digilib.uns.ac.id skripsi · pdf file digilib.uns.ac.id commit to user skripsi
Post on 28-Feb-2018
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SKRIPSI
DAMPAK MODERNISASI PERTANIAN TERHADAP PELUANG KERJA
DAN PENDAPATAN PEREMPUAN
(Penelitian Deskriftif Kualitatif tentang Dampak Modernisasi Pertanian
terhadap Peluang Kerja dan Pendapatan Perempuan di Desa Lobang,
Kelurahan Gedong, Kecamatan Karanganyar)
Disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Sosiologi
Disusun Oleh :
RIANTO
D3206028
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Dengan satu langkah kaki kita berpijak, maka dengan itulah masa depan kita
akan kita songsong dengan sendirinya. Maka berfikirlah matang-matang
sebelum kita terlanjur untuk melangkah.
(ryan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Dengan penuh kerendahan hati penulis panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT atas segala anugerah dan limpahan rahmat-Nya yang telah diberikan
pada kita semua, salam serta Sholawat selalu tercurahkan kepada Rasulullah,
SAW, keluarga dan shohabatnya hingga umat akhir zaman. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugasnya dalam penyusunan skripsi, yang dilaksanakan
sebagai syarat untuk mendapatkan gelar strata satu di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis seringkali menemui rintangan dan
hambatan, namun dengan adanya dukungan dan semangat dari berbagai pihak
baik secara materiil maupun spirituil yang berwujud pengarahan, bimbingan serta
dorongan penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Proses
penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang turut
mendukung kelancaran penulis hingga terselesaikannya skripsi ini, maka penulis
hendak menyampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Drs. Pawito, ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Bagus Haryono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Mahendra Wijaya, M.S. selaku Dosen Pembimbing skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Surakarta yang telah mengahantarkan penulis menyelesaikan
penyusunan skripsi.
4. Drs. Sudarsana, PGD in PD, selaku Pembimbing Akademik (PA)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah mengarahkan dengan penuh kesabaran.
5. Seluruh staff dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan
yang berkaitan dengan akademik.
6. Teman-temanku satu angkatan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selalu mendukung
dan memotivasi dalam menyusunan skripsi.
7. Ayah (Bapak Wagimin) dan Ibuku (Ibu Yanti) yang senantiasa selalu
mendoakan dan memberikan semangat bagiku. Terutama Ibuku
tersayang yang selalu mendukungku tanpa lelah.
8. Yang terkasih, Inggil pratiwi, yang selalu mendampingiku dan yang
selalu menyemangatiku sehingga saya dapat selesai mengerjakan
skripsi saya ini.
9. Yusuf Mustofa adik saya yang senantiasa membuat aku tersenyum
gembira.
10. Team HMC dan Loro Jiwo MARC yang selalu menemaniku.
11. Dan seluruh warga Desa Lobang yang sudah mau membantu saya
dalam pengumpulan data dan penelitian yang saya lakukan untuk
skripsi saya ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh
dari sempurna dan banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan
skipsi ini.
Semoga skripsi yang penulis susun ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….……..…… ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….......... iii
MOTTO……………………………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………….……….. v
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..…... viii
DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK………………………………………………... x
DAFTAR GAMBAR DAN FOTO………………………………………………. xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………. xii
DAFTAR MATRIK……………………………………………………………….. xiii
ABSTRAK…………………………………………………………………………. xiv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………........ 1
B. Perumusan Masalah…………………………………………..……………... 9
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………. 9
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………… 9
E. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………………. 9
F. Definisi Konseptual………………………………………………………... 25
G. Metodologi Penelitian...................................................................................... 26
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN…………..………………………. 36
A. Gambaran Singkat Mengenai Kabupaten Karanganyar………...………....... 36
B. Gambaran Desa Lobang…………………………………………………….... 38
C. Tentang Perempuan Desa Lobang………………………………………….... 41
D. Keadaan Demografi…………………………………………………………. 41
E. Keadaan Sarana dan prasarana………………………………………………. 45
BAB III HASIL PENELITIAN............................................................................... 56
A. Profil Informan................................................................................................ 57
B. Dampak Modernisasi Pertanian....................................................................... 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
C. Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Peluang Kerja Perempuan........... 72
D. Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Pendapatan Perempuan................ 80
E. Dominasi Pengambilan Keputusan Keluarga.................................................. 85
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………….. 92
A. Dampak Modernisasi Pertanian di Desa Lobang…………………………… 92
B. Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Perempuan………….…………... 93
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 99
A. Kesimpulan ………….……………………………………………………… 99
B. Saran ……………………………………………………………………….. 109
DAFTAR PUSTAKA .
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK
1. Komponen-komponen analisis data model interaktif………… 35
2. Struktur kelembagaan di Kelurahan Gedong………………… 38
3. Grafik hasil panen padi per musim………………………….. 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR DAN FOTO
1. Traktor untuk pengolahan tanah
2. Pupuk kimia dan pestisida untuk pemupukan
3. Sosrok untuk proses penyiangan
4. Trasher untuk alat perontok padi
5. Mesin penggilingan padi (huller) permanen
6. Mesin penggilingan padi (huller) keliling
7. Peta wilayah kelurahan gedong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
1. Distribusi Penduduk Menurut Umur……………………………...……. 43
2. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan………………………………. 44
3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian…………….…………. 45
4. Sarana Pendidikan………………………………………………………. 46
5. Sarana Kesehatan……………………………………………………….. 47
6. Sarana Olah raga………………………………………………………… 48
7. Sarana Kesenian dan Budaya……………………………………………. 48
8. Sarana Sosial…………………………………………………………….. 49
9. Sarana Keagamaan……………………………………………………… 49
10. Sarana Perhubungan…………………………………………………….. 50
11. Sarana Komunikasi……………………………………………………… 51
12. Sarana transportasi………………………………………………………. 52
13. Sarana Perdagangan…………………………………………………… 53
14. Sarana Perkoprasian…………………………………………………….. 54
15. Sarana Pertanian………………………………………………………… 54
16. Sarana Irigasi……………………………………………………………. 55
17. Daftar Responden……………………………………………………….. 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR MATRIK
1. Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Peluang Kerja Perempuan…….. 80
2. Dominasi Pengambilan Keputusan Keluarga………………………………. 91
3. Pembagian Kerja Sebelum Modernisasi……………………………………. 94
4. Pembagian Kerja Setelah Modernisasi……………………………………… 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK RIANTO, 2011, D3206028. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dampak Modernisasi Pertanian terhadap Peluang Kerja dan Pendapatan Perempuan.
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak dari modernisasi pertanian terhadap peluang kerja dan pendapatan bagi perempuan di sektor pertanian di desa lobang.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini kaum perempuan buruh tani di desa lobang sebagai informan. Teknik pengumpulan datanya melalui wawancara mendalam, observasi langsung dan bahan tertulis secara kepustakaan sebagai sumber data. Dokumentasi visual berupa foto. sedangkan pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa interaktif yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori sosiologi pembangunan dan pendekatan teori fakta sosial. Dalam teori sosiologi pembangunan berkembang toeri modernisasi berasal dari dua teori dasar yaitu teori pendekatan psikologis dan teori pendekatan budaya.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa dampak dari adanya modernisasi pertanian didesa lobang adalah dengan adanya pengantian-pengantian teknologi dalam bidang pertanian ternyata secara tidak langsung berdampak pada kearifan-kearifan lokal yang dulunya masih digunakan atau dijalankan oleh masyarakat didesa lobang akan tetapi semenjak adanya modernisasi tersebut kini kearifan-kearifan lokal sudah mulai ditinggalkan. Selain itu modernisasi pertanian yang terjadi didesa lobang juga berdampak pada peluang kerja yang didapatkan oleh para perempuan buruh tani, semenjak adanya modernisasi dalam bidang pertanian ini kini peluang kerja para perempuan buruh tani juga kian menyempit, hal tersebut disebabkan karena lahan pekerjaan yang dulu sering ditangani oleh para perempuan kini sudah mulai dikerjakan oleh kaum laki-laki yang bekerja sebagai operator mesin pertanian. Dengan menyempitnya lahan pekerjaan para perempuan tersebut ternyata juga mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan oleh para perempuan buruh tani tersebut, kini pendapatan para perempuan buruh tani sudah jauh menurun jika dibandingkan dulu. Dengan menurunya pendapatan para perempuan tersebut ternyata juga berdampak pada dominasi pengambilan keputusan dalam keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT RIANTO, 2011, D3206028. Thesis. Social and Political Sciences Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. The Effect of Agricultural Modernization on the Job Opportunity and Women’s Opinion.
The objective of research is to find out the effect of agricultural modernization on the job opportunity and women’s opinion in agricultural sector of Lobang Village.
This study belongs to a descriptive qualitative research. In this research, the female farming labor in Lobang village as informant. Techniques of collecting data used were in-depth interview, direct observation, and literature written materials as the data source. The visual documentation used is in the form of photograph. Meanwhile, the sampling technique used in this research was purposive sampling one. The data analysis was done using an interactive analysis encompassing data reduction, data display and conclusion drawing.
In this research, the theory used was development sociology and social fact theories approach. In the development sociology theory, modernization theory develops deriving from two fundamental theories: psychological and cultural approaches.
The result of research shows that the effect of agricultural modernization in Lobang Village is the technology replacement in agricultural sector that in fact indirectly affects the local wisdoms used or undertaken formerly by the Lobang Villager but after the presence of modernization, these local wisdoms began to be abandoned. In addition, the agricultural modernization occurring in Lobang village also affects the job opportunity the female farming laborers obtain; since the presence of agricultural modernization, the job opportunity of female farming laborers is increasingly narrow; it is because the job field formerly handled by them now is handled by the male laborers who work as the farming machine operators. The increasingly narrow job opportunity for the women in fact affects the income they obtain; now their income declines sharply compared the former. The women’s declined income, in fact, also affects the domination of decision making in the family.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang kehidupan
perekonomianya tidak bisa lepas dari sektor pertanian. Perkembangan
ekonomi Indonesia yang akhir-akhir ini cenderung mengalami pergeseran
sektoral dari sektor pertanian ke non sektor pertanian tidak berarti
mengabaikan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap memegang peranan
penting , karena sebagai penyedia bahan pangan bagi seluruh masyarakat,
disisi lain menopang pertumbuhan industri dalam hal penyedia bahan baku
industri, mendorong pemerataan pertumbuhan dan dinamika pedesan.
Petani merupakan makhluk sosial, dalam kehidupannya di dunia ini tidak
terlepas dari perubahan. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari proses
pembangunan yang dapat berpotensi menimbulkan kerawanan. Masalah
pokoknya menjadi bagaimana memungkinkan berlangsungnya proses
pembangunan yang membawa keberlanjutan dengan perubahan. Keberlanjutan
tersebut perlu untuk memelihara kesinambungan, sedangkan perubahan
diperlukan karena menyertai pembangunan. Aktivitas yang dilakukan oleh
manusia dalam pembangunan bertujuan untuk memberi perubahan ke arah
yang lebih baik, dan agar perubahan itu dapat terjadi maka sasaran perubahan
harus siap merespon setiap rangsangan yang akan mengantarnya menuju pada
kehidupan yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah proses transformasi
pertanian, yaitu suatu proses perubahan pada berbagai aspek dalam bidang
pertanian. Perubahan tersebut tidak hanya berupa mekanisasi dan teknologi
namun lebih jauh lagi pada kelembagaan ekonomi dan sosial pertanian.
Pembangunan pertanian di Indonesia, khususnya pada subsektor pertanian
tanaman pangan dalam pelaksanaannya ditunjang oleh sejumlah besar petani
yang masih tradisional dengan luasan unit usaha tani yang sempit, maka untuk
menjaga keberlangsungan usaha taninya perlu ditemukan pola yang tepat
untuk memobilisasi partisipasi mereka. Dalam usaha menumbuhkan tanaman,
khususnya padi sawah. manusia seharusnya menciptakan lingkungan agar
dapat sesuai dengan persyaratan pertumbuhan tanaman padi, seperti media
tanam yang harus berstruktur lumpur dan menciptakan lapisan kedap air, agar
petakan sawah selalu dapat digenangi dengan air. Pengolahan lahan basah,
berawal dari kebiasaan-kebiasaan tradisional, dan ini merupakan karakteristik
umum dari ekosistem alamiah, yaitu membuka hutan, membuat pematang,
kemudian menanami sawah dengan tanaman padi.
Pembangunan pada sektor pertanian merupakan salah satu bagian dari
pembangunan nasional yang terus melakukan perbaikan agar bisa menjadi
lebih baik. Bersamaan dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk di negri
ini, tentu harus di ikuti peningkatan hasil pertanian khususnya beras (padi)
agar bisa memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Dengan itu dalam sektor
pertanian harus melakukan modernisasi dalam sistem pertanianya agar dapat
menghasilkan kualitas panen yang memuaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu
pertanian, serta meningkatkan hasil dan taraf hidup petani. Upaya peningkatan
usaha tani ini dilakukan antara lain melalui pasca panen, kebijakan harga yang
layak bagi para petani, pengembangan dan pemanfaatan teknologi, serta
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi para petani.
Seiring dengan meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam sektor
pertanian, maka semakin meningkat pula produksi yang dihasilkan oleh
petani. Hal ini menunjukan bahwa para petani semakin rasional di dalam
proses pengarapan lahan pertanian tersebut. Modernisasi masyarakat-
masyarakat pertanian tradisional ditafsirkan seolah-olah sebagai sesuatu yang
dapat diresapkan dengan kemajuan teknologi. Kemajuan yang cepat dibidang
ekonomi dan sosial diharapkan terjadi sebagai konsekuensi segera atas
diperkenalkanya suatu paket teknik modern kedalam suatu tipe pertanian
subsisten.
Modernisasi merupakan suatu perubahan yang menuju pada kemajuan.
Seiring dengan kemajuan tersebut kebudayaan-kebudayaan masyarakat pun
juga akan mengalami perubahan, dari perubahan satu unsur kebudayaan tentu
akan berpengaruh pada kebudayaan yang lainya, sebab masing-masing unsur
dalam kebudayaan tersebut salin keterkaitan dan ketergantungan satu sama
lainya.
Perubahan unsur budaya harus disesuaikan dengan kondisi yang sedang
berlangsung saat ini, dengan demikian setiap keadaan akan selalu berubah
menuju suatu keadaan yang lebih baik dari pada sebelumnya yang dalam arti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kata berubah menjadi mode yang modern. Hal tersebut dapat kita lihat dari
aspek sebagai berikut :
1. Cara berfikir masyarakat mulai ilmiah
2. Sistem administrasi yang baik
3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur
4. Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat
5. Tinggkat organisasi yang tinggi
6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan sosial planning
( Soekanto, 1990 : 393 )
Pada saat ini perkembangan teknologi kian berkembang pesat, masyarakat
cenderung tidak ingin lagi merasa direpotkan, mereka cenderung memilih hal-
hal yang mereka anggap dapat meringankan beban pekerjaan mereka. Karena
dengan modernisasi menunjukan suatu realitas perubahan masyarakat, dari
masyarakat tradisional berkembang menjadi masyarakat yang modern.
Modernisasi pertanian pada masyarakat sekarang ini juga sudah banyak
terjadi, pola-pola proses dalam kegiatan pertanian mulai terlihat perubahanya,
perubahan-perubahan tersebut dapat kita lihat dalam beberapa hal, antara lain :
1. Pengelolaan tanah
2. Penggunaan bibit unggul
3. Penggunaan pupuk kimia
4. Pengaturan waktu panen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Walapun modernisasi dalam pertanian sudah banyak memberikan manfaat
yang berarti bagi para petani, akan tetapi dibalik semua itu ada hal-hal yang
tekena dampak dari modernisasi tersebut. Dampak dari hal itu adalah :
1. Dampak Positif
Dampak positif dari modernisasi yaitu memberikan
kemudahan pada para petani untuk mengolah lahan pertanian
mereka, selain itu keuntungan dari adanya modernisasi ini ialah
meningkatnya hasil pertanian yang dihasilkan oleh para petani. Hal
ini disebabkan karena sekarang ini banyak diproduksinya pupuk-
pupuk pertanian yang dapat mendongkrak kesuburan tanah serta
padi yang mereka tanam, sehingga hasil panen yang para petani
hasilkan bisa sangat memuaskan.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif dari modernisasi ini ialah penggantian alat-
alat pertanian yang mereka gunakan dalam melakukan kegiatan
pertanian. Dari awal proses pertanian yaitu penggantian kerbau
dengan traktor sebagai alat pengolahan tanah, pengganti erek
dengan mesin thresher yang digunakan untuk perontokan padi,
yang terakhir pergantian lesung dengan mesin pengilingan padi
(huller) meningkat jumlahnya, salah satu penelitian memperkirakan
bahwa penggilingan padi menggantikan 125 juta Hari Orang Kerja
(HOK) yang kebanyakan adalah wanita, karena operator mesin
huller adalah kaum laki-laki (Dibyo Prabowo, 1995 : 40). Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
hal tersebut secara otomatis perekrutan tenaga kerja dalam proses
pertanian semakin sedikit, dan proses pertanian dapat dikerjakan
oleh anggota keluarga saja. Akan tetapi buruh tani khususnya
perempuan yang tidak memiliki lahan pertanian akan terpojokan
oleh hal ini, mereka tidak lagi mendapatkan penghasilan lagi dari
proses pertanian.
”In this article, the author differentiates between two key elements in the development of agricultural production in Quebec and Canada in the last four decades (the modernization of agriculture and the penetration of capitalist relations of production) and then tests the relative strength of each for producing change in women's participation level. Data were collected during a year of field work in a small Quebec parish and consist of semi-structured interviews with the adult members of 63 randomly selected farm families. The findings indicate that neither the development of capitalist agriculture nor the adoption of modern methods have an independent effect on women's contribution. It is the interaction effect between the two that produces the greatest variation in the type and amount of work women devote to farming”.
(“Pada artikel ini, peneliti membedakan antara kedua unsur penting dalam perkembangan produksi pertanian di Kuba dan Kanada dalam empat puluh tahun terakhir (modernisasi pertanian dan penetrasi hubungan kapitalis produksi) dan kemudian menguji kekuatan relatif dari masing-masing untuk menghasilkan perubahan pada tingkat partisipasi wanita. Data dikumpulkan dalam setahun penelitian lapangan di wilayah Quebec yang kecil dan terdiri atas wawancara setengah terstruktur dengan orang dewasa dari 63 keluarga petani yang dipilih secara acak. Temuan-temuannya mengindikasikan bahwa baik perkembangan pertanian kapitalis maupun pengapdosian metode-metode modern memiliki efek bebas terhadap kontribusi wanita. Adalah efek interaksi antara keduanya yang menghasilkan variasi terbesar dalam jenis dan jumlah pekerjaan yang dicurahkan oleh wanita kepada pertanian.”) (Frances M. Shaver, 1990: 341).
Menurut artikel diatas dapat kita lihat bahwa dengan adanya modernisasi
dalam bidang pertanian, yaitu dengan pengabdosian metode-metode modern
memiliki dampak terhadap jenis dan jumlah pekerjaan yang dicurahkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
wanita terhadap pertanian. Jadi dalam artikel ini juga melihat bahwa kaum
perempuan juga terkena dampak dari adanya modernisasi pertanian tersebut.
“This study, done in Punjab, India, had three objectives: (1) to evaluate a farmer's personal characteristics (education, land size) in relation to his adoption of modern agricultural technology; (2) to investigate certain village characteristics which are significantly associated with modernized farming; and (3) to determine whether modernization is more influenced by the village as a unit than by individual characteristics. By using the interview-questionnaire method, 495 Punjab farmers were interviewed in 93 villages designated high or low in modernized farming. While education and land- holding size (individual characteristics) were positively related to modernization of farming, organizational help and communication (village characteristics) showed a higher correlation with adoption of farming innovations. The primacy of village characteristics over the individual factors was evident. The villages high on adoption of agricultural innovations were also high on other indices of development, such as educational, commercial, and overall development. These villages were also high on the use of bank loans, farming subsidies, and the use of agency help”.
“Penelitian ini, dilakukan di Punjab, India, memiliki tiga tujuan: (1) untuk mengevaluasi karakteristik pribadi seorang petani (pendidikan, ukurantanah) dalam hubungannya dengan adopsinya teknologi pertanian modern, (2) untuk menyelidiki karakteristik desa tertentu yang secara signifikan asosiasi, diasosiasikan dengan pertanian modern, dan (3) untuk menentukan apakah modernisasi lebih banyak dipengaruhi oleh desa sebagai unit dari pada karakteristik individu. Dengan menggunakan metode wawancara-kuesioner, 495 petani Punjab diwawancarai di 93 desa design terkontaminasi tinggi atau rendah dalam pertanian modern. Sementara pendidikan dan tanah memegang ukuran (karakteristik individu) yang positif terkait dengan modernisasi pertanian, membantu organisasi dan komunikasi (karakteristik desa) menunjukkan korelasi yang lebih tinggi dengan adopsi inovasi pertanian. Keunggulan karakteristik desa, faktor individu jelas. Desa-desa tinggi pada adopsi inovasi pertanian budaya juga tinggi pada indeks pembangunan lainnya, Seperti pengembangan pendidikan, komersial, dan secara keseluruhan. Desa-desa ini juga tinggi pada penggunaan pinjaman bank, subsidi pertanian, dan penggunaan bantuan lembaga”. (Harjit S, Sandhu and Donald E. Allen: 967)
Dari hasil penelitian diatas dapat kita lihat bahwa dengan adanya
modernisasi diwilayah pedesaan menyebabkan semakain tingginya adopsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
teknologi yang digunakan oleh masyarakat. Sehingga pola pertanian mereka
pun menuju pada pertanian yang komersil dan untuk pengembangan alat-alat
tersebut para petani menggunakan pinjaman bank, subsidi pertanian dan
bantuan lembaga pertanian.
Dengan melihat fenomena yang terjadi pada kaum perempuan tersebutlah,
timbul pertanyaan mengenai dampak modernisasi terhadap para perempuan
buruh tani. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh
lagi mengenai dampak modernisasi pertanian terhadap peluang kerja dan
pendapatan perempuan khususnya dikalangan perempuan buruh tani di Desa
Lobang, Kelurahan Gedong, Kecamatan Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas maka penulis menarik
rumusan masalah ” Bagaimanakah Dampak Modernisasi Pertanian terhadap
peluang kerja dan pendapatan perempuan di Dusun Lobang, Kelurahan
Gedong, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar ? ”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak dari
modernisasi pertanian terhadap peluang kerja dan pendapatan bagi perempuan
di sektor pertanian.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini :
1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pengetahuan bagi
masyarakat, khususnya dibidang modernisasi pertanian.
2. Diharapkan menjadi bahan wawasan dalam memahami masalah
modernisasi pertanian yang ada di pedesaan.
E. Tinjauan Pustaka
Didalam mengkaji permasalahan-permasalahan yang ada peneliti
menggunakan pendekatan sosiologis, oleh karena itu perlu kiranya untuk
mengetahui terlebih dahulu tentang definisi sosiologi. Pitirim sorokin dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
soerjono soekanto (1987 :15) mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang :
1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala
sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga
dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerakan masyarakat dengan
politik dan lain sebagainya)
2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala-gejala sosial dengan
gejala-gejala non sosial (misalnya, gejala geografis, biologis dan
sebagainya)
3. Ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial.
Sosiologi adalah suatu ilmu sosial yang mempelajari tentang
hubungan yang terjadi dalam masyarakat (interaksi sosial) dan proses yang
terjadi akibat hubungan tersebut masyarakat, serta mempelajari fakta-fakta
yang ada dimasyarakat yang mungkin dapat dipakai untuk menyelesaikan
masalah yang muncul dalam masyarakat tersebut. Sehingga dalam pengantar
sosiologi ini kita akan mempelajari mulai dari masyarakat itu sendiri, proses
interaksi dalam masyarakat, proses sosialisasi, kebudayaan, stratifikasi,
perubahan sosial, kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan sampai pada
masalah-masalah sosial.
Selo soemardjan dan soelaeman soemardi juga mengatakan bahwa
sosiologi atau ilmu masyararakat ialah ilmu yang mempelajari tentang struktur
sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial
(Soekanto. 1987 : 20). Dari definisi-definisi tersebut jelas bahwa sebagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainya. Obyek ilmu sosiologi adalah
masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dari proses yang
timbul dari hubungan manusia didalam masyarakat.
Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori sosiologi
pembangunan. Di mana dalam sosiologi pembangunan ini mencoba
melengkapi kajian ekonomi yang selama ini hanya didasarkan pada
produktivitas dan efisiensi dalam mengukur keberhasilan pembangunan.
Pembangunan sebagai sebuah perubahan sosial yang terencana tidak bisa
hanya dijelaskan secara kuantitatif dengan pendekatan ekonomi semata,
terdapat aspek tersembunyi jauh pada diri masyarakat seperti persepsi, gaya
hidup, motivasi dan budaya yang mempengaruhi pemahaman masyarakat
dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sosiologi pembangunan juga
berusaha untuk menjelaskan berbagai dampak baik positif maupun negatif dari
pembangunan terhadap sosial budaya masyarakat. Berbagai introduksi baik
yang berupa teknologi dan nilai-nilai baru dalam proses pembangunan tentu
akan membawa dampak pada bangunan sosial yang sudah ada sejak lama.
Sosiologi pembangunan membawa dampak pada lahirnya dimensi-
dimensi baru dalam konsep pembangunan. Menurut Webster (1984), terdapat
lima dimensi yang perlu untuk diungkap, antara lain :
1. Posisi negara miskin dalam hubungan sosial dan ekonominya dengan
negara-negara lain.
2. Ciri khas atau karakter dari suatu masyarakat yang mempengaruhi
pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3. Hubungan antara proses budaya dan ekonomi yang mempengaruhi
pembangunan.
4. Aspek sejarah dalam proses pembangunan atau perubahan sosial yang
terjadi.
5. Penerapan berbagai teori perubahan sosial yang mempengaruhi kebijakan
pembangunan nasional pada negara-negara berkembang.
Dalam sosiologi pembangunan juga berkembang Teori Modernisasi
berasal dari dua teori dasar yaitu teori pendekatan psikologis dan teori
pendekatan budaya. Teori pendekatan psikologis menekankan bahwa
pembangunan ekonomi yang gagal pada negara berkembang disebabkan oleh
mentalitas masyarakatnya. Menurut teori ini, keberhasilan pambangunan
mensyaratkan adanya perubahan sikap mental penduduk negara berkembang.
Sedangkan teori pendekatan kebudayaan lebih melihat kegagalan
pembangunan pada negara berkembang disebabkan oleh ketidaksiapan tata
nilai yang ada dalam masyarakatnya. Secara garis besar teori modernisasi
merupakan perpaduan antara sosiologi, psikologi dan ekonomi. Teori dasar
yang menjadi landasan teori modernisasi adalah ide Durkheim dan Weber.
Dalam penelitian ini selain mengunakan pendekatan dengan teori
sosiologi pembangunan, juga mengunakan pendekatan dengan teori fakta
sosial. Teori Fakta sosial ini bersifat eksternal, umum (general), dan memaksa
(coercion). Fakta sosial mempengaruhi tindakan-tindakan manusia. Tindakan
individu merupakan hasil proses pendefinisian realitas sosial, serta bagaimana
orang mendefinisikan situasi. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
manusia adalah makhluk yang kreatif dalam membangun dunia sosialnya
sendiri.
Jadi dalam penelitian ini mengunakan dua teori untuk melakukan
pendekatan masalah, yaitu teori sosiologi pembangunan dan teori fakta sosial.
Sedangkan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut ini :
1. Modernisasi
Aspek yang terpenting dalam modernisasi suatu masyarakat adalah
pergantian teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern.
Bahwa pengertian modernisasi suatu masyarakat adalah suatau proses
transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.
Modernisasi masyarakat secara umum dapat dirumuskan sebagai
penerapan pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua aktivitas, semua
bidang kehidupan atau kepada semua aspek masyarakat kota pada awalnya
adalah desa, yakni desa yang telah mengalami perkembangan. Namun
tidak setiap desa dapat berkembang menjadi sebuah kota. Ada sejumplah
faktor atau persyaratan tertentu yang mendorong sebuah desa bisa
berubah menjadi kota. Diantaranya sekian faktor yang terpenting adalah
bahwa desa tersebut menjadi pusat pemerintahan, pusat perdagangan,
pusat industri atau pusat pertambangan.
Tekait dengan modernisasi, maka akan kita lihat beberapa definisi
dari modernisasi tersebut diantaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Evertt Rogers, ” modernisasi merupakan suatu proses yang mana
individu berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup lebih
kompleks dan maju secara teknologi serta cepat berubah ” ( Abraham,
1991 : 5 ).
Black mendefinisikan modernisasi sebagai proses yang mana
secara historis lembaga-lembaga yang berkembang secara perlahan
disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat yang menimbulkan
peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal
pengetahuan manusia yang memungkinkanya untuk menguasai
lingkunganya, yang menimbulkan revolusi ilmiah ( Abraham, 1995 : 5 ).
Modernisasi dalam bidang ekonomi dapat diartikan sebagai
berikut :
a. Mengakarnya teknologi dalam ilmu pengetahuan
b. Bergerak dari pertanian subsistensi ke pertanian komersial
c. Pengantian tenaga binatang dan manusia oleh energi benda
mati dan produksi mesin
d. Berkembangnya bentuk pemukiman urban dan konsentrasi
tenaga kerja ditempat tertentu.
Teori Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme Weber mengarah pada
seperangkat rumusan sosiologi yang menekankan peranan nilai dalam
pembangunan sosio-ekonomi yang didasarkan pada asumsi bahwa
masyarakat tradisional dan modern mempercontohkan seluruh sistem nilai
yang berbeda dan transformasi pola sosio-ekonomi negara-negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
terbelakang pada dasarnya merupakan suatu perubahan atau pergantian
dbidang kompleks nilai budaya.
Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya
merupakan perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada
perencanaan yang biasa dinamakan sosial planning ( Soekanto, 1990 :
384).
Secara metodelogis, teori-teori modernisasi tentang perubahan
sosial dalam masyarakat yang sedang berkembang dewasa ini rupanya
memasukan pola-pola tindakan asli yang konsisten ke dalam pranata
ekonomi dan teknologi modernisasi yang ingin diterapkan itu. Pola-pola
tindakan menurut teori modernisasi akan memaksakan pengaruhya ke
seluruh struktur sosial :
1. Penerapan secara universal norma mengejar keuntungan terhadap
sumber-sumber ekonomi ( tanah, tenaga kerja dan kapitalis ) berarti
bahwa penggunaan semua sumber-sumber ekonomi tersebut harus
dialihkan dari cara-cara yang kurang produktif menjadi lebih produktif.
2. Mobilitas geografis tenaga kerja, bersamaan dengan penghususan
fungsi-fungsi ekonomi modern (seperti pembagian kerja yang ekstrim
dan pemisahan tempat kerja dari kehidupan rumah tangga secara tegas)
pada giliranya akan memecahkan hubungan kekerabatan tradisional
dalam arti melemahkan ikatan kekeluargaan besar dan menekankan
pada pembentukan keluarga kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3. Penerapan struktur ekonomi dan teknologi modern disamping
meningkatkan mobilitas tenaga kerja secara geografis (mobilitas
horisontal).
4. Mobilitas kedua faktor produksi lainya yakni kapital dan tanah,
tergantung pada pelembagaan norma baru, dalam hal ini untuk
memperjual belikan hak milik individual tersebut tanpa terelakan akan
menganggu sistem pemilikan dan pengolahan tanah feodal. Penerapan
secara universal prinsip mengejar keuntungan dalam organisasi
produksi modern, tentang apa yang diproduksi, kapan, bagaimana,
dimana, dan oleh siapa, harus dilakukan sepenuhnya atas dasar harapan
apakah akan menghasilkan keuntungan ekonomi yang optimal (
Hoogevelt, 1985 : 85-91 ).
Berdasarkan teori medernisasi tersebut, dapat dilihat sistem
pemikiran dan perilaku masyarakat petani di desa Lobang saat ini telah
menunjukan sikap berfikir yang rasional dan komersil. Diantaranya dapat
kita ketahui dari tindakan-tindakan para petani sekarang sangat
memperhitungkan input dan output dalam kegiatan pertanian mereka agar
dapat terhindar dari kerugian. Maka mereka lebih mengutamakan
penjualan daripada untuk memenuhi sendiri atau tidak lagi petani
subsisten. Untuk itu para petani mengupayakan hal-hal yang dapat
meningkatkan hasil produksi mereka, antara lain dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna, yaitu dengan memperhitungkan apa yang
diproduksinya, kapan, bagaimana, dan oleh siapa, yang juga terkait dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
penggunaan peralatan modern yang sesuai dengan situasi dan kondisi
lahan yang mereka kerjakan. Dengan hal tersebut petani akan jauh lebih
mendapatkan keuntugan daripada kerugian.
2. Modernisasi Pertanian
Untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian di kelurahan
gedong khususnya desa lobang, ada beberapa program pertanian dari
pemerintah yang sedang berjalan. Diantaranya sebagai berikut :
1. Program BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul)
2. Program BLP (Bantuan Langsung Pupuk)
3. Program SLPTT (Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman
Terpadu)
4. Program PUAP (Pengembangan Usaha Agrobisnis
Pedesaan)
Selain itu pengembangan pada sektor teknologi pertanian juga
sangat diperlukan, karena dengan adanya perkembangan tersebut akan
sangat berpengaruh sekali dalam pengolahan lahan pertanian. Karena itu
teknologi dalam bidang pertanian sudah menyebar di seluruh petani
pedesaan, hal itu disebabkan karena :
1. Karena teknologi dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan untuk
meningkatakan produksi pangan yang sekaligus diarahkan untuk bisa
meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani.
2. Teknologi dibutuhkan oleh masyarakat karena diharapkan dapat
mendominasi perekonomian desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Teknologi dalam bidang pertanian sering digunakan istilah
perubahan teknik dan inovasi. Istilah perubahan teknis jelas menunjukkan
unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi
barang dan jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan
produktivitas.
Tingkat perubahan yang tinggi, membawa konsekuensi pemenuhan
kebutuhan pangan bertambah, sementara disisi lain luas lahan semakin
terbatas. Hubungan tersebut menjadi motivasi bagi pemerintah untuk
memperkenalkan teknologi baru di bidang pertanian yang intensif bagi
masyarakat desa, yang berupa teknologi dibidang pertanian maupun sarana
yang lain diharapkan mampu meningkatkan kehidupan mereka.
Yang dimaksud dengan teknologi adalah suatau sistem penggunaan
berbagai sarana yang tersedia untuk mancapai tujuan-tujuan praktis yang
ditentukan.
Yang dimaksud dengan teknologi menurut Soejono Soekanto
(1990 : 155) adalah ”sebagai pola praktek penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu.”
Teknologi adalah suatu perubahan yang terjadi dalam fungsi
produksi yang nampak dalam teknik produksi, sehingga perubahan
teknologi dapat diartikan perubahan dalam fungsi produksi yang mana
dapat menambah hasil dengan input tertentu.
Jadi sistem pertanian (dalam hal ini menunjuk pada teknologi
pertanian) merupakan suatu teknik atau cara produksi yang bersifat pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
modal bidang pertanian, meliputi pengolahan tanah, pemilihan varietas,
pemupukan, bercocok tanam, pemeliharaan, panen, dan pasca panen.
Berikut ini adalah hal-hal yang telah terkena oleh dampak
modernisasi tersebut, khususnya dalam bidang teknologi dalam pertanian :
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah harus sempurna dalam rangka upaya peningkatan
produksi tanaman padi sawah melalui cara dan dikerjakan dengan cara
sebaik - baiknya dan agar supaya dapat meningkatkan mutu tanaman
padi sawah.
Dalam hal pengolahan tanah ini kita dapat melihat perubahan
teknologi yang digunakan para petani untuk mengolah lahan pertanian
mereka. Perubahan alat pengolahan tanah yang mereka gunakan, yang
dulunya masih mengunakan pembajak sawah dengan kerbau, akan
tetapi seiring dengan modernisasi dibidang pertanian para petani lebih
memilih mengunakan mesin pembajak sawah (traktor) sebagai alat
untuk mengolah lahan pertanian mereka.
b. Penanaman
Pada awalnya saat akan melakukan proses kegiatan bertani, para
petani hanya mengunakan padi dari hasil panen mereka sebelunya
untuk dijadikan sebagai bibit padi yang akan ditanam selanjutnya.
Akan tetapi sekarang ini untuk mendapatkan hasil panen yang lebih
baik, sekarang para petani lebih cenderung memilih untuk membeli
bibit padi yang berkualitas unggul. Dan pada saat penanaman padi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
masyarakat masih mengunakan tenaga para perempuan untuk
melakukanya.
c. Pemupukan
Pemupukan adalah hal yang paling penting dalam proses pertanian,
karena kesuburan tanaman dan penangulangan hama atau penyakit
dapat diatasi dengan cara pemupukan tersebut. Dalam hal pemupukan
ini juga nampak sekali adanya perubahan tenologi yang digunakan
oleh para petani, yang pada awalnya para petani hanya menggunakan
pupuk kandang atau kompos untuk pemupukan, akan tetapi sekarang
ini petani lebih cenderung memilih pupuk kimia untuk pemupukan.
d. Penyiangan
Penyiangan adalah kegiatan pembersihan atau pencabutan rumput
dalam area pertanian supaya pertumbuhan padi tidak tergangu karena
adanya rumput yang tumbuh disekitar tanaman padi. Dalam
pengerjaanya dulu para petani hanya mengunakan tenaga perempuan
untuk menjabuti rumput tersebut, akan tetapi sekarang ini para petani
lebih cenderung memilih mengunakan alat sorok rumput untuk
menyiangi tanaman mereka, karena dengan alat tersebut lebih
menghemat tenaga dan biaya pengerjaanya.
e. Panen Atau Pasca Panen
1. Panen
Untuk mendapatkan mutu gabah atau beras yang baik, maka
penentuan saat panen harus optimal. Diantara ialah pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
perontokan padi, pada fase perontokan padi ini dulunya mereka
mengunakan erek kayuh untuk merontokan padi dari
batangnya, akan tetapi para petani sudah tidak mau lagi
direpotkan dengan mengayuh alat tersebut. Karena sekarang ini
para petani lebih cenderung memilih mesin perontok. Para
petani memilih mengunakan alat ini karena dapat
mempersingkat waktu penen mereka dan lebih sedikit
menggunakan tenaga kerja.
2. Pasca Panen
Modernisasi pertanian pada saat pasca panen dapat kita lihat
pada proses pengolahan padi menjadi beras. Perubahan-
perubahan teknologi yang digunakan para petani pada saat
menggiling padi hasil panen mereka. Para petani dusun lobang
dulunya menggunakan lesung untuk mengupas biji padi dari
kulitnya dengan cara menumbuk padi tersebut didalam sebuah
lesung, akan tetapi pada saat sekarang ini para petani sudah
tidak mau lagi direpotkan dengan hal tersebut, para petani lebih
cenderung memilih menggilingkan padi mereka ketempat
penggilingan padi. Terlebih sekarang ini ada usaha
penggilingan padi keliling, para petani lebih memilih alat
tersebut karena para petani dapat menggilingkan padi mereka
tanpa harus membawanya ketempat penggilingan padi, karena
mesin penggiling tersebut yang justru mendatangi mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Modernisasi masyarakat pertanian tradisional seolah-olah sesuatu
yang dapat diresapkan dengan kemajuan teknologi. Akan tetapi kemajuan
pertanian yang amat cepat tersebut diharapkan terjadi sebagai konsekuensi
atas ”diperkenalkanya” suatu ”paket teknik” modern kedalam suatu tipe
pertanian subsisten (berproduksi pas-pasan). Tetapi bagaimana pentingnya
modernisasi tenologi itu, tidak dengan sendirinya menjamin terjadinya
pembangunan, seperti yang disangka secara naif oleh banyak teknokrat
dan birokrat. Tidak mungkinya membangkitkan pembangunan yang murni
melalui transfer teknologi yang telah dikukuhkan oleh rencana
pembangunan pertanian yang sia-sia, yang secara sepihak mengalihkan
investasi kedalam teknologi dan mengabaikan pertimbangan-pertimbangan
yang hubunganya dengan organisasi sosial ( Attir, Holzner dan Suda, 1989
: 144 ).
Selain itu seiring dengan adanya modernisasi pertanian banyak
muncul organisasi-organisasi yang bermunculan dalam bidang pertanian
ini, diantaranya adalah :
1. Darma Tirta
Merupakan organisasi yang mengatur tentang perairan lahan
pertanian. Fungsi primer dari organisasi ini adalah pengelolaan air,
terutama pembagian air yang adil diantara warganya dan pemeliharaan
saluran-saluran perairan. Serikat pemakai air telah menetapkan
seperangkat peran-peran tertentu yang mempunyai kaitan langsung
dengan tugas-tugas khusus yang berhubungan dengan membentuk dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mengoperasikan sistm irigasi diantranya kontruksi, pemeliharaan,
pembagian, pengelolaan air dan penyelesaian perselisihan. Tingkat
kesatuan kelompok sangat penting bagi kegigihan perserikatan dan
infrastruktur fisik yang menjadi tanggung jawabnya, kalau tidak saluran
menjadi rusak, terjadi pengendapan dan seterusnya. Tentu saja terdapat
konflik-konflik diantara warga terutama saat air berkurang, karena
mekanismenya untuk kelangsungan hidup organisasi itu.
2. Kelompok Tani
Merupakan organisasi pemerintah yang bergerak dalam bidang
penyuluhan pertanian kepada masyarakat petani. Dalam organisasi ini
khusus menangani dalam bidang sarana produksi pertanian masyarakat,
diantaranya seperti : benih padi, pupuk, pertisida, alat dan mesin
pertanian. Selain itu organisasi Kelompok Tani ini juga menangani
tentang permodalan dalam pertanian, jadi untuk para petani yang tidak
memiliki modal untuk lahan pertanian mereka, mereka bisa meminjam
modal melalui organisasi ini. Sehingga para petani bisa selalu
menanami lahan mereka walau sedang mengalami kesulitan ekonomi.
3. Dampak modernisasi pertanian terhadap perempuan.
Modernisasi merupakan pola perubahan dari cara-cara yang tradisional
menuju gaya hidup yang lebih kompleks dan maju secara teknologi serta
cepat berubah. Sedangkan dalam konsep modernisasi pertanian ini
merupakan transformasi teknologi dibidang pertanian pada masyarakat
tradisional atau pra modern, yang menunjukan unsur perubahan suatu cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
bertani dari pertanian yang sederhana menjadi cara bertani yang lebih
modern. Hal ini dapat kita lihat dari perubahan-perubahan alat-alat
pertanian yang kini mulai berubah dari alat-alat yang tradisional yang
masih digerakan oleh tenaga manusia dan digantikan oleh alat-alat yang
lebih modern yang dimana alat-alat tersebut semuanya digerakan oleh
mesin.
Dari semua proses pertanian kini semua mulai mengalami perubahan,
dari awal proses pertanian yaitu penggantian kerbau dengan traktor
sebagai alat pengolahan tanah, penggantian tenaga kerja para perempuan
saat menyiangi padi digantikan oleh sosrok rumput, pengganti erek dengan
mesin thresher yang digunakan untuk perontokan padi, yang terakhir
pergantian lesung dengan mesin pengilingan padi (huller) meningkat
jumlahnya, salah satu penelitian memperkirakan bahwa penggilingan padi
menggantikan 125 juta Hari Orang Kerja (HOK) yang kebanyakan adalah
wanita, karena operator mesin huller adalah kaum laki-laki (Dibyo
Prabowo, 1995 : 40). Dengan hal tersebut secara otomatis perekrutan
tenaga kerja dalam proses pertanian semakin sedikit, dan proses pertanian
dapat dikerjakan oleh anggota keluarga saja. Dan lebih jauh buruh tani
khususnya perempuan yang tidak memiliki lahan pertanian akan
terpojokan oleh hal ini, karena mereka tidak lagi mendapatkan peluang
kerja dan penghasilan lagi dari proses pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
F. Definisi Konseptual
1. Modernisasi Pertanian
Merupakan transformasi teknologi dibidang pertanian pada
masyarakat tradisional atau pra modern, yang menunjukan unsur
perubahan suatu cara, mulai dari cara pengolahan tanah, penanaman,
pemeliharaan tanaman, pemungutan hasil sampai pengolahan hasil
pertanian. Yang pada dasarnya bertujuan pada perbaikan dan peningkatan
produktivitas hasil pertanian mereka.
2. Dampak Modernisasi Pertanian
Merupakan akibat yang ditimbulkan oleh adanya transformasi
teknologi dibidang pertanian yang menunjukan unsur perubahan, akibat
yang ditimbulkan dapat bersifat positif dan negatif.
3. Peluang Kerja Perempuan
Merupakan hal yang berkenaan dengan adanya modernisasi
tersebut. Karena hal tersebut merupakan hasil dari dampak negatif dengan
adanya modernisasi pertanian, yaitu tentang menurunya tingkat peluang
kerja untuk kaum perempuan dalam bidang pertanian yang disebabkan
oleh munculnya teknologi-teknologi dalam bidang pertanian tersebut.
4. Pendapatan Perempuan
Merupakan pembahasan tentang pendapatan para perempuan yang
bekerja pada sektor pertanian setelah adanya modernisasi pertanian atau
perkembangan teknologi dalam sektor pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
G. Metodologi Penelitian
a. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan bentuk penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2000:3) yang mengutip
pendapat Bag dan Taylor adalah sebagai berikut :
“Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
parilaku yang dapat diamati “
Sesuai dengan pendapat diatas dalam penelitian yang dihasilkan data
deskriptif, bahwa metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun satu kelas peristiwa
pada masa sekarang.
Tujuan penelitian deskiptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Adapun ciri-ciri pokok dari metode deskriptif adalah :
1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat
penelitian dilakukan (saat sekarang).
2. Menggambarkan fakta-fakta yang sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi
implementasi rasional. Berdasarkan pengertian diatas, penulis
berusaha untuk mendeskripsikan Dampak dari Modernisasi
Pertanian Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Dusun Lobang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Kelurahan Gedong, Kecamatan Karanganyar. Penulis bukan saja
memberi gambaran prediksi serta mendapatkan makna dari suatu
masalah yang dipecahkan. untuk itu maka pengumpulan data yang
digunakan teknik wawancara dengan pedoman wawancara.
b. Lokasi penelitian
Penelitian mengambil lokasi yakni Desa Lobang, Gedong
Kecamatan Karanganyar, Kabupaten karanganyar. Penetapan lokasi
tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa :
a. Di Dusun Lobang terdapat petani padi yang berlahan sawah
irigasi.
b. Dusun Lobang sudah merupakan kategori desa pertanian
yang ditandai dengan sebagian besar wilayahnya
merupakan lahan persawahan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Desa Lobang
dianggap tepat dan memenuhi syarat sebagai obyek penelitian ini.
c. Sumber Data
Adapun sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut ini :
1. Data Primer
Data adalah data empirik yang diperoleh secara langsung
dari informan dan masyarakat atau informan kunci dengan
menggunakan wawancara untuk mendapatkan data-data tentang
aspek modernisasi pertanian yang mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
sosial ekonomi masyarakat petani menjadi fokus penelitian.
Peneliti akan terjun secara langsung melakukan pengamatan
lapangan pada lokasi kegiatan pertanian masyarakat dan
melakukan kunjungan dari rumah ke rumah dari setiap informan
terpilih dengan teknik observasi partisipan dan wawancara
mendalam.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
penelusuran studi-studi dokumen yang terdapat di tempat
penelitian dan yang ada hubunganya dengan masalah-masalah yang
diteliti. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain meliputi,
monografi kelurahan yang berisikan gambaran umum mengenai
desa penelitian, keadaan geografi dan kependudukan, serta
dokumentasi berupa gambar dan rekaman.
Sedangkan yang menjadi sumber data adalah informasi
kunci, informasi penunjang, data desa, serta dokumentasi
penelitian. Informasi kunci orang yang terlibat langsung dalam
kegiatan sehari-hari masyarakat petani. Pemilihan informan kunci
ada strategi khusus, antara lain dapat melalui empat macam cara,
sebagai berkut: (a) secara insidental, artinya peneliti menemui
orang yang sama sekali belum diketahui pada salah satu wilayah
penelitian. (b) menggunakan modal orang-orang yang sudah
dikenal sebelumnya. Peneliti berusaha menghubungi beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
orang, mungkin melalui orang terdekat. (c) sistem quota, artinya
informan kunci telah dirumuskan kriterianya, misalkan ketua
organisasi, ketua RT, pemilik tanah dan sebagainya. (d) secara
snowball, artinya informan kunci dimulai dari jumplah kecil (satu
orang), kemudian atas rekomendasi orang tersebut, informan kunci
menjadi semakin besar sampai jumlah tertentu. Informan akan
berkembang terus sampai memperoleh data jenuh.
Yang menjadi informan kunci yang diajak wawancara
secara mendalam dalam penelitian ini adalah petani yang berlahan
sawah irigasi, pemilik pabrik alat-alat produksi, ketua kelompok
tani, pekerja atau buruh tani, pengurus pengairan. Informan
penunjang adalah kepala desa yang dianggap mengetahui kondisi
umum di wilayah tersebut. Pak Lurah, Perangkat Desa, tokoh
masyarakat, PPL pertanian, ketua RT.
d. Sampling
Pada penelitian kualitatif, besarnya sampel tidak ditentukan
berdasarkan ketentuan mutlak, tetapi sampel ditentukan berdasarkan
kebutuhan lapangan. Jumplah sampel tidak harus mewakili populasi, tetapi
penentuan sampel bersifat selektif dimana peneliti menggunakan
pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan, keingginan
pribadi dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan sampel yang bersifat “purposive
sampling” yaitu pengambilan sampel yang sesuai dengan maksud dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tujuan peneliti. Responden yang diambil dianggap tahu dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui
permasalahan secara mendalam. Namun walaupun demikian responden
yang dipilih dapat menunjukan responden yang lebih tahu, maka pilihan
responden dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan
peneliti dalam memperoleh data (H.B. Sutopo. 2002 : 22).
Jadi teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah
peneliti memulai dari mengidentifikasi tokoh kunci (key person) dari
warga petani desa lobang, kemudian dari tokoh kunci tersebut peneliti
meminta informasi pihak lain untuk dijadikan sampel berikutnya. Hal ini
dilakukan terus-menerus sampai variasi data yang diperoleh maksimum
atau dikenal dengan maximum variation sampling.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka sampel dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
a. Perempuan petani yang bersuamikan pekerja pabrik.
b. Perempuan petani yang bersuamikan seorang PNS.
c. Perempuan petani yang bersuamikan kuli bangunan.
d. Perempuan petani yang bersuamikan seorang petani.
e. Perempuan petani yang sudah tidak memiliki suami (janda)
e. Teknik pengumpulan data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber
data yang dimanfaatkan ,maka teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara mendalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Wawancara merupakan salah satu sumber informasi yang sangat
penting di dalam penelitian studi kasus. Wawancara adalah bentuk
komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin
memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Deddy
mulyana,2002). Selanjutnya menurut Yin (1987), didalam wawancara
mendalam (tipe open-ended) peneliti dapat bertanya kepada responden
kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa disamping mengenai opini
mereka mengenai peristiwa yang ada.
Wawancara mendalam (wawancara tidak terstruktur) mirip
dengan percakapan informal sehingga bersifat luwes, susunan
pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat
diubah saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya (Deddy
Mulyana,2002). Dengan demikian maka wawancara dilakukan dalam
suasana santai. Untuk menciptakan suasana santai dan akrab
diperlukan hal-hal yang berhubungan dengan topik penelitian, agar
suasana santai tetap terpelihara.
Wawancara mempunyai tujuan tertentu yang disadari oleh kedua
belah pihak. Walaupun pada mulanya informan belum mempunyai
gambaran yang jelas tentang informasi yang diharapkan. Tujuan
wawancara perlu dijelaskan lebih dahulu, sehingga wawancara yang
semula bersifat lambat laun beralih menjadi formal tanpa merubah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
suasana keakraban. Dengan demikian akan diketahui lebih banyak
tentang hal-hal sebagai berikut : (a) Pengalaman dan perbuatan
responden. (b) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau pikiran
tentang sesuatu. (c) perasaan, respon emosional. (d) Pengetahuan
tentang sesuatu. (e) penginderaan yang diuraikan secara deskripsi dan
(f) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal,
keluarga (Nasution, 1998).
2. Observasi Partisipasi
Observasi dilakuakan selama melangsungkan kunjungan-
kunjungan lapangan termasuk kesempatan-kesempatan selama
pengumpulan bukti yang lain seperti wawancara. Observasi
bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan tentang
pemahaman suatu konteks dan fenomena yang akan diteliti (Yin,1987).
Pengamatan berperan serta tidaklah bersifat linear atau mekanis namun
menuntut peneliti untuk menerapkan berbagai keaslian, melakukan
penilaian, peka terhadap lingkungan yang diteliti dan mampu
mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi serta punya imajinasi kuat
untuk merumuskan hasil penelitian (Deddy mulyana,2002).
3. Mencatat Dokumen
Tipe informasi ini menggunakan berbagai bentuk dan menjadi
obyek rencana-rencana pengumpulan data yang eksplisit, misalnya
artikel-artikel yang sering muncul di media masa, penggunaan
dokumen ini yang paling penting adalah untuk mendukung dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
menambah bukti dari sumber-sumber lain (Yin,1987). Namun
demikian meskipun dokumen ini sumber primer penelitian akan tetapi
data yang bersumber dari dokumen ini harus dilengkapi dengan
wawancara dengan pihak-pihak yang terkait (Deddy Mulyana,2002).
4. Observasi
Penulis mengadakan pengamatan secara langsung tentang segala
peristiwa yang terjadi di daerah penelitian. Dalam hal ini penulis
menempuh observasi non partisipasi yaitu penulis hanya sebatas
sebagai pengamat saja tanpa ikut melakukan kegiatan seperti yang
dilakukan informan.
f. Analisis data
Dalam penelitian ini proses analisis datanya menggunakan model
analisis interaktif (interactive model analysis). Ada tiga komponen pokok
yang terdapat dalam model analisis interaktif, yaitu:
1. Data Reduction (reduksi data)
Merupakan sajian dari analisis, yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting
dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat
dilakukan.
2. Data Display (sajian data)
Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data,
peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain yang
berdasarkan pengertian tersebut.
3. Conclution Drawing (kesimpulan)
Merupakan kesimpulan yang ditarik dari semua hal yang ada dalam
reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya makna data harus diuji
validitasnya supaya kesimpulan yang diambil lebih kokoh dan sahih.
Proses analisis penelitian ini dilakukan dengan cara mereduksi data
yang terkumpul. Setelah data direduksi, kemudian melakukan
penyajian data yang dirakit dalam suatu organisasi data. Selanjutnya
data tersaji itu dianalisis untuk memperoleh jawaban atau kesimpulan
penelitian. Untuk memperjelas uraian di atas perlu disimak skema
analisis interaktif menurut pendapat (H.B.Sutopo), yaitu sebagai
berikut :
Skema. Model Analisis Interaktif
Sumber: (H. B. Sutopo , 2002 : 96)
g. Validitas data
Dalam menjamin validitas data yang diperoleh dalam penelitian
ini,maka untuk menjamin validitas data akan dilakukan dengan cara yang
Pengumpulan Data
Data Reduction Data Display
Conclusion Drawing/verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
disebut “trianggulasi sumber”. Pengumpulan datanya dilakukan dengan
cara menggunakan berbagai sumber yang berbeda dan tersedia. Oleh
karena itu data yang satu akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber
yang berbeda. Dengan mengunakan teknik trianggulasi data, maka hasil
penelitian ini, peneliti mengunakan berbagai sumber data yang berlainan
dengan tujuan untuk pengumpulan data yang sama. Adapun caranya
adalah :
1. Membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti
penduduk biasa, orang-orang yang berpendidikan menengah atau
tinggi, orang berada, pemerintah. (Moleong, 1995 : 197)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Singkat Mengenai Kabupaten Karanganyar
Kabupaten Karanganyar merupakan wilayah propinsi Jawa Tengah
yang terletak Topografi, daerah Kabupaten Karanganyar bergelombang,
berbukit dan dan datar yang terletak pada ketinggian rata-rata 511 meter diatas
permukaan air laut.
Kabupaten Karanganyar memiliki iklim tropis dengan musim hujan
dan kemarau antara bulan Nopember-April dan Mei-Oktober. Temperatur
pada musim penghujan 22-25˚C dan pada musim kemarau sekitar 26-30˚C
dengan curah hujan tidak merata pada setiap bulanya sepanjang tahun.
Jumplah penduduk Karanganyar pada tahun 2007 tercatat sebanyak
851.366 jiwa dengan perincian jumlah penduduk laki-laki 421.717 jiwa dan
perempuan 429.649 jiwa. Sedangkan luas wilayah Kabupaten Karanganyar
adalah 77.378.6374 Ha, terbagi dalam 17 Kecamatan, 162 Desa, 15
Kelurahan, 1.091 Dusun, 2.313 Dukuh.
(BPS Kabupaten Karanganyar 2008)
Dalam upaya pengembangan daerah. Kabupaten Karanganyar
memiliki slogan KARANGANYAR TENTRAM dan INTAN PARI.
KARANGANYAR TENTRAM merupakan Akronim dari tenang, teduh, rapi
serta aman dan makmur, sedangkan INTAN PARI merupakan singkatan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Industri Pertanian dan Pariwisata. Kabupaten Karanganyar mengembangkan
ketiga sektor ini sebagai upaya pembangunan daerah.
Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 Kecamatan, yaitu diantaranya
Kecamatan Karanganyar. Sedangkan di Kecamatan Karanganyar juga terdiri
dari 12 Kelurahan yang ada, diantaanya Kelurahan Gedong. Dan desa Lobang
merupakan desa yang berada dalam wilayah Kelurahan Gedong tersebut.
Adapun struktur Kelembagaan yang ada di Kelurahan Gedong dapat kita lihat
dalam bagan berikut ini :
LURAH
SEKLU I
SEKLU II KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
KASI PEMAN KASI TRANTIB KASI BANG KASI KESOS
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
STAF
Sumber : Monografi Desa Lobang 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dari bagan diatas kita dapat melihat bahwa di desa ini dipimpin oleh
seorang Kepala Desa yang dibantu oleh dua orang Sekretaris Desa, satu orang
Kasi PEMAN yang dibantu dua orang staf, satu orang Kasi TRANTIB yang
dibantu dua orang staf, satu orang Kasi BANGUNAN yang dibantu dua orang
staf dan satu orang Kasi KESOS yang dibantu dua orang staf.
B. Desa Lobang
Desa Lobang memiliki orbitasi sebagai berikut : jarak antara pusat
pemerintahan Kecamatan kurang lebih 6 km. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten
kurang lebih 8 km. Jarak dari Ibu Kota Propinsi Daerah Tingkat I kurang lebih
120 km.
Desa ini mempunyai wilayah dengan luas 573.7135 Ha. Dari luas
wilayah tersebut terdiri dari 11 RW dan 36 RT. Sedangkan batas wilayah desa
Lobang secara administratif adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Desa Kaliboto dan Pojok
2. Sebelah Selatan : Kelurahan Bejen dan Desa Gaum
3. Sebelah Barat : Desa Kalijirak dan Desa Gaum
4. Sebelah Timur : Desa Sewurejo dan Kelurahan Delingan
Desa Lobang berada di ketinggian kurang lebih 200 m dari permukaan
laut. Sedangkan penggunaan tanah di desa Lobang terdistribusi sebagai
berikut :
a. Tanah kas Desa : 28.4416 ha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b. Tanah Berserifikat : 510.0000 ha
c. Tanah belum Bersertifikat: : 63.7135 ha
Desa Lobang merupakan desa yang letaknya tidak terlalu terpencil,
bahkan jalan raya yang ada menghubungkan kota Karanganyar dengan kota
Sragen. Apabila dari desa Lobang menuju kota solo ditempuh dengan
kendaraan bermotor kurang lebih memakan waktu 30 menit.
Di desa Lobang, pada umumnya mempunyai corak kegiatan
perekonomian yang agraris, dan juga mata pencaharian penduduk sudah
bergeser kesektor jasa dan perdagangan, namun demikian, pada kenyataanya
perekonomian di desa Lobang masih tetap dominan pada sektor pertanian.
Banyaknya penduduk desa Lobang yang bekerja di sektor pertanian
merupakan salah satu ciri dari sistem perekonomian desa yang mengalami
perkembangan. Suatu perekonomian yang mengalami perkembangan pada
umumnya mempunyai struktur produksi yang terdiri dari tenaga kerja dan
bahan makanan. Sebagian besar penduduk desa Lobang bekerja sebagai para
petani, sedangkan yang bekerja di instansi pemerintah hanya sedikit, ada juga
yang bekerja di pabrik-pabrik itu pun pada umumnya hanya para remaja yang
masih berumur muda.
Desa Lobang bisa dikatakan sebagai desa pertanian karena didesa ini
sebagian besar wilayahnya merupakan lahan persawahan, jadi sebagian besar
penduduk desa Lobang sebagian besar bekerja di bidang pertanian.
Masyarakat desa lobang biasa bercocok tanam tiga bulan satu kali yaitu antara
bulan Oktober-Desember, Februari-April dan jika air Dam/waduk mencukupi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
masyarakat bisa bercocok tanam antara bulan Juni-Agustus. Perincian bulan
dan hasil panen dalam kurun waktu satu tahun dapat kita lihat pada grafik
dibawah ini :
Sumber : kelompok Darma Tirta Kelurahan Gedong.
Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa hasil pertanian yang paling
tinggi dihasilkan antara bulan februari-april yaitu 250 ton, dan antara bulan
bulan oktober-desember yaitu 210 ton, pendapatan panen agak menurun
karena pada bulan ini biasa tanaman padi para petani banyak yang rusak
karena gejala alam pada musim penghujan, misalnya tanaman rubuh karena
terkena angin bandang, terendam air luapan sungai yang banjir, dan kelebihan
air juga tidak baik bagi tanaman. Sedangkan hasil paling sedikit dihasilkan
antara bulan juni-agustus yaitu 150 ton, pada kisaran bulan ini para petani
hanya sedikit yang berani bercocok tanam karena pada bulan ini mereka hanya
bertumpu pada sisa air dam untuk mengairi lahan pertanian mereka, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pada bulan-bulan ini merupakan penghujung musim kemarau jadi para petani
kesulitan mendapatkan air untuk mengairi lahan pertanian mereka.
C. Tentang Perempuan Desa Lobang
Sejak dahulu para perempuan dalam desa lobang ini tidak bisa
terpisahkan dari proses kegiatan pertanian. Para perempuan biasa mengerjakan
mulai dari penanaman hingga musim panen tiba, seperti pembibitan,
penanaman, pemupukan, penyiangan, hingga pemanenan. Akan tetapi dengan
berkembangnya alat-alat pertanian yang sekarang ini ada keadaan perempuan
sebagai tenaga kerja pertanian kini mulai digeserkan atau digantikan oleh alat-
alat pertanian tersebut.
Sehingga pada saat ini yang masih bertahan bekerja sebagai buruh tani
hanyalah perempuan-perempuan yang usianya sudah jauh melebihi usia
produktif atau bisa dikatakan hanya perempuan tua yang masih bertahan, akan
tetapi para perempuan yang masih termasuk kelompok usia produktif atau
remaja, mereka lebih memilih bekerja dipabrik-pabrik yang letaknya tidak
jauh dari desa atau bahkan mereka lebih cenderung memilih bekerja sebagai
TKW keluar negri.
D. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk desa lobang menurut data monografi tercatat 6452
jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1578 yang terdiri dari :
- Penduduk laki-laki berjumlah : 2.424 jiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
- Penuduk perempuan berjumlah : 2.439 jiwa
Secara lengkap mengenai distribusi penduduk dapat dilihat pada tabel-
tabel berikut ini :
1. Distribusi Penduduk Menurut Umur
Distribusi penduduk menurut umur di desa lobang dapat dilihat
dalam tabel berikut ini :
Tabel 1
Distribusi Penduduk Menurut Umur
No Komposisi penduduk
menurut umur
Laki –
laki
% Perempu
an
%
1. 10 – 14 254 10,47 260 10,66
2. 15 – 19 262 10,80 264 10,82
3. 20 – 24 359 14,81 258 10,57
4. 25 – 29 232 9,57 245 10,04
5. 30 – 34 237 9,77 261 10,70
6. 35 – 39 236 9,73 252 10,33
7. 40 – 44 234 9,65 260 10,66
8. 45 – 49 218 8,99 230 9,43
9. 50 – 54 197 8,12 205 8,40
10. 55 – 59 195 8,04 200 8,20
Jumlah 2.424 100,00 2.439 100,00
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dari sumber distribusi penduduk menurut umur dapat dilihat
bahwa jumlah penduduk yang terbesar ada pada kelompok umur laki-laki
adalah 20 – 24 yaitu 359 jiwa atau 14,81% dan untuk perempuan yaitu
pada kelompok umur 15 – 19 yaitu 264 jiwa atau 10,82%. Dari data
tersebut dapat kita lihat bahwa usia penduduk yang terbesar adalah
kelompok umur penduduk yang masih produktif.
2. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan
Distribusi penduduk menurut pendidikan di desa Lobang dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2
Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan
No Jenis Pendidikan ( F ) %
1 Lulusan pendidikan umum 2488 93,67
2 Lulusan pendidikan khusus 168 6,32
Jumlah 2656 100,00
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa jenis pendidikan umum
merupakan jenis pendidikan yang paling banyak yaitu sejumlah 2488
atau 93,67 persen dibanding dengan pendidikan khusus yaitu sejumlah
168 atau 6,32 persen.
3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Distribusi penduduk menurut mata pencaharian di desa ini dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 3
Distrubusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Jenis Mata Pencaharian ( F ) %
1 PNS 48 1,98
2 TNI/POLRI 3 0,12
3 Swasta 371 15,38
4 Wiraswasta 176 7,29
5 Tani 500 20,71
6 Pertukangan 250 10,35
7 Buruh tani 1.016 42,08
8 Pensiunan 33 1,36
9 Angkutan 15 0,62
10 Jasa 2 0,08
Jumlah 2414 100,00
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa proporsi pekerjaan
terbanyak dari penduduk desa ini adalah pekerjaan dengan mata
pencaharian buruh tani yaitu 1.016 jiwa atau 42,08 persen dari
keseluruhan penduduk yang memiliki mata pencaharian. Sedangkan
mata pencaharian petani menempati peringkat kedua terbanyak, yaitu
dengan 500 jiwa atau 20,71 persen dari jumlah penduduk yang
memiliki mata pencaharian. Sedangkan untuk perbandingan dari data
Monografi desa Lobang, 2005 tercatat penduduk yang bekerja sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
buruh tani sebesar 1.238 jiwa, dan yang bermata pencaharian petani
sebesar 583 jiwa. Dari data ini berarti kita dapat menyimpulkan bahwa
terjadi penurunan dari segi mata pencaharian buruh tani dan petani.
E. Keadaan Sarana Dan Prasarana
Berikut ini akan dijelaskan mengenai berbagai macam sarana dan
prasarana yang ada di desa Lobang, dimana dengan mengetahui sarana dan
prasarananya kita dapat mengambarkan perkembangan dan kemajuan desa.
Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di desa Lobang dapat ditunjukan
dalam tabel berikut ini :
Tabel 4
Sarana Pendidikan
No Jenis Sarana Jumlah
1 Kelompok bermain 1 buah
2 Gedung TK 5 buah
3 Gedung SD 3 buah
4 Gedung SLTP -
5 Gedung SMU -
Jumlah 9 buah
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa sarana pendidikan SLTP
dan SMU masih belum ada sehingga menyebabkan penduduk usia
sekolah harus keluar desa untuk menuntut ilmu. Sebagian besar dari
mereka biasanya memilih bersekolah didaerah yang lebih dekat dari desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mereka tinggal, yaitu desa Bejen dan karanganyar (sebelah selatan desa
Lobang), yang harus ditempuh dengan kendaraan (bagi mereka yang
memiliki sepeda motor) atau dengan bus umum.
2. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang tersedia di desa Lobang dapat diketahui
darifasilitas dan tenaga medis yang ada di desa ini, tabelnya dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 5
Fasiltas Kesehatan
No Fasilitas kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit -
2 Pukesmas 1 buah
3 Posyandu 6 buah
4 Apotek 1 buah
Jumlah 8 buah
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.
Dari tabel tersebut menunjukan bahwa kondisi sarana kesehatan
yang cukup memadai dan cukup baik untuk melayani kebutuhan
penduduk desa Lobang dalam bidang kesehatan.
3. Sarana Olah Raga, Sosial dan Budaya
a. Sarana Olah Raga
Untuk sarana olah raga yang ada di desa Lobang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 6
Sarana Olah Raga
No Sarana olah raga Jumlah
1 Lapangan sepak bola 1 buah
2 Lapangan volley 5 buah
3 Lapangan bulu tangkis 1 buah
Jumlah 7 buah
b. Sarana Kesenian dan Budaya
Untuk sarana kesenian dan budaya yang ada di desa
ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 7
Sarana Kesenian dan Budaya
No Sarana Kesenian dan Budaya Jumlah
1 Sasana Krida 5 buah
2 Gelanggang Remaja 5 buah
3 Gedung Kesenian 1 buah
Jumlah 11 buah
c. Sarana Sosial
Untuk sarana Sosial yang ada di desa ini dapat di lihat
pada tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 8
Sarana Sosial
No Sarana Sosial Jumlah
1 Panti Asuhan -
2 Panti Jompo -
3 Panti Tuna Netra -
Jumlah 0
Sumber Tabel No 6, 7 dan 8 : Monografi desa Lobang, 2009.
Untuk sarana olah raga, kesenian dan budaya di desa
Lobang sudah dapat dibilang cukup memadai. Akan tetapi
untuk sarana sosial di desa ini masih sangat kurang karena
belum ada satu pun sarana sosial yang ada di desa ini.
4. Sarana Keagamaan
Sarana keagamaan yang ada di desa Lobang dapat dilihat pada
tabel yang tertera dibawah ini :
Tabel 9
Sarana Keagamaan
No Sarana Keagamaan Jumlah
1 Masjid 17 buah
2 Mushola 2 buah
3 Gereja 1 buah
4 Vihara -
5 Pura -
Jumlah 20 buah
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa sarana keagamaan yang
ada di desa lobang suduh cukup memadai dengan jumlah bangunan
sarana keagamaan yang ada di desa ini.
5. Sarana Perhubungan
Prasarana perhubungan yang ada di desa Lobang dapat kita
lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 10
Sarana Perhubungan
No Sarana Perhubungan Jumlah 1 Jalan Dusun / Lingkungan 5 km
2 Jalan Desa 5 km
3 Jalan Kabupaten 6 km
4 Jalan Propinsi 120 km
5 Jembatan 4 buah
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.
Dari tabel diatas terlihat bahwa prasarana perhubungan di desa
ini sudah memadai dan hingga saat ini dalam keadaan baik. Dengan
demikian penduduk desa Lobang tidak akan mengalami kesulitan
dalam mendistribusikan hasil pertanian mereka.
6. Sarana Pemerintahan
Sarana pemerintahan yang ada di desa Lobang adalah sebagai
berikut ini :
- 1 buah Kantor Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
- 1 buah Balai Desa
- 17 orang perangkat, yang terdiri dari : Kepala Desa, Sekertaris
Desa, Kepala Urusan ( 3 ), Kepala Seksi ( 4 ), Bayan atau
Kepala Dusun ( 5 ), Pembantu kaur ( 3 ).
7. Sarana Komunikasi
Sarana komunikasi yang ada di desa ini dapat kita lihat pada
tabel yang tertera di bawah ini :
Tabel 11
Sarana Komunikasi
No Sarana Komunikasi Jumlah
1 Pemancar Radio 1 buah
2 Pemancar Telpon Seluler 1 buah
3 Wartel 4 buah
4 Warnet 2 buah
Jumlah 8 buah
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.
Dilihat dari tabel diatas menunjukan bahwa sarana komunikasi
di desa ini sudah cukup memadai, sehingga arus informasi dapat
masuk kedalam desa. Sehingga masyarakat desa Lobang bias
memperoleh informasi mengenai perkembangan di bidang pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
8. Sarana Transportasi
Sarana transportasi yang ada di desa Lobang dapat dilihat
dalam tabel berikut ini :
Tabel 12
Sarana Transportasi
No Sarana Transportasi Jumlah
1 Sepeda 430
2 Sepeda motor 601
3 Mobil Pribadi 19
4 Truk 9
5 Angkudes 1
6 Becak 4
7 Kendaraan beroda tiga 1
8 Ojek 4
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.
Dari tabel diatas terlihat bahwa sarana transportasi
masyarakat desa sudah cukup memadai, sehingga arus trasportasi
baik intern maupun ekstern desa tersebut dapat berjalan dengan
lancar. Dan dengan adanya kendaraan truk yang cukup banyak
sehingga masyarakat petani tidak kerepotan dalam mengangkut
hasil pertanian mereka dari sawah mereka kerumah masing-
masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
9. Sarana Perdagangan
Sarana perdagangan yang ada di desa Lobang dapat kita lihat
pada tabel yang ada di bawah ini :
Tabel 13
Sarana Perdagangan
No Sarana Perdagangan Jumlah
1 Toko 8 buah
2 Warung 50 buah
3 Kaki Lima 6 buah
4 Swalayan/Super Market 1 buah
Jumlah 65 buah
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.
Dari data diatas terlihat bahwa sarana perdagangan di desa
Lobang sudah cukup memadai, sehingga masyarakat dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dengan baik. Para petani biasanya juga
membeli keperluan yang berkaitan dengan kegiatan pertanian di took-
toko yang telah menyediakanya, karena disamping menjual Sembilan
bahan pokok biasanya mereka juga menjual bibit unggul, pupuk dan
pestisida untuk tanaman.
10. Sarana Perkoperasian
Sarana perkoperasian yang ada di desa ini dapat kita lihat pada
tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 14
Sarana Perkoperasian
No Sarana Perkoperasian Jumlah
1 Koperasi simpan pinjam 1 buah
2 Lumbung desa 1 buah
3 Badan-badan kredit 2 buah
4 Lain-lain 2 buah
Jumlah 6 buah
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.
Dari data diatas kita dapat melihat bahwa badan perkoperasian
di desa Lobang sudah baik, karena dengan adanya sarana
perkoperasian ini dapat membantu para petani yang tidak memiliki
modal untuk meminjam pada koperasi ini dengan bunga yang rendah,
sehingga para petani dapat terbantu.
11. Sarana Pertanian dan Irigasi
Untuk sarana dalam bidang pertanian yang ada di desa ini
dapat kita lihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 15
Sarana Pertanian
No Sarana Pertanian Jumlah
1 Traktor 13 buah
2 Flasher / perontok padi 21 buah
3 Pengilingan padi 9 buah
Jumlah 34 buah
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dari data di atas dapat kita lihat penggunaan alat-alat
pertanian yang sekarang cenderung dipakai para petani adalah alat-
alat yang modern. Sejak tahun 1980-an penduduk desa ini telah
memakai Huller untuk menggiling padi agar bisa menjadi beras.
Sejak saat itulah penggunaan alat penumbuk padi atau lesung mulai
berkurang. Dan kesempatan kerja bagi buruh perempuan penumbuk
padi juga mulai berkurang. Pada saat bersamaan para petani desa ini
juga sudah mulai menggunakan traktor diwilayah desa Lobang,
traktor yang terdapat di desa ini ada sebanyak 13 buah dan dengan
adanya traktor ini mampu menggeser bajak dan cangkul. Pengolahan
tanah dengan traktor dapat lebih menghemat biaya dan waktu
pengerjaan sawah, sehingga sampai saat ini para petani yang
memiliki lahan luas sangat bersyukur dengan memanfaatkanya
semaksimal mungkin.
Sedangkan untuk masalah pengairan di desa ini ada pada
tabel dibawah ini :
Tabel 16
Sarana Irigasi
No Sarana Irigasi Jumlah
1 Waduk / Cek Dam 2 buah
2 Saluran Irigasi 100 meter
3 Pompa air 6 buah
4 Pembagi air 4 buah
5 Kincir air 1 buah
Sumber : Monografi desa Lobang, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Dalam bidang pengairan atau irigasi, penduduk desa ini
biasanya memanfaatkan air waduk untuk mengairi sawah mereka.
Ada satu kelompok petugas yang mengatur pembagian air di desa ini
yang diberi nama DARMA TIRTA, merekalah yang mengatur
pembagian air untuk lahan pertanian warga. Biasanya cara
pemberian imbalan bagi para Darma Tirta ini adalah memeberikan
sebagian hasil panen lahan mereka untuk membayarnya.
Di desa Lobang juga terdapat sebuah kelompok tani yang
bernama SUBUR MAKMUR, yang beranggotakan tiga kelompok
yaitu tedapat di dukuh Lobang, Ngasem dan Kluwih. Melalui
kelompok tani inilah biasanya penyuluhan atau pengenalan obat-
obatan pertanian, benih unggul dan juga pupuk yang diperlukan para
petani. Meskipun ada yang membeli keperluan pertanian di toko-
toko terdekat, namun ada juga petani yang membeli keperluan
pertanian melalui kelompok tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Profil Informan.
Informan dalam penelitian ini adalah 5 orang dan semuanya bekerja
sebagai buruh tani di desa Lobang, yang membedakan pada semua informan
ini adalah status dan pekerjaan yang disandang oleh suami mereka. 1 orang
perempuan yang bersuamikan pekerja pabrik, 1 orang perempuan yang
bersuamikan seorang PNS, 1 orang perempuan yang bersuamikan kuli
bangunan, 1 orang perempuan yang bersuamikan seorang petani dan 1 orang
lagi seorang janda atau sudah tidak mempunyai suami.
Informan yang pertama adalah Ibu Warsi 50 tahun, beliau
bersuamikan bapak Warso seorang kuli bangunan dan kini beliau mempunyai
dua orang anak yang keduanya sedang mengenyam pendidikan dibangku
sekolah menenggah pertama dan sekolah dasar, ibu Warsi tinggal disebuah
rumah kecil bersama suami dan anak-anaknya. Keseharian ibu Warsi tidak
lepas dari bidang pertanian selain beliau menggarap sebidang sawah miliknya
sendiri beliau juga bekerja sebagai seorang buruh tani, ibu Warsi sudah 23
tahun bekerja sebagai buruh tani, selain bekerja disektor pertanian ibu Warsi
tidak bisa bekerja dibidang lain karena keterbatasan kemampuan yang beliau
miliki karena ibu Warsi hanya mengenyam pendidikan dibangku sekolah
dasar saja.
Informan yang kedua adalah Ibu Margiyati 56 tahun, beliau
bersuamikan bapak Keman yang bekerja sebagai karyawan disebuah pabrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Ibu Margiayati mempunyai tiga orang anak yang ketiga-tiganya kini telah
selesai mengenyam pendidikan dibangku SMA dan kini mereka bekerja
sebagai karyawan pabrik seperti ayah mereka. Ibu Margiyati tingal disebuah
rumah bersama suami dan anak-anaknya, keseharian ibu Margiyati selain
sebagai ibu rumah tangga beliau biasa menggarap lahan pertanian berupa
sebidang tanah yang beliau miliki, selain itu ibu Margiyati juga bekerja
sebagai seorang buruh tani. Ibu Margiati kurang lebih sudah 26 tahun bekerja
sebagai buruh tani, selain bekerja dalam bidang tersebut ibu Margiati hanya
bekerja sebagai ibu rumah tangga saja. Dan alasanya sama seperti informan
yang lainya yaitu karena latar belakang pendidikan ibu Margiati yang hanya
mengenyam pendidikan dibangku sekolah dasar saja.
Informan yang ketiga adalah Ibu Giyem 45 tahun, beliau bersuamikan
bapak Sukidi seorang petani. Ibu Giyem hanya memiliki seorang anak laki-
laki yang kini sudah bekerja sebagai kuli bangunan, hal tersebut dikarenakan
karena anak ibu Giyem hanya tamat pendidikan di bangku sekolah dasar saja.
Ibu Giyem tinggal disebuah rumah bersama anak dan suaminya. Keseharian
ibu Giyem dan suaminya hanya berputar dibidang pertanian saja, selain
mengarap lahan pertanian miliknya sendiri ibu Giyem juga bekerja sebagai
buruh tani. Ibu Giyem sudah 19 tahun bekerja sebagai buruh tani, selain
berburuh tani biasanya ibu Giyem membantu suaminya bercocok tanam
dilahan pertanian mereka. Jadi pekerjaan pokok ibu Giyem dan suaminya
bertumpu pada sektor pertanian saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Informan yang keempat adalah Ibu Sakimah Nur Wahidah 41 tahun,
beliau bersuamikan bapak Semin seorang Pegawai Negri Sipil (PNS). Ibu
Sakimah memiliki dua orang anak yang kini sedang mengenyam pendidikan
dibangku SMP dan SMA, ibu Sakimah tinggal disebuah rumah bersama ibu,
suami dan anak-anaknya. Keseharian ibu Sakimah selain sebagai ibu rumah
tangga, beliau juga mengarap sebidang tanah yang dimilikinya, selain itu ibu
Sakimah juga bekerja sebagai seorang buruh tani. Ibu Sakimah sudah 12
tahun bekerja sebagai buruh tani, alasan ibu Sakimah memilih pekerjaan ini
hanyalah untuk mencari tambahan pemasukan untuk keluarganya. Selain
bekerja sebagai buruh tani ibu Sakimah hanya bekerja sebagai ibu rumah
tangga saja.
Informan yang kelima adalah Ibu Juminem 60 tahun, beliau sudah
tidak memiliki suami lagi karena suaminya sudah meninggal dunia. Ibu
Juminem memiliki empat orang anak yang semuanya kini telah memiliki
rumah tangga sendiri-sendiri. Dan kini ibu Juminem tinggal bersama anak
bungsunya, keseharian ibu Juminem saat ini hanya membantu anak
bungsunya mengarap lahan pertanian yang mereka miliki, selain itu ibu
Juminem juga bekerja sebagai seorang buruh tani. Ibu Juminem bekerja
sebagai buruh tani sudah sekitar 33 tahun, selain sebagai seorang buruh tani
ibu Juminem biasanya bekerja sebagai tukang urut atau pijat pangilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel daftar responden berkut ini :
Tabel 17
Daftar Responden
No Nama Alamat Pekerjaan Suami
1 Warsi Lobang, RT 02/05,
Gedong, Karanganyar
Kuli bangunan
2 Margiati Lobang, RT 02/05,
Gedong, Karanganyar
Pekerja pabrik
3 Giyem Lobang, RT 01/05,
Gedong, Karanganyar
Petani
4 Sakimah Nur
Wahidah
Lobang, RT 01/05,
Gedong, Karanganyar
Pegawai Negri Sipil
(PNS)
5 Juminem Lobang, RT 01/05,
Gedong, Karanganyar
Sudah tidak bersuami
(janda)
Sumber : Penelitian di Desa Lobang
B. Dampak Modernisasi pertanian
Modernisasi pada bidang pertanian sebenarnya bisa sangat membantu
bagi para petani akan tetapi sebaliknya, modernisasi pertanian juga dapat
sangat merugikan bagi para buruh tani. Dalam proses produksi pertanian,
pelaksanaan atau kegiatan pengerjaanya melalui beberapa tahapan. Dan jika
kita lihat maka setiap tahapan merupakan satu kesatuan kerja yang dapat
dibedakan dengan tahapan lainya, meskipun demikian, semua tahapan-
tahapan tersebut merupakan suatu kesatuan proses yang dapat kita lihat secara
utuh. Dalam proses-proses pertanian tersebut meliputi, pengolahan tanah,
pembibitan dan penanaman, penyiangan, pemupukan, panen dan pasca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
panen. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil penelitian yang dilakukan di
Desa Lobang, seperti dibawah ini :
1. Pengolahan Tanah.
Proses pengolahan tanah dalam suatu proses pertanian dapat kita
lihat pada proses awal dalam kegiatan produksi. Pada proses pengolahan
tanah ini biasanya terdiri dari pengolahan lahan untuk penebaran benih
padi dan pengolahan tanah untuk penanaman bibit padi, pada proses
pertama untuk penebaran benih padi biasanya para petani mengerjakanya
dengan menggunakan cangkul, hal tersebut dikarenakan karena untuk
tempat penebaran benih padi tidak memerlukan lahan yang luas biasanya
hanya memakan lahan 7x3 M2 saja jadi mereka bisa mengerjakanya
dengan cangkul sendirian. Akan tetapi jika pengolahan tanah untuk
penanaman bibit padi biasanya dikerjakan menggunakan mesin traktor,
karena biasanya lahan yang dikerjakan cukup luas, untuk proses
penggarapan tanah dengan traktor ini biasanya biaya pengerjaanya
dihitung per patok, luas tanah satu patok biasanya 3000 M2, dan untuk
pengerjaan luas tanah 3000 M2 tersebut biasanya dipungut biaya 150.000
rupiah. Untuk penggerjaan tanah dengan traktor ini biasanya dilakukan
oleh dua orang, satu orang menjadi operator mesin traktor dan yang
satunya lagi mengerjakan finising untuk pematang sawah dengan
mengunakan cangkul.
Pada saat ini para petani sudah tidak mau lagi direpotkan dengan
lambatnya proses pengerjaan lahan pertanian, karena dengan semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
cepat mereka menyelesaikanya maka mereka dapat segera mendapatkan
hasilnya. Untuk itu maka para petani cenderung memeilih traktor sebagai
alat pengolahan tanah mereka, seperti diungkapkan oleh Ibu Warsi ( 50
tahun ) berikut ini :
“Ya kalau untuk pengolahan tanah saya merasa bisa cepat kalau pengolahanya mengunakan traktor dibandingkan kalau pakai cangkul atau bajak kerbau seperti dulu, akan tetapi semenjak ada mesin traktor tersebut para pemilik bajak kerbau sekarang sudah tersisihkan dan tidak terpakai lagi”( wawancara 15 agustus 2010).
Pertanyaan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Margiyati ( 56 tahun ) :
“Untuk pengolahan lahan sekarang ini sudah ada traktor, jadi sudah tidak mengunakan kerbau lagi. Dan jika menggunakan traktor tersebut pengerjaanya pun bisa lebih cepat selesai. Akan tetapi semenjak ada traktor tersebut, alat bajak yang dulu biasa mengunakan kerbau sudah tidak dpakai lagi.” (wawancara 15 Agustus 2010).
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ibu Giyem ( 45 tahun ) :
“Untuk masalah pengolahan tanah ya itu tadi, semenjak adanya mesin traktor bisa sangat membantu untuk pengolahan tanah. Tapi sayangnya sekarang alat bajak kerbau sudah tidak dipakai lagi.” (wawancara 15 Agustus 2010)
Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu Sakimar Nur Wahidah ( 41 tahun ) :
“Untuk masalah pengolahan tanah sekarang ini sudah ada mesin seperti traktor jadi kita bisa lebih mudah dalam pengelolaanya. Tapi dampak buruknya dari hal ini alat bajak yang mengunakan kerbau saat ini sudah ditinggalkan oleh para petani.” (wawancara 15 agustus 2010). Dari keterangan diatas menunjukan bahwa dalam hal pengolahan
tanah para petani lebih memilih menggunakan traktor dan cangkul sebagai
alat untuk mengolah lahan pertanian mereka, dan dengan adanaya traktor
tersebut para petani mulai meninggalkan alat bajak yang dulu mereka
gunakan yaitu dengan alat bajak kerbau, karena dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
traktor mereka dapat menghemat biaya dan waktu pengerjaanya.
sedangkan cangkul merupakan alat yang tidak bisa lepas dari proses ini,
karena alat ini berguna untuk merapikan pematang sawah akan tetapi
biasanya proses perapian ini pun sudah dikerjakan atau diborong oleh
pemilik traktor tersebut, karena proses pengolahan tanah dengan traktor
biasanya merupakan pekerjaan borongan yang dihitung per luas lahan para
petani.
Adapun dampak positif dan negatif dari penggunaan traktor yaitu :
dapat menolong petani, terutama untuk mengejar musim tanam dengan
ketersediaan air yang mulai sedikit, selain itu juga bisa menghemat waktu
kerja dan tenaga manusia, karena hanya memerlukan waktu dua sampai
dua setengah jam saja untuk mengolah tanah dan satu unit traktor hanya
dipegang oleh dua orang saja. Sedangkan dampak negatifnya yaitu
mengurangi tenaga buruh cangkul laki-laki yang biasanya memerlukan
tenaga banyak untuk mengolah lahan pertanian dan hilangnya mata
pencaharian para pemilik bajak kerbau yang kini mulai tergantiakan olah
traktor.
2. Pemilihan Bibit dan Penanaman.
Untuk hal penanaman sebenarnya dilakukan setelah proses
pengolahan tanah selesai, akan tetapi sebelum melakukan penanaman dan
pengolahan tanah berlangsung biasanya terjadi proses penanaman bibit
padi, proses pembiatan bibit padi biasanya dimulai dari perendaman benih
padi didalam air, biasanya proses perendaman benih padi tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
berlangsung sekitar dua hari sampai terlihat kecambah pada biji-biji padi
tersebut, setelah benih padi tersebut terlihat sudah berkecambah semua
kemudian benih tersebut ditaburkan dilahan yang sudah disiapkan
sebelumnya disekitar lahan pertanian. Biasanya pemilihan lahan yang
bagus untuk tempat penaburan benih padi dipilihkan dilahan yang tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, karena jika lahanya terlalu tinggi
biasanya benih akan kekurangan air, akan tetapi jika lahanya terlalu rendah
biasanya benih akan terendam air dan akan membusuk. Untuk waktu
penanaman bibit ini biasa memakan waktu sekitar 20-25 hari, baru setelah
proses pengolahan tanah selesai para petani memindahkan bibit-bibit
tersebut lahan pertanian mereka dan menanamnya. Untuk pemilihan bibit
para petani lebih memilih membeli bibit ditoko-toko pertanian agar bisa
mendapatkan hasil yang melimpah selain itu dengan memilih bibit padi
yang unggul biasanya juga bisa tahan terhadap serangan hama atau gulma,
seperti yang dikatakan oleh Ibu juminem ( 60 tahun ) :
“Untuk pembibitan dan penanaman sekarang sudah ada bibit ungul yang bisa dibeli ditoko-toko jadi jika menggukan bibit tersebut hasilnya bisa lebih bagus, akan tetapi sayangnya semenjak adanya bibit inggul tersebut bibit-bibit lokal saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh para petani, sedangkan untuk masalah penanaman masih mengunakan tenaga buruh tani seperti saya ini.”.(wawancara 15 Agustus 2010).
hal tersebut disampaikan juga oleh ibu Giyem ( 45 tahun ) :
“Untuk masalah pembibitan dan penanaman, sekarang sudah banyak dijual bibit-bibit unggul yang biasa lebih tahan terhadap hama dan bisa menghasilkan mutu padi yang bagus. Tapi senjak ada bibit unggul tersebut bibit lokal sekarang sudah tidak dipakai lagi oleh para petani. Sedangkan untuk penanaman saya rasa masih sama saja seperti yang dulu, karena masih mengunakan tenaga manusia.” (wawancara 15 Agustus 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Ibu Margiyati ( 56 tahun ) juga berpendapat demikian :
“Untuk penanaman dan pembibitan, kalau masalah penanaman saya rasa masih sama seperti yang dulu, karena masih membutuhkan tenaga manusia. Akan tetapi untuk pembibitan sekarang banyak agen-agen pertanian yang menjual bibit unggul yang bisa mendorong hasil pertanian menjadi lebih bagus dan bisa lebih tahan pada serangan hama. Dan semenjak ada bibit-bibit tersebut sayangnya bibit-bibit lokal sudah tidak ada yang memakai lagi.”(wawancara 15 Agustus 2010)
Dari hasil wawancara diatas dapat kita lihat bahwa para petani lebih
memilih mengunakan bibit yang mereka beli dari toko pertanian atau
kelompok-kelompok tani yang ada dibandingkan mengunakan bibit pada
yang sudah ada didesa mereka. Karena dengan menggunakan bibit padi
yang unggul para petani lebih bisa mendapatkan hasil yang melimpah
dibandingkan jika menggunakan bibit padi yang lokal, selain itu dengan
bibit padi yang unggul lebih bisa tahan hama bila dibandingkan dengan
bibit lokal. Sehingga dampak dari hal tersebut bahwa kini bibit-bibit lokal
sudah tidak dipakai lagi oleh para petani.
3. Penyiangan.
Penyiangan adalah kegiatan pembersihan atau pencabutan rumput
dalam yang tumbuh disekitar tanaman padi. Biasanya proses penyiangan
pertama ini dilakukan 15 hari setelah padi ditanam, dan untuk penyiangan
kedua biasanya dilakukan sekitar 45 hari setelah penanaman padi.
Sebenarnya untuk menanggulangi banyaknya rumput liar yang menggangu
tanaman dapat diatasi pada masa pemupukan berlangsung, biasanya pupuk
yang akan ditaburkan pada lahan terlebih dahulu dicampur dengan obat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
pembasmi rumput, jadi rumput yang akan tumbuh akan lebih sedikit dan
akan mempermudah dalam proses penyiangan.
Dalam pengerjaanya dulu para petani hanya mengunakan tenaga
perempuan untuk mencabuti rumput tersebut, akan tetapi sekarang ini para
petani lebih cenderung memilih menggunakan alat sosrok rumput untuk
menyiangi tanaman mereka, karena dengan alat tersebut lebih menghemat
tenaga dan biaya pengerjaanya. hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu
Margiyati ( 56 tahun ) :
“Untuk masalah penyiangan, sekarang ini petani lebih cenderung memilih menggunakan sosrok, karena dengan alat ini bisa menghemat biaya dan tenaga karena proses penyiangan ini bisa dikerjakan sendiri. Tapi senjak ada alat tersebut peluang kerja kami sebagai buruh tani mulai tergeser.”(wawancara 15 Agustus 2010).
Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Sakimah Nur Wahidah ( 41 tahun ) :
“Dalam hal penyiangan sekarang sudah ada alat sosrok jadi kita bisa mengerjakan penyiangan sawah dengan mudah. Tapi semenjak adanya alat tersebut, tenaga buruh tani yang biasanya mengerjakan penyiangan ini sekarang sudah banyak dirugikan.” (wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Juminem ( 60 tahun ) juga membenarkan hal tersebut :
“Kalau untuk masalah penyiangan sudah berbeda, karena sekarang ini para petani cenderung lebih memilih mengunakan sosrok. Dan tenaga buruh tani seperti saya ini sudah mulai tidak dipakai lagi dalam hal penyiangan ini.” (wawancara 15 Agustus 2010). Dari hasil wawancara diatas menunjukan bahwa para petani
sekarang ini lebih cenderung memilih menggunakan alat sosrok untuk
menyiangi sawah atau lahan pertanian mereka, hal tersebut dikarenakan
jika menggunakan alat tersebut mereka dapat mengerjakanya sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
sehingga dapat menghemat biaya dari pada mereka menyewa orang untuk
menyiangi sawah mereka. Jadi dengan adanya alat sosrok tersebut
perempuan buruh tani lah yang sangat merasa dirugikan, karena bisanya
proses penyiangan ini dikerjakan oleh para perempuan buruh tani sebagai
mata pencaharian mereka. Jika lahan mata pencaharian mereka sudah
digeser dengan alat-alat tersebut maka penghasilan para perempuan buruh
tani pun juga akan menurun.
4. Pemupukan.
Pemupukan adalah hal yang paling penting dalam proses pertanian,
karena kesuburan tanaman dan penanggulangan hama atau penyakit dapat
diatasi dengan cara pemupukan tersebut, pada fase pemupukan ini
biasanya dilakukan 2 kali pemupukan pada sekali penanaman. Pemupukan
yang pertama biasanya dilakukan pada tanaman masih berumur 7 hari dan
pupuk yang digunakan para petani biasanya UREA, SP/pupuk dasar dan
jika perlu ditambahkan dengan SATUR-D/obat pembasmi rumput. Dan
untuk pemupukan kedua biasanya dilakukan saat padi berumur sekitar 20
hari, pada pemupukan kedua ini pupuk yang digunakan berbeda dengan
pupuk yang digunakan pada pemupukan pertama, pada pemupukan kedua
biasanya mengunakan pupuk ZA, PHONSKA dan biasanya juga
ditambahkan dengan FORADAN yang berguna untuk menangulangi hama
yang biasa menyerang tanaman. Untuk cara pemupukan biasanya semua
pupuk-pupuk dan obat-obatan tersebut dicampur menjadi satu kemudian
pupuk tersebut ditaburkan secara merata keseluruh lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Dalam hal pemupukan ini juga nampak sekali adanya perubahan
tenologi yang digunakan oleh para petani, yang pada awalnya para petani
hanya menggunakan pupuk kandang atau kompos untuk pemupukan, akan
tetapi sekarang ini petani lebih cenderung memilih pupuk kimia untuk
pemupukan. Hal ini lebih dipilih oleh para petani karena dengan pupuk
kimia bisa lebih menyuburkan tanaman mereka dari pada pupuk kompos,
hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu warsi ( 50 tahun ) seperti
penuturanya berikut ini :
“Untuk masalah pemupukan saat ini sudah banyak pupuk buatan seperti UREA, ZA, SP dan yang lainya yang bisa mempercepat proses pertumbuhan padi sehingga bisa cepat panen mas. Akan tetapi juga ada dampaknya juga dari hal tersebut, dengan banyaknya pupuk-pupuk kimia yang mudah didapat dan harganya pun terjangkau, pupuk-pupuk kompos sekarang ini sudah tidak ada yang mau mengunakanya.” (wawancara 15 Agustus 2010).
Hal tersebut juga dikatakan oleh Ibu Sakimah Nur Wahidah ( 41 tahun ) :
“Untuk pemupukan sekarang sudah banyak pupuk-pupuk kimia dan pestisida yang banyak dijual ditoko-toko pertanian sehingga kita dapat dengan mudah mendapatkanya. Tetapi semenjak adanya pupuk kimia ini pupuk kompos sudah ditingalkan dan tidak dipakai lagi oleh para petani.” (wawancara 15 Agustus 2010).
Hal diatas juga dibenarkan oleh Ibu Giyem ( 45 tahun ) :
“Untuk pemupukan, semenjak adanya kelompok-kelompok tani yang menjual pupuk-pupuk kimia dengan harga yang bersubsidi sangat membantu sekali untuk para petani. Akan tetapi hal tersebut juga mempunyai dampak buruk, semenjak adanya pupuk kimia tersebut pupuk kompos yang dulu dipakai para petani saat ini sudah dilupakan oleh para petani.” (wawancara 15 Agustus 2010). Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat bahwa sekarang ini
para petani lebih memilih mengunakan pupuk-pupuk kimia dan pestisida
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
untuk memupuk dan menangulangi hama pada lahan pertanian mereka, hal
tersebut dikarenakan sebab jika memakai pupuk kimia dan pestisida bisa
lebih mempersubur tanaman mereka dan juga dapat ampuh untuk
menanggulangi hama-hama yang sering merusak padi mereka, selain hal
tersebut para petani sekarang ini juga dipermudah untuk mendapatkan
pupuk dan pestisida tersebut dengan berdirinya kelompok-kelompok tani
yang tersebar disetiap wilayah pertanian mereka. Dengan adanya
kelompok tani tersebut selain memudahkan para petani untuk
mendapatkan pupuk para petani juga diuntungkan dengan adanya harga
subsidi dari pemerintah. Akan tetapi sayangnya para petani kini sudah
tidak mau lagi memakai pupuk kompos untuk memupuk sawah mereka.
5. Panen dan Pasca Panen
Pada masa panen ini biasanya dilakukan ketika buah padi sudah
cukup tua dan telah mencapai umur efektif untuk dituai. Buah padi yang
sudah cukup umur untuk dituai atau dipanen biasanya sudah memberikan
tanda-tanda yang cukup jelas. Buah padi yang butirnya sudah mulai
menguning keemasan dan biasanya daunya pun juga sudah mulai menua
bewarna kuning kecoklatan. Perlu diketahui bahwa umur efektif pada
setiap varietas padi sampai buahya cukup tua untuk dipanen tidak sama,
akan tetapi biasanya umur padi yang siap panen berkisar antara 110 – 115
hari, artinya jika umur padi sudah menginjak umur tersebut padi sudah
cukup baik untuk dituai. Untuk masa pemanenan ini biasanya dikerjakan
oleh para buruh tani dan sistem pembayaranya pun berbeda-beda jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
untuk para buruh tani yang disuruh untuk memanen biasanya
pembayaranya mengunakan uang, akan tetapi jika yang memanen saudara
dari pemilik lahan tersebut biasanya dibayar dengan hasil panen tersebut
yaitu dengan padi, hal ini biasa disebut dengan sistem bawon.
Sedangkan untuk mendapatkan mutu gabah atau beras yang baik,
maka penentuan saat panen harus optimal dan alat pemanenan pun harus
baik. Diantara ialah pada saat perontokan padi, pada fase perontokan padi
ini dulunya mereka mengunakan erek kayuh untuk merontokan padi dari
batangnya, akan tetapi para petani sudah tidak mau lagi direpotkan dengan
mengayuh alat tersebut. Karena sekarang ini para petani lebih cenderung
memilih mesin perontok padi atau biasa disebut dengan flaser. Para petani
memilih mengunakan alat ini karena dapat mempersingkat waktu penen
mereka dan lebih sedikit menggunakan tenaga kerja.
Untuk fase pasca panen atau pengelolaan hasil yaitu keseluruhan
perlakuan atau tindakan terhadap hasil panen, yaitu kepada padi atau
gabah, serta pengaturan dan penggunaan secara bijaksana, sehingga
memberikan hasil yang sebaik-bainya bagi para petani. Pengolahan hasil
dilakukan sesudah padi dirontokan dari batangnya atau sesudah
digabahkan. Dalam fase ini biasanya meliputi proses pengeringan,
penyimpanan, dan pengolahanya menjadi beras. Modernisasi pertanian
pada saat pasca panen dapat kita lihat pada proses pengolahan padi
menjadi beras. Perubahan-perubahan teknologi yang digunakan para
petani pada saat menggiling padi hasil panen mereka. Para petani dusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
lobang dulunya menggunakan lesung untuk mengupas biji padi dari
kulitnya dengan cara menumbuk padi tersebut didalam sebuah lesung,
akan tetapi pada saat sekarang ini para petani sudah tidak mau lagi
direpotkan dengan hal tersebut, para petani lebih cenderung memilih
menggilingkan padi mereka ketempat penggilingan padi. Terlebih
sekarang ini ada usaha penggilingan padi keliling, para petani lebih
memilih alat tersebut karena para petani dapat menggilingkan padi mereka
tanpa harus membawanya ketempat penggilingan padi, karena mesin
penggiling tersebut yang justru mendatangi mereka. Hal ini seperti yang
disampaikan oleh Ibu Warsi ( 50 tahun ) dibawah ini :
” Kalau untuk panen saat ini sudah ada sabit dan flaser sehingga proses pemanenan bisa lebih cepat selesai, tapi semenjak ada flaser tersebut tinggal sedikit petani yang mau mengunakan erek kayuh untuk merontokan padi mereka. Kalau untuk pasca panen yaitu untuk pengolahan padi menjadi beras saat ini sudah ada alat penggilingan padi, apalagi saat ini alat penggilingan padi sudah dikemas agar bisa menghampiri kerumah-rumah sehingga para petani sudah tidak susah-susah lagi membawa padi mereka ketempat penggilingan padi. Akan tetapi hal itu juga mempunyai dampak yang seknifikan, semenjak para petani memilih mesin pengilinggan padi alat tradisional seperti lesung sudah mulai disisihkan.” (wawancara 15 Agustus 2010).
Hal tersebut juga dikatakan oleh Ibu Margiyati ( 56 tahun ) :
“Kalau untuk panen dan pasca panen, kalau penen sekarang lebih mudah pengerjaanya karena sekarang ini selain menggunakan sabit sekarang sudah ada mesin flaser untuk merontokan padi dari batangnya jadi pengerjaanya bisa lebih cepat, tapi senjak ada flaser tersebut alat perontok padi kayuh atau erek kini mulai tersisihkan. Kalau untuk pasca panen atau proses pengolahan padi menjadi beras, saat ini sudah ada mesin huller untuk menggiling padi mereka, tapi sayangnya sekarang ini sudah tidak banyak petani yang mau mengunakan lesung seperti dulu lagi.” (wawancara 15 Agustus 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Juminem ( 60 tahun ) :
“Kalau untuk panen sekarang ini sudah ada mesin flaser jadi bisa lebih mudah untuk mengerjakanya. Kalau untuk pasca panen sekarang ini sudah ada mesin huller permanen dan keliling jadi proses pengilinggan biasa mudah. Akan tetapi dampak dari hal tersebut alat erek kayuh yang dulu biasa dipakai untuk merontokan padi dan lesung untuk mengupas biji padi menjadi beras sudah tidak dipakai lagi oleh para petani.” (wawancara 15 Agustus 2010). Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat bahwa sekarang ini
para petani sudah mengunakan alat yang biasa disebut flesher untuk
merontokan padi mereka dari batangnya, bahkan alat yang terdahulu yang
suda bisa dikatakan sudah modern yang biasa disebut erek sekarang ini
juga sudah mereka tinggalkan, hal tersebut dikarenakan jika mengunakan
alat erek masih membutuhkan tenaga manusia, akan tetapi jika
mengunakan flesher alat ini sudah mengunakan tenaga mesin untuk
mengunakanya.
Dan untuk masa pasca panen, dari wawancara tersebut kita juga
dapat melihat bahwa sanya para petani juga lebih memilih mengunakan
mesin huller atau biasa disebut sebagai selepan untuk menggiling padi
mereka dari pada mengunakan lesung seperti yang dulu mereka gunakan,
terlebih pada saat ini sudah ada huller keliling yang siap menghampiri
kerumah-rumah warga yang ingin menggilingkan padi mereka, jadi para
petani sudah tidak susah-susah lagi untuk membawa padi mereka datang
ketempat pengilingan padai permanen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
C. Dampak Modernisasi Pertanian Terhadap Peluang Kerja Perempuan.
Akibat dari adanya modernisasi pertanian, maka dalam penelitian ini
perempuanlah yang sangat merasa dirugikan. Hal ini disebabkan karena
proses-proses pertanian yang dulunya masing mengunakan tenaga kerja para
perempuan saat ini lambat laun sudah mulai digantikan dengan adanya
teknologi-teknologi pertanian yangmulai mendesak keberadaan para
perempuan dalam hal pertanian. Hal ini tentu saja sangat merugikan para
perempuan, karena dari segi pendapatan tentu saja akan sangat menurun. Jadi
pendapatan para perempuan sudah tidak seperti dulu lagi, Seperti yang
dikatakan oleh Ibu sakimah Nur Wahidah ( 41 tahun ) berikut ini :
“Jelas sudah sangat berbeda dengan dulu. Saat ini hampir semua hal dalam pertanian dapat dikerjakan dengan mesin sehingga sekarang tinggal sedikit yang bisa dikerjakan dengan tenaga manusia” (wawancara 15 Agustus 2010).
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Ibu Giyem ( 45 tahun ) sebagai berikut :
“Ya sudah berbeda, sudah tidak seperti dulu lagi. Kalau sekarang semua seba dikerjakan dengan mengunakan mesin semua, jadi tinggal sedikit yang bisa dikerjakan oleh buruh tani seperti saya ini”(wawancara 15 Agustus 2010).
Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Margiati ( 56 tahun ) sebagai berikut :
“Sekarang ini sudah berbeda kalau dibandingkan dulu, untuk sekarang ini semuanya cenderung dikerjakan dengan alat-alat dibandingkan dengan tenaga manusia” (wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Warsi ( 50 tahun ) juga berkata :
“ya sudah tidak seperti dulu lagi…saat ini semuanya sudah dikerjakan menggunakan alat-alat semua, sehingga hanya sedikit yang bisa dikerjakan dengan tenaga manusia” (wawancara 15 Agustus 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Sedangkan Ibu Juminem ( 60 tahun ) berpendapat :
“Sudah jauh berbeda, semenjak banyaknya alat-alat pertanian seperti saat ini sudah jarang yang menggunakan tenaga buruh tani seperti saya ini” (wawancara 15 Agustus 2010).
Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat bahwa semenjak
adanya modernisasi pertanian pendapatan perempuan sudah tidak seperti dulu
lagi, hal ini disebabkan karena saat ini lahan pekerjaan para perempuan buruh
tani sudah mulai digeser oleh adanya alat-alat pertanian yang bisa
meringankan beban para petani dari segi biaya dan waktu pengerjaan lahan
mereka.
Selain hal tersebut para perempuan juga merasa sangat dirugikan oleh
karena adanya alat-alat pertanian tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Warsi ( 50 tahun ) seperti berikut ini :
“Ya sudah pasti, semenjak adanya alat-alat pertanian tersebut sekarang ini sudah sedikit yang menggunakan tenaga buruh tani seperti saya ini” (wawancara 15 Agustus 2010).
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Ibu Margiatai ( 56 tahun ) sebagai
berikut :
“Ya sudah pasti, karena semenjak ada alat-alat pertanian tersebut peluang kerja saya sebagai buruh tani lama-lama semakin menyempit” (wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Sakimah Nur Wahidah ( 41 tahun ) juga berkata demikian, seperti
berikut ini:
“Iya, karena dengan adanya alat-alat tersebut sudah mengeser peluang kerja saya dalam bidang pertanian ini” (wawancara 15 Agustus 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Ibu Giyem ( 45 tahun ) juga membenarkan hal tersebut, seperti yang
dikatakanya seperti berikut ini :
“Kalau untuk saya iya, lha bagaimana semua proses pertanian semuanya sekarang dikerjakan menggunakan alat semua, jadi tinggal sedikit yang menyuruh saya untuk mengerjakan sawah mereka, jadi saya merasa sangat dirugikan” (wawancara 15 Agustus 2010). Dari hasil wawancara tersebut dapat kita lihat bahwa para perempuan
buruh tani sangat merasa dirugikan oleh karena adanya alat-alat pertanian
yang serba modern saat ini, hal tersebut terjadi karena hampir semua
pekerjaan pada proses pertanian yang biasanya membutuhkan tenaga kerja
para perempuan mulai saat ini sudah banyak yang digantikan oleh alat-alat
tersebut. Sehingga peluang kerja para perempuan buruh tani tersebut lambat
laun akan habis digantikan oleh alat-alat pertanian tersebut.
Dengan munculnya alat-alat pertanian yang semakin mengeser
peluang kerja para perempuan buruh tani ini, banyak pekerjaan yang dulunya
bisa dikerjakan oleh para buruh ini yang kini mulai digantikan oleh alat-alat
pertanian tersebut, diantaranya dalam hal pemupukan, penyiangan,
pemanenan dan pengolahan hasil. Hal tersebut seperti yang dijelaskan sebagai
berikut ini :
1. Pemupukan.
Dalam hal pemupukan ini dulunya para perempuan biasa bekerja
sebagai penebar pupuk kompos untuk meratakanya keseluruh bagian
sawah, sedangkan laki-laki bertugas sebagai pencari dan pengangkut
pupuk kompos tersebut untuk dibawa kesawah, akan tetapi saat ini hal
tersebut sudah jarang ditemui. Karena sekarang ini dengan adanya pupuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kimia yang mudah untuk didapatkan proses pemupukan tersebut biasa
dilakukan oleh pemilik sawah itu sendiri, sehingga peluang kerja bagi
para perempuan dalam bidang pemupukan pun saat ini cenderung
menurun. Hal ini seperti yang disampaikan oleh ibu Warsi (50 tahun)
sebagai berikut ini :
Untuk pemupukan dulunya para laki-laki bertugas mencari dan menggangkut kompos kesawah sedangkan para perempuan bertugas untuk menebarkanya kelahan, akan tetapi saat ini semenjak adanya pupuk kimia yang mudah untuk didapat jadi sekarang biasa dikerjakan oleh pemilik sawah itu sendiri.(wawancara 18 November 2010)
Sama halnya dengan ibu Warsi, Ibu Sakimah Nur Wahidah (40 tahun)
berpendapat seperti berikut ini :
Kalau untuk pemupukan para perempuan sekarang sudah jarang digunakan, karena dengan adanya pupuk kimia yang mudah didapat kini pekerjaan tersebut lebih cenderung dikerjakan pemilik lahan itu sendiri .(wawancara 18 November 2010)
Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat bahwa perempuan
merasa sangat dirugikan dalam proses pemupukan ini, semenjak adanya
pupuk-pupuk kimia yang kini mudah untuk didapat, para pemilik lahan
lebih memilih memupuk lahan mereka dengan tenaga sendiri, karena
dengan adanya pupuk kimia tersebut proses pemupukan tidak memakan
waktu yang lama.
2. Penyiangan.
Untuk hal penyiangan dulunya yang selalu mengerjakan pekerjaan
ini adalah para perempuan buruh tani, akan tetapi saat ini semenjak
adanya alat sosrok rumput yang bisa memudahkan pengerjaan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
penyiangan, tenaga para perempuan ini juga jarang untuk digunakan,
karena para pemililik lahan lebih memilih mengerjakanya sendiri karena
lebih hemat biaya dari pada mengunakan tenaga para tenaga buruh tani,
sehingga kini para perempuan buruh tani pun merasa sangat dirugikan
karena hal tersebut. Hal ini sependapat dengan yang disampaikan ibu
Juminem (60 tahun) seperti berikut ini :
“Semenjak adanya alat sosrok rumput, sekarang ini sudah jarang yang mengunakan tenaga buru tani seperti saya ini untuk menyiangi sawah”. (wawancara 18 November 2010)
Ibu Giyem (45 tahun) juga berpendapat demikian :
“Iya mas, semenjak adanya sosrok tersebut kegiatan penyiangan kini lebih cenderung dikerjakan para pemilik lahan itu sendirri. Jadi peluang kerja saya pada proses ini kini menurun”. (wawancara 18 November 2010)
Untuk proses penyiangan sama halnya dengan proses pemupukan,
para perempuan juga sangat dirugikan akibat adanya alat sosrok rumput
yang kini banyak dipakai petani. Semenjak adanya alat tersebut kini
tenaga para perempuan sudah jarang dipakai untuk proses ini, hal tersebut
disebabkan karena para petani kini lebih cenderung memilih menyiangi
padi mereka dengan alat tersebut.
3. Pemanenan.
Untuk proses pemanenan ini, dulu para perempuan biasa bekerja
untuk menuai padi dengan alat ani-ani, kemudian para perempuan pun
bertugas untuk menyediakan padi tersebut untuk dirontokan dengan alat
erek yang biasa dioprasikan oleh para laki-laki. Akan tetapi saat ini para
pemilik sawah lebih memilih mengunakan jasa pemilik mesin flaser
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dengan sistem borongan, para pemilik flaser ini biasa mematok biaya
300.000 rupiah untuk luas area 3000M2, dan para pemilik lahan tinggal
mengangkut hasil penennya kerumah masing-masing. Para pemilik lahan
sekarang ini lebih memilih mengunakan flaser dari pada mengunakan
tenaga para buruh tani, sehingga para buruh tani kini semakin dirugikan
dengan adanya alat tersebut. Hal ini seperti yang disampaikan Ibu Warsi
(50 tahun) berikut ini :
“Untuk masalah pemanenan dulu para buruh tani seperti saya biasanya bekerja untuk menuai padi dengan sabit, akan tetapi semenjak adanya alat flaser yang biasa melakaukan pemanenan dengan sistem borong”. (wawancara 18 November 2010)
Ibu Margiyati (56 tahun ) juga berpendapat demikian :
“Dulu para perempuan masih sering disuruh untuk memanen padi, akan tetapi semenjak adanya mesin flaser itu sekarang sudah jarang yang mengunakan tenaga para perempuan”. (wawancara 18 November 2010)
Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat bahwa para
perempuan merasa sangat dirugikan akibat adanya mesin flaser yang kini
mulai mengeser peluang kerja mereka dalam proses pemanenan ini.
Karena dengan adanya sistem borongan para pemilik mesin flaser untuk
pemanenan, kini tenaga para perempuan untuk proses ini sudah tidak
dipakai lagi. Sehinga para perempuan kini kehilangan peluang kerja
mereka dalam proses pemanenan ini.
4. Pengolahan Hasil
Pada proses pengolahan hasil ini, dulu para perempuan
mengunakan alat lesung untuk mengupas padi dari kulitnya. Akan tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
saat ini hal tersebut sudah tidak dilakukan lagi, karena kini para petani
lebih memilih mesin penggiling padi atau mesin huller atau biasa disebut
selepan, apalagi saat ini mesin-mesin penggilingan ini sudah dibuat
praktis dengan mengemasnya seperti kendaraan, jadi para petani tidak
usah susah-susah lagi membawa padi mereka ketempat penggilingan
karena sekarang ini justru alat penggilingan tersebut yang mendatangi
mereka. Dengan demikian maka para perempuan buruh tani kini
dirugikan dengan adanya alat tersebut, karena alat tersebut kini telah
mengeser peluang kerja mereka dibidang pengolahan hasil ini. Hal ini
seperti yang disampaikan oleh Ibu Giyem (45 tahun) seperti berikut ini :
“Untuk sekarang ini sudah tidak ada yang mengunakan lesung lagi, karena para petani lebih memilih mesin penggilingan untuk mengolah padi mereka”. (wawancara 18 November 2010)
Hal tersebut dibenarkan juga oleh Ibu Sakimah (40 tahun) seperti berikut
ini :
“Kalau untuk pengolahan hasil, dulu para petani biasanya mengunakan lesung untuk mengolah padi mereka, akan tetapi semenjak adanya mesin penggilingan padi kini masyarakat lebih memilih mengunakan alat tersebut dibandingkan dengan mengunakan lesung”. (wawancara 18 November 2010)
Dari hasil wawancara tersebut kita dapat melihat kerugian para
perempuan dalam proses pengolahan hasil, dulu biasanya para
perempuan mengunakan lesung untuk menggiling padi mereka, akan
tetapi kini para petani lebih memilih mengunakan mesin huller atau
selepan untuk menggiling padi mereka. Karena jika mengunakan mesin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
huler tersebut hasil penggilingan padi bisa bagus dan waktu pengerjaanya
pun bisa lebih cepat.
Dari keterangan diatas kita dapat melihat banyak sekali dampak
yang diakibatkan dengan adanya modernisasi pertanian tersebut terhadap
peluang kerja para perempuan buruh tani. Seperti dijelaskan pada matrik
berikut ini :
Matrik 1
Dampak Modenisasi Pertanian terhadap Peluang Kerja Perempuan
No Proses Pertanian Dampak terhadap peluang kerja
perempuan
1 Pemupukan Pada tahap ini perempuan merasa dirugikan
karena dulunya ketika para petani masih
mengunakan pupuk kompos para perempuan
buruh tani ini masih digunakan untuk
menaburkan pupuk kelahan pertanian, akan
tetapi semenjak adanya pupuk kimia yang kini
mudah untuk didapatkan, para pemilik lahan
lebih memilih memupuk lahan mereka dengan
tenaga mereka sendiri, sehingga sudah tidak
memakai tenaga para perempuan buruh tani
tersebut.
2 Penyiangan Pada proses penyiangan ini yang dulunya
dikerjakan para perempuan buruh tani, kini
sudah tidak lagi semenjak adanya alat sosrok
rumput, karena dengan adanya alat tersebut
para pemilik lahan bisa lebih hemat waktu dan
biaya pengerjaanya.
3 Pemanenan Pada fase ini para perempuan juga sangat
dirugikan, semenjak adanya mesin flaser yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
menggunakan system borongan untuk
pemanenan, kini para perempuan sudah jarang
digunakan untuk proses pemanenan ini.
4 Pengolahan Hasil Untuk pengolahan hasil pertanian yang dulu
biasa dikerjakan para perempuan dengan
mengunakan lesung akan tetapi kini sudah
tidak lagi. Karena kini para petani lebih
memilih mengunakan mesin penggiling padi
karena proses pengerjaanya lebih cepat.
Sumber : Penelitian di Desa Lobang
D. Dampak Modernisasi Pertanian terhadap Pendapatan perempuan.
Dampak dari adanya modernisasi pertanian tersebut selain
berpengaruh pada peluang kerja para perempuan dalam bidang pertanian,
tentu saja juga berimbas terhadap pendapatan para perempuan yang sudah
pasti akan menurun. Biasanya para perempuan buruh tani mendapatkan upah
dalam proses pengarapan sawah dihitung perhari yaitu berangkat pada pagi
hari dan pulang pada sore hari. Akibat dari modernisasi pertanian ini tidak
hanya berimbas pada satu proses pengarapan lahan saja, akan tetapi banyak
yang kini sudah berubah. Diantaranya pada proses pemupukan, penyiangan
dan pemanenan. Hal tersebut dapat dijelaskan seperti berikut ini :
1. Pemupukan.
Untuk proses pemupukan ini, dulunya para perempuan masih sering
digunakan untuk mengerjakan proses ini, akan tetapi kini para perempuan
sudah jarang digunakan sehingga pendapatan para perempuan untuk hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
ini pun cenderung menurun kalau dibandingkan dengan dulu. Seperti
yang dikemukakan oleh ibu juminem (60 tahun) berikut ini :
“Ya kalau dulu biasanya untuk proses pemupukan ini bisa mendapatkan sekitar 30.000 rupiah perharinya, tapi kalau sekarang proses pemupukan ini lebih cenderung dikerjakan oleh pemilik lahan sendiri, jadi pendapatan saya untuk hal pemupukan ini sekarang sudah jauh menurun”. (wawancara 18 November 2010)
Ibu Warsi (60 tahun) juga berpendapat demikian, seperti berikut ini :
“Ya sudah jauh menurun kalau dibandingkan dulu mas, dulu untuk musim pemupukan saya biasa mendapatkan rata-rata 210.000 rupiah, akan tetapi untuk saat ini untuk mendapatkan 60.000 rupiah saja sudah sulit mas”.(wawancara, 18 November 2010)
Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat penurunan pendapatan
para perempuan ketika masih mengunakan pupuk kompos dan setelah
memakai pupuk kimia, untuk dulu ketika masih mengunakan pupuk
kompos para perempuan bisa mendapatkan penghasilan yang lebih, akan
tetapi setelah adanya pupuk kimia ini, kini perempuan hanya
mendapatkan hasil yang sangat minim sekali, hal tersebut disebabkan
karena kini sudah jarang yang memakai tenaga mereka untuk memupuk
lahan para petani.
2. Penyiangan.
Untuk penyiangan ini, pendapatan para perempuan menurun sejak
adanya alat sosrok rumput yang kini sudah mulai mengantikan keberadaan
para perempuan untuk menyiangi lahan. Karena dengan alat ini proses
penyiangan biasa dikerjakan oleh pemilik lahan itu sendiri. Hal ini seperti
yang dikemukakan oleh Ibu Giyem (45 tahun) berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
“Dulu untuk proses ini biasanya permusim penyiangan saya bisa mendapatkan sekitar 250.000 rupiah, akan tetapi untuk saat ini bisa mendapatkan 100.000 ribu saja sudah sulit mas”.(Wawancara 18 November 2010)
Ibu Sakimah pun juga berpendapat demikian :
“Dulu ketika belum banyak yang mengunakan alat sosrok itu hasil yang saya dapatkan dari proses penyiangan masih lumayan banyak, akan tetapi untuk saat ini bisa mendapatkan 90.000 dari hasil penyiangan ini sudah bagus”. (Wawancara 18 November 2010)
Untuk proses penyiangan ini, pendapatan para perempuan pun kini
juga sudah sangat menurun, hal tersebut diakibatkan karena kini sudah
jarang yang mengunakan tenaga para perempuan untuk proses
penyiangan ini. Hal ini dikarenakan para petani lebih memilih
mengunakan alat sosrok rumput dan mengerjakan proses penyianagan ini
sendirian.
3. Pemanenan.
Untuk masalah pemanenan ini perempuan juga sangat dirugikan,
karena ketika dulu sebelum adanya mesin flaser, para perempuan masih
biasa digunakan untuk membantu proses pemanenan. Tapi semenjak
adanya flaser ini yang biasa mengunakan sistem borongan untuk proses
pemanenan, sekarang ini para perempuan sudah jarang digunakan. Kalau
pun masih digunakan itu jika proses pemanenan masih mengunakan alat
erek. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh ibu Warsi (50 tahun)sebagai
berikut ini :
“Ya dulu ketika belum ada mesin flaser itu pendapatan saya untuk proses pemanenan ini masih bisa diharapkan, akan tetapi semenjak adanya mesin flaser tersebut kini pendapatan saya sudah jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
menurun kalau dibandingkan dulu”. (wawancara 18 November, 2010)
Ibu Margiyati (56 tahun) juga berpendapat demikian :
“Dulu ketika belum ada mesin flaser yang mengunakan sistem borongan untuk proses pemanenan ini, pendapatan saya masih bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tapi untuk sekarang ini sudah jauh menurun mas ketika semua petani sekarang lebih memilih mengunakan alat tersebut”.(wawancara 18 November 2010)
Untuk proses pemanenan sama halnya dengan kedua proses diatas,
kini pendapatan para perempuan dalam proses ini pun sudah jauh
menurun dibandingkan dulu. Karena dengan adanya mesin flaser yang
kini banyak diminati para petani untuk memanen lahan mereka, kini
peluang kerja para perempuan pun sudah jauh menurun dibandingkan
dulu ketika belum ada mesin flaser tersebut.
Dengan adanya perubahan-perubahan teknologi dalam setiap proses
pertanian tersebut ternyata memiliki dampak negatif bagi para
perempuan buruh tani, para perempuan merasa sangat dirugikan oleh
karena adanya perubahan-perubahan tersebut. Seperti yang diutarakan
oleh Ibu Giyem (45 tahun) berikut ini :
“Kalau untuk saya iya, lha bagaimana semua proses pertanian semuanya sekarang dikerjakan menggunakan alat semua, jadi tinggal sedikit yang menyuruh saya untuk mengerjakan sawah mereka, jadi saya merasa sangat dirugikan”.(wawancara 15 Agustus 2010).
Hal tersebut juga di sampaikan oleh Ibu Warsi (50 tahun) seperti berikut ini :
“Ya sudah pasti, semenjak adanya alat-alat pertanian tersebut sekarang ini sudah sedikit yang menggunakan tenaga buruh tani seperti saya ini”.(wawancara 15 Agustus 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Dengan demikian semenjak terjadinya modernisasi dalam bidang
pertanian, ternyata sangat berdampak bagi para perempuan khususnya
dalam hal peluang kerja dan pendapatan para perempuan buruh tani.
Jika pendapatan dari pekerjaan para perempuan buruh tani sudah
tidak mencukupi lagi untuk memenuhi kebutuhan mereka, diantara dari
mereka ada yang mempunyai pekerjaan sampingan untuk menutupi
pendapatan mereka guna memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka,
seperti yang diutarakan oleh Ibu Juminem (60 tahun) sebagai berikut ini:
“Kalau saya selain jadi buruh tani, sejak dulu saya sudah jadi tukang pijit bayi, hasinya juga lumayan untuk sekali pemijitan biasa mendapatkan 10.000 rupiah.”(wawancara 15 Agustus 2010).
Hal tersebut dikatakan pula oleh Ibu Margiyati (56 Tahun) seperti berikut
ini
“Ya kalau saya paling membuat emping dari mlinjo untuk dijual dipasar, biasanya kalau bisa menjual 1kg emping bisa mendapat sekitar 20.000 rupiah.”(wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Warsi ( 50 tahun ) juga berkata seperti berikut ini :
“Mau kerja apa lagi mas, saya saja cuma tamat sekolah dasar saja. Paling kalau sudah tidak ada yang membutuhkan tenaga buruh tani seperti saya ini paling cuma mengembala kambing saja mas”(wawancara 15 Agustus 2010).
Akan tetapi ada juga yang berpendapat bahwa berburuh tani tersebut
hanyalah kegiatan sampingan mereka untuk mendapatkan penghasilan
tambahan, jadi berburuh tani bukan merupakan pekerjaan pokok mereka.
Seperti yang diutarakan oleh Ibu Giyem ( 45 tahun ) yang bersuamikan
seorang petani berkata seperti berikut ini :
“Ya kalau saya biasanya membantu suami saya mengerjakan lahan pertanian milik kami sendiri”(wawancara 15 Agustus 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Ibu Sakimah Nur Wahidah ( 41 tahun ) yang bersuamikan seorang
Pegawai Negri Sipil (PNS), juga berpendapat seperti berikut ini :
“karena pekerjaan ini sebenarnya hanyalah pekerjaan sampingan dan hanya untuk menambah uang belanja saya, mungkin kalau bidang ini sudah tidak menghasilkan lagi saya akan kembali menjadi ibu rumah tangga seperti biasanya”(wawancara 15 Agustus 2010). Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat sebagian dari
perempuan yang bekerja sebagai buruh tani di desa lobang sebagian besar
sudah memiliki pekerjaan sampingan, apabila perkerjaan yang mereka
tekuni sebagai buruh tani sudah tidak bisa mereka kerjakan lagi maka
mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Akan tetapi ada pula
yang berkata bahwa pekerjaan buruh tani tersebutlah yang menjadi
pekerjaan sampinganya karena pekerjaan pokok yang beliau kerjakan
merupakan sebagai ibu rumah tangga, hal tersebut diutarakan oleh Ibu
Sakimah Nur Wahidah seorang perempuan buruh tani yang bersuamikan
seorang Pegawai Negri Sipil (PNS).
E. Dominasi Pengambilan Keputusan Keluarga
Dengan adanya dampak modernisasi pertanian terhadap pendapatan
buruh tani yang jelas akan mengalami penurunan, apakah berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan keluarga dalam hal :
1. Pendidikan Anak.
Pendidikan adalah kebutuhan akan ilmu pengetahuan yang sangat
penting bagi seseorang, karena dengan pendidikan seseorang dapat
menentukan masa depan mereka. Untuk pendidikan anak dari para buruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
tani yang ada didesa lobang ini sebagian besar sangat diperhatikan oleh
para orang tua mereka, akan tetapi pendidikan yang disandang oleh para
anak dari para buruh tani tersebut rata-rata paling tinggi hanya tamat
dibangku SMA saja.
Dalam hal ini merupakan bagaimanakah pengambilan keputusan
dalam keluarga dalam hal pendidikan anak setelah para perempuan buruh
tani ini mengalami penurunan pendapatan. Hal tersebut dapat kita lihat
dibawah ini :
Ibu Warsi, ”Kalau untuk pendidikan anak, saya usahakan setinggi mungkin dan semampu saya. Supaya anak saya nanti tidak seperti saya ini, akan tetapi untuk pengambilan keputusan saya mengikuti suami saya saja mas”(wawancara 15 Agustus 2010)
Ibu Margiyati, “Kalau untuk pendidikan anak saya usahakan semampu saya, supaya kelak anak-anak saya bisa mendapatkan pekerjaan yang baik tidak seperti orang tuanya ini mas cuma jadi buruh tani saja”(wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Giyem, “Kalau untuk pendidikan anak ya saya usahakan sebaik mungkin, supaya anak saya bisa mendapatkan pekerjaan yang baik”( wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Sakimah, “Saya rasa tidak ada pengaruhnya karena yang membiayai pendidikan anak-anak saya adalah suami saya. Ya yang pasti akan saya usahakan sebaik mungkin mas untuk pendidikan anak-anak saya”(wawancara 15 Agustus 2010).
Dari hasil wawancara diatas dapat kita lihat walaupun pendapatan
para perempuan buruh tani tersebut mengalami penurunan akan tetapi
mereka masih mengusahakan sebaik-baiknya untuk pendidikan anak-anak
mereka. Karena pendidikan anaklah yang mereka harapkan untuk
memperbaiki perekonomian mereka secara tidak langsung, karena jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
anak-anak mereka bisa mengenyam pendidikan yang tinggi kelak mereka
akan mendapatkan pekerjaan yang baik pula.
2. Sandang.
Sandang adalah kebutuhan pokok atau primer bagi manusia.
Kebutuhan sandang merupakan kebutuhan akan pakaian untuk keseharian
seseorang yang harus dipenuhi. Untuk masalah sandang bagi masyarakat
didesa lobang khususnya bagi para keluarga buruh tani, biasanya mereka
hanya membeli pakaian baru jika hari raya telah tiba saja. Masyarakat
tidak begitu mempermasalahkan tentang hal sandang ini, jika pakaian
mereka masih layak untuk dipakai mereka akan terus memakainya sampai
pakaian tersebut sudah benar-benar tidak layak lagi untuk dipakai.
Dalam bidang sandang ini sama halnya seperti hal diatas, yaitu
bagaimana pengambilan keputusan keluarga pasca menurunya pendapatan
para perempuan buruh tani ini seperti berikut ini :
Ibu Warsi, “Untuk masalah sandang ya seadanya saja…paling cuma satu tahun sekali keluarga saya membeli pakaian baru”(wawancara 15 agustus 2010).
Ibu Margiyati, “Kalau untuk masalah sandang, dikeluarga saya Cuma seadanya saja. Paling jika hari raya saja kami membeli pakaian baru”(wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Giyem, “Untuk masalah sandang atau pakaian, saya tidak begitu memikirkanya. Paling jika menjelang hari raya saja kami membeli pakaian baru”(wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Sakimah, “untuk masalah sandang saya rasa juga tidak ada bedanya, karena biasanya hanya satu tahun sekali keluarga sanya membeli pakaian baru yaitu pada saat hari raya saja”(wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Juminem, “Kalau saya biasanya anak-anak saya yang membelikan pakaian untuk saya. Kalau saya sendiri cuma memakai pakaian seadanya saja” (wawancara 15 Agustus 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat bahwa para
perempuan buruh tani tidak begitu memikirkan dalam hal sandang,
mereka hanya memakai pakaian seadanya saja, hanya dihari-hari tertentu
sajalah keluarga mereka membeli pakaian baru seperti dihari raya saja.
Jadi pengambilan keputusan keluarga pasca menurunya para pendapatan
perempuan buruh tani tersebut tidak begitu berpengaruh. Dalam hal
pengambilan keputusan dalam hal sandang ini istrilah yang mendominasi
dalam keluarga.
3. Pangan.
Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, karena
kebutuhan pangan merupakan kebutuhan akan makanan yang setiap hari
dibutuhkan untuk dikonsumsi oleh manusia. Untuk hal pangan bagi
keluarga buruh tani biasanya perempuanlah yang mengambil andil dalam
hal ini, karena untuk masalah dapur perempuanlah yang biasa untuk
mengurusinya. Biasanya jika pendapatan para perempuan buruh tani ini
sedang lebih, sajian makanan bagi keluargapun juga lebih dari pada hari
biasanya, akan tetapi jika pendapatanya menurun sajian makanan bagi
keluargapun juga biasa-biasa saja.
Dalam hal ini bagaimanakah pengambilan keputusan dalam
keluarga dalam pengambilan keputusan pada bidang pangan pasca
menurunya pendapatan para perempuan buruh tani seperti berikut ini :
Ibu Siyem, “Ya seadanya saja mas…tergantung pendapatan saya mas jika sedang ada pendapatan yang lebih ya makanan untuk keluarga lebih baik mas” (wawancara 15 Agustus 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Ibu Margiyati, “Kalau untuk masalah pangan, itu tergantung saya. Kalau pendapatan saya sedang lebih ya bisa makan lebih enak mas” (wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Giyem, “kalau untuk pangan ya jika pendapatan saya berburuh tani masih bisa stabil ya bisa mengusahakan makanan yang enak, karena untuk masalah pangan saya yang mengurusi” (wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Sakimah, “masalah pangan mungkin ada sedikit perbedaan, karena uang untuk saya belanja sebagian saya dapatkan dari berburuh tani tersebut.” (wawancara 15 agustus 2010).
Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat setelah menurunya
pendapatan dari para perempuan buruh tani ini, pengambilan keputusan
keluarga dalam bidang pangan mengalami perubahan dibandingkan
sebelum para perempuan buruh tani ini mengalami penurunan pendapatan.
Saat ini para perempuan buruh tani hanya bisa menerima pangan seadanya
saja, tidak seperti dulu mereka masih bisa merencanakan jatah pangan
mereka. Dalam hal ini istrilah yang mendominasi dalam hal pengambilan
keputusan akan pangan dalam keluarga.
4. Penataan Rumah.
Penataan rumah merupakan kebutuhan sekunder atau sampingan
dalam keluarga, penataan rumah ini merupakan bagaimana seseorang
menata tempat tinggal yang menjadi tempat hunian yang baik untuk
sebuah keluarga. Bagi masyarakat desa lobang terutama bagi keluarga para
buruh, biasanya mereka bersaing untuk membuat rumah mereka tidak
kalah dari rumah tetangga yang lainya. Karena biasanya rumah merupakan
cerminan strata sosial bagi masyarakat. Dengan rumah yang bagus
biasanya mereka bisa dianggap sebagai keluarga yang mampu, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
dengan rumah yang biasa, keluarga mereka pun dianggap sebagai keluarga
yang biasa saja.
Dalam hal penataan rumah ini, bagaimana keputusan keluarga
dalam hal penataan rumah setelah para perempuan buruh tani mengalami
penurunan pendapatan pasca adanya modernisasi dalam bidang pertanian.
Ibu margiyati, “Kalau untuk penataan rumah saya tidak ikut campur, karena itu sudah menjadi urusan suami saya”(wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Warsi, “kalau untuk penataan rumah saya tidak ikut campur mas, karena biasanya bapaklah yang menggurusi untuk penataan rumah”(wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Giyem, “Kalau untuk masalah penataan rumah saya menyerahkanya kepada suami saya, karena saya tidak begitu mengerti”(wawancara 15 Agustus 2010).
Ibu Sakimah, “Untuk masalah penataan rumah mungkin ada perbedaanya kalau dibandingkan dahulu, akan tetapi saya sebenarnya tidak ikut campur dalam hal tersebut, biasanya suami saya yang mengurusinya.
Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa para perempuan
sebenarnya mengalami perubahan, akan tetapi dalam hal penataan rumah
ini para perempuan cenderung lebih menyerahkan keputusan ini kepada
para suami mereka. Karena para suami lebih tau menau mengenai
penataan rumah dibandingkan para perempuan.
Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat dominasi dari
pengambilan keputusan dalam hal pendidikan anak, sandang, pangan dan
penataan rumah dari matrik dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Matrik 2
Dominasi pengambilan keputusan
Keluarga
No Penganbilan Keputusan
Dominasi
1
Pendidikan Anak
Untuk masalah pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan anak ini, lebih cenderung didominasi oleh suami atau kepala keluarga. Karena yang membiayai anak untuk bersekolah adalah sang suami tersebut.
2
Sandang
Untuk masalah sandang juga didominasi oleh suami, karena pendapatan istri tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sandang keluarga. Sehingga suamilah yang menentukan dalam hal ini.
3
Pangan
Untuk masalah pangan lebih didominasi oleh istri, karena biasanya hasil dari berburuh tani sang istri hanya bisa untuk mencukupi masalah pangan saja, sedangkan kebutuhan yang lainya ditangani oleh sang suami.
4
Penataan Rumah
Untuk masalah penataan rumah cenderung didominasi oleh suami, karena sang suamilah yang lebih tahu menahu tentang penataan rumah ini.
Sumber : Penelitian di Desa Lobang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Dampak Modernisasi Pertanian di Desa Lobang.
Dampak modernisasi pertanian dapat diartikan sebagai berikut ini.
Dampak ini dapat diartikan sebagai akibat baik negatif maupun positif yang
ditimbulkan oleh karena adanya suantu proses atau kegiatan tertentu
(disarikan dari kamus besar bahasa indonesia). Sedangkan modernisasi
pertanian dapat diartikan, Modernisasi merupakan suatu proses yang mana
individu berubah dari cara hidup yang tradisional menuju gaya hidup lebih
kompleks dan maju secara teknologi serta cepat berubah dalam bidang
pertanian hal tersebut diutarakan oleh Abraham (1995 : 5). Jadi arti dari
dampak modernisasi pertanian adalah akibat yang ditimbulkan dari adanya
perubahan cara atau gaya hidup yang tradisional menuju gaya hidup yang
lebih maju dalam bidang pertanian terhadap hasil pertanian masyarakat petani
di desa lobang, gedong, karanganyar.
Dampak modernisasi pertanian yang terjadi didesa lobang ini meliputi
perkembangan teknologi dalam bidang pertanian. Perkembangan teknologi
tersebut diantaranya, berubahnya alat pengolahan tanah yang awalnya
menggunakan bajak kerbau akan tetapi kini berubah menggunakan mesin
traktor, selanjutnya perkembangan dalam hal penyiangan, dulu para petani
melakukan proses penyiangan dengan mempekerjakan para perempuan untuk
mencabuti rumput yang tumbuh diarea lahan pertanian, akan tetapi kini para
petani lebih memilih menggunakan alat sosrok rumput untuk mengerjakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
proses ini. Selain itu proses pemanennan pun juga mengalami perubahan,
dulu para petani menggunakan ani-ani untuk menuai padi dari batangnya
akan tetapi kini para petani lebih memilih menggunakan alat sabit untuk
mengerjakanya. Selain itu untuk proses perontokan dulu para petani
menggunakan erek kayuh untuk merontokan padi mereka, akan tetapi
sekarang para petani lebih memilih mengunakan mesin threser untuk
mengerjakanya. Sedangkan untuk proses pengolahan hasil pun juga
mengalami perubahan, yang dulu para petani mengolah hasil pertanian
mereka dengan menggunakan lesung akan tetapi kini para petani lebih
memilih menggunakan mesin huller untuk mengerjakanya.
Dari perubahan-perubahan teknologi yang digunakan para petani
tersebut secara tidak langsung berdampak pada hilangnya alat-alat pertanian
tradisional yang dulunya sering digunakan oleh para petani. Alat-alat tersebut
mulai ditinggalkan oleh para petani karena kini para petani lebih dimudahkan
dengan adanya teknologi-teknologi pertanian yang kini mulai merebak,
sehingga kearifan-kearifan lokal yang dulu masih digunakan oleh para petani
kini mulai ditinggalkan.
B. Dampak Modernisasi Pertanian terhadap Perempuan di Desa Lobang.
Dari adanya perubahan-parubahan teknologi dalam bidang pertanian
tersebut sebenarnya kaum perempuan buruh tanilah yang sangat dirugikan
dalam hal peluang kerja dan pendapatan para perempuan buruh tani.
Pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya dikerjakan olah para perempuan buruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
tani tersebut kini lambat laun mulai digantikan oleh alat-alat atau teknologi
pertanian yang kini mulai merebak dikalangan petani. Seperti yang dikatakan
Dibyo Prabowo (1995 : 40) yang menyatakan bahwa penggilingan padi
menggantikan 125 juta Hari Orang Kerja (HOK) yang kebanyakan adalah
wanita, karena operator mesin huller adalah kaum laki-laki. Dari keterangan
yang disampaikan oleh Dibyo Prabowo tersebut kita dapat melihat bahwa kini
peluang kerja para perempuan jelas mulai tergantikan oleh adanya tenologi
pertanian ini yang kebanyakan alat-alat tersebut dioperatori oleh kaum laki-
laki. Akan tetapi tidak hanya mesin penggilingan padi saja yang merenggut
lahan pekerjaan para perempuan, dengan adanya alat-alat seperti traktor,
sosrok, sabit dan threser juga semakin menyempitkan peluang kerja para
perempuan dalam bidang pertanian ini karena sebagian besar alat-alat tersebut
dioperatori oleh kaum laki-laki.
Pergantian teknologi-teknologi pertanian dan pembagian kerja antara
perempuan dan laki-laki yang terjadi sebelum dan sesudah adanya
modernisasi pertanian ini dapat kita lihat pada matrik berikut ini :
Matrik 3
Pembagian kerja
Sebelum modernisasi
No Proses Pertanian Laki-laki Perempuan 1 Pengolahan tanah Dalam proses
pengolahan tanah ini dulu para laki-laki bertugas membajak sawah dengan kerbau dan merapikan pematang sawah.
Dalam proses pengolahan tanah ini para perempuan tidak mengambil andil dalam pengerjaanya.
2 Pemilihan Benih dan Dalam pembenihan ini Dalam proses ini para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Penanaman dulunya laki-laki bertugas untuk mencari jenis padi yang bagus lalu merendam benih tersebut hingga berkecambah dan membuatkan lahan untuk menanam benih tersebut. Sedangkan untuk penanaman biasa dikerjakan oleh para perempuan.
perempuan bertugas untuk menanam benih-benih yang sudah tumbuh dan siap untuk ditanam.
3 Penyiangan Dulu dalam proses penyiangan ini para kaum laki-laki tidak memiliki andil dalam proses pengerjaanya, karena pada proses ini biasa dikerjakan oleh para perempuan.
Dalam proses penyiangan ini para perempuan memiliki andil penuh dalam pengerjaanya, karena proses penyiangan biasa dikerjakan oleh kaum perempuan.
4 Pemupukan Dalam proses pemupukan dulu para laki-laki bertugas sebagai pencari dan pengangkut pupuk kompos kedekat lahan pertanian yang akan dipupuk.
Sedangkan para perempuan bertugas untuk menyebarkan pupuk-pupuk kompos tersebut kesawah.
5 Panen dan Pasca Panen
pada proses pemanenan biasanya laki-laki bertugas sebagai perontok padi dari batangnya dengan memukul-mukulkanya keselembar kayu yang bergerigi. Dan laki-laki juga bertugas untuk mengangkut hasil pemanenan.
Untuk pemanenan biasanya para perempuan bertugas sebagai pemetik padi dengan ani-ani. Sedangkan untuk proses pasca panen para perempuan bertugas untuk menggiling padi dengan menggunakan lesung.
Sumber : Hasil Penelitian di Desa Lobang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Sedangakan untuk pembagian kerja setelah adanya modernisasi antara
laki-laki dan perempuan dapat kita lihat pada matrik berikut ini :
Matrik 4
Pembagian Kerja
Setelah Modernisasi
No Proses Pertanian Laki-laki Perempuan 1 Pengolahan Tanah Pada proses ini biasa
dilakukan oleh para laki-laki dengan membajak sawah dengan menggunakan mesin traktor, dan merapikan pematangya dengan menggunakan cangkul.
Dalam proses ini para perempuan tidak memiliki andil dalam pengerjaanya.
2 Pemilihan Benih dan Penanaman
Dalam proses pembenihan ini, saat ini para laki-laki hanya bertugas untuk membuat lahan untuk penebaran benih saja Sedangkan benih didapatkan oleh para petani dengan membelinya ditoko-toko pertanian.
Untuk proses penanaman sampai sekarang ini masih dikerjakan oleh para perempuan.
3 Penyiangan Pada proses penyiangan ini, sekarang ini biasa dikerjakan oleh kaum laki-laki dengan alat sosok rumput.
Semenjak adanya alat sosok rumput tersebut kini proses penyiangan ini dikerjakan oleh kaum laki-laki.
4 Pemupukan Pada proses pemupukan ini saat ini juga sudah dikerjakan oleh para laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena sekarang ini sudah banyak pupuk kimia yang mudah didapatkan oleh para petani, dan
Pada proses ini pun para perempuan juga sudah tidak memiliki andil dalam pengerjaanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
tidak perlu susah untuk mendapatkanya seperti dulu masih menggunakan pupuk kompos.
5 Panan dan Pasca Panen
Pada proses pemanenan juga sekarang biasa dikerjakan oleh kaum laki-laki dengan sistem borongan dan pengerjaanya pun sekarang menggunakan mesin threser. Sedangkan untuk pasca panen juga dikerjakan oleh kaum laki-laki, karena alat penggiling padi sekarang ini sudah menggunakan mesin huller yang biasa dioperatori oleh kaum laki-laki.
Pada proses ini pun para perempuan juga sudah tidak memiliki andil dalam proses pengerjaanya.
Sumber : Hasil Penelitian di Desa Lobang.
Dengan menyepitnya peluang kerja para perempuan tersebut tentunya
berpengaruh terhadap pendapatan yang dihasilkan oleh para perempuan yang
pasti akan menggalami penurunan, hal tersebut disebabkan karena tidak
adanya lagi peluang kerja para perempuan setelah digantikan oleh alat-alat
pertanian yang serba modern tersebut. Dengan penurunan pendapatan yang
dihasilkan oleh para perempuan tersebut tentunya akan berpenggaruh pada
perekonomian keluaga para perempuan tersebut, hal tersebut disebabkan
karena dulunya perekonomian keluarga masih terbantu dengan hasil yang
didapatkan oleh para perempuan dari gaji yang mereka dapatkan saat
mengerjakan lahan pertanian. Akan tetapi kini para perempuan tidak dapat
lagi membantu perekonomian keluarga mereka. Dengan menurunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
pendapatan para perempuan tersebut juga berpengaruh terhadap dominasi
pengambilan keputusan dalam keluarga yang meliputi pengambilan
keputusan dalam bidang, pendidikan anak, sandang, pangan dan penataan
rumah. Dari kesemua pengambilan keputusan tersebut dominasi pengambilan
keputusan dalam keluarga lebih cenderung didominasi oleh kaum laki-laki
(suami), hal tersebut disebabkan karena penopang perekonomian keluarga
semenjak menurunya pendapatan para perempuan dalam bidang pertanian
lebih banyak dipenuhi oleh kaum laki-laki.
Dengan demikian dampak modernisasi pertanian terhadap para
perempuan buruh tani adalah dengan adanya perkembangan teknologi dalam
bidang pertanian tenaga kerja para perempuan pun sudah mulai digantikan
oleh kaum laki-laki, hal tersebut dikarenakan karena operator mesin-mesin
pertanian saat ini lebih cenderung dikuasai oleh para kaum laki-laki. Sehingga
dengan demikian kini peluang pekerjaan bagi para perempuan buruh tani
semakin menyempit dan pendapatan mereka dalam bidang pertanian juga
semakin sedikit. Akan tetapi tidak hanya berdampak pada peluang kerja dan
pendapatan para perempuan yang dirugikan, dari menurunya pendapatan para
perempuan tersebut juga berdampak pada perekonomian keluarga mereka
seperti, pendidikan anak, sandang, pangan dan penataan rumah dalam rumah
tangga para perempuan buruh tani tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
BAB V
PENUTUP
Pada bab penutup ini peneliti akan menjelaskan dan menggambarkan
kesimpulan-kesimpulan dari bab-bab sebelumnya, dan kemudian peneliti akan
memberikan saran yang berkaitan dengan penelitian ini.
A. Kesimpulan.
1. Kesimpulan Empiris
Dalam proses modernisasi pertanian ini banyak sekali dampak
yang sangat dirasakan oleh para perempuan buruh tani. Dampak-
dampak tersebut diantaranya terjadi dalam tiap proses pengerjaan
pengarapan sawah, diantaranya seperti pengolahan tanah, pemilihan
benih dan penanamanya, pemupukan, penyiangan, panen dan pasca
panen. Hal tersebut dapat dijelaskan seperti yang disampaikan berikut
ini :
a. Pengolahan Tanah.
Dalam hal pengolahan tanah para petani lebih memilih
menggunakan traktor dan cangkul sebagai alat untuk mengolah
lahan pertanian mereka, dan dengan adanaya traktor tersebut para
petani mulai meninggalkan alat bajak yang dulu mereka gunakan
yaitu dengan alat bajak kerbau, sedangkan cangkul merupakan alat
yang tidak bisa lepas dari proses ini, karena alat ini berguna untuk
merapikan pematang sawah akan tetapi biasanya proses perapian
ini pun sudah dikerjakan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
diborong oleh pemilik traktor tersebut, karena proses pengolahan
tanah dengan traktor biasanya merupakan pekerjaan borongan
yang dihitung per luas lahan para petani.
Adapun dampak positif dan negatif dari penggunaan traktor
yaitu : dapat menolong petani, terutama untuk mengejar musim
tanam dengan ketersediaan air yang mulai sedikit, selain itu juga
bisa menghemat waktu kerja dan tenaga manusia, karena hanya
memerlukan waktu dua sampai dua setengah jam saja untuk
mengolah tanah dan satu unit traktor hanya dipegang oleh dua
orang saja. Sedangkan dampak negatifnya yaitu mengurangi
tenaga buruh cangkul laki-laki yang biasanya memerlukan tenaga
banyak untuk mengolah lahan pertanian dan hilangnya mata
pencaharian para pemilik bajak kerbau yang kini mulai
tergantiakan olah traktor.
b. Pemilihan benih dan Penanaman.
Dalam pemilihan benih ini, sekarang petani lebih memilih
mengunakan benih padi ungulan yang kini banyak dijual ditoko-
toko pertanian disekitar lahan pertanian mereka, akan tetapi
semenjak adanya benih padi ungulan ini, para petani kini sudah
mulai engan lagi mengunakan benih lokal yang dulunya selalu
mereka tanam dilahan mereka. Jadi dalam proses pemilihan benih
ini mulai terjadi perubahan pola berfikir para petani yang dulunya
masih memilih mengunakan bibit-bibit lokal akan tetapi kini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
mereka lebih cenderung memilih mengunakan benih ungulan
untuk mereka tanam dilahan mereka. Akan tetapi dari hal tersebut
Nampak dampak yang ditimbulkan dari adanya benih-benih
ungulan tersebut yaitu mulai tergesernya benih-benih lokal yang
telah digantikan oleh benih-benih ungul.
c. Penyiangan.
Dalam hal penyiangan ini menunjukan bahwa para petani
sekarang ini lebih cenderung memilih menggunakan alat sosrok
untuk menyiangi sawah atau lahan pertanian mereka, hal tersebut
dikarenakan jika menggunakan alat tersebut mereka dapat
mengerjakanya sendiri sehingga dapat menghemat biaya dari pada
mereka menyewa orang untuk menyiangi sawah mereka. Jadi
dengan adanya alat sosrok tersebut perempuan buruh tanilah yang
sangat merasa dirugikan, karena bisanya proses penyiangan ini
dikerjakan oleh para perempuan buruh tani sebagai mata
pencaharian mereka. Jika lahan mata pencaharian mereka sudah
digeser dengan alat-alat tersebut maka penghasilan para
perempuan buruh tani pun juga akan menurun.
d. Pemupukan.
Dalam hal pemupukan ini kita dapat melihat bahwa sekarang
ini para petani lebih memilih mengunakan pupuk-pupuk kimia dan
pestisida untuk memupuk dan menangulangi hama pada lahan
pertanian mereka, hal tersebut dikarenakan sebab jika memakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
pupuk kimia dan pestisida bisa lebih mempersubur tanaman
mereka dan juga dapat ampuh untuk menanggulangi hama-hama
yang sering merusak padi mereka, selain hal tersebut para petani
sekarang ini juga dipermudah untuk mendapatkan pupuk dan
pestisida tersebut dengan berdirinya kelompok-kelompok tani
yang tersebar disetiap wilayah pertanian mereka. Dengan adanya
kelompok tani tersebut selain memudahkan para petani untuk
mendapatkan pupuk para petani juga diuntungkan dengan adanya
harga subsidi dari pemerintah. Akan tetapi sayangnya para petani
kini sudah tidak mau lagi memakai pupuk kompos untuk
memupuk sawah mereka. Dengan para petani kini tidak mau lagi
mengunakan pupuk kompos untuk lahan mereka tentu saja hal
tersebut secara tidak langsung berimbas pada para perempuan,
karena semenjak adanya pupuk kimia tersebut para petani lebih
memilih menebarkan pupuk kelahan mereka dengan tenaga
mereka sendiri dan tidak lagi memilih mengunakan tenaga para
perempuan buruh tani lagi.
e. Panen dan Pasca Panen.
Untuk pemanenan ini kita dapat melihat bahwa sekarang ini
para petani sudah mengunakan alat yang biasa disebut flesher
untuk merontokan padi mereka dari batangnya, bahkan alat yang
terdahulu yang suda bisa dikatakan sudah modern yang biasa
disebut erek sekarang ini juga sudah mereka tinggalkan, hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
tersebut dikarenakan jika mengunakan alat erek masih
membutuhkan tenaga manusia, akan tetapi jika mengunakan
flesher, alat ini sudah mengunakan tenaga mesin untuk
mengunakanya. Jadi dalam proses pemanenan dapat kita lihat
dampak yang terjadi pada alat-alat yang para petani gunakan untuk
proses ini, yaitu yang pertama dulu para petani masih mengunakan
ani-ani untuk menuai padi mereka akan tetapi kini sudah
mengunakan sabit. Yang kedua dulu para petani masih
mengunakan erek untuk merontokan padi, akan tetapi kini mereka
sekarang lebih memilih mengunakan flaser dan mulai
meningalkan erek kayuh. Jadi dalam tahap pemanenan ini para
perempuan pun juga merasa sangat dirugikan karena lahan
pekerjaan mereka mulai digeser semenjak adanya alat-alat
tersebut.
Dan untuk masa pasca panen, dari wawancara tersebut kita
juga dapat melihat bahwa sanya para petani juga lebih memilih
mengunakan mesin huller atau biasa disebut sebagai selepan untuk
menggiling padi mereka dari pada mengunakan lesung seperti
yang dulu mereka gunakan, terlebih pada saat ini sudah ada huller
keliling yang siap menghampiri kerumah-rumah warga yang ingin
menggilingkan padi mereka, jadi para petani sudah tidak susah-
susah lagi untuk membawa padi mereka datang ketempat
pengilingan padai permanen. Dari keterangan tersebut kita dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
melihat dampak yang terjadi dalam hal pengolahan hasil ini, yaitu
kini para petani mulai meningalkan alat pengiling padi yang lama
atau biasa disebut lesung dan mulai menggantikanya dengan mesin
huller.
2. Kesimpulan Teoritis
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori modernisasi yang
diutarakan oleh Abraham (1995 : 5). Yang berpandangan bahwa
Modernisasi merupakan suatu proses yang mana individu berubah dari
cara hidup yang tradisional menuju gaya hidup lebih kompleks dan maju
secara teknologi serta cepat berubah dalam bidang pertanian. Selain itu
dalam penelitian ini juga menggunakan teori yang diutarakan oleh Dibyo
Prabowo (1995 : 40) yang menyatakan bahwa penggilingan padi
menggantikan 125 juta Hari Orang Kerja (HOK) yang kebanyakan
adalah wanita, karena operator mesin huller adalah kaum laki-laki.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti secara teoritis mendukung
teori diatas, dimana Dampak modernisasi pertanian yang terjadi didesa
lobang ini meliputi perkembangan teknologi dalam bidang pertanian.
Seperti yang diungkapkan oleh Abraham (1995 : 5) diatas bahwa
Perkembangan teknologi tersebut diantaranya, berubahnya alat pengolahan
tanah yang awalnya menggunakan bajak kerbau akan tetapi kini berubah
menggunakan mesin traktor, selanjutnya perkembangan dalam hal
penyiangan, dulu para petani melakukan proses penyiangan dengan
mempekerjakan para perempuan untuk mencabuti rumput yang tumbuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
diarea lahan pertanian, akan tetapi kini para petani lebih memilih
menggunakan alat sosrok rumput untuk mengerjakan proses ini. Selain itu
proses pemanennan pun juga mengalami perubahan, dulu para petani
menggunakan ani-ani untuk menuai padi dari batangnya akan tetapi kini
para petani lebih memilih menggunakan alat sabit untuk mengerjakanya.
Selain itu untuk proses perontokan dulu para petani menggunakan erek
kayuh untuk merontokan padi mereka, akan tetapi sekarang para petani
lebih memilih mengunakan mesin threser untuk mengerjakanya.
Sedangkan untuk proses pengolahan hasil pun juga mengalami perubahan,
yang dulu para petani mengolah hasil pertanian mereka dengan
menggunakan lesung akan tetapi kini para petani lebih memilih
menggunakan mesin huller untuk mengerjakanya.
Dari perubahan-perubahan teknologi yang digunakan para petani
tersebut secara tidak langsung berdampak pada hilangnya alat-alat
pertanian tradisional yang dulunya sering digunakan oleh para petani.
Alat-alat tersebut mulai ditinggalkan oleh para petani karena kini para
petani lebih dimudahkan dengan adanya teknologi-teknologi pertanian
yang kini mulai merebak, sehingga kearifan-kearifan lokal yang dulu
masih digunakan oleh para petani kini mulai ditinggalkan.
Selain itu modernisasi pertanian juga berdampak pada kaum
perempuan buruh tani. Menurut Dibyo Prabowo (1995 : 40) yang
menyatakan bahwa penggilingan padi menggantikan 125 juta Hari Orang
Kerja (HOK) yang kebanyakan adalah wanita, karena operator mesin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
huller adalah kaum laki-laki. Tidak hanya dalam bidang pengolahan hasil
ini saja perempuan mulai digantikan peranya oleh kaum laki-laki, akan
tetapi dalam hal pengolahan tanah, pemupukan, penyiangan peran para
perempuan juga sudah mulai digantikan oleh kaum laki-laki. Dari hal
tersebut maka kini para perempuan merasa dirugikan, karena dengan
adanya hal tersebut lapangan pekerjaan para perempuan dalam bidang
pertanian kini mulai menyempit dan penghasilan yang dulu didapatkan
para perempuanpun kini juga cenderung berkurang.
Dengan demikian dampak modernisasi pertanian terhadap para
perempuan buruh tani adalah dengan adanya perkembangan teknologi
dalam bidang pertanian tenaga kerja para perempuan pun sudah mulai
digantikan oleh kaum laki-laki, hal tersebut dikarenakan karena operator
mesin-mesin pertanian saat ini lebih cenderung dikuasai oleh para kaum
laki-laki. Sehingga dengan demikian kini peluang pekerjaan bagi para
perempuan buruh tani semakin menyempit dan pendapatan mereka dalam
bidang pertanian juga semakin sedikit. Akan tetapi tidak hanya berdampak
pada peluang kerja dan pendapatan para perempuan yang dirugikan, dari
menurunya pendapatan para perempuan tersebut juga berdampak pada
perekonomian keluarga mereka seperti, pendidikan anak, sandang, pangan
dan penataan rumah dalam rumah tangga para perempuan buruh tani
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
3. Kesimpulan Metodologis.
Penelitian yang berjudul “Dampak Modernisasi Pertanian terhadap
Peluang Kerja dan Pendapatan Perempuan” merupakan studi deskriptif
kualitatif tentang dampak modernisasi pertanian di desa lobang kelurahan
gedong, kabupaten karanganyar. Penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui bagaimana peluang kerja dan pendapatan para perempuan
setelah adanya modernisasi dalam bidang pertanian.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif
merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan fenomena sosial
tertentu secara terperinci dan mendalam. Kualitatif merupakan tata cara
penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang
dinyatakan secara tulisan maupun lisan dan juga perilaku nyata yang
diamati, diteliti, dan dipelajari.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah wawancara secara mendalam dan observasi
langsung. Tipe observasi yang peneliti lakukan adalah observasi tidak
berpartisipasi, peneliti berperan sebagai pengamat saja. Selain itu peneliti
juga memanfaatkan dokumen atau bahan tertulis secara kepustakaan
sebagai sumber data. Dokumentasi visual berupa foto juga peneliti
gunakan untuk mendukung penelitian ini.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling atau sampel bertujuan dan maximum variation
sampling. Pusposive sampling bertujuan untuk mendapatkan informan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
yang tepat, yang memahami fenomena yang ada dalam obyek penelitian.
Sedangkan maximum variation sampling berguna untuk memilih informan
yang memberi keanekaragaman maksimum untuk mendapatkan informasi
yang lain berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti sebelumnya.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 informan diantaranya :
a. Perempuan petani yang bersuamikan pekerja pabrik.
b. Perempuan petani yang bersuamikan seorang PNS.
c. Perempuan petani yang bersuamikan kuli bangunan.
d. Perempuan petani yang bersuamikan seorang petani.
e. Perempuan petani yang sudah tidak memiliki suami (janda)
Untuk kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) penelitian
peneliti melakukan teknik triangulasi data. Dalam proses triangulasi,
peneliti menggunakan perbandingan data hasil pengamatan (observasi),
dokumen atau arsip, dengan data hasil tanya jawab kepada informan yang
dianggap representatif atau mewakili.
Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan analisa interaktif.
Proses ini diawali dengan pengumpulan data. Data yang diperoleh dari
lapangan selalu berkembang, maka kemudian peneliti membuat reduksi
data dan sajian data. Peneliti membuat atau menarik kesimpulan dengan
memverifikasi semua hal yang terdapat saat reduksi data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
B. Saran.
Berdasarkan hasil temuan lapangan serta kesimpulan dari penelitian
ini, maka penulis utarakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah setempat :
a. Seharusnya kelompok seperti PKK yang mengorganisasi para
perempuan, agar bisa memberikan pengarahan bagi pera perempuan
dan memberikan ketrampilan bagi para perempuan.
b. Pemerintah setempat seharusnya juga berkoordinasi dengan BKM
diwilayahnya agar dapat memberikan modal bagi para perempuan
yang memiliki usaha rumahan.
2. Bagi para perempuan :
a. Dengan menyempitnya lapangan pekerjaan para perempuan pada
sektor pertanian saat ini, hendaknya para perempuan mencari
peluang pekerjaan lain, karena sekarang tenaga kerja para
perempuan sudah tidak begitu dibutuhkan lagi dalam proses
pertanian.
b. Dengan menurunya pendapatan para perempuan, hendaknya para
perempuan memanfaatkan komoditas yang ada sekitar mereka
untuk menciptakan pekerjaan rumahan, agar bisa membantu
perekonomian keluarga.
top related