laporan ta (all in one pdf)
TRANSCRIPT
-
i
KUALITAS LAYANAN VOICEMAIL PADA JARINGAN VOIP
ANTAR SERVER ASTERISK DAN ONDO PBX
TUGAS AKHIR
Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan
dalam rangka menyelesaikan pendidikan sarjana S1
pada Jurusan Teknik Elektro
DISUSUN OLEH :
YAN ALIT LEO ROSADI
NIM. 0504405080
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2010
-
ii
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
JUDUL : KUALITAS LAYANAN VOICEMAIL PADA
JARINGAN VOIP ANTAR SERVER ASTERISK
DAN ONDO PBX
NAMA : YAN ALIT LEO ROSADI
NIM : 0504405080
JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO
BIDANG STUDI : TELEKOMUNIKASI
KONSENTRASI : TEKNIK JARINGAN TELEKOMUNIKASI
DIUJI TANGGAL : 4 OKTOBER 2010
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I
Ir. Pande Ketut Sudiarta, M.Erg
NIP. 19671030 199303 1 003
Dosen Pembimbing II
Ngurah Indra ER, ST. M.Sc
NIP. 132 303 077
Mengetahui :
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Udayana
Ir. Lie Jasa, MT
NIP. 19661218 199103 1 003
-
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan sebagai tugas akhir di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Denpasar, Oktober 2010
Yan Alit Leo Rosadi
-
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan doa dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul : Kualitas Layanan Voicemail
pada Jaringan Voip Antar Server Asterisk dan Ondo PBX .
Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki, sehingga dalam penulisan Tugas Akhir ini mungkin terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Ucapan-ucapan terima kasih dan rasa hormat tentunya perlu penulis
sampaikan kepada pihak-pihak yang telah berperan dan membantu
terselesaikannya laporan ini, diantaranya :
1. Bapak Ir. Lie Jasa, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro dan sebagai
Pembimbing Akademik.
2. Bapak Ir. Pande Ketut Sudiarta, M.Erg., selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan perhatian.
3. Bapak Ngurah Indra ER., ST., MSc. selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan perhatian.
4. Ibu Ir Linawati Meng.Sc., Ph.D., selaku Direktur GDLN yang telah
memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian di gedung
GDLN.
5. Bapak Widyadi Setiawan, S.T., M.T., selaku koordinator Tugas Akhir.
6. Orang tua dan kakak penulis yang sudah banyak memberikan dukungan
baik materiil maupun moril.
7. Teman-teman penulis yang telah memberikan bantuan dan dukungan
selama penulis menyusun Tugas Akhir ini. Seperti Adi, Juni, Andreas,
Sagita, Sumatera, Widyantara, Budiana, Wira, Juliastini, Apriana yang
telah menyempatkan diri dan meluangkan waktu untuk menjadi responden
dalam tugas akhir ini.
-
v
8. Kak Putri dan Sidemen yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan
tugas akhir ini secara langsung maupun tak langsung.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan
dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Denpasar, Oktober 2010
Penulis
-
vi
ABSTRAK
Di Universitas Udayana sudah tersedia layanan telepon VoIP untuk
pegawai, dosen dan bahkan untuk mahasiswa. Untuk saat ini Universitas Udayana
menggunakan dua buah server VoIP yaitu Asterisk server untuk menangani
telepon tiap-tiap kantor dan fakultas sedangkan Ondo PBX server untuk
menangani user pegawai dan mahasiswa. Kedua server ini sudah dihubungkan
satu sama lain sehingga user dari Ondo PBX dapat menghubungi user dari
Asterisk server dan begitu pula sebaliknya. Salah satu dari fasilitas yang terdapat
pada Asterisk dan Ondo PBX adalah voicemail. Layanan voicemail sangat
bermanfaat, karena jika ada informasi penting yang ingin disampaikan oleh
penelepon dan nomor yang dihubungi dalam keadaan sibuk atau tidak aktif, maka
pesan dapat diberikan melalui layanan voicemail. Pada Tugas Akhir ini diamati
bagaimana kualitas layanan voicemail pada hubungan antara dua server
(Asterisk dan Ondo PBX). Seperti pengaruh penggunaan jenis codec G711
-law dan iLBC, serta pengaruh kapasitas bandwidth yang diberikan
terhadap kualitas suara yang tersimpan dalam voicemail. pengujian dilakukan
dengan metode objektif dan subjektif. Pengamatan dilakukan dengan pengaturan
bandwidth yang dibutuhkan codec G.711 -law dan iLBC dengan HTB. Pada
penilaian objektif, selama proses komunikasi berlangsung diamati kepadatan
trafik yang terpakai menggunakan PRTG. Delay, jitter dan packet loss diamati
dengan melihat statistik pada Wireshark. Sedangkan untuk penilaian subjektif
dilakukan dengan penilaian MOS dari para responden.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa jika bandwidth yang
disediakan sesuai atau lebih besar dengan kebutuhan codec G.711 -law dan
iLBC, kualitas suara voicemail yang dihasilkan di sisi penerima tidak mengalami
penurunan yang signifikan (MOS > 4). Sedangkan jika bandwidth yang
disediakan lebih kecil dari kebutuhan, maka akan mempengaruhi kualitas suara
yang dihasilkan, dimana semakin kecil bandwidth yang diberikan maka kualitas
suara yang dihasilkan semakin rendah (MOS < 4). Bandwidth minimum untuk
penerimaan voicemail di client penerima yang masih memenuhi standar
komunikasi VoIP untuk codec G.711 -law adalah 77 kbps sedangkan untuk
codec iLBC adalah 24,66 kbps. Semakin banyak jumlah paket data voicemail
yang terkirim di penerima pada saat bandwidth minimum, semakin besar pula
drop packet yang terjadi. Bandwidth yang dibutuhkan untuk pengiriman voicemail n client secara bersamaan merupakan kelipatan n terhadap kebutuhan bandwidth codec yang digunakan.
Kata kunci : Voicemail, Codec, Bandwidth, Delay, Jitter, Packet Loss, MOS
-
vii
ABSTRACT
At the University of Udayana already available VoIP telephone service for
staff, faculty and even students. For now, Udayana University using two VoIP
server is an Asterisk server to handle the phone every office and faculty while
Ondo PBX server to handle the user's employees and students. Both of server is
connected to one another so that users from Ondo PBX can contact the user from
the Asterisk server and vice versa. One of the facilities available in Asterisk and
Ondo PBX is voicemail. Voicemail service very useful, because if there is
important information to be conveyed by the caller and the call in number is busy
or inactive, the message can be given through a voicemail service. In this Final
observed how the voicemail service quality on the relationship between the two
servers (Asterisk and Ondo PBX). As the influence of the use of G711 -law and iLBC codec, and the influence of the bandwidth given to the quality of sound that
are stored in the voicemail. Testing is done with objective and subjective methods.
Observations were made with the required bandwidth setting for G.711 -law and iLBC codec with HTB. In an objective assessment, during the communication
process was observed density of usable traffic using PRTG. Delay, jitter and
packet loss observed by looking at statistics on Wireshark. Whereas for the
subjective assessment was done by MOS rating from the respondents.
From the results can be known that if the bandwidth provided equal or
greater in accordance with the needs of G.711 -law and iLBC codec, voicemail sound quality produced on the receiver side does not decrease significantly (MOS
> 4). Meanwhile, if the bandwidth provided is less than demand, it will affect
sound quality, where the smaller bandwidth is used, the lower quality of sound
produced (MOS
-
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ....................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Voice Over Internet Protocol..................................................................... 6
2.1.1 Format paket VoIP ......................................................................... 7
2.1.2 Kualitas layanan VoIP ................................................................... 8
2.1.2.1 Delay ................................................................................ 8
2.1.2.2 Jitter ................................................................................. 9
2.1.2.3 Packet loss ....................................................................... 10
2.1.2.4 Penilaian MOS ................................................................. 10
2.1.3 Bandwidth ...................................................................................... 11
2.1.4 Bit rate ............................................................................................ 12
-
ix
2.1.5 Arsitektur jaringan VoIP ................................................................ 12
2.1.6 Konfigurasi jaringan VoIP ............................................................. 13
2.2 Protokol SIP ............................................................................................... 14
2.2.1 Susunan protokol SIP ..................................................................... 15
2.2.2 Komponen SIP ............................................................................... 16
2.2.3 Pesan pada SIP ............................................................................... 18
2.3 Standar Kompresi Data Suara .................................................................... 20
2.3.1 Codec G.711 .................................................................................. 20
2.3.2 Codec iLBC ................................................................................... 20
2.4 Asterisk Server .............................................................................................. 22
2.5 Ondo PBX Server ...................................................................................... 23
2.6 Voicemail ................................................................................................... 24
2.7 Manajemen Jaringan .................................................................................. 28
2.7.1 Hierarchical Token Bucket ............................................................ 29
2.7.2 Paessler Router Traffic Grapher ................................................... 31
2.7.3 Wireshark ....................................................................................... 32
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 33
3.2 Data ............................................................................................................ 33
3.2.1 Sumber data ................................................................................... 33
3.2.2 Jenis data ........................................................................................ 34
3.2.3 Teknik pengumpulan data .............................................................. 34
3.3 Konfigurasi Jaringan .................................................................................. 35
3.4 Skenario Pengujian Sistem ........................................................................ 37
3.4.1 Skenario 1 ...................................................................................... 37
3.4.2 Skenario 2 ...................................................................................... 38
3.5 Spesifikasi Hardware dan Software .......................................................... 38
3.6 Metode Analisis ......................................................................................... 40
3.7 Alur Analisis .............................................................................................. 43
3.8 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan .................................................................... 45
-
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum ........................................................................................................ 46
4.2 Konfigurasi Jaringan .................................................................................. 47
4.2.1 Server VoIP .................................................................................... 50
4.2.1.1 Asterisk Server ................................................................ 50
4.2.1.2 Ondo PBX Server ............................................................ 55
4.2.2 X-Lite SIP soft phone .................................................................... 58
4.2.3 Hierarchical Token Bucket sebagai manajemen bandwidth .......... 59
4.2.4 PRTG ............................................................................................. 62
4.2.5 Wireshark ....................................................................................... 63
4.3 Proses Pengujian Penelitian ....................................................................... 64
4.3.1 Proses pengujian untuk skenario pertama ...................................... 64
4.3.2 Penentuan nilai bandwidth ............................................................. 64
4.3.3 Proses pengujian skenario pertama ................................................ 67
4.3.4 Proses pengujian skenario kedua ................................................... 68
4.4 Analisis Pengujian Skenario Pertama ........................................................ 68
4.4.1 Analisis call flow ........................................................................... 68
4.4.1.1 Call flow pengiriman pesan voicemail ............................. 68
4.4.1.2 Call flow penerimaan pesan voicemail ............................ 72
4.4.2 Analisis Kualitas Layanan Voicemail ............................................ 74
4.4.2.1 Codec G.711 -law .......................................................... 75
4.4.2.2 Codec iLBC ..................................................................... 85
4.5 Analisis Pengujian Skenario Kedua........................................................... 94
4.5.1 Codec G.711 -law ........................................................................ 94
4.5.1 Codec iLBC ................................................................................... 98
4.6 Analisis Pengaruh Panjang Pesan Terhadap Kualitas Layanan
Voicemail pada Penerima saat Disediakan Bandwidth Minimum ............. 103
-
xi
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan .................................................................................................... 105
5.2 Saran .......................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram VoIP .............................................................................. 6
Gambar 2.2 Format Paket VoIP ...................................................................... 7
Gambar 2.3 Terjadinya jitter ........................................................................... 9
Gambar 2.4 Arsitektur Protokol SIP ............................................................... 15
Gambar 2.5 Sesi Komunikasi pada SIP Server ............................................... 18
Gambar 2.6 Grafik perbandingan MOS dan Packet Loss iLBC .................... 21
Gambar 2.7 Blok Diagram Voicemail ............................................................. 25
Gambar 2.8 Blok Diagram Voicemail PBX .................................................... 26
Gambar 2.9 Cara kerja Token Bucket Filter (TBF) ........................................ 30
Gambar 3.1 Skema Jaringan VoIP dengan Server Asterisk atau Ondo PBX
Skenario 1 .................................................................................... 35
Gambar 3.2 Skema Jaringan VoIP Antar Server Asterisk dan Ondo PBX
Skenario 1 .................................................................................... 35
Gambar 3.3 Skema Jaringan VoIP dengan Server Asterisk atau Ondo PBX
Skenario 2 .................................................................................... 36
Gambar 3.4 Skema Jaringan VoIP Antar Server Asterisk dan Ondo PBX
Skenario 2 .................................................................................... 36
Gambar 3.5 Diagram alur analisis ................................................................... 44
Gambar 4.1 Skema Jaringan VoIP dengan Server Asterisk atau Ondo PBX
Skenario 1 .................................................................................... 47
Gambar 4.2 Skema Jaringan VoIP Antar Server Asterisk dan Ondo PBX
Skenario 1 .................................................................................... 48
Gambar 4.3 Skema Jaringan VoIP dengan Server Asterisk atau Ondo PBX
Skenario 2 .................................................................................... 49
Gambar 4.4 Skema Jaringan VoIP Antar Server Asterisk dan Ondo PBX
Skenario 2 .................................................................................... 49
Gambar 4.5 Asterisk Module dan Built Option Selection............................... 52
Gambar 4.6 Membuat user pada SIP server .................................................... 57
-
xiii
Gambar 4.7 Seting dialplan untuk menghubungkan ke server Asterisk ......... 57
Gambar 4.8 Membuat user PBX sesuai dengan user SIP Server .................... 58
Gambar 4.9 X-Lite untuk Windows ................................................................ 59
Gambar 4.10 Tampilan awal Webmin .............................................................. 60
Gambar 4.11 Instalasi modul HTB melalui webmin ......................................... 60
Gambar 4.12 Tampilan hierarchy token bucket queuing .................................. 61
Gambar 4.13 Form PRTG pada saat belum aktif .............................................. 63
Gambar 4.14 Tampilan Wireshark .................................................................... 64
Gambar 4.15 Call flow pengiriman voicemail pada Asterisk Server ................ 69
Gambar 4.16 Call flow pengiriman voicemail pada ONDO PBX ..................... 69
Gambar 4.17 Call flow pengiriman voicemail dari Asterisk ke Ondo PBX...... 70
Gambar 4.18 Call flow pengiriman voicemail dari Ondo PBX ke Asterisk...... 70
Gambar 4.19 Call flow penerimaan pesan voicemail pada Asterisk Server ...... 72
Gambar 4.20 Call flow penerimaan pesan voicemail pada Ondo PBX ............. 73
Gambar 4.21 Grafik PRTG codec G.711 -law tanpa pengaturan
bandwidth, interval 1 detik. (a)Pada Asterisk server; (b) Pada
ONDO PBX; (c) Pada Pengiriman dari Asterisk ke ONDO
PBX; (d) Pada Pengiriman dari ONDO PBX ke Asterisk. .......... 76
Gambar 4.22 Grafik PRTG codec G.711 -law pada bandwidth 107 kbps,
interval 1 detik pada Asterisk Server. .......................................... 77
Gambar 4.23 Grafik PRTG codec G.711 -law pada bandwidth 67 kbps,
interval 1 detik pada Asterisk Server. .......................................... 77
Gambar 4.24 Grafik perbandingan delay terhadap ketersediaan bandwidth
untuk tiap-tiap konfigurasi jaringan. ........................................... 79
Gambar 4.25 Grafik perbandingan jitter dengan ketersediaan bandwidth
untuk tiap-tiap konfigurasi jaringan. ........................................... 79
Gambar 4.26 Grafik perbandingan nilai MOS terhadap ketersediaan
bandwidth untuk tiap-tiap konfigurasi jaringan pada penerima .. 83
Gambar 4.27 Grafik PRTG codec iLBC tanpa pengaturan bandwidth,
interval 1 detik. (a) Pada Asterisk server; (b) Pada ONDO
PBX; (c) Pada Pengiriman dari Asterisk ke ONDO PBX; (d)
-
xiv
Pada Pengiriman dari ONDO PBX ke Asterisk .......................... 86
Gambar 4.28 Grafik PRTG codec iLBC pada bandwidth 34,66 kbps,
interval 1 detik pada Asterisk Server ........................................... 87
Gambar 4.29 Grafik PRTG codec iLBC pada bandwidth 24,66 kbps,
interval 1 detik pada Asterisk Server ........................................... 87
Gambar 4.30 Grafik perbandingan delay terhadap ketersediaan bandwidth
untuk tiap-tiap konfigurasi jaringan ............................................ 89
Gambar 4.31 Grafik perbandingan jitter dengan ketersediaan bandwidth
untuk tiap-tiap konfigurasi jaringan ............................................ 89
Gambar 4.32 Grafik perbandingan nilai MOS terhadap ketersediaan
bandwidth untuk tiap-tiap konfigurasi jaringan pada penerima .. 92
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penilaian MOS terhadap kualitas layanan VoIP .............................. 11
Tabel 2.2 SIP request message ......................................................................... 19
Tabel 2.3 SIP response message....................................................................... 19
Tabel 2.4 Perbandingan jenis-jenis codec ........................................................ 22
Tabel 3.1 Penilaian Mean Opinion Score terhadap kualitas layanan VoIP...... 31
Tabel 3.2 Jadwal pelaksanaan kegiatan ............................................................ 45
Tabel 4.1 Bandwidth untuk komunikasi VoIP ................................................. 67
Tabel 4.2 Penggunaan bandwidth pada Codec G.711 -law ........................... 75
Tabel 4.3 Pengamatan codec G.711 -law pada Asterisk Server dan ONDO
PBX. ................................................................................................. 78
Tabel 4.4 Pengamatan codec G.711 -law pada komunikasi client antar
server ................................................................................................ 78
Tabel 4.5 Packet loss code G.711 -law pada server asterisk dan ONDO
PBX .................................................................................................. 80
Tabel 4.6 Packet loss code G.711 -law pada hubungan antar server ............. 80
Tabel 4.7 Nilai MOS rata-rata pesan voicemail codec G711 -law yang
tersimpan di server ........................................................................... 81
Tabel 4.8 Nilai MOS rata-rata voicemail codec G711 -law setelah
terdengar pada penerima .................................................................. 81
Tabel 4.9 Penggunaan bandwidth pada Codec iLBC ....................................... 85
Tabel 4.10 Pengamatan codec iLBC pada Asterisk Server dan ONDO PBX ... 88
Tabel 4.11 Pengamatan codec iLBC pada komunikasi client antar server ........ 88
Tabel 4.12 Packet loss codec iLBC pada server asterisk dan ONDO PBX ....... 90
Tabel 4.13 Packet loss codec iLBC pada hubungan antar server ...................... 90
Tabel 4.14 Nilai MOS untuk codec iLBC untuk tiap konfigurasi jaringan ..... 91
Tabel 4.15 Nilai MOS voicemail pada server untuk codec G711 ..................... 94
Tabel 4.16 Bandwidth yang digunakan codec G711 -law untuk setiap
konfigurasi jaringan.......................................................................... 95
-
xvi
Tabel 4.17 Penambahan client terhadap delay, jitter dan packet loss pada
Asterisk Server ................................................................................. 96
Tabel 4.18 Penambahan client terhadap delay, jitter dan packet loss pada
ONDO PBX...................................................................................... 97
Tabel 4.19 Penambahan client terhadap delay, jitter dan packet loss pada
Asterisk to ONDO ............................................................................ 97
Tabel 4.20 Penambahan client terhadap delay, jitter dan packet loss pada
ONDO to Asterisk ............................................................................ 98
Tabel 4.21 Nilai MOS voicemail pada server untuk codec iLBC ..................... 99
Tabel 4.22 Bandwidth yang digunakan codec iLBC untuk masing-masing
konfigurasi jaringan.......................................................................... 99
Tabel 4.23 Penambahan client terhadap delay, jitter dan packet loss pada
Asterisk Server ................................................................................. 100
Tabel 4.24 Penambahan client terhadap delay, jitter dan packet loss pada
ONDO PBX...................................................................................... 101
Tabel 4.25 Penambahan client terhadap delay, jitter dan packet loss pada
Asterisk to ONDO ............................................................................ 101
Tabel 4.26 Penambahan client terhadap delay, jitter dan packet loss pada
ONDO to Asterisk ............................................................................ 102
Tabel.4.27 Penambahan durasi voicemail terhadap kualitas layanan untuk
codec G.711 -law ........................................................................... 103
Tabel.4.28 Penambahan durasi voicemail terhadap kualitas layanan untuk
codec iLBC ....................................................................................... 103
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Universitas Udayana sudah tersedia layanan telepon VoIP untuk
pegawai, dosen dan bahkan untuk mahasiswa. Layanan VoIP ini diterapkan
dengan menggunakan jaringan LAN (Local Area Network) yang sudah terhubung
pada tiap tiap Fakultas di lingkungan Universitas. Telepon VoiP ini disediakan
sebagai sarana telekomunikasi alternatif di lingkungan Universitas Udayana selain
melalui provider telepon yang sudah ada. Untuk saat ini Universitas Udayana
menggunakan dua buah server VoIP yaitu Asterisk server untuk menangani
telepon tiap-tiap kantor dan fakultas sedangkan Ondo PBX server untuk
menangani user pegawai dan mahasiswa. Kedua server ini sudah dihubungkan
satu sama lain sehingga user dari Ondo PBX dapat menghubungi user dari
Asterisk server dan begitu pula sebaliknya. Asterisk dan Ondo PBX memiliki
beberapa fasilitas seperti conference, voicemail, music on hold, dan IVR.
Salah satu dari fasilitas di atas adalah voicemail, yaitu suatu fasilitas yang
memungkinkan penelepon untuk meninggalkan pesan suara pada nomor yang
dihubungi jika nomor yang dihubungi dalam keadaan sibuk atau tidak aktif.
Layanan voicemail sangat bermanfaat, karena jika ada informasi penting yang
ingin disampaikan oleh penelepon dan nomor yang dihubungi dalam keadaan
sibuk atau tidak aktif, maka pesan dapat diberikan melalui layanan voicemail.
Kemudian jika penerima ingin mendengar pesan voicemail dapat menekan
nomor tertentu pada telepon untuk masuk ke menu voicemail.
Penelitian tugas akhir dengan topik voicemail telah dilakukan sebelumnya,
yaitu tentang Unjuk Kerja Voicemail Pada Jaringan VoIP Dengan Berbasiskan
Server Asterisk oleh Muhamad Suhendi. Tugas akhir tersebut meneliti tentang
pengaruh penambahan jumlah client menelepon terhadap bandwidth yang
digunakan dan bandwidth minimum yang digunakan untuk masing-masing codec
G711 dan GSM untuk aplikasi voicemail. Dari hasil penelitian tersebut
-
2
disimpulkan bahwa bandwidth yang dibutuhkan untuk koneksi K client merupakan
kelipatan K terhadap kebutuhan bandwidth codecnya, sehingga kebutuhan bandwidth
untuk setiap codec berbanding lurus dengan pertambahan jumlah client serta
bandwidth minimum yang dibutuhkan codec G711 A-law dan GSM masing
masing adalah 80 kbps dan 31 kbps.
Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas timbul ide untuk melanjutkan
penelitian Muhamad Suhendi untuk mengamati bagaimana kualitas layanan
voicemail pada hubungan antara dua server (Asterisk dan Ondo PBX). Yaitu
seperti pengaruh penggunaan jenis codec G711 -law dan iLBC, serta
pengaruh kapasitas bandwidth yang diberikan terhadap kualitas suara yang
tersimpan dalam voicemail.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang timbul pada latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut,
1. Bagaimana pengaruh kapasitas bandwidth yang disediakan pada masing-
masing codec yang digunakan terhadap kualitas layanan VoIP
voicemail pada jaringan VoIP berbasis Asterisk, Ondo PBX, dan
hubungan antar Asterisk dan Ondo PBX server?
2. Bagaimana kualitas suara voicemail yang terkirim ke server dan sesudah
terdengar di penerima?
3. Berapa bandwidth minimum yang dibutuhkan masing-masing codec
untuk aplikasi voicemail pada jaringan VoIP berbasis Asterisk, Ondo
PBX, dan hubungan antar Asterisk dan Ondo PBX server?
4. Apakah terdapat pengaruh pengiriman pesan voicemail secara bersamaan
terhadap kualitas suara voicemail yang tersimpan di server?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut,
1. Mengetahui pengaruh kapasitas bandwidth yang disediakan pada masing-
masing codec yang digunakan terhadap kualitas layanan voicemail
-
3
pada jaringan VoIP berbasis Asterisk, Ondo PBX, dan hubungan antar
Asterisk dan Ondo PBX server.
2. Mengetahui kualitas suara voicemail sebelum terkirim ke server dan
sesudah terdengar di penerima.
3. Mengetahui bandwidth minimum yang dibutuhkan masing-masing codec
untuk aplikasi voicemail pada jaringan VoIP berbasis Asterisk, Ondo
PBX, dan hubungan antar Asterisk dan Ondo PBX server.
4. Mengetahui pengaruh pengiriman pesan voicemail secara bersamaan
terhadap kualitas suara voicemail yang tersimpan di server.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan Tugas Akhir ini adalah diharapkan dapat
sebagai bahan pertimbangan dalam penyediaan layanan VoIP pada Universitas
Udayana yang khususnya dalam pemilihan codec. Sehingga penggunaan
bandwidth untuk komunikasi VoIP di lingkungan Universitas Udayana dapat
lebih efisien dan optimal.
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Melihat luasnya permasalahan yang terdapat pada teknologi VoIP, maka
pembahasan dalam tugas akhir ini akan dibatasi permasalahan hanya pada,
1. Perancangan jaringan dilakukan dalam tingkatan lokal atau LAN (Lokal Area
Network) dengan koneksi PC to PC.
2. Metode pengaturan bandwidth yang digunakan adalah HTB (Hierarchial
Token Bucket) dengan PRTG (Peassler Router Traffic Grapher) sebagai
program untuk mengamati trafik yang digunakan.
3. Protokol VoIP yang digunakan adalah protokol SIP dengan menggunakan
Asterisk dan Ondo PBX sebagai PBX Server.
4. Codec yang digunakan adalah codec G.711 -law, dan iLBC. Kedua codec
ini digunakan karena masing-masing Asterisk Server maupun Ondo PBX
Server support terhadap codec ini.
5. Setiap percobaan digunakan codec yang sama pada masing-masing user dan
-
4
server.
6. Codec yang digunakan adalah codec G.711 -law dengan periode sampling
20 ms, dan iLBC dengan periode sampling 30 ms.
7. Untuk skenario pertama, pengambilan data dilakukan saat penerimaan pesan
voicemail pada client, sedangkan untuk skenario kedua pengambilan data
dilakukan saat pengiriman pesan voicemail ke server.
8. Tidak membahas dan menganalisis lebih mendalam tentang proses kompresi
masing-masing codec yang digunakan.
9. Program yang digunakan untuk mengetahui QOS data VoIP adalah
Wireshark.
10. Pesan yang dikirim berdurasi 17 detik dengan kalimat seperti berikut Voice
over Internet Protocol merupakan suatu sistem yang menggunakan
jaringan internet untuk mengirimkan data paket suara dari suatu
tempat ke tempat yang lain menggunakan perantara protokol IP.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pembahasan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
tujuan, manfaat penulisan, ruang lingkup dan batasan masalah serta
sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan penjelasan dari teori-teori dasar yang dapat menunjang
dan mendukung dalam pembahasan, khususnya tentang VoIP (Voice
Over Internet Protocol), Jenis Konfigurasi Jaringan VoIP, Protokol
SIP, Asterisk dan ONDO PBX server, voicemail, HTB, PRTG,
Wireshark.
BAB III METODOLOGI
Membahas tempat dan waktu dilaksanakannya penelitian, data yang
terdiri dari sumber data dan jenis data, metode analisis data, serta alur
-
5
analisis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Menguraikan dan menjelaskan konfigurasi jaringan yang dibangun dan
hasil analisis tentang kualitas layanan voicemail pada jaringan voip antar
server Asterisk dan Ondo PBX.
BAB V PENUTUP
Merupakan penutup dari penelitian ini, yang meliputi kesimpulan yang
didapat dari penelitian, dan saran-saran yang diberikan oleh penulis.
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Voice Over Internet Protokol
Voice over Internet Protocol (juga disebut VoIP, IP Telephony, Internet
telephony atau Digital Phone) adalah teknologi yang memungkinkan percakapan
suara jarak jauh melalui media internet. Data suara diubah menjadi kode digital
dan dialirkan melalui jaringan yang mengirimkan paket-paket data, dan bukan
lewat sirkuit analog telepon biasa (wikipedia.org). Dengan kata lain teknologi ini
mampu melewatkan trafik suara yang berbentuk paket melalui jaringan IP.
Jaringan IP sendiri merupakan jaringan komunikasi data yang berbasis packet-
switch.
IP WAN
PSTN
IP PHONE
PC WITH
SOFTPHONE
IP PBX
GATEWAY
IP PHONE
PC WITH
SOFTPHONE
IP PBX
GATEWAY
Gambar 2.1 Diagram VoIP
Suara yang masuk diubah dalam bentuk format digital. Data dalam format
digital akan dikirimkan dalam jaringan internet, akan dibagi dalam paket-paket
kecil. Hal ini dapat memudahkan dan mempercepat transportasi. Jadi kalau ada
data yang hilang, data tidak perlu dikirim ulang cukup paket-paket yang hilang
saja.
Panggilan VoIP memiliki dua jenis komunikasi yang menempati jaringan
IP antara pemanggil (calling party) dan pihak yang dipanggil (called party), yaitu
aliran informasi pembicaraan dan message-message signaling yang mengontrol
hubungan dan karakteristik aliran media. Untuk membawa informasi digunakan
-
7
Realtime Transport Protocol (RTP). Sedangkan untuk pensinyalan terdapat dua
standar yang dikeluarkan oleh dua badan dunia, yaitu H.323 yang dikembangkan
oleh ITU-T dan Session Initiation Protocol (SIP) oleh IETF (Internet Engineering
Task Force).
2.1.1 Format paket VoIP
Tiap paket VoIP terdiri atas dua bagian, yakni header dan payload
(beban). Header terdiri atas IP header, Realtime Transport Protocol, User
Datagram Protocol (UDP) header, dan link header. Format paket VoIP dapat
dilihat pada gambar 2.2 (Tharom, 2002) :
Link Header IP Header UDP Header RTP Header Voice Payload
X Byte 20 Byte 8 Byte 12 Byte X Byte Gambar 2.2 Format Paket VoIP
IP header bertugas menyimpan informasi routing untuk mengirimkan
paket-paket ke tujuan. Pada tiap header IP disertakan tipe layanan atau Type of
Service (ToS) yang memungkinkan paket tertentu seperti paket suara yang non
real time.
UDP header memiliki ciri tertentu yaitu Connectionless dimana tidak perlu
adanya setup koneksi terlebih dahulu (hal ini dapat menyebabkan tambahan delay)
sehingga UDP cocok digunakan pada aplikasi voice real time yang sangat peka
terhadap delay dan latency.
RTP header adalah header yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan
framing dan segmentasi data real time. Seperti UDP, RTP juga tidak mendukung
reabilitas paket untuk sampai ke tujuan. RTP menggunakan protokol kendali yang
disebut RTCP (Real-time Transport Control Protocol) yang mengendalikan QoS
dan sinkronisasi media stream yang berbeda. Untuk link header, besarnya sangat
bergantung pada media yang digunakan.
-
8
2.1.2 Kualitas layanan VoIP
Quality of Service (QoS) adalah kemampuan suatu jaringan untuk
menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik data tertentu pada berbagai jenis
platform teknologi. QoS tidak diperoleh langsung dari infrastruktur yang ada,
melainkan diperoleh langsung dengan mengimplementasikannya pada jaringan
bersangkutan (Tharom, 2001).
Quality of Service (QoS) pada IP Telephony adalah parameter-parameter
yang menunjukkan kualitas paket data jaringan, agar didapatkan hasil suara sama
dengan menggunakan telepon tradisional (PSTN). Beberapa parameter yang
mempengaruhi QoS antara lain delay (keterlambatan data), jitter, dan packet loss
pada jaringan internet. Selain itu QoS juga dipengaruhi oleh pemenuhan
kebutuhan bandwidth, jenis kompresi data, interopabilitas peralatan (vendor yang
berbeda) dan jenis standar multimedia yang digunakan (H323/SIP/MGCP).
2.1.2.1 Delay
Dalam jaringan VoIP, delay merupakan suatu permasalahan yang harus
diperhitungkan karena bagus tidaknya suara tergantung dari waktu delay.
Besarnya delay maksimum yang direkomendasikan sesuai dengan standar ITU
G.114 pada aplikasi suara adalah 150 ms, sedangkan penerima akan mulai
merasakan terjadinya delay jika > 250 ms (www.voip-info.org). Ada beberapa
penyebab terjadinya delay antara lain :
Kongesti (kelebihan beban data)
Kekurangan pada metode traffic shaping
Penggunaan paket-paket data yang besar pada jaringan berkecepatan rendah
Adanya paket-paket data dengan ukuran berbeda-beda
Perubahan kecepatan antar jaringan WAN
Pemadatan bandwidth secara tiba-tiba
Beberapa delay yang dapat mengganggu kualitas suara dalam perancangan
jaringan VoIP dapat dikelompokkan menjadi:
Propogation delay, merupakan delay yang terjadi akibat transmisi melalui
jarak antar pengirim dan penerima.
-
9
Serialization delay, merupakan delay pada saat proses peletakkan bit ke
dalam circuit.
Processing delay, merupakan delay yang terjadi saat proses coding,
compression, decompression dan decoding.
Packetization delay, merupakan delay yang terjadi saat proses paketisasi
digital voice sample.
Queuing delay, merupakan delay akibat waktu tunggu paket sampai dilayani.
Delay Jitter buffer, merupakan delay akibat adanya buffer untuk mengatasi
jitter.
2.1.2.2 Jitter
Jitter merupakan variasi delay yang terjadi akibat adanya selisih waktu
atau interval antar kedatangan paket di penerima. Di sisi pengirim, paket yang
dikirim sebenarnya terpisah dengan urutan yang konstan. Karena kongesti
jaringan, antrian yang tidak benar, atau kesalahan konfigurasi, aliran paket ini bisa
menjadi tidak teratur atau delay masing-masing paket dapat bervariasi (tidak
konstan).
Gambar 2.3 Terjadinya jitter
Sumber : www.ciscocatalyst.info
-
10
Parameter ini dapat ditangani dengan mengatur metode antrian pada router
saat terjadi kongesti atau saat perubahan kecepatan. Paket data yang datang
dikumpulkan dulu dalam jitter buffer selama waktu yang telah ditentukan sampai
paket dapat diterima pada sisi penerima dengan urutan yang benar. Hanya saja
jitter tidak mungkin dihilangkan sebab metode antrian yang paling baik tetap saja
tidak dapat mengatasi semua kasus antrian. Untuk meminimalisasi jitter ini,
diusahakan agar pengiriman tiap-tiap paket data melalui jalur yang sama dan
jangan sampai terjadi paket loss atau kongesti jaringan.
2.1.2.3 Packet loss
Packet Loss (kehilangan paket data pada proses transmisi) terjadi ketika
terdapat penumpukan data pada jalur yang dilewati pada saat beban puncak (peak
load) yang menyebabkan kemacetan transmisi paket akibat padatnya trafik yang
harus dilayani dalam batas waktu tertentu. Sehingga frame (gabungan data
payload dan header yang di transmisikan) akan dibuang sebagaimana perlakuan
terhadap frame data lainnya pada jaringan berbasis IP. Paket akan di drop selama
beban puncak dan periode kongesti yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti
kegagalan link transmisi atau kapasitas yang tidak mencukupi. Salah satu
alternatif solusi permasalahan di atas adalah membangun link antar node pada
jaringan VoIP dengan spesifikasi dan dimensi dengan QoS yang baik dan dapat
mengantisipasi penambahan lonjakan trafik hingga pada suatu batas tertentu.
Packet loss pada jaringan untuk IP telephony sangat besar pengaruhnya,
biasanya packet loss sebesar 10% tidak bisa ditolerir (Tharom. 2001).
2.1.2.4 Penilaian MOS
Untuk penilaian subjektif kualitas layanan VoIP adalah MOS (Mean
Opinion Score), dimana nilai-nilai subjektifnya diambil berdasarkan kepuasan
pendengar dan pembicara disaat mengadakan hubungan VoIP. Untuk MOS,
secara garis besar dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
-
11
Tabel 2.1 Penilaian MOS terhadap kualitas layanan VoIP .
Nilai
MOS
Opinion Score untuk
tes pembicaraan
Keterangan
5
Excellent
Suara sangat bagus tanpa ada ganguan sedikitpun
4
Good
Suara dapat didengarkan dengan baik
3
Fair
Suara lumayan jelas dengan sedikit gangguan
2
Poor
Suara yang didengarkan tidak jelas
1
Bad
Suara yang didengar jauh tidak jelas
Sumber : prtg.paessler.com
Data kuantitatif yang bisa didapat untuk menentukan MOS adalah dari sisi
metode kompresi, yaitu bandwidth yang dihasilkan serta delay kompresi yang
dihasilkan. Setiap standar kompresi suara yang digunakan dalam komunikasi
VoIP memiliki standar MOS tersendiri, seperti halnya codec G.711 memiliki
standar MOS sebesar 4.3 dan untuk codec iLBC memiliki standar MOS sebesar
4.14 (wikipedia.org).
2.1.3 Bandwidth
Bandwidth adalah lebar pita yang dilewati oleh data pada proses transmisi
antar komputer pada jaringan IP atau internet. Bandwidth menyatakan besaran
saluran transmisi data yang digunakan untuk menyalurkan sinyal suara dalam
bentuk paket. Dalam perancangan VoIP, bandwidth merupakan suatu yang harus
diperhitungkan agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang dapat digunakan
menjadi parameter untuk menghitung jumlah peralatan yang di butuhkan dalam
suatu jaringan. Perhitungan ini juga sangat diperlukan dalam efisiensi jaringan
dan biaya serta sebagai acuan pemenuhan kebutuhan untuk pengembangan di
masa mendatang. Penggunaan bandwidth yang efisien sangat menentukan
keberhasilan implementasi teknologi VoIP. Teknologi yang memegang peranan
penting dalam penghematan bandwidth adalah metode kompresi suara yang
digunakan.
-
12
2.1.4 Bit rate
Bit rate merupakan jumlah bit yang dikirimkan pada suatu media
transmisi. Semakin kecil bit rate akan semakin bagus, karena bandwidth yang
dibutuhkan akan semakin kecil. Oleh karena itu dilakukan beberapa metode
kompresi untuk memperkecil bit rate. Jangkauan bit rate yang telah distandarisasi
adalah dari 2,4 kbps untuk telepon hingga 64 kbps untuk G.711 PCM dan G.722
wideband (7 KHz) speech coder.
Perhitungan kebutuhan bit rate sangat tergantung oleh jumlah frame per
paket. Hal ini disebabkan oleh adanya fixed header bits, yaitu bit-bit header IP,
UDP dan TCP sebesar 40 bytes untuk setiap paket yang ditransmisikan.
Penambahan jumlah frame per paket akan mempengaruhi delay yang akan
ditransmisikan. Sebagai contoh, bila 4 frame akan dimasukkan dalam paket maka
akan terjadi delay sebesar 4 kali durasi frame (masa tunggu frame dikodekan)
tersebut.
2.1.5 Arsitektur jaringan VoIP
Pada dasarya arsitektur utama teknologi VoIP terdiri atas elemen-elemen
berikut (Tharom, 2002):
1. Infrastuktur IP
Jaringan packet-switch IP menyediakan proses pengangkutan dan mungkin
juga switching untuk speech dan signaling. Permasalahan utama pada
infrastruktur IP adalah bagaimana mengendalikan IP untuk memastikan
kualitas kecepatan tinggi.
2. Call Processing Server
Call Processing Server (CPS) disediakan untuk fungsi sentralisasi secara
keseluruhan seperti resolusi alamat (address resolution) ke atau dari IP, yang
menjadikan calls dapat di-route-kan secara dinamik pada jaringan tersebut.
CPS juga menyediakan user registration, authentication, directory services
dan pengendalian call seperti call hold, forwarding, waiting, CDR,
accounting process, dan management function.
-
13
3. API (Application Programming Interface)
API yang disediakan oleh jaringan berfungsi untuk menambahkan beberapa
aplikasi dan layanan pada infrastruktur dasar VoIP. API juga menyediakan
sebuah set interface dan aturan yang sudah didefinisikan terlebih dahulu
untuk dapat digunakan oleh para pengembang third-party untuk dapat
mengembangkan perangkat-perangkat lunak.
4. Call Manager
Call Manager mempunyai fungsi yang lebih sedikit dari pada gatekeeper.
Call manager dibutuhkan pada konfigurasi sistem telepon melalui internet.
Call manager dapat menyimpan database konversi dari nomor telepon
menjadi nomor IP dan sebaliknya agar data paket suara yang ditransmisikan
akan mencapai tujuan yang benar.
2.1.6 Konfigurasi Jaringan VoIP
Umumnya konfigurasi jaringan VoIP dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis
yaitu (Tharom, 2001) :
1. Hubungan Telepon melalui Internet
Pada konfigurasi ini menggunakan fasilitas PSTN pada kedua sisi subsistem
terminalnya. Konfigurasi ini akan membutuhkan antar muka berupa gateway
yang menghubungkan jaringan VoIP dengan jaringan internet. Untuk
konfigurasi ini dibutuhkan satu sistem tambahan lainnya yang dapat
memetakan pemanggilan nomor telepon menjadi kode-kode IP, lebih dikenal
dengan sebutan Call Manager.
2. Hubungan antar perangkat berbasis IP
Pada dasarnya konfigurasi jenis ini lebih banyak pada pengembangan bidang
perangkat lunak (software) multimedianya saja, belum memperhatikan
masalah pengaturan pada media transmisi. Konfigurasi ini membutuhkan
sistem signaling yang tidak terlalu rumit sehingga hanya pada kondisi tertentu
saja dibutuhkan software manajemen pensinyalannya. Sistem ini juga
membutuhkan minimal sebuah gatekeeper. Hubungan antar perangkat
berbasis IP merupakan hubungan PC to PC.
-
14
3. Gabungan perangkat telepon dan perangkat berbasis IP
Konfigurasi ini merupakan campuran (hybrid) antara subsistem terminal
menggunakan PC dan subsistem terminal menggunakan PSTN dan telepon
analog di sisi lain. Kelemahan dari konfigurasi ini adalah sistem pemanggilan
(signaling) hanya berlaku satu arah dari terminal komputer ke terminal
analog, tidak dapat berlaku sebaliknya. Hal ini terjadi karena keterbatasan
metode pemanggilan yang ada pada sistem PSTN dan telepon analog dimana
kita dapat membuat table routing dari PSTN menuju komputer tertentu.
Untuk mengatur QoS, diperlukan tambahan perangkat yang disebut
gatekeeper.
2.2 Protokol SIP
Ada dua macam protokol untuk signaling VoIP, yaitu protokol H.323 dari
ITU-T dan SIP (Session Initiation Protocol) dari IETF (Internet Engineering Task
Force). Kedua protokol itu dibuat dengan model IP end-to-end dengan penekanan
bahwa user menjalankan aplikasi pada PC yang terhubung ke jaringan IP untuk
berhubungan dengan user lain. Selain itu terdapat sebuah protokol yang
menspesifikasikan pengendalian koneksi oleh Media Gateway Controller (MGC)
terhadap Media Gateway (MG), misalnya gateway H.323 dan SIP. Protokol ini
adalah MGCP (Media Gateway Control Protocol)
SIP (Session Initiation Protokol) merupakan standar protokol multimedia
yang dikeluarkan oleh grup yang tergabung dalam Multiparty Multimedia Session
Control (MMUSIC) yang berada dalam organisasi Internet Engineering Task
Force (IETF) yang direkomendasikan dalam document Request for Command
(RFC) 2543. SIP merupakan protokol yang berada pada layer aplikasi yang
mendefinisikan proses awal, pengubahan, dan pengakhiran (pemutusan) suatu sesi
komunikasi multimedia. Sesi komunikasi ini termasuk hubungan multimedia,
distance learning dan aplikasi lainnya.
SIP dapat dikatakan berkarakteristik client-server. Ini berarti request
diberikan oleh client dan request ini dikirim ke server. Kemudian, server
mengolah request dan memberikan tanggapan terhadap request tersebut ke client.
-
15
Request dan tanggapan terhadap request disebut transaksi SIP. SIP juga disebut
protokol yang text-based (berbasis teks). SIP tidak digabungkan dengan protokol
control konferensi lain. SIP didesain independen sebagai protokol transport lower
layer dan dapat dikembangkan dengan beberapa kemampuan tambahan. SIP dapat
digunakan untuk inisiasi sesi dan juga mengundang user ke dalam suatu sesi
pembicaraan. SIP juga memiliki kemampuan mapping dan redirection service,
juga memungkinkan implementasi ISDN dan layanan-layanan IP telephony.
2.2.1 Susunan protokol SIP
Protokol SIP didukung oleh beberapa protokol, antara lain RTP dan RTCP
untuk mentransmisikan media dan mengetahui kualitas layanan, serta SDP
(Session Description Protocol) untuk mendeskripsikan sesi media. Secara default,
SIP menggunakan protokol UDP tetapi pada beberapa kasus dapat juga
menggunakan TCP sebagai protokol transfer.
SDP SIP RTP IP
TCP UDP
IP
LINK & PHYSICAL LAYER
Gambar 2.4 Arsitektur Protokol SIP
1. RTP (Real-Time Transport Protocol)
Protokol RTP menyediakan transfer media secara real time pada jaringan
paket. Protokol RTP menggunakan protokol UDP dan header RTP
mengandung informasi kode bit yang spesifik pada tiap paket yang
dikirimkan. Hal ini membantu penerima untuk melakukan antisipasi jika
terjadi paket yang hilang.
-
16
2. RTCP (Real-Time Transport Control Protocol)
Protokol RTCP merupakan protokol yang mengendalikan transfer media.
Protokol ini bekerja sama dengan protokol RTP. Dalam satu sesi komunikasi,
protokol RTP mengirimkan paket RTCP secara periodik untuk memperoleh
informasi transfer media dalam memperbaiki kualitas layanan.
3. SDP (Session Description Protocol)
Protokol SDP merupakan protokol yang mendeskripsikan media dalam suatu
komunikasi. Tujuan protokol SDP adalah untuk memberikan informasi aliran
media dalam satu sesi komunikasi agar penerima yang menerima informasi
tersebut dapat berkomunikasi. Hal-hal yang dicakup dalam protokol ini,
antara lain:
a. Nama sesi komunikasi dan tujuan
b. Waktu sesi (jika) aktif
c. Media dalam sesi komunikasi
d. Informasi bagaimana cara menerima media (misalnya port, format, dan
sebagainya)
e. Bandwidth yang digunakan dalam komunikasi
f. Orang yang dapat dihubungi (yang bertanggung jawab dalam komunikasi)
2.2.2 Komponen SIP
Dalam hubungannya dengan IP telephony, ada dua komponen yang ada
dalam sistem SIP, yaitu :
1. User Agent
User agent merupakan sistem akhir (end system) yang digunakan untuk
berkomunikasi. User agent terdiri atas dua bagian, yaitu :
a. User Agent Client (UAC)
UAC merupakan aplikasi pada client yang didesain untuk memulai SIP
request.
-
17
b. User Agent Server (UAS)
UAS merupakan aplikasi server yang memberitahukan user jika menerima
request dan memberikan respon terhadap request tersebut. Respon dapat
menerima atau menolak request.
2. Network Server
Agar user pada jaringan SIP dapat memulai suatu panggilan dan dapat pula
dipanggil, maka user terlebih dahulu harus melakukan registrasi agar
lokasinya dapat diketahui. Registrasi dapat dilakukan dengan mengirimkan
pesan REGISTER ke server SIP. Lokasi user dapat berbeda-beda sehingga
untuk mendapatkan lokasi user yang aktual diperlukan location server. Pada
jaringan SIP ada dua tipe network server, yaitu Proxy Server, Redirect Server.
a. Proxy Server
Proxy Server adalah komponen penengah antar user agent, bertindak
sebagai server dan client yang menerima request message dari user agent
dan menyampaikan pada user agent lainnya. Request dapat dilayani sendiri
atau disampaikan (forward) pada proxy lain atau server lain.
Menerjemahkan dan/atau menulis ulang request message sebelum
menyampaikan pada user agent tujuan atau proxy lain. Proxy server
menyimpan state sesi komunikasi antara UAC dan UAS.
b. Redirect Server
Komponen yang menerima request message dari user agent, memetakan
alamat SIP user agent atau proxy tujuan kemudian menyampaikan hasil
pemetaan kembali pada user agent pengirim (UAC). Redirect Server tidak
menyimpan state sesi komunikasi antara UAC dan UAS setelah pemetaan
disampaikan pada UAC. Tidak seperti proxy server, redirect server tidak
dapat memulai inisiasi request message. Tidak seperti UAS, redirect
server tidak dapat menerima dan menutup sesi komunikasi.
Selain Proxy Server dan Redirect Server, dalam SIP terdapat pula
Registrar Server. Registrar Server adalah komponen yang menerima request
-
18
message REGISTER. Registrar dapat menambahkan fungsi otentikasi user untuk
validasi. Registrar menyimpan database user untuk otentikasi dan lokasi
sebenarnya (berupa IP dan port) agar user yang terdaftar dapat dihubungi oleh
komponen SIP lainnya (berfungsi sebagai Location Server juga). Komponen ini
biasa disandingkan dengan Proxy Server.
UAUA Proxy Server Redirect Server Proxy Server
INVITE INVITE
INVITE
INVITE
INVITE
302
(Moved Temporarily)
302
(Moved Temporarily)
ACK
ACK
ACK ACKACK
180 (Ringing)180 (Ringing)180 (Ringing)
200 (OK) 200 (OK) 200 (OK)
RTP MEDIA PATH
200 (OK) 200 (OK) 200 (OK)
BYE BYE BYE
CALL
SETUP
MEDIA
PATH
CALL
TEARDOWN
Gambar 2.5 Sesi Komunikasi pada SIP Server
Sumber : Raharja (2006)
2.2.3 Pesan pada SIP
Secara keseluruhan, pesan SIP terdiri atas dua bagian, yaitu request dan
respon. Ketika client mengirimkan pesan request, server akan memberikan
tanggapan terhadap pesan ini melalui pesan respon. SIP merupakan protokol yang
berbasis teks dimana pesan request dan respon menggunakan generic message
yang didefinisikan pada standar pesan berbasis teks dalam komunikasi internet
yang dapat dijumpai di dalam RFC 822.
Pesan request dan respon terdiri atas start line, satu atau lebih header field
atau biasanya disebut dengan message header, empty line yang menunjukkan
akhir dari header field, serta message body yang mendefinisikan sesi komunikasi.
-
19
Komunikasi pada SIP dilakukan dengan mengirimkan message yang berbasis
HTTP. Setiap pengguna mempunyai alamat yang dinyatakan dengan SIP-URI
(Uniform Resource Identification).
Contoh SIP URI : sip: [email protected]
Selain itu, alamat juga dapat dituliskan dalam tel-URL yang kemudian
dikonversikan menjadi SIP-URI dengan parameter user diisi phone.
Contoh : tel: +62-22-2534119
ekivalen dengan
sip: [email protected] ; user=phone
Hubungan yang dibangun oleh SIP pada proses signalling bersifat
clientserver. Dengan demikian ada 2 jenis message, yaitu request dan response.
Tabel 2.2 SIP request message
SIP Request Message Keterangan
INVITE Mengundang user agent lain untuk bergabung dalam sesi komunikasi
ACK Konfirmasi bahwa user agent telah menerima pesan terakhir dari
serangkaian pesan INVITE
BYE Terminasi sesi
CANCEL Membatalkan INVITE
REGISTER Registrasi di Registrar Server
OPTIONS Meminta informasi tentang kemampuan server
INFO Digunakan untuk membawa pesan informasi lainnya, seperti informasi
inline DTMF
Sumber : Raharja (2006)
Tabel 2.3 SIP response message
SIP Response Message type Keterangan
1xx Informational Message
Contoh: 180 Ringing
2xx Successful Response
Contoh: 200 OK
3xx Redirection Response
Contoh: 302 Moved Temporarlly
4xx Request Failure Response
Contoh: 403 Forbidden
5xx Server Failure Response
Contoh: 504 Gateway Time-out
6xx Global Failures Response
Contoh: 600 Busy Everywhere Sumber : Raharja (2006)
-
20
2.3 Standar Kompresi Data Suara
Sistem pengkodean sinyal suara secara umum terdiri dari tiga proses yaitu
analisis suara, kuantisasi parameter, dan pengkodean. ITU-T (International
Telecommunication Union - Telecommunication Sector) membuat beberapa
standar untuk voice coding yang direkomendasikan untuk implementasi VoIP.
Beberapa standar kompresi suara yang dikenal antara lain:
2.3.1 Codec G.711
G.711 adalah suatu standar Internasional untuk kompresi audio dengan
menggunakan teknik Pulse Code Modulation (PCM) dalam pengiriman suara.
PCM mengkonversikan sinyal analog ke bentuk digital dengan melakukan
sampling sinyal analog tersebut 8000 kali/detik dan dikodekan dalam kode angka
dengan jarak antar sampel adalah 125 detik. Standar G.711 merupakan teknik
kompresi yang tidak efisien, karena akan memerlukan bandwidth 64 Kbps untuk
kanal pembicaraan. Ada dua variasi dasar codec G.711 yaitu biasanya
menggunakan -law dan a-law. Metode ini hampir sama yaitu sama-sama
menggunakan kompresi logaritmik, tetapi keduanya memiliki perbedaan pada
kompresi frame dimana -law mengkompresi 14 bit sampel PCM linier menjadi
frame dengan 8 bit code PCM logaritma sedangkan a-law mengkompresi 13 bit
sampel PCM linier menjadi 8 bit code PCM logaritma. -law digunakan di
seluruh wilayah Amerika Utara sedang a-law digunakan di Eropa. Saat kita
melakukan telepon jarak jauh, jika memerlukan konversi dari -law ke a-law
maka tanggung jawab berada pada negara yang menggunakan -law.
2.3.1 Codec iLBC
Internet Low Bitrate Codec (iLBC) adalah narrowband audio codec yang
berlisensi gratis dan dikembangkan oleh Global IP Solutions (GIPS), sebelumnya
bernama Global IP Sound. iLBC memungkinkan memperkecil terjadinya packet
loss dalam komunikasi VoIP. Biasanya low-bitrate codec mengeksploitasi
dependensi antara audio frame yang akan menyebabkan terjadinya error
propagation ketika paket hilang atau tertunda. Akan tetapi pada iLBC audio frame
-
21
diencodekan secara terpisah sehingga error ini tidak terjadi. iLBC ditetapkan pada
RFC 3951 (wikipedia.org).
Gambar 2.6 Grafik perbandingan MOS dan Packet Loss iLBC
Sumber : www.ilbcfreeware.org
Parameter dan Fitur dari iLBC
Frekuensi sampling 8 kHZ/16bit
Respon terkontrol untuk packet loss, delay dan jitter
Bitrate 15,2 kbit/s untuk Ts = 20 ms dan 13,33 kbit/s untuk Ts = 30 ms
Kualitas suara seperti Pulse Code Modulation (PCM) dengan packet loss
concealment, seperti ITU-T G.711
Beban CPU mirip dengan G.729a, dengan kualitas dasar yang lebih tinggi
dan respon yang lebih baik terhadap packet loss.
-
22
Perbandingan beberapa jenis codec dapat dilihat pada tabel 2.4 :
Tabe1 2.4 Perbandingan jenis-jenis codec
Codec Periode (ms) Payload size
(bytes)
Packet size
(bytes)
Payload data
rate (kbps)
Total data rate
(kbps)
G.711 20 160 200 64 80
G.729 20 20 60 8 24
G.723.1 20 24 64 6.4 17
GSM FR 20 33 73 13 29.2
GSM EFR 20 31 71 12.4 28.4
iLBC 20 ms 20 38 78 15.2 31.2
iLBC 30 ms 30 50 90 13.3 24
2.4 Asterisk Server
Secara umum, Asterisk merupakan suatu software telekomunikasi
terintegrasi yang flexible, dan dapat dikembangkan. Asterisk PBX didesain
sebagai interface segala jenis hardware telephony atau software dengan aplikasi
telephony (Spencer, 2003). Asterisk memberikan kebebasan untuk
pengembangan dan beberapa integrator untuk membuat solusi telekomunikasi
yang lebih maju. Asterisk dirilis oleh open source dibawah licensi GNU General
Public License, dan itu semua tersedia untuk di download secara gratis. Asterisk
dapat berjalan diatas berbagai macam operating sistem termasuk Linux, Mac OS
X, Open BSD, FreeBSD dan Sun Solaris. Asterisk menyediakan semua fitur yang
diharapkan dari sebuah PBX. Arsitektur asterisk telah dirancang untuk
fleksibelitas yang maximum dan mendukung semua protokol VoIP. Dan juga bisa
di interoperasikan dengan semua standar dasar untuk penggunaan peralatan
telepon dengan perangkat hardware yang relatif murah.
Fleksibilitas Asterisk dikontrol melalui file -file konfigurasi yang terletak
pada direktori /etc/Asterisk. Sintaks konfigurasinya dirancang agar mudah
dikonfgurasi oleh pengembang atau pengguna. File pada Asterisk terbagi menjadi
beberapa bagian, yang masing-masing mempunyai judul dengan nama bagian/nama
section pada kurung kotak, diikuti dengan nilai berpasangan yang dipisahkan
dengan tanda sama dengan atau tanda lebih besar dari. Semicolon adalah karakter
penanda komentar (karena tanda pagar digunakan pada ekstensi). Adapun baris
kosong diabaikan. File-file konfigurasi yang terletak pada direktori ini antara lain:
-
23
sip.conf : Konfigurasi client SIP
extensions.conf : Extension definitions
zapata.conf : Konfigurasi hardphone
musiconhold.conf : Konfigurasi Music on hold
cdr mysgl.conf : Call record logging dengan MySQL
manager.conf : Konf gurasi Remote management
adsi.conf : Dukungan telepon ADSI
meetme.conf : Konfigurasi Conference
parking.conf : Konfigurasi Call parking
voicemail.conf : Konfigurasi Voicemail
agents.conf : Call agents
modem.conf : Konfigurasi Modem
File konfigurasi yang difokuskan dalam penyettingannya adalah
sip.conf dan extensions.conf. sip.conf adalah file konfigurasi yang berisi
parameter yang berkaitan dengan konfigurasi dari client SIP untuk mengakses
server Asterisk. Client dikonfigurasi dahulu di file ini sebelum mereka
menempatkan atau menerima panggilan dengan menggunakan server Asterisk.
Client asterisk bisa berupa hardphone (SIP phone) maupun softphone.
Sedangkan file extensions.conf menampilkan dialplan, menghuhungkan
channel dengan aplikasi dan layanan.
2.5 Ondo PBX Server
Ondo PBX Server merupakan IP-PBX dikembangkan oleh Brekeke yang
menggunakan protokol SIP. Ondo PBX merupakan server VoIP yang berbasis
java dan untuk configurasinya menggunakan web. Server ini dapat dijalankan
melalui Windows ataupun sistem operasi Linux. Ondo PBX memiliki dua alamat
web konfigurasi, yaitu Ondo Sip Server dan Ondo PBX server. Konfigurasi Ondo
PBX dapat dilakukan melalui web dengan alamat http://localhost:8080/pbx untuk
konfigurasi fasilitas PBX pada Linux dan http://localhost:28080/pbx untuk
konfigurasi fasilitas PBX pada Windows. Untuk alamat konfigurasi SIP server
adalah http://localhost:8080/proxy pada Linux dan http://localhost:28080/proxy
-
24
pada Windows. Ondo PBX hanya mendukung codec G711 -law/A-law dan
codec iLBC (Brekeke.com).
Dalam Ondo SIP Server ada beberapa menu konfigurasi yang sering
digunakan, yaitu menu Dial Plan yang berfungsi seperti extensions.conf pada
Asterisk sebagai penghuhung channel dengan aplikasi dan layanan, sedangkan
menu Authentication yang berfungsi seperti sip.conf pada Asterisk sebagai
menu registrasi client. Untuk Ondo PBX Server, menu konfigurasi yang paling
utama adalah Options dan Users. Menu Options digunakan untuk
konfigurasi dari sistem PBX, sedangkan menu Users digunakan untuk
konfigurasi fasilitas-fasilitas yang dapat disediakan oleh PBX. Beberapa fasilitas-
fasilitas yang terdapat dalam Ondo PBX antara lain:
Automated Attendant
Call Detail Record
Call Forwarding
Call Parking
Call Quening
Call Recording
Call Transfer
Caller ID
Conference Bridging
Interactive Voice Responce (IVR)
MusicOnHold
Voicemail
2.6 Voicemail
Voicemail adalah suatu fasilitas yang memungkinkan penelepon untuk
meninggalkan pesan suara ke nomor yang dihubungi, jika nomor yang
dihubungi tersebut tidak menjawab panggilan. Layanan voicemail sangat
bermanfaat karena jika ada informasi penting yang ingin disampaikan oleh
penelpon dan nomor yang dihubungi tersebut ternyata tidak ada yang menjawab,
-
25
maka pesan tersebut dapat disimpan melalui layanan voicemail. Sistem voicemail
berisi beberapa elemen seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5.
a. Sebuah central processor (CPU) yang berfungsi untuk menjalankan sistem
operasi dan suatu program (software). Software ini meliputi beribu-rihu
pre-recorded yang akan "berbicara" kepada user ketika user
berhuhungan dengan sistem.
b. Disk controller dan berbagai disk drive untuk penyimpanan pesan.
c. System disk tidak hanya meliputi software di atas, tetapi juga berisi
sebuah direktori yang lengkap tentang semua user dati data-data yang
bersangkutan (nama, extension number. voicemail preference).
d. Telephone interface systems yang memungkinkan banyak line telepon untuk
terhubung.
DIGITAL NETWORK
CONNECTING TO
OTHER VOICE MAIL
SYSTEMS
CENTRAL PROCESSOR (CPU)
SYSTEM DISK (SOFTWARE AND
PROMPTS)
DISK CONTROLLER
TE
LE
PH
ON
E IN
TE
RF
AC
E
LIN
E IN
TE
RF
AC
E C
AR
DS
NETWORK INTERFACE
MESSAGE DISKS
Gambar 2.7 Blok Diagram Voicemail
Sumber : Wikipedia.org
-
26
Gambar 2.6 menunjukkan bagaimana sistem voicemail terhuhung
dengan PBX. Misalkan ada seorang penelpon yang ingin menghuhungi Fred
pada extension 2345. Telepon yang datang masuk melalui public network
(A) dan masuk ke PBX. Kemudian telepon di routekan ke Fred extension
(B), tetapi Fred tidak menjawab panggilan. Setelah beberapa lama berdering,
kemudian PBX akan menghentikan proses pemanggilan dan akan mengarahkan
telepon yang masuk menuju ke sistem voicemail (C). Hal ini bisa terjadi,
karena PBX di program untuk mengalihkan panggilan yang tidak terjawab
atau sedang dalam keadaan sibuk ke extension yang lain. Secara simultan PBX
memberitahukan kepada sistem voicemail (signaling D), bahwa panggilan yang
terhubung ke voicemail tersebut merupakan panggilan yang di alihkan dari
extension 2345 (Fred). Dengan cara ini, sistem voicemail dapat nenjawab
panggilan dimulai dengan kata sambutan dari Fred yang telah tersimpan di
sistem voicemail.
DIGITAL NETWORK
CONNECTING TO
OTHER VOICE MAIL
SYSTEMS
CENTRAL PROCESSOR (CPU)
SYSTEM DISK (SOFTWARE AND
PROMPTS)
DISK CONTROLLER
TE
LE
PH
ON
E IN
TE
RF
AC
E
LIN
E IN
TE
RF
AC
E C
AR
DS
NETWORK INTERFACE
MESSAGE DISKS
PBX
INCOMING PHONE LINES
(TRUNK)
A
B
C
100
PBX-VOICEMAIL
DATA LINK
D
EXTENSIONS (TO
VOICEMAIL)
Gambar 2.8 Blok Diagram Voicemail PBX
Sumber : Wikipedia.org
-
27
Ketika Fred extension memforward panggilan ke sistem voicemail,
telephone interface akan mendeteksi adanya panggilan. Itu mengisyaratkan
kepada Central Processor (CPU) bahwa ada panggilan yang masuk. CPU secara
simultan menerima suatu isyarat dari PBX-Voicemail Data Link (D), yang
memberitahukan bahwa extension 2345 sedang berada dalam keadaaan sibuk.
CPU akan mengarahkan telephone interface (yang mengendalikan line
telephone interface cards) untuk menjawab panggilan. Program yang ada
pada CPU mengetahui bahwa panggilan tersebut adalah untuk Fred, kemudian
menginstruksikan ke Disk Controller untuk memainkan Freds greeting ke
pemanggil. Disk Controller juga akan memutarkan beberapa instruksi
(sebagai contoh, jika telah selesai meningalkan pesan maka silahkan tutup telepon
atau tekan tanda # untuk pilihan yang lain). Setelah penelepon meninggalkan
pesan, maka pesan yang masuk tersebut akan disimpan di dalam voicemail
sistem. Pesan yang ditinggalkan oleh penelepon kemudian diubah ke dalam
bentuk digital oleh telephone interface system dan di transmisikan ke Disk
Controller untuk disimpan di dalam message disk.
CPU kemudian menyimpan pesan tersebut di system disk dalam Fred
mailbox. Setelah penelpon meletakkan telepon, dan pesan telah tersimpan, CPU
mengirimkan suatu isyarat kepada PBX melalui link (D), yang menginstruksikan
PBX untuk memberikan tanda kepada Fred bahwa ada pesan baru yang masuk.
Ketika Fred telah kembali, dia akan melihat tanda di teleponnya, yang berupa
lampu yang menyala yang menandakan bahwa ada pesan baru yang masuk. Untuk
mendengarkan pesan yang masuk Fred harus menghubungi suatu extension agar
dapat terhubung dengan voicemail sistem, seperti yang terlihat pada garis (C)
pada Gambar 2.6. Telephone Interface kemudian menghubungi CPU bahwa ada
panggilan yang masuk, tetapi kali ini isyarat datang dari PBX-Voicemail Data Link
(D), yang menunjukkan bahwa Fred sedang memanggil secara langsung.
Ketika CPU mengetahui bahwa telepon tersebut datang dari Fred, kemudian
CPU melihat informasi yang terdapat pada system disk yang dimiliki oleh
Fred, terutama password. CPU kemudian mengarahkan disk controller untuk
meminta password kepada user : "Please Enter Your Password." Ketika
password telah dimasukkan, kemudian CPU membandingkan dengan data
-
28
yang terdapat pada system disk, jika password yang diberikan benar, maka CPU
akan mengijinkan Fred untuk lanjut. CPU kemudian memberitahukan bahwa
Fred mempunyai pesan baru. CPU kemudian memberikan pilihan kepada Fred
(contoh : "Anda mempunyai sebuah pesan baru. Untuk mendengarkan pesan
silahkan tekan l: Untuk menyimpan pesan silahkan tekan 2.").
Jika Fred menekan angka l untuk mendengarkan pesan, CPU akan
melihat tempat pesan tersebut di dalam mailbox pada system disk dan
menginstruksikan kepada disk controller untuk memutarkan pesan tersebut.
Setelah pesan yang tersimpan pada message disk ditemukan oleh disk controller,
maka selanjutnya pesan tersebut akan dikirimkan ke telephone interface. Telephone
interface komudian akan mengconvert data menjadi suara, sehingga dapat
didengarkan. Playback controls (seperti rewind, pause, fast forward, changing
volume) adalah di instruksikan melalui touch-tone, yang kemudian diterjemahkan
oleh CPU, dan perintah yang dilakukan oleh CPU dilakukan berdasarkan program
yang telah tersimpan di dalam sistem.
2.7 Manajemen Jaringan
Manajemen jaringan dapat didefinisikan sebagai perencanaan,
pengorganisasian, monitoring, perhitungan (accounting) dan pengaturan aktivitas
dan sumber jaringan. Meskipun demikian secara prinsip manajemen jaringan
internet lebih difokuskan pada monitoring, accounting dan pengaturan aktivitas
dan sumber daya.
Pada jaringan VoIP perlu adanya manajemen bandwidth yang efisien
sehingga dapat menghemat penggunaan bandwidth. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengatur penggunaan bandwidth yang digunakan oleh suatu jaringan baik
dengan cara membatasi penggunaan bandwidth tiap-tiap client. Metode
pengaturan bandwidth yang digunakan adalah HTB (Hierarchical Token Bucket)
dan metode untuk memonitoring trafik dan besarnya bandwidth yang terpakai
adalah PRTG (Paessler Router Traffic Grapher) serta untuk mengetahui QOS
jaringan VoIP digunakan Wireshark.
-
29
2.7.1 Hierarchical Token Bucket
Hierarchical Token Bucket (HTB) merupakan suatu metode
pendistribusian bandwidth untuk beberapa kelas dengan sangat fleksibel. Di linux,
HTB banyak digunakan dalam traffic control dan QoS. HTB menerapkan sistem
pembagian bandwidth secara dinamik dan lebih terstruktur. Pembagian bandwidth
tidak hanya berdasarkan pada service, tetapi bisa juga berdasarkan IP address,
protokol yang digunakan, dan lain-lain. Bandwidth dibagikan secara dinamik, jika
terdapat bandwidth dari suatu kelas yang tidak terpakai, maka dapat dipinjamkan
untuk kelas yang lain.
HTB merupakan teknik penjadwalan paket yang diperkenalkan bagi router
berbasis linux, dikembangkan pertama kali oleh Martin Devera pada akhir 2001
untuk diproyeksikan sebagai pilihan atau pengganti mekanisme penjadwalan yang
saat ini masih banyak dipakai yakni CBQ (Class-Based Queueing). HTB diklaim
menawarkan kemudahan pemakaian dengan teknik peminjaman dan implementasi
pembagian trafik yang lebih akurat. Pada HTB terdapat parameter ceil sehingga
kelas akan selalu mendapat bandwidth diantara base link dan nilai ceil linknya.
Dengan cara ini setiap kelas dapat meminjam bandwidth selama bandwidth total
yang diperoleh memiliki nilai dibawah nilai ceil.
HTB menggunakan Token Bucket Filter (TBF) sebagai estimator untuk
menentukan apakah suatu kelas/prioritas berada dalam keadaan underlimit, atlimit
atau overlimit. TBF bekerja dengan dasar algoritma ember token, setiap paket
yang akan dikirimkan harus memiliki token yang berada dalam ember token, jika
token tak tersedia didalam ember maka paket-paket yang akan dikirimkan harus
menunggu sampai tersedia token yang cukup untuk mengirimkan paket yang
sedang menunggu.
-
30
FIF
O
TO
KE
NS
Bucket size
limit number of
instantaneously
available
tokens
Tokens
replenished
at rate
Tokens
available
yes
no
Wait until
token(s) are
available
Packet
transmitted
at rate
Gambar 2.9 Cara kerja Token Bucket Filter (TBF)
Sumber : linux-ip.net
Implementasi TBF terdiri dari sebuah buffer (bucket), yang secara konstan
diisi oleh beberapa informasi virtual yang dinamakan token, pada link yang
spesifik (token link). Parameter paling penting dari bucket adalah ukurannya,
yaitu banyaknya token yang dapat disimpan. Setiap token yang masuk
mengumpulkan satu paket yang datang dari antrian data dan kemudian dihapus
dari bucket. Dengan menghubungkan algoritma ini dengan dua aliran-token dan
data, akan didapati tiga buah kemungkinan skenario (www.ittelkom.ac.id):
a. Data yang datang pada TBF memiliki link yang sama dengan masuknya
token. Dalam hal ini, setiap paket yang masuk memiliki tokennya masing-
masing dan akan melewati antrian tanpa adanya delay.
b. Data yang datang pada TBF memiliki link yang lebih kecil daripada link
token. Hanya sebagian token yang dihapus pada output pada tiap paket data
yang dikirim ke antrian, dan token akan menumpuk, memenuhi ukuran
bucket. Token yang tidak digunakan kemudian akan dapat digunakan untuk
-
31
mengirimkan data pada kecepatan yang melampaui link token standar, ini
terjadi jika ada ledakan data yang pendek.
c. Data yang datang pada TBF memiliki link yang lebih besar daripada link
token. Hal ini berarti bucket akan segera kosong dari token, yang
menyebabkan TBF akan menutup alirannya untuk sementara. Hal inilah yang
dinamakan situasi overlimit. Jika paket-paket tetap datang, maka paket-paket
akan segera dibuang.
Skenario terakhir ini sangatlah penting, karena dengan skenario tersebut,
dapat diterapkan shaping bandwidth yang tersedia terhadap data yang melewati
filter. Akumulasi dari semua token mengijinkan sebuah short burst dari data yang
overlimit untuk tetap bisa lewat tanpa ada loss tetapi mengakibatkan delay. Perlu
diketahui bahwa token pada kernel dalam sistem operasi Linux hanya sesuai
dengan satuan bytes, bukan packet.
2.7.2 Paessler Router Traffic Grapher
PRTG (Paessler Router Traffic Grapher) merupakan cara memonitor
trafik pada jaringan dengan menggunakan Windows sama seperti fungsi dari
memory dan CPU yaitu sebagai sistem administrator yang menyediakan
visualisasi secara langsung dan periodic dari leased lines, routers, firewalls,
server dan perangkat jaringan lainnya. Kegunaan yang paling umum adalah
memonitor bandwidth dari leased lines, router dan firewalls melalui SNMP,
packet sniffing atau netflow. Akan tetapi juga bisa digunakan untuk memonitor
server, pengaturan switch, printer, dan komponen jaringan lainnya dalam keadaan
SNMP bekerja.
PRTG dapat diatur untuk bekerja pada Windows selama 24 jam setiap
harinya dan secara konstan mencatat semua parameter jaringan. Data yang tercatat
disimpan dalam database internal untuk dilihat kemudian. Data statistic yang telah
tercatat dapat dilihat pada Windows GUI dari PRTG. Juga keseluruhan
konfigurasi dari setiap sensor dapat dikerjakan dengan meggunakan Windows
GUI. Untuk memonitor hasilnya., PRTG menggunakan web server untuk
mempermudah menggambar grafik dan tabel dengan meggunakan Web browser.
-
32
Untuk mengakuisisi data, secara umum ada tiga metode untuk memonitor
bandwidth yaitu :
1. Dengan menggunakan SNMP (Simple Network Management Protocol) untuk
mengakses counter trafik atau peralatan SNMP lainnya.
2. Membaca masuk atau keluarnya sistem jaringan yang melewati Ethernet card
pada komputer yang dikenal dengan packet sniffing.
3. Menganalisa cisco netflow oleh cisco routers.
2.7.3 Wireshark
Wireshark adalah software network protocol analysis sehingga program ini
dapat digunakan untuk troubleshooting, analisa jaringan, development, serta
education. Yang dapat diperoleh dari paket yang di capture yaitu source address,
destination address dari suatu paket. Port yang sedang digunakan oleh paket
tersebut, paket tersebut merupakan frame ke berapa, serta isi dari paket tersebut
seperti contoh password & user name . Tidak hanya itu, Wireshark juga dapat
melihat aktivitas suatu paket sedang dalam kondisi apa dan apa yang sedang
diperlakukan pada suatu paket, apakah di forward, drop dan lain-lain. Wireshark
ini dapat diimplementasikan pada banyak protokol. Mekanisme Wireshark dalam
mengcapture trafik suatu jaringan yaitu software ini secara simultan meng-capture
dan men-decode paket-paket yang melalui suatu interface tanpa harus program
tersebut mengirim paket tambahan pada suatu jaringan.
-
33
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dan analisis kualitas layanan voicemail pada jaringan voip antar
server Asterisk dan Ondo PBX dilaksanakan di gedung GDLN Universitas
Udayana yang berlokasi di JL. P.B Sudirman Denpasar. Adapun waktu
pelaksanaannya dimulai pada bulan Februari 2010.
3.2 Data
Dalam penelitian Tugas Akhir ini menggunakan data-data yang
mendukung pelaksanaan dari proses penelitian yang dilakukan. Adapun hal-hal
yang menyangkut data-data tersebut adalah sebagai berikut :
3.2.1 Sumber data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua jenis yaitu :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan basil pengamatan di
lapangan, seperti grafik kepadatan trafik melalui PRTG dengan
bandwidth yang kita tentukan melalui HTB, jitter, paket loss, dan delay
yang terjadi, serta nilai MOS (Mean Opinion Score).
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui literatur yang
berkaitan dengan teknologi VoIP yang menggunakan protokol SIP, audio
codec yang dipakai, bandwidth yang diperlukan untuk masing-masing codec
tersebut.
-
34
3.2.2 Jenis data
Data-data yang digunakan dalam penelitian mengenai kualitas layanan
voicemail pada jaringan VoIP antar server Asterisk dan Ondo PBX dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Data Kualitatif
Merupakan data yang tidak berupa angka (dalam bentuk grafik) yang
menunjukkan kepadatan trafik yang digunakan serta paket data VoIP yang
ditangkap dan direkam pada saat penggunaan aplikasi voicemail berlangsung
untuk masing-masing codec dengan bandwidth yang kita atur melalui HTB.
2. Data Kuantitatif
Merupakan data yang berupa angka-angka yang diperoleh dari hasil
penelitian, berupa kapasitas bandwidth yang dipakai masing-masing codec
yang dilihat dari grafik kepadatan trafik (PRTG), jitter, packet loss, serta
delay yang terjadi saat aplikasi voicemail.
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang diperoleh didasarkan pada
metode-metode berikut ini :
1. Metode Observasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan serta
pengujian langsung terhadap parameter-parameter dalam perancangan
aplikasi voicemail pada jaringan VoIP yang menggunakan protocol SIP dalam
hubungan antar server Asterisk dan Ondo PBX.
2. Metode Kepustakaan
Merupakan metode pengumpulan data dengan membaca literatur yang
berhubungan maupun cara-cara untuk membangun jaringan VoIP dengan
Asterisk dan Ondo PBX, serta manajemen bandwidth dengan HTB.
-
35
3.3 Konfigurasi Jaringan
Konfigurasi jaringan yang disimulasikan pada penelitian ini diterapkan
pada area LAN (Local Area Network) dengan konfigurasi VoIP antara PC dengan
PC. Konfigurasi jaringan ini dapat dilihat pada Gambar 3.1, Gambar 3.2, Gambar
3.3 dan Gambar 3.4.
Skenario 1
Client 1
(172.16.40.24)
Ondo PBX (172.16.40.28) /
Asterisk Server (172.16.40.25)
HTB, Bridge
(172.16.40.27)
Client 2
(172.16.40.23)
PRTG, Wireshark, Bridge
(172.16.40.30)
Gambar 3.1 Skema Jaringan VoIP dengan Server Asterisk atau Ondo PBX Skenario 1
Ondo Client
(172.16.40.24)
Ondo PBX (172.16.40.28)
HTB, Bridge (172.16.40.27)
Asterisk Client
(172.16.40.23)
PRTG, Wireshark, Bridge
(172.16.40.30)
Asterisk Server
(172.16.40.25)
Gambar 3.2 Skema Jaringan VoIP Antar Server Asterisk dan Ondo PBX Skenario 1
-
36
Skenario 2
Client 11 penerima pesan voicemail
(172.16.40.24)
Client 1 - 10
(172.16.40.14 - 23)
Wireshark, PRTG, Bridge
(172.16.40.30)
Asterisk Server (172.16.40.25) /
Ondo PBX (172.16.40.28)
Gambar 3.3 Skema Jaringan VoIP dengan Server Asterisk atau Ondo PBX Skenario 2
Ondo PBX
(172.16.40.28)
Asterisk Server
(1