pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

75
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelatihan merupakan suatu aktivitas yang kompleks, suatu kinerja dari atlet yang dilakukan secara sistematis dalam durasi yang panjang, progresif dan berjenjang secara individual, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu fungsi fisiologi dan psikologis tertentu agar akan dapat memenuhi berbagai tuntutan pekerjaan dan aktivitas fisik. Kemampuan untuk berpindah atau bergerak dari tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke titik lainnya atau mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat – singkatnya. Kecepatan merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan dalam waktu yang singkat – singkatnya (Wahjoedi, 2000). Kecepatan merupakan kemampuan untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat- singkatnya (Nala, 2011). Sepak takraw adalah suatu permainan yang menggunakan bola plastik (synthetic fibre) dilakukan di atas lapangan empat persegi panjang, rata, baik terbuka maupun tertutup dan lapangan dibatasi oleh net. Sepak takraw adalah permainan sepak raga yang telah dimodifikasi untuk dijadikan sebuah permainan yang kompetitif. Permainan sepak takraw diselenggarakan di lapangan tertutup asalkan memenuhi syarat. Ukuran lapangan adalah 13,40 m x 6,10 m bebas dari segala rintangan ke atas 8 m diukur dari permukaan lantai dengan tinggi net 1,55 m.

Upload: trinhnga

Post on 31-Dec-2016

238 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pelatihan merupakan suatu aktivitas yang kompleks, suatu kinerja dari atlet yang

dilakukan secara sistematis dalam durasi yang panjang, progresif dan berjenjang

secara individual, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu fungsi fisiologi dan

psikologis tertentu agar akan dapat memenuhi berbagai tuntutan pekerjaan dan

aktivitas fisik.

Kemampuan untuk berpindah atau bergerak dari tubuh atau anggota tubuh dari

satu titik ke titik lainnya atau mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta

berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat – singkatnya. Kecepatan merupakan

kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan dalam waktu yang singkat – singkatnya

(Wahjoedi, 2000). Kecepatan merupakan kemampuan untuk mengerjakan suatu

aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya (Nala, 2011).

Sepak takraw adalah suatu permainan yang menggunakan bola plastik (synthetic

fibre) dilakukan di atas lapangan empat persegi panjang, rata, baik terbuka maupun

tertutup dan lapangan dibatasi oleh net. Sepak takraw adalah permainan sepak raga

yang telah dimodifikasi untuk dijadikan sebuah permainan yang kompetitif.

Permainan sepak takraw diselenggarakan di lapangan tertutup asalkan memenuhi

syarat. Ukuran lapangan adalah 13,40 m x 6,10 m bebas dari segala rintangan ke atas

8 m diukur dari permukaan lantai dengan tinggi net 1,55 m.

Page 2: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

2

Sepak takraw terdiri dari teknik dasar sepak sila,sepak punggung,memaha,

kepala, teknik khusus terdiri dari sepak mula (servis), block dan smash. Smash

adalah pukulan yang utama dalam penyerangan untuk mencapai usaha dalam

kemenangan. Smash adalah pukulan bola yang keras, tajam dan cepat melewati net

yang diarahkan ke bidang lapangan lawan untuk mendapatkan poin atau nilai. Smash

sepak takraw adalah salah satu teknik yang paling penting dan harus dikuasai oleh

seorang pemain, karena dengan smash ini angka dapat dengan mudah diperoleh oleh

regu yang bertanding dan dapat memenangkan suatu pertandingan dengan mudah.

Melakukan smash melewati net dan masuk ke lapangan lawan merupakan salah satu

tolak ukur keberhasilan dalam bermain sepak takraw (Maseleno dan Hasan, 2011).

Smash adalah gerakan yang dilakukan dari arah belakang yang ditendang dengan

cepat dan menukik di udara sehingga sering di sebut dengan smash belakang, tujuan

smash adalah mendapatkan angka dari pihak lawan dan mematikan permainan lawan

(Kurniawan, 2012).

Pergerakan otot olahraga berasal dari pinggul dan tungkai, misalnya gerakan lari,

lempar dan loncat, banyak energi gerakan yang dibangkitkan oleh pinggul dan

tungkai, kemudian ditransfer ke atas melalui togok dengan menekuk, merentang atau,

memutar dan akhinya diterima oleh tubuh bagian atas untuk melakukan beberapa

jenis ketrampilan gerak yang melibatkan bahu, dada, dan lengan (Furqon dan

Doewes, 2002).

Pelatihan ledak otot tungkai pemain sepak bola, pemain bola volly,

pebulutangkis, pelompat jauh, peloncat tinggi, pebola basket, pelari cepat dan para

Page 3: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

3

pemain cabang olahraga. Tipe gerakan yang dipakai untuk meningkatkan daya ledak

otot seperti melompat – lompat skipping dengan dua tungkai atau salah satu tungkai

dan tungkai lainnya diangkat dengan membawa beban. Lari gawang, lari sambil

melompat rintangan, sering digunakan juga untuk melatih daya ledak otot tungkai

(Nala, 2011).

Box jump adalah salah satu alat yang dipakai melatih kekuatan otot tungkai

dengan cara melompati box atau kotak yang disesuaikan ukuran tinggi boxnya,

latihan ini bertujuan untuk melatih kekuatan otot tungkai (Chu, 2002).

Box jump adalah sebuah latihan yang memakai beberapa kotak dengan metode

latihan dilakukan dengan berbagai gerakan dimana ukuran dan tinggi kotak dapat

disesuaikan, tujuan latihan adalah untuk meningkatkan hasil lompatan pada

peningkatan power otot tungkai. Tujuan latihan box jump adalah latihan yang

meningkatkan eksplosif power, tapi latihan ini menekankan pada tingginya loncatan

(Chu, 2002).

Model pelatihan daya ledak otot tungkai yang disebut dengan Plyometric dengan

memberikan penambahan ukuran daya ledak, pelatihan Pliometrik dianggap sebagai

salah satu pelatihan yang paling efektif untuk meningkatkan daya ledak otot pada

pelari jarak pendek, maupun pelompat jauh, peloncat tinggi atau ketika menyemes

bagi pemain bulu tangkis ataupun bola voli dan juga sepak takraw (Nala, 2011).

Page 4: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan kajian latar belakang, maka yang menjadi masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Apakah Pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

meningkatkan kekuatan otot tungkai daripada pelatihan skipping di pasir, pada

siswa SMP Negeri 9 Kota Kupang?

2. Apakah loncat di pasir dengan rintangan box jump meningkatkan kecepatan

smash belakang daripada pelatihan skipping, pada siswa SMP Negeri 9 Kota

Kupang?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk memmbuktikan pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump

lebih meningkatkan kekuatan otot tungkai daripada pelatihan skipping pada

siswa SMP Negeri 9 Kota Kupang .

2. Untuk membuktikan pelatihan dengan rintangan box jump lebih meningkatkan

kecepatan smash belakang daripada pelatihan skipping pada siswa SMP Negeri

9 Kota Kupang

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

1. Secara akademis untuk menambah khasanah ilmiah dalam hal informasi

tentang pelatihan rintangan box jump dan pelatihan skipping

meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan smash belakang

Page 5: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

5

2. Secara Praktis dijadikan masukan kepada lembaga pendidikan atau

pelatihan di klub – klub dan guru-guru olahraga untuk dijadikan sebagai

model pelatihan dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai dan

kecepatan smash belakang.

Page 6: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Box jump

Setiap hari melakukan pekerjaan yang sama lama-kelamaan pasti akan jemu,

demikian pula halnya dengan dunia olahraga, pelatihan yang dari itu ke itu saja tentu

akan jemu, sehingga diharapkan seorang pelatih ahli di bidang kepelatihan, dituntut

pula agar memiliki kekayaan imajinasi dalam membuat variasi dan metode

kepelatihan (Nala, 2011).

Box jump adalah bentuk latihan yang melatih kekuatan otot tungkai dengan

cara meloncati box yang disesuikan ukuran tinggi rata – rata, latihan ini bertujuan

untuk melatih kekuatan otot tungkai. Menurut Chu (1992), box jump adalah sebuah

latihan yang memakai beberapa kotak dengan metode latihan dilakukan dengan

berbagai gerakan dimana ukuran dan tinggi kotak dapat divariasi. Tujuan latihan

adalah untuk meningkatkan hasil lompatan pada peningkatan power otot tungkai,

tujuan latihan box jump adalah latihan yang meningkatkan eksplosif power, tapi

latihan ini menekankan pada tingginya loncatan (Chu,1992).

Bentuk – bentuk latihan box jump menurut Harsono (2001), bentuk latihan

box jump yaitu : 1) Gerakan harus dilakukan secara eksplosif; (2) Kecepatan (Rate)

melakukkan loncatan lebih penting dari pada jatuhnya; (3) Prinsip overload dan

intensitas ditegakkan untuk menjamin perkembangan dan daya ledak (Power).

Komponen fisik yang mendukung agar tercapainya pelatihan box jump dengan

melatih daya ledak merupakan salah satu unsur yang penting untuk semua cabang

Page 7: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

7

olahraga permainan khususnya, bola basket, bola voli, bulu tangkis, sepak takraw dan

olahraga bela diri seperti karate, kempo, pencak silat dan taekwondo (Sajoto, 1990).

Kemampuan daya ledak (Explosive streght, muscular power) adalah kemampuan

untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan dengan menggerakkan seluruh

kekuatan dalam waktu yang singkat (Nala, 2002). Daya ledak adalah kemampuan otot

untuk mempergunakan kekuatan maksimal dalam waktu cepat (Harsono, 2001).

Box jump merupakan latihan khusus untuk meningkatkan power otot tungkai.

Latihan ini merupakan bagian dari latihan depth jump otot tungkai yang

dikembangkan pada latihan box jump antara lain otot gluteus medius dan minimus,

adductor logu, brevismagnus minimus dan haliciu (Furqon & Doewes, 2002).

Setiap orang memiliki kemampuan otot yang masing – masing yang dapat

meningkat secara terus menerus pada setiap kegiatan berdasarkan perkembangan

umur, fisik yang ada pada diri setiap orang tersebut sehingga daya ledak merupakan

kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba – tiba dan cepat dengan

mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat (Nala, 2011). Berdasarkan

teori di atas dapat satu kesimpulan bahwa daya ledak merupakan kemampuan yang

ada pada setiap orang perlu di kerahkan secara maksimal untuk mendapatkan

kekuatan yang sangat diperlukan dalam waktu yang singkat dalam berbagai macam

kegiatan olahraga.

Unsur gerak akan selalu di tunjang dengan salah satu usaha yang ditujukan untuk

mengembangkan daya ledak exsplosif dan kecepatan reaksi, pengembangan ini

terbina sebagai akibat adanya perbaikan pada reaksi sistem saraf pusat, serta kekuatan

Page 8: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

8

untuk meredam goncangan, keseimbangan pendaratan sewaktu kaki menginjak lantai

dan pasir dari melompat. daya ledak merupakan salah satu komponen biomotorik,

yang diidentikkan dengan kekuatan eksplosif dimana daya ledak ini ada yang

membagi sesuai spesifikasi atas daya leda eksplosif (explosive power); daya ledak

cepat (speed power); daya ledak kekuatan (strength power) dan daya ledak tahan

lama (endurance power) (Nala, 2011).

Anatomi gerakan dan otot-otot utama yang terlibat secara langsung yaitu dari

otot tungkai atas sampai otot tungkai bawah, dengan kekuatan otot yang dimiliki akan

menambah kecepatan dan kekuatan pada waktu menolak, demikian pula waktu

pendaratan sedangkan ketinggian loncatan harus tinggi dan vertikal karena atlet

dipacu untuk melompat tinggi dengan arah tegak lurus semaksimal mungkin

kemudian mendarat (Nala, 2011).

Daya ledak berkaitan dengan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang

dinamis dan eksplosif, yang melibatkan pengeluaran kekuatan otot tungkai maksimal

dalam suatu durasi waktu singkat (Sudaryanto, 2009). Daya ledak ini sering pula

disebut kekuatan eksplosif. Ditandai dengan adanya gerakan tiba-tiba yang cepat di

mana tubuh terdorong ke depan atau vertikal atau terdorong ke depan (horisontal, lari

cepat, lompat jauh) dengan menggerakan kekuatan maksimal (Furqon & Doewes,

2002).

Seorang atlet yang terampil dan sukses dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

menentukan kesuksesan yaitu: a) faktor genetic; b) faktor kedisiplinan; c) faktor

latihan, dan d) faktor keberuntungan (Suhendro,1999). Beberapa anjuran bagi pelatih

Page 9: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

9

dalam mendidik pemain agar kesuksesan dapat tercapai antara lain: a) canangkan

pentingnya disiplin; b) anjurkan makan makanan yang bergizi, hidup sehat dan

istirahat cukup; c) jadilah contoh yang baik; d) luaskan wawasan (Never stop

learning), dan e) buat program yang terarah terhadap Jenjang latihan olah raga

(Adisasmito, 2007).

Pelatihan meningkatkan periode persiapan yang diterapkan memiliki pengaruh

dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai, dapat meningkatkan daya ledak otot

tungkai Pelatihan yang diberikan untuk pemula dalam jangka waktu yang sesuai

dengan standart, akan memperoleh hasil yang konstan, dimana tubuh dapat

teradaptasi dengan pelatihan dan akan menghasilkan peningkatan yang berarti (Nala,

2002). Selanjutnya menurut (Satriya.dkk, 2007), dengan melakukan pelatihan secara

intensif 6-8 minggu akan meningkatkan kekuatan, kelentukan, dan daya tahan. Test

vertical jump ini menggunakan sistem energi anaerobik karena rentang waktu

pelaksanaan pelatihan antara 0-2 menit. Penggunaan energi ini dalam jumlah besar

dan waktu singkat dengan gerakan-gerakan yang eksplosif (Giriwijoyo, 2007).

Daya ledak dominan menggunakan gerakan-gerakan yang eksplosif

(Satriya.dkk, 2007), daya ledak terdapat dua komponen biomotorik yaitu kekuatan

dan juga kecepatan, sehingga untuk meningkatkan daya ledak otot maka diberikan

beban tahanan sebesar 40%-80% dari kemampuan maksimal. Pelatihan beban dalam

latihan dibagi menjadi dua yaitu beban luar dan beban dalam. Beban luar adalah

komponen-komponen beban dan latihan yang disusun menjadi urutan metodis yang

wajar, sedangkan beban dalam adalah perangsangan dan efeknya pada sel dengan

Page 10: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

10

meningkatkan kualitas sel, yang berarti meningkatnya kesehatan dan kemampuan

fungsional sel berarti meningkatnya kekuatan sel-sel yang mengalami pelatihan

(Giriwijoyo, 2007). Proses terjadinya kontraksi pada otot dikarenakan adanya

rangsangan yang menyebabkan aktifnya filamen aktin dan filamen myosin. Semakin

cepat rangsangan yang diterima dan semakin cepat reaksi yang diberikan oleh kedua

filamen tersebut maka kontraksi otot menjadi lebih cepat, sehingga daya ledak yang

dihasilkan karena penggabungan kecepatan dan kekuatan tersebut menjadi lebih besar

(Wiarto, 2013).

Dampak yang terjadi akibat pelatihan tersebut adalah terjadi peningkatan

persentase massa otot, sehingga mengalami hipertropi, bertambah sebanyak 30-60

persen, terjadinya hipertropi karena perubahan otot rangka atau peningkatan diameter

pada serabut (fiber) otot cepat (fast twitch), maka dengan sendirinya juga terjadi

hipertropi. Semua hipertrofi otot akibat dari suatu peningkatan jumlah filamen aktin

dan miosin dalam setiap serabut otot, menyebabkan pembesaran masing-masing

serabut otot (Guyton dan Hall, 2008).

Tungkai adalah anggota tubuh bagian bawah (lower body) yang tersusun oleh

tulang paha atau tungkai atas, tulang tempurung lutut tulang kering,tulang

betis,tulang pangkal kaki,tulang tapak kaki, dan tulang jari – jari kaki. Fungsinya

sebagai penahan beban anggota tubuh bagian atas (upper body) dan segala bentuk

gerakan ambulasi. Fungsi tungkai menurut Damiri (2004) menyatakan bahwa

tungkai sesuai fungsinya sebagai alat gerak, ia menahan berat badan bagian atas

Page 11: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

11

memindahkan tubuh (bergerak), ia dapat menggerakan tubuh ke arah atas, dan untuk

dapat menendang, dan sebagainya.

Latihan kecepatan yang menjadi hipertropi, adalah otot cepat (Soetopo,

2007). Adanya peningkatan jumlah dan ukuran mitokondria pada sel-sel otot maka

akan dapat menyebabkan fungsi dari mitokondria lebih efektif. Dengan adanya

peningkatan jumlah mitokondria dalam sel otot sehingga secara fisiologis

merangsang perbaikan pengambilan oksigen (Nala, 2002). Pelatihan yang teratur dan

maksimal mitokondria melakukan replikasi sehingga dapat mengerahkan sistem

energi dominan untuk selalu siap menyediakan energi yang diperlukan (Guyton dan

Hall, 2008). Gerakan vertical jump ini dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai

adalah gerakan tungkai sehingga tenaga berada pada otot tungkai sebagai penggerak

utama. Dalam mengayun tungkai, otot melakukan usaha/kerja karena massa

berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan suatu percepatan tertentu dan

memaksimalkan usaha/kerja untuk otot tungkai (Furgon & Doewes, 2002). Dengan

memaksimalkan kerja otot tersebut maka dapat meningkatkan otot tungkai (Nala,

2011).

Pelatihan hipertrofi yang sangat luas terjadi karena otot diberikan beban

selama proses kontraksi (Guyton dan Hall, 2008). Kontraksi yang terjadi pada saat

awalan menggunakan kontraksi isometrik karena terjadi pemendekkan otot,

sedangkan pada proses lanjutan menggunakan kontraksi eksentrik karena otot

memanjang, dan kontraksi alodinamik karena otot yang digunakan sejak awal sampai

akhir berbeda bebannya dan arahnya vertikal serta melawan gravitasi bumi (Nala,

Page 12: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

12

2011). Olahraga pada umumnya pelatihan untuk meningkatkan komponen kecepatan

lebih banyak di tujukan untuk meningkatkan kecepatan gerakan lari, bukan kecepatan

ayunan anggota gerak atas dan anggota gerak bawah sebenaranya lebih banyak

mengandalkan komponen daya ledak di mana komponen kecepatan telah menjadi

bagiannya, ketika menyemes, memukul, melempar, melompat atau menendang

(daya ledak = kekuatan x kecepatan/m). Selain itu komponen waktu/kecepatan reaksi

dan gerakan refleks memegang peranan pula dalam hal ini kecepatan bergerak

anggota tersebut (Nala, 2011).

2.2 Hakikat latihan Box jump

Box jump memiliki kelebihan yaitu meningkatkan power otot kaki,

meningkatkan kebugaran dan daya tahan, sedangkan kelemahanya antara lain,

peralatan yang digunakan tidak mudah didapat, mudah melelahkan dan jika tidak

dilakukan dengan cermat dapat menyebabkan cedera, pada latihan box jump tinggi

lompatan yang dilakukan berubah-ubah dan waktu istrahat ketika kaki menumpuh

pada box sehingga beban yang diterima oleh otot kaki ketika mendarat lebih besar.

Box jump adalah salah satu latihan dengan tujuan utama adalah untuk

mengembangkan daya ledak otot tungkai atau explosive power (Furgon & Doewes,

2002). Plyometrik adalah teknik pelatihan yang digunakan oleh atlet dalam semua

jenis olahraga untuk untuk meningkatkan kekuatan dan daya ledak (Chu,1992).

Latihan ini dilaksanakan berasarkan tiga kelompok otot dasar; 1) Tungkai dan

pinggul; 2) Togok; 3) dada, shoulder gridle dan lengan. Pada dasarnya ketiga

kelompok tersebut secara fungsional merupakan satu kesatuan yang disebut Pola

Page 13: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

13

gerak plyometrik yaitu meliputi konsep “Power chain” dan sebagian besar

melibatkan otot pinggul dan tungkai bawah, karena secara nyata merupakan pusat

power dari gerakan olahraga (Furgon & Doewes, 2002).

Latihan Plyometrik adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan

menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan

eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan gerakan lompat yang

berulang-ulang atau reflek rengang untuk menghasilkan reaksi yang eksplosif

(Furgon & Doewes, 2002) menyatakan latihan plyometrik adalah suatu latihan yang

memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon

dari pemberian dinamik atau rengangan yang cepat dari otot-otot terlibat,

menghasilkan pergerakan otot isometrik dan menyebabkan refleks rengangan otot

dalam otot. Latihan plyometrik dilakukan serangkaian gerakan latihan power yang

didesain secara khusus untuk membantu otot mencapai tingkat potensial

maksimalnya dalam waktu yang singkat. Plyometrik juga disebut dengan reflek

rengangan atau reflek miotatik atau reflek pilinan otot (Furgon & Doewes, 2002).

Latihan plyometrik adalah latihan untuk meningkatkan daya ledak otot

dengan bentuk kombinasi latihan baik saat memanjang eksentrik (eccentric),

maupun saat memendek (concentric) konsentrik yang mengunakan pembebanan

dinamik (Dynamic loading) menurut (Furgon & Doewes, 2002). Rengangan itu

terjadi secara mendadak sebelum otot berkontraksi kembali atau suatu latihan yang

memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam jangka waktu

sesingkat-singkatnya (Nala, 2011).

Page 14: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

14

2.2.1 Bentuk-Bentuk Latihan Box jump

Bentuk latihan box jump yaitu: (1) Gerakan harus dilakukan secara eksplosif;

(2) Kekerapan (rate) melakukan lompatan lebih penting dari pada jauhnya; (3)

Prinsip operload dan intensitas ditegakan untuk menjamin perkembangan dan daya

ledak (power) menurut Harsono (2001).

Gambar 1: Latihan box jump tinggi 12-14 inci.

( Furqon & Doewes, 2002)

Box jump merupakan latihan khusus untuk meningkatkan power otot tungkai,

latihan ini merupakan bagian dari latihan depth jump otot-otot yang dikembangkan

pada latihan box jump antara lain flexi paha, ekstens lutut, edukasi dan abdukasi yang

melibatkan otot gluteus medius dan minimus, adductor logus, brevis,magnus minimus

dan haliciu. Latihan box jump dimulai dengan berdiri pada kedua kaki selebar bahu,

kemudian melakukan lompatan kedepan dengan mendarat di atas kotak setinggi

40-50 cm, kemudian lompat ke bawah lagi dan lompat kekotak dan seterusnya

(Furgon & Doewes, 2002).

Page 15: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

15

Gambar 2: Latihan box jump (Harsono, 2001)

2.2.2 Ancang – ancang atau awalan loncat box jump

Box jump dimulai dengan berdiri pada kedua kaki selebar bahu, kemudian

melakukan lompatan ke depan dengan mendarat di atas kotak setinggi 40-50 cm

kemudian loncat ke bawah lagi dan loncat kekotak dan seterusnya, saat melakukan

lompat box jump diperlukan kosentrasi yang tinggi agar mampu melakukan loncat

sesuai dengan kemampuan yang di atur.

Gambar 3. Cara melakukan ancang – ancang meloncat box jump (Harsono, 2001)

2.2.3 Pengertian Panjang Tungkai

Otot adalah sebah jaringan konektif yang tugas utamanya adalah berkontraksi

yang berfungsi untuk menggerakan bagian-bagian tubuh baik yang di sadari maupun

tidak. Sekitran 40% berat dari tubuh adalah otot (Wiarto, 2013) . Menurut (Anwar

Pasau dalam Sajoto, 1995), menyatakan faktor lain yang tak kalah penting dalam

Page 16: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

16

persiapan untuk mencapai prestasi olahraga adalah aspek struktur dan postur tubuh,

termasuk di dalamnya ukuran tinggi dan panjang tubuh, ukuran besar, lebar dan berat

tubuh. Ukuran panjang tungkai di kenal dengan "illio spinale height”, yaitu panjang

yang diukur mulai dari titik Illio spinale (Supra Iliaca Anterior Superior/SIAS)

sampai lantai tempat seseorang berdiri tegak.

Gambar 4. Tungkai Kaki, (Sumber: Oliver, Georges. Dalam Sajoto, 1995)

2.3 Komponen daya ledak

2.3.1. Kecepatan

2.3.1.1. Pengertian kecepatan

Menurut Harsono (2001), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

kecepatan adalah kekuatan (srength), waktu reaksi dan fleksibilitas (Nala, 2002)

mengatakan kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah atau bergerak dari tubuh

atau anggota tubuh dari suatu titik ke titik yang lain atau yang mengerjakan suatu

aktivitas yang berulang yang sama waktu yang sesingkat-singkatnya. Pendapat di atas

disempurnakan oleh Nala (2011) yang mengatakan Kecepatan gerakan adalah

Page 17: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

17

kemampuan untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta

berkesinambungan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Dari pendapat di atas ada

muncul tiga macam pelatihan untuk membantu guna memperbaiki kecepatan (Sajoto,

2002): (1). Lari dengan tenaga maksimal; Lari dengan kecepatan yang maksimal

harus melibatkan langkah lari yang sangat tinggi diimbangi dengan panjang langkah

yang efektif. Pelatihan waktu tempuh lari loncat di pasir dengan rintangan box jump

dapat diartikan bahwa melompat ke atas secara vertical,horizontal dan juga ke

samping kiri maupun meloncat ke samping kanan diperlukan kecepatan yang tinggi

dan koordinasi gerakan yang lain yang dapat menunjang kecepatan itu; (2) Tempo

lari (running pace); membiasakan atlet terhadap kecepatan lari dan membantu untuk

mengembangkan tenaga yang optimal dan bahkan pembagiannya secara merata.

Kaitannya dengan pelatihan waktu lompat harus bisa mengatur ritme gerakan pada

saat akan melekukan badan baik ke samping kiri maupun ke samping kanan

dibutuhkan power yang maksimal; (3) Pergantian loncat: Pergantian lari lompat

dalam loncat di pasir dengan rintangan box jump dapat berbentuk lari progresif

loncat dengan menambah kecepatan), lari regresif (lari dengan mengurangi

kecepatan) atau lari percepatan penuh. Menurut (Widana, 1983), faktor-faktor

fisiologi yang memperngaruhi daya ledak; (a) Daya ledak otot: Tenaga daya ledak

otot dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba-

tiba dengan cepat dan menggunakan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat.

Usaha untuk menyempurnakan tenaga ledak dirancang untuk meningkatkan kekuatan

dan kecepatan; (b) Tingkat fleksibilitas yang tinggi penting untuk memperoleh

Page 18: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

18

perluasan ekstensi yang penuh dari otot besar dalam tubuh yakni : kelompok otot

tungkai dan pinggul; 2). Kelompok otot bagian tengah tubuh (perut dan punggung )

dan 3) kelompok otot dada, bahu dan lengan. Tekanan pelatihannya terutama

ditujukan terhadap kelompok otot tungkai dan pinggul. (Radcliffe 1985; Dintiman,

1988; Bompa, 1993 ). Dengan cara–cara sebagai berikut :

a.Loncatan dengan kedua tapak kaki bertumpuh pada lantai melambung

maksimum ke atas, agar tercapai loncatan (menapak dengan dua kaki) horisontal

sejauh-jauhnya (Bounds).

b. Loncatan (dua tapak kaki) vertikal maksimum dengan di dahului menekukkan

tungkai pada lutut dimana yang di pentingkan adalah luasnya gerakan sendi lutut

(Hops).

c. Meloncat (dua tapak kaki) setinggi mungkin tanpa mengiraukan berapa jauhnya

loncatan horisontal kedepan (Jumps).

d. Melompat vertikal dan horisontal semaksimum mungkin dengan dua ( loncat)

atau satu (lompat) tungkai ( Leaf ).

e. Melompat dan melangkah bergantian dengan tujuan baik tinggi lompatan (satu

tapak kaki) maupun jauhnya jauhnya jarak lompatan horisontal (Skips).

f. Meloncat – loncat (dua tapak kaki) dengan cepat, dimana tinggi dan jauhnya

loncatan seminimal mungkin (Ricochets).

Kekuatan yang berbeda-beda yakni; (1) kekuatan mutlak; (2) kekuatan yang

berhubungan dengan besarnya komposisi tubuh; (3) Kekuatan yang berhubungan

dengan besarnya otot. Dalam latihan dan pertandingan adaptasi (aklimatisasi);

Page 19: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

19

penampilan para atlet sangat dipengaruhi oleh cuaca dan derajat presentasi

kelembaban udara (Baley, 1990).

2.3.1.2. Power

Power merupakan kemampuan kekuatan otot seperti dikemukakan oleh (Harsono

1998) mengatakan sebagai berikut: Power adalah kemampuan otot untuk

mengarahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Power adalah

kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan

mengarahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat (Nala, 2011).

Teori di atas dapat disimpulkan bahwa power adalah kemampuan otot untuk dapat

berkontraksi dengan cepat akibat kekuatan maksimal dan kecepatan kontraksi otot.

Jika kontraksi otot berlangsung cepat dan dengan kekuatan maksimal maka berarti

otot tersebut menimbulkan power (Nurhasan, 2001). Ada tiga macam cara

memperbesar power yakni; 1) memperluas gaya (muscle strength) sedang kontraksi

otot tetap; 2) memperbesar kecepatan kontraksi otot sedang kekuatan tetap; 3)

kekuatan dan kecepatan diperbesar (Pocock, 2008).

Rancangan di atas bahwa usia di bawah 12 tahun peningkatan daya ledak otot

perempuan dan anak laki-laki tidak menunjukan perbedaan yang berarti akan tetapi

setelah memasuki umur di atas 12 tahun penampilan anak laki-laki meningkat secara

cepat, sebaliknya penampilan anak perempuan setelah 12 tahun makin menurun.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penelitian ini menggunakan siswa putra

SMP Negeri 9 Kota Kupang. (a) Kelebihan berat badan; secara langsung akan

mengurangi daya ledak, badan berat terlalu akan menimbulkan rasa nyeri pada lutut

Page 20: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

20

dan pergelangan kaki saat melakukan gerakan lari dengan rintangan box jump dan

meloncat terutama pada gerakan konsentrik dan eksentrik sehingga mempengaruhi

daya ledak; (b) Kelelahan merupakan ketidakmampuan otot untuk mempertahankan

tenaga (Nala, 2011).

2.4. Keseimbangan

2.4.1 Pengertian keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan posisi

khusus dari tubuh dan keseimbangan adalah kemampuan seseorang dalam

mengontrol alat-alat tubuhnya yang bersifat neoromuscular (Nurhasan, 2001).

Keseimbangan (balance) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas

setiap perubahan posisi tubuh sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali. Pengertian

di atas jelaslah keseimbangan merupakan komponen daya ledak karena dalam

pelatihan lari dengan loncat rintangan box jump di pasir loncat tali saat melewati

rintangan badan di condongkan ke depan secara vertikal dan horisontal , sehingga

tubuh dapat kontrol keseimbangan menjadi peran yang amat penting untuk

mengimbangi badan agar tidak jatuh (Nala, 2011).

2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

Keseimbangan seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti

dikemukakan oleh : (Soedarminto.dkk,1992) sebagai berikut;

“Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan adalah; 1) tingginya titik berat

yakni makin rendah titik berat tubuh maka orang tersebut akan semakin stabil; 2)

Letak garis berat: Makin dekat garis letak tubuh ke titik pusat dasar penumpuh maka

Page 21: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

21

makin stabil orang itu; 3) luas dasar penumpu: Makin luas dasar penumpu maka

orang itu makin stabil; 4) makin besar massa maka makin besar stabilitas; 5) geseran;

makin besar gaya geserannya maka orang itu makin stabil; 6) posisi segmen-segmen

badan; makin dekat titik-titik berat segmen-segmen pada garis vertikal ditengah-

tengah dasar penumpu maka makin stabil orang itu; 7) Faktor penglihatan dan

psikologis; bagaimana mengurangi sebanyak mungkin gangguan keseimbangan

dengan penguasaan neoromuskular, 8) faktor fisiologis; bergantung pada alat

pengatur keseimbangan dalam tubuh manusia.

Penyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan suatu kegiatan

olahraga membutuhkan keseimbangan yang penuh dimana titik berat badan makin

dekat dengan titik pusat maka akan makin stabil keseimbangannya.

2.5. Tipe Kontraksi Otot

Aktivitas loncat box jump ini sebenarnya merupakan perpaduan antara

kontraksi eksentrik yang diikuti segera oleh kontraksi konsentrik otot skeletal.

Gerakannya diawali dengan eksentrik diikuti ketegangan otot, dilanjutkan dengan

kontraksi kosentrik yang cepat sekali. Tekanan eksentrik terjadi takkala otot

memanjang. Otot diberi beban secara tiba – tiba dan dipaksa meregang sebelum

terjadi kontraksi konsentrik dan menghasilkan gerakan (Nala, 2011).

2.5.1. Analisis Mekanika Waktu lompat dipasir dengan rintangan box jump

Untuk menganalisis maka peneliti akan membahas tentang tiga faktor seperti

dikemukakan (Nala, 2011) sebagai berikut: 1) bidang tumpuan; bidang tumpuan

adalah dasar tempat bertumpu atau berpijak, baik dilantai, tanah, balok, kursi, meja,

Page 22: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

22

tali atau tempat lain. Semakin luas dasar atau bidang tumpuan tersebut, akan

semakin mantap posisi tubuh; 2) Letak titik berat tubuh: Letak titik berat tubuh

manusia terletak setinggi sepertiga atas tulang sakrum, kalau tubuh dalam posisi

berdiri tegak. Semakin rendah atau dekat dengan titik berat ini terhadap bidang

tumpuan akan semakin mantap atau stabil posisi tubuh; 3) Letak garis berat tubuh;

Garis berat tubuh adalah garis vertikal yang melalui titik pusat bidang tumpuan. Garis

berat ini biasanya sering disebut garis gravitasi, sebuah garis vertikal (tegak lurus)

imajiner melalui titik berat tubuh. Semakin dekat dengan letak garis berat ini dengan

titik bidang tumpuan apalagi melaluinya akan semakin stabil posisi tubuh. Pada

gerakan lari loncat di pasir tubuh saat melewati gerakan ke sebelah kiri maupun ke

sebelah kanan tiang penghalang, tubuh bagian atas (kepala dan dada) harus menjulur

ke depan untuk mengimbangi posisi tubuh jatuh ke kiri atau jatuh ke kanan dan juga

dapat di lakukan lompat ke depan. Gerakan tubuh mejulur ke depan maka letak garis

berat tubuh (gravitasi) akan bergeser ke depan, tidak melalui titik pusat bidang

tumpuan sehingga pusat keseimbangan tubuh berada diluar garis berat tubuh. Untuk

mengimbangi ini dengan sendirinya garis berat tubuh agar mendekati titik pusat

bidang tumpuan yakni dengan menarik bagian badan lainnya ke belakang sehingga

terjadi keseimbangan (Chu, 1992).

2.6. Tes daya ledak Pliometrik

Pliometrik adalah latihan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan

kemampuan atlet, yang merupakan perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan

(Chu 1992). Perpaduan antara kecepatan dan kekuatan merupakan perwujudan dari

Page 23: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

23

daya ledak otot. Latihan pliometrik salah satu metode yang sangat baik untuk

meningkatkan eksplosive power (Furqon & Doewes, 2002)

2.6.1. Pelatihan daya ledak

Pelatihan untuk latihan pliometrik merupakan bagian dari latihan olahraga,

khususnya latihan fisik secara umum. Prinsip – prinsip latihan olahraga secara umum,

juga berlaku untuk latihan pliometrik. Selain mengikuti latihan olahraga secara umum

latihan pliometrik juga mengikuti prinsip khusus. Prinsip – prinsip latihan yang

diterapkan pada latihan pliometrik. (Sarwono & Ismaryanti, 1999) antara lain : a)

Memberi regangan; (stretch) pada otot; (b) Beban lebih yang meningkatkan

(progresive); (c) Kekhususan latihan dan (d) Pulih asal. Bentuk latihan daya ledak

dapat ditingkatkan untuk memperbaiki komponen-komponen biomotorik seperti

pelatihan kekuatan (strenght), kecepatan (speed), bila pelatihan di tekankan pada

komponen kekutannya, maka menjadi daya ledak kekuatan (speed power), kalau

penekanan pelatihan pada daya tahannya, maka akan dihasilkan daya ledak daya

tahan (endurance power). Melakukan pelatihan fisik maka fungsi sistem organ tubuh

akan lebih meningkat dari volume sebelum pelatihan (Soetopo, 2007).

Pelatihan kecepatan terdapat banyak bentuk, salah satunya adalah bentuk lari

lompat di pasir dengan rintangan box jump dan loncat dengan skipping di pasir ini

yang merupakan rancangan penelitian peneliti. Dalam menyusun bentuk-bentuk

pelatihan kelincahan adalah bahwa latihan tersebut harus mengandung semua

komponen kelincahan (Harsono, 2001).

Page 24: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

24

2.6.2. Takaran Pelatihan loncat rintangan box jump

Melakukan latihan lari loncat rintangan box jump, jumlah dan beban fisik pada

waktu melakukan pelatihan ini disebut takaran fisik. Besar kecilnya perubahan yang

terjadi pada setiap aktivitas fisik akan mengakibatkan terjadinya perubahan baik faal

tubuh maupun psikis tubuh (Furqon & Doewes, 2002). Takaran pelatihan akan

mencapai sasaran atau tujuan, jika dalam program pelatihannya sudah tercakup; 1)

jenis atau tipe pelatihan yang dipilih; 2) unsur intensitas (persentase beban dan

kecepatan); 3) volume (durasi dan jumlah repetisi); 4) densitas (kekerapan, intensitas)

pelatihan (Soetopo, 2007).

Takaran pelatihan lompat di pasir dengan rintangan box jump dilakukan dengan

bobot suatu pelatihan fisik yaitu: 1) beratnya pelatihan; yang dinyatakan dalam

bentuk kecepatan gerakan maju (meter/detik) dan berat beban yang dapat

dipindahkan selama melakukan gerakan maju. Beban yang dipindahkan dalam bentuk

beban luar atau beban berupa berat badan sendiri. Pelatihan lari di pasir rintangan box

jump ini dengan tipe aktivitas kedepan maka kecepatan gerak maju dan berat badan

sebagai faktor yang memperngaruhi beratnya pelatihan. 2) intensitas pelatihan;

menurut (Nala, 2011) mengatakan bahwa intensitas merupakan ukuran terhadap

aktivitas atau kerja yang dapat dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Intensitas

adalah fungsi dari kekuatan rangsang yang dilakukan dalam pelatihan. Kualitas

kekuatan rangsangan disini sangat tergantung dari ritme pelatihan, beban kecepatan

gerakan, fariasi interval istirahat atau pulih asal di antara tiap ulangannya (Bompa,

1990).

Page 25: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

25

2.6.3 Pelatihan skipping

Skipping dilakukan dengan cara melangkah-meloncat secara berganti :

( alternating hop-step ) yang menekankan ketinggian dan jarak horisontal.

Anatomi fungsional skipping meliputi :

1. Ekstensi paha, melibatkan otot – otot biceus femoris, semiendinosus, dan

semimemoranosus,serta glutecus minimus dan maximus.

2. Fleksi paha, melibatkan otot – otot tensor fasciae latae, sartorius,dias dan

gracius

3. Ekstensi kaki melibatkan gastrocnemius (Furqon dan Doewes, 2002). Model

pelatihan skipping di pasir

Gambar .5. Ancang – Ancang Melakukan Loncat Skipping

Page 26: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

26

BAB III

KERANGKA PIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Pikir

Pelatihan loncat box jump dan skipping yang dipakai dalam olahraga prestasi

banyak dijumpai dalam latihan pliometrik dengan bertujuan untuk meningkatkan dan

memperbaiki komponen-komponen biomotorik seperti kekuatan, kecepatan, power,

dan sebagainya. Pelatihan yang dilakukan dapat meningkat melalui bentuk-bentuk

latihan lain yang mempunyai pola gerakan sesungguhnya seperti loncat di pasir

dengan rintangan box jump, lari rintangan, loncat skipping bolak-balik.

Bentuk - bentuk pelatihan tersebut harus mengandung komponen kecepatan dan

daya ledak otot tungkai. Penelitian ini untuk melatih daya ledak disusun bentuk

pelatihan lari lompat di pasir yaitu pelatihan lari lompat di pasir rintangan box jump

dan loncat skipping.

Berdasarkan pokok masalah di atas maka dilakukan uji terhadap loncat di pasir

dengan rintangan box jump dan loncat skipping yang hasilnya akan dijadikan sebagai

suatu model latihan untuk meningkatkan keterampilan gerak kecepatan dan daya

ledak otot untuk setiap cabang olahraga.

Menyusun bentuk-bentuk pelatihan tersebut harus mengandung komponen

kekuatan dan kecepatan. Dalam penelitian ini untuk melatih daya ledak kekuatan

(strength power) dan daya ledak kecepatan (speed power) disusun bentuk latihan

loncat di pasir menggunakan skipping.

Page 27: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

27

Berdasarkan masalah di atas maka dilakukan uji loncatan dengan kedua tapak

kaki bertumpu pada pasir, melambung maksimum ke atas, agar tercapai loncatan

(menapak dengan kedua kaki) horisontal dan meloncat dan melangkah bergantian

dengan tujuan baik tinggi loncatan (satu tapak kaki) maupun jauhnya jarak loncat

(skips) dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka, maka konsep yang

dapat disusun adalah mengukur pelatihan skipping dan pelatihan box jump merupakan

modalitas yang bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan

smash belakang.

Page 28: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

28

Berdasarkan uraian di atas maka konsep dalam penelitian ini dibuat dalam

bentuk sebagai berikut:

Pelatihan

1. Pelatihan di pasir dengan skipping

2. Pelatihan di pasir dengan box jump

Faktor Internal Faktor eksternal - Umur - Suhu - Jenis kelamin - Kelembaban - Tinggi badan - Berat badan

1. Kekuatan Otot Tungkai 2. Kecepatan Smash Belakang

Gambar 3.1 kerangka konsep

Keterangan:

: Merupakan komponen penunjang dalam pelatihan

namun tidak dianalisis.

Page 29: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

29

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai jawaban

sementara dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih baik meningkatkan

kekuatan otot tungkai daripada pelatihan loncat skipping di pasir, pada siswa

SMP Negeri 9 Kota Kupang.

2. Pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump meningkatkan kecepatan

smash belakang daripada pelatihan loncat skipping di pasir, pada siswa SMP

Negeri 9 Kota Kupang.

Page 30: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

30

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pretest-postest

design (Pocock, 2008) rancangan ini disusun dalam bentuk bagan sebagai berikut:

R RA O1 P1 O2

P S

O3 P2 O4

Gambar 4.1 Rancangan penelitian

Keterangan:

P = Populasi

S = Sampel

R = Randomisasi

O1 = Pengukuran sebelum pelatihan skipping di pasir (kelompok kontrol)

O2 = Pengukuran sesudah pelatihan 6 minggu skipping di pasir (kelompok

kontrol)

O3 = Pengukuran belakang sebelum box jump di pasir (kelompok perlakuan)

O4 = Pengukuran sesudah pelatihan 6 minggu box jump di pasir (kelompok

perlakuan)

P1 = Pelatihan loncat skipping di pasir

P2 = Pelatihan loncat box jump di pasir

RA = Alokasi Random

Page 31: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

31

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan SMP Negeri 9 Kota Kupang, selama 6 minggu

terhitung mulai 18 Februari sampai 14 April 2015, waktu pelatihan mulai pukul 15.00

-16.30 wita.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

a). Populasi target adalah seluruh siswa SMP Negeri 9 kota Kupang tahun

pelajaran 2014 / 2015.

b). Populasi terjangkau adalah Siswa laki – laki yang memiliki karakteristik

bermain sepak takraw.

4.3.2. Sampel

Sampel diambil dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi. Kriteria yang ditetapkan untuk ditetapkan dapat dipilih sebagai

sampel adalah sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1. Jenis kelamin laki – laki

2. Usia 13 – 16 tahun

3. Bersedia sebagai subjek penelitian dari awal sampai selesai dengan

menandatangani surat persetujuan kesediaan sebagai sampel.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria sampel eksklusi adalah :

1. Berdomisili di luar Kota Kupang

Page 32: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

32

c. Kriteria Drop Out :

Kriteria drop out adalah :

1. Subjek sakit / cedera waktu pelatihan

2. Tiga kali berturut – turut tidak mengikuti pelatihan

3. Menarik diri dari subjek penelitian.

4.3.3. Besar sampel

Berdasarkan penelitian pendahuluan dari 10 siswa putra, mengukur kecepatan

smash belakang diperoleh dengan rata-rata kecepatan smash yang diperoleh.

Sedangkan harapan peningkatan setelah diberikan pelatihan selama 6 minggu rata-

rata dapat memperoleh kecepatan smash belakang lebih meningkat dari tes awal.

Berdasarkan pada tes awal tersebut, selanjutnya jumlah sampel dihitung dengan

menggunakan rumus : ( Pocock, 2008 ) yaitu:

n = (σ)( )

f.(α. )

n = .( , )( , , )

x 10,5

. ,( , )

x 10,5

= ,,

= 17,45 = 18 orang

Page 33: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

33

Keterangan:

n = Jumlah sampel

σ = Perkiraan Standar deviasi ( 0,14 )

µ1 = Rata-rata tes kecepatan awal

µ2 = Harapan peningkatan tes kecepatan smash setelah 6 minggu

f (α, β) = Nilai dalam tabel Poccok ( 10,5 )

4.3.4. Teknik Penentuan Sampel

Teknik pemilihan dan penentuan sampel dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

1. Semua siswa memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai sampel

diberikan nomor urut yang berbeda.

2. Selanjutnya sampel dipilih secara acak sederhana (simple random

sampling) dengan menggunakan teknik undian. Jumlahnya sesuai

dengan hasil perhitungan yang diperoleh berdasarkan penelitian

pendahuluan

3. Melakukan pembagian kelompok pelatihan secara acak sederhana,

dengan teknik undian sebanyak dua kelompok, yang masing-masing

kelompok beranggotakan 18 orang

4. Melakukan uji coba pelatihan teknik loncat rintangan dari kedua

kelompok perlakuan

Page 34: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

34

4.4. Variabel Penelitian

Berdasarkan fungsi dan peranannya, variabel penelitian dapat diklarifikasi :

1. Varibel bebas ( Indepent variabel ) meliputi : Pelatihan loncat skipping dan

Pelatihan box jump.

2. Variabel Tergantung ( Dependent variabel ) meliputi : Kekuatan otot tungkai,

dan Kecepatan smash belakang.

3. Variabel terkontrol : Jenis kelamin, umur, tinggi badan, berat badan.

4. Variabel Rambang : Suhu lingkungan, kelembaban relatif.

4.5. Defenisi Hubungan Antar Variabel

untuk menghindari adanya penyimpangan dalam pengumpulan data, maka

berikut ini diuraikan definisi variabel sebagai berikut :

1. Pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump adalah pelatihan

yang dilakukan dengan rintangan kotak loncat yang terlebih dahulu

melakukan ancang-ancang untuk menghindari cedera/jatuh saat

melakukan pelatihan box jump.

Latihan box jump memerlukan beberapa kotak,bangku atau panggung

yang tingginya antara 12-14 inci.

Page 35: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

35

4.1.Gambar Desain pelatihan Box Jump

Posisi awal : Ambillah sikap berdiri yang relaks menghadap kotak atau

panggung kira-kira berjarak 18-20 inci. Lengan berada di samping badan

dan tungkai agak ditekuk.

Pelaksanaan : gerakan lengan untuk membantu tolakan, loncatlah ke atas

dan ke depan, mendarat dengan kedua kaki di atas kotak. Loncatlah

segera ke belakang ke tempat posisi awal dan ulangi gerakan ini. Untuk

loncatan perlu ingat: Usahakan ibu jari dan lutut untuk membantu

keseimbangan dan berkosentrasi untuk melakukan gerakan yang cepat,

memperpendek waktu sentuh dengan tanah dan kotak.

Lakukan 3-6 set, jumlah ulangan 8-12 kali, dan waktu istirahat kira-kira 2

menit di antara set.

2. Pelatihan loncat skipping adalah pelatihan yang dilakukan dengan cara

melangkah – meloncat secara bergantian (alternating hop-step) yang

menekankan ketinggian dan jarak horisontal.

Page 36: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

36

Gambar 4.1. Desain Pelatihan skipping

Keterangan :

: Subjek melakukan loncat skipping secara vertikal

Lakukan 3-6 set, jumlah ulangan 8-12 kali, dan waktu istirahat kira-

kira 2 menit di antara set.

: Subjek melakukan loncat skipping secara horisontal

Lakukan 3-6 set, jumlah ulangan 8-12 kali, dan waktu istirahat kira-

kira 2 menit di antara set.

3. Kekuatan otot tungkai merupakan salah satu faktor utama yang

mendukung kecepatan smash yang diukur dengan alat Dynamometer

yang dinyatakan dengan kilogram.

4. Kecepatan smash belakang merupakan gerakan yang cepat yang

dilakukan di udara sehingga menghasilkan pukulan bola yang cepat dan

keras yang diukur dengan waktu menggunakan Stopwacth pada saat bola

di smash mengenai kaki subjek maka waktu mulai berjalan dan waktu di

hentikan saat bola mengenai lantai.

Page 37: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

37

5. Permainan sepak takraw merupakan olahraga yang dilakukan di lapangan

berukuran 13,42 meter dan lebar 6,10 meter dimainkan oleh 3 orang yang

di tengah lapangan dibatasi oleh net/jaring.

6. Umur.

Umur yang ditentukan berdasarkan tanggal kelahiran yang diambil dari

data administrasi murid sekolah dan akte kelahiran yang di terbitkan oleh

pemerintah setempat.

7. Tinggi badan

Tinggi badan siswa diukur menggunakan alat pengukur tinggi badan merek

One Med buatan Jepang, dan kapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,01 cm.

8. Berat badan

Berat badan siswa diukur dengan timbangan berat badan dengan merek

One Med buatan Jepang dengan ketelitian 0,01 kg dan batas ukur 150

kg/100g 330Lb/0 2Lb

10. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah yang dilihat dari penampakan luar dan dari

administrasi sekolah, dinyatakan dengan jenis kelamin laki-laki.

4.6. Instrumen Penelitian

1. Timbangan berat badan dipakai timbangan merek merek One Med

buatan Jepang dengan ketelitian 0,01 kg

2. Alat ukur tinggi badan dipakai skala tinggi badan pada merek merek

One Med buatan Jepang, dan kapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,01 cm

Page 38: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

38

4. Stopwatch merek Water Registent dengan ketelitian 1/100 detik

5. Meteran tipe fiberglass 50 mter/165 FT dengan ketelitian 0.1 cm

6. Alat pengukur suhu (termometer) basa dan kering dengan satuan

derajat celcius dengan bilangan angka desimal dibelakang koma

7. Pli test dengan tinggi 50 centi meter berdiamater 20 cm

8. Peluit

9. Alat tulis menulis

10. Kotak loncat (Box jump)

11. Tes pelaksanaan.

4.7. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang diambil dalam prosedur penelitian adalah sebagai

1. Persiapan sebelum pelatihan meliputi:

Menentukan populasi target berupa populasi yang telah ditentukan sesuai

permasalahan penelitian yaitu seluruh siswa yang di tes dalam penelitian adalah

seluruh siswa SMP Negeri 9 kota Kupang

- Penjelasan dan kesepakatan tentang penelitian dan tempat pelatihan di

luar jam pelajaran di sekolah.

- Penjelasan tentang jadwal penelitian dan tempat pelatihan dilaksanakan

pada hari Senin, Rabu dan Sabtu sampai selesai.

- Penjelasan tentang teknik pelaksanaan pelatihan pada lintasan pelatihan

dan uji coba pelatihan.

Page 39: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

39

2. Pemeriksaan fisik

3. Lintasan pelatihan

Demi lancarnya teknik pelatihan maka lintasan pelatihan dibuat di atas

lapangan berpasir yang datar dan tempat berpasir kering dengan kedalam

pasir 50cm menggunakan alat bantu berupa meter.

4. Prosedur pelatihan loncat di pasir

a. Waktu pelatihan dilakukan pada pukul 15.00-selesai

b. Pelatihan dilakukan sesudah 3 jam setelah makan

c. Sesudah pelatihan diberikan minum

d. Sistematika pelatihan

e. Pemanasan ,inti dan pendinginan.

Page 40: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

40

4.8. Alur Penelitian

Gambar 4.8. Bagan rancangan penelitian pre test dan post test design

Populasi

Inklusi dan eksklusi

Sampel ( n = 36 )

Kelompok II Box jump di pasir

Kelompok I skipping di pasir

Tes Awal Tes Awal

Pelatihan Kelompok box jump di pasir 6 minggu

Pelatihan kelompok skipping di pasir 6 minggu

6 Minggu

Tes Akhir Tes Akhir

Analisis Data

Simpulan

Page 41: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

41

4.9 Analisis Data

1. Analisis deskriptif untuk menganalisi data subjek seperti: tinggi badan, berat

badan, umur yang datanya telah diambil.

2. Uji normalitas data hasil kekuatan otot dan kecepatan smash sebelum dan sesudah

pelatihan dengan Saphiro Wilk Test yang bertujuan untuk mengetahui distribusi

data masing-masing kelompok perlakuan dari kedua kelompok pelatihan. Batas

kemaknaan adalah 95% (p > 0,05).

3. Uji homogenitas data hasil kekuatan otot dan kecepatan smash belakang sebelum

dan sesudah pelatihan dengan levene statistic. Batas kemaknaan (p > 0,05 ).

4. Uji komparasi data hasil kekuatan otot dan kecepatan smash sebelum dan sesudah

pada ke dua kelompok perlakuan dengan menggunakan t-independent test. Uji ini

bertujuan untuk membandingkan rerata loncatan sebelum dan sesudah pelatihan

antara ke dua kelompok pelatihan. Batas kemaknaan yang digunakan (p < 0,05).

5. Data pretest, postest dianalisis secara statistik dengan menggunakan t paired test

untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah pelatihan ( p < 0,05 ).

6. Uji komparasi data antara sebelum dan sesudah pelatihan kelompok perlakuan

dengan menggunakan uji komparasi parametrik uji t- berpasangan. Uji ini

bertujuan untuk mengetahui efek dari pelatihan terhadap hasil loncatan sesudah

pelatihan pada masing-masing kelompok pelatihan. Batas kemaknaan yang

digunakan adalah (p < 0,05).

Page 42: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

42

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan terhadap SMP Negeri 9 Kota Kupang didapatkan data-

data sebagai berikut: data karakteristik subjek penelitian, data karakteristik subjek

penelitian dan data hasil pelatihan skipping dan box jump.

5.1 Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian meliputi : Umur yang dinyatakan dalam tahun yang telah

dibulatkan, tinggi badan (centi meter), berat badan (kg). Pada kelompok skipping 18

orang dan box jump berjumlah 18 0rang , jenis kelamin laki–laki dalam pelaksaaan

tes adalah siswa SMP Negeri 9 Kupang kelas VIII dan VIII laki-laki yang dipilih

secara acak sederhana dari populasi kelas VIII dan IX secara keseluruh yang terdiri

dari 10 kelas. Data tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Data Subjek Penelitian Karakteristik Sampel

Karakteristik Sampel

Kelompok perlakuan I (n=18)

Kelompok perlakuan II (n=18)

Rerata ±SB Min Mak Rerata±SB Min Mak Umur (thn) 14,61±0,97 13 16.00 14,11±0,83 13 16 Tinggi Badan(cm)

154,89±7,20 140 172 149,89±11,86 114 169

Berat Badan(kg)

40,16±6,06 32 52 36,88±6,87 25 53

Keterangan:

n :Jumlah

Mean : Rata-rata

SB : Simpang Baku

Page 43: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

43

Data tabel 5.1 menunjukkan karakteristik subjek penelitian skipping , umur,

dengan rerata 14,61± 0,97 tahun, tinggi badan dengan rerata 154,89± 7,20 cm,berat

badan rerata 40,16±6,06. Sedangkan pada kelompok box jump rerata umur

14,11±0,83 tahun, tinggi badan 149,89±11,86 cm, berat badan 36,88±6,87.

5.2 Distribusi Data Kekuatan Otot Tungkai Dan Kecepatan Smash Belakang.

Distribusi data kekuatan otot dan kecepatan smash belakang kelompok

perlakuan I dan II dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2

Distribusi data kekuatan otot dan Kecepatan Smash Belakang

kelompok perlakuan I dan II

Variabel Kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan II Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Rerata ± SB Rerata ± SB Rerata ± SB Rerata ± SB

Kekuatan otot tungkai 59,38± 21,06 67,83±17,05 73,61±18,72 83,11±16,73 Kecepatan smash 0,96± 0,17 0,73±0,13 0,90±0,20 0,72±0,15

Tabel di atas menunjukkan karakteristik data yang bervariasi dari kedua

kelompok perlakuan. Hasil pengukuran pada kelompok I kekuatan otot tungkai

sebelum perlakuan (59,38± 21,06) kg setelah perlakuan kekuatan otot (67,83±17,05)

kg, sedangkan kecepatan smash belakang sebelum perlakuan (0,96± 0,17) detik dan

setelah perlakuan kecepatan smash belakang (0,73± 0,13) detik.

Beda rerata kekuatan otot tungkai dan kecepatan smash belakang kelompok

box jump sebelum perlakuan rerata kekuatan otot (73,61 ± 18,72) kg setelah

perlakuan kekuatan otot (83,11±16,73) kg sedangkan kecepatan smash sebelum

Page 44: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

44

(0,90± 0,20) detik dan setelah perlakuan waktu kecepatan smash belakang

(72,61± 0,15) detik.

5.3 Uji Normalitas.

Uji normalitas dilakukan sebagai prasyarat untuk menentukan uji statistik

yang akan digunakan sebelum perlakuan pada kedua kelompok. Uji normalitas

data dilakukan untuk mengetahui normalitas dan distribusi data. Karena jumlah

data yang dianalisa 30 maka uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan

Shapiro-Wilk test. Hasil data tersebut tertera pada tabel 5.3.

Tabel 5.3

Uji Normalitas Shapiro-Wilk Test

Variable Kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan II

Rerata ± SB P Rerata ± SB p

Kekuatan otot 59,38±21,06 0,143 73,61±18,72 0,688

Kecepatan smash 0,96± 0,17 0,314 0,90± 0,20 0,913

Keterangan: p > 0,05

Tabel 5.3 menunjukkan uji normalitas kekuatan otot dan kecepatan smash

pada kedua kelompok. Nilai rerata kekuatan otot kelompok I sebelum perlakuan

(59,38±21,06 ) dengan nilai p = 0,143 sedangkan kelompok II (73,61 ± 18,72)

dengan nilai p = 0,688. Uji normalitas kekuatan smash sebelum perlakuan pada

kedua kelompok memperoleh nilai p lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) yang berarti

data berdistribusi normal.

Page 45: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

45

Uji normalitas kecepatan smash belakang pada kelompok I sebelum perlakuan

memiliki rerata (0,96± 0,17) dengan p = 0,314 dan kelompok II (0,90± 0,20)

dengan p = 0,913. Uji normalitas kecepatan smash belakang sebelum pada kedua

kelompok memperoleh nilai p lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) yang berarti data

distribusi normal.

5.4 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan (Levene’s statictic), artinya jika varian

sama maka uji t hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.4

Uji Homogenitas dengan Levene Statistic

Variabel Kekuatan Otot Kecepatan Smash

Rerata±SB p Rerata±SB p

Kelompok I 59,38± 21,06 0,479

0,479

0,96± 0,17 0,522

0,522 Kelompok II 73,61± 18,72 0,90± 0,20

Keterangan: nilai p : Homogen ( p > 0,05 )

Tabel 5.4 menunjukkan rerata kelompok I Rerata kekuatan otot I

(59,38±21,06) dan kelompok II (73,61±18,72) dengan p = 0,479. Rerata kelompok I

kecepatan smash (0,96± 0,17) dan kelompok II (0,90±0,20) dengan p = 0,522. Uji

homogenitas kecepatan smash dan kekuatan otot pada kedua penelitian ini

memperoleh nilai (p > 0,05) sehingga varian data pada penelitian ini bersifat

homogen.

Page 46: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

46

5.5 Peningkatan Nilai kekuatan otot tungkai dan kecepatan smash belakang

Sebelum dan Setelah Perlakuan I dan II

Untuk mengetahui peningkatan kekuatan otot dan kecepatan smash

belakang sebelum dan sesudah perlakuan digunakan uji paired t test.

5.5.1 Kekuatan otot tungkai

Hasil peningkatan kekuatan sebelum dan sesudah perlakuan disajikan pada

tabel dibawah ini:

Tabel 5.5

Uji Beda Nilai kekuatan otot tungkai dengan paired t test

Variabel Kelompok I Kelompok II Rerata ±SB P Rerata±SB P Sebelum 59,38±21,06 0,006 73,61±18,72 0,001

Sesudah 67,83±17,05 0,006 83,11±16,73 0,001 Keterangan: p 0,05 : ada beda

Tabel 5.5 diatas menunjukkan beda rerata kekuatan otot kelompok I sebelum

(59,38±21,06) dan sesudah perlakuan (67,83±17,05) nilai p = 0,006, sedangkan beda

rerata kekuatan otot tungkai kelompok II sebelum perlakuan (73,61±18,72) dan

sesudah perlakuan (83,11±16,73) dengan Nilai p = 0,001. nilai p pada kedua

kelompok lebih kecil dari 0,05 ( p< 0,05) yang berarti ada perbedaan kekuatan otot

tungkai yang bermakna sebelum dan sesudah perlakuan.

Page 47: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

47

5.5.2 Kecepatan smash belakang

Hasil peningkatan kecepatan smash sebelum dan sesudah perlakuan pada

tabel dibawah ini:

Tabel 5.6

Uji Peningkatan Nilai Kecepatan smash belakang dengan paired t test

Variabel Kelompok I Kelompok II Rerata ±SB p Rerata±SB p Sebelum 0,96±0,17 0,000 0,90±0,20 0,000 Sesudah 0,73±0,13 0,000 0,72±0,15 0,000

Keterangan: p 0,05 : ada beda

Tabel 5.6 diatas menunjukkan beda rerata kecepatan smash kelompok I sebelum

perlakuan (0,96±0,17) dan setelah perlakuan (0,73±0,13) dengan nilai p = 0,000,

Sedangkan beda rerata kecepatan smash kelompok II sebelum (0,90±0,20) dan

setelah perlakuan (0,72±0,15) nilai p = 0,000. Nilai p pada kedua kelompok lebih

kecil dari 0,05 (p 0,05) yang berarti ada perbedaan kecepatan smash belakang

yang bermakna sebelum dan sesudah perlakuan.

5.6 Hasil Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai dan Kecepatan Smash sebelum

dan Sesudah Perlakuan

Uji beda ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan nilai kekuatan

otot sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II.

5.6.1 Kekuatan otot tungkai

Uji beda kekuatan otot tungkai dengan menggunakan Independnt t Test

disajikan pada tabel dibawah ini :

Page 48: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

48

Tabel 5.7

Nilai kekuatan otot tungkai Sesudah Perlakuan I dan II dengan

Independent t Test

Variabel Kelompok I Kelompok II p

Kekuatan Otot Tungkai

(Sesudah Perlakuan)

67,72±16,93 83,11±16,73 0,010

Keterangan : p 0,05, p value : signifikan

Tabel 5.7. memperlihatkan nilai rerata kekuatan otot pada kelompok perlakuan I

(67,72±16,93) dan kelompok perlakuan II (83,11±16,73) dengan p value 0,010. Hasil

pengukuran penelitian menunjukkan p value < 0,05 sehingga ada perbedaan

kekuatan otot tungkai yang berbeda bermakna pada kedua kelompok setelah

perlakuan.

5.6.2 Kecepatan smash belakang

Uji beda kecepatan smash belakang dengan menggunakan Independnt t

Test disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.8

Nilai kecepatan smash belakang Setelah Perlakuan I dan II dengan

Independent t Test

Variabel Kelompok I Kelompok II p

Kecepatan Smash Belakang (Sesudah perlakuan)

0,77 ±0,11 0,73±0,15 0,291

Keterangan : p > 0,05, p value : signifikan

Page 49: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

49

Tabel 5.8. memperlihatkan nilai rerata kecepatan smash belakang pada kelompok

perlakuan I (0,77 ±0,11) dan kelompok perlakuan II (0,73±0,15) dengan p value

0,291. Hasil pengukuran penelitian menunjukkan p value > 0,05 sehingga tidak ada

ada perbedaan kecepatan smash belakang yang berbeda bermakna pada kedua

kelompok setelah perlakuan.

Page 50: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

50

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan bertujuan untuk

mengetahui perbedaan pelatihan skipping dengan box jump meningkatkan

kekuatan otot tungkai dan kecepatan smash belakang pada siswa SMP Negeri 9

Kupang.

6.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 36 orang siswa SMP Negeri 9

kupang. Yang terbagi menjadi 2 kelompok dengan cara acak sederhana yaitu

kelompok I sebagai kelompok pelatihan skipping dan kelompok II sebagai

kelompok pelatihan box jump. Hal ini memungkinkan sampel lebih bervariasi

dilihat dari segi umur rerata (14,16±0,97), tinggi badan (154,89±7,20), berat

badan (40,16±6,06) kelompok I dan rerata umur (14,11±0,83), tinggi badan

(149,89±11,86), berat badan (36,88±6,87) untuk kelompok II.

6.2 Peningkatan kekuatan otot tungkai dan kecepatan Smash Belakang pada

Kelompok skipping

Hasil penelitian kekuatan otot tungkai pada kelompok I memperoleh rerata

sebelum perlakuan (59,38±21,06) dan sesudah perlakuan (67,72±16,93) dengan

nilai p = 0,001. Sedangkan kelompok II memperoleh rerata sebelum perlakuan

(73,61±18,72) dan setelah perlakuan (83,11±16,73) dengan nilai p = 0,000. Nilai

p value pada kedua kelompok p 0,05, berarti perlakuan skipping maupun

Page 51: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

51

perlakuan box jump dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai pada siswa SMP

Negeri 9 Kupang.

Perbandingan nilai rerata setelah perlakuan pada kelompok I

(67,72±16,93) dan kelompok II (83,11±16,73) memperoleh nilai p = 0,010

(p < 0,05), yang berarti bahwa peningkatan kekuatan otot tungkai yang terjadi

pada kedua kelompok setelah perlakuan memiliki nilai perbedaan yang berbeda

bermakna. Berarti bahwa peningkatan kekuatan otot tungkai yang terjadi pada

kedua kelompok setelah perlakuan memiliki nilai yang berbeda bermakna pada

kelompok II yang lebih meningkatkan kekuatan otot tungkai.

Hasil penelitian tersebut berdasarkan pelatihan pliometrik Latihan

pliometrik bertujuan untuk meningkatkan kecepatan dan kekuatan, latihan

pliometrik dapat dilakukan untuk mengembangkan power bisa dengan cara

mengembangkan kecepatan memelihara kekuatan atau mengembangkan kekuatan

dan memelihara kecepatan merupakan sebagai salah satu usaha yang ditujukan

untuk mengembangkan daya ledak eksplosif dan kecepatan reaksi, (Hanafi, 2010)

Untuk meningkatkan ketahanan otot latihan harus dilakukan secara berulang-

ulang, latihan pliometrik bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan dan

waktu reaksi. Dalam latihan pliometrik gerakan dilakukan dengan kecepatan

gerak tertentu yang melibatkan refleks regang, dimana otot sudah berada dalam

keadaan siap untuk berkontraksi lagi sebelum ia berada dalam keadaan rileks.

Pengembangan ini terbina sebagai akibatnya adanya perbaikan pada reaksi system

saraf pusat, serta kekuatan untuk meredam goncangan, keseimbangan pendaratan

Page 52: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

52

sewaktu kaki menginjak lantai dari pada melompat. Aktivitas ini sebenarnya

merupakan perpaduan antara kontraksi otot skeletal. Sehingga pelatihan

pliometrik ini disamakan dengan tipe pelatihan yang eksposif/reaktif. Gerakannya

diawali dengan tekanan eksentrik diikuti ketegangan otot,dilanjutkan dengan

kontraksi kosentrik yang cepat sekali. Kekuatan otot tungkai yang dilakukan

dengan perlakuan box jump dan skipping, latihan untuk meningkatkan kekuatan

otot dianggap cukup baik dilakukan sebanyak 2-3 kali seminggu (Nala,2011).

Keterkaitan pelatihan selama 18 kali pertemuan pada perlakuan box jump dan

skipping terhadap kekuatan otot tungkai dan kecepatan smash mengalami

peningkatan (73,61±16,72) dan setelah perlakuan kelompok I (83,11±16,73)

memperoleh nilai p = 0,010 (p < 0,05), yang berarti bahwa pelatihan box jump

lebih meningkatkan kekuatan otot tungkai daripada kecepatan smash belakang,

hal ini yang terjadi pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan

pelatihan box jump pada kedua kelompok setelah perlakuan memiliki nilai yang

berbeda bermakna.

Box jump lebih baik untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai melalui

pelatihan yang dilakukan secara berulang-ulang yang sama serta

berkesinambungan dalam waktu yang yang sesingkatnya (Nala,2011).

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis uji statistis bahwa

pelatihan box jump lebih meningkatkan kekuatan otot tungkai daripada

meningkatkan kecepatan smash belakang pada siswa Smp Negeri 9 Kupang.

Page 53: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

53

6.3 Peningkatan kekuatan otot dan kecepatan smash pada kelompok box jump

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian (Suriono,2012)

kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan

berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya. Teknik pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik

analisis statistika korelasi sederhana dan korelasi ganda yang dilanjutkan dengan

uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05. Hasil penelitian menunjukan : pertama,

terdapat hubungan yang berarti antara kecepatan reaksi terhadap kecepatan smash

kedeng, yang berarti variabel kecepatan reaksi memberikan sumbangan terhadap

kecepatan smash belakang dan otot terhadap kecepatan smash belakang smash

belakang, memiliki korelasi yang berarti variabel daya ledak otot tungkai

memberikan sumbangan terhadap kecepatan smash berarti bahwa variabel

kecepatan reaksi dan daya ledak otot tungkai secara bersama-sama memberikan

sumbangan terhadap ketepatan smash kedeng sebesar Berdasarkan pendapat di

atas, dapat dikemukakan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk

memindahkan atau merubah posisi tubuh atau anggota tubuh dalam menempuh

suatu jarak tertentu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan satuan waktu.

Agar seseorang bereaksi dengan cepat, kecepatan harus dirangsang gerak secepat

mungkin. Hal ini berarti oleh Kecepatan Reaksi dan Daya Ledak Otot Tungkai

bahwa terjadi peningkatan kecepatan smash dan kekuatan otot tungkai mengalami

peningkatan smash karena memiliki kekuatan otot tungkai yang kuat untuk dapat

melakukan smash belakang (Suriono, 2012)

Page 54: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

54

Peningkatan kecepatan smash belakang dan kekuatan otot tungkai melalui

pelatihan box jump yang dilakukan secara berkesinambungan secara berulang-

ulang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya juga akan meningkatakan kekuatan

otot tungkai yang sangat di perlukan dalam mencapai sebuah peningkatan dimana

aktivitas menyemes bola terus menerus, untuk meningkatkan daya tahan otot yang

akan berpengaruh pada kekuatan otot tungkai. Demikian pelatihan box jump dan

skipping di lakukan secara terus menerus dalam pelatihan selama 18 kali

pertemuan yang di lakukan oleh kedua kelompok yang pada akhirnya

mendapatkan peningkatan pada kedua variabel pengukuran kecepatan dan

kekuatan otot tungkai melalui hasil yang di peroleh pada akhir perlakuan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan box jump dan skipping sama –

sama meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan smash belakang yang

bermakna pada siswa smp negeri 9 kupang namun pelatihan box jump lebih

meningkatkan kekuatan otot tungkai daripada kecepatan smash belakang pada

siswa SMP Negeri 9 Kupang.

6.4 Peningkatan Kecepatan smash belakang pada Kelompok Skipping

Rerata peningkatan kecepatan smash belakang kelompok I memperoleh rerata

sebelum perlakuan (0,96±0,17) dan setelah perlakuan (0,73±0,13) dengan nilai

p = 0,000. Sedangkan pada kelompok perlakuan II memperoleh rerata sebelum

perlakuan (0,90±0,20) dan setelah perlakuan (0,72±0,15) dengan nilai p = 0,000.

Nilai p value pada kedua kelompok p < 0,05, berarti perlakuan skipping maupun

Page 55: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

55

perlakuan box jump dapat meningkatkan kecepatan smash belakang siswa SMP

Negeri 9 Kupang.

Perbandingan nilai rerata setelah perlakuan pada kelompok I (0,77±0,11) dan

setelah perlakuan kelompok II (0,73±0,15) memperoleh nilai p = 0,291 (p> 0,05),

yang berarti bahwa peningkatan kecepatan smash belakang yang terjadi pada kedua

kelompok tidak terjadi peningkatan yang bermakna .

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh, (Edward

Fox, 2010) tentang latihan beban alat digunakan untuk meningkatkan kekuatan,

maupun kecepatan. Latihan pliometrik meliputi kekuatan dan kecepatan yang

digunkana untuk kontraksi otot pada karakteristik gerakan eksplosif stretch shorten

cycle (SSC). Latihan pliometrik sangat di perlukan dalam peningkatan kecepatan

smash, karena untuk mendapatkan pelatihan yang baik di perlukan model pelatihan

yang tidak menjenuhkan sehingga pelatihan box jump dan skipping sangat disarankan

dalam meningkatkan kecepatan smash dan kekuatan otot dalam permainan sepak

takraw terkhususnya dalam meningkatkan kecepatan dan kekuatan otot tungkai dalam

permainan sepak takraw, dengan memberikan pelatihan yang lebih bervariasi pada

kedua kelompok perlakuan baik kelompok skipping dan kelompok pelatihan box

jump sehingga siswa atau atlet yang dilatih tidak jenuh terhadap pelatihan yang

diberikan agar pelatihan yang diharapkan dapat memperoleh hasil sesuai yang

diharapkan.

Page 56: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

56

6.5 Pelatihan Skipping dan box jump terhadap kecepatan smash belakang yang

tidak terjadi peningkatan yang bermakna

Kecepatan smash belakang merupakan komponen yang sangat penting dalam

permainan sepak takraw yang pelatihannya membutuhkan teknik pelatihan yang lebih

intensif,berkesinambungan dan terus menerus dalam waktu yang panjang sehingga

proses perkembangan dan peningkatan pada kecepatan smash terjadi peningkatan

yang bermakna. Kecepatan (gerakan) adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu

aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya, (Nalla, 2011). Berdasarkan pendapat tersebut bahwa dalam sebuah

pelatihan terkhusus melatih kecepatan smash belakang dalam permainan sepak

takraw membutuhkan waktu yang lebih panjang tidak hanya cukup melatih hanya 6

minggu dengan pertemuan hanya 3 x seminggu. Sehingga dalam proses pelatihan

kecepatan smash membutuhkan waktu yang panjang dan volume pelatihan harus di

perbanyakan terkhusus untuk melatih kecepatan smash belakang sehingga untuk

seorang pelatih dan atlet harus memiliki prinsip pelatihan tanpa prinsip atau patokan

yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait. Terutama pelatih dan atlet, untuk

mendapatkan hasil yang maksimal harus mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai

pada evaluasi pelatihan akan sulit untuk mencapai hasil yang maksimal.

Latihan merupakan suatu proses yang sistematis dalam menyiapkan atlet pada

penampilan tingkat tinggi. Proses dilakukan berulang-ulang dengan beban yang

makin meningkat. Latihan pada prinsipnya adalah memberikan tekanan atau stress

fisik secara teratur, sistematis, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat

Page 57: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

57

meningkatkan kemampuan fisik di dalam melakukan kerja. Jadi latihan yang

sistematis dengan pemberian beban yang meningkat dan dilakukan berulang-ulang

akan akan meningkatkan kemampuan fisik terhadap pekerjaan yang dilakukan

seseorang (Syahfrizar, 2007).

6.6 Perbandingan peningkatan kekuatan otot tungkai dan kecepatan smash

pada pelatihan skipping dan box jump.

Rerata peningkatan kekuatan otot kelompok I (67,83±17,05)

dibandingkan dengan kelompok II (83,11±16,73) yang diuji dengan

t-independent terjadi peningkatan yang bermakna (p ≤ 0,05). Rerata kecepatan

smash kelompok I (0,73±0,17) dibandingkan dengan kelompok II (0,89±0,20)

yang diuji dengan t-independent tidak terjadi peningkatan yang bermakna

(p ≥ 0.05). Sehingga box jump lebih baik dibanding dengan skipping dalam

meningkatkan kekuatan otot tungkai di dalam dalam permainan sepak takraw.

6.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah kemampuan peneliti untuk

mengontrol aktivitas sampel yang bervariasi setelah pelatihan dilakukan.

Page 58: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

58

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan dari pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelatihan box jump lebih baik meningkatkan kekuatan otot tungkai daripada

pelatihan skipping pada siswa SMP Negeri 9 Kupang dalam permainan sepak

takraw.

2. Pelatihan box jump meningkatkan kecepatan smash belakang daripada

pelatihan skipping pada siswa SMP Negeri 9 Kupang dalam permainan

sepak takraw.

7.2 Saran

1. Cabang olahraga yang memerlukan kecepatan dan kekuatan otot diharapkan

dapat memasukkan model pelatihan box jump sebagai salah satu bentuk

pelatihan untuk meningkatkan kecepatan smash terlebih untuk melatih

kekuatan otot tungkai.

2. Untuk studi lebih lanjut dari kedua model pelatihan pliometrik yang

modelnya hampir sama besar beban pelatihan serta waktu pelatihan.

Page 59: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

59

DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, L.S. 2007. Mental Juara Modal Atlet Berprestasi. Jakarta: Raja

Grafindo Perasada. Baley, J.A.1990. Pedoman Atlet Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina.

Dahara Prize, Semarang: Effhar offset. Bompa, O.T. 1990. Teori dan Metodologi Latihan, Universitas Airlangga,

Surabaya. Bompa, T.O. 1994. Theory And Methodology Of Training: the key to Athletic

Performance. Third edition. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.

Chu, Donald A.1992. Jumping Into Plyometrics. California: Leisure press.

Champaign, Illinois. Damiri, 2004. Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Sekolah Dasar.

Bandung: FKOP,IKIP. Furqon, M & Doewes. M. 2002. Plaiometrik Untuk Meningkatka Power.

Surakarta, universitas Sebelas Maret. Giriwijoyo, S 2007. Ilmu Faal Olahraga : Fungsi Tubuh Manusia Pada

Olahraga. Bandung: Fakultas Ilu Olahraga. Giriwijoyo, S. Y. S. 1992. Ilmu Faal Olahraga, Fakultas Ilmu Olahraga,

Bandung. Guyton & Hall, 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. Hanafi, S. 2010. Efektifitas latihan beban dan latihan pliometrik, Makasar

Jurusan Pendidikan Olahraga FIK Universitas Negeri. Harsono, 2001. Latihan Fisik. Jakarta: Departemen Kependidikan Olahraga dan

Kesehatan Depdikbud. Maseleno A dan Hasan M, 2011. Fuzzy Logic Based Analysis of the Sepak

takraw Games Ball Kicking with the Respect of Player Arrangement. World Applied Programming, Vol (2), Issue (5), May 2012. 285-293 Special section for proceeding of International E-Conference on Information Technology and Applications (IECITA) 2012. ISSN:

Page 60: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

60

2222-2510 ©2011 WAP journal. Tersedia pada. www. waprogramming.com. [Diakses tanggal 27 Desember 2014].

Mikanda, R, 2011. Super Lengkap Olahraga: Jakarta. Dhika Graha. Nala, I.G.N. 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Universitas Udayana

Denpasar Bali :University Prees. Nala, I.G.N. 2008. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Universitas Udayana

Denpasar Bali: University Prees. Nala, I.G.N. 2011. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Universitas Udayana

Denpasar Bali: University Prees. Nossek, J. P. 1982. Teori Umum Latihan. Logos: Institut Nasional olahraga.

African Pres LTD. Nurhasan, 2001. Buku Materi Pokok Tes dan Pengukuran. Jakarta: Karunika

Universitas Terbuka. Pocock, 2008. Pedoman Dasar Melatih Atletik, Program Pendidikan dan Sistem

Sertifikasi Pelatih Atletik, Jakarta: PASI. Sajoto, M. 1990. Penigkatan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam

Olahraga, Semarang: Dahara Prize Effhar Offset. Sajoto, M. 2002. Peningkatan dan pembinaan kekuatan kondisi fisik. Semarang:

Effhar dan dahara Prize. Sarwono dan Ismaryati, 1993. Laporan Hasil Penelitian. Program metode

kombinasi latihan sirkuit Pliometrik, Berat Badan dan waktu reaksi terhadap kelincahan. FKIP UNS.

Satriya,Sidik.,S.Imanuel,I, 2007. Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung:

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UPI. Soedarminto, 1992. Kinesologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

kebudayaan. Soetopo, A.S, 2007. Dasar – Dasar Kepelatihan Bola Olahraga Profesional.

Jakarta: Badan Pengembangan dan Pengawasan Olahraga Profesional Indonesia.

Page 61: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

61

Sudaryanto, 2009. Perbedaan Pengaruh Quardicep Bech Exercise Antara Beban RM dan 10 RM terhadap Peningkatan Daya ledak otot tungkai (cited 2011 jan) available from : http://ikafisiologiterafimks.org/index.

Suhendro,A. 1999. Dasar –Dasar Kepelatihan. Jakarta : Universitas terbuka. Sujiono, Ali, Andriyanto. 2012. Hubungan antar kecepatan reaksi dan daya

ledak otot tungkai terhadap ketepatan smash kedeng, Jakarta.Universitas UNJ.

Syahfrizar, 2007. Latihan Knee Tuck Jump & Bo Jump Untuk Atlet Bola voli.

Padang: Wineka Media. Wahjoedi, 2000. Tes, Pengukuran, evaluasi, dalam pendidikan Jasmani dan

olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia.

Wiarto.G. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogjakarta: Graha Ilmu. Widana, I.K, 1993. Psysiolog of Training Sprinting. Discussion paper:

Departement of Human Movement and Reacreation studies, university of Western Australia, Perth

Page 62: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

62

LAMPIRAN

1. Data Sampel Kelompok I (Skipping)

NO NAMA UMUR TB BB KELOMPOK 1 A.T.T 14 154 32 Skipping 2 I.N 15 160 38 Skipping 3 J.M.M 15 159 50 Skipping 4 J.S.V.W 13 149 33 Skipping 5 K.K 14 155 39 Skipping 6 K.D.B 14 140 33 Skipping 7 L.A.T 14 159 43 Skipping 8 M.L 15 150 39 Skipping 9 P.P.J.J 14 163 52 Skipping 10 P.R.J.N 15 156 37 Skipping 11 R.M 14 155 42 Skipping 12 R.H.S 13 146 34 Skipping 13 S.I.PD 16 155 42 Skipping 14 S.M 16 158 45 Skipping 15 T.M 16 158 46 Skipping 16 V.N 16 172 47 Skipping 17 S.D 14 153 35 Skipping 18 K.B 15 146 36 Skipping

Peneliti

Apriyani Tkesnay

Page 63: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

63

2. Data Subjek Kelompok II Box Jump

NO NAMA UMUR TB BB KELOMPOK 1 J.R.M 13 153 36 Box Jump

2 J.A.R.N.N 13 154 36 Box Jump

3 M.M 14 147 35 Box Jump

4 M.P.L 13 139 25 Box Jump

5 O.S.U.R 14 160 38 Box Jump

6 R.K 14 114 26 Box Jump

7 R.Y.P 14 140 32 Box Jump

8 D.A 15 160 53 Box Jump

9 S.U 14 155 37 Box Jump

10 S.A.S.W 14 160 37 Box Jump

11 S.M 15 169 48 Box Jump

12 T.T.T 15 144 34 Box Jump

13 V.N 14 148 34 Box Jump

14 Y.L 15 151 42 Box Jump

15 Y.A.P.M 16 154 42 Box Jump

16 Y.N 14 142 31 Box Jump

17 Y.F.H.R 14 155 42 Box Jump

18 M.R.L 13 153 36 Box Jump

Peneliti

Apriyani Tkesnay

Page 64: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

64

3. Data Pre Test dan Post Test Kekuatan Otot Tungkai dan Kecepatan Smash Belakang Kelompok I (Skipping)

No. Nama

Sampel Pre Kekuatan otot

Post Kekuatan otot

Pre Kecepatan

Post Kecepatan

1 A.T.T 30 40 0,88 0,50 2 I.N 50 55 1,13 0,55 3 J.M.M 55 58 0,88 0,71 4 J.S.V.W 95 97 0,98 0,78 5 K.K 30 75 0,83 0,74 6 K.D.B 30 40 0,74 0,69 7 L.A.T 55 50 0,78 0,65 8 M.L 85 90 0,98 0,80 9 P.P.J.J 65 70 0,88 0,83 10 P.R.J.N 80 85 0,99 0,80 11 R.M 75 78 1,19 0,97 12 R.H.S 30 60 0,97 0,85 13 S.I.PD 78 80 1,14 0,89 14 S.M 78 82 0,72 0,65 15 T.M 78 85 1,10 0,57 16 V.N 50 55 0,80 0,63 17 S.D 45 56 1,07 0,92 18 K.B 60 65 0,95 0,72

Peneliti Apriyani Tkesnay

Page 65: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

65

3. Data Pre Test dan Post Test Kekuatan Otot Tungkai dan Kecepatan Smash

Belakang Kelompok II (Box Jump)

No. Nama Sampel

Pre Kekuatan

Otot

Post Kekuatan

Otot

Pre Kecepatan

Smash

Post Kecepatan

Smash 1 J.R.M 60 65 0,78 0,62 2 J.A.R.N.N 85 90 0,97 0,76 3 M.M 60 64 0,73 0,59 4 M.P.L 80 97 1,03 0,89 5 0.S.U.R 40 75 1,32 0,88 6 R.K 55 60 0,61 0,52 7 R.Y.P 70 80 0,76 0,73 8 D.A 55 90 1,18 0,88 9 S.U 70 80 0,86 0,56 10 S.A.S.W 110 120 1,19 0,98 11 S.M 105 108 1,02 0,85 12 T.T.T 55 60 0,98 0,86 13 V.N 85 90 0,86 0,57 14 Y.L 70 80 0,54 0,50 15 Y.A.P.M 85 89 0,93 0,87 16 Y.N 95 98 0,80 0,71 17 Y.F.H.R 82 85 0,84 0,80 18 M.R.L 63 65 0,81 0,54

Peneliti Apriyani Tkesnay

Page 66: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

66

4. Karakteristik Penelitian Kelompok I ( Skipping)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

UMUR_K I 18 13.00 16.00 14.6111 .97853

TINGGI_BADAN_K I 18 140.00 172.00 1.5489E2 7.20203

BERAT_BADAN_K I 18 32.00 52.00 40.1667 6.06096

Valid N (listwise) 18

5. Karakteristik Penelitian Kelompok II (Box Jump)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

UMUR_KII 18 13.00 16.00 14.1111 .83235

TINGGI_BADAN_KII 18 114.00 169.00 1.4989E2 11.86140

BERAT_BADAN_KII 18 25.00 53.00 36.8889 6.87612

Valid N (listwise) 18

7. Uji deskriptif Kekuatan dan Kecepatan Kelompok I (skipping)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pre Kekuatan kelompok I 18 30.00 95.00 59.3889 21.06053

Post Kekuatan kelompok I 18 40.00 97.00 67.8333 17.05096

Pre kecepatan kelompok I 18 .72 1.41 .9600 .17456

Post kecepatan kelompok I 18 .50 .97 .7361 .13089

Valid N (listwise) 18

Page 67: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

67

8.Uji deskriptif kekuatan dan kecepatan kelompok II (Box Jump) Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pre Kekuatan kelompok II 18 40.00 110.00 73.6111 18.72130

Post Kekuatan Kelompok II 18 60.00 120.00 83.1111 16.73281

Pre Kecepatan kelompok II 18 .54 1.32 .9006 .20057

Post kecepatan kelompok II 18 .50 .98 .7285 .15520

Valid N (listwise) 18

9. Uji Homogenitas kelompok I dan kelompok II

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Pre Total Kekuatan

kelompok I dan kelompok II .479 1 34 .493

Pre Total Kecepatan

kelompok I dan kelompok II .522 1 34 .475

10. Uji Normalitas kelompok I dan kelompok II Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Pre kecepatan kelompok I .154 18 .200* .942 18 .314

Post kecepatan kelompok I .084 18 .200* .975 18 .879

Pre Kecepatan kelompok II .132 18 .200* .977 18 .913

Post kecepatan kelompok II .169 18 .188 .907 18 .077

Pre Kekuatan kelompok I .160 18 .200* .922 18 .143

Post Kekuatan kelompok I .120 18 .200* .959 18 .579

Pre Kekuatan kelompok II .132 18 .200* .964 18 .688

Post Kekuatan Kelompok II .138 18 .200* .949 18 .416

Page 68: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

68

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Pre kecepatan kelompok I .154 18 .200* .942 18 .314

Post kecepatan kelompok I .084 18 .200* .975 18 .879

Pre Kecepatan kelompok II .132 18 .200* .977 18 .913

Post kecepatan kelompok II .169 18 .188 .907 18 .077

Pre Kekuatan kelompok I .160 18 .200* .922 18 .143

Post Kekuatan kelompok I .120 18 .200* .959 18 .579

Pre Kekuatan kelompok II .132 18 .200* .964 18 .688

Post Kekuatan Kelompok II .138 18 .200* .949 18 .416

11.Uji Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai dan Kecepatan Smash Belakang

Group Statistics

Grup N Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Pre Total Kecepatan kelompok I

dan kelompok II

kelompok I 18 .9600 .17456 .04114

kelompok II 18 .8989 .20193 .04760

Pre Total Kekuatan kelompok I

dan kelompok II

kelompok I 18 59.3889 21.06053 4.96401

kelompok II 18 73.6111 18.72130 4.41265

Post Total Kecepatan kelompok I

dan kelompok II

kelompok I 18 .7794 .11869 .02798

kelompok II 18 .7300 .15537 .03662

Post Total Kekuatan Kelompok I

dan kelompok II

kelompok I 18 67.7222 16.93866 3.99248

kelompok II 18 83.1111 16.73281 3.94396

Page 69: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

69

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pre Total Kecepatan

kelompok I dan

kelompok II

Equal variances

assumed .522 .475 .971 34 .338 .06111 .06291 -.06674 .18897

Equal variances

not assumed

.971 33.303 .338 .06111 .06291 -.06684 .18907

Pre Total Kekuatan

kelompok I dan

kelompok II

Equal variances

assumed .479 .493 -2.141 34 .039 -14.22222 6.64176 -27.71989 -.72455

Equal variances

not assumed

-2.141 33.539 .040 -14.22222 6.64176 -27.72673 -.71772

Post Total

Kecepatan

kelompok I dan

kelompok II

Equal variances

assumed 3.311 .078 1.073 34 .291 .04944 .04609 -.04421 .14310

Equal variances

not assumed

1.073 31.801 .291 .04944 .04609 -.04445 .14334

Post Total Kekuatan

Kelompok I dan

kelompok II

Equal variances

assumed .185 .670 -2.742 34 .010 -15.38889 5.61202 -26.79388 3.98390

Equal variances

not assumed

-2.742 33.995 .010 -15.38889 5.61202 -26.79394 3.98384

Page 70: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

70

LAMPIRAN FOTO PENELITIAN

1. Alat Yang Di Gunakan Untuk Penelitian

2.Alat Yang di Gunakan Untuk Mengukur Suhu Dan Kelembaban Udara

Page 71: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

71

3. Pengukuran Tinggi Badan

4. Pengukuran Berat Badan

Page 72: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

72

5. Test Kesegaran Jasmani

6. Test Kecepatan Smash Belakang

Page 73: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

73

7. Test Kekuatan Otot Tungkai (Back Leg Dynamometer)

8. Pelatihan Box Jump Di Pantai

Page 74: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

74

9. Pelatihan Box Jump Di Pantai

10. Pelatihan Box Jump

Page 75: pelatihan loncat di pasir dengan rintangan box jump lebih

75

11. Lapangan Tempat Melakukan Test Kecepatan Smash Belakang

12. Pelatihan Skipping Di Pantai

13. Pelatihan Skipping Di Pantai