als

50
1 REFERAT Amyotrophic Lateral Sclerosis Pembimbing : dr. Susanto, Sp. S Disusun Oleh: Muhammad Abbas Shiddiq 2007730082 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B CIANJUR 2012

Upload: abaszm

Post on 31-Oct-2014

204 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: ALS

1

REFERAT

Amyotrophic Lateral Sclerosis

Pembimbing : dr. Susanto, Sp. S

Disusun Oleh:

Muhammad Abbas Shiddiq

2007730082

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B CIANJUR

2012

Page 2: ALS

2

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-

Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan Referat yang berjudul “Amyotrophic Lateral

Sclerosis”. Referat ini saya susun untuk menambah ilmu pengetahuan yang saya miliki dan

untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Saraf di RSUD Cianjur.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian Referat ini. Saya menyadari

masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format Referat ini, oleh karena itu, saya

menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka terhadap Referat yang saya buat ini.

Cianjur, Maret 2012

Page 3: ALS

3

DAFTAR ISI

Judul …………………………………………………………………………..

Kata Pengantar……………………………………………………………….1

Daftar Isi ……………………………………………………………………...2

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………….4

A. Latar Belakang …………………………………………………….4

B. Tujuan ……………………………………………………………..5

Bab II Tinjauan Pustaka...…………………………………………………...6

A. Anatomi dan Fisiologi ……..……………………………………...6

I. Upper Motor Neuron ………..………………………..….…...6

a.Susunan pyramidal ………..…………..………………..….…...6

b. Susunan Ekstrapiramidal ………..…………..………………....8

II. Lower Motor Neuron …..……………….……………..….…...9

B. Amyotrophic Lateral Sclerosis ……..…………………………….11

1. Definisi ……..…………………………………………..…….11

2. Epidemiologi ……..……………………………………..…….11

3. Etiologi ……..…………………………………………..……..12

4. Klasifikasi …………………………………………………12

5. Patofisiologi ……..…………………………………………...13

6. Gejala ……..…………………………………………..……...17

7. Diagnosis ……..…………………………………………..….20

8. Komplikasi ……..……………………………………..……...24

9. Diagnosis Banding ……..……………………………..……...25

10. Penatalaksanaan ……..…………..………………………….30

11. Prognosis ……..……………………………………………..32

Page 4: ALS

4

Bab III Penutup……………………………………………………………..33

Daftar Pustaka ……………………………………………………………..34

Page 5: ALS

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah penyakit neurodegeneratif yang serius

yang menyebabkan kelemahan otot, kecacatan, dan akhirnya menyebabkan kematian

yang dikarenakan oleh degenerasi dari motor neuron di korteks motorik primer, batang

otak dan medula spinalis. ALS pertama kali dijelaskan pada 1869 oleh Jean-Martin

Charcot neurolog Perancis dan karenanya juga dikenal sebagai penyakit Charcot, namun

memperoleh pengakuan populer dan paling terkenal eponim nya setelah pemain baseball

Lou Gehrig mengumumkan diagnosis dengan penyakit pada tahun 1939. ALS juga

dikenal sebagai motor neuron disease (MND). 1

Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah istilah yang digunakan untuk sebuah

sindrom neurodegeneratif yang ditandai dengan degenerasi progresif dari motor neurone.

Bagaimanapun juga, ALS merupakan istilah yang digunakan dalam praktek klinis modern

untuk menunjukkan bentuk paling umum dari penyakit, Klasik (Charcot) ALS. Sindrom

lain yang terkait dengan degenerasi motor neuron meliputi, cerebral Progresif bulbar

(PBP), atrofi otot Progresif (PMA), Primer lateral sclerosis (PLS), Flail lengan sindrom

(Vulpian-Bern-Hardt sindrom), sindrom kaki Flail (Pseudopolyneuritic bentuk) dan ALS

dengan multi-sistem keterlibatan (misalnya, ALS- Demensia). Lord Russell Otak

diusulkan Motor jangka. 2

Kejadian (rata-rata 1,89 per 100.000 / tahun) dan prevalensi (rata-rata 5,2 per100,

000) relatif seragam di negara-negara Barat, meskipun fokus dari frekuensi yang lebih

tinggi terjadi di Pasifik Barat. Usia rata-rata onset untuk ALS sporadis adalah sekitar 60

tahun. Secara keseluruhan, ada sedikit prevalensi laki-laki (M: F rasio 1,5:1). 3

Penyebab ALS tidak diketahui, walaupun 5-10% dari kasus bersifat familial.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ALS dapat mempunyai mekanisme biologis

yang sama dengan penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, dan penyakit

neurodegenerative lain. Dalam bentuk klasik, ALS mempengaruhi motor neuron di 2

tingkat atau lebih yang mempersarafi beberapa daerah tubuh. Ini mempengaruhi lower

motor neuron yang berada di cornu anterior dari sumsum tulang belakang dan batang

otak, jaras kortikospinalis upper motor neuron yang berada di gyrus precentral, dan sering

Page 6: ALS

6

prefrontal motor neuron yang terlibat dalam perencanaan aktivitas upper dan lower motor

neuron. 1

Pada penyakit ini susunan somatosensorik sama sekali tidak terganggu. Maka dari itu,

manifestasinya terdiri atas gangguan gerakan, yang memperlihatkan tanda-tanda

kelumpuhan UMN dan LMN secara bersamaan. Oleh karena itu, hiperefleksia, klonus

dan reflex patologis dapat ditemukan secara berdampingan dengan atrofi otot dan

arefleksia pada satu penderita yang sama. 3

Bentuk klasik dari ALS sporadis biasanya dimulai sebagai disfungsi atau kelemahan

di satu bagian tubuh dan menyebar secara bertahap dalam bagian tubuh itu dan kemudian

ke seluruh tubuh. Kematian ditemukan akibat kegagalan ventilasi, rata-rata 3 tahun

setelah timbulnya kelemahan fokal. Jika neuron motor hanya lebih rendah yang terlibat,

penyakit ini disebut atrofi otot progresif (PMA). Ketika hanya neuron motor atas yang

terlibat, penyakit ini disebut amyotrophic lateral primer (PLS). 1

Diagnosis ALS terutama secara klinis. Pengujian Electrodiagnostic memberikan

kontribusi untuk akurasi diagnostic. ALS adalah penyakit yang fatal, dengan

kelangsungan hidup rata-rata 3-5 tahun. Aspirasi pneumonia dan komplikasi medis dari

imobilitas berkontribusi terhadap morbiditas pada pasien dengan ALS. Meskipun ALS

tidak dapat disembuhkan, ada pengobatan yang dapat memperpanjang kualitas hidup,

sehingga diagnosis penting untuk pasien dan keluarga. 1

Berdasarkan uraian mengenai penyakit Amyotropic Lateral Sclerosis diatas, maka

akan lebih baik jika kita mempelajari lebih banyak lagi mengenai penyakit tersebut secara

umum sehingga kita bisa mengetahui apa itu ALS, bagaimana gejalanya dan apa

pengobatan serta bagaimana pencegahannya.

B. Tujuan

Penulisan Referat ini ditujukan untuk mengetahui tentang penyakit Amyotropic

Lateral Sclerosis (ALS). Selain itu juga bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

untuk mengikuti ujian di SMF Ilmu Penyakit Syaraf RSUD Cianjur.

Page 7: ALS

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi

I. Upper motor neuron 4

Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik ke LMN tergolong dalam kelompok

UMN. Berdasarkan perbedaan anatomi dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam

susunan pyramidal dan ekstrapiramidal.

a. Susunan pyramidal 4

Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik secara langsung ke LMN

atau melalui interneuronnya, tergolong dalam kelompok UMN. Neuron-neuron

tersebut merupakan penghuni girus presentralis. Oleh karena itu, maka girus

tersebut dinamakan korteks motorik. Mereka berada di lintasan ke-V dan masing-

masing memiliki hubungan dengan gerak otot tertentu. Yang berada di korteks

motorik yang menghadap ke fisura longitudinalis serebri mempunyai koneksi

dengan gerak otot kaki dan tungkai bawah. Neuron-neuron korteks motorik yang

dekat dengan fisura lateralis serebri mengurus gerak otot laring, farings dan lidah.

Penyelidikan dengan elektrostimulasi mengungkapkan bahwa gerak otot seluruh

belahan tubuh dapat dipetakan pada seluruh kawasan korteks motorik sisi

kontralateral. Peta itu dikenal dengan homunculus motorik.

Dari bagian mesial girus presentralis (=area 4= korteks motorik) ke bagian

lateral bawah, secara berurutan terdapat peta gerakan kaki, tungkai bawah, tungkai

atas, pinggul, abdomen/toraks, bahu, lengan, tangan jari-jari, leher, wajah, bibir,

otot pita suara, lidah dan otot penelan. Yang menarik perhatian adalah luasnya

kawasan peta gerakan tangkas khusus dan terbatasnya kawasan gerakan tangkas

umum. Melalui aksonya neuron korteks motorik menghubungi motorneuron yang

membentuk inti motorik saraf cranial dan motoneuron di kornu anterior medulla

spinalis.

Page 8: ALS

8

Askon-akson tersebut menyusun jaras kortikobulbar-kortikospinal. Sebagai

berkas saraf yang kompak mereka turun dari korteks motorik dan di tingkat

thalamus dan ganglia basalis mereka terdapat diantara kedua bangunan tersebut.

Itulah yang disebut dengan kapsula interna, yang dapat dibagi dalam krus anterior

dan krus posterior. Sudut yang dibentuk kedua bagian interna itu dikenal sebagai

genu. Penataan somatotopik yang telah dijumpai pada korteks motorik ditemukan

kembali di kawasan kapsula interna mulai dari genu sampai seluruh kawasan krus

posterius.

Di tingkat mesensefalon serabut-serabut itu berkumpul di 3/5 bagian tengah

pedunkulus serebri dan diapit oleh daerah serabut-serabut frontopontin dari sisi

medial dan serabut-serabut parietotemporopontin dari sisi lateral. Di pons serabut-

serabut tersebut diatas menduduki pes pontis, diamana terdapat inti-inti tempat

serabut-serabut frontopontin dan parietotemporopontin berakhir. Maka dari itu,

bangunan yang merupakan lanjutan dari pes pontis mengandung hanya serabut-

serabut kortikobulbar dan kortikospinal saja. Banguna itu dikenal sebagai piramis

dan merupakan bagian ventral medulla oblongata.

Sepanjang batang otak, serabut-serabut kortikobulbar meninggalkan kawasan

mereka (di dalam pedunkulus serebri, lalu di dalam pes pontis, dan akhirnya di

piramis), untuk menyilang garis tengah dan berakhir secara langsung di

motoneuron saraf kranial motorik (n.III, n.IV, n.V, n.VI, n.VII, n.IX, n.X, n.XI

dan n.XII) atau interneuronnyadi sisi kontralateral. Sebagian dari serabut

kortikobulbar berakhir di inti-inti saraf kranial motorik sisi ipsilateral juga.

Di perbatasan antara medulla oblongata dan medulla spinalis, serabut-serabut

kortikospinal sebagian besar menyilang dan membentuk jaras kortikospinal lateral

(=traktus piramidalis lateralis), yang berjalan di funikulus posterolateralis

kontralateralis. Sebagian dari mereka tidak menyilang tapi melanjutkan perjalanan

ke medulla spinalis di funikulus ventralis ipsilateral dan dikenal sebagai jaras

kortikospinal ventral atau traktus piramidalis ventralis. Kawasan jaras piramidalis

lateral dan ventral makin ke kaudal makin kecil, karena banyak serabut sudah

mengakhiri perjalanan. Pada bagian servikal disampaikan 55% jumlah serabut

kortikospinal, sedangkan pada bagian torakal dan lumbosakral berturut-turut

Page 9: ALS

9

mendapat 20% dan 25%. Mayoritas motoneuron yang menerima impuls motorik

berada di intumesensia servikalis dan lumbalis, yang mengurus otot-otot anggota

gerak atas dan bawah.

b. Susunan ekstrapiramidal 4

Susunan ekstrapiramidal terdiri atas komponen-komponen, yakni : korpus

striatum, globus palidus, inti-inti talamik, nukleus subtalamikus, substansia nigra,

formatio retikularis batang otak, serebelum berikut dengan korteks motorik

tambahan, yaitu area 4,6 dan area 8. Komponen-komponen tersebut dihubungkan

satu dengan yang lain oleh akson masing-masing komponen itu. Dengan demikian

terdapat lintasan yang melingkar, yang dikenal sebagai sirkuit. Oleh karena korpus

striatum merupakan penerima tunggal dari serabut-serabut segenap neokorteks,

maka lintasan sirkuit dinamakan sirkuit striatal.

Secara sederhana, lintasan sirkuit itu dapat dibedakan dalam sirkuit striatal

utama (principal) dan 3 sirkuit striatal penunjang (asesorik). Susunan tersebut

terintegrasi dalam susunan sensorik dan motorik, sehingga memiliki system input

dan output.

Data dari dunia luar yang masuk dalam sirkuit striatal adalah terutama impuls

asenden non-spesifik yang disalurkan melalui “diffuse ascending reticular system”

atau lintasan spinotalamik multisinaptik dan impuls proprioseptik yang diterima

oleh serebelum. Tujuan lintasan pertama ialah nuclei intralaminares talami. Data

yang diterima oleh serebelum disampaikan ke thalamus juga (melalui brakium

konyungtivum). Inti thalamus yang menerimanya ialah nucleus ventralis lateralis

talami dan nucleus ventralis anterior talami. Kedua lintasan yang memasukan data

eksteroseptif itu dikenal sebagai system “input” sirkuit striatal.

System output sirkuit striatal adalah lintasan yang menyalurkan impuls hasil

pengolahan sirkuit striatal ke motoneuron. Impuls yang telah diproses di dalam

sirkuit striatal dikirim ke area 4 dan area 6 melalui globus palidus dan inti-inti

talamik dan pesan-pesan striatal itu disampaikan kepada nucleus ruber, formation

retikularis untuk akhirnya ditujukan ke motoneuron. Akson-akson dari neuron

lapisan V korteks area 4 turun ke batang otak di dalam kawasan jaras frontopontin

Page 10: ALS

10

dan menuju ke nucleus ruber dan sel-sel saraf di formasio retikularis. Serabut-

serabut rubrospinal menghubungi baik alfa maupun gamma motoneuron yang

berada di intumesensia servikalis saja. Sedangkan serabut-serabut retikulopinal,

yang sebagian besar multisinaptik, sehingga lebih pantas dijuluki serabut retikulo-

spino-spinal, menuju ke alfa dan gamma motoneuron bagian medulla spinalis di

bawah tingkat servikal.

Di tingkat kornu anterius terdapat sirkuit “gamma loop” yaitu hubungan

neuronal yang melingkari alfa motoneuron “muscle pindle”- gama/alfa

motoneuron. Melalui system “gamma loop” itu tonus otot disesuaikan dengan

pola gerakan tangkas yang diinginkan.

II. LOWER MOTONEURON 4

Neuron-neuron yang menyalurkan impuls motorik pada bagian perjalanan terakhir

ke sel otot skeletal dinamakan “lower motor neuron” (LMN), untuk membedakannya

dari UMN. Maka dari itu LMN dengan aksonnya dinamakan oleh Sherrington “final

common path” impuls motorik. LMN menyusun inti-inti saraf otak motorik dan inti-

inti radiks ventralis saraf spinal. Dua jenis LMN dapat dibedakan. Yang pertama

dinamakan α-motoneuron. Ia berukuran besar dan menjulurkan aksonnya yang tebal

ke serabut ekstrafusal. Yang lain dikenal sebagai γ-motoneuron, ukurannya kecil,

aksonnya halus dan mensarafi serabut otot intrafusal.

Dengan perantaraan kedua macam motoneuron itu, impuls motorik dapat

mengemudikan keseimbangan tonus otot yang diperlukan untuk mewujudkan setiap

gerakan tangkas. Tiap motoneuron menjulurkan hanya satu akson. Tetapi pada

ujungnya setiap akson bercabang-cabang. Dan setiap cabang mensarafi seutas serabut

otot, sehingga dengan demikian setiap akson dapat berhubungan dengan sejuimlah

serabut otot.

Sebuah motoneuron dengan sejumlah serabut otot yang dipersarafinya merupakan

satu kesatuan motorik atau unit motorik (=motor unit). Tugas motoneuron hanya

menggalakan sel-sel serabut otot sehingga timbul gerak otot. Motorneuron-

motorneuron hanya bekerja sebagai pelaksana bawahan belaka. Jika mereka

dibebaskan dari pengaruh sistem piramidal dan ekstrapiramidal, maka mereka masih

Page 11: ALS

11

dapat menggalakan sel-sel serabut otot, tetapi corak gerakan otot yang terjadi tidak

sesuai dengan kehendak dan lagipula sifatnya tidak tangkas. Gerakan otot tersebut

bersifat reflektorik dan kasar serta massif.

Bilamana terjadi suatu kerusakan pada motoneuron, maka serabut-serabut otot

yang tergabung dalam unit motoriknya tidak dapat berkontraksi, kendatipun impuls

motorik masih dapat disampaikan oleh system pyramidal dan ekstrapiramidal kepada

tujuannya.

Gambar 1. Jaras UMN dan LMN

Page 12: ALS

12

B. Amyotrophic lateral sclerosis (ALS)

1. Definisi

Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah suatu penyakit motor neuron

yang mempengaruhi saraf sel otot rangka. Sebuah jaringan saraf membawa pesan dari

otak, menuruni tulang belakang dan keluar ke berbagai bagian tubuh. Termasuk

dalam jaringan ini adalah motor neuron yang membawa pesan ke otot-otot rangka.

Pada ALS kemampuan sel saraf semakin berkurang dan akhirnya mati. Akibatnya,

otot rangka tidak menerima sinyal saraf yang mereka butuhkan untuk berfungsi

dengan baik dan atrofi otot-otot secara bertahap karena kurangnya penggunaan dan

paralisis. 5

ALS dapat didefinisikan sebagai gangguan neurodegenerative ditandai dengan

kelumpuhan otot progresif mencerminkan degenerasi MNS di korteks motorik primer,

batang otak, dan sumsum tulang belakang. "Amyotrophy" mengacu pada atrofi serat

otot, menyebabkan kelemahan otot yang terkena dan fasikulasi. "Sklerosis lateral"

mengacu pada pengerasan saluran kortikospinalis anterior dan lateral sebagai MNS di

daerah-daerah yang menurun fungsinya dan digantikan oleh gliosis. 6

Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah gangguan neurologis yang fatal

yang menyebabkan kelemahan, atrofi, kelumpuhan, dan kegagalan pernafasan

akhirnya karena degenerasi selektif neuron bertanggung jawab untuk gerakan

volunter. 7

Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) juga dikenal sebagai penyakit Lou

Gehrig, yang penyakit neuromuskuler progresif cepat yang disebabkan oleh kerusakan

sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang. Hal ini menyebabkan hilangnya

kontrol saraf dari otot-otot volunter, sehingga degenerasi dan atrofi otot. Akhirnya

otot-otot pernapasan yang terpengaruh yang menyebabkan kematian dari

ketidakmampuan untuk napas. 8

2. Epidemiologi

Sekitar 5.600 orang di Amerika Serikat yang didiagnosis dengan ALS setiap

tahun. Kejadian tahun adalah 2-3 per 100.000 penduduk, hal ini 5 kali lebih tinggi

dari penyakit Huntington dan sama dengan multiple sclerosis. Diperkirakan bahwa

sebanyak 16.000 orang Amerika mungkin memiliki penyakit ini pada waktu dekade

tertentu. Insiden ALS lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita, dengan rasio

laki-perempuan secara keseluruhan 2:1 Setelah usia 65-70 tahun, kejadian gender

Page 13: ALS

13

yang sama. Onset ALS dapat terjadi dari tahun-tahun remaja ke tahun 80-an, namun

puncaknya usia saat onset terjadi 55-75 tahun. Rata-rata usia onset ALS sporadis

adalah 65 tahun, usia rata-rata onset ALS familial adalah 46 tahun. 1

3. Etiologi

Ada tiga jenis ALS: sporadis, familial, dan Guamian. Bentuk yang paling

umum adalah sporadis. Sejumlah kecil kasus yang diwariskan kelainan genetik

(familial). 8

ALS karena kelaian genetic (familial)

Disebabkan oleh cacat genetik pada superoksida dismutase, enzim antioksidan

yang terus menerus menghilangkan radikal bebas yang sangat beracun,

superoksida.

Penyebab ALS sporadis dan Guamian tidak diketahui. Beberapa hipotesis telah

diusulkan termasuk:

Toksisitas Glutamat

Stres Oksidatif

Disfungsi mitokondria

Penyakit autoimun

Penyakit Infeksi

Paparan bahan kimia beracun

Logam berat seperti timbal, merkuri, aluminium, dan mangan

Defisiensi kalsium dan magnesium

Metabolisme Karbohidrat

Defisiensi factor pertumbuhan

4. Klasifikasi

Klasifikasi Motor Neuron Desease (MND): 9

Amyotrophic lateral sclerosis(ALS)

Progressive lateral sclerosis (PLS)

Progressive muscular atrophy (PMA)

Keterlibatan batang otak (Bulbar)

- Pseudobulbar palsy  

- Progressive bulbar palsy

Tabel 1. Perbedaan gejala pada tiap-tiap tipe MND 10

Page 14: ALS

14

Sedangkan pada ALS sendiri terdapat 2 tipe: 9

A. Familial

ALS familial ditandai dengan adanya riwayat dalam keluarga dan atau analisis

genetic gen yang cacat yang telah terbukti berhubungan dengan penyakit. ALS

familial terdiri 5-10% dari ALS total

B. Sporadik

90-95% sisanya yang tidak diketahui penyebabnya sehingga disebut sebagai

sporadik

5. Patofisiologi 2

Jalur molekuler yang tepat menyebabkan degenerasi motor neuron dalam ALS

tidak diketahui, tetapi sebagai dengan penyakit neurodegenerative lain, kemungkinan

untuk menjadi interaksi yang kompleks antara berbagai mekanisme patogenik selular

yang mungkin tidak saling eksklusif ini termasuk:

1. Faktor Genetik

ALS sporadis dan familial secara klinis dan patologis serupa, sehingga ada

kemungkinan memiliki patogenesis yang sama. Walaupun hanya 2% pasien

penderita ALS memiliki mutasi pada SOD1, penemuan mutasi ini merupakan hal

penting pada penelitian ALS karena memungkinkan penelitian berbasis molekular

dalam pathogenesis ALS. SOD1, adalah enzim yang memerlukan tembaga,

mengkatalisasi konversi radikals superoksida yang bersifat toksik menjadi

hidrogen peroksida dan oksigen. Atom tembaga memediasi proses katalisis yang

terjadi. SOD1 juga memiliki kemampuan prooksidasi, termasuk peroksidasi,

pembentukan hidroksil radikal, dan nitrasi tirosin. Mutasi pada SOD1 yang

mengganggu fungsi antioksidan  menyebabkan akumulasi superoksida yang

Tipe Degenerasi UMN Degenerasi LMN

ALS Terdapat Terdapat

PLS Terdapat Tidak terdapat

PMA Tidak terdapat Terdapat

Progresif bulbar

palsy

Tidak terdapat Terdapat, pada bagian

bulbar

Pseudobulbar

palsy

Terdapat, pada bagian

bulbar

Tidak terdapat

Page 15: ALS

15

bersifat toksik. Hipotesis penurunan fungsi sebagai penyebab penyakit ternyata

tidak terbukti karena ekspresi berlebihan dari SOD1 yang termutasi (di mana

alanin mensubstitusi glisin pada posisi 93 SOD1 (G93A) menyebabkan penyakit

pada saraf motorik walaupun adanya peningkatan aktivitas SOD1. Oleh karena itu,

mutasi SOD1 menyebabkan penyakit dengan toksisitas yang mengganggu fungsi,

bukan karena penurunan aktivitas SOD1

2. Excitotoxicity

Ini adalah istilah untuk cedera neuronal yang disebabkan oleh rangsangan

glutamat berlebihan diinduksi dari reseptor glutamat postsynaptic seperti reseptor

permukaan sel NMDA dan reseptor AMPA. Stimulasi berlebih ini dari reseptor

glutamat diduga mengakibatkan masuknya kalsium ke dalam neuron besar, yang

menyebabkan terbentuknya oksida nitrat meningkat dan dengan demikian

kematian neuronal. Tingkat glutamat dalam CSF yang meningkat pada beberapa

pasien dengan ALS . Elevasi ini telah dikaitkan dengan hilangnya sel transporter

asam amino rangsang glial EAAT2 .

3. Stres Oksidatif

Stres oksidatif telah beberapa lama dikaitkan dengan neuro degeneratif dan

diketahui bahwa akumulasi reactive oxygen species (ROS) menyebabkan

kematian sel. Seperti mutasi pada enzim superoxide dismutase anti-oksidan 1

Gambar 2. Patofisiologi Faktor Gentetik terhadap ALS

Page 16: ALS

16

(SOD1) gen dapat menyebabkan ALS, ada ketertarikan yang signifikan dalam

mekanisme yang mendasari proses neurodegenerative di ALS. Hipotesis ini

didukung oleh temuan dari perubahan biokimia yang mencerminkan kerusakan

radikal bebas dan metabolisme radikal bebas yang abnormal dalam jaringan

sampel CSF dan pasca mortem pasien ALS .

4. Disfungsi mitokondria

Kelainan morfologi mitokondria dan biokimia telah dilaporkan pada pasien

ALS. Mitokondria dari pasien ALS menunjukkan tingkat kalsium tinggi dan

penurunan aktivitas rantai pernapasan kompleks I dan IV, yang melibatkan

ketidakmampuan metabolisme energi.

5. Gangguan transportasi aksonal

Akson motor neuron dapat mencapai hingga satu meter panjangnya pada

manusia, dan mengandalkan sistem transportasi intraseluler yang efisien. Sistem

ini terdiri dari sistem transportasi anterograde (lambat dan cepat) dan retrograde,

dan bergantung pada molekul 'motor', kompleks kinesin protein (untuk

anterograde) dan kompleks dynein-dynactin (untuk retrograde) . Pada pasien

dengan ALS ditemukan, mutasi pada gen kinesin diketahui menyebabkan penyakit

saraf motorik neurodegenerative pada manusia seperti paraplegia spastik turun

temurun dan penyakit Tipe 2A Charcot-Marie-Tooth. Mutasi di kompleks

dynactin menyebabkan gangguan motor neuron yang lebih rendah dengan

kelumpuhan pita suara pada manusia.

6. Agregasi neurofilamen

Neurofilamen protein bersama-sama dengan Peripherin (suatu protein filamen

intermediet) ditemukan di sebagian besar neuron motorik aksonal inklusi ALS

pasien. Sebuah isoform beracun peripherin (peripherin 61), telah ditemukan

menjadi racun bagi neuron motorik bahkan ketika diekspresikan pada tingkat yang

sederhana dan terdeteksi dalam korda spinalis pasien ALS tetapi tidak kontrol

7. Agregasi protein

Inklusi Intra-sitoplasma adalah ciri dari ALS sporadis dan familial. Namun,

masih belum jelas, apakah pebentukkan agregat langsung menyebabkan toksisitas

selular dan memiliki peran kunci dalam patogenesis, jika agregat mungkin terlibat

oleh produk dari proses neurodegenerasi, atau jika pembentukan agregat mungkin

benar-benar menjadi proses yang menguntungkan dengan menjadi bagian dari

Page 17: ALS

17

mekanisme pertahanan untuk mengurangi konsentrasi intracellular dari racun

protein

8. Disfungsi inflamasi dan kontribusi sel non-syaraf

Meskipun ALS bukan gangguan autoimunitas primer atau disregulasi imun,

ada bukti yang cukup bahwa proses inflamasi dan sel non-syaraf mungkin

memainkan peranan dalam patogenesis ALS. Aktivasi sel mikroglial dan dendritik

adalah patologi terkemuka di ALS manusia dan tikus transgenik SOD1. Non-sel

saraf diaktifkan menghasilkan sitokin inflamasi seperti interleukin, COX-2, TNFa

dan MCP-1, dan bukti upregulation ditemukan dalam CSF atau spesimen sumsum

tulang belakang pasien ALS atau dalam model in vitro .

9. Defisit dalam faktor-faktor neurotropik dan disfungsi jalur sinyal

Penurunan tingkat faktor neurotropik (misalnya CTNF, BDNF, GDNF dan

IGF-1) telah diamati dalam pasien ALS pasca-mortem dan di dalam model in

vitro. Pada manusia, tiga mutasi pada gen VEGF yang ditemukan terkait dengan

peningkatan risiko mengembangkan ALS sporadis, meskipun metaanalisis ini oleh

penulis yang sama gagal untuk menunjukkan hubungan antara haplotype VEGF

dan meningkatkan risiko ALS pada manusia. Proses akhir dari kematian sel

neuron dalam ALS diduga mirip jalur kematian Sel terprogram (apoptosis).

Penanda biokimia apoptosis terdeteksi dalam tahap terminal pasien ALS.

6. GejalaGambar 3. Patofisiologi ALS

Page 18: ALS

18

Gejala-gejala ALS bervariasi dari satu orang ke orang lain tapi sebagian memiliki

keluhan:

Tabel 2. Gejala-gejala ALS 11

Disfungsi UMN Disfungsi LMN Gejala emosional

- Kontraktur

- Disartria

- Disfagia

- Dispneu

- siallorhea

- Spastisitas.

- Reflek tendon yang

cepat atau menyebar

abnormal.

- Adanya reflek

patologis.

- Hilangnya ketangkasan

dengan kekuatan

normal

- Kelemahan otot

- Fasikulasi.

- Atrofi.

- Kram otot

- Hiporefleks

- flasid

- Foot drop

- Kesulitan bernafas.

- Tertawa dan

menangis

involunter

- Depresi

Tabel 3. Hubungan keluhan terhadap lokas kerusakan motor neuron 11

Medulla Lesi UMN

Pseudobulbar

(penyebab lain

termasuk stroke) spastisitas lidah

      Disartria

      refleks meningkat

      emosi yang labil

     

inkoordinasi fungsi menelaan

dan bernapas

  Lesi UMN   Disartria

Page 19: ALS

19

dan LMN

      Disfagia

      jaw jerk refleks meningkat

  Lesi LMN Palsy bulbar atrofi dan fasikulasi lidah

      Disfagia

Traktur

kortikospinal Lesi UMN   kelemahan yang spastic

      refleks meningkat

      Kekakuan

      respon plantar ekstensor

kornu anterior Lesi LMN   Kelemahan yang flasid

      fasikulasi otot

     

kelemahan otot diafragma dan

otot interkostalis

Progresifitas penyakit dengan peningkatan kelemahan dan lebih banyak otot

yang terpengaruh . Ketika kelemahan telah menyebar ke batang tubuh, ucapan,

menelan dan bernafas menjadi terganggu. Akhirnya dukungan ventilator diperlukan.

Kematian biasanya hasil dari komplikasi tidak aktif atau dari kelumpuhan otot-otot

yang mengontrol pernapasan. 5

Gejala ALS bervariasi dari satu orang ke orang lain sesuai dengan kelompok

otot yang dipengaruhi oleh penyakit. Tersandung, menjatuhkan barang, kelelahan

abnormal pada lengan dan / atau kaki, meracau bicara, kesulitan dalam berbicara

keras, tak terkendali tertawa atau menangis, dan kram otot dan berkedut semua gejala

ALS. ALS biasanya dimulai pertama di tangan dan akan menyebabkan masalah dalam

berpakaian, mandi, atau tugas-tugas sederhana lainnya. Ini bisa berkembang menjadi

lebih pada satu sisi tubuh dan umumnya berjalan ke tangan atau kaki. Jika mulai pada

kaki, berjalan akan menjadi sulit. ALS juga dapat mulai di tenggorokan,

menyebabkan kesulitan menelan. Orang yang menderita ALS tidak kehilangan

kemampuan mereka untuk melihat, mendengar, menyentuh, mencium, atau rasa.

kandung kemih dan otot-otot mata orang tersebut tidak terpengaruh, tidak pula

dorongan seksual dan fungsi. Penyakit tidak mempengaruhi pikiran seseorang. 8

Page 20: ALS

20

Kelemahan dapat dimulai di kaki, tangan, lengan proksimal, atau oropharinx

(dengan berbicara cadel atau kesulitan menelan) disatria. Seringkali tangan

dipengaruhi pertama, biasanya asimetris. Gaya berjalan terganggu karena karakteristik

otot-otot yang lemah dan footdrop, meskipun otot-otot proksimal kadang-kadang

dipengaruhi pertama. Atau, gangguan gaya berjalan spastik mungkin terjadi. Perlahan

kelemahan menjadi lebih parah dan berbagai bagian tubuh mulai terpengaruh.

Spasme otot (dikaitkan dengan hipersensitivitas otot) dan penurunan berat badan

(yang dihasilkan dari kombinasi otot yang mengecil dan disfagia) adalah gejala

karakteristik. Respirasi biasanya terpengaruh terlambat tapi, kadang-kadang mungkin

merupakan manifestasi awal atau bahkan yang pertama. Pernapasan terganggu oleh

paresis otot interkostalis dan diafragma, atau disfagia dapat menyebabkan aspirasi dan

pneumonitis, yang dapat terjadi akhirnya Sensasi klinis tidak terpengaruh, nyeri dan

parestesia yang diperbolehkan dengan diagnosis ini, kecuali ada penyakit komplikasi,

(misalnya neuropati diabetes) dan fungsi kandung kemih terhindar. Nyeri bukan

merupakan gejala awal tetapi mungkin terjadi kemudian ketika anggota tubuh

bergerak. 6

Tanda LMN harus jelas untuk diagnosis yang valid. Fasikulasi mungkin

terlihat pada lidah meskipun tanpa disartia. Jika terdapat kelemahan dan otot batang

tubuh yang mengecil fasikulasi biasanya sudah mulai terlihat.refleks tendon mungkin

meningkat atau menurun. Kombinasi dari reflex yang berlebihan degan tanda

Hoffman pada tangan dengan lemah dan otot yang fasikulasi sebenarnya merupakan

tnda yang patognomonik dari ALS ( kecuali untuk sidrom motor neuropati). Tanda

tegas kelainan umn adalah babinsky dan klonus. Kelainan berjalan yang spastic dapat

terlihat tanpa tanda lmn pada kaki, kelemahan pada kaki mungkin tidak ditemukan,

tetapi inkoordinasi terbukti dengan kecanggungan dan kejanggalan dalam penampilan

ketika bergerak.6

Nucleus motorik nervus cranial terlibat dalam disartria, fasikulasi lidah dan

pergerakan yang terganggu dari uvula. Kelemahan wajah khususnya pada otot

mentalis tetapi ini biasanya tidak menonjol. Disartria dan disfagia disebabkan oleh

lesi umn (pseudobulbay palsy) dibuat jelas oleh pergerakkan dari uvula yang lebih

kuat pada persarafan dari pada kemauan, sehingga uvula tidak dapat bergerak dengan

baik. Tetapi respon yang kuat terlihat pada faringeal atau gag reflek. Manifestasi

umum dari pseudobulbar palsy adalah emosional yang labil dengan tertawa yang

Page 21: ALS

21

wajar atau lebih sering, menagis dapat dianggap keliru sebagai reaksi depresi karena

diagnosis, lebih baik dianggap sebagai pelepasan fenomena reflex yang kompleks

yang terlibat dalam ekspresi emosional. Kematian diakibatkan karena kegagalan

pernapasan, pneumonitis aspirasi, atau emboli pulmo setelah immobilitas yang

panjang 6

7. Diagnosis

Diagnosis ALS membutuhkan kehadiran

1. Tanda-tanda degenerasi lower motor neuron (LMN) dengan pemeriksaan

klinis, elektrofisiologi atau neuropathologic.

2. Tanda-tanda degenerasi upper motor neuron (UMN) dengan pemeriksaan

klinis, dan

3. Tanda-tanda penyebaran yang progresif dalam wilayah atau ke daerah lain,

bersama-sama dengan tidak adanya

4. Bukti elektrofisiologi proses penyakit lain yang mungkin menjelaskan tanda-

tanda LMN dan / atau degenerasi UMN, dan

5. Neuroimaging bukti proses penyakit lain yang mungkin menjelaskan tanda-

tanda klinis dan tanda elektrofisiologi

Kategori diagnostik klinis pasti pada kriteria klinis saja

A. Pasti ALS

Tanda UMN dan LMN sedikitnya pada tiga bagian tubuh

B. Kemungkinan besar ALS

Tanda UMN dan LMN setidaknya pada 2 bagian tubuh, dengan beberapa

tanda UMN pada bagian rostral terhadap tanda LMN

C. Kemungkinan besar ALS – Didukung Laboratorium

Tanda klini disfungsi UMN da LMN hanya pada satu bagian tubuh. Selain

itu ada pada elektromiografi terdapat tanda degenerasi yang aktif dan kronis

pada minimal 2 ekstremitas

D. Kemungkinan ALS

Tanda klinis dari disfungsi UMN dan LMN ditemukan secara bersamaan

pada satu bagian, atau tanda UMN ditemukan pada 2 atau lebih bagian

tubuh.

Tabel 4. El Escorial Federasi Dunia Neurology Kriteria Untuk Diagnosis ALS 11 (1750(1750)

Page 22: ALS

22

Tanda UMN : Klonus, tanda babinsky, tidak ada refleks kulit perut, hypertonia,

kehilangan ketngkasan

Tanda LMN : atrofi, kelemahan. Jika hanya fasciculation: pencarian dengan EMG

untuk denervasi aktif

Bagian saraf: bulbar, leher rahim, dada dan lumbosakral

Dapat juga menggunakan kriteria lain dari World Federation of Neurology 

(WFN) ,dimana harus terdapat: 13

- Bukti adanya lesi UMN

- Bukti adanya lesi LMN

- Bukti adanya progresifitas

Dalam menggunakan kriteria WFN, ada 4 regio yang harus diketahui:

o Bulbar : Otot wajah, mulut, tenggorokan.

o Cervical : Otot belakang kepala, leher, bahu, pundak, ekstrimitas atas.

o Thoracic : Otot dada dan abdomen, dan bagian tengah dari otot spinal.

o Lumbosacral : Otot belakang bagian pundak bawah, paha, dan ekstrimitas

bawah

Amyotrophic lateral sclerosis sulit untuk mendiagnosa sejak awal karena hal itu

mungkin tampak mirip dengan beberapa penyakit neurologis lainnya. Tes untuk

mengesampingkan kondisi lain mungkin termasuk. Para dokter ahli setelah neurologis

hati-hati pemeriksaan, dengan adanya tanda-tanda UMN dan LMN di segmen anatomi

sama dengan asimetris lokalisasi mampu mencurigai diagnosis ALS. Pemeriksaan

yang dapat dilakukan antara lain : 12

1. Elektrofisiologi

Terutma untuk mndeteksi adanya lesi LMN pada daerah yang terlibat. Dan untuk

menyingkirkan proses penyakit lainnya. Sangat penting untk diingat bahwa

pemeriksaan fisik neurofisiologi yang digunakan untuk mendiagnosis ALS dan

kelainan neurofisiologi yang sugestif saja tidak cukup untuk mendiagnosis tanpa

dukungan klinis. 12

a. Konduksi saraf motorik dan sensorik

Page 23: ALS

23

Konduksi saraf diperlukan untuk mendiagnosis terutama untuk mendefinisikan

dan mengecualikan gangguan lain dari saraf perifer, neuromuscular junction,

dan otot yang dapat meniru atau mengacaukan diagnosis ALS. 12

b. Elektromiografi konvensional 12

Konsentris jarum elektromiografi (EMG) memberikan bukti disfungsi LMN

yang diperlukan untuk mendukung diagnosis ALS, dan harus ditemukan

dalam setidaknya dua dari empat daerah SSP: otak (bulbar / neuron motor

tengkorak), leher rahim, toraks, atau lumbosakral sumsum tulang belakang

(anterior tanduk motor neuron). Untuk daerah batang otak itu sudah cukup

untuk menunjukkan perubahan dalam satu EMG otot (misalnya lidah, otot-otot

wajah, otot rahang). Untuk wilayah sumsum tulang belakang, dada itu sudah

cukup untuk menunjukkan perubahan EMG baik dalam otot paraspinal pada

atau di bawah tingkat T6 atau di otot perut. Untuk daerah leher rahim dan

sumsum tulang belakang lumbosakral setidaknya dua otot dipersarafi oleh

akar yang berbeda dan saraf perifer harus menunjukkan perubahan EMG. 12

Kriteria El-Escorial yang telah direvisi mengharuskan bahwa kedua

bukti denervasi aktif atau sedang berlangsung dan denervasi parsial kronis

diperlukan untuk diagnosis ALS, meskipun proporsi relatif bervariasi dari otot

ke otot.

Tanda-tanda denervasi aktif terdiri dari:

1.potensi fibrilasi

2. gelombang positif tajam

Tanda-tanda denervasi kronis terdiri dari:

1. Motor unti potensi besar durasi meningkat dengan peningkatan

proporsi potensi polyphasic, amplitudo seringkali meningkat.

2. mengurangi gangguan pola dengan tingkat menembakkan lebih

tinggi dari 10 Hz (kecuali ada komponen UMN signifikan, dalam

hal laju pembakaran mungkin lebih rendah dari 10 Hz).

3. potensi unit motor stabil.

Potensi fasciculation sangat penting untuk menemukan

karakteristik ALS, meskipun mereka dapat dilihat pada otot yang

normal (fasikulasi jinak) dan tidak muncul di semua otot pasien

ALS. Dalam fasikulasi jinak morfologi dari potensi fasciculation

Page 24: ALS

24

normal, sedangkan pada potensi fasciculation terkait dengan

perubahan neurogenik ada morfologi abnormal dan kompleks

tajam positif

c. Transcranial magnetic stimulation dan pusat konduksi motorik

Stimulasi magnetik transkranial (TMS) memungkinkan evaluasi non-invasif

jalur motor kortikospinalis, dan memungkinkan deteksi lesi UMN pada pasien

yang tidak memiliki tanda-tanda UMN. Motor amplitudo, ambang batas

kortikal, waktu konduksi motorik pusat dan periode diam dapat dengan mudah

dievaluasi dengan menggunakan metode ini. Tengah konduksi motorik waktu

(CMCT) sering sedikit lama untuk otot-otot setidaknya satu ekstremitas pada

pasien ALS. 12

d. Elektromiografi kuantitatif 12

Motor unit number estimation (Mune) adalah teknik elektrofisiologi khusus

yang dapat memberikan perkiraan kuantitatif dari jumlah akson yang

mempersarafi otot atau kelompok otot. Mune terdiri dari sejumlah metode

yang berbeda (incremental, titik rangsangan ganda, lonjakan-dipicu rata-rata,

F-gelombang, dan metode statistik), dengan masing-masing memiliki

keunggulan spesifik dan keterbatasan. Meskipun kurangnya metode tunggal

yang sempurna untuk melakukan Mune, mungkin memiliki nilai dalam

penilaian hilangnya secara progresif akson motorik dalam ALS, dan mungkin

memiliki penggunaan sebagai ukuran titik akhir dalam uji klinis

2. Neuroimaging

Dilakukan MRI kepala/tulang belakang untuk menyingkirkan lesi structural

dandiagnosis lain pada pasien yang dicurigai ALS (tumor,spondylitis,

siringomielia, strokebilateral, dan MS) 12

3. Biopsi otot dan neuropatologi

terutama dilakukan pada pasien dengan presentasi klinis yang tidak khas,

terutamadengan lesi UMN yang tidak jelas. Biosi digunakan untuk menyingkirkan

adanyamiopati, seperti inclusion body myositis. 12

4. Pemeriksaan lab lainnya

Ada beberapa pemeriksaan lain yang dapat dianggap wajib dalam pemeriksaan

dari pasien ALS. Tes laboratorium klinis yang mungkin abnormal dalam kasus

dinyatakan

Page 25: ALS

25

khas ALS meliputi: 6

Enzim otot (kreatin kinase serum [yang tidak biasa di atas sepuluh kali batas

atas

normal], ALT, AST, LDH)

serum kreatinin (terkait dengan hilangnya massa otot rangka)

Hypochloremia, bikarbonat meningkat (terkait dengan gangguan pernapasan

lanjutan)

8. Komplikasi

1. Sistem pernapasan

Diafragma dan otot respirasi lainnya selalu terpengaruh, dan kebanyakan

pasien meninggal karena koplikasi pernapasan. Hal ini terjadi terutama dari

ketidakmampuan pasien untuk bernapas karena kelemahan otot pernafasan. Pada

pasien dengan kelemahan bulbar, aspirasi sekresi atau makanan dapat terjadi dan

pneumonia, karena itu, manajemen pernafasan diperlukan dalam perawatan

komprehensif pasien dengan ALS. Rutin mengukur kapasitas vital dalam posisi

duduk dan telentang. Paling sering, pengukuran berbaring menurun sebelum

pengukuran duduk. Gravitasi membantu dalam menurunkan diafragma sebagai

sudut pasien kecenderungan meningkat. 14

Kelemahan pernafasan berlangsung, pasien telah meningkatkan kesulitan

dengan gerakan diafragma ketika telentang karena penghapusan efek ini dari

gravitasi. Hal ini menyebabkan hipoventilasi alveolar dan desaturasi

oksihemoglobin utama. Kesulitan tidur dapat menjadi gejala pertama

hipoventilasi. Pasien harus dipertanyakan tentang kebiasaan tidur secara rutin, dan

jika gangguan tidur mengembangkan, mengukur kapasitas penting duduk dan

terlentang. Selain itu, melakukan monitoring saturasi oksigen semalam untuk

menilai hipoksemia malam dan kebutuhan untuk ventilasi tekanan positif

intermiten malam noninvasif (IPPV). 14

9. Diagnosis banding

1. Penyakit Motor Neuron Lainnya 14

a. Primary lateral sclerosis (UMN saja)

b. Progressive muscular atrophy (LMN saja)

c. Progressive bulbar palsy

2. Abnormalitas anatomi/ sindrom kompresi:

Page 26: ALS

26

- Tumor medulla spinalis

Tumor medula spinalis dapat manifestas kelemahan ekstremitas, mati rasa,

dan tanda-tanda lesi UMN

- Syringomyelia

Sirinomyelia adalah gangguan perkembangan yang dikarakteristikkan

dengan adanya kavitas abnormal karena dilatasi dari kanal central pada

korda spinalis. Kavitas ini berasal dari regio midservikal tetapi dapat

memanjang ke atas ke medulla (memproduksi siringobulbia) atau turun ke

regio torakal dan lumbal. Kavitas membesar perlahan selama beberapa

tahun. Sindrom klinik yang dikarakteristikkan bercampur antara gangguan

sensorik dan motorik. Kerusakan bagian ventral dari central gray

mengarah pada tanda LMN ,kelemahan, atrofi, fasikulasi dari otot tangan

intrinsic, hilangnya reflkes lengan selalu terjadi. Tanda UMN pada

ekstremitas bawah terjadi dengan memanjangnya kavitas ke traktus

kortikospinal . Siringobulbia dapat menyebabkan paralisis pita suara,

diastria, nistagmus, kelemahan lidah dan sindrom horner.

- Cervical spondylosis

Bisa dijumpai kombinasi lesi UMN dan LMN pada otot- otot ekstremitas

superior. Biasanya disertai gangguan sensoris. Meskipun myelopathy

serviks spondilosis yang berat kadang-kadang dapat menyebabkan

kebingungan dengan MND, terutama jika ada spastisitas dan hyperrefexia

di tungkai bawah

dalam hubungannya dengan atrofi otot dan fasikulasi pada tungkai atas,

tidak mungkin menyebabkan fasikulasi luas, dan kelemahan .15 Kelemahan

anggota gerak yang progresif, asimetris, gabungan tanda-tanda UMN dan

LMN pada lengan , paraparesis spastik, kadang-kadang fasikulasi di

lengan.12

3. Infeksi :

- Lyme disease

Page 27: ALS

27

Manifestasi neurologis penyakit Lyme meliputi meningitis dan

polyradiculoneuropathy. Tahap kedua dan ketiga penyakit Lyme yang

terkait dengan perubahan neurologis yang dapat menyebabkan neuropati,

motor aksonal rendah. Penyakit Lyme disebabkan oleh bakteri spirochete

(Borrelia burgdorfere). Abnormalitas pada akar saraf terjadi pada stadium

awal maupun akhir dari penyakit. Gejalanya berupa kelemahan, gangguan

sensorik dan hiporefleks pada bagain yang dipengaruhi akar saraf tersebut.

- Myelopati HIV

Mielopati yang berhubungan dengan infeksi HIV biasanya terlihat pada

stadium kemudian dari penyakit. Hal ini dikaakteristikkan dengan ganggua

berjalan (gait) denga gangguan sensorik, ganggua sfingter dan reflex yang

cepat. Pada mielopati HIV juga terdapat tanda UMN dan LMN. Neuropati

perifer (kerusakan akson) merupakan tanda klinik dari HIV. 8

4. NM Junction 16

- Myasthenia gravis

Merupakan suatu penyakit autoimun yang didapat dan mengganggu

transmisi neuromuscular pada neuromuscular junction akibat kekurangan /

kerusakan reseptor Ach. Keluhan yang khas kelemahan otot setelah/sesaat

digunakan dan membaik setelah istirahat. Gejala inisisasi (fokal, otot

bulbar, otot ekstremitas, otot mata diplopia, ptosis. Miastenia gravis

juga dapat menyebabkan kelemahan pada otot pernapasan. Tidak terdapat

fasikulasi dan tanda kelemahan UMN.

5. Endokrin : 16

- Hipertiroid

Manfetasi neurologi dari hipertiroidisme bervaariasi termasuk

perubaha status mental, kejang, abnormalitas gerak seperti tremor dan

korea, gangguan mata, lemah, atrofi, fasikulasi.disamping itu, pasien

Page 28: ALS

28

dengan hipertiroidisme pada umumnya memiliki reflex tendon dalam yang

cepat , da beberapa pasien memilik kerusakan dari traktus kortikospinal

dan tanda babinski. Pasien dengan hipertiroidisme dapat berkembang

berkombinasi dengan klemahan dan tanda UMN yang menyerupai ALS.

Tentu saja kebanyakan pasien dengan hipertiroidisme memiliki bukti

toksik goiter, ansietas, dan insomnia yang bias dibedakan dengan ALS.

Hal ini penting untuk dinyatakan, bagaimanapun juga pada pasien tua

dengan hipertiroidismedapat bermanifestasi dengan apatis dan depresi

yang disebut apatis hipertiroidisme.

- Hiperparatiroidisme

Manifestasi neurologi pasien dengan hiperparatiroid pada umumnya

terkait dengan hiperkalsemia, hipofosfatemia, dan peningkatan kadar

hormone paratiroid da terdiri dari perubahan status mental seperti lethargi,

bingung, dan akhirnya koma.ketika hiperkalemia tidak berat atau akut

namun kelemahan dan kelelahan mungkin muncul sebagai gejala pada

hiperparatiroid primer. Jarang gejala pasien berkembang dari miopati.

Jarang hiperparatiroid dan ALS terjadi bersamaan pada pasien,

kemungkinan itu meningkat jika peningkatan kadar hormon paratiroid

berkontribusi pada perkembangan motor neuron sindrom. Hiperkalsemia

dan peningkatan level paratiroid hormone namun dapat membantu

membedakan antara penyakit endokrin ini dengan ALS.

Page 29: ALS

29

10. Penatalaksanaan

A. Medikamentosa

Tabel diagnosis banding ALS 18

Page 30: ALS

30

I. Terapi kausatif 17

a. Antagonis Glutamat :

Riluzole, Lamotrigine, dextrometrophan, gabapentin, rantai asam

amino

b. Antioksidan

Vitamin E, Asetilsistein, Selegiline, Creatine, Selenium, KoEnzim Q10

c. Neutrotropik factor

Derivat factor neutrotropik, insulin like growth factor

d. Imunomodulator

Gangliosides, interfero, plasmaaresis, intravena immunoglobulin

e. Anti viral

Amantadine, tilorone

II. Terapi simptomatik 12

Simtomatik Obat

Keram Karbamazepin, phenitoin

Spastisitas Baclofen, tizanidine, dantrolen

Peningkatan sekresi saliva Atropine, Hyoscine hydrobromide ,

Hyoscine butylbromide, Hyoscine

scopoderm, Glycopyrronium, Amitriptyline

Sekresi persisten dari saliva

dan bronchial

Carbocisteine , Propranolol, Metoprolol

Laryngospasm Lorazepam

Pain Analgesic Non-steroidal, Opioids

Emosi yang labil Tricyclic antidepressant, Selective

serotonin-reuptake inhibitor, Levodopa,

Dextrometorphan and quinidine

Depression Amitriptyline, Citalopram

Insomnia Amitriptyline, Zolpidem

Page 31: ALS

31

Anxietas Lorazepam

B. Non medikamentosa 8

1. Physical terapi

Salah satu efek samping dari penyakit ini adalah spasme atau kontraksi otot

yang tidak terkontrol. Terapi fisik tidak dapat mengembalikan fungsi otot

normal, tetapi dapat membantu dalam mencegah kontraksi yang menyakitkan

otot dan kekuatan otot dalam mempertahankan normal dan fungsi. Terapi fisik

harus melibatkan anggota keluarga, sehingga mereka dapat membantu

menjaga terpai ini untuk pasien ALS.

2. Terapi bicara

Terapi wicara juga dapat membantu dalam mempertahankan kemampuan

seseorang untuk berbicara. Terapi menelan juga penting, untuk membantu

masalah menelan ketika makan dan minum. Perawatan ini membantu

mencegah tersedak. Disarankan kepada pasien pasien mengatur posisi kepala

dan posisi lidah. Pasien dengan ALS juga harus mengubah konsistensi

makanan untuk membantu menelan.

3. Terapi okupasi

Agar pasien dapat melakukan aktifitas / kerja sehari-hari lebih mudah tanpa

bantuan orang lain.

4. Terapi pernapasan

Ketika kemampuan untuk bernapas menurun, seorang terapis pernafasan yang

dibutuhkan untuk mengukur pernapasan kapasitas. Tes ini harus dilakukan

secara teratur. Untuk membuat bernapas lebih mudah, pasien tidak boleh

berbaring setelah makan. Pasien tidak boleh makan makanan terlalu banyak,

karena mereka

dapat meningkatkan tekanan perut dan mencegah perkembangan diafragma.

Ketika tidur, kepala harus ditinggikan 15 sampai 30 derajat supaya organ-

organ perut menjauh dari diafragma. Ketika kapasitas pernapasan turun di

bawah 70%, bantuan pernapasan noninvasif harus disediakan. Hal ini

Page 32: ALS

32

melibatkan masker yang terhubung ke ventilator mekanis. Ketika kapasitas

bernapas jatuh

di bawah 50%, permanen hook-up untuk ventilator harus dipertimbangkan.

11. Prognosis

ALS adalah penyakit yang fatal. Hidup rata-rata adalah 3 tahun dari onset

klinis kelemahan. Namun, kelangsungan hidup yang lebih panjang tidak langka.

Sekitar 15% dari pasien dengan ALS hidup 5 tahun setelah diagnosis, dan sekitar 5%

bertahan selama lebih dari 10 tahun. Kelangsungan hidup jangka panjang dikaitkan

dengan usia yang lebih muda saat onset, laki-laki, dan anggota tubuh daripada bulbar

onset gejala. Laporan Langka remisi spontan ada. 1

Penyakit motorneuron yang terbatas seperti PMA,PBP, PLS yang tidak

berkembang menjadi ALS klasik memiliki progresifitas yang lebih lambat dan

kelangsungan hidu yang lebih panjang. 1

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 33: ALS

33

Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah penyakit neurodegeneratif yang

serius yang menyebabkan kelemahan otot, kecacatan, dan akhirnya mati yang

dikarenakan oleh degenerasi dari motor neuron di korteks motorik primer, batang

otak dan medula spinalis. Penyebab ALS tidak diketahui, walaupun 5-10% dari

kasus bersifat familial.

Pada penyakit ini susunan somatosensorik sama sekali tidak terganggu. Maka

dari itu, manifestasinya terdiri atas gangguan gerakan melulu, yang

memperlihatkan tanda-tanda kelumpuhan UMN dan LMN secara berbauran.

Dalam pada itu, hiperefleksia, klonus dan reflex patologis dapat ditemukan secara

berdampingan dengan atrofi otot dan arefleksia pada satu penderita yang sama.

Pengelolaan ALS adalah berupa dukungan (support) terhadap pasien, paliatif,

dan multidisiplin. Non-invasif ventilasi dapat memperpanjang kelangsungan hidup

dan meningkatkan kualitas hidup. Riluzole adalah satu-satunya obat yang telah

terbukti untuk memperpanjang kelangsungan hidup.

Angka haraan hidup rata-rata adalah 3 tahun dari onset klinis kelemahan.

Namun, kelangsungan hidup yang lebih panjang tidak jarang. Sekitar 15% dari

pasien dengan ALS hidup 5 tahun setelah diagnosis, dan sekitar 5% bertahan

selama lebih dari 10 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

1. Carmel Armon. 2011. Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) in Physical Medicine and

Rehabilitation Available at http:// http://emedicine.medscape.com/article/1170097-

overview. [cited : August 26 2011]

Page 34: ALS

34

2. Lokesh C Wijesekera, P Nigel. Leigh.2009. Amyotrophic lateral sclerosis

www.ojrd.com/content/pdf/1750-1172-4-3.pdf. [cited : August 26 201]

3. Lokesh C Wijesekera, P Nigel. Leigh .2011. Amyotrophic lateral sclerosis

www.ojrd.com/content/4/1/3 [cited : August 26 201]

4. Mahar mardjono, Priguna S. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian rakyat.

2006

5. Thomas Farley, MA.2004. Amyotrophic lateral sclerosis.

www.spinalcord.ar.gov/resource/ ALS.pdf. [cited : August 26 201]

6. V. Silani et al.2011. The diagnosis of Amyotrophic Lateral Sclerosis.

www.neuro.it/documents/.../Silani_3.pdf. [cited : August 26 201]

7. Anonym. 2005. Amyotrophic lateral sclerosis.

www.researchals.org/uploaded_files/mdph_alsreport_211aDS.pdf. [cited : August 26

201]

8. Ronald Sterit . 2006. Amyotrophic lateral sclerosis.

www.naturdoctor.com/Chapters/.../ALS.pdf. [cited : August 26 201]

9. Devi Uma. 2007. Motor neuron disease. api.ning.com/.../motorneurondisease. pdf.

[cited : August 26 201]

10. Ammar Al-Chalabi, 1999. Genetic risk factors in amyotrophic lateral sclerosis

www.ammar.co.uk/phdam.pdf [cited : August 26 201]

11. Anonym. 2007. A Guide To Alspatient Care For Primary Care Physicians

www.als.ca/.../guide/AGuidetoALSPatientCare [cited : August 26 201]

12. Lokesh C Wijesekera, P Nigel. Leigh .2009. Amyotrophic lateral sclerosis

www.ojrd.com/content/pdf/1750-1172-4-3.pdf[cited : August 26 201]

13. Jinsy A Andrews .2011. Amyotrophic lateral sclerosis

http://www.medlink.com/medlinkcontent.asp [cited : August 26 201]

14. Noah Lechtzin . 2006.Respiratory Effects of Amyotrophic Lateral Sclerosis Problems

and Solutions www.rcjournal.com/contents/.../08.06.0871.p [cited : August 26 201]

15. Sathasivam S. 2010. Motor neurone disease: clinical features, diagnosis, diagnostic

pitfalls and prognostic markers. smj.sma.org.sg/5105/5105ra1.pdf. [cited : August 26

201]

Page 35: ALS

35

16. Jacqueline Cristini.2006. Misdiagnosis and missed diagnoses in patients with ALS.

mmedia.haymarketmedia.com/.../als0706_1803... [cited : August 26 201]

17. Lewis P. Rowland, M.D., and Neil A. Shneider.2001. Amyotrophic Lateral Sclerosis.

www.nejm.org/doi/.../NEJM20010531344220 [cited : August 26 201]

18. Acary Souza Bulle Oliveira , Roberto Dias Batista Pereira. 2009. Amyotrophic lateral

sclerosis (ALS). http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S0004-

282X2009000600015&script=sci_arttext.pdf. [cited : August 26 201]