ekspor kopi di Indonesia (Y).
3. Pada tingkat kepercayaan 95% Negara konsumen kopi terbesar dengan
nilai thitung sebesar 0,516lebih kecil dibandingkan ttabel yaitu 1,734 atau
memiliki nilai signifikasi lebih besar dari nilai α 5% sebesar (0,612>
0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa (thitung< ttabel atau sig
61
> α) yang berarti bahwa Negara konsumen kopi terbesar (X3) memiliki
pengaruh yang tidak signifikan terhadap ekspor kopi di Indonesia (Y).
4. Pada tingkat kepercayaan 95% harga riil kopi domestik dengan nilai
thitung sebesar -5,805. Tanda negative menunjukkan bahwa harga riil
kopi domestik berpengaruh negative terhadap ekspor kopi di
Indonesia. Harga riil kopi domestik memiliki thitung sebesar -5,805lebih
besar dibandingkan ttabel yaitu 1,734 atau memiliki nilai signifikasi
lebih kecil dari nilai α 5% sebesar (0,051> 0,05). Dengan demikian
dapat disimpulkan (thitung> ttabel atau sig > α) yang berarti bahwa harga
riil kopi domestik (X4) memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap ekspor kopi di Indonesia (Y).
5. Pada tingkat kepercayaan 95% harga riil kopi internasional dengan
nilai thitung sebesar 4,704 lebih besar dibandingkan ttabel yaitu 1,734 atau
memiliki nilai signifikasi lebih besar dari nilai α 5% sebesar (0,042<
0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa (thitung> ttabel atau sig
< α) yang berarti bahwa harga riil kopi internasional (X5) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ekspor kopi di Indonesia (Y).
6. Pada tingkat kepercayaan 95% nilai riil tukar valuta asing rupiah
terhadap dollar amerika serikat dengan nilai thitung sebesar 0,736 lebih
kecil dibandingkan ttabel yaitu 1,734 atau memiliki nilai signifikasi
lebih besar dari nilai α 5% (0,471> 0,05). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa (thitung< ttabel atau sig > α) yang berarti bahwa nilai
riil tukar valuta asing rupiah terhadap dollar amerika serikat (X7) tidak
62
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekspor kopi di Indonesia
(Y).
5.2 Pembahasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi di
Indonesia
Ekspor kopi di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor atau variable,
begitu pula dengan ekspor kopi di Indonesia ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya.
1. Produksi kopi domestic (X1)
Variabel produksi kopi domestic memiliki hubungan positif dan memiliki
nilai koefisien sebesar 0,631, hal ini sesuai dengan hipotesis awal. Variabel
ini menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,002 yang berarti lebih kecil dari
taraf nyata 5%, maka produksi kopi domestik berpengaruh nyata terhadap
ekspor kopi Indonesia. Artinya jika terjadi peningkatan 1% terhadap produksi
kopi domestik maka akan meningkatkan ekspor kopi Indonesia sebesar
0,631%.
Produksi adalah salah satu komponen utama dalam bidang agribisnis,
terutama dalam dunia ekspor. Hasil dari analisis pengaruh produksi kopi
domestik terhadap ekspor kopi di Indonesia berpengaruh langsung secara
positif. Produksi mampu meningkatkan ekspor kopi jika produk yang
dihasilkan oleh setiap daerah mampu meningkatkan kualitas dan mutu yang
telah ditetapkan oleh Negara tujuan ekspor kopi.
63
Kementerian pertanian (2013) hampir 70% produksi kopi Indonesia
dipasarkan ke berbagai negara dan hanya sekitar 30% yang digunakan untuk
konsumsi domestik. Kondisi ini menggambarkan bahwa kopi Indonesia sangat
tergantung pada pasar ekspor. Dengan demikian produksi kopi domestic
mampu meningkatkan ekspor kopi. Begitupun sebaliknya, jika produksi
mengalami penurunan maka ekspor kopi akan mengalami penurunan karena
tidak ada barang untuk memenuhi permintaan konsumen.
Produksi kopi di Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan pada
tahun 1992 hingga 2014. Dimana, jumlah produksi tertinggi berjumlah
698.016 ton pada tahun 2008. Sedangkan jumlah penurunan terendah
berjumlah 428.418 ton pada tahun 1997. Penurunan produksi sebagian besar
diakibatkan oleh gangguan cuaca, tanaman kopi membutuhkan cuaca yang
baik selama sehari semalam pada saat persarian dan pembuahan. Hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap hasil produksi terutama pada mutu biji kopi.
Jika di Indonesia mengalami penurunan produksi kopi maka akan
berpengaruh terhadap ekspor kopi. Sebaliknya, dengan adanya peningkatan
produksi kopi di Indonesia maka ekspor juga akan meningkat. Hal tersebut
didasarkan pada setiap Negara pengimpor memiliki standar mutu untuk dapat
masuk kedalam pasarnya. Mutu yang baik atau sesuai dengan standarisasi
ekspor sesuai dengan SNI 01-2907-2008.
Namun, akhir-akhir ini muncul permasalahan karena lebih dari 65%
ekspor kopi Indonesia adalah Grade IV ke atas dan tergolong kopi mutu
rendah yang terkena larangan ekspor. Rendahnya mutu produksi kopi terutama
64
disebabkan oleh pengelolaan kebun, panen dan penanganan pasca panen yang
kurang memadai karena hampir seluruhnya kopi diproduksi oleh perkebunan
rakyat. Budidaya kopi sebenarnya sudah dilakukan oleh petani sejak jaman
penjajahan, tetapi pengelolaannya masih tetap tradisional. Kesalahan yang
paling fatal yang umum dilakukan petani adalah pada fase pemetikan dan
penanganan pasca panen, sehingga menghasilkan kopi mutu rendah. Hampir
semua sentra produksi kopi, petani memetik buah kopi sebelum usia panen
(petik hijau) dengan berbagai alasan seperti desakan kebutuhan hidup dan
rawan pencurian.
Kemudian saat penanganan pasca panen, penjemuran kopi umumnya
dilakukan ditepi jalan atau tempat-tempat yang sanitasinya tidak memadai,
sehingga terkontaminasi berbagai kotoran. Disamping itu, penjemuran yang
dilakukan tidak dapat mencapai kadar air maksimum yang diizinkan yaitu
12,5%, sehingga biji kopi sering berjamur. Lebih lanjut, alat pengupas kopi
yang digunakan umumnya tidak memenuhi standar, sehingga biji kopi yang
dihasilkan banyak yang pecah. Disamping itu, cara dan tempat untuk
menyimpan hasil yang tidak memadai menyebabkan meningkatnya kadar
kotoran dan kadar air. Akibatnya mutu biji kopi yang dihasilkan petani adalah
grade IV. Penanganan pasca panen tersebut sulit diperbaiki karena tidak ada
insentif harga, kopi bermutu baik dihargai hampir sama dengan kopi bermutu
rendah. Petani merasa lebih untung menghasilkan kopi dengan mutu seadanya
tanpa harus mengorbankan waktu dan biaya untuk memperbaiki mutu kopi
65
yang mereka hasilkan. Jadi selama ada pasar yang dapat menyerap produksi
mutu rendah, maka sulit diharapkan petani memperbaiki mutu kopinya.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perbaikan mutu kopi membutuhkan
kerja keras terutama untuk mensosialisasikannya kepada jutaan petani kopi
Indonesia dan tugas ini merupakan taruhan masa depan perkopian Indonesia.
Apabila hal ini tidak ditangani secara tepat maka ekspor kopi Indonesia akan
turun dan pasar kopi domestik akan kelebihan penawaran yang pada
gilirannya akan menurunkan harga kopi.
Jamilah dkk (2016) serupa denganpenelitian yang dilakukan yaitu
pengaruh nilai tukar rupiah, harga kopi internasional dan produksi kopi
domestik terhadap volume ekspor kopi Indonesia. Dapat diketahui dari
penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa produksi domestik terdapat
pengaruh yang signifikan positif terhadap volume ekspor. Hal ini bahwa
pengaruh tersebut dapat di terima oleh volume ekspor.
Siburian (2014) serupa dengan penelitian yang dilakukan yaitu produksi
gula domestik terhadap volume ekspor. Dapat diketahui hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa jumlah produksi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap volume ekspor gula Indonesia.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya salah satu faktor yang
menyebabkan apabila melakukan ekspor lebih banyak maka semakin tinggi
suatu produksi di dalam negeri. Penelitian tersebut dengan demikian sesuai
dengan pendapat Lindert (1994)
66
2. Konsumsi Kopi Domestik (X2)
Variabel konsumsi kopi domestic memiliki hubungan negative dan
memiliki nilai koefisien sebesar -0,169. Variabel ini menunjukkan nilai
probabilitas sebesar 0.637 yang berarti lebih besar dari taraf nyata 5%, maka
konsumsi kopi domestik berpengaruh nyata terhadap ekspor kopi Indonesia.
Artinya jika terjadi peningkatan 1% terhadap konsumsi kopi domestik maka
akan menurunkan ekspor kopi Indonesia sebesar 0,169%.
Konsumsi adalah salah satu pengaruh dari kegiatan ekspor. Jika suatu
Negara pengekspor mengkonsumsi komoditi yang di ekspor ke Negara tujuan
dengan tinggi maka akan menyebabkan ekspor bisa mengalami penurunan.
Namun, jika Negara pengekspor bisa menyeimbangi antara konsumsi dan
ekspor dengan baik maka ekspor akan tetap stabil.
Di Indonesia konsumsi kopi masih sebesar 30% dan sisanya di ekspor.
Pada tahun 1997-2014 mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun
2003 mengalami penurunan sebesar 78.360 ton, sedangkan pada tahun 2002
sebesar 87.900 ton. Namun, pada tahun 2004-2014 konsumsi kopi Indonesia
terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini dipengaruhi adanya modifikasi
biji kopi yang sudah diolah menjadi kopi instan dengan berbagai macam
berbentuk bubuk. Akan tetapi, konsumsi kopi Indonesia masih tergolong
rendah dibandingkan dengan Negara lain yang termasuk Negara pengekspor
terbesar.
3. Negara Konsumen Kopi Terbesar (X3)
67
Variabel Negara konsumen kopi terbesar memiliki hubungan positif dan
memiliki nilai koefisien sebesar 0,094 hal ini sesuai dengan hipotesis awal.
Variabel ini menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,612 yang berarti lebih
besar dari taraf nyata 5%, maka Negara konsumen kopi terbesar tidak
berpengaruh nyata terhadap ekspor kopi Indonesia. Artinya jika terjadi
peningkatan 1% terhadap Negara konsumen kopi terbesar maka akan
meningkatkan ekspor kopi Indonesia sebesar 0,094%.
Dapat disimpulkan bahwa Negara konsumen kopi terbesar tidak
berpengaruh nyata terhadap ekspor kopi di Indonesia. Hal ini berlaku jika
permintaan akan Negara konsumen terbesar semakin meningkat maka ekspor
kopi di Indonesia akan meningkat. Namun, ada hal utama yang dapat
menyebabkan permintaan Negara konsumen terbesar menurun yaitu adanya
persaingan Negara ekspor lain dengan kopi yang berkualitas lebih baik
daripada Indonesia.
Rea dan Banatul (2011) menunjukan bahwa hasil penelitiannya bahwa
konsumsi kopi amerika memiliki pengaruh yang positif terhadap ekspor kopi
Indonesia ke Amerika. Hal tersebut juga sesuai dengan Dewi Anggraini, 2006
dimana setiap kenaikan konsumsi akan menaikkan permintaan terhadap
komoditi tersebut.
4. Harga riil kopi domestic (X4)
Variabel harga riil kopi domestic memiliki hubungan negative dan
memiliki nilai koefisien sebesar -5,805 hal ini sesuai dengan hipotesis awal.
Variabel ini menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,051 yang berarti lebih
68
besar dari taraf nyata 5%, maka harga riil kopi domestic tidak berpengaruh
nyata terhadap ekspor kopi Indonesia. Artinya jika terjadi peningkatan 1%
terhadap harga riil kopi domestik maka akan menurunkan ekspor kopi
Indonesia sebesar 5,805%.
Harga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ekspor kopi
Indonesia, jika harga yang berlaku di dalam negeri (domestic) tinggi, maka hal
tersebut berpengaruh pada penurunan ekspor dan jika harga di dalam negeri
rendah maka pengaruhnya adalah meningkatnya ekspor.
Perubahan harga domestic cenderung berfluktuasi setiap tahunnya, namun
sering terjadi peningkatan. Jika terjadinya peningkatan harga kopi domestic
maka akan menurunkan ekspor. Hal tersebut terjadi karena para petani kopi
akan lebih memilih menjual hasil produksinya ke dalam negeri dibandingkan
ke luar negeri (ekspor). Sebaliknya, jika harga kopi domestic mengalami
penurunan petani kopi akan lebih memilih hasil produksinya dijual ke luar
negeri (ekspor). Hubungan ini sesuai dengan teori ekonomi, dimana
meningkatnya harga domestic kopi akan menurunkan ekspor karena harga
domestik menjadi relative lebih mahal
Rea dan Banatul (2011) menunjukan bahwa hasil penelitiannya bahwa
harga kopi domestic berpengaruh negative yaitu Sesuai dengan teori
permintaan dimana, jika harga komoditi suatu barang naik maka permintaan
akan barang tersebut turun yang jika diperhatikan koefisiennya menunjukkan
bahwa harga kopi domestik terhadap ekspor kopi Indonesia bersifat inelastik
69
dimana perubahan persentase jumlah kopi yang diminta lebih kecil dari
perubahan harga.
5. Harga riil kopi internasional (X5)
Variabel harga riil kopi internasional memiliki hubungan positif dan
memiliki nilai koefisien sebesar 4,704 hal ini sesuai dengan hipotesis awal.
Variabel ini menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.042 yang berarti lebih
keci dari taraf nyata 5%, maka harga riil kopi internasionalberpengaruh nyata
terhadap ekspor kopi Indonesia. Artinya jika terjadi peningkatan 1% terhadap
harga riil kopi internasional maka akan meningkatkan ekspor kopi Indonesia
sebesar 4,704%.
Harga kopi internasional adalah harga kopi yang bersaing di pasar dunia.
Dalam penelitian ini harga kopi internasional memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekspor kopi Indonesia
terpengaruh dengan adanya perubahan harga kopi internasional. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Lipsey (1995), yang
menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu komoditi maka jumlah yang
ditawarkan oleh penjual semakin meningkat.
Rea dan Banatul (2011) menunjukan bahwa hasil penelitiannya bahwa
harga kopi internasional berpengaruh positif. Melihat daritanda yang positif
dapat disimpulkan bahwa kopi dunia merupakan barang substitusi bagikopi
Indonesia untuk masyarakat Negara tujuan ekspor. Saat harga kopi Indonesia
naik makakonsumen akan mencari barang pengganti dengan harga yang lebih
70
murah dari harga kopi Indonesia dalam hal ini kopi Brazil, Kolombia,
Vietnam yang menjadi barangsubstitusi dari kopi Indonesia.
6. Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar amerika (X6)
Variabel nilai tukar riil rupiah terhadap dollar amerika memiliki hubungan
positif dan memiliki nilai koefisien sebesar 235,423 hal ini sesuai dengan
hipotesis awal. Variabel ini menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,471 yang
berarti lebih besar dari taraf nyata 5%, maka nilai tukar riil rupiah terhadap
dollar amerika serikat tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor kopi
Indonesia. Artinya jika terjadi peningkatan 1% terhadap harga riil kopi
domestik maka akan menaikkan ekspor kopi Indonesia sebesar 235,432%.
Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar amerika tidak berpengaruh
signifikan, hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya inflasi di Indonesia,
dimana tingkat inflasi lebih tinggi dibandingkan terapresiasinya dollar
terhadap rupiah. Pengaruh yang positif namun tidak signifikan berarti pada
permintaan ekspor kopi atau perubahan yang terjadi tidak memberikan
pengaruh yang berbeda bagi permintaan ekspor kopi di Indonesia. Hal ini
berarti naiknya nilai tukar rupiah terhadap dollar memungkinkan daya beli
meningkat. Tetapi pada penelitian ini perubahan nilai tukar tidak
menyebabkan peningkatan daya beli yang berarti sehingga berdampak pada
perubahan permintaan ekspor kopi Indonesia kurang berarti.
Dalam sistem kurs mengambang, depresiasiatau apresiasi nilai mata uang
akan mengakibatkanperubahan ke atas baik ekspor maupun impor. Jika kurs +
71
dollar Amerika serikat mengalami depresiasi, nilai mata uang dalam negeri
melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya (harganya) akan
menyebabkanekspor meningkat dan impor cenderung menurun.Jadi kurs
valuta asing mempunyai hubungan yangsearah dengan volume ekspor.
Apabila nilai kurs dollarAmerika Serikat meningkat, maka volume ekspor
jugaakan meningkat (Sukirno, 2000).
Jamilah dkk (2016) dalam penelitiannya mendapatkan hasil, bahwa nilai
tukar rupiah mempunyai pengaruh yang positif terhadap volume ekspor.
Dalam pengaruh tersebut dapat dikatakan apabila nilai tukar mengalami
kenaikan akan terjadi peningkatan yang disebut (Apresiasi) dan maka kulitas
ekspornya juga akan mengalami kenaikan.
Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Maygirtasari (2015) yang
melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi volume
ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia diantaranya adalah nilai tukar rupiah
dengan volume ekspor CPO indonesia. Penelitian tersebut dapat menunjukkan
bahwa hasilnya adalah nilai tukar rupiah dapat berpengaruh positif terhadap
volume ekspor CPO indonesia. dengan kata lain, meskipun nilai tukar naik
maka naik pula volume ekspor.
Anggi Meiri dkk (2013) dalam penelitiannya nilai riil tukar rupiah
memiliki pengaruh yang tidak signifikan.Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan pada peubah tersebut tidak mempengaruhi volume ekspor kopi
Indonesia ke setiap negara tujuan. Tidak signifikannya peubah tersebut
dikarenakan beberapa negara tujuan ekspor kopi Indonesia seperti Jepang,
72
Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Italia, dan Belgia merupakan negara yang
masuk ke dalam kategori negara dengan pendapatan per kapita yang tinggi
menurut World Bank, dimana pendapatan per kapita negara-negara tersebut
lebih besar dari US$ 12.476 (World Bank, 2013). Pendapatan per kapita yang
tinggi menyebabkan daya beli masyarakat negara tersebut tidak terlalu
terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar (Shane et al., 2008). Selain itu, kopi juga
merupakan komoditas yang bersifat inelastis sehingga jika terjadi perubahan
atau peningkatan harga maka konsumen akan tetap mengkonsumsi kopi (Kang
dan Kennedy, 2009; Webb dan Hall, 2009).
73
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor kopi di Indonesia dengan menggunakan uji regresi linear
berganda, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi di Indonesia yang
telah dianalisis dalam penelitian ini adalah produksi kopi domestic,
konsumsi kopi domestic, Negara konsumen kopi terbesar, harga kopi
domestic harga riil kopi internasional, dan nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika. Hasil uji F menunjukkan secara simultan (bersama-sama)
variable bebas yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variable terikat dengan nilai R-Squared sebesar 71%.
2. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi di Indonesia
yaitu produksi kopi domestic dan harga riil kopi internasional, sedangkan
faktor konsumsi kopi domestic, Negara konsumen kopi terbesar, harga riil
kopi domestic, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika tidak
berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi di Indonesia dengan taraf
nyata (α) lima persen.
a. Produksi kopi domestic memiliki pengaruh positif terhadap ekspor
kopi di Indonesia dengan β = 0,631, pada saat produksi mengalami
peningkatan maka penawaran dalam negeri dan luar negeri juga
74
meningkat. Hal inilah yang mengakibatkan apabila produksi kopi
meningkat, maka volume ekspor kopi juga meningkat.
b. Konsumsi kopi domestic, negara konsumen kopi terbesar, harga riil
kopi domestik memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
ekspor kopi di indonesia.
c. Harga kopi internasional memiliki pengaruh positif terhadap eskpor
kopi di Indonesia dengan β = 4,704. Hal ini berarti kopi dunia
merupakan barang substitusi bagi kopi Indonesia untuk masyarakat
negara tujuan ekspor.
d. Nilai tukar riil Rupiah terhadap dollar amerika memiliki pengaruh
yang tidak signifikan terhadap ekspor kopi di Indonesia.
6.2 Saran
1. Perlunya peningkatan produksi kopi dalam negeri, karena produksi
berperan dalam ekspor kopi. Sehingga besarnya produksi dalam negeri
akan meningkatkan ekspor kopi di Indonesia dan dapat memenuhi
permintaan-permintaan dari dalam negeri dan juga negara pengekspor.
2. Adanya perubahan nilai tukar rupiah yang dilakukan pemerintah tidak
menyebabkan peningkatan daya beli yang berarti sehingga berdampak
pada perubahan permintaan ekspor kopi Indonesia kurang berarti. Oleh
karena itu, dengan naik atau turunnya nilai tukar rupiah ekspor kopi akan
tetap berlangsung.
3. Bagi ilmu pengetahuan yang bermaksud melakukan penelitian lebih
lanjut, disarankan agar memperluas objek penelitiannya pada variable-
75
variabel lainnya yang memiliki kaitan volume ekspor kopi Indonesia,
ataupun bisa menambahkan Negara tujuan ekspor. Karena dalam
penelitian ini koefisien masih 71%, sehingga masih adanya 29% yang
dapat dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diteliti.
76
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Anies, dan Sri Marini. KOPI Si Hitam Yang Menguntungkan Budidaya
dan Pemasaran. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2011
Anggraini, Dewi. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Kopi
Indonesia Dari Amerka Serikat. [Tesis] Universitas Diponegoro
Semarang. Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan
Badan Pusat Statistik (BPS). Volume dan Nilai Ekspor Kopi Indonesia (2001-
2013)
Dewanto, Mico Anggoro. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume
Ekspor Nanas Segar Indonesia Ke Singapura [Skripsi]. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta :Fakultas Sains dan Teknologi. 2014
Direktorat Jendral Perkebunan. Statistik Perkebunan Indonesia 2013-2015.Jakarta
: Kementrian Pertanian, 2014
Dwi, Priyatno. 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi,
2009
Hamdi, Asep Saepul. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam
Pendidikan.Yogyakarta: Deepublish, 2014
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan SPSS.Semarang : Badan
Penerbit Universitas Dipenogoro, 2001
Gujarati, Damodar N. Ekonometrika Dasar, Penerjemah Sumarno Zain. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1997
Gujarati, Damodar N. Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2006
International Coffee Organization (ICO).Domestic Consumption By All Exporting
Countries. 3 Halaman.http://www.ico.org//, 2015
______________________________ . ICO Composite and Group Indicator
Prices (Annual and Monthly Averages).7 Halaman.http://www.ico.org//,
2015
77
_______________________________ . Disappearance (Consumption) In
Selected Countries.2 Halaman.http://www.ico.org//, 2015
Jamilah, Ma’rifatul, Edy Yulianto, dan Mukhammad Kholid Mawardi.Pengaruh
Nilai Tukar Rupiah, Harga Kopi internasional, dan produksi Kopi
domestic terhadap volume ekspor kopi Indonesia.Jurnal Administrasi
bisnis, JAB 36(1). 2016. Hal 62 Malang: Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya, 2016
Kang, H. and P. L. Kennedy. 2009. Empirical Evidences from a Coffee Paradox:
an Export Supply/Price Asymmetry Approach. Journal of Rural
Development 32 (3): 107-137.
Lipsey, R.G, P.N Courant, D.D Purvis, dan P.O Steiner. Pengantar
Makroekonomi. Jaka W, Kirbrandoko, Budijanto [Penerjemah].
Terjemahan dari Economics, 10th
Edition. Jakarta: Binarupa Aksara, 1995
Lindert, Peter. Ekonomi Internasional.Jakarta: Bumi Aksara,1994
Mankiw, N.G. Teori Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga, 2007
Meiri, Anggi, Rita Nurmalia, dan Amzul Rifin. Analisis Perdagangan Kopi
Indonesia Di Pasar Internasional.Jurnal Agribisnis. Bogor: Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2013
Mustaqim, Arif Zainul. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi
di Indonesia Tahun 1980-2008. [Skripsi] Universitas Muhammadiyah
Surakarta: Fakultas Ekonomi, 2011
Purba, Rea Efraim dan Banatul Hayati, SE, M.Si.Analisis Ekspor Kopi Indonesia
ke Amerika dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Ilmiah.
Semarang: Universitas Diponegoro, 2011
Rahardjo, Pudji. KOPI Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Jakarta: Penebar Swadaya, 2012
Salvatore, D. Ekonomi Internasional. Jilid I. Edisi Kelima. Haris Munandar
[Penerjemah]. Jakarta: Erlangga, 1997
Shane, M., T. Roe, and A. Somwaru. 2008. Exchange rates, foreign income, and
U.S. agricultural exports. Agricultural and Resource Economics Review 37
(2): 160-175.
Siburian, Dermonto, Kadarisman Hidayat, dan Sunarti. Pengaruh Harga Gula
Internasional Dan Produksi Gula Domestik Terhadap Volume Ekspor Gula
78
Di Indonesia.Jurnal Administrasi Bisnis, JAB 15(1). 2014. Hal 6 Malang:
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, 2014
Siswoputranto. Kopi Internasional dan Indonesia. Jakarta: Kanisius, 1993
Sukirno, S. Makroekonomi Modern. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000
Turnip, C.Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor dan
Aliran Perdagangan Kopi Indonesia [skripsi]. Institut Pertanian Bogor:
Fakultas Pertanian. 2002
79
Lampiran 1. Data Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Di Indonesia
Tahun Volume
Ekspor (Ton)
Produksi
Domestik
(Ton)
Konsumsi
Domestik
(Ton/Tahun)
Negara Konsumen
Kopi Terbesar
(Ton/Tahun)
Harga Riil
Kopi
Domestik
(Rp/Kg)
Harga Riil
Kopi
Internasional
(Rp/Kg)
Nilai Riil
Kurs
(Rp/US$)
1991 380,666 428,305 76,800 434,430 9,833.86 21,190.39 1,992
1992 269,352 436,930 79,140 477,840 14,215.73 16,292.35 2,062
1993 349,916 438,868 81,540 524,448 15,412.82 17,558.08 2,110
1994 289,288 450,191 84,000 467,124 33,668.71 36,802.91 2,200
1995 230,201 457,801 86,580 498,648 23,339.26 36,323.59 2,308
1996 366,602 459,206 89,160 500,076 13,977.72 25,614.11 2,383
1997 313,430 428,418 91,920 489,444 36,466.55 61,727.17 4,650
1998 357,550 514,451 94,680 505,872 41,919.30 54,722.12 8,025
1999 352,967 531,687 97,560 510,468 19,838.22 31,610.59 7,100
2000 340,887 554,574 100,560 499,596 13,733.69 30,874.38 9,595
2001 250,818 569,234 120,000 516,084 8,987.43 21,300.77 10,400
2002 325,009 682,019 106,740 503,292 13,789.37 17,084.17 8,940
2003 323,520 671,255 109,980 530,460 11,267.93 16,551.16 8,465
2004 344,077 647,386 120,000 437,544 11,787.60 20,469.39 9,290
2005 445,829 640,365 150,000 420,276 17,845.84 28,395.73 9,900
2006 413,500 682,158 169,980 428,856 19,996.07 24,508.75 9,020
2007 321,404 676,476 199,980 547,044 23,612.20 27,048.53 9,419
2008 468,749 698,016 199,980 566,532 22,217.68 33,052.53 10,950
2009 433,600 682,690 199,980 557,868 15,292.55 25,201.44 9,400
2010 433,595 686,921 199,980 566,184 20,206.51 29,185.87 8,991
2011 346,493 638,646 199,980 565,596 19,373.61 39,921.78 9,068
2012 448,591 691,163 220,020 561,948 19,606.23 30,336.88 9,670
2013 534,023 675,881 250,020 584,316 20,555.56 27,469.48 12,189
2014 382,750 644,605 250,020 375,132 20,613.97 32,705.13 11,885
80
Lampiran 2. Hasil Regresi Linear Berganda Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eskpor Kopi Di Indonesia
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Volume Ekspor 363450.71 72496.169 24
Produksi Domestik 485798.10 121539.903 24
Konsumsi Domestik 140775.00 58904.575 24
Negara Konsumen Kopi 502878.2500 54475.13852 24
Harga Riil Domestik 19481.6015 8145.77038 24
Harga Riil Internasional 29414.47 11111.414 24
Nilai Valuta Asing 138.6228 42.45495 24
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics Durbin-Watson
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .843a .710 .608 45406.185 .710 6.939 6 17 .001 2.567
a. Predictors: (Constant), Nilai Valuta Asing, Harga Domestik, Rata2KonsumsiNegara, Produksi Domestik, Konsumsi Domestik, Harga Internasional
b. Dependent Variable: Volume Ekspor
81
Lampiran 3. Lanjutan, Hasil Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eskpor Kopi Di Indonesia
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 85831706160.527 6 14305284360.088 6.939 .001b
Residual 35049268426.431 17 2061721672.143
Total 120880974586.958 23
a. Dependent Variable: Volume Ekspor
b. Predictors: (Constant), Nilai Valuta Asing, Harga Domestik, Rata2KonsumsiNegara, Produksi Domestik, Konsumsi Domestik, Harga Internasional
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1
(Constant) 25913.96
3 118159.831
.219 .829
Produksi Domestik .631 .168 1.058 3.763 .002 .789 .674 .491 .216 4.637
Konsumsi Domestik -.169 .351 -.137 -.481 .637 .681 -.116 -.063 .210 4.764
Negara Konsumen Kopi .094 .182 .071 .516 .612 .236 .124 .067 .910 1.098
Harga Riil Domestik -5.805 2.771 -.652 -2.095 .051 -.015 -.453 -.274 .176 5.682
Harga Riil Internasional 4.704 2.134 .721 2.204 .042 .027 .471 .288 .159 6.272
Nilai Valuta Asing 235.423 319.655 .138 .736 .471 -.418 .176 .096 .487 2.055
82
Lampiran 4. Lanjutan, Hasil Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eskpor Kopi Di Indonesia
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) Produksi
Domestik
Konsumsi
Domestik
Rata2Konsum
siNegara
Harga
Domestik
Harga
Internasional
Nilai Valuta
Asing
1
1 6.562 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
2 .245 5.176 .00 .01 .05 .00 .02 .01 .03
3 .137 6.911 .00 .00 .01 .00 .05 .02 .10
4 .027 15.571 .03 .04 .02 .10 .14 .13 .23
5 .017 19.737 .01 .13 .50 .04 .15 .20 .45
6 .008 28.473 .03 .51 .30 .28 .43 .42 .00
7 .004 41.437 .93 .31 .11 .57 .21 .22 .20
a. Dependent Variable: Volume Ekspor
83
Lampiran 5. Lanjutan, Hasil Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Eskpor Kopi Di Indonesia
84
Lampiran 6. Lanjutan, Hasil Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Eskpor Kopi Di Indonesia
Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 22845.922 42078.488 .543 .594
Produksi Domestik -.096 .060 -.539 -1.602 .128
Konsumsi Domestik .501 .125 1.367 4.007 .101
Negara Konsumen
Kopi -.061 .065 -.155 -.947 .357
Harga Riil Domestik -.387 .987 -.146 -.392 .700
Harga Riil Internasional -.109 .760 -.056 -.144 .887
Nilai Valuta Asing 192.412 113.834 .379 1.690 .109
a. Dependent Variable: ABS_RES
85
Lampiran 7. Lanjutan, Hasil Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Eskpor Kopi Di Indonesia
Uji Komologrov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 24
Normal
Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation
39036.9214453
7
Most Extreme
Differences
Absolute .105
Positive .092
Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z .513
Asymp. Sig. (2-tailed) .955
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -20.17980
Cases < Test Value 12
Cases >= Test
Value 12
Total Cases 24
Number of Runs 14
Z .209
Asymp. Sig. (2-
tailed) .835
a. Median
top related