all in 3 des
TRANSCRIPT
PENANGANAN KASUS PERFORASI APIKAL
DENGAN MINERAL TIROXIDE AGGREGATE DAN PORTLAND CEMENT
1. Pendahuluan
Definisi dari perawatan ulang endodontik non bedah adalah perawatan ulang
endodontik yang dilakukan setelah perawatan endodontik mengalami kegagalan. Kegagalan
yang dimaksud di antaranya adalah masuknya mikroorganisme lewat kebocoran (leakage)
pada restorasi bagian mahkota gigi dan mikroorganisme yang masih ada dalam saluran akar
karena kurang bersihnya tindakan debridement saluran akar pada perawatan awal endodontik.
Tindakan debridement yang kurang tuntas ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor
operator dan faktor anatomi saluran akar. Faktor operator maksudnya adalah kurang
cermatnya operator dalam proses preparasi saluran akar, sehingga masih meninggalkan
kotoran / mikroorganisme. Tetapi yang lebih sering terjadi adalah karena faktor anatomi
saluran akar sendiri yang kurang menguntungkan. Saluran akar yang bengkok, sempit,
mengeras akan menyulitkan instrument endodontik untuk dapat melakukan pembersihan
saluran akar dengan tuntas (Ruddle, 2004).
Salah satu komplikasi dari perawatan endodontik adalah perforasi apikal. Perforasi
apikal dapat disebabkan karena dinding akar yang sudah tipis atau rapuh atau karena
kesalahan pengukuran panjang kerja. Perforasi dapat terjadi ketika perawatan endodontik dan
membawa kesulitan untuk dapat mengatasinya.
Akar yang mengalami perforasi dapat dirawat dengan pemberian bahan pengisi
(sealer). Bahan untuk sealing adalah salah satu dari faktor-faktor penting untuk prognosis
yang secara langsung mempengaruhi perbaikan defek. Beberapa bahan telah dianjurkan
untuk penggunaan sealing pada perforasi. Namun hasil yang berbeda telah menunjukkan
bahwa sejauh ini tidak ada bahan sealing yang ideal, yaitu bahan yang dapat memberikan
sealing yang optimal, manipulasi mudah, biokompatibilitas dan kemampuan induksi dari
osteogenesis dan sementogenesis.
Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah semen gigi yang telah disarankan sebagai
bahan pengisi untuk kebocoran antara gigi dan jaringan periodontal. MTA adalah bubuk
terdiri dari partikel hidrofilik tipis tricalcium silicate, tricalcium aluminate, tricalcium oxide,
silicate oxide, selain sejumlah kecil mineral oksida dan bismuth oxide, yang memberikan
radiopasitas (Broon et al, 2006). Namun, Wucherpfenning dan Green menekankan bahwa
MTA dan semen Portland yang tersedia untuk konstruksi yang sama seperti komposisi kimia
dan biokompatibilitasnya. Estrela, et al. Mengamati perbedaan antara bahan-bahan tersebut
adalah adanya bismuth oxide dalam MTA, yang digunakan untuk memberikan sifat
radiopasitas. Dan menurut penelitian yang dilakukan Broon dkk (2006), pro roof MTA, MTA
angelus dan Portland cement dapat menstimulasi pembentukan cementum baru di akar yang
perforasi pada gigi anjing.
2. Tinjauan Pustaka
2.2 Perforasi Apikal akibat Perawatan Endodonti
Berdasarkan penyebabnya, perforasi mahkota-akar dibedakan menjadi dua sebab
utama, yaitu iatrogenik dan patologik. Perforasi iatrogenik adalah komplikasi yang umum
dijumpai pada perawatan endodontik. Perforasi apikal iatrogenik biasanya disebabkan oleh
karena penggunaan alat preparasi yang berlebihan, operator gagal mengatasi apeks akar yang
bengkok pada saat instrumentasi dan hal ini tidak disadari oleh operator serta ukuran alat
yang digunakan pada saat instrumentasi terlalu besar atau kaku. Kadang – kadang untuk
membantu preparasi saluran akar sebelum perawatan endodontik selain menggunakan alat
yang digerakan mesin juga digunakan bahan kimia untuk melunakan dentin, apabila tidak
berhati hati pada saat instrumentasi dapat menyebabkan perforasi dinding lateral atau akar
yang membelok kearah apikal. Perforasi apikal menghalangi jalan masuk ke bagian 3-4 mm
terakhir saluran akar, jika tidak dirawat atau diisi akan menjadi fokal infeksi dan
menyebabkan penyakit periapikal. Keterampilan, perhatian, penggunaan kekuatan dan ukuran
instrument yang tepat membantu mencegah terjadinya kesalahan ini (Grossman, 1995).
Masalah lain pada perforasi apikal timbul waktu implantasi endodontik, kadang-kadang
secara sengaja. Dalam menempatkan suatu implan endodontik yang tidak lentur pada akar
bengkok, akar dilubangi untuk dapat menempatkan implan ini ke dalam tulang alveolar yang
seperti sepon. Beberapa klinisi ada juga yang melubangi kedua sisi akar yang sebelumnya
dirawat, untuk menempatkan implan secara horizontal melalui akar gigi yang posisinya jelek,
karena insersi implan secara konvensional akan melubangi plat tulang kortikal dan akan
menyebabkan kegagalan. Prognosis gigi yang dirawat dengan cara ini adalah meragukan, dan
perawatan semacam ini sedapat mungkin harus dihindari (Grossman, 1995).
2.3 Pro-root MTA
Bahan untuk perbaikan apikal, Pro-Root MTA terdiri dari bubuk halus dan partikel
hidrofilik. Hidrasi bubuk menciptakan gel koloid yang mengeras membentuk barrier
impermeable yang kuat yang menyembuhkan selama periode 4 minggu. Indikasi Pro-Root
MTA sebagai material untuk perbaikan akar gigi adalah:
1. Bahan pengisi ujung akar.
2. Untuk perbaikan dari saluran akar sebagai plug apical selama apeksifikasi.
3. Untuk perbaikan dari perforasi akar selama perawatan saluran akar.
4. Sebagai bahan pulp capping.
5. Untuk perbaikan perforasi sekunder dari resorpsi akar gigi.
Pembentukan barrier yang stabil terhadap kebocoran bakteri dan cairan merupakan
salah satu tanda klinis untuk suksesnya suatu material perbaikan saluran akar. Barrier
tersebut harus menutup komunikasi antara sistem saluran akan dan jaringan sekitarnya. Pro-
Root MTA merupakan salah satu bahan yang dapat membentuk barrier tersebut. Beberapa
penelitian yang lain menunjukkan bahwa migrasi bakteri pada perawatan dengan ProRoot
MTA lebih sedikit bila dibandingkan dengan material perbaikan akar gigi lainnya. ProRoot
MTA mempunyai biokompabilitas yang baik dengan jaringan vital. Sebuah dokumen
penelitian secara histologi menunjukkan bahwa Pro-Root MTA mempunyai respon klinis
sebaik material pengisi saluran akar (Anonim, 2011).
2.4 Angelus MTA
2.4.1 Deskripsi
MTA-Angelus adalah semen endodontik yang berkomposisikan beberapa mineral
oksida. Bahan ini diindikasikan secara khusus untuk perawatan saluran akar lateral dan
furkasi, reabsorpsi internal, bedah pareodontik, obturasi retrograde, proteksi pulpa direk,
pulpotomi pada saluran akar yang belum tumbuh dengan sempurna.(Angelus Indústria de
Produtos Odontológicos Ltda., Londrina, PR, Brazil)
2.4.2 Keuntungan
Ada beberapa keuntungan MTA-Angelus jika dibandingkan dengan amalgam dan
semen berbahan zinc oksida dan eugenol, antara lain:(Angelus Indústria de Produtos
Odontológicos Ltda., Londrina, PR, Brazil)
1. Merupakan bahan pengisi saluran akar yang sangat sempurna, dimana bahan ini dapat
mencegah migrasi bakteri dan penetrasi cairan dari jaringan ke dalam saluran akar.
2. Dapat menginduksi proses formasi dental barrier pada pulpa
3. Menutup perforasi pada saluran akar dan furkasi melalui induksi formasi sementum peri-
radikuler.
4. Dapat digunakan dengan suasana yang lembap tanpa kehilangan komposisi bahan itu
sendiri. Hal ini berbeda dengan bahan-bahan lainnya yang membutuhkan daerah kerja
yang benar-benar kering, yang biasanya sulit didapatkan khususnya pada bedah
pareodontik dan obturasi retrograde.
2.4.3 Indikasi
1. Perawatan yang melibatkan perforasi, baik perforasi saluran akar maupun furkasi.
2.4.4 Teknik Penggunaan
1. Siapkan 1 sendok takaran bubuk MTA-Angelus dan 1 tetes cairannya di atas glass lab.
2. Aduk selama 30 detik sampai tercapai homogenitas yang baik dari bubuk maupun
cairnnya. Setelah diaduk, semen ini memiliki konsistensi agak berpasir dan mirip
amalgam, namun lebih lembap.
Gambar X.X Cara pengadukan MTA-Angelus
3. Aplikasikan semen yang telah diaduk pada kavitas yang diinginkan.
4. Lakukan proses kondensasi pada semen yang telah diaplikasikan tersebut.
2.4.5 Komposisi MTA-Angelus
Komposisi dari MTA–Angelus sebagian besar terdiri atas semen Portland (80%) dan
bismut oksida (20%). Komponen utama penyusun MTA-Angelus, meliputi: trikalsium silikat
(3CaO.SiO2), dikalsium silikat (2CaO.SiO2), trikalsium aluminat (3CaO.Al2O3), dan kalsium
sulfat dehidrat (CaO.SO3.2H2O) (Broon, et al., 2006). Berdasarkan bahan kimia yang
menyusun, dikenal dua jenis semen dalam MTA-Angelus, yaitu MTA abu-abu (grey MTA)
dan MTA putih (white MTA). Berikut tabel perbedaan komposisi grey MTA dan white MTA:
(Broon et al., 2006; Song et al., 2006)
Tabel X.X Perbedaan komposisi grey MTA dan white MTA
Grey MTA White MTA
Terdapat tetrakalsium aluminoferit
(4CaO.Al2O3.Fe2O3)
Tidak terdapat terdapat tetrakalsium
aluminoferit (4CaO.Al2O3.Fe2O3)
Fase ferit tidak dihilangkan
konsentrasi besi dan mangan lebih
banyak
Penggunaan fluxing agent (clay) untuk
menghilangkan fase ferit selama proses
clinkering material utama berupa
batu karbonat tanpa kandungan besi
Terdapat besi oksida (Fe2O3) Tidak terdapat besi oksida (Fe2O3)
Tidak terdapat kalsium sulfat (CaSO4) Terdapat kalsium sulfat (CaSO4)
Berikut ini merupakan tabel komposisi dari beberapa sement endodontik: (Song et al., 2006)
2.4.6 Karakteristik MTA-Angelus
1. Sifat fisik dan kimiawi
Pada saat MTA-Angelus berkontak dengan air, dapat terbentuk seperti colloidal
gum yang dapat mengeras sendiri, berubah menjadi rigid dalam waktu 10 menit, dan
dalam waktu 4 jam pasca-aplikasi ke dalam kavitas gel. (Oliveira, et al., 2007)
Gambar X.X SEM Mikrograf dari MTA-Angelus yang sudah mengeras (Oliveira, et al., 2007)
2. Potensial hidrogenisasi (pH)
MTA-Angelus merupakan semen endodontic sealer yang memiliki pH sangat
alkali, pada awal pencampuran pH-nya dapat mencapai 10,2 sedangkan dalam waktu 3
jam pH-nya meningkat menjadi 12,5. pH ini dapat stabil di dalam kavitas. (Oliveira, et
al., 2007) Tingginya pH MTA-Angelus dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan dapat
berfungsi sebagai antibakteri untuk jangka waktu yang lama. Selain itu, pH yang alkalin
disertai kemampuan releasing kalsium dari MTA-Angelus juga dapat menstimulasi
mineralisasi jaringan. (Broon et al., 2006)
3. Radiopasitas
Radiopasitas white MTA-Angelus lebih tinggi daripada dentin dan jaringan tulang,
tetapi hampir mirip dengan radiopasitas gutta percha, sehingga visualisasi pada kontrol
rontgenologisnya cukup mudah dilakukan oleh operator. Radiopasitas MTA-Angelus
ditentukan oleh komponen bismut oksida yang terkandung, semakin tinggi konsentrasi
bismut oksida yang terkandung dalam suatu MTA, semakin radiopak juga saat dilakukan
pencitraan radiologisnya. (Song et al., 2006)
Berikut ini tabel dispersi energi sinar X dari komponen kimia yang terkandung
dalam MTA-Angelus:
Tabel X.X Tabel dispersi energy dari spectrometer sinar X (Song et al., 2006)
Gambar X.X Dispersi energi spektrum sinar X dari gray MTA (Song et al., 2006)
Gambar X.X Dispersi energi spektrum sinar X dari white MTA (Song et al., 2006)
4. Waktu pengerasan (hardening time)
Waktu pengerasan MTA-Angelus terjadi sekitar 10 menit. Ini merupakan waktu
yang cukup cepat bagi suatu semen endodontic sealer untuk mengeras. Cepatnya waktu
pengerasan ini dikarenakan pada MTA-Angelus tidak didapatkan penambahan kalsium
sulfat seperti pada ProRoot MTA yang waktu pengerasannya lebih lama, yaitu 2 jam.
Sehingga penggunaan MTA-Angelus pada prosedur tindakan yang rangkaiannya panjang,
biasanya semen yang dimanipulasi pada plate yang akan cepat mengeras dan sulit untuk
diaplikasikan. Oleh karena itu sangat direkomendasikan untuk melindungi semen dengan
tampon yang lembap. (Angelus Indústria de Produtos Odontológicos Ltda., Londrina, PR,
Brazil)
5. Resistensi tekanan
Resistensi tekanan MTA-Angelus setelah 21 hari dapat mencapai 70 MPa
(Oliveira, et al., 2007), sedangkan setelah 28 hari adalah sekitar 44,2 MPa, yaitu nilai
resistensi stabil dari MTA-Angelus. Kekuatan resistensi tekanan MTA-Angelus ini berada
di bawah standar nilai yang diterima, sehingga bahan ini tidak dapat diaplikasikan secara
langsung (direct) untuk pengisian area oklusal gigi. (Angelus Indústria de Produtos
Odontológicos Ltda., Londrina, PR, Brazil)
6. Kelarutan (solubility)
Kelarutan MTA-Angelus berada pada kisaran antara 0,1% dan 1 %. Hal ini tidak
menunjukkan tanda signifikan akan kelarutan MTA-Angelus di dalam kontak dengan
kelembapan, sehingga memberikan jaminan yang cukup baik untuk penutupan marginal.
(Angelus Indústria de Produtos Odontológicos Ltda., Londrina, PR, Brazil)
7. Kekuatan penutup (sealing power) dan infiltrasi mikro
Kekuatan penutup (sealing power) MTA-Angelus sudah teruji secara in vitro
untuk mengevaluasi kuantitas infiltrasi warna dalam perlekatan dentin dengan MTA-
Angelus. Didapatkan bahwa terdapat sedikit penyerapan warna ke dalam area perlekatan
tersebut. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa keberadaan material dengan kekuatan
penutupan yang tinggi akan menyebabkan sukarnya infiltrasi bakteri, karena bakteri yang
berkembang memiliki dimensi ukuran yang lebih besar jika dibandingkan dengan
molekul pewarna pada MTA-Angelus. (Hashem dan Hassanten, 2008)
Gambar X.X Histogram rerata absorpsi pewarnaan yang berhubungan dengan infiltrasi mikro (Hashem dan
Hassanten, 2008)
8. Ekstravasasi
Keberadaan sisa material di luar kavitas kerja operator selama tindakan obturasi
dari perforasi radikuler dapat menyebabkan overcoming periodontal linking yang dapat
mengakibatkan inflamasi dan lesi traumatik sehingga menghambat proses pembentukan
scar. (Angelus Indústria de Produtos Odontológicos Ltda., Londrina, PR, Brazil)
9. Resistensi terhadap pergerakan
MTA-Angelus memiliki kapasitas penempelan yang baik dalam menginduksi
pembentukan dinding dentin sekunder, karena bersifat resisten terhadap tekanan
dislokasi antara MTA-Angelus dengan dinding dentin. Sehingga MTA-Angelus dapat
diindikasikan untuk penutupan perforasi pada furkasi gigi dengan syarat dilakukan
penutupan terlebih dahulu dengan material restorasi intermedium sebelum digunakan
material restorasi permanen. (Angelus Indústria de Produtos Odontológicos Ltda.,
Londrina, PR, Brazil)
10. Sterilisasi
MTA-Angelus disterilisasi dengan sinar gamma-kobalt. Proses pensterilan MTA-
Angelus pada tahap berikutnya tidak terlalu dipentingkan karena MTA-Angelus
merupakan produk yang pH-nya sangat alkali, sehingga tidak memungkinkan adanya
pertumbuhan bakteri. (Angelus Indústria de Produtos Odontológicos Ltda., Londrina, PR,
Brazil)
11. Potensial klinis
Secara klinis, penggunaan MTA-Angelus dapat menyebabkan sedikit inflamasi
ringan dan didukung dengan tingginya aktivitas penutupan mineralisasi dari penggunaan
MTA-Angelus. Kedua kondisi tersebut mendukung adanya kemampuan MTA-Angelus
dapat menginduksi lebih dari 2/3 organisasi dari serabut ligament periodontal baru dan
menginduksi insersi ke dalam barier yang termineralisasi pada bentukan pembuluh darah
baru dan pada kondisi jaringan tulang normal didekat perforasi. Proses repairing ini mirip
dengan proses repairing oleh penggunaan kalsiun hidroksida. MTA-Agelus dapat
berfungsi juga sebagai sementokonduktor dan osteoinduktor. (Broon et al., 2006)
Gambar X.X MTA-Angelus mendemonstrasikan pembentukan baru dari jaringan yang termineralisasi pada
penutupan perforasi (P). Pengecatan HE-Olympus 10X (Broon et al., 2006)
2.5 White portland cement
Karakteristik permukaan white portland cement (WPC) jika dilihat dengan mikroskop
berbentuk pecahan kristal cuboidal atau beberapa area materi granular dengan karakteristik
bermotif coral jika dilihat dengan perbesaran yang tinggi. White Portland cement hampir
memiliki komposisi yang hampir sama dengan gray MTA,. Jika gray MTA terdiri dari
bismuth oxide dan calcium silicate oxide, struktur dari white Portland cement ini
mengandung potassium ion. Selain itu, struktur dari white Portland cement kurang homogen
dibandingkan dengan MTA (Jin-Seong et al, 2006).
WPC memiliki karakteristik mikroskopis, makroskopis dan analisa X-Ray yang sama
dengan MTA. sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rineiro et al (2006) menyebutkan
bahwa MTA dan PC tidak memiliki efek sitotoksik pada sel ovarium hamster. Hasil ini
digunakan sebagai pendukung tambahan akan keperluan PC dalam praktek kedokteran gigi.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Menezes et al (2004) menyebutkan bahwa baik
MTA maupun PC memiliki efektifitas yang baik sebagai proteksi pulpa pada evaluasi
histologis yang dilakukan pada kasus pulpotomi pada anjing. Oleh karena hasil yang
memuaskan yang didapatkan pada MTA dan PC, maka PC digunakan sebagai pengganti atau
alternatif dari MTA (De-Deus and Filho, 2007).
Sebuah studi kasus menjelaskan penggunaan WPC sebagai apical plug pada kasus
apeks terbuka. Bubuk WPC dicampur dengan air steril membentuk pasta WPC dengan
konsistensi yang lembut. Setelah itu, WPC diaplikasikan pada bagain apeks dari saluran akar
untuk membentuk apical plug (De-Deus and Filho, 2007).
Gambar 1. Aplikasi WPC dengan ketebalan 3mm pada apeks (De-Deus and Filho, 2007).
Setelah 7 bulan, tampak proses penyembuhan yang sempurna pada apeks dan setelah 1
tahun, tidak didapatkan reinfeksi dan gejala klinis.
Gambar 2. Setelah 7 bulamn perawatan, tampak penyembuhan yang sempurna
pada daerah periapikal (De-Deus and Filho, 2007).
Jika gray MTA terdiri dari bismuth oxide dan calcium silicate oxide, pada white
portland cement terdapat ion potassium. Selain itu, struktur dari white portland cemeent
kurang homogen dibandingkan dengan MTA.
WPC dibagi menjadi dua yaitu struktural dan non struktural. Pada kelompok non
struktural kaya akan material karbon, termasuk kalsium karbonat yang berfungsi untuk
memberikan komposisi concrete sehingga pencampuran mudah dilakukan. Perbedaan WPC
dan gray MTA terletak pada warna. Warna putih yang didapatkan pada WPC memerlukan
modifikasi pada metode pembuatannya, dan oleh sebab itu WPC memiliki harga yang lebih
mahal jika dibandingkan dengan gray MTA. Sebaiknya, dalam penggunaan WPC
menghindari adanya kontak langsung dengan mata, kulit, terhirup, maupun tertelan
3. Pembahasan
ProRoot MTA terdiri dari 75% semen portland, 20% bismuth oxide sebagai radiopasifikator
dan 5% kalsium sulfat untuk meningkatkan pengelolaanya. MTA-Angelus terdiri dari 80% semen
portland dan 20% bismuth oxide, dan keduanya berwarna putih dan abu-abu. Warna abu-abu pada
semen portland disebabkan oleh besi dan mangan. Oleh karena itu, saat terjadi penurunan konsentrasi
dari besi maka warna yang tampak akan lebih jernih. Sebagai tambahan, saat pembuatan semen putih
di pabrik menggunakan clay dan batu karbonat tanpa besi sebagai material utama. Menurut penelitian
Holland, et al. Pada tahun 2002 telah dievaluasi bahwa reaksi dari jaringan konektif tubulus dentin
pada tikus yang diisi dengan MTA putih dan abu-abu menunjukkan hasil yang serupa. Chakmakchi, et
al. membandingkan kapasitas dari sealant MTA putih dan abu-abu dengan semen portland pada
perforasi furkasi dari gigi manusia yang telah diekstraksi. Penelitiannya menunjukkan ada perbedaan
antara MTA putih dengan semen portland, tetapi tidak ada perbedaan antara grup MTA putih dengan
MTA abu-abu. Diamanti, et al. menganalisa komposisi kimia, pH dan karakteristik permukaan dari
MTA abu – abu dengan MTA putih (ProRoot MTA). Mereka mendemonstrasikan keduanya sama,
yang berbeda hanyalah komposisi kimia, seperti besi oksida (Fe2O3) yang tidak ditemukan di MTA
putih, dan kalsium sulfat (Ca2SO4) yang tidak ditemukan pada MTA abu – abu. Semen portland
digunakan pada penelitian ini, karena basis dari MTA. WPC diklasifikasikan menjadi dua bagian,
berstruktur dan tidak berstruktur. WPC tidak berstruktur terdapat material karbon (batu tanah), yang
terdiri terutama kalsium karbonat yang digunakan untuk mengembalikan konsentrasi dan mudah
dicampur, biasanya WPC digunakan pada pasta di ceramic, untuk membuat tumpukan hidrolik, yang
berarti aplikasi yang tidak berstruktur. Menurut Bernabe dan Holland ada banyak tipe dari semen.
Meskipun demikian, hanya beberapa yang memiliki hubungan dengan penelitian ini.
Beberapa material telah diteliti untuk mencari material yang ideal dari bahan pengisi saluran
akar. Meskipun tidak satupun dari material itu memenuhi syarat yang ideal. Pitt Ford, et al. meneliti
perforasi pada gigi anjing yang telah diisi dengan MTA atau amalgam dan ditemukan 6 kasus tanpa
keradangan, 1 kasus dengan keradangan sedang setelah 4 bulan. Holland, et al. menemukan perforasi
akar pada gigi anjing yang diisi dengan MTA dan Sealaplex. Setelah 30 hari, didapatkan 4 kasus
dengan tidak ada keradangan, 3 gigi dengan sel inflamasi. Setelah 180 hari, 10 kasus tidak didapatkan
keradangan, dan 2 gigi menunjukkan overflow dari material dan reaksi kronis inflamasi sedang
dengan adanya giant sel. Dalam penelitian ini, pada kelompok MTA ProRoot, didapatkan 3 gigi yang
mengalami keradangan dan 2 gigi yang tidak mengalami keradangan. Pada kelompok MTA Angelus,
didapatkan 4 gigi yang mengalami keradangan, 1 gigi sedang sampai ringan dan tidak ada
keradangan. Pada kelompok WPC, semua gigi mengalami inflamasi yang sedang sampai ringan (4
gigi). Meskipun penelitian statistik Kruska Wallis menggunakan sampel kecil dengan hasil yang
berbeda – beda, menunjukkan bahwa di antara bahan – bahan tersebut tidak ada perbedaan yang
signifikan. Bahkan ada yang mengalami keradangan sedang sampai ringan pada empat bahan sealant
dengan WPC dan MTA Angelus dibandingkan menggunakan ProRoot MTA didapatkan hasil 3 gigi
yang mengalami keradangan, aplikasi klinis harus banyak dilakukan menggunakan 4 bahan dengan
perbaikan sebagian atau seluruhnya. Beberapa kasus mencoba untuk memperbaiki jaringan
periodontal. Diyakini bahwa infiltrasi keradangan yang diamati dalam penelitian ini adalah terkait
dengan disperse dari sealing material mungkin karena kurangnya kontrol dari komponen kimia WPC,
situasi yang tidak terjadi dengan ProRoot MTA dan MTA Angelus, yang menggunakan kualitas
normal, kualitas kontrol yang digunakan sebagai material kedokteran gigi.
Pengisian yang berlebih (over-filling) dapat menyebabkan inflamasi kronis.
terjadi pembentukan jaringan yang mengalami mineralisasi di sekitar material yang overflow .
Setelah 90 hari material akan teresorbsi sebagian atau seluruhnya. Resorbsi membutuhkan lebih
banyak waktu, karena 18.8% MTA tidak larut dalam air.
pembuatan plug kalsium hidroksida atau matriks yang membatasi MTA hanya pada daerah
perforasi. pengaplikasian MTA harus hati-hati dengan tekanan yang minimum. material tidak boleh
diisi pada periodontal space. MTA tidak menyebabkan efek sitotoksik ketika diaplikasikan pada
kultur ligamen periodontal manusia. Terjadi perbaikan pada daerah resorpsi di dentin dan sementum.
Beberapa gigi tanpa mengalami penutupan yang memperlihatkan usaha untuk menutup kerusakan,
dimulai dari daerah di bawah kerusakan, dengan deposisi melebihi sementum yang ada. Data ini sama
dengan data Pitt Ford et al, mereka melakukan penelitian dengan menggunakan gigi anjing yang
perforasi yang segera ditutup dengan MTA lalu diobservasi deposisi dari sementum pada 5 gigi
setelah 4 bulan. Gigi dengan kontaminasi menunjukan bentukan baru hanya pada 2 gigi, hal ini
membuktikan bahwa kasus tersebut dengan bentukan yang tidak sempurna membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk diobservasi penutupan yang sempurna. Penelitian baru-baru ini menunjukkan kasus
yang menghubungkan dengan inflamasi kronis yang berat, hal tersebut bisa menyatakan mengenai
bakteri. Namun, tidak ada studi khusus mengenai hal tersebut, tidak ada identifikasi bakteri, karena
pemotongan dilakukan secara seri dan blok keluar selama proses perbaikan. Proses penutupan pada
gigi dengan reparasi MTA yang diikuti inflamasi menurut Pitt Ford et al, Holland et al, Thomson et
al, hal tersebut karena kapasitas dari MTA yang menstimulus neo formasi dari mineralisasi jaringan
menurut Holland et al, hal itu untuk mekanisme aksi yang sama dengan kalsium hidroksida. Holland,
et al. menemukan bahwa 9 dari 10 gigi dengan adanya pembentukan sementum baru selama 180 hari,
beberapa dengan bentukan defek seperti saluran yang tidak teratur berisi jaringan ikat, Holland et al.
mendemonstrasikan bahwa kalsium hidroksida, MTA dan semen Portland, menentukan formasi dari
calcic granules dan jaringan yang termineralisasi, pada sub-adjacent ke tubulus dentin tertanam
dalam jaringan subkutan. Menurut penulis, mechanism of action selama pencampuran dari MTA
dengan air menjadi kalsium hidroksida ketika berkontak dengan cairan jaringan, hal ini berhubungan
dengan ion-ion dari kalsium dan hidroksil. Ion kalsium bereaksi dengan gas karbonik pada jaringan
karbonik, menghasilkan calcite granules, yang berasal dari akumulasi fibronektin, yang dihasilkan
fibroblastos, makrofag dan sel endothelial. Menurut Seux et al. fibronektin bertanggung jawab
terhadap migrasi dan adesi dari sel sel periodontal, yang memekakan dan menumpuk kolagen tipe 1,
membentuk matriks organik ekstraseluler, mendorong diferensiasi sel sementoblas, bertanggung
jawab terhadap deposisi dari jaringan yang termineralisasi pada daerah reabsorbsi. Thomson et al.
mengevaluasi kapasitas diferensiasi dari sementoblas pada permukaan, menunjukkan bahwa material
mengawali produksi dari osteocalcina dan merangsang produksi dari matriks yang termineralisasi,
MTA sebagai material cementokonduktor. Moretton et al. setelah implantasi MTA pada jaringan
osseus dan subkutan pada tikus, menjadi osteoindutor. Meskipun demikian lebih dari
cementoconductor atau osteoinductor dipercaya bahwa MTA bisa menciptakan kondisi fisical sealant
yang ideal, yang berarti bahwa itu tidak akan larut bahkan dengan darah, MTA mempunyai pH yang
tinggi dan ion kalsium yang tinggi, MTA juga bisa menghentikan pertumbuhan dan melewati bakteri
dari jaringan periodontal ke tempat yang ada perforasi lokalnya dengan aksi mekanisme dari alkalin
yang tinggi, keadaan fisik, kimia dan biologi, reaksi organisme, menstimulasi proses reparasi, sebagai
bukti klinis dari mayoritas sealant perforasi biologis pada kasus ini. Aspek lain yang ditandai oleh
beberapa penulis seperti Saidon, et al. yang menganggap semen Portland mempunyai potensi untuk
digunakan sebagai bahan restorasi yang murah, walaupun itu seharusnya belum digunakan pada
pasien. Bernabe dan Holland menyatakan bahwa penggunan semen Portland masih harus melibatkan
etika dan prinsip-prinsip yuridis dan penulis tidak setuju dengan penggunaan WPC pada pasien karena
bahan tersebut bisa mengakibatkan reaksi pada jaringan periodontal, sama dengan yang ditunjukkan
pada penelitian dengan menggunakan anjing.
4. Kesimpulan
Menurut metodologi dan mempertimbangkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa
tiga bahan dirangsang oleh pembentukan sementum baru pada perforasi akar gigi anjing,
peradangan yang muncul dikaitkan dengan berlebihannya bahan sealing pada jaringan
periodontal.
5. Daftar Pustaka
Anonim. 2011. ProRoot MTA Root Repair Material; The Clear Choice For Predictable
Results. Available from www.tulsadentalspecialties.com
Grossman, Louis I.; Oliet, Seymour; Del Rio, Carlos E. 1995. Ilmu Endodontik dalam
Praktek. Ed 11th. Jakarta: EGC. h 350.
Ruddle, Clifford J. DDS. CDA. 2004. Nonsurgical Endodontic Retreatment. Journal
Vol.32, No. 6. pp.474-484
Jin-Seon Song, BDS, MS, FRACDS,a Francis K. Mante, DMD, PhD,b William J.
Romanow,c and Syngcuk Kim, DDS, PhD,d Philadelphia, PA. 2006. Chemical
analysis of powder and set forms of Portland cement, gray ProRoot MTA, white
ProRoot MTA, and gray MTA-Angelus.
De-deus and Filho. 2007. The Use of White Portland Cement as an Apical Plug in A
Tooth with necrotic Pulp and Wide-Open Apex: A case Report. Rio De Janeiro: International
Endodontic journal.
Angelus Indústria de Produtos Odontológicos Ltda., Londrina, PR, Brazil. Available
on http://www.angelus.ind.br/en/endodontics/mta/
Broon, NJ. et al. 2006. Healing Of Root Perforations Treated With Mineral Trioxide
Aggregate (MTA) And Portland Cement. Journal of Applied Oral Science. vol. 5, n. 14, p.
305-311.
Hashem AAR. and Hassanten EE. 2008. ProRoot MTA, MTA-Angelus and IRM Used to
Repair Large Furcation Perforations: Sealability Study. J Endod;34:59–61
Oliveira MG., Xavier CB., Demarco FF., Pinheiro ALB., Costa At., Pozza DH. 2007.
Comparative Chemical Study of MTA and Portland Cements. Braz Dent J. 18(1): 3-7
Song JS., Mante FK., Romanow WJ., Kim S. 2006. Chemical analysis of powder and
set forms of Portland cement, gray ProRoot MTA, white ProRoot MTA, and gray MTA-
Angelus. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod; 102:809-15
Tjio Devi: 082131416659
Tika juga