aloha products

3
Aloha Products Aloha Products merupakan perusahaan yang bergerak di industri makanan olahan. Aloha memproduksi kopi seperti halnya Nestle dan P&G. Aloha yang berlokasi di Amerika Serikat mengambil bahan baku dari negara-negara tropis, misalnya Brazil dan Indonesia. Perusahaan-  perusahaan sejenis Aloha dapat melakukan pembelian dengan berbagai cara. Perusahaan  besar seperti Nestle akan melakukan impor kopi secara langsung dari negara penghasil kopi (perkebunan kopi), sementara untuk perusahaan dengan level bisnis yang lebih kecil akan melakukan pembelian kopi melalui broker atau perusahaan perdagangan. Berdasarkan data pada exhibit 1, diketahui bahwa konsumsi kopi per kapita penduduk Amerika Serikat semakin menrurun dari tahun 1965 sampai dengan 1990. Penduduk Amerika mulai mengalihkan konsumsi kopi ke produk minuman yang lain seperti soft drink, atau  penduduk Amerika mulai memperhatikan kesehatan mereka dengan tidak terlalu sering mengkonsumsi kopi. Aloha Products memiliki tiga pabrik di Midwest Amerika Serikat. Setiap pabrik diberi tanggungjawab terhadap keuntungan maupun kerugaian masing-masing. Kinerja tiap kepala  pabrik diukur ber dasarkan marjin kotor yang dihasilkan tiap pabrik. Bahan baku tiap pabrik  berupa kopi telah ditangani oleh divisi pembelian dari pusat. Tiap pabrik menerima jadwal  produksi yang ditentukan dari pusat dan menerima sekaligus membayar bahan baku sesuai dengan kebutuhan produksi tiap pabrik. Sejak beberapa tahun yang lalu, para kepala Pabrik mengeluhkan sistem pengendalian manajemen yang diterapkan perusahaan. Hal ini tergambar berdasarkan pernyataan Lisa Anderson, Kepala Pabrik Dayton, Ohio yang menyebutkan bahwa ia bingung dengan cara menciptakan profit dalam pabriknya jika ia tidak berkuasa untuk menentukan harga bahan  baku, jadwal produksi, dan h arga output dari pabriknya. Jawaban Kasus 1. Pembelian bahan baku, jadwal produksi, dan marketing tiap pabrik ditentukan oleh pusat, dengan demikian Aloha Products menerapkan sistem pengendalian sentralisasi. Dengan sistem pengendalian sentralisasi, Aloha menetapkan tiap pabrik sebagai profit center,  bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian masing-masing, dan kinerja tiap kepala parik diukur berdasarkan gross margin pabrik. Padahal, dengan sistem pengendalian

Upload: biondi-mahesa

Post on 31-Oct-2015

83 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aloha

TRANSCRIPT

7/16/2019 Aloha Products

http://slidepdf.com/reader/full/aloha-products-5634f7f2cbf31 1/3

Aloha Products 

Aloha Products merupakan perusahaan yang bergerak di industri makanan olahan. Aloha

memproduksi kopi seperti halnya Nestle dan P&G. Aloha yang berlokasi di Amerika Serikat

mengambil bahan baku dari negara-negara tropis, misalnya Brazil dan Indonesia. Perusahaan-

 perusahaan sejenis Aloha dapat melakukan pembelian dengan berbagai cara. Perusahaan

 besar seperti Nestle akan melakukan impor kopi secara langsung dari negara penghasil kopi

(perkebunan kopi), sementara untuk perusahaan dengan level bisnis yang lebih kecil akan

melakukan pembelian kopi melalui broker atau perusahaan perdagangan.

Berdasarkan data pada exhibit 1, diketahui bahwa konsumsi kopi per kapita penduduk 

Amerika Serikat semakin menrurun dari tahun 1965 sampai dengan 1990. Penduduk Amerika

mulai mengalihkan konsumsi kopi ke produk minuman yang lain seperti soft drink, atau

 penduduk Amerika mulai memperhatikan kesehatan mereka dengan tidak terlalu sering

mengkonsumsi kopi.

Aloha Products memiliki tiga pabrik di Midwest Amerika Serikat. Setiap pabrik diberi

tanggungjawab terhadap keuntungan maupun kerugaian masing-masing. Kinerja tiap kepala

 pabrik diukur berdasarkan marjin kotor yang dihasilkan tiap pabrik. Bahan baku tiap pabrik 

 berupa kopi telah ditangani oleh divisi pembelian dari pusat. Tiap pabrik menerima jadwal

 produksi yang ditentukan dari pusat dan menerima sekaligus membayar bahan baku sesuai

dengan kebutuhan produksi tiap pabrik.

Sejak beberapa tahun yang lalu, para kepala Pabrik mengeluhkan sistem pengendalian

manajemen yang diterapkan perusahaan. Hal ini tergambar berdasarkan pernyataan Lisa

Anderson, Kepala Pabrik Dayton, Ohio yang menyebutkan bahwa ia bingung dengan cara

menciptakan profit dalam pabriknya jika ia tidak berkuasa untuk menentukan harga bahan

 baku, jadwal produksi, dan harga output dari pabriknya.

Jawaban Kasus 

1. Pembelian bahan baku, jadwal produksi, dan marketing tiap pabrik ditentukan oleh pusat,

dengan demikian Aloha Products menerapkan sistem pengendalian sentralisasi. Dengan

sistem pengendalian sentralisasi, Aloha menetapkan tiap pabrik sebagai profit center,

 bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian masing-masing, dan kinerja tiap

kepala parik diukur berdasarkan gross margin pabrik. Padahal, dengan sistem pengendalian

7/16/2019 Aloha Products

http://slidepdf.com/reader/full/aloha-products-5634f7f2cbf31 2/3

yang ditetapkan Aloha, tiap kepala pabrik tidal memiliki kuasa apapun untuk menciptakan

 profit. Menurut saya, sistem yang ditetapkan Aloha tidak tepat.

2. Akan lebih baik jika pabrik tidak diposisikan sebagai profit center, tetapi sebagai cost

center dan pabrik memiliki akses ke departemen pembelian, dimana departemen pembelian

diposisikan di bawah tiap pabrik. Dengan demikian, pabrik bisa mengontrol harga bahan

 baku yang masuk dan dapat maksimal memainkan perannya sebagai cost center. Penilaian

kinerja tiap kepala pabrik kemudian tidak didasarkan pada gross margin pabrik, tetapi

 berdasarkan pengefektifan sumberdaya pabrik sehingga menghasilkan output yang maksimal.

EXECUTIVE SUMMARY QUESTIONS

Case 7-4: Aloha Products

For Aloha Products, answer all of the following:

1.  Assuming the strategy of the company is to be a low-cost coffee producer:

a.  Discuss whether the plants should be treated as  profit centers or as expense

centers; and

 b.  Discuss whether the purchasing unit in New York should be treated as a  profit 

center or as an expense center .

2.  Assuming the strategy of the company is to be a producer of  high-quality, specialty 

coffee:

a.  Discuss whether the plants should be treated as  profit centers or as expense

centers; and

 b.  Discuss whether the purchasing unit in New York should be treated as a  profit 

center or as an expense center .

Case 7 – 4 ALOHA PRODUCTS

I. Point of View

7/16/2019 Aloha Products

http://slidepdf.com/reader/full/aloha-products-5634f7f2cbf31 3/3

As shown in the case 7-4, Aloha Products faced different problems with its departments in

the Purchasing Unit which operates disorderly that cause the inefficiency and ineffective

allocation of resources.

II. Statement of the Problem

This study sought to answer the following questions:

1. What should the company do to solve the problem regarding the Purchasing Unit?

2. What are the things that the Purchasing Unit must consider before taking decisions?

3. What should the company do to lessen their cost of sales?

III. Objectives

This study aims to change the current control system for the Purchasing Department and to

unite the Purchasing Department with the Manufacturing Department.

IV. Areas of Consideration (Analysis of the Case)

1. External Environment

a. Threats

Having a common product for your company means having many competitors for it.

Especially if these companies had considerable resources: infrastructure, distribution

networks, brand equity, production resources, and marketing expertise that Coffee Giants like

 Nestle, Philip Morris(Maxwell House) and P&G(Procter & Gamble) have. In addition to

these coffee giants, there were several niche players such as Starbucks.

 b. Opportunities

Having a strong relationship with your Growers provides two things: information about the

coffee market and an inside track on a grower’s crop. Being knowledgeable also with the

Coffee Consumption Trends, the company can think of new strategy to keep their business on

track.

2. Internal Environment

a. Weaknesses

Every company has their own weaknesses that come from the inside. In the part of Aloha

Products, its department is one of the causes of its weakness. Like in the Purchasing group

which was largely autonomous and their mismanagement of the company’s resources.