amerika dan masalahnya (2017)

3

Click here to load reader

Upload: salma-banin

Post on 14-Apr-2017

29 views

Category:

News & Politics


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Amerika dan Masalahnya (2017)

AMERIKA DAN MASALAHNYA

Amerika merupakan negara adidaya yang masih diakui kekuatan politiknya diseluruh

dunia, kebijakan apapun yang diterapkan pemerintahannya, akan berdampak pada

keberlangsungan hidup negara-negara dibawahnya. Meski begitu, kini taringnya sudah

terlihat mulai tumpul. Amerika dengan ideologi kapitalismenya yang bathil perlahan

melemah seiring dengan berbagai masalah yang muncul disebabkan kebobrokan dasar

dari sistem sekuler yang diagung-agungkannya tersebut.

Saat ini, Amerika Serikat masih terlibat dalam perang melawan ‘terorisme’ mulai dari

Afghanistan sampai Suriah. Pemerintahan baru presiden terpilih Donald Trump jelas

akan menghadapi banyak tentangan militer di tahun 2017 ini. Mengenai perang di

Afghanistan sendiri, kini telah memasuki tahun kelimabelas. Adapun di negeri-negeri

kaum muslim lainnya, seperti Yaman, Palestina, Suriah, Irak dll pun masih berlangsung

peperangan tersebut hingga hari ini.

Pakar Pertahanan Michael O’Hanlon mengatakan, selagi Amerika sudah memerangi

ekstremisme di seluruh dunia, Rusia dan China telah memodernkan pasukan militer

mereka. David Ochmanek dari Rand Corporation mengatakan, “Karena kita begitu

terfokus pada operasi-operasi terhadap ISIS, menstabilkan Irak dan Afghanistan, dan

karena ketentuan Undang-Undang Kontrol Anggaran sejak tahun 2012, kita tidak dapat

membeli peralatan modern yang diperlukan untuk mengimbangi kemampuan militer

Rusia dan China.”[1]

Di bidang ekonomi, AS saat ini sedang mengalami kesulitan akibat krisis keuangan

2007-2008. Pada Februari 2013, tingkat pengangguran mencapai 7,7% atau 12,0 juta

orang, sementara tingkat pengangguran U-6 yang juga meliputi kekurangan pekerjaan

mencapai 14,3% atau 22,2 juta. Dengan tingginya tingkat pengangguran, berkurangnya

pendapatan rumah tangga, dan pemotongan anggaran federal, ekonomi AS masih

berusaha pulih dari pengangguran.

Masalah lainnya, kemiskinan ekstrem, yaitu rumah tangga dengan pendapatan kurang

dari $2 per hari, bertambah dua kali lipat dari angka pada tahun 1996 menjadi 1,5 juta

rumah tangga pada tahun 2011, termasuk 2,8 juta anak. Pada tahun 2013, kemiskinan

anak-anak mencapai rekor tertinggi, dengan 16,7 juta anak-anak hidup dalam rumah

tangga yang makanannya tidak pasti, terdapat sekitar 643.000 tuna wisma pada Januari

2009, dan dua per tiga di antaranya tinggal di tempat perlindungan darurat atau

program perumahan transisional, sementara sisanya tinggal di jalan, bangunan yang

ditinggalkan, atau tempat lain yang tidak layak. Pada tahun 2013, harapan hidup AS

lebih rendah daripada 17 negara berpendapatan tinggi lainnya. Sedang pada tahun

2010, 49,9 juta orang atau 16,3% dari jumlah penduduk AS tidak memiliki asuransi

kesehatan yang mengakibatkan kematian 48.000 orang per tahunnya. Sementara itu,

pada tahun 2007, 62,1% pengaju kebangkrutan menyalahkan biaya medis. Sekitar 25%

penduduk lansia menyatakan kebangkrutannya karena biaya medis, dan 43% terpaksa

menghipotekkan atau menjual kediaman mereka. Jumlah utang AS tercatat sebesar

Page 2: Amerika dan Masalahnya (2017)

$50,2 triliun pada akhir kuartal pertama tahun 2010, atau sekitar 3,5 kali PDB. Pada

Oktober 2012, proporsi utang public AS 1,0043 kali lebih besar dari PDB.[2]

Fakta terkini yang dilansir dari CNN, pada Senin (17/5/2016), Departemen Keuangan

AS membeberkan nilai utang luar negeri mereka ke khalayak. Saudi disebutkan

mengatongi surat utang AS senilai US$116,8 miliar atau lebih dari Rp1.551 triliun. Nilai

utang AS kepada Saudi sebelumnya menjadi misteri. Pasalnya selama empat dekade AS

tidak pernah mengungkapkannya. Besaran utang ini menjadikan Saudi pemegang utang

luar negeri AS terbesar ke-13. China adalah negara yang memegang obligasi terbesar

AS, hingga US$1,3 triliun, kedua adalah Jepang, US$1,1 triliun.[3]

Dengan berbagai masalah yang tengah dihadapi Amerika sebagaimana dipaparkan

sebelumnya, apakah kebijakan Pemerintah AS akan berubah setelah dipegang Trump?

Presiden boleh datang dan pergi, akan tetapi menurut tradisi politik di Amerika,

presiden terpilih setelah menang di pemilu mulai melupakan sebagian janjinya atau

dengan berbagai dalih seperti konspirasi kubu oposisi, enggan melaksanakan

janjinya. Dalam kebijakan politik, di bawah kepemimpinan Trump, Pemerintah AS juga

tidak akan keluar dari khittah politik luar negeri.

David S Mason (2009) dalam bukunya, Berakhirnya Abad Amerika, mengatakan,

“Amerika kini berada di akhir periode kepemimpinan global dan dominasi yang kita

nikmati selama 50 tahun. Negeri ini sudah bangkrut secara ekonomi. Kita kehilangan

dominasi politik, ekonomi dan sosial. Kita tidak lagi bisa dibandingkan dengan negeri

lain dan tidak lagi dikagumi sebagaimana dulu. Kita pun tidak lagi dianggap sebagai

model ekonomi dan politik seperti dulu. Sungguh ini merupakan pergeseran global

dalam sejarah dunia, baik bagi Amerika dan seluruh dunia.

Amerika bukan merupakan adidaya yang dihormati, namun ia adalah adidaya yang

mendominasi. Meski dibangun dengan teknologi yang terbaik dan rumit, Amerika

secara etika, ekonomi, strategi dan politik adalah bangsa yang bisa dikatakan bangkrut.

Penduduk Amerika sendiri tidak lagi yakin dengan pemerintahnya dan sistemnya

sendiri. Bahkan fondasi ideologinya pun mulai dipertanyakan oleh rakyatnya sendiri.

Dua puluh tahun setelah jatuhnya Tembok Berlin, survei oleh BBC menemukan

ketidakpuasan mereka dengan sistem Kapitalisme Pasar Bebas (James Robbins, BBC,

9/11/2009).

Kekuatan AS, walau masih dominan, sudah mulai redup. Pada saat ini, percaturan

politik tidak lagi didominasi oleh kaum sekularis, namun sebuah gelombang baru

kebangkitan Islam dengan cepat mengisi kekosongan ini. Revolusi Arab menantang

tatanan dunia yang ada. Rakyat yang bangkit menggulingkan para penguasa mereka.

Revolusi Arab masih bekerja menuju suatu kemajuan. Peran Islam dalam masyarakat

dan pemerintahan akan meningkat. Partai-partai yang ingin melemahkan Islam akan

melihat diri mereka sendiri tersisih.

Page 3: Amerika dan Masalahnya (2017)

Amerika dan dunia Barat terseok-seok bersaing dengan dunia Islam yang menjadi muda

kembali. Dunia Islam membuktikan mampu mematahkan belenggu ketakutan, dengan

menjatuhkan rezim represif dukungan Barat, untuk menentukan nasib mereka di

tangan mereka sendiri. Dunia Islam menginginkan perubahan. Kecenderungan alami

dari muslim Arab adalah tertarik terhadap sistem Khilafah-sebuah sistem politik yang

membuat mereka bersatu di bawah seorang pemimpin tunggal selama lebih dari seribu

tahun.[4]

Ideologi batil yang dibawa dan disebarkan Amerika pasti lenyap. Dan hari-hari itu

dipergilirkan diantara manusia. Selama kaum Muslim berpegang teguh dengan

keimanan mereka kepada Rabb mereka dan mengedepankan ridha Allah atas dunia

yang fana, mereka menolong Allah dengan berjuang untuk menerapkan syariah-Nya,

maka niscaya mereka mampu membebaskan umat manusia dari bencana Amerika dan

mengeluarkan umat manusia dari kegelapan kekufuran ke cahaya Islam, dari kezaliman

peradaban kepitalisme menuju keadilan Islam, dan dari kesempitan dunia menuju

keluasan dunia dan akhirat. Dan ini adalah janji Allah dan janji-Nya adalah benar. Dan

mudah-mudahan hal itu terealisir dalam waktu dekat.[5]

baneend, Maret 2017

Referensi:

[1]http://www.voaindonesia.com/a/tantang-perdamaian-bagi-as-tahun-2017-

/3644288.html

[2]https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Amerika_Serikat

[3]http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160517161325-134-

131371/terungkap-as-berutang-rp1551-triliun-kepada-arab-saudi/

[4]https://hizbut-tahrir.or.id/2016/11/12/trump-american-dream-penjajahan

[5]https://hizbut-tahrir.or.id/2016/11/14/terpilihnya-trump-sebagai-presiden-

amerika