alih kode dan campur kode dalam interaksi jual beli di ... · interaksi jual beli di pasar...

221
i ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL KRANGGAN, TEMANGGUNG: STUDI KASUS PEDAGANG ETNIS JAWA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Yuliana Herwinda Sripurwandari NIM 131224038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 28-Jul-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

i

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI

JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL KRANGGAN,

TEMANGGUNG: STUDI KASUS PEDAGANG ETNIS JAWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Yuliana Herwinda Sripurwandari

NIM 131224038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

iv

MOTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;

ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu. (Matius 7: 7)

Untuk segala sesuatu ada masanua, untuk apapun di bawah langit ada waktunya

(Pkh 3: 1)

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini

Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan

memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan (Yesaya

41: 10)

Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah

dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan

ucapan syukur (Filipi 4: 6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus, yang selalu membimbing saya, dan Bunda Maria yang selalu

menghantarkan doa-doa saya..

2. Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Keluarga

Timotius Tri Yogatama, S.Pd., Bapak dan Ibu terkasih, Bapak Purwanto

Subarjo dan alm. Ibu Sri Sartin, S.Pd., dan Ibu Puji Astuti. Adikku: Kresna

Adyastha Putra. Kakek dan nenek: Warno Sri Utomo, Sri Wartini,

Wagiyem, Tumirah, Mangku Diyono, Mulya Sugiyanto.

4. Pacar

Timotius Tri Yogatama, S.Pd. Pemberi dan sumber semangat.

5. Sahabat-sahabat Karib

Timotius Tri Yogatama, S.Pd., Lukas Budi, S.Pd., Fransiska Kumala Sari

S.Pd., Indah Rahayu, Maria Kiki, Faradhita Dian Maharani, Riska Safitri.

6. Keluarga Besar Warno Sri Utama

Purwanto Subarjo, alm. Sri Sartin, S.Pd., H. Nuryanto S.Pd., Hj. Suparmi,

S.Pd., Winardi, Etik Ruslina, Nuryadi, S.H., Tatit Risnawati, Cicilia Mega,

Langgeng Saharjo, Kresna Adyastha Putra, Riska Dian Nur Lestari S.T.P.,

Riska Dian Nur Malita Sari, Risman Bima Bayu Aji, Erwin Kurniawan,

Arin Nindya Wardhani, Oka Retno Amd.Kep., Siva Nur Salsabila, Zaky,

Yogya Herlambang Pideksa Langgeng, Arka Satria Wicaksana Langgeng,

Gweenzea Meza Luna Wardhani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

viii

ABSTRAK

Sripurwandari, Yuliana Herwinda. 2018. Alih Kode dan Campur Kode dalam

Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi

Kasus Pedagang Etnis Jawa. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma.

Penelitian ini membahas mengenai alih kode dan campur kode dalam

interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus

Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk

alih kode dan campur kode, serta mendeskripsikan faktor-faktor penyebab

terjadinya alih kode dan campur kode di pasar tradisional Kranggan,

Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Masalah yang diangkat dalam

penelitian ini bagaimana penggunaan alih kode dan campur kode dalam

interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus

Etnis Jawa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Data

diambi pada bulan September – Oktober 2017. Teknik pengumpulan data dala

penelitian ini dilakukan dengan teknik metode simak beserta teknik

lanjutannya yaitu teknik sadap, teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC),

teknik rekam, dan teknik catat. Data kemudian diidentifikasi dan dianalisis

berdasarkan teori sosiolinguistik khususnya alih kode dan campur kode dari

teori Suwito, Chaer dan Agustina, dan Nababan.

Peneliti menemukan adanya peristiwa alih kode antarbahasa yaitu bahasa

Jawa dan bahasa Indonesia atau sebaliknya. Alih kode antarvarian bahasa

meliputi bahasa Jawa Ngoko ke bahasa Jawa Krama atau sebaliknya.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa alih kode tersebut

adalah (1) penutur: menghormati lawan tutur, mengimbangi lawan tutur,

tawar-menawar (2) lawan tutur: untuk tawar-menawar. Kedua, ditemukannya

peristiwa campur kode. Bentuk campur kode yang terjadi berupa penyisipan

kata, frasa, klausa, dan penyisipan kata dan frasa. Faktor-faktor yang menjadi

penyebab terjadinya campur kode tersebut adalah (1) penutur: tujuan

menunjukkan kemampuannya, menawar dan meminta bonus. (2) berlatar pada

kebahasaan: keterbatasan penggunaan kode dan akibat dan hasil yang

dikehendaki (3) faktor kebiasaan: lawan tutur, penutur dan lawan tutur.

Kata kunci : alih kode, campur kode, alih kode internal, campur kode internal,

campur kode eksternal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

ix

ABSTRACT

Sripurwandari, Yuliana Herwinda. 2018. Code Switching and Code Mixing Buy

and Sale Interaction at Kranggan Traditional Market, Temanggung:

Case Study The Javanese Ethnic Traders. Thesis. Yogyakarta: PBSI,

FKIP, Sanata Dharma University.

This research discuss about code switching and codes mix in buy and

sale interaction at Kranggan Traditional Market, Temanggung: Case Study

The Javanese Ethnic Traders. This research is aimed to describe the form

code switching, code mixing and describe the factors which led to the code

switching and code mixing at Kranggan traditional market, Temanggung. The

problem discussed within this research how use about the form of code

switching and code mixing buy and sale interaction at Kranggan Traditional

Market, Temanggung.This research was categorized as qualitative descriptive,

because this research contains about codes change and codes mix sayings in

buy and sale interaction at Kranggan Traditional Market, Temanggung. The

data was taken on September 2017 until October 2017. The data gathering

method used in this research was listening method along with the

continuation method which are tapping method, Free Listening Talk Involve

method, recording method, and writing method. The data then being

identified and analysed based on sociolinguistic theory especially codes

change and codes mix theory from Suwito, Chaer and Agustina, and

Nababan.

Researcher found there is a interlanguage codes change phenomenon

from Javanese into Indonesian or vice versa. Language intervariant code

switching which consists of Rough Javanese towards Soft Javanese or vice

versa. The causing factors for the codes change phenomenon to happen are

(1) speaker: respect the dialoguing opponent, trying to keep up with the

dialoguing opponent, bargaining (2) dialogue opponent: to bargain. Second, a

code mixing phenomenon found. The happening codes mix were words

insertion, phrases, clauses, and words and phrases insertion. The causing

factors for the code mixing phenomenon to happen were (1) speaker: ability

showing purpose, bargain and bonus asking. (2) language based: code using

disability, and result and effect wanted. (3) custom factors: dialogue

opponent, speaker and dialogue opponent.

Keyword: code switching, codes mixing, internal code mixing, external code

mixing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Alih Kode dan

Campur Kode dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Kranggan,

Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa” dapat peneliti selesaikan

dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Program Studi Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa

penulian skripsi ini dapat terselesaikan buan hanya karena kerja keras peneliti,

melainkan juga berkat bimbingan, dukungan, doa, dan saran dari berbagai pihak

baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang sudah sabar dalam

membimbing dan memberikan saran serta kritik yang membangun,

sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi.

3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang sudah sabar

dalam membimbing dan memberikan saran serta kritik yang membangun,

sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi.

4. Th. Rusmiyanti., selaku karyawan sekretariat prodi PBSI.

5. Albertus Danang Satria Nugraha, M.A., selaku triangulator.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

xi

6. Para dosen PBSI yang telah mendidik dan memberikan pengetahuan yang

berguna bagi peneliti.

7. Sekretariat PBSI yang telah membantu kelancaran perkuliahan peneliti.

8. Ketiga orang tuaku, Bapak Purwanto Subarjo, Alm Ibu Sri Sartin S.Pd.,

dan Ibu Puji Astuti yang telah memberikan doa, dukungan dan

keprihatinannya dalam segala hal.

9. Keluarga Besar Warno Sri Utama, yang telah memberikan doa dan

semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

10. Adikku, Kresna Adyastha Putra yang telah memberikan doa, menghibur

disaat penat dan dukungan dalam segala hal.

11. Pacar, Timotius Tri Yogatama, S.Pd., yang telah memberikan dukungan,

pendampingan, penghiburan, dan motivasi kepada peneliti untuk

menyelesaikan skripsi.

12. Teman diskusi, Mellyda Agustini R, M.Pd.

13. Sahabat-sahabat Karib, Timotius Tri Yogatama, S.Pd., Lukas Budi, S.Pd.,

Fransiska Kumala Sari S.Pd., Indah Rahayu, S.Pd., Maria Kiki, Faradhita

Dian Maharani, Riska Safitri, Windy Anindhita.

14. Teman-teman Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia 2013 Kelas A.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Namun, penulis tetap berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

dan memberikan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii

HALAMAN MOTO .............................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................. vii

ABSTRAK ............................................................................................. viii

ABSTRACT ............................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ........................................................................... x

DAFTAR ISI .......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

1.5 Batasan Istilah ................................................................................... 9

1.6 Sistematik Penyajian ......................................................................... 12

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................... 13

2.1 Sosiolinguistik ................................................................................... 13

2.2 Kontak Bahasa .................................................................................. 14

2.3 Peristiwa Tutur .................................................................................. 16

2.4 Masyarakat Tutur .............................................................................. 16

2.5 Kedwibahasaan ................................................................................. 18

2.6 Faktor Sosio-Situasional dan Variasi Bahasa ................................... 19

2.7 Kode .................................................................................................. 22

2.8 Campur Kode .................................................................................... 23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

xiii

2.8.1 Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode ................................... 27

2.9 Alih Kode .......................................................................................... 32

2.9.1 Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode ......................................... 35

2.10 Bahasa dan Konteks ........................................................................ 38

2.11 Kerangka Berpikir ........................................................................... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 44

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 44

3.2 Subjek Penelitian ............................................................................... 45

3.3 Sumber Data dan Data ...................................................................... 47

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................ 48

3.5 Instrumen Penelitian.......................................................................... 50

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ..................................................... 50

3.7 Triangulasi......................................................................................... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 54

4.1 Deskripsi Data ................................................................................... 54

4.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 55

4.3 Alih Kode .......................................................................................... 56

4.3.1 Bentuk Alih Kode Internal Antarbahasa

(bahasa Indonesia ke bahasa Jawa Ngoko)............................. 57

4.3.2 Alih Kode Internal Antarbahasa

(bahasa Indonesia ke bahasa Jawa Krama)............................. 58

4.3.3 Alih kode internal antarvarian

(bahasa Jawa Krama ke bahasa Jawa Ngoko) ........................ 59

4.3.4 Alih kode internal antarvarian

(bahasa Jawa Ngoko ke bahasa Jawa Krama) ........................ 61

4.3.5 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Alih kode........................ 63

4.3.5.1 Penutur ........................................................................ 63

1. Menghormati Lawan Tutur ..................................... 64

2. Mengimbangi Lawan Tutur .................................... 67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

xiv

3. Tawar-menawar ...................................................... 71

4.3.5.2 Lawan Tutur ............................................................... 73

1. Tawar menawar ...................................................... 73

4.4 Campur Kode .................................................................................... 76

4.4.1 Bentuk-bentuk Campur Kode

(Penyisipan Kata) ................................................................... 76

4.4.2 Bentuk-bentuk Campur Kode

(Penyisipan Frasa) .................................................................. 80

4.4.3 Bentuk-bentuk Campur Kode

(Penyisipan Klausa) ................................................................ 82

4.4.4 Bentuk-bentuk Campur Kode

(Penyisipan Kata dan Frasa) ................................................... 83

4.4.2 Bentuk-bentuk Faktor Campur Kode ...................................... 86

4.4.2.1 Penutur ........................................................................ 86

1. Menunjukkan Kemampuannya ............................... 86

2. Tawar-menawar dan Meminta Bonus ..................... 88

4.4.2.2 Berlatar Belakang Pada Kebahasaan .......................... 89

1. Keterbatasan Penggunaan Kode ............................. 89

2. End (Tujuan) ........................................................... 93

4.4.2.3 Faktor Kebiasaan ........................................................ 95

BAB V PENUTUP ................................................................................. 97

5.1 Simpulan ........................................................................................... 97

5.2 Saran .................................................................................................. 98

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 100

LAMPIRAN ........................................................................................... 102

TABEL KEABSAHAN ANALISIS DATA ......................................... 149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk

berkomunikasi satu dengan yang lainnya dan mempunyai peranan yang penting

bagi kehidupan manusia. Dengan menguasai suatu bahasa seseorang dapat

melakukan proses komunikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dalam

proses komunikasi tersebut, seseorang tidak hanya menggunakan satu bahasa saja.

Pada umumnya dalam konteks masyarakat Indonesia yang dwibahasawan,

seseorang akan memahami minimal dua bahasa yang terdiri dari bahasa daerah

sebagai B1 dan bahasa Indonesia sebagai B2. Dalam studi bahasa kemampuan

penguasaan lebih dari satu bahasa disebut dengan istilah kedwibahasaan.

Kedwibahasaan serta tingkat penguasaan bahasa antara satu orang dengan

orang yang lainnya tentunya berbeda-beda. Hal tersebut dapat disebabkan proses

pemerolehan bahasa masing-masing individu yang berbeda, ada yang tanpa proses

belajar dan juga ada yang melalui proses belajar. Selain itu, kondisi masyarakat

Indonesia yang bersifat heterogen mempengaruhi pemerolehan bahasa seseorang

serta kemampuan berbahasanya. Dalam konteks tersebut bahasa Indonesia

mempunyai peranan penting dalam pola komunikasi yang berfungsi sebagai

sarana penghubung dan pemersatu masyarakat multilingual.

Jika dicermati lebih lanjut, pemakaian bahasa khususnya bahasa Indonesia

dapat dibedakan atas ragam baku, ragam resmi, ragam usaha, ragam santai, dan

ragam akrab (Suwito 1985:68). Berbagai macam ragam bahasa tersebut dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

2

muncul dalam konteks percakapan tertentu, baik yang bersifat formal maupun non

formal. Penggunaan bahasa Indonesia dalam ragam baku dan resmi dapat

dijumpai seperti di lingkungan sekolah, kantor, pemerintahan, dan instansi resmi

lainnya. Selanjutnya penggunaan ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab

dapat dijumpai dalam pola komunikasi sehari-hari dan/atau di tempat-tempat

umum. Tentunya semua ragam tersebut hadir sesuai konteks dan kaidah

kebahasaan yang disepakati bersama dalam suatu kelompok masyarakat.

Namun, dalam praktik penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat yang

multilingual, penggunaan bahasa Indonesia sering tidak sesuai dengan kaidah

yang berlaku sehingga mengakibatkan terjadinya alih kode dan campur kode.

Menurut Pranowo (2014: 298) alih kode merupakan berpindahnya pemakaian

kode bahasa satu ke kode bahasa lain ketika seseorang sedang menggunakan

bahasa tertentu tetapi disadari oleh pemakainnya karena memiliki maksud

tertentu. Kemudian, campur kode menurut Pranowo (2014: 299) merupakan

berpindahnya pemakaian kode bahasa kedua atau kode bahasa asing ke kode

bahasa pertama, ketika seseorang sedang menggunakan bahasa kedua atau bahasa

asing yang disebabkan belum dikuasainya struktur bahasa kedua atau bahasa asing

yang sedang dipakainya.

Terjadinya suatu proses alih kode dan campur kode tersebut tentunya

dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial. Faktor-faktor sosial yang memengaruhi

pemakaian bahasa adalah status sosial, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,

tingkat ekonomi, dsb. Kemudian, faktor situasional yang meliputi siapa yang

berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana mengenai hal apa,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

3

dalam situasi yang bagaimana, apa jalur yang digunakan, ragam bahasa mana

yang digunakan, serta tujuan pembicaraan (Nababan, 1986). Adanya campur kode

dan alih kode tersebut mempunyai peranan yang cukup penting dalam konteks

masyarakat Indonesia yang bersifat multilingual. Penggunaan alih kode dan

campur kode tersebut mampu mempermudah proses komunikasi antarpenutur

sehingga proses komunikasi dapat menjadi komunikatif.

Fenomena alih kode dan campur kode dalam konteks studi bahasa masuk

ke ranah studi sosiolinguistik. Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu linguistik

yang bersifat multidisipliner antara ilmu sosiologi dan ilmu linguistik. Menurut

Kridalaksana (1978:94) sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para

bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat

bahasa. Masyarakat bahasa atau yang lebih dikenal dengan istilah masyarakat

tutur merupakan suatu kelompok orang atau masyarakat yang memiliki verbal

repetoir yang relatif sama serta mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-

norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat itu (Chaer dan

Agustina, 2004: 36). Dalam praktik berkomunikasi di masyarakat, fenomena alih

kode dan campur kode sangatlah dimungkinkan untuk terjadi khususnya di

masyarakat multilingual. Alih kode dan campur kode mempunyai peranan yang

penting, dalam konteks munculnya berbagai variasi bahasa oleh seseorang

maupun kelompok masyarakat tertentu, misalnya di lingkungan pasar tradisional.

Pasar tradisional dapat dikatakan sebagai pusat interaksi dan transaksi yang

memungkinkan penutur dan mitra tutur berasal dari berbagai wilayah dengan latar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

4

belakang, status, dan penguasaan bahasa yang berbeda. Perbedaan latar belakang

sosial dalam masyarakat tutur di lingkungan pasar tradisional mengakibatkan

peluang munculnya fenomena alih kode dan campur kode semakin besar, dan

menarik untuk dikaji lebih mendalam dari segi wujud, jenis, dan faktor yang

mempengaruhi muculnya fenomena tersebut.

Pasar Tradisional Kranggan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah

merupakan gambaran yang tepat untuk menyatakan situasi masyarakat tutur yang

heterogen. Hal tersebut dapat dilihat dari contoh konkret di pasar, bahwa

masyarakat dari hampir seluruh pelosok Kabupaten Temanggung dan daerah lain

berkumpul untuk melakukan kegiatan transaksi jual beli baik dalam skala kecil,

menengah, maupun dalam skala besar. Para penjual atau pun pembeli tersebut

berasal dari latar belakang yang berbeda-beda (faktor sosial dan faktor

situasional), sehingga pola komunikasi yang terjadi bersifat campur-campur.

Dalam proses komunikasi terkadang menggunakan bahasa Indonesia, terkadang

bahasa Jawa, bahkan menggunakan bahasa campuran antara bahasa Indonesia dan

bahasa Jawa.

Pasar Tradisional Kranggan merupakan salah satu pasar tradisional di

Kabupaten Temanggung yang merupakan sentra ekonomi masyarakat pedesaan,

sehingga mempunyai intensitas yang cukup tinggi. Intensitas yang tinggi tersebut

dapat tercermin dari interaksi jual beli yang sangat kompleks. Kekompleksan

interaksi tersebut tentunya tak lepas dari peran bahasa sebagai alat komunikasi

dalam kegiatan transaksi. Penggunaan berbagai kosakata dan bahasa tertentu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

5

mengakibatkan munculnya fenomena alih kode dan campur kode dalam proses

komunikasi antara penjual dan pembeli.

Bentuk perubahan kode bahasa satu ke kode bahasa lain dalam kegiatan

transaksi jual beli tersebut dapat dilihat dari kategori dan faktor penyebabnya.

Proses perubahan kode dapat berupa beralihnya kode bahasa Indonesia ke bahasa

Jawa, atau sebaliknya, maupun tersisipnya kode bahasa tertentu ketika melakukan

pertuturan. Hal tersebut lazim terjadi dalam pola komunikasi, khususnya di

masyarakat tutur Pasar Kranggan yang dapat bertujuan untuk menghormati,

keterbasan pemahaman, kebiasaan, dsb. Maka jika dilihat lebih jauh lagi, bentuk

campur kode dan alih kode dapat berupa kata, frasa, klausa, hingga sampai ke

tataran kalimat.

Heterogenitas dan kedwibahasaan yang tercermin di Pasar Tradisional

Kranggan merupakan salah satu fenomena yang menarik untuk dikaji dan

dideskripsikan tentang pemakaian bahasanya, khususnya menyangkut alih kode

dan campur kode. Pengkajian tentang alih kode dan campur kode di Pasar

Tradisional Kranggan ini menjadi cukup relevan, karena hendak melihat lebih

dalam dan konkret penggunaan bahasa yang berasal dari penutur yang mempunyai

latar belakang berbeda-beda dalam konteks keperluan transaksi jual beli.

Berbagai macam transaksi jual beli di Pasar Kranggan terbingkai dalam

keanekaragaman pemilihan bahasa yang digunakan. Proses penentuan kata, frasa,

klausa, hingga kalimat mana yang dipilih ketika berbicara dalam suatu proses

transaksi antara penjual dan pembeli untuk mencapai kesepakatan atau

ketidaksepakatan menjadi hal yang unik. Terkadang mereka mempertahankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

6

penggunaan bahasa tertentu, terkadang juga beralih bahkan bercampur ke bahasa

tertentu. Hal tersebut memang pada hakikatnya menyalahi kaidah kebahasaan,

tetapi asalkan penggunaan bahasa dapat dipahami dan dimengerti hal itu tidak

menjadi masalah. Sekali lagi, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor situasional

maupun faktor sosial. Maka dari itu, peneliti memilih penelitian di salah satu

pasar tradisional karena di dalamnya tercermin hetereogonitas penuturnya yang

berasal dari berbagai macam kalangan yang mempunyai tujuan dan maksud

tertentu dalam konteks jual beli. Penelitian ini hendak mendeskripsikan wujud

tuturan yang mengandung alih kode dan campur kode, macam perubahan kode,

serta faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode dalam konteks

transaksi jual beli di Pasar Tradisional Kranggan, Temanggung.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang hendak dipecahkan dalam penelitian ini adalah

bagaimana penggunaan alih kode dan campur kode dalam interaksi jual beli di

Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa?

Berdasarkan rumuasan masalah utama di atas, terdapat sub masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk alih kode pada interaksi jual beli di Pasar Tradisional

Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa?

2. Faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya alih kode pada interaksi

jual beli di Pasar Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus

Pedagang Etnis Jawa?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

7

3. Bagaimana bentuk campur kode pada interaksi jual beli di Pasar

Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa?

4. Faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya campur kode pada

interaksi jual beli di Pasar Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi

Kasus Pedagang Etnis Jawa?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk alih kode pada interaksi jual beli di Pasar

Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode pada

interaksi jual beli di Pasar Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi

Kasus Pedagang Etnis Jawa.

3. Mendeskripsikan bentuk campur kode pada interaksi jual beli di Pasar

Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa.

4. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode pada

interaksi jual beli di Pasar Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi

Kasus Pedagang Etnis Jawa.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoretis maupun

praktis. Berikut merupakan penjabaran dua manfaat tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

8

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan kajian dalam

bidang sosiolinguistik.

2. Manfaat Praktis

Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapakan memberikan gambaran mengenai alih

kode dan campur kode dan mengarahkan dan membekali peserta didik

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar di dalam kehidupan

bermasyarakat sehingga peserta didik mengetahui kapan mereka harus

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.

Bagi Masyarakat Umum

Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai ragam bahasa

yang digunkan dalam interaksi yang ada di pasar.

Bagi Penjual dan Pembeli

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih mudah

saat melakukan tawar-menawar dalam melakukan interaksi jual beli di Pasar

Kranggan, Temanggung dengan tujuan untuk menciptakan komunikasi yang

baik antara penjual dan pembeli dan dapat mengetahui lebih dalam mengenai

fenomena kebahasaan khususnya alih kode dan campur kode agar dapat

menggunakan variasi bahasa dengan baik.

Bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa program

studi bahasa dan sastra Indonesia tentang kajian sosiolinguistik khusunya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

9

fenomena alih kode dan campur kode dan menindak lanjuti penelitian campur

kode dan alih kode dengan ruang lingkup yang lebih sempit sehingga ke

dalaman analisis masalah yang lebih mendasar dapat diketahui. Selain itu,

penemuan ini hanya terbatas pada bentuk, faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya alih kode dan campur kode, faktor sosial situasional serta latar

belakang sosial penjual pembeli yang menyebabkan terjadinya peristiwa alih

kode dan campur kode pada interaksi jual beli di pasar tradisional Kranggan,

Temanggung.

1.5 Batasan Istilah

1. Sosiolinguistik

Kajian bahasa sebagai bagian dari kebudayaan dan masyarakat. Rumusan

yang dipaparkan di atas menekankan bahwa bahasa bukan merupakan suatu

yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan. Budaya dan bahasa saling

berkesinambungan, karena bahasa adalah bagian dari kebudayaan

(Sumarsono, 2002: 2).

2. Kontak Bahasa

Weinreich (dalam Chaer dan Agustina, 2014: 159) mengatakan bahwa kontak

bahasa merupakan peristiwa pemakaian dua bahasa oleh penutur yang sama

secara secara bergantian.

3. Peristiwa Tutur

Terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran

atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

10

satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer, 2014:

47).

4. Masyarakat Tutur

Masyarakat tutur adalah suatu masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-

tidaknya mengenal satu variasi bahasa beserta norma-norma yang sesuai

dengan penggunaannya. Kata masyarakat dalam istilah masyarakat tutur

bersifat relatif, dapat menyangkut masyarakat yang sangat luas, dan dapat

pula hanya menyangkut sekelompok kecil orang. Fishman (dalam Chaer,

2010: 36).

5. Kedwibahasaan

Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan.

Secara umum bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh

seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

Jadi orang yang “berdwibahasa” mencakup pengertian kebiasaan memakai

dua bahasa, atau kemampuan memakai dua bahasa (Chaer dan Agustina,

2014 84).

6. Faktor-faktor Sosio-Situasional dan Variasi bahasa

Pemakaian bahasa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor linguistik, tetapi

dipengaruhi juga oleh faktor-faktor non linguistik. Faktor-faktor nonlinguistik

yang dimaksud, yaitu faktor sosial dan situasional. Variasi bahasa atau ragam

bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya yang berbeda-beda

sesuai topik yang dibicarakan. Menurut hubungan antar pembicara, lawan

bicara, dan orang yangdibicarakan serta menurut medium pembicaraan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

11

Sebuah bahasa telah memiliki sistem dan subsistem yang dapat dipahami

sama oleh para penutur bahasa.

7. Kode

Kode dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tutur yang penerapan unsur

bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi

penutur dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada. Kode biasanya

berbentuk varian bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi anggota

suatu masyarakat bahasa (Poedjosoedarmo, dalam Rahardi 2001: 22).

8. Campur Kode

Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa lain, ialah bilamana orang

mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak

bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa

itu yang menuntut percampuran bahasa itu Nababan (1991: 32).

9. Alih Kode

Penggunaan variasi bahasa lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau

situasi lain, atau karena adanya partisipasi lain disebut alih kode Kridalaksana

(1982: 7).

10. Bahasa dan Konteks.

Menurut KBBI (2007), bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang

arbitrer (manasuka), yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk

melakukan kerjasama, berinteraksi dan megidentifikasi diri. Selanjutnya,

KBBI (2007) memberikan definisi konteks sebagai situasi yang ada

hubungannya dengan suatu kejadian. Di dalam proses komunikasi, bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

12

dan konteks tentunya saling mempengaruhi. Individu apat saja melakukan

komunikasi dengan menggunakan bahasa tertentu apabila konteksnya tertentu

pula.

1.6 Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan yang berisi

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

batasan istilah, dan sistematika penyajian.

Bab II berisi landasan teori yang digunakan untuk menganalisis masalah-

masalah yang diteliti, yaitu tentang alih kode dan campur kode. Teori-teori yang

dikemukakan dalam bab II ini adalah teori tentang (1) pengertian sosiolinguistik,

(2) kontak bahasa, (3) peristiwa tutur, (4) masyarakat tutur, (5) kedwibahasaan,

(6) faktor sosio-situasional dan variasi bahasa, (7) kode, (8) campur kode, (9) alih

kode, (10) bahasa dan konteks, dan (10) kerangka berpikir.

Bab III berisi metode penelitian yang memuat tentang cara dan prosedur

yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Bab III berisi uraian

(1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian, (3) sumber data dan data (4) metode

den teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, (6) metode dan teknik

analisis data, serta (7) triangulasi. Bab IV berisi tentang (1) deskripsi data, (2)

analisis data, dan (3) pembahasan hasil penelitian. Bab V berisi tentang (1)

simpulan penelitian dan (2) saran untuk penelitian alih kode dan campur kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

13

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dipaparkan mengenai landasan teori dan kerangka berpikir.

Landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai pisau analisis.

Kemudian, kerangka berpikir berisi tentang acuan teori berdasarkan pada landasan

teori untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

2.1 Sosiolinguistik

Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari fenomena

hubungan antar bahasa. Sosiolinguistik adalah ilmu antardisiplin antara sosiologi

dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat.

Istilah sosiolinguistik jelas terdiri dari dua unsur: sosio- dan linguistik. Kita

mengetahui arti linguistik, yaitu ilmu yang mempelajari atau membicarakan

bahasa. Unsur sosio adalah seakar dengan sosial yaitu yang berhubungan dengan

masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat, dan fungsi-fungsi kemasyarakatan.

Jadi, sosiolinguistik ialah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan

penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat.

Halliday (dalam Sumarsono, 2002: 2) menyebut sosiolinguitik sebagai

linguistik institusional (intitutional linguistics), berkaitan dengan pertautan bahasa

dengan orang-orang yang memakai bahasa itu (deals with the relation between a

language and the people who use it).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

14

Sosiolinguistik juga menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan

dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakaian

bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku bahasa dan pemakai

bahasa. Kajian sosiolinguistik memungkinkan seseorang memulai dari masalah

kemasyarakata kemudian mengaitkan dengan bahasa, bisa juga sebaliknya

memulai dengan bahasa lalu mengaitkan dengan gejala-gejala di masyarakat.

Kridalaksana (1978: 94) berpendapat sebagai objek dalam sosiolinguistik,

bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh

linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau

komunikasi di dalam masyarakat manusia. Sosiolinguistik lazim didefinisikan

sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di

antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu

masyarakat bahasa.

Sosiolinguistik secara sederhana berupa kajian bahasa sebagai bagian dari

kebudayaan dan masyarakat. Rumusan yang dipaparkan di atas menekankan

bahwa bahasa bukan merupakan suatu yang berdiri sendiri, melainkan satu

kesatuan. Budaya dan bahasa saling berkesinambungan, karena bahasa adalah

bagian dari kebudayaan (Sumarsono, 2002: 2).

2.2 Kontak Bahasa

Weinreich (dalam Chaer dan Agustina, 2014: 159) mengatakan bahwa

kontak bahasa merupakan peristiwa pemakaian dua bahasa oleh penutur yang

sama secara secara bergantian. Dari kontak bahasa itu terjadi transfer atau

pemindahan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain yang mencakup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

15

semua tataran. Sebagai konsekuensinya, proses pinjam meminjam dan saling

mempengaruhi terhadap unsur bahasa lain yang tidak dapat dihindari.

Apabila kita membicarakan kontak bahasa pasti tidak pernah lepas dengan

proses terjadinya kedwibahasaan. Proses kedwibahasaan itu disebabkan adanya

interaksi dan kontak sosial antara masyarakat satu dengan yang lain yang

memiliki latar belakang kebahasaan yang berbeda. Bila kita lihat masalah

penggunaan bahasa bukanlah milik perseorangan, melainkan milik suatu

kelompok masyarakat, baik kelompok budaya, kelompok umur, kelompok

pekerjaan, maupun kelompok sosial. Jika hal ini dihubungkan dengan

kedwibahasaan akan terlihat masalah kedwibahasaan. Hal ini bukan pula masalah

perseorangan, melainkan masalah yang timbul dalam suatu kelompok pemakai

bahasa akan terjadi kontak bahasa sehingga diartikan, bahwa antara kontak bahasa

dan dwibahasawan sangat erat hubungannya.

Aslinda dan Leni (2007: 25) mengatakan bahwa kontak bahasa meliputi

segala peristiwa persentuhan antara dua bahasa atau lebih yang berakibat adanya

perubahan unsur bahasa oleh penutur dalam konteks sosialnya. Berkaitan dengan

kontak bahasa ini Prawiroatmo (dalam Djoko Kentjono, 1982: 124) mengatakan

bahwa ciri yang menonjol dari kontak bahasa adalah terdapatnya kedwibahasaan

atau bilingualisme atau keanekaragaman bahasa atau multilingualisme.

Jadi, peristiwa atau gejala kontak bahasa itu tampak menonjol dalam

wujud kedwibahasaan. Kedwibahasaan adalah penggunaan dua bahasa atau lebih

oleh seseorang. Kedwibahasaan lebih cenderung pada gejala tutur (parole),

sedangkan kontak bahasa lebih cenderung pada gejala bahasa (langue). Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

16

prinsipnya, langue adalah sumber dari parole, maka dengan sendirinya kontak

bahasa akan tampak dalam kedwibahasaan. Dengan kata lain kedwibahasaan

terjadi karena adanya kontak bahasa.

2.3 Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik

dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan

lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi

tertentu (Chaer, 2014: 47).

Interaksi yang berlangsung antara seorang penjual dan pembeli di pasar

pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya

adalah sebuah peristiwa tutur. Hal yang sama juga terjadi dan kita dapati dalam

acara diskusi, di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan

sebagainya. Sebuah percakapan baru dapat disebut sebagai peristiwa tutur (speech

event) apabila memenuhi syarat seperti yang telah disebutkan dalam definisi di

atas.

2.4 Masyarakat Tutur

Suatu kelompok orang atau suatu masyarakat mempunyai verbal

repertoire yang relatif sama serta mereka mempunyai penilaian yang sama

terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam masyarakat

itu, maka dapat dikatakan bahwa kelompok orang itu atau masyarakat itu adalah

sebuah masyarakat tutur. Jadi, masyarakat tutur bukanlah hanya sekelompok

orang yang menggunakan bahasa yang sama, melainkan kelompok orang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

17

mempunyai norma yang sama dalam menggunakan bentuk-bentuk bahasa (Chaer

dan Agustina, 2014: 36).

Fishman (dalam Chaer, 2010: 36) menyebutkan “masyarakat tutur adalah

suatu masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu

variasi bahasa beserta norma-norma yang sesuai dengan penggunaannya”. Kata

masyarakat dalam istilah masyarakat tutur bersifat relatif, dapat menyangkut

masyarakat yang sangat luas, dan dapat pula hanya menyangkut sekelompok kecil

orang. Lebih lanjut Suwito (dalam Rahardi, 2001: 18) dalam upaya menjelaskan

konsep itu, menengaskan bahwa suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai

masyarakat tutur apabila masyarakat atau sekelompok orang itu memiliki verbal

repertoire yang relatif sama dan mempunyai penilaian yang sama dan mempunyai

penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang dipergunakan

di dalam masyarakat itu. Jadi masyarakat tutur bukan sekedar kelompok orang-

orang yang mempergunakan bentuk bahasa yang sama, tetapi kelompok orang itu

juga mempunyai norma-norma yang sama dalam memakai bentuk-bentuk bahasa

yang ada (1983: 20).

Bloomfield (dalam Chaer dan Agustina, 2014: 37) membatasi dengan

“sekelompok orang yang menggunakan sistem isyarat yang sama”. Sementara

Labov (dalam Chaer dan Agustina, 2014: 37) mengatakan “satu kelompok orang

yang mempunyai norma yang sama mengenai bahasa. Sedangkan Rajend dkk

(2001:37) menyatakan bahwa “masyarakat tutur terdiri orang-orang yang berada

dalam kontak kebiasaan satu sama lain dengan cara berbicara yang

mengakibatkan baik berbagai bahasa bersama atau cara berbagai menafsirkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

18

varietas bahasa yang berbeda yang biasa digunakan di daerah. Sekelompok

manusia terbentuk melalui interaksi bahasa yang teratur dan sering dengan

bantuan persediaan tanda-tanda bahasa yang dimiliki bersama yang dipisahkan

dari kelompok lain karena perbedaan dalam bahasa (Gumperz, 1987: 43).

Hal ini menyimpulkan suatu masyarakat bahasa tidak hanya dituntut untuk

dapat berbahasa itu sendiri tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan

interaksi.

2.5 Kedwibahasaan

Kalau kita melihat seseorang memakai dua bahasa dalam pergaulannya

dengan orang lain, dia berdwibahasa dalam arti dia melaksanakan kedwibahasaan

yang akan kita sebut bilingualisme. Jadi bilingualisme ialah kebiasaan

menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain. Jika kita berpikir

tentang kesanggupan atau kemampuan berdwibahasa, yaitu memakai dua bahasa,

kita akan sebut ini bilingualitas (dari bahasa Inggris bilinguality).

Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan.

Secara umum bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh

seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Jadi

orang yang “berdwibahasa” mencakup pengertian kebiasaan memakai dua bahasa,

atau kemampuan memakai dua bahasa (Chaer dan Agustina, 2014 84).

Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa.

Merumuskan kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau

lebih oleh seseorang (the alternative use of two or more languages by the same

individual). Perluasan pendapat ini dikemukakan dengan adanya tingkatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

19

kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur gramatikal, leksikal, semantik,

dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis Mac Key (1956:155).

2.6 Faktor-faktor Sosio-Situasional dan Variasi bahasa

Pemakaian bahasa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor linguistik, tetapi

dipengaruhi juga oleh faktor-faktor non linguistik. Faktor-faktor nonlinguistik

yang dimaksud, yaitu faktor sosial dan situasional. Holmes (1992: 11)

menyebutkan bahawa setidaknya ada empat faktor sosial yang mempengaruhi cara

seseorang dalam mengekspresikan tuturannya, yaitu (1) partisipan (pihak yang

terlibat dalam penuturan), misalnya antara suami dan isteri, pimpinan dan buruh,

(2) latar dan konteks sosial (waktu dan situasi tuturan berlangsung), misalnya di

rumah, di sekolah, dan di kantor, (3) topik (masalah yang dibicarakan), misalnya

masalah politik, ekonomi, (4) fungsi (maksud dan tujuan penuturan), misalnya

untuk memuji, memberi informasi.

Senada dengan pendapat di atas Nababan (1986) mengemukakan faktor

sosial yang memengaruhi pemakaian bahasa terdiri atas status sosial, tingkat

pendidikan, umur, jenis kelamin, dan lainnya, sedangkan faktor situasional yang

memengaruhi pemakaian bahasa terdiri dari siapa yang berbicara, dengan bahasa

apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa. Dengan adanya

faktor sosial dan faktor situasional ini, akan menyebabkan munculnya variasi

bahasa.

Variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa

yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

20

(Poedjosoedarmo dalam Suwito, 1920: 20). Hartman dan Stork (dalam Chaer dan

Agustina, 1995: 81) membedakan variasi bahasa berdasarkan kriteria, (a) latar

belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, dan (c) pokok

pembicaraan. Haliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakaian yang

disebutnya dengan dialek dan register.

Senada dengan pendapat di atas Alwasilah (1985: 66) meskipun para

penutur memakai bentuk-bentuk itu merupakan satu bahasa yang sama, mislnya

idiolek, sosiolek, dialek sosiolek, dan register/style.

Dalam proses komunikasi yang sebenarnya, setiap penutur bahasa tidak

pernah setia pada satu ragam/dialek tertentu saja. Karena setiap penutur pasti

mempunyai kelompok sosial dan hidup dalam tempat dan waktu tertentu. Oleh

karena itu, dapat dipastikan setiap penutur memiliki dua dilek, yaitu dialek sosial

dan dialek regional temporal. Contohnya, di Minangkabau anak-anak di ranah

Minang menggunakan bahasa Minangkabau, tetapi di sekolah mereka

menggunakan bahasa Indonesia.

Chaer dan Agustina (1995: 83) membedakan variasi-variasi bahasa, antara

lain:

1. Segi penutur

Variasi bahasa dari segi penutur adalah variasi bahasa yang bersifat individu

dan variasi bahasa dari sekelompok individu yang jumlahnya relatif yang berada

pada satu tempat wilayah atau area. Variasi bahasa yang bersifat individu disebut

dengan idiolek, sedangkan variasi bahasa dari sekelompok individu disebut dialek

(Aslinda dan Leni, 2007: 17).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

21

Menurut konsep idiolek, setiap individu memiliki idioleknya masing-

masing.dengan kata lain, setiap individu mempunyai sifat-sifat khas yang tidak

dimiliki oleh individu lain. Perbedaan sifat-sifat khas antarindividu disebabkan

oleh faktor fisik dan psikis. Perbedaan fisik misalnya, karena perbedaan bentuk-

bentuk alat bicaranya, sedangkan perbedaan faktor psikis biasanya disebabkan

oleh perbedaan tempramen, watak, intelektual, dan lainnya.

2. Segi pemakaian,

Nababan (2004) menyatakan variasi bahasa dari segi pemakaiannya disebut

variasi bahasa berkenaan dengan fungsinya/fngsiolek, ragam, atau register.

Variasi bahasa dari segi pemakaiannya berhubungan dengan bidang

pemakaiannya, contohnya dalam kehidupan sehari-hari, ada variasi di bidang

militer, sastra, jurnalistik, dan kegiatan keilmuan lainnya.

3. Segi keformalan, dan

Berdasarkan pendapat Joos (dalam Chaer dan Agustina, 1995),

membedakan variasi bahasa berdasarkan keformalan atas lima bagian, yaitu:

a. Gaya atau ragam baku

b. Gaya atau ragam resmi

c. Gaya atau ragam usaha

d. Gaya atau ragam santai, dan

e. Gaya atau ragam akrab.

4. Segi sarana

Variasi bahasa dari segi sarana dilihat dari sarana yang digunakan.

Berdasarkan sarana yang digunakan, ragam bahasa terdiri atas dua bagian, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

22

ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan. Ragam bahasa lisan disampaikan

secara lisan dan dibantu oleh unsur-unsur suprasegmental, sedangkan ragam

bahasa tulis unsur suprasegmental tidak ada. Pengganti unsur suprasegmental

dalam bahasa tulis adalah dengan menuliskan unsur tersebut dengan simbol dan

tanda baca.

2.7 Kode

Kode dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tutur yang penerapan unsur

bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi

penutur dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada. Kode biasanya berbentuk

varian bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi anggota suatu masyarakat

bahasa (Poedjosoedarmo dalam Rahardi 2001: 22).

Suwito (1983: 67) juga mengemukakan batasan yang tidak terlalu jauh

dengan yang disampaikan tadi, yakni bahwa kode adalah salah satu varian di

dalam hirarki kebahasaan yang dipakai dalam komunikasi. Dengan demikian

dalam sebuah bahasa dapat terkandung beberapa buah kode yang merupakan

varian bahasa itu. Dalam bahasa terkandung beberapa macam kode, di dalam

satu kode terdapat kemungkinan variasi rasional, untuk kelas sosial, gaya

maupun register. Dengan demikian bahasa merupakan level yang paling atas

disusul dengan kode yang terdiri atas varian-varian dan ragam serta gaya dan

register sebagai sub-sub (Suwito, 1985: 67).

Poedjosoedarmo dalam Rahardi (2001: 23) tidak semua bahasa memiliki

kode yang sama dalam inventarisasinya. Kode banyak ditemukan pada bahasa

yang memiliki macam dialek yang banyak, tingkat undha-usuk atau tingkat tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

23

yang kompleks, dan dipakai sebagai bahasa pengantar kebudayaan yang memiliki

banyak ragam. Lebih lanjut juga dikatakan bahwa kode selalulah memiliki makna.

dalam bahasa Jawa, tingkat undha-usuk krama memiliki makna sopan sedangkan

tingkat ngoko memiliki makna yang tidak santun. Kode dapat beralih dari varian

yang satu kepada varian yang lainnya. Peralihan kode dapat mengarah dari yang

paling formal ke kode yang paling informal, dari yang paling hormat ke kode

yang paling tidak hormat, dari kode yang lengkap ke kode yang tidak lengkap,

dari kode yang kurang dikuasai ke kode yang sudah dikuasai dan sebaliknya.

2.8 Campur Kode

Nababan (1991: 32) berpendapat bahwa campur kode adalah suatu

keadaan berbahasa lain, ialah bilamana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa

atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa

ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu.

Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian penutur dan atau kebiasaannya yang

dituruti.

Senada dengan pandangan di atas, ahli lain juga mengungkapkan batasan

mengenai campur kode adalah B.B. Kachru dalam artikelnya yang berjudul

“Toward Structuring Code Mixig: An India Perspective” (197: 28). Beliau

mengungkapkan bahwa campur kode merupakan pemakaian dua buah bahasa atau

lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa

yang lain secara konsisten.

Kridalaksana dalam Suandi (2014: 139) memberikan batasan campur kode

sebagai penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

24

memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian

kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya.

Pada campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan

dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat

dalam peristiwa tutur hanyalah serpihan-serpihan (pieces) saja tanpa fungsi atau

keotonomiannya sebagai sebuah kode. Menurut Chaer (2004: 114), seorang

penutur misalnya yang dalam berbahasa Indonesia menyelipkan serpihan-serpihan

bahasa daerahnya, bisa dikatakan telah melakukan campur kode yang

menyebabkan munculnya satu ragam bahasa Indonesia yang ke Jawa-Jawaan

(kalau bahasa daerahnya adalah bahasa Jawa) atau bahasa Indonesia yang ke

Sunda-sundaan (kalau bahasa daerahnya adalah bahasa Sunda).

Campur kode dilakukan oleh penutur bukan semata-mata karena alasan

situasi pada saat terjadinya interaksi verbal, melainkan oleh sebab-sebab yang

bersifat kebahasaan. Sumber dari campur kode biasa datang dari kemampuan

berbahasa, bisa pula datang dari kemampuan berkomunikasi, yakni tingkah laku.

Jika gejala itu hadir karena penutur telah terbiasa menggunakan bahasa campur

demi kemudahan belaka sebagai hasil dari sistem budaya, sistem sosial atau

sistem kepribadian secara terus menerus, maka gejala itu datang dari sistem

tingkah laku. Artinya, gejala ini bersumber dari kemampuan berkomunikasi

(Istiati dalam Suandi, 2014: 140).

Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan

suatu bahasa secara dominan mendunkung suatu tuturan disispi dengan unsur

bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristik penutur,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

25

seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri

menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun, bisa terjadi karena

keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya,

sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya

mendunkung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan

(Suandi 2014: 139).

Suandi (2014: 140) membedakan campur kode menjadi tiga bentuk yaitu:

1. Campur kode ke dalam (inner code mixing)

Campur kode ke dalam adalah jenis campur kode yang menyerap unsur-

unsur bahasa asli yang masih sekerabat.

2. Campur kode ke luar (outer code mixing)

Campur kode keluar adalah campur kode yang menyerap unsur-unsur

bahas asing, misalnya gejala campur kode pada pemakaian bahasa

Indonesia terdapat sisipan bahasa Belanda, Inggris, Arab dll.

3. Campur kode campuran (hybrid code mixing)

Campur kode campuran ialah campur kode yang di dalamnya (mungkin

klausa atau kalimat) telah menyerap unsur bahasa asli (bahasa-bahasa

daerah) dan bahasa asing.

Selanjutnya Suwito (1985: 79) membagi campur kode berdasarkan unsur-

unsur kebahasaan:

1. Penyisipan unsur-unsur berwujud kata

a. “Ibu sudah dhahar belum?”

b. “Tadi kamu teko jam berapa ke kampus?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

26

Contoh dari a. dan b. sebuah kalimat yang menggunakan campur kode

yang berupa penyisipan kata, yaitu penggunaan kata “dhahar” yang diambi dari

bahasa Jawa Krama yang berati “makan” dan kata “teko” yang diambil dari

bahasa Jawa Ngoko yang berarti “datang”.

Menurut Tarigan (1985: 19) kata dapat diartikan sebagai satuan bebas

yang paling kecil. Kata adalah bentuk bebas yang paling kecil, yaitu kesatuan

terkecil yang dapat diucapkan secara berdikari.

2. Penyisipan unsur yang berwujud frasa

Penyisipan frasa adalah penyisipan unsur frasa yang berasal dari bahasa

asing atau bahasa daerah yang masuk ke dalam tuturan yang menggnakan suatu

bahasa pokok tertentu. Berikut adalah contoh dari penyisipan unsur-unsur frasa.

a. “Berangkat ke kantor karo sapa besok?”

b. “Bapak sampun wungu. ”

Contoh pada a. karo sapa merupakan bahasa Jawa Ngoko yang berarti

“dengan siapa” , kemudian contoh b. sampun wungu bahasa Jawa Krama yang

berarti “sudah bangun”.

Ramlan (1978: 151) Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata

atau lebih yang tidak melampauai batas fungsi klausa. Unsur klausa yang terdiri

dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan

gramatik yang disebut frasa.

3. Penyisipan unsur yang berwujud ungkapan atau idiom

Ungkapan adalah konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih,

masing-masing anggota memiliki makna yang ada bersama yang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

27

(Kridalaksana, 2001: 81). Ungkapan dapat berfungsi untuk menghidupkan dan

mendorong perkembangan bahasa dan akan menciptakan keindahan bahasa agar

tidak membosankan. Berikut adalah contoh penyisipan unsur berwujud ungkapan

atau idiom:

a. Sepi ing Pamrih, Rame ing Gawe.

Pada contoh a. Sepi ing pamrih, rame ing gawe. Ungkapan yang sering

ditekankan oleh orang Jawa ini memiliki arti “Kalau melakukan pekerjaan

seharusnya tanpa pamrih”.

b. Penyisipan unsur berwujud klausa

Ramlan (1987: 89) mengidentidikasikan klausa sebagai satuan gramatik yang

terdiri dari P (predikat), baik disertai S (subjek), O (objek), Pel (pelengkap),

dan K (keterangan). Kelima unsur ini memang tak selalu bersama-sama

dalam satu klausa. Terkadang klausanya hanya terdiri dari S dan P.

a. Kamu pergi sendiri saja, aku dina iki arep nderekke Simbah.

Contoh a. merupakan contoh kode berwujud klausa yang berasal dari

bahasa Jawa. Contoh diatas memiliki arti “aku hari ini mau pergi

mengantar Nenek.”

2.8.1 Faktor Penyebab Campur Kode

Dari pendapat ahli, Suwito (1983: 75) mengemukakan beberapa faktor

penyebab terjadiya peristiwa campur kode dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1. Berlatar belakang pada sikap penutur (attitudinal type) yang meliputi

a. Untuk memperhalus ungkapan,

b. Untuk menunjukkan kemampuannya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

28

c. Perkembangan dan perkenalan budaya baru.

2. Berlatar belakang pada kebahasaan (linguistic type) yang meliputi

a. Lebih mudah diingat,

b. Tidak menimbulkan kehomoniman,

c. Keterbatasan kata,

d. Akibat atau hasil yang dikehendaki.

Dalam pendapat lain, Poedjosoedarmo (1976: 15) menyampaikan bahwa

faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode di antaranya ialah disebabkan oleh

mitra tutur, hadirnya orang ke tiga, bergengsi dan adanya pengaruh-pengaruh

maksud tujuan tertentu dari penutur: melawak, merayu, menggoda, menyindir,

memperjelas keterangan, dan mengakrabkan diri. Pendapat tersebut juga didukung

oleh Suandi (2014: 143) membagi faktor-faktor terjadinya campur kode yakni:

1. Keterbatasan Penggunaan Kode

Faktor keterbatasan kode terjadi apabila penutur melakukan campur kode

karena tidak mengerti padanan kata, frasa, atau klausa dalam bahasa dasar yang

digunakannya. Campur Kode karena faktor ini lebih dominan terjadi ketika

penutur bertutur dengan kode dasar bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

Keterbatasan ini menyebabkan penutur menggunakan kode yang lain dengan kode

dasar pemakian kode sehari-hari.

2. Mitra Bicara/lawan tutur

Mitra bicara dapat berupa individu atau kelompok. Dalam masyarakat

bilingual, seorang pembicara yang mula-mula menggunakan satu bahasa dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

29

melakukan campur kode menggunakan bahasa lain dengan mitra bicaranya yang

memiliki latar belakang daerah yang sama.

3. Tempat Tinggal dan Waktu Pembicaraan Berlangsung

4. Fungsi dan Tujuan.

Fungsi bahasa yang digunakan dalam pembicaraan didasarkan pada tujuan

berkomunikasi, fungsi bahasa merupakan ungkapan yang berhubungan dengan

tujuan tertentu, seperti memerintah, menawarkan, mengumumkan, memarahi, dan

lain sebagainya. Pembicara menggunakan bahasa menurut fungsi yang

dikehendakinya sesuai dengan konteks dan situasi berkomunikasi. Campur kode

dapat terjadi karena situasi kadang tidak sesuai atau relevan. Dengan demikian,

campur kode menunjukkan adanya saling ketergantungan antara fungsi

kontekstual dan situasional yang relevan dalam pemakaian dua bahasa atau lebih.

Hasil penelitian skripsi yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan

oleh Andronikus Kresna, mahasiswa Sanata Dharma dalam skripsinya berjudul

“Campur Kode dan Alih Kode pada Interaksi Informal Mahasiswa di Yogyakarta:

Studi Kasus pada Mahasiswa Asrama Lantai Merah, Jl. Cenderawasih No 1b

Demangan Baru Yogyakarta”. Andronikus Dewantara memaparkan penelitiannya

sangat memperhatikan sebuah konteks percakapan sehari-hari dalam masyarakat,

penggunaan ragam bahasa baku, serta dialek-dialek kedaerahan yang digunakan

sebagai media dalam menginterpretasi data yang telah berhasil diidentifikasi,

diklasifikasi dan dianalisis mendalam.

Dari penelitian tersebut ditemukan tiga kesimpulan. Pertama jenis campur

kode yang terdiri campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

30

keluar (outer code-mixing). Campur kode ke dalam terdiri dari penyisipan kata,

frasa, klausa, sedangkan campur kode keluar terdiri dari penyisipan kata dan frasa.

Kedua, jenis alih kode yang terdiri dari alih kode internal dan eksternal. Alih kode

internal terdiri dari alih kode antarragam formal dan informal, dan alih kode

antarbahasa yang meliputi bahasa Jawa, bahasa Batak, dan bahasa NTT,

sedangkan jenis alih kode eksternal yang meliputi alih kode bahasa Inggris.

Selain itu penelitian dilakukan oleh Galih Sarwo Nugroho (2013),

Universitas Negeri Yogyakarta dalam skripsinya berjudul “Alih Kode dan

Campur Kode dalam Rapat sosialisasi di Kecamatan Karang Malang Kabupaten

Sragen”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alih kode dan campur

kode, beserta faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode dalam

rapat sosialisasi di Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Hasil penelitian

ini terkait dengan jenis-jenis alih kode (internal) meliputi, alih kode antarbahasa,

dan alih kode antarragam. Alih kode antarbahasa dalam penelitian ini adalah alih

kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, sedangkan alih kode antarragam yang

ditemukan adalah alih kode dari ragam formal ke ragam informal dan ragam

informal ke ragam formal. Faktor-faktor pemyebab terjadinya alih kode meliputi

a) untuk menghormati lawan tutur dengan tujuan: (1) menjelaskan sesuatu, (2)

menanyakan sesuatu, (3) mengharapkan sesuatu. b) agar lebih akrab dengan lawan

tutur dengan tujuan: (1) menjelaskan sesuatu, (2) memberitahukan sesuatu, (3)

menanyakan sesuatu, (4) mengharapkan sesuatu, (5) memberi contoh, (6)

menyarankan sesuatu, (7) menyatakan larangan. Campur kode yang ditemukan

berupa campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Campur kode ke dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

31

pada penelitian ini adalah bentuk penyisipan unsur-unsur bahasa Jawa ke bahasa

Indonesia, yang ditandai dengan bentuk kata, frasa, dan reduplikasi. Campur kode

ke luar pada penelitian ini adalah bentuk penyisipan unsur-unsur bahasa Inggris

dan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia yang ditandai dengan bentuk kata,

frasa, reduplikasi, dan istilah. Faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode

meliputi a) untuk menghormati lawan tutur dengan tujuan: (1) menjelaskan

sesuatu, (2) menanyakan sesuatu, (3) memberitahukan sesuatu, (4) mengharapkan

sesuatu, b) agar lebih akrab dengan lawan tutur dengan tujuan: (1) menyatakan

larangan, (2) menjelaskan sesuatu, c) menunjukkan kepercayaan penutur dengan

tujuan, (1) menyatakan rasa syukur, (2) mengharapkan rasa sesuatu, d) pengaruh

bahasa pertama penutur, e) ketiadaan padanan kata yang tepat, f) kebiasaan

penutur menggunakan kata tertentu, g) menyatakan bentuk jamak.

Kedua penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti yang berjudul “Alih Kode dan Campur Kode Dalam

Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus

Pedagang Etnis Jawa” kesamaan penelitianya terletak pada permasalahan yang

diangkat yaitu mengenai fenomena alih kode dan campur kode. Perbedaannya ada

pada pada objek dan subjek penelitian, serta peneliti menambahkan analisis

mengenai faktor-faktor sosial-situasional yang memengaruhi pemakaian bahasa

yang menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode.

2.9 Alih Kode

Kata alih kode (code switching) terdiri atas dua bagian, yaitu kata alih

yang berarti „pindah‟, sedangkan kode berarti „salah satu variasi di dalam tataran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

32

bahasa‟. Dengan demikian secara etimologi alih kode (code switching) dapat

diartikan sebagai peralihan atau pergantian (perpindahan) dari suatu varian bahasa

ke bahasa lain (Suandi, 2014: 132).

Kridalaksana (1982: 7) mengemukakan bahwa penggunaan variasi bahasa

lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya

partisipasi lain disebut alih kode. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa alih

kode dapat terjadi pada masyarakat bahasa bilingual atau multilingual, namun

juga terjadi pada masyarakat bahasa monolingual. Pada masyarakat bilingual atau

multilingual, alih kode dapat terjadi dari varian bahasa yang satu ke varian bahasa

yang lain.

Sejalan dengan pendapat para peneliti sebelumnya, Suandi (2014: 132)

juga mengemukakan bahwa alih kode merupakan salah satu aspek tentang saling

ketergantungan bahasa di dalam masyarakat bilingual atau multilingual.

Menurutnya, alih kode adalah suatu peralihan pemakaian suatu bahasa ke dalam

bahasa lain, atau dari satu variasi ke variasi bahasa lain.

Dell Hymes dalam Jendra (2007: 156) mengungkapkan bahwa alih kode

merupakan suatu istilah umum yang digunkan unttuk menyatakan pergantian

(peralihan) pemakaian dua bahasa atau lebih beberapa variasi dari satu bahasa

atau bahkan beberapa ragam dari satu gaya.

R. Appel dalam Jendra (2007: 156) memberikan pengertian bahwa alih

kode ialah peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi. Senada dengan

pendapat di atas, Chaer (2014: 106) secara terperinci alih kode dapat diartikan

sebagai peristiwa peralihan bahasa dari satu ragam ke ragam lain, dari satu bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

33

ke bahasa lain yang dilakukan secara sadar dan bersebab. Misalnya penutur

menggunakan bahasa Indonesia beralih ke bahasa Jawa. Alih kode merupakan

salah satu aspek ketergantungan bahasa dalam masyarakat multilingual. Dalam

masyarakat multilingual sangat sulit seorang penutur mutlak hanya menggunakan

satu bahasa. Dalam alih kode masing-masing bahasa masih cenderung mendukung

fungsi masing-masing dan masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa alih kode

merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mengacu pada sebuah situasi

pergantian pemakaian dua bahasa atau lebih beberapa variasi dari satu bahasa

dalam suatu peristiwa tutur.

Terkait dengan bentuk alih kode, Thomson (dalam Rosita, 2011)

menyebutkan bahwa alih kode adalah peralihan antarkalimat, yang beralih dari

satu bahasa ke dalam bahasa lain pada batas kalimat. Suwito (dalam Rosita, 2011)

mengungkapkan bahwa alih kode mungkin berwujud alih varian, alih ragam, alih

gaya, atau alih register. Dapat dikatakan bahwa alih kode menunjukkan suatu

gejala adanya saling ketergantungan antara fungsi kontekstual dan situasi

relevansial di dalam pemakaian dua bahasa atau lebih. Dapat disimpulkan bahwa

bentuk alih kode adalah alih varian, alih ragam, alih gaya, atau alih register. Alih

kode secara bahasa dapat di lihat dari alih bahasa dan alih ragam dalam dua

konteks yang berbeda, jadi alih kode ditandai dengan satu bahasa dialihkan ke

dalam bahasa lain, pada konteks situasi yang berbeda. Pengalihan kode dilakukan

dengan sadar dan bersebab. Kalau kita menelusuri penyebab terjadinya alih kode

itu, maka kita kembalikan kepada pokok persoalan sosiolinguistik seperti yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

34

dikemukakan (Fishman dalam Chaer, 2014: 49) yaitu “siapa berbicara, dengan

bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan tujuan apa”.

Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang

bahasa yang sama dengan bahasa yang digunakan oleh penutur dan lawan tutur

dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Selain itu, berubahnya topik

pembicaraan dapat juga menyebabkan terjadinya alih kode. Peristiwa ini terjadi

karena biasanya adanya perubahan situasi dari situasi tidak formal ke situasi

formal maupun sebaliknya.

Suwito (1985) membagi alih kode menjadi dua:

1. Alih kode internal terjadi apabila alih bahasa, maksudnya terjadi bila si

pembicara dalam pergantian bahasanya menggunakan bahasa-bahasa yang

masih dalam ruang lingkup bahasa nasional atau antardialek dalam satu

bahasa daerah atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam

satu dialek. Misalnya, pembicaraan si A mula-mula berbahasa Indoneia

baku kerana situasi menuntut ia beralih kode ke dalam bahasa Indonesia

dialek Jakarta, kemudian berubah lagi ke bahasa daerah (Yogyakarta) dan

seterusnya.

2. Alih kode eksternal apabila alih kode antar bahasa-bahasa daerah dalam satu

bahasa nasional, antara dialek-dialek dalam satu bahasa daerah, atau

beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu dialek. Misalnya si

pembicara mula-mula menggunakan bahasa Indonesia karena situasi

menghendaki, dia beralih menggunakan bahasa Inggris, pada situasi lain ke

bahasa Jepang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

35

2.9.1 Faktor Penyebab Alih Kode

Penyebab terjadinya alih kode menurut Suwito (1983: 72-74), yaitu:

1. Penutur, seorang penutur kadang-kadang dengan sadar berusaha beralih

kode terhadap lawan tuturnya karena suatu maksud. Biasanya usaha

tersebut dilakukan dengan maksud mengubah situasi, yaitu dari situasi

resmi ke situasi tak resmi.

2. Mitra tutur, setiap penutur pada umumnya ingin mengimbangi bahasa

yang dipergunakan oleh lawan tuturnya.

3. Hadirnya pihak ketiga, kehadiran orang ketiga kadang-kadang juga dapat

dipakai sebagai penentu berubahnya kode yang dipakai oleh seseorang

dalam berkomunikasi. Misalnya dua orang yang berasal dari kelompok

etnik yang sama pada umumnya saling berinteraksi dengan bahasa

kelompok etniknya. Tetapi apabila kemudian hadir orang ketiga dalam

pembicaraan itu yang berbeda latar kebahasaannya, maka biasanya dua

orang pertama beralih ke dalam bahasa yang dikuasai oleh ketiganya.

4. Membangkitkan rasa humor, tuturan untuk membangkitkan rasa humor

dapat pula menyebabkan peristiwa alih kode, yaitu pada berubanya

suasana menjadi lebih santai dan akrab antara penutur dan mitra tutur

sehingga merubah kode diantara keduanya.

5. Sekedar bergengsi, yaitu di mana sebagian penutur yang beralih kode

sekedar untuk bergengsi. Hal itu terjadi apabila baik faktor situasi, lawan

bicara, topik, dan faktor-faktor sosio-situasional yang lain sebenarnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

36

tidak mengharuskan untuk berlaih kode.Setiap alih kode selalu dikuti oleh

fungsi yang berbeda sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Pendapat di atas dipertegas oleh Chaer dan Agustina (2014: 108) bahwa

faktor-faktor terjadinya alih kode adalah sebagai berikut:

1. Pembicara atau penutur seringkali melakukan alih kode untuk

mendapatkan “keuntungan” atau “manfaat” dari tindakannya itu.

2. Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode.

Misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si

lawan tutur kurang atau agak kurang karena memang mungkin bukan

bahasa pertamanya. Kalau si lawan tutur berlatar belakang bahasa yang

sama dengan penutur, maka alih kode yang terjadi hanya berupa peralihan

varian (baik regional maupun sosial), ragam, gaya, atau register. Kalau si

lawan tutur berlatar belakang bahasa yang tidak sama dengan si penutur,

maka yang terjadi adalah alih bahasa.

3. Kehadiran orang ke tiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang

bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan

lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode.

4. Perubahan situasi bicara dan topik pembicaraan dapat menyebabkan

terjadinya alih kode.

Hasil penelitian sebelumnya dilakukan oleh Galih Sarwo Nugroho (2013),

Universitas Negeri Yogyakarta dalam skripsinya berjudul “Alih Kode dan

Campur Kode dalam Rapat sosialisasi di Kecamatan Karang Malang Kabupaten

Sragen”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alih kode dan campur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

37

kode, beserta faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode dalam

rapat sosialisasi di Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Hasil penelitian

ini terkait dengan jenis-jenis alih kode (internal) meliputi, alih kode antarbahasa,

dan alih kode antarragam. Alih kode antarbahasa dalam penelitian ini adalah alih

kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, sedangkan alih kode antarragam yang

ditemukan adalah alih kode dari ragam formal ke ragam informal dan ragam

informal ke ragam formal. Faktor-faktor pemyebab terjadinya alih kode meliputi

a) untuk menghormati lawan tutur dengan tujuan: (1) menjelaskan sesuatu, (2)

menanyakan sesuatu, (3) mengharapkan sesuatu. b) agar lebih akrab dengan lawan

tutur dengan tujuan: (1) menjelaskan sesuatu, (2) memberitahukan sesuatu, (3)

menanyakan sesuatu, (4) mengharapkan sesuatu, (5) memberi contoh, (6)

menyarankan sesuatu, (7) menyatakan larangan. Campur kode yang ditemukan

berupa campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Campur kode ke dalam

pada penelitian ini adalah bentuk penyisipan unsur-unsur bahasa Jawa ke bahasa

Indonesia, yang ditandai dengan bentuk kata, frasa, dan reduplikasi. Campur kode

ke luar pada penelitian ini adalah bentuk penyisipan unsur-unsur bahasa Inggris

dan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia yang ditandai dengan bentuk kata,

frasa, reduplikasi, dan istilah. Faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode

meliputi a) untuk menghormati lawan tutur dengan tujuan: (1) menjelaskan

sesuatu, (2) menanyakan sesuatu, (3) memberitahukan sesuatu, (4) mengharapkan

sesuatu, b) agar lebih akrab dengan lawan tutur dengan tujuan: (1) menyatakan

larangan, (2) menjelaskan sesuatu, c) menunjukkan kepercayaan penutur dengan

tujuan, (1) menyatakan rasa syukur, (2) mengharapkan rasa sesuatu, d) pengaruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

38

bahasa pertama penutur, e) ketiadaan padanan kata yang tepat, f) kebiasaan

penutur menggunakan kata tertentu, g) menyatakan bentuk jamak

2.10 Bahasa dan Konteks

Menurut KBBI (2007), bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang

arbitrer (manasuka), yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk

melakukan kerjasama, berinteraksi dan megidentifikasi diri. Selanjutnya, KBBI

(2007) memberikan definisi konteks sebagai situasi yang ada hubungannya

dengan suatu kejadian. Di dalam proses komunikasi, bahasa dan konteks tentunya

saling mempengaruhi. Individu apat saja melakukan komunikasi dengan

menggunakan bahasa tertentu apabila konteksnya tertentu pula.

Sebagai contoh bahasa dan konteks, seseorang akan cenderung untuk

menggunakan bahasa Indonesia apabila konteksnya formal dalam situasi kantor,

sekolah ataupun dalam situasi rapat. Dalam situasi non formal misalnya dalam

suasana interaksi interaksi jual beli di pasar, kemungkinan seseorang yang terlibat

di dalam interaksi di pasar tersebut juga akan menggunakan bahasa yang tidak

formal dalam berkomunikasi, misalnya dengan menggunakan bahasa Indonesia

yang tidak baku atau bahasa Indonesia dengan logat kejawa-jawaan, bahasa Jawa

Ngoko dan bahasa Jawa Krama. Hal tersebut dikarenakan bahasa Indonesia

dengan logat kejawa-jawaan, bahasa Jawa Ngoko dan bahasa Jawa Krama adalah

merupakan hasil dari proses komunikasi interaksi di pasar yang dapat dipakai

dalam konteks non formal saat komunikasi berlangsung.

Terkait dengan hal tersebut Holmes (dalam Adi: 2013) menyatakan bahwa

tidak terdapat kesepakatan yang secara universal tentang bahasa mana yang paling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

39

baik yang akan dipakai di dalam proses komunikasi. Kesemuanya itu bergantung

kepada konteks komunikasinya tersebut. Di antara bahasa dan konteks biasanya

dapat terjadi di dalam situasi tutur. Sedangkan Hymes (dalam Aslinda dan

Syafyahya, 2007: 34), juga menyatakan bahwa menurut pengamatannya, situasi

tutur adalah:

Situasi ketika tuturan dapat dilakukan dan dapat pula tidak dilakukan,

situasi tidak murni komunikatif dan tidak mengatur adamya aturan

berbicara, tetapi mengacu pada konteks yang mengasilkan aturan

berbicara. Sebuah peristiwa tutur terjadi dalam satu situasi tutur dan

peristiwa itu mengandung satu atau lebih tindak tutur.

Dari pendapat di atas, dapat diketahi bahwa dalam suatu proses

komunikasi, bahasa tidak lepas dari konteks yang saling mempengaruhi terhadap

tindak komunikasi. Poedjosoedarmo (dalam Rahardi: 2001) menyatakan konsep

tuturan yang sebetulnya merupakan pengembangan dari konsep tuturan yang

disampaikan oleh Hymes yang telah dijelaskan. Beberapa pembenahan tersebut,

yang tentunya disesuaikan dengan kenyataan nyata di Indonesia. Akibatnya

adalah komponen tutur dalam versinya menjadi lebih rinci dan luas melebihi

komponen tutur yang dipakai sebagai dasar teorinya. Menurutnya, terdapat

sedikitnya tiga belas komponen yang ada dalam sebuah tuturan antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Pribadi si penutur atau orang pertama.

Identitas orang pertama ini ditentukan oleh tiga hal penting, yaitu

a. keadaan fisiknya,

b. keadaan mentalnya, dan

c. kemampuan berbahasanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

40

2. Anggapan penutur terhadap kedudukan sosial dan relasinya dengan orang

yang diajak bicara.

3. Kehadiran orang ketiga.

4. Maksud dan kehendak si penutur.

5. Warna emosi si penutur.

6. Nada suasana bicara.

7. Pokok pembicaraan.

8. Urutan bicara.

9. Bentuk wacana.

10. Sarana tutur.

11. Adegan tutur.

12. Lingkungan tutur.

13. Norma kebahasaan lainnya.

Senada dengan pendapat di atas (Nababan, 1986) mengemukakan bahwa

terdapat faktor-faktor sosial yang memengaruhi pemakaian bahasa adalah status

sosial, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, dsb. Kemudian,

faktor situasional yang meliputi siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada

siapa, kapan, di mana mengenai hal apa, dalam situasi yang bagaimana, apa jalur

yang digunakan, ragam bahasa mana yang digunakan, serta tujuan pembicaraan

(Nababan, 1986).

Holmes (dalam Adi: 2013) mengemukakan pengguna tutur sapa

berdasarkan empat macam skala. Keempat skala yang dimaksud antara lain adalah

sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

41

1. Jarak sosial (social distance), yaitu dimensi yang didasarkan atas perbedaan

jauh-dekat hubungan sosial dan usia.

2. Status (status), yaitu dimensi yang didasarkan atas perbedaan tinggi-

rendahnya status sosial.

3. Keformalan (formality), yaitu dimensi yang didasarkan atas perbedaan

situasi (waktu dan tempat) serta tipe interaksi.

4. Fungsi referensial dan afektif (the referential and affective function), yaitu

dimensi yang didasarkan atas tujuan dan topik interaksi.

Jadi, berdasarkan keempat skala menurut Holmes di atas menunjukkan

bahwa tuturan suatu individu tidak lepas dari beberapa pengaruh dari luar

individu tersebut, misalnya pengaruh interaksi dengan individu lain ataupun

pengaruh situasi dari peristiwa tutur tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

42

2.11 Kerangka Berpikir

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE DALAM

INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR

TRADISIONAL KRANGGAN TEMANGGUNG

SOSIOLINGUISTIK

CAMPUR KODE ALIH KODE

BENTUK ALIH

KODE

FAKTOR CAMPUR

KODE

BENTUK CAMPUR

KODE

FAKTOR ALIH KODE

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

43

Campur kode dan alih kode merupakan salah satu fenomena dalam kajian

sosiolinguistik. Dikatakan sebagai kajian sosiolinguistik karena berhubungan

dengan bahasa dan masyarakat penuturnya. Di dalam masyarakat tutur terdapat

variasi-variasi bahasa karena adanya interaksi sosial yang terjadi antara

masyarakat tutur satu dengan masyarakat tutur yang lain. Campur kode dan alih

kode merupakan fenomena kedwibahasaan dalam masyarakat tutur. Interaksi antar

masyarakat tutur menyebabkan terjadinya kedwibahasaan.

Penelitian ini mendeskripsikan alih kode dan campur kode dan dalam

interaksi jual beli di Pasar Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus

Pedagang Etnis Jawa dan menggunakan kerangka berpikir dan pisau analisis dari

perspektif sosiolinguistik. Hasil dari penelitian ini berupa bentuk dan faktor

penyebab terjadinya alih kode dan bentuk campur kode beserta faktor yang

menjadi penyebab terjadinya campur kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang

mengenai metode penelitian meliputi : (1) jenis penelitian, (2) sumber data dan

data, (3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5)

metode dan teknik analisis data, serta (6) sajian analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif

kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan

Taylor dalam Moleong, 2006: 4).

Selanjutnya, Moleong (2014: 6) mengatakan bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dan

lain-lain secara holistik, dengan cara dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah. Sejalan dengan definisi tersebut penelitian meneliti tuturan campur

kode dan alih kode dengan subjek penjual dan pembeli di Pasar ini

mendeskripsikan temuan penelitian dalam bentuk kata-kata, yang didasarkan

dengan situasi yang alamiah dan tidak dibuat-buat.

Penelitian ini mengkaji Alih Kode dan Campur Kode Dalam Interaksi Jual

Beli di Pasar Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

45

melatar belakangi terjadinya alih kode dan campur kode pada tuturan interaksi

jual beli di Pasar Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa

melalui pendekatan deskriptif kualitatif seperti yang dipaparkan di atas, penelitian

ini dilakukan berdasarkan kenyataan yang benar-benar terjadi di lapangan.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah penjual dan pembeli di Pasar Tradisional

Kranggan, Temanggung. Penelitian ini membahas tentang studi kasus campur

kode dan alih kode penjual dan pembeli etnis Jawa. Peneliti memfokuskan

penelitian ini pada fenomena alih kode dan campur kode, dalam deskripsi data ini

peneliti menjabarkan tentang latar belakang penutur dan lawan tutur, faktor sosial

serta situasional yang melakukan alih kode dan campur kode yang digunakan

penjual dan pembeli di pasar tradisional Kranggan, Temanggung.

Penelitian studi kasus pada penjual dan pembeli di pasar tradisional

Kranggan, Temanggung peneliti mengambil lima contoh penjual dan pembeli

yang melakukan campur kode dan alih kode. Peneliti mengambil data dengan

teknik sadap dimana peneliti mengambil data secara diam-diam saat melakukan

perekaman.

Berikut biodata penjual yang tuturannya direkam dalam interaksi jual beli

di pasar tradisional Kranggan, Temanggung.

1. Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 40 tahun

Tingkat Pendidikan : SMP

Tingkat Ekonomi : Menengah ke bawah

Asal : Jawa

Profesi : Pedagang ayam potong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

46

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 30 tahun

Tingkat Pendidikan : SMP

Tingkat Ekonomi : Menengah ke bawah

Asal : Jawa

Profesi : Pedagang mainan anak

3. Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 40 tahun

Tingkat Pendidikan : SD

Tingkat Ekonomi : Kelas menengah

Asal : Jawa

Profesi : Pedagang busana muslim

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 30 tahun

Tingkat Pendidikan : SMP

Tingkat Ekonomi : Menengah ke bawah

Asal : Jawa

Profesi : Pedagang buah

5. Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : -

Tingkat Pendidikan : SD

Tingkat Ekonomi : Menengah ke bawah

Asal : Jawa

Profesi : Pedagang umbi-umbian

Berikut biodata pembeli yang tuturannya direkam dalam interaksi jual beli

di pasar tradisional Kranggan, Temanggung.

1. Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 30 tahun

Tingkat Pendidikan : SMP

Tingkat Ekonomi : Menengah ke bawah

Asal : Jawa

Profesi : -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

47

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 30 tahun

Tingkat Pendidikan : SMA

Tingkat Ekonomi : Menengah ke atas

Asal : Jawa

Profesi : -

3. Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : -

Tingkat Pendidikan : SMP

Tingkat Ekonomi : Menengah ke atas

Asal : Jawa

Profesi : -

4. Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 60 tahun

Tingkat Pendidikan : D3/S1

Tingkat Ekonomi : Menengah ke atas

Asal : Jawa

Profesi : PNS

5. Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 25 tahun

Tingkat Pendidikan : SMA

Tingkat Ekonomi : Menengah ke atas

Asal : Jawa

Profesi : -

3.3 Sumber Data dan Data

Subjek penelitian ini adalah penjual dan pembeli di Pasar tradisional

Kranggan, Temanggung. Arikunto (2010: 172) menyatakan sumber data

merupakan tempat asal muasal data diperoleh. Sejalan dengan definisi tersebut

maka sumber data dalam penelitian ini ialah percakapan yang dilakukan antara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

48

penutur dan mitra tutur di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung. Penutur dan

mitra tutur dalam penelitian ini adalah penjual dan pembeli atau sebaliknya.

Data dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan penjual dan pembeli di

Pasar tradisional Kranggan, Temanggung yang diambil secara acak dan

mengandung campur kode dan alih kode. Data merupakan hasil pencatatan

peneliti tentang objek penelitian. Hasil pencatatan peneliti tersebut dapat berupa

kata dan dapat berupa angka (Soewandi, 2007: 16). Sejalan dengan definisi diatas

maka data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang merupakan tuturan langsung

yang berwujud tuturan alih kode dan campur kode yang direkam dan

ditranskripkan oleh peneliti.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian Alih Kode dan Campur Kode

dalam Interasi Jual Beli di Pasar Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus

Pedangang Etnis Jawa ini adalah dengan menggunakan metode simak beserta

teknik lanjutannya yaitu teknik sadap, teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC),

teknik rekam, dan teknik catat.

1. Metode simak adalah teknik pengumpulan data dengan cara menyimak

penggunaan bahasa (Mahsun, 2012: 92). Peneliti akan menyimak bahasa

antara penjual dan pembeli yang berupa tuturan alih kode dan campur kode

2. Teknik sadap yaitu teknik sadap digunakan peneliti untuk mendapatkan

data, peneliti dengan segala kecerdikannya dan kemauaannya harus

menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa orang (Sudaryanto,

1993:134). Teknik sadap atau kegiatan menyadap dapat dipandang sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

49

teknik dasar pada penelitian ini. Teknik sadap digunakan untuk menyadap

tuturan interaksi penjual dan pembeli di Pasar tradisional Kranggan,

Temanggung.

3. Metode Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) yaitu peneliti hanya berperan

sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para informannya. Dia tidak

terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti (Mahsun,

2012: 92). Teknik simak bebas libat cakap digunakan untuk menyimak

tuturan dalam interaksi penjual dan pembeli di Pasar tradisional Kranggan,

Temanggung.

4. Teknik rekam, yaitu teknik merekam yang digunakan pada saat proses

pembicaan berlangsung, perekaman dapat dilakukan dengan tape recorder

tertentu sebagai alatnya (Sudaryanto, 1993: 135). Teknik ini digunakan agar

peneliti dapat menangkap atau mendokumentasikan bentuk tuturan campur

kode dan alih kode dalam interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan,

Temanggung yang kemudian akan ditranskrip dan dideskripsikan.

5. Teknik catat yaitu pencatatan yang dilakukan ketika teknik pertama, kedua,

ketiga selesai dilakukan, pencatatan dilakukan dengan menggunakan alat

tulis tertentu (Sudaryanto, 1993: 135). Teknik catat digunakan untuk

mentranskrip data tuturan dalam interaksi penjual dan pembeli di Pasar

tradisional Kranggan, Temanggung, kemudian dilakukan pengkodean data

laih kode campur kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

50

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian “Alih Kode dan Campur Kode

Dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi

Kasus Pedagang Etnis Jawa” ialah peneliti itu sendiri. Peneliti itu sendiri

digunakan dalam penelitian ini karena peneliti bertindak sebagai orang yang

merancana, melaksanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, merevisi,

sebagai orang yang melaporkan penelitian (Moleong, 2014: 168). Serta

berdasarkan pada kriteria-kriteria yang dipahami serta berbekal pengetahuan

sebelumnya mengenai teori-teori sosiolinguistik khusunya Alih Kode dan Campur

Kode. Teori tersebut akan digunakan untuk menganalisis penggunaan “Alih Kode

dan Campur Kode Dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Kranggan,

Temanggung: Studi Kasus Pedangang Etnis Jawa”

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada

kajian analisis kontekstual, yakni dengan membagi jenis-jenis konteks dalam

menafsirkan data yang telah berhasil diidentifikasi dan diklasifikasikan. Analisis

data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi dan

mengelompokkan data. Pada tahap ini, dilakukan upaya mengelompokkan,

menyamakan data yang sama, dan membedakan data yang memang berbeda, serta

menyisihkan pada kelompok lain yang serupa, tetapi tidak sama (Mahsun,

2007:253). Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini

sebagai berikut (Pranowo, 2016).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

51

1. Peneliti mengidentifikasi data berdasarkan bentuk-bentuk alih kode dan

campur kode.

2. Peneliti mengklasifikasikan data tuturan alih kode dan campur kode

berdasarkan alih kode internal, campur kode internal eksternal, faktor

penyebab terjadinya alih kode dan campur kode.

3. Peneliti menginterpretasi data berdasarkan teori alih kode, campur kode

yang menjadi acuan.

4. Peneliti mendiskripsikan data dan melakukan pembahasan berdasarkan

kajian sosiolinguistik.

Berikut ini merpakan kangka-langkah yang akan dijadikan peneliti

sebagai dasar analisis data. Dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Setelah data terkumpul peneliti mengidentifikasi tuturan yang dicurigai

mengandung alih kode dan campur kode pada tuturan interaksi interaksi

penjual dan pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi

Kasus Pedagang Etnis Jawa.

2. Setelah data diidentifikasi peneliti mentranskrip hasil rekaman yang didapat

di lapangan.

3. Setelah data ditranskrip kemudian diklasifikasi berdaskan ciri-ciri tertentu

agar dapat membedakan Alih Kode dan Campur Kode pada tuturan interaksi

penjual dan pembeli di Pasar Tradisional Kranggan, Temanggung: Studi

Kasus Pedagang Etnis Jawa.

4. Peneliti membuat pengkodean. Terdapat tiga komponen pengkodean,

misalnya AK/01/290917 atau CK/01/290917. Kode AK untuk menjelaskan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

52

wujud alih kode, kode CK untuk menjelaskan wujud campur kode, kode 01

dst menjelaskan urutan tuturan, kemudian 290917 menjelaskan kapan data

tersebut diambil atau direkam.

5. Peneliti menginterpretasi atau memaknai maksud dari tuturan interaksi

penjual dan pembeli yang mengandung alih kode dan campur kode.

6. Mengidentifikasi tuturan penjual dan pembeli yang telah ditranskripkan

berdasarkan bentuk perubahan kode (berdasarkan satuan lingual kata, frasa,

klausa dan bentuk perubahan bahasa dalam alih kode).

7. Mengidentifikasi tuturan penjual dan pembeli berdasarkan kategorinya

(bentuk campur kode ke dalam, campur kode keluar, campur kode

campuran dan alih kode ke luar, alih kode ke dalam)

8. Mendeskripsikan faktor penyebab dari teori-teori yang akan digunakan.

9. Peneliti menyusun hasil penelitian.

3.7 Triangulasi

Menurut Lexy J. Moleong (2014: 330) triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data

untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Dalam penelitian ini,

peneliti membuat triangulasi dengan tujuan melakukan pengecekan terhadap

keabsahan dan keterpercayaan hasil temuan. Melalui triangulasi data tersebut,

peneliti dapat membandingkan beberapa teori campur kode dan alih kode dari

beberapa ahli bahasa. Peneliti melakukan proses triangulasi dengan melakukan

bimbingan bersama dosen yang berperan sebagai triangulator, yaitu Albertus

Danang Satria Nugraha, M.A.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian ini berupa tuturan yang mengandung campur kode dan alih

kode dalam interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi

Kasus Pedagang Etnis Jawa yang diperoleh dalam waktu dua minggu antara

tanggal 29 September - 14 Oktober 2017. Data setiap percakapan dibagi menjadi

beberapa dialog untuk dianalisis dan dikategorikan ke dalam bentuk kode yang

termasuk alih kode dan campur kode beserta faktor penyebab, sehingga

didapatkan 55 analisis data yang ditabulasikan. Data tersebut terbagi atas 11 data

alih kode dan 44 data campur kode, dengan faktor penyebab terjadinya alih kode

dan campur kode.

Alih kode dibagi menjadi dua jenis yaitu alih kode internal dan eksternal

yang dibagi lagi menjadi dua macam yaitu antarragam dan antarbahasa. Dalam

penelitian ini, didapat hanya dua macam alih kode yaitu antarbahasa dan

antarvarian bahasa Jawa Krama-bahasa Jawa Ngoko dan sebaliknya.

Campur kode terbagi menjadi dua bentuk, yaitu campur kode internal dan

eksternal, peneliti juga memaparkan faktor yang menyebabkan terjadinya campur

kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

55

Tabel 4.1 Jumlah Campur Kode dan Alih Kode

No. Bentuk Kode Jumlah Persentase

1. Campur Kode Eksternal 1 2%

2. Campur Kode Internal 43 78%

3. Alih Kode Internal 11 20%

Jumlah 55 100%

4.2 Hasil Penelitian

Dalam analisis data ini, peneliti akan memaparkan bentuk alih kode

internal beserta faktor penyebab terjadinya, kemudian campur kode internal dan

eksternal beserta faktor penyebab terjadinya dalam tuturan penjual dan pembeli di

Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedangang Etnis Jawa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, diketahui bahwa di dalam

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Alih

kode

internal

Campur

kode

eksternal

Campur

kode

internal

Pro

sen

tase

AK

da

n C

K

Campur kode internal

Campur kode eksternal

Alih kode internal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

56

tuturan penjual dan pembeli, peneliti menemukan fenomena alih kode dan campur

kode. Fenomena alih kode hanya ditemukan internal saja, dan fenomena campur

kode ditemukan internal dan eksternal. Pembahasan lebih terperinci sebagai

berikut.

4.3 Alih Kode

Kridalaksana (1982: 7) mengemukakan bahwa penggunaan variasi bahasa

lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya

partisipasi lain disebut alih kode. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa alih

kode dapat terjadi pada masyarakat bahasa bilingual atau multilingual, namun

juga terjadi pada masyarakat bahasa monolingual. Pada masyarakat bilingual atau

multilingual, alih kode dapat terjadi dari varian bahasa yang satu ke varian bahasa

yang lain.

Alih kode internal pada umumnya terbagi menjadi dua, yaitu alih kode

antarbahasa dan alih kode antarragam. Namun, alih kode yang terjadi pada tuturan

dalam interaksi penjual dan pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung:

Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa ini hanyalah alih kode antarbahasa dan

antarvarian bahasa saja. Alih kode antarbahasa merupakan alih kode yang

dilakukan antara bahasa satu dengan bahasa yang lain yang masih sekerabat.

Alih kode antarvarian adalah alih kode yang dilakukan antara varian

bahasa satu dengan varian bahasa lain dengan ditunjukkan dengan tingkatan

bahasanya, misalnya bahasa Jawa Ngoko kebahasa Jawa Krama atau sebaliknya.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan fakta tentang penggunaan alih kode di

Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

57

meliputi alih kode internal ragam informal yang terdiri atas alih kode internal

antarbahasa dan antarvarian.

4.3.1 Bentuk alih kode internal antarbahasa (bahasa Indonesia ke bahasa

Jawa Ngoko)

(DATA AK/06/101017)

Pembeli : “Vespa atau mobil atau truk gitu ada nggak, Mas?”

Penjual : “Ada mas, milih aja mau yang besar apa kecil ada.”

Pembeli : “Pironan Mas?”

(Berapa Mas)

Penjual : “Gawe buka dasaran tak kei rego mitung puluh.”

(Buat bukan awal saya kasih harga tujuh puluh ribu)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual mainan

anak, penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang

penjual, suasana tuturan non formal. Penjual tersebut berjenis kelamin laki-laki,

kurang lebih berumur 30 tahun dengan tingkat pendidikan SMP serta tergolong

dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Selanjutnya pembeli tersebut

berjenis kelamin laki-laki, kurang lebih berumur 30 tahun dengan tingkat

pendidikan SMA serta tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke atas.

Pada percakapan awal tersebut, pembeli memilih kode bahasa Indonesia

untuk mengawali percakapan “Vespa atau mobil atau truk gitu ada nggak, Mas?”

Hal ini dimaksudkan untuk menanyakan mainan anak yang ingin dibeli oleh

penutur atau pembeli. Namun pada percakapan selanjutnya pembeli justru beralih

kode ke dalam bahasa Jawa ngoko, dapat dilihat dari tuturan “Pironan Mas?”

kemudian penjual tersebut beralih kode ke bahasa Jawa sebagai pilihan yang tepat

untuk menciptakan suasana yang lebih santai dan mempermudah dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

58

melakukan komunikasi dengan bahasa pembelinya. Seperti pada percakapan di

atas di mana penjual tersebut akhirnya ikut beralih kode dari bahasa Indonesia ke

bahasa Jawa Ngoko ditandai dengan tuturan “Gawe buka dasaran tak kei rego

mitung puluh.

4.3.2 Alih kode internal antarbahasa (bahasa Indonesia ke bahasa Jawa

krama)

Pembeli : “Cari kerudung segitiga warna hitam.”

Penjual : “Polos apa ada motif?”

Pembeli : “Mrisani kados napa, Bu?”

(Coba lihat seperti apa)

Penjual : “Niki tigang dasa gangsal, nek sing ajeng alus malih bahan e

seket.”

(Ini tiga pulih lima ribu, kalau mau bahan yang lebih halus

lima puluh ribu)

Pembeli : “Pantes mboten niki?”

(Ini pantas tidak dipakai)

Penjual : “Sedaya umur saget, Mbak. Pas kawan dasa.”

(Segala umur bisa, Mbak. Harga pas empat puluh ribu)

Pembeli : “Kalih niki.”

(Yang ini dua)

(DATA AK/09/131017)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual busana

muslim. Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang

penjual, suasana tuturan non formal. Penjual tersebut berjenis kelamin perempuan,

kurang lebih berumur 40 tahun dengan tingkat pendidikan SD serta tergolong

dalam tingkat ekonomi kelas menengah. Selanjutnya pembeli tersebut berjenis

kelamin perempuan, dengan tingkat pendidikan SMP serta tergolong dalam

tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Diawal percakapan tersebut, pembeli

memilih kode bahasa Indonesia untuk mengawali percakapan “Cari kerudung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

59

segitiga warna hitam.” Hal ini dimaksudkan untuk memberi tahu penjual bahwa

pembeli sedang mencari kerudung berwarna hitam. Namun, pada interaksi

selanjutnya pembeli justru beralih kode ke dalam bahasa Jawa krama sebagai

pilihan yang tepat untuk menghormati lawan tutur, dapat dilihat dari tuturan

“Mrisani kados napa, Bu?”. Kemudian percakapan selanjutnya penjual tersebut

akhirnya ikut beralih kode ke dalam bahasa Jawa krama ditandai dengan tuturan

“Niki tigang dasa gangsal, nek sing ajeng alus malih bahan e seket.”

4.3.3 Alih kode internal antarvarian (Bahasa Jawa krama ke bahasa Jawa

ngoko)

Pembeli : “Nanas e pironan Mas?”

(Buah nanasnya berapa, Mas)

Penjual : “Wolung ewu Bu, murah mawon.”

(Delapan ribu Bu, murah saja)

Pembeli : “Kok larang Mas, wingi aku tuku pitung ewu wae gede

kok.”

(Kok mahal Mas, kemarin saya beli saja dapat harga

tujuh ribu lima ratus saja dapat yang besar)

Penjual : “Nanas super Bu, apik.”

(Nanas jenis super, bagus kualitasnya)

(DATA AK/03/290917)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual buah.

Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang penjual,

suasana tuturan non formal. Penjual tersebut berjenis kelamin laki-laki, kurang

lebih berumur 30 tahun dengan tingkat pendidikan SMP serta tergolong dalam

tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Selanjutnya pembeli tersebut berjenis

kelamin perempuan, seorang pegawai negeri sipil serta tergolong dalam tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

60

ekonomi kelas menengah ke atas. Pembeli mengawali percakapan menggunakan

bahasa Jawa Ngoko untuk mengawali percakapan “Nanas e pironan Mas?”

kemudian dijawab oleh lawan tutur yakni penjual dengan menggunakan bahasa

Jawa krama “Wolung ewu Bu, murah mawon.” dengan upaya untuk menghargai

pembeli. Namun pada interaksi selanjutnya pembeli tidak beralih kode ke bahasa

Jawa Krama melainkan tetap menggunakan bahasa Jawa Ngoko, dapat dilihat dari

tuturan “Kok larang Mas, wingi aku tuku pitung ewu wae gede kok.” Kemudian

percakapan selanjutnya penjual tersebut akhirnya ikut beralih kode ke dalam

bahasa Jawa Ngoko untuk memperlancar tuturan di antara keduanya ditandai

dengan tuturan “Nanas super Bu, apik.”

Peristiwa alih kode di atas juga terjadi pada percakapan

(DATA AK/04/300917)

Penjual : “Pun, sampun mak jeglek, pun anget niki.”

(Sudah pas timbangannya)

Pembeli : “Iki katutno, sak util mene.”

(Ini dimasukkan, kecil saja)

Penjual : “Wis pas, mang dipresani.”

(Sudah pas, coba dilihat)

Pembeli : “Alah teko tambahi siji ora marahi rugi.”

(Tambah satu tidak membuat rugi)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual umbi-

umbian.suasana tuturan non formal. Data terjadi pada saat sore hari. Penutur

merupakan seorang penjual dan lawan tutur merupakan seorang pembeli. Penjual

tersebut berjenis kelamin perempuan, dengan tingkat pendidikan SD serta

tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Selanjutnya pembeli

tersebut berjenis kelamin perempuan, dengan tingkat pendidikan SD serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

61

tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Pada cuplikan data

di atas awalnya penjual menggunakan bahasa Jawa Krama hal ini dapat dilihat

dari cuplikan percakapan “Pun, sampun mak jeglek, pun anget niki.” yang artinya

bahwa timbangannya sudah pas, kemudian dalam perkembangannya lawan tutur

beralih kode menggunakan bahasa Jawa ngoko, pada percakapan selanjutnya di

mana pokok pembicaraan menjurus ke arah lebih akrab. Pada situasi tersebut

penjual terbawa untuk mengikuti bahasa pembeli dengan beralih kode dari bahasa

Jawa Krama ke Jawa Ngoko yang lebih dikuasai oleh keduanya guna

memperlancar komunikasi.

4.3.4 Alih kode internal antarvarian (bahasa Jawa Ngoko ke bahasa Jawa

Krama)

Pembeli : “Mbak, tuku krambile separo.”

(Mbak, beli kelapanya setengah)

Penjual : “Nggih, tigang ngewu. Mboten sisan setunggal biji napa,

malah mirah regine.”

(Ya, tiga ribu. Tidak satu biji saja? Lebih murah

harganya)

Pembeli : “Pinten?”

(Berapa)

Penjual : “Gangsal ewu.”

(Lima ribu)

(DATA AK/01/290917)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual kelapa.

Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang penjual,

suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat pagi hari. Penjual tersebut

berjenis kelamin perempuan, kurang lebih berumur 46 tahun dengan tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

62

pendidikan SD serta tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah.

Selanjutnya pembeli tersebut berjenis kelamin perempuan, berumur kurang lebih

40 tahun dengan tingkat pendidikan SD serta tergolong dalam tingkat ekonomi

kelas menengah ke bawah. Pada cuplikan data di atas pembeli yang berperan

sebagai penutur memilih menggunakan bahasa Jawa Ngoko untuk mengawali

komunikasi, hal ini dapat dilihat dari tuturan “Mbak, tuku krambile separo.”

tetapi penjual menanggapi dengan menggunakan bahasa Jawa Krama seperti pada

tuturan “Nggih, tigang ngewu. Mboten sisan setunggal biji napa, malah mirah

regine.” Hal tersebut dilakukan karena penjual ingin lebih menghormati pembeli

dan ingin bersikap sopan. Kemudian diakhir percakapan pembeli bertutur dengan

menggunakan bahasa Jawa krama untuk menyesuaikan bahasa penjual sebagai

usaha untuk saling mewujudkan sikap sopan dan santun.

Hal demikian juga terjadi pada data berikut, di mana pembeli beralih kode

dari bahasa Jawa ngoko ke bahasa Jawa krama untuk menyesuaikan bahasa

penjual sebagai usaha untuk saling mewujudkan sikap sopan dan santun kepada

pembeli. Percakapan tersebut dilakukan oleh penjual dan pembeli di pasar

tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual umbi-umbian berikut ini:

Pembeli : “Tela rong kilo sing lawas, Mbak”

(Singkong dua kilo yang sudah lama, Mbak)

Penjual : “Nggih, ini dangu sedanten, Bu.”

(Iya, ini lama semua)

Pembeli: “Niku tasih teles, ketingal siti ne dereng garing, lha niku

bener sing kados niku pilihane.”

(Itu masih basah, kelihatan masih ada tanah yang belum

kering)

(DATA AK/02/290917)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

63

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual umbi-

umbian. Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang

penjual, suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat pagi hari. Penjual

tersebut berjenis kelamin perempuan, kurang lebih berumur 60 tahun dengan

tingkat pendidikan SD serta tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke

bawah. Selanjutnya pembeli tersebut berjenis kelamin perempuan, kurang lebih

berumur 35 tahun, serta tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke atas.

Komunikasi yang dilakukan oleh pembeli pada data di atas awalnya

menggunakan bahasa Jawa Ngoko, namun diakhir tuturan keduanya beralih kode

menggunakan bahasa Jawa Krama. Hal ini terlihat pada tuturan “Nggih, ini dangu

sedanten, Bu.” dan direspon oleh pembeli dengan menggunakan bahasa Jawa

Krama pula “Niku tasih teles, ketingal siti ne dereng garing, lha niku bener sing

kados niku pilihane.”. Hal tersebut dilakukan karena pembeli ingin lebih

menghormati penjual dan ingin bersikap sopan. Kemudian diakhir percakapan

pembeli bertutur dengan menggunakan bahasa Jawa Krama untuk menyesuaikan

bahasa penjual sebagai usaha untuk saling mewujudkan sikap sopan dan santun.

4.3.5 Faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dalam interaksi penjual

dan pembeli di pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus

Pedagang Etnis Jawa

4.3.5.1 Penutur

Setiap penutur kadang-kadang dengan sadar berusaha beralih kode

terhadap lawan tuturnya karena suatu maksud. Biasanya usaha tersebut dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

64

dengan maksud untuk mengejar suatu kepentingan merasa lebih dekat dengan

lawan bicara (Chaer dan Agustina, 2014: 108).

1. Menghormati lawan tutur

Pada contoh peristiwa tutur yang melibatkan penutur dan lawan tutur

berikut misalnya, peralihan kode dilakukan karena ingin menghormati lawan

tutur. Data peristiwa tutur berikut melibatkan penjual dan pembeli bersuku Jawa

pada sebuah lapak penjual kelapa.

Pembeli : “Mbak, tuku krambile separo.”

(Mbak, beli kelapanya setengah)

Penjual : “Nggih, tigang ngewu. Mboten sisan setunggal biji napa, malah

mirah regine.”

(Ya, tiga ribu. Tidak satu biji saja? Lebih murah harganya)

Pembeli : “Pinten?”

(Berapa)

Penjual : “Gangsal ewu.”

(Lima ribu)

(DATA AK/01/290917)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual kelapa.

Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang penjual,

suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat pagi hari. Penjual tersebut

berjenis kelamin perempuan, kurang lebih berumur 46 tahun dengan tingkat

pendidikan SD serta tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah.

Selanjutnya pembeli tersebut berjenis kelamin perempuan, berumur kurang lebih

40 tahun dengan tingkat pendidikan SD serta tergolong dalam tingkat ekonomi

kelas menengah ke bawah. Data di atas merupakan alih kode internal karena

penutur beralih kode dengan menggunakan bahasa yang masih dalam satu lingkup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

65

bahasa nasional dalam konteks ini varian bahasanya yaitu bahasa Jawa Ngoko ke

Krama. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suwito (1985) yang

membagi alih kode menjadi dua yaitu internal dan ekstrnal.

Data dalam percakapan di atas yaitu alih kode yang dilakukan oleh penutur

dari bahasa Jawa Ngoko ke bahasa Jawa Krama. Hal ini dapat dilihat dari tuturan

penutur yaitu “Mbak, tuku krambile separo.” Kemudian dijawab oleh lawan tutur

menggunakan bahasa Jawa Krama “Nggih, tigang ngewu. Mboten sisan setunggal

biji napa, malah mirah regine.”. Setelah itu penutur beralih kode menggunakan

bahasa Jawa Krama untuk menanyakan harga kelapa, peralihan ini dapat dilihat

dari cuplikan tuturan “Pinten?”. Peralihan kode disebabkan oleh penutur yang

bertujuan untuk menghormati lawan tutur karena lawan tutur menjawab

pertanyaan dari penutur menggunakan bahasa Jawa Krama. Oleh karena itu

percakapan selanjutnya menggunakan bahasa Jawa Krama. Dikatakan untuk

menghormati lawan tutur karena tidak mungkin penutur merespon kembali

menggunakan bahasa Jawa Ngoko, karena akan mengurangi tingkat kesopanan

pembicaraan. Hal ini sesuai dengan pendapat Chaer (2014: 108) yang menegaskan

bahwa salah satu penyebab terjadinya alih kode ialah pembicara atau penutur yang

mempunyai maksud atau tujuan tertentu yaitu menghormati lawan tutur.

Hal demikian juga terjadi pada data berikut, di mana pembeli beralih kode

dari bahasa Jawa Ngoko ke bahasa Jawa Krama untuk menyesuaikan bahasa

penjual sebagai usaha untuk saling mewujudkan sikap sopan dan santun kepada

pembeli. Percakapan tersebut dilakukan oleh penjual dan pembeli di pasar

tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual umbi-umbian berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

66

Pembeli : “Tela rong kilo sing lawas, Mbak”

(Singkong dua kilo yang sudah lama, Mbak)

Penjual : “Nggih, ini dangu sedanten, Bu.”

(Iya, ini lama semua)

Pembeli: “Niku tasih teles, ketingal siti ne dereng garing, lha niku

bener sing kados niku pilihane.”

(Itu masih basah, kelihatan masih ada tanah yang belum

kering)

(DATA AK/02/290917)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual umbi-

umbian. Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang

penjual, suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat pagi hari. Penjual

tersebut berjenis kelamin perempuan, kurang lebih berumur 60 tahun, tergolong

dalam tingkat ekonomi kelas menengah kebawah. Selanjutnya pembeli tersebut

berjenis kelamin perempuan,kurang lebih 25 tahun dengan tingkat pendidikan

SMA serta tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah.

Jenis alih kode di atas yaitu alih kode internal karena penutur beralih kode

dengan menggunakan bahasa yang masih dalam satu lingkup bahasa nasional

dalam konteks ini varian bahasanya yaitu bahasa Jawa Ngoko ke bahasa Jawa

Krama (Suwito 1985).

Data dalam percakapan di atas yaitu alih kode yang dilakukan oleh

pembeli yang berperan sebagai penutur, ia beralih kode dari bahasa Jawa Ngoko

ke bahasa Jawa Krama. Hal ini dapat dibuktikan dari tuturan “Tela rong kilo sing

lawas, Mbak” yang bermaksud ingin membeli singkong yang sudah lama

disimpan. Kemudian dijawab oleh penjual yang berperan sebagai lawan tutur

menggunakan bahasa Jawa halus “Nggih, ini dangu sedanten, Bu.” yang artinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

67

memberi tahu singkong jualannya sama seperti yang pembeli inginkan. Setelah itu

pembeli yang berperan sebagai penutur melakukan alih kode untuk menghormati

lawan tutur dengan menggunakan bahasa Jawa Krama, hal ini dikarenakan lawan

tutur usianya lebih tua dibandingkan dengan penutur, hal ini dapat dilihat dari usia

yang ada pada konteks bahwa penjual berusia kurang lebih 60 tahun sedangkan

penutur berusia kurang lebih 25 tahun. Akan sangat tidak mungkin jika lawan

tutur menggunakan bahasa Jawa Krama tetapi direspon menggunakan bahasa

Jawa Ngoko. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nababan (1986)

bahwa faktor-faktor situasional yang mempengaruhi pemakaian bahasa adalah

siapa yang berbicara, kepada siapa, ragam bahasa mana yang digunakan.

Diperkuat lagi dengan teori yang dikatakan oleh Chaer dan Agustina (2014: 109)

bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya alih kode adalah dari segi penutur

yang kadang-kadang dengan sadar berusaha beralih kode terhadap lawan tuturnya

karena suatu maksud, dalam hal ini dikarenakan menghormati lawan tuturnya.

2. Mengimbangi lawan tutur.

Penjual : “Pun, sampun mak jeglek, pun anget niki.”

(Sudah pas timbangannya)

Pembeli : “Iki katutno, sak util mene.”

(Ini dimasukkan, kecil saja)

Penjual : “Wis pas, mang dipresani.”

(Sudah pas, coba dilihat)

Pembeli : “Alah teko tambahi siji ora marahi rugi.”

(Tambah satu tidak membuat rugi)

(DATA AK/04/300917)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual umbi-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

68

umbian.suasana tuturan non formal. Data terjadi pada saat sore hari. Penutur

merupakan seorang penjual dan lawan tutur merupakan seorang pembeli. Penjual

tersebut berjenis kelamin perempuan, dengan tingkat pendidikan SD serta

tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Bentuk alih kode di

atas yaitu alih kode internal karena penutur beralih kode dengan menggunakan

bahasa yang masih dalam satu lingkup bahasa nasional dalam konteks ini varian

bahasanya yaitu bahasa Jawa. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Suwito (1985) yang membagi alih kode menjadi dua yaitu internal dan ekstenal.

Data dalam percakapan di atas yaitu alih kode yang dilakukan oleh penjual

dari bahasa Jawa Krama ke bahasa Jawa Ngoko. Hal ini dapat dilihat dari tuturan

“Pun, sampun mak jeglek, pun anget niki.” yang bermaksud mengatakan bahwa

timbangan sudah pas. Kemudian dijawab oleh pembeli menggunakan bahasa Jawa

Ngoko “Iki katutno, sak util mene.” yang bermaksud menyuruh penjual untuk

menambahkan sebiji kentang yang berukuran kecil. Setelah itu penjual

mengimbangi bahasa pembeli dengan menggunakan bahasa Jawa Ngoko dan

percakapan selanjutnya menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Dikatakan demikian

karena penjual ingin komunikasi diantara mereka berjalan lancar dan mudah

dimengerti oleh pembeli yang mempunyai kemungkinan ia tidak atau kurang

lancar berbahasa Jawa Krama. Mungkin juga, ada faktor sosial yang memengaruhi

pemakaian bahasa yang digunakan oleh lawan tutur yaitu tingkat pendidikan

lawan tutur yang rendah, menurut peneliti hal ini sejalan dengan pendapat

Nababan (1982) yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi

pemakaian bahasa diantaranya adalah tingkat pendidikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

69

Dari percakapan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor

penyebab terjadinya alih kode adalah dari penutur yang kadang-kadang dengan

sadar berusaha beralih kode terhadap lawan tuturnya karena suatu maksud yakni

mengimbangi bahasa lawan tutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikatakan oleh

Chaer dan Agustina (2014: 109).

Hal demikian juga terjadi pada data berikut, di mana pembeli beralih kode

dari bahasa Jawa Ngoko ke bahasa Jawa Krama untuk menyesuaikan bahasa

penjual sebagai usaha untuk mengimbangi bahasa lawan tutur. Percakapan

tersebut dilakukan oleh penjual dan pembeli di pasar tradisional Kranggan,

Temanggung pada lapak penjual pisang berikut ini:

Pembeli : “Tembako ne sing apik, Nok.”

(Tembakau yang bagus, Nok*)

Nok : sebutan untuk anak perempuan

Penjual : “Niki Kung, sae. Niki tunggale biasane sing sok dipundhut

Kakung. Kok nindaki kiyambak Kung, Mbah Uti mboten

tindak?”

(Yang ini Kung, bagus. Ini yang suka kakek beli. Pergi ke

pasar sendiri Kek, Nenek tidak pergi ke pasar)

Pembeli : “Nyuwun sing niki mawon, klembak menyan ampun kantun.

Niko sek tumbas ulam.”

(Minta ini saja, klembak dan kemenyan jangan sampai

ketinggalan. Itu baru membeli ikan)

Penjual : “Sampun Kung.”

(Sudah Kek)

(DATA AK/07/121017)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual

tembakau. Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan

seorang penjual, suasana tuturan non formal. Penjual tersebut berjenis kelamin

perempuan, kurang lebih berumur 35 tahun dengan tingkat pendidikan SMA serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

70

tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke atas. Selanjutnya pembeli

tersebut berjenis kelamin laki-laki, dengan tingkat pendidikan SD serta tergolong

dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah.

Bentuk data diatas merupakan alih kode internal karena penutur beralih

kode dengan menggunakan bahasa yang masih dalam satu lingkup bahasa

nasional dalam konteks ini varian bahasanya yaitu bahasa Jawa Krama ke bahasa

Jawa Ngoko. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suwito (1985)

bahwa alih kode internal adalah alih kode yang dalam pergantian bahasanya

menggunakan bahasa-bahasa yang masih dalam ruang lingkup bahasa nasional

atau antardialek dalam satu bahasa daerah atau antar beberapa ragam dan gaya

yang terdapat dalam satu dialek.

Data dalam percakapan di atas yaitu alih kode yang dilakukan oleh

penutur yaitu seorang kakek-kakek yang ingin membeli tembakau. Dalam tuturan

awal ia menggunakan bahasa Jawa Ngoko kemudian beralih kode ke dalam

bahasa Jawa Krama karena lawan tutur merespon menggunakan bahasa Jawa

Krama. Hal ini dapat dilihat dari percakapan yang dilakukan oleh pembeli dalam

cuplikan tuturan “Tembako ne sing apik, Nok.” yang bermaksud ingin membeli

tembakau dengan kualitas yang baik. Kemudian lawan tutur merespon dengan

bahasa Jawa Krama karena ia sadar bahwa lawan tuturnya dari segi usia lebih tua.

Hal ini dapat dilihat dari cuplikan tuturan “Niki Kung, sae. Niki tunggale biasane

sing sok dipundhut Kakung.” yang mempunyai arti bahwa ini tembakau kualitas

bagus sama seperti yang sering Kakek beli. Maka percakapan selanjutnya penutur

beralih kode menggunakan bahasa Jawa Krama. Jika dilihat dari konteks

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

71

percakapan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penutur melakukan alih kode

dengan tujuan mengimbangi lawan tutur dan penutur merasa lebih dihormati,

dikatakan mengimbangi lawan tutur karena penutur usianya lebih tua

dibandingkan dengan lawan tutur yang usianya kurang lebih 35 tahun, hal ini

sangat wajar dalam budaya Jawa bahwa orang yang lebih tua jarang sekali

menggunakan bahasa Krama dengan orang yang lebih muda. Dikatakan merasa

lebih dihormati karena penutur lebih tua daripada si lawan tutur. Hal ini sejalan

dengan teori yang dikemukakan oleh (Nababan, 1982) bahwa faktor-faktor sosial

yang mempengaruhi pemakaian bahasa diantaranya adalah umur. Faktor penyebab

alih kode disini adalah dari segi penutur karena suatu maksud, maksud disini yaitu

untuk mengimbangi bahasa lawan tutur.

3. Tujuan untuk tawar-menawar.

Pembeli : “Vespa atau mobil atau truk gitu ada nggak, Mas?”

Penjual : “Ada mas, milih aja mau yang besar apa kecil ada.”

Pembeli : “Pironan Mas?”

(Berapa Mas)

Penjual : “Gawe buka dasaran tak kei rego mitung puluh.”

(Untuk buka awal saya kasih harga tujuh puluh ribu)

(DATA AK/06/101017)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual mainan

anak, penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang

penjual, suasana tuturan non formal. Penjual tersebut berjenis kelamin laki-laki,

kurang lebih berumur 30 tahun dengan tingkat pendidikan SMP serta tergolong

dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Selanjutnya pembeli tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

72

berjenis kelamin laki-laki, kurang lebih berumur 30 tahun dengan tingkat

pendidikan SMA serta tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke atas.

Bentuk data di atas merupakan alih kode internal karena penutur beralih

kode dengan menggunakan bahasa yang masih dalam satu lingkup bahasa

nasional dalam konteks ini varian bahasanya yaitu bahasa Jawa Krama ke bahasa

Jawa Ngoko. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suwito (1985)

bahwa alih kode internal adalah alih kode yang dalam pergantian bahasanya

menggunakan bahasa-bahasa yang masih dalam ruang lingkup bahasa nasional

atau antardialek dalam satu bahasa daerah atau antar beberapa ragam dan gaya

yang terdapat dalam satu dialek.

Data dalam percakapan di atas yaitu alih kode yang dilakukan oleh

penutur yaitu seorang pembeli. Dalam tuturan awal ia menggunakan bahasa

Indonesia kemudian beralih kode ke dalam bahasa Jawa Ngoko. Hal ini dapat

dilihat dari percakapan yang dilakukan oleh pembeli dalam cuplikan tuturan

“Vespa atau mobil atau truk gitu ada nggak, Mas?” kemudian direspon

menggunakan bahasa Indonesia oleh lawan tutur yang disini berperan sebagai

penjual “Ada mas, milih aja mau yang besar apa kecil ada.” kemudian tiba-tiba

penutur beralih kode menggunakan bahasa Jawa Ngoko hal ini dapat dilihat dari

cuplikan tuturan “Pironan Mas?” yang artinya berapa harganya, kemudian

percakapan selanjutnya antara penutur dan lawan tutur menggunakan bahasa Jawa

Ngoko.

Jika dilihat dari konteks percakapan di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa penutur melakukan alih kode dengan tujuan untuk mendapat keuntungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

73

dalam hal tawar-menawar yakni mendapatkan harga yang lebih murah, kemudian

dengan sengajanya penutur beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa

dapat memperoleh manfaat dari adanya rasa kesamaan yang dijalin daripada

menggunakan bahasa Indonesia. Dengan berbahasa daerah rasa keakraban pun

lebih mudah dijalin daripada menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini sejalan

dengan teori yang dikatakan oleh Chaer dan Agustina (2014: 108) bahwa salah

satu penyebab terjadinya alih kode ada pada segi penutur dengan tujuan

mendapatkan suatu keuntungan.

4..3.5.2 Lawan Tutur

Setiap penutur pada umumnya ingin mengimbangi bahasa yang digunakan

lawan tuturnya. Pada masyarakat multilingual, seorang penutur mungkin harus

beralih kode untuk menyesuaikan lawan tutur yang dihadapinya. Lawan tutur

dalam hal ini dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: (1) lawan tutur yang

berlatar belakang kebahasaan yang sama dengan penutur, dan (2) lawan tutur yang

berlatar belakang kebahasaan berlainan dengan penutur.

1. Tujuan untuk tawar-menawar.

Pembeli : “Nanas e pironan Mas?”

(Buah nanasnya berapa, Mas)

Penjual : “Wolung ewu Bu, murah mawon.”

(Delapan ribu Bu, murah saja)

Pembeli : “Kok larang Mas, wingi aku tuku pitung ewu wae gede

kok.”

(Kok mahal Mas, kemarin saya beli saja dapat harga tujuh

ribu lima ratus saja dapat yang besar)

Penjual : “Nanas super Bu, apik.”

(Nanas jenis super, bagus kualitasnya)

(DATA AK/03/290917)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

74

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual buah.

Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang penjual,

suasana tuturan non formal. Penjual tersebut berjenis kelamin laki-laki, kurang

lebih berumur 30 tahun dengan tingkat pendidikan SMP serta tergolong dalam

tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Selanjutnya pembeli tersebut berjenis

kelamin perempuan, seorang pegawai negeri sipil serta tergolong dalam tingkat

ekonomi kelas menengah ke atas. Bentuk alih kode di atas yaitu alih kode internal

karena penutur beralih kode dengan menggunakan bahasa yang masih dalam satu

lingkup bahasa nasional dalam konteks ini varian bahasanya yaitu bahasa Jawa

Krama ke bahasa Jawa Ngoko. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan

oleh Suwito (1985) bahwa alih kode internal adalah alih kode yang dalam

pergantian bahasanya menggunakan bahasa-bahasa yang masih dalam ruang

lingkup bahasa nasional atau antardialek dalam satu bahasa daerah atau antar

beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu dialek.

Data dalam percakapan di atas yaitu alih kode yang dilakukan oleh lawan

tutur yakni penjual. Ia awalnya beralih kode ke bahasa Jawa Krama, akan tetapi

penutur yakni pembeli merespon menggunakan bahasa Jawa Ngoko maka si

penjual pun merespon menggunakan bahasa Jawa Ngoko juga. Hal ini dapat

dilihat dari cuplikan tuturan “Nanas e pironan Mas?” yang diucapkan

menggunakan bahasa Jawa Ngoko, kemudian direspon oleh lawan tutur yakni

dalam data ini berperan sebagai penjual menggunakan bahasa Jawa Krama

“Wolung ewu Bu, murah mawon.” Yang berarti murah saja harganya hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

75

delapan ribu. Akan tetapi tidak direspon balik menggunakan bahasa Jawa Krama

melainkan bahasa Jawa Ngoko oleh pembeli, hal ini dapat dilihat dari cuplikan

tuturan “Kok larang Mas, wingi aku tuku pitung ewu wae gede kok.” Dan

komunikasi selanjutnya menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Ada beberapa

kemungkinan mengapa penutur tidak membalas menggunakan bahasa Jawa

Krama, (1) Penutur yakni pembeli menganggap bahwa si lawan tutur masih

sebaya dengan si penutur. Hal ini dapat dilihat dari konteks umur yang ada

dipercakapan di atas bahwa penutur (kurang lebih 30 tahun) dan lawan tutur

(kurang lebih 30 tahun) sehingga tidak perlu dibalas menggunakan bahasa Jawa

Krama. (2) Agar lebih akrab dengan lawan tutur dengan tujuan tawar-menawar.

Di sini dimaksudkan agar si penutur yakni pembeli dapat membeli buah nanas

dengan harapan lebih murah dari yang sudah ditawarkan oleh lawan tutur yakni

penjual. Hal ini sejalan dengan teori yang dikatakan oleh Chaer dan Agustina

(2014: 108) bahwa seorang pembicara atau penutur seringkali melakukan alih

kode untuk mendapatkan “keuntungan” atau “manfaat” dari tindakannya itu.

Dalam hal ini, seperti yang dibahas diatas bahwa penutur ingin mendapat

keuntungan dengan mendapatkan buah nanas dengan harga yang lebih murah.

Selain itu juga terdapat faktor lain yaitu dari segi lawan tutur yang

mempunyai latar belakang bahasa yang sama, sehingga lebih mempermudah

untuk melakukan transaksi dan/atau tawar-menawar. Hal ini sejalan dengan teori

yang dikatakan oleh Chaer dan Agustina (2014: 109).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

76

4.4 Campur Kode

Pada campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan

dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat

dalam peristiwa tutur hanyalah serpihan-serpihan (pieces) saja tanpa fungsi atau

keotonomiannya sebagai sebuah kode. Seorang penutur misalnya yang dalam

berbahasa Indonesia menyelipkan serpihan-serpihan bahasa daerahnya, bisa

dikatakan telah melakukan campur kode yang menyebabkan munculnya satu

ragam bahasa Indonesia yang ke Jawa-Jawaan (kalau bahasa daerahnya adalah

bahasa Jawa) (Chaer, 2004: 114-115). Masyarakat tutur di pasar tradisional

Kranggan Temanggung adalah masyarakat dwibahasawan, artinya menggunakan

bahasa lebih dari satu, antara lain bahasa Jawa, dan bahasa Indonesia. Pada

penggunaan bahasa Jawa misalnya, penjual maupun pembeli yang kurang

memahami tingkat tutur bahasa Jawa seringkali mencampurkan kode bahasa

Jawa Krama dan Ngoko dalam tuturannya. Hal tersebut juga terjadi pada

penggunaan bahasa Indonesia yang seringkali dicampurkan ke dalam bahasa

Jawa maupun bahasa asing ataupun sebaliknya. Dalam penelitian di pasar

tradisional Kranggan ini, ditemukan campur kode yang berwujud penyisipan

kata, frasa, dan klausa.

4.4.1 Bentuk-bentuk campur kode (Penyisipan kata)

(DATA CK/40/131017)

Pembeli : “Pak, pados ulas bantal.”

(Pak, cari sarung bantal)

Penjual : “Wonten mbak, sik tak padoske. Setunggale kalih dasa.”

(Ada Mbak, sebentar saya carikan. Satunya dua puluh ribu)

Pembeli : “Nek enten warna pink.”

(Kalau ada warna merah jambu)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

77

Penjual : “Telas, enten e biru, jambon, kuning.”

(Habis. Adanya warna biru, merah jambu, kuning)

Pembeli : “Jambon niki nggih pink niku.”

(Merah jambu itu ya pink itu)

Penjual : “Karang kula nggih meng lulus S3, SD kelas tiga.”

(Karena saya hanya lulus S3, SD Kelas tiga)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual pakaian.

Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang penjual,

suasana tuturan non formal. Penjual tersebut berjenis kelamin laki-laki, kurang

lebih berumur 70 tahun dengan tingkat pendidikan SD serta tergolong dalam

tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Selanjutnya pembeli tersebut berjenis

kelamin perempuan, kurang lebih berumur 25 tahun dengan tingkat pendidikan

SMA serta tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke atas.

Peristiwa tutur tersebut mengalami peristiwa campur kode, yaitu pada

tuturan pembeli yang tanpa sengaja mencampurkan kode bahasa Inggris dan

bahasa Jawa Ngoko. Hal tersebut terlihat pada tuturan “Nek enten warna pink.”

saat hendak meminta warna sarung bantal yang diinginkan. Kata “pink” yang

dalam bahasa Jawa Ngoko mempunyai padanan “jambon” dan “merah jambu”

dalam padanan bahasa Indonesia.

Hal ini juga terjadi pada peristiwa campur kode pada data di bawah ini:

(DATA CK/15/041017)

Pembeli : “Pak, bakso gangsal ewu.”

(Pak, bakso lima ribu)

Penjual : “Nggih, ngangge tahu mboten?”

(Ya, pakai tahu tidak)

Pembeli : “Sing bunder diparingi kalih, sambel e sing kathah, kuah sithik

mawon.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

78

(Yang bulat dikasih dua, sambelnya dikasih yang banyak,

kuahnya sedikit saja)

Penjual : “Mawi sledri?”

(pakai seledri)

Pembeli : “Nggih sekedhik.”

(Ya sedikit)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual makanan

olahan (bakso). Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan

seorang penjual, suasana tuturan non formal. Penjual tersebut berjenis kelamin

laki-laki, kurang lebih berumur 40 tahun, tergolong dalam tingkat ekonomi kelas

menengah ke bawah. Selanjutnya pembeli tersebut berjenis kelamin perempuan,

kurang lebi 20 tahun dengan tingkat pendidikan SMA serta tergolong dalam

tingkat ekonomi kelas menengah. Peristiwa tutur tersebut mengalami peristiwa

campur kode, yaitu pada tuturan pembeli yang tanpa sengaja mencampurkan kode

bahasa Jawa Ngoko dan bahasa Jawa Krama. Hal tersebut terlihat pada tuturan

“Sing bunder diparingi kalih, sambel e sing kathah, kuah sithik mawon.” Saat

hendak memberi tahu pesanannya kepada penjual. Kata “sing” adalah bahasa

Jawa ngoko, dalam bahasa Jawa krama mempunyai padanan “ingkang” dan

“yang” dalam padanan bahasa Indonesia.

Tuturan tersebut dapat dilihat dengan masuknya kode bahasa Jawa Ngoko

pada percakapan bahasa Jawa ragam krama pada tuturan pembeli. Penutur sulit

mencari padanannya dalam bahasa Jawa Krama.

(DATA CK/03/290917)

Pembeli : “Jengkol Bu, panen kiyambak mboten njengkoli.”

(Jengkol Nu, panen sendiri dijamin tidak membuat keracunan)

Penjual : “Dimasak menapa nek kula tumbas niki jengkol e?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

79

(Saya masak apa kalau beli jengkol ini)

Pembeli : “Direndang to Bu, eco tenan ngalahi daging sapi, direndem

riyen sedalu ngangge awu napa enjet.”

(Masak rendang saja, enak sekali rasanya mengalahkan daging

sapi, direndam dulu semalam dikasih abu atau kapur sirih)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual jengkol.

Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang penjual,

suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat siang hari. Penjual tersebut

berjenis kelamin perempuan, kurang lebih berumur 40 tahun, tergolong dalam

tingkat ekonomi kelas menengah kebawah. Selanjutnya pembeli tersebut berjenis

kelamin perempuan,kurang lebih 45 tahun tergolong dalam tingkat ekonomi kelas

menengah ke bawah.

Peristiwa tutur tersebut mengalami peristiwa campur kode, yaitu pada

tuturan penjual yang di sini berperan sebagai lawan tutur yang tanpa sengaja

mencampurkan kode bahasa Jawa Ngoko ke dalm bahasa Jawa Krama. Hal

tersebut terlihat pada tuturan “Dimasak menapa nek kula tumbas niki jengkol e?”

saat hendak bertanya kepada penutur kalau membeli jengkol dagangannya harus

dimasak seperti apa. Kata “nek” adalah bahasa Jawa Ngoko, dalam bahasa Jawa

krama mempunyai padanan kata “menawi” dan “kalau” dalam padanan bahasa

Indonesia.

Tuturan tersebut dapat dilihat dengan masuknya kode bahasa Jawa Ngoko

pada percakapan bahasa Jawa Krama pada tuturan penjual. Lawan tutur

mengalami keterbatasan penggunaan kode pada kata “nek” dan sulit mencari

padanannya dalam bahasa Jawa Krama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

80

4.4.2 Bentuk-bentuk campur kode (Penyisipan Frasa)

(DATA CK/02/290917)

Penjual: “Mangga dipundhuti Mak, klubane sae-sae mirah.”

(Mari dibeli Mak, sayurnya segar-segar murah)

Pembeli : “Pinten?”

(Berapa)

Penjual : “Potroseli tigang ewu.”

(Sayur kenikir tiga ribu)

Pembeli : “Larang temen, Mbak biasane seribu maratus.”

(Mahal sekali, Mbak biasanya seribu lima ratus)

Penjual : “Nggih mangga.”

(Ya silahkan)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual sayuran.

Penutur merupakan seorang penjual dan lawan tutur merupakan seorang pembeli,

suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat pagi hari. Suasana tuturan

non formal. Penjual tersebut berjenis kelamin perempuan, kurang lebih berumur

30 tahun, tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah.

Selanjutnya pembeli tersebut berjenis kelamin perempuan,kurang lebih 60 tahun,

berprofesi sebagai PNS serta tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke

atas.

Peristiwa tutur tersebut mengalami peristiwa campur kode dalam tataran

frasa, yaitu pada tuturan pembeli yang tanpa sengaja mencampurkan kode ke

bahasa Jawa krama dan bahasa Indonesia tidak baku. Hal tersebut terlihat pada

tuturan “Larang temen, Mbak biasane seribu maratus.” saat memilih sayur yang

akan dibeli. Campur kode terdapat dalam tuturan tersebut yaitu berbetuk frasa

bahasa Indonesia tidak baku yaitu pada frasa “seribu maratus”. Dikatakan ke

dalam proses penyisipan berwujud frasa karena yang disisipkan merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

81

kelompok kata yang terdiri dari dua kata. Hal ini senada dengan pendapat yang

dikatakan oleh (Ramlan, 1978: 151) bahwa frasa ialah satuan gramatik yang

terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa.

Hal ini juga terjadi pada data berikut:

(DATA CK/12/031017)

Pembeli : “Berapaan Pak? Saya boleh nawar ya?”

Penjual : “Boleh saja.”

Pembeli : “Sekawan teko seratus ribu.”

(Empat biji seratus ribu saja)

Penjual : “Ya sudah, milih warna sama ukuran Mbak e.”

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual pakaian.

Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang penjual,

suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat pagi hari. Suasana tuturan

non formal. Penjual tersebut berjenis kelamin laki-laki, kurang lebih berumur 45

tahun, tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke atas. Selanjutnya

pembeli tersebut berjenis kelamin perempuan, kurang lebih 16 tahun dengan

tingkat pendidikan SMP.

Data di atas merupakan campur kode internal bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Jawa Krama pada tataran frasa yaitu pada tuturan pembeli yang tanpa

sengaja mencampurkan kode bahasa Jawa Krama ke bahasa Indonesia. Hal

tersebut terlihat pada tuturan “Sekawan teko seratus ribu.” saat menawar celana

ketat yang akan dibeli. Campur kode terdapat dalam tuturan tersebut yaitu

berbetuk frasa bahasa Jawa krama “sekawan teko” yang berarti “empat itu”.

Dikatakan ke dalam proses penyisipan berwujud frasa karena yang disisipkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

82

merupakan kelompok kata yang terdiri dari dua kata. Hal ini senada dengan

pendapat yang dikatakan oleh (Ramlan, 1978: 151) bahwa frasa ialah satuan

gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi

klausa.

4.4.3 Bentuk-bentuk campur kode (Penyisipan klausa)

(DATA CK/06/300917)

Penjual : “Pados napa Mbak?”

(Cari apa Mbak)

Pembeli : “Terusan.”

Penjual : “Mriki diprisani rumiyin. Niki Mbak, apik.”

(Sini dilihat dulu. Ini Mbak, bagus)

Pembeli : “Ngandape dijodoni celana pensil bisa, Buk. Cemeng?”

(Bawahnya dikasih celana pensil bisa, Buk)

Penjual : “Saged mawon, mlebet kalih warna napa mawon nek cemeng.”

(Bisa saja, masuk sama warna apa saja kalau hitam)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual busana

muslim. Penutur merupakan seorang penjual dan lawan tutur merupakan seorang

pembeli, suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat pagi hari. Penjual

tersebut berjenis kelamin perempuan, tergolong dalam tingkat ekonomi kelas

menengah ke atas. Selanjutnya pembeli tersebut berjenis kelamin perempuan,

kurang lebih 25 tahun serta tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke

atas.

Data di atas merupaka tuturan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli di

pasar tradisional Kranggan, Temanggung di lapak busana muslim. Tuturan terjadi

pada saat pagi hari. Suasana non formal. Penutur merupakan penjual dan lawan

tutur merupakan seorang pembeli. Data di atas merupakan campur kode internal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

83

bahasa Jawa krama ke dalam bahasa Indonesia pada tataran klausa. Pada tuturan

tersebut pembeli menggunakan bahasa Jawa krama yang kemudian di dalamnya

disisipkan bahasa Indonesia yang berbunyi “Ngandape dijodoni celana pensil

bisa, Buk. Cemeng?” campur kode yang terdapat dalam tuturan klausa tersebut

yaitu “celana pensil bisa, Buk.” Pembeli mengalami keterbatasan penguasaan

kode bahasa Jawa krama, pembeli kesulitan mencari padanan klausa “celana

pensil bisa, Buk.” dalam bahasa Jawa Krama.

4.4.4. Bentuk-bentuk campur kode (Penyisipan Kata dan Frasa)

(CK/17/041017)

Pembeli : “Mas, daging sapi dua puluh.”

Penjual : “Ribu? Kilo?”

Pembeli : “Ribu lah.”

Penjual : “Tapi tinggal daging nomer kalih kersa?”

(Hanya sisa daging kualitas nomer dua, mau)

Pembeli : “Sing penting bisa buat sup, Mas. Jangan diambilin yang

banyak gajih.”

(Asalkan bisa untuk memasak sup, jangan diambilkan yang

banyak lemak)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual daging

sapi. Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang

penjual, suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat pagi hari. Penjual

tersebut berjenis kelamin laki-laki, kurang lebih berumur 25 tahun, tergolong

dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke atas. Selanjutnya pembeli tersebut

berjenis kelamin perempuan,kurang lebih 25 tahun dengan tingkat pendidikan

SMA serta tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke atas.

Peristiwa tutur tersebut mengalami peristiwa campur kode dalam tataran

kata dan frasa. Pada tuturan pembeli di atas tanpa sengaja mencampurkan kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

84

kata bahasa ngoko ke bahasa Indonesia, hal ini dapat dilihat dari tuturan “Sing

penting bisa buat sup, Mas. Jangan diambilin yang banyak gajih.”. Kata “sing”

dalam bahasa Indonesia berarti “yang” dan “gajih” dalam bahasa Indonesia

berarti “lemak” dua kata di atas merupakan campur kode berbentuk kata, karena

kata adalah bentuk bebas yang paling kecil, yang dapat diucapkan secara berdikari

Tarigan (1985: 19). Kemudian pada tataran frasa terdapat pada tuturan penjual

yang tanpa sengaja mencampurkan kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa

krama, hal ini dapat dilihat dari tuturan “Tapi tinggal daging nomer kalih

kersa?” saat mengatakan kepada pembeli bahwa daging sapi hanya tinggal daging

kualitas nomor dua. Tuturan penjual tersebut dapat dikategorikan dalam campur

kode yang berbentuk frasa. Dikatakan ke dalam proses penyisipan berwujud frasa

karena yang disisipkan merupakan kelompok kata yang terdiri dari dua kata. Hal

ini senada dengan pendapat yang dikatakan oleh (Ramlan, 1978: 151) bahwa frasa

ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui

batas fungsi klausa.

Hal ini juga terjadi pada data:

(DATA CK/39/121017)

Penjual : “Mari Mbak, atasan bawahan gamis Umi Pipik, jilbab Zaskia

Sungkar. Lagi model mari sini.”

Pembeli : “Jilbab Zaskia kayak apa, Bu? Berapa? Mahal mesti?”

Penjual : “Murah aja, bahan dingin, tujuh puluhan.”

Pembeli : “Lima puluh mawon niki.”

(Lima puluh aja ini)

Penjual : “Aja ditawar, beli di Rabanni nggak boleh tujuh puluh.”

(Jangan ditawar, beli di Rabanni nggak boleh tujuh puluh ribu)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

85

kerudung. Penutur merupakan seorang penjual dan lawan tutur merupakan

seorang pembeli, suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat siang hari.

Penjual tersebut berjenis kelamin perempuan, kurang lebih berumur 40 tahun,

tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke atas. Selanjutnya pembeli

tersebut berjenis kelamin perempuan, kurang lebih 35 tahun, berprofesi sebagai

PNS serta tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke atas.

Peristiwa tutur tersebut mengalami peristiwa campur kode dalam tataran

kata dan frasa. Pada tuturan di atas penjual tanpa sengaja mencampurkan kode

kata bahasa Jawa Ngoko ke bahasa Indonesia, hal ini dapat dilihat dari tuturan

“Aja ditawar, beli di Rabanni nggak boleh tujuh puluh.” Kata “aja” merupakan

campur kode berbentuk kata dari bahasa Jawa ngoko yang berarti “jangan”

dalam bahasa Indonesia. Dikatakan penyisipan kata karena kata adalah bentuk

bebas yang paling kecil, yang dapat diucapkan secara berdikari (Tarigan, 1985:

19).

Kemudian pada tataran frasa terdapat pada tuturan pembeli yang tanpa

sengaja mencampurkan kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa krama, hal ini

dapat dilihat dari tuturan “Lima puluh mawon niki.”saat menawar jilbab kepada

penjual. Tuturan pembeli tersebut dapat dikategorikan dalam campur kode yang

berbentuk frasa. Dikatakan ke dalam proses penyisipan berwujud frasa karena

yang disisipkan merupakan kelompok kata yang terdiri dari dua kata, dari data di

atas. Hal ini senada dengan pendapat yang dikatakan oleh (Ramlan, 1978: 151)

bahwa frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak

melampaui batas fungsi klausa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

86

4.4.2 Bentuk-bentuk faktor campur kode dalam interaksi penjual dan

pembeli di pasar tradisional Kranggan Temanggung: Studi Kasus

Pedagang Etnis Jawa

4.4.2.1 Penutur

1. Tujuan menunjukkan kemampuannya)

Pembeli : “Pak, pados ulas bantal.”

(Pak, cari sarung bantal)

Penjual : “Wonten mbak, sik tak padoske. Setunggale kalih dasa.”

(Ada Mbak, sebentar saya carikan. Satunya dua puluh ribu)

Pembeli : “Nek enten warna pink.”

(Kalau ada warna merah jambu)

Penjual : “Telas, enten e biru, jambon, kuning.”

(Habis. Adanya warna biru, merah jambu, kuning)

Pembeli : “Jambon niki nggih pink niku.”

(Merah jambu itu ya pink itu)

Penjual : “Karang kula nggih meng lulus S3, SD kelas tiga.”

(Karena saya hanya lulus S3, SD Kelas tiga)

(DATA CK/40/131017)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual pakaian.

Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang penjual,

suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat pagi hari. Penjual tersebut

berjenis kelamin laki-laki, kurang lebih berumur 70 tahun, tergolong dalam

tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah, tingkat pendidikan SD. Selanjutnya

pembeli tersebut berjenis kelamin perempuan, kurang lebih 25 tahun. Seorang

pegawai kecamatan dan tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke atas.

Pembeli datang untuk membeli sarung bantal. Data di atas merupakan campur

kode eksternal, dapat dikatakan demikian karena campur kode eksternal adalah

campur kode yang menyerap unsur-unsur bahasa asing Suandi (2014: 140).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

87

Dilihat dari bentuknya data di atas merupakan campur kode penyisipan kata.

Dikatakan penyisipan kata karena terdapat kata “Pink”. Hal ini sejalan dengan

pendapat Suwito (1985: 79) yang membagi campur kode berdasarkan unsur-unsur

kebahasaan diantaranya penyisipan kata. Menurut Tarigan (1985: 19) kata dapat

diartikan sebagai satuan bebas yang paling kecil.

Data dalam tuturan di atas merupakan campur kode yang dilakukan oleh

pembeli yang berperan sebagai penutur. Dimana ada tuturan yang menggunakan

bahasa Jawa Krama yang disisipi bahasa asing yaitu bahasa Inggris, hal ini dapat

dilihat dari cuplikan tuturan “Nek enten warna pink.” yang berarti kalau ada

warna merah jambu. Dilihat dari konteksnya percakapan di atas pembeli ingin

membeli sarung bantal yang berwarna merah jambu, akan tetapi lawan tutur

mengatakan bahwa warna yang diinginkan sudah habis terjual, padahal warna

yang diinginkan oleh penutur masih tersedia, hal ini dapat dilihat dari cuplikan

tuturan “Telas, enten e biru, jambon, kuning.”

Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang

menyebabkan terjadinya campur kode berasal dari penutur dengan tujuan

menunjukkan kemampuannya. Hal ini dapat dilihat dari tuturan “Jambon niki

nggih pink niku.” yang artinya merah jambu itu ya warna pink. Lalu lawan tutur

merespon dengan tuturan “Karang kula nggih meng lulus S3, SD kelas tiga.”

Yang berarti karena saya hanya lulus S3, SD Kelas tiga yang tidak mengerti kata

dalam bahasa Asing.

Faktor sosial juga dapat memengaruhi pemakaian bahasa seseorang. Salah

satu faktor yang memengaruhi adalah tingkat pendidikan seseorang (Nababan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

88

1986). Dalam data di atas, penutur memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

sedangkan lawan tutur memiliki tingkat pendidikan yang rendah, dari sini bisa

diambil kesimpulan bahwa pemakaian bahasa dapat dilihat juga dari tingkat

pendidikan seseorang.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab

terjadinya campur kode menurut Suwito (1983: 75) adalah berasal dari penutur

yang bertujuan untuk menunjukkan keterpelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari

penggunaan tuturan yang disisipi kata dalam bahasa asing.

2. Tujuan untuk menawar dan meminta bonus

Pembeli : “Wis gek dipaske lho, Nyah.”

(Harga pasnya berapa)

Penjual : “Wis tenang wae iki ora kelarangen, ora mblandangke.”

(Tenang saja tidak terlalu mahal, tidak menjerumuskan

harganya)

Pembeli : “Diparingi bonus lho, Nyah.”

Penjual : “Tak sukani mangkih, tak paringi sing gedhi pokoke, plastike

maksud e.”

(saya beri nanti, saya kasih yang besarpokoknya, yang besar

plastiknya maksud saya.

Pembeli : “Senengane glanyongan.”

(Sukanya bercanda)

(DATA CK/07/300917)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual pakaian.

Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang penjual,

suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat siang hari. Penjual tersebut

berjenis kelamin perempuan, tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke

atas. Selanjutnya pembeli tersebut berjenis kelamin perempuan, tergolong dalam

tingkat ekonomi kelas menengah ke atas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

89

Dialog di atas membahas tentang seorang pembeli yang meminta potogan

harga dan bonus dari penjual, namun direspon dengan candaan oleh si penjual.

Data di atas merupakan campur kode eksternal dimana campur kode yang

menyerap unsur-unsur bahasa asli yang masih sekerabat (2014: 140). Dilihat dari

bentuknya data di atas merupakan campur kode penyisipan kata. Kata dapat

diartikan sebagai satuan bebas yang paling kecil Tarigan (1985: 19). Dari data di

atas terdapat campur kode dari bahasa Jawa Krama yang disisipi dengan bahasa

Indonesia, penyisipan kata hal ini dapat dilihat dari kata “bonus” pada cuplikan

tuturan “Diparingi bonus lho, Nyah.” yang dilakukan oleh penutur. Hal ini

sejalan dengan pendapat Suwito (1985: 79) yang membagi campur kode

berdasarkan unsur-unsur kebahasaan diantaranya penyisipan kata.

Dilihat dari percakapan di atas terdapat kemungkinan bahwa diantara

keduanya yaitu penutur dan lawan tutur sudah saling mengenal, karena penutur

dan lawan tutur sudah bisa saling bercanda. Penutur sengaja bercampur kode

dengan alasan agar suasana menjadi lebih akrab dalam berkomunikasi dan tujuan

untuk menawar dan meminta bonus. Hal ini senada dengan pendapat yang

dikemukakan oleh suwito bahwa salah satu faktor terjadinya campur kode adalah

berlatar belakang dari segi penutur.

4.4.2.2 Berlatar belakang pada kebahasaan

1. Keterbatasan Penggunaan kode

Faktor keterbatasan kode terjadi apabila penutur atau lawan tutur

melakukan campur kode karena tidak memahami padanan kata, frasa atau klausa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

90

dalam bahasa dasar yang digunakan. Keterbatasan penggunaan kode tampak pada

tuturan berikut

Penjual : “Itik itik itik...”

Pembeli : “Itike kuwi satu wae.”

(Itiknya itu satu saja)

Penjual : “Berapa kiloan sing dibutuhkan Yu?” (logat medan)

Pembeli : “Sekiloan satu.”

Penjual : “Boyo apa sing biasane?

(Boyo atau yang biasanya)

Pembeli : “Boyo kuwi wae, sing rong kilonan ana hitam?”

(Boyo itu saja, yang dua kiloan warna hitam ada)

Penjual : “Ada lengkap aku nek dodolan ki."

(DATA CK/01/290917)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual sayuran.

Penutur merupakan seorang penjual yang berasal dari Medan dan lawan tutur

merupakan seorang pembeli, suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat

pagi hari. Penjual tersebut berjenis kelamin perempuan, tergolong dalam tingkat

ekonomi kelas menengah ke bawah. Selanjutnya pembeli tersebut berjenis

kelamin perempuan, kurang lebih 55 tahun dengan tingkat pendidikan SD serta

tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah.

Dilihat dari bentuknya data di atas merupakan campur kode kata dan frasa.

Dikatakan penyisipan kata karena terdapat kata “satu” dan “dibutuhkan”

sedangkan dikatakan penyisipan frasa karena terdapat frasa “berapa kiloan” ,

“sekiloan satu” dan “ada lengkap aku”. Hal ini sejalan dengan pendapat Suwito

(1985: 79) yang membagi campur kode berdasarkan unsur-unsur kebahasaan

diantaranya penyisipan kata dan frasa. Menurut Tarigan (1985: 19) kata dapat

diartikan sebagai satuan bebas yang paling kecil. Sedangkan (Ramlan, 1978: 151)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

91

berpendapat frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

tidak melampauai batas fungsi klausa.

Data dalam tuturan di atas merupakan campur kode yang dilakukan oleh

penjual yang berasal dari Medan, sedangkan pembeli berasal dari Jawa. Dilihat

dari konteksnya percakapan di atas penjual ingin menawarkan plastik kepada

pembeli yang sudah menjadi langganannya. Hal ini dapat dilihat dari tuturan

“Berapa kiloan sing dibutuhkan Yu?” dengan menggunakan bahasa Indonesia

logat bahasa Medan yang dicampurkodekan ke bahasa Jawa Ngoko. Kemudian

dijawab oleh pembeli menggunakan bahasa Indonesia “Sekiloan satu” dan “Boyo

kuwi wae, sing rong kilonan ana hitam?”. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa faktor terjadinya campur kode pada tuturan di atas adalah berlatar belakang

pada kebahasaan khususnya keterbatasan penggunaan kode yang dilakukan oleh

penutur, dapat dikatakan demikian karena penutur dalam berkomunikasi

melakukan campur kode pada tuturannya.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikatakan oleh Suandi (2014: 143)

bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya campur kode adalah keterbatasan

penggunaan kode yang mempunyai kemungkinan karena penutur kurang

menguasai bahasa pertama dan kedua sehingga untuk memperlancar komunikasi

diantara keduanya penutur dan lawan tutur menggunakan campur kode dalam

setiap tuturannya.

Hal demikian juga terjadi pada data berikut, di mana pembeli

mencampurkan kode bahasa Jawa krama dan bahasa Jawa ngoko karena pembeli

kesulitan mencari padanan dalam bahasa Jawa krama. Percakapan tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

92

dilakukan oleh penjual dan pembeli di pasar tradisional Kranggan, Temanggung

pada lapak penjual minuman jamu berikut ini :

(DATA CK/29/081017)

Penjual : “Yu ora njamu?”

(Mbak, tidak minum jamu)

Pembeli : “Niki sek ajeng niliki, kok dangu mboten tumon maring

Yu?”

(Ini baru mau melihat buka atau tidak, kok lama sekali

nggak ke pasar Mbak)

Penjual : “Wingi disambat anak.”

(Kemarin diminta tolong pergi ke rumah anakku)

Pembeli : “Ditinggal glidik napa? Jamu pegel linu mawon sakniki.”

(Ditinggal kerja? Jamunya sekarang pegel linu saja)

Penjual : “Gatel-gatel iya apa ora?”

(Dikasih untuk penghilang rasa gatal tidak)

Pembeli : “Nggih pareng.”

(Ya boleh)

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual jamu

gendong. Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan

seorang penjual, suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat pagi hari.

Penjual tersebut berjenis kelamin perempuan, kurang lebih berumur 60 tahun,

dengan tingkat pendidikan SD dan tergolong dalam tingkat ekonomi kelas

menengah ke bawah. Selanjutnya pembeli tersebut berjenis kelamin perempuan,

kurang lebih 50 tahun dengan tingkat pendidikan SD serta tergolong dalam

tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Dialog diatas membahas tentang

penjual yang menawarkan dagangan jamunya kepada pembeli yang sudah

menjadi langganannya.

Data di atas merupakan jenis campur kode internal, campur kode internal

adalah jenis campur kode yang menyerap unsur-unsur bahasa asli yang masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

93

sekerabat (2014: 140). Dilihat dari bentuknya data di atas merupakan campur

kode penyisipan frasa. Frasa dapat diartikan satuan gramatik yang terdiri dari dua

kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa (Ramlan, 1978: 151).

Dari data di atas terdapat campur kode penyisipan frasa bahasa Jawa

ngoko hal ini dapat dilihat dari cuplikan tuturan “Niki sek ajeng niliki, kok dangu

mboten tumon maring Yu?” yang dilakukan oleh lawan tutur, yakni pembeli.

Dikatakan penyisipan frasa karena terdapat frasa “tumon maring” yang dalam

bahasa Jawa krama berarti “dangu mboten nate tindak peken” dan dalam bahasa

Indonesia mempunyai arti “kok lama tidak pergi ke pasar.” Oleh karena itu

tuturan di atas merupakan campur kode penyisipan frasa bahasa Jawa ngoko. Hal

ini sejalan dengan pendapat Suwito (1985: 79) yang membagi campur kode

berdasarkan unsur-unsur kebahasaan diantaranya penyisipan frasa.

Data dalam tuturan di atas merupakan campur kode yang dilakukan oleh

pembeli, dimana ada tuturan bahasa Jawa krama yang disisipi bahasa Jawa ngoko.

Hal ini dapat dilihat dari cuplikan tuturan “Niki sek ajeng niliki, kok dangu

mboten tumon maring Yu?”.

Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang

menyebabkan terjadinya campur kode berasal keterbatasan penggunaan kode dan

lawan tutur kesulitan mencari padanan yang pas dalam bahasa Jawa krama.

2. End (Tujuan)

End di sini yaitu akibat atau hasil yang dikehendaki yang meliputi

membujuk, dengan meyakinkan, menerangkan untuk mencapai hasil tersebut

(Suwito). Akibat atau hasil yang dikehendaki tampak pada tuturan berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

94

DATA (CK/12/031017)

Pembeli : “Berapaan Pak? Saya boleh nawar ya.”

Penjual : “Boleh saja.”

Pembeli : “Sekawan teko seratus ribu.”

(Empat, seratus ribu saja)

Penjual : “Ya sudah, milih warna sama ukuran e mbak e.”

Data di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung pada lapak penjual pakaian.

Penutur merupakan seorang pembeli dan lawan tutur merupakan seorang penjual,

suasana tuturan non formal dan data terjadi pada saat pagi hari. Suasana tuturan

non formal. Penjual tersebut berjenis kelamin laki-laki, kurang lebih berumur 45

tahun, tergolong dalam tingkat ekonomi kelas menengah ke atas. Selanjutnya

pembeli tersebut berjenis kelamin perempuan, kurang lebih 16 tahun dengan

tingkat pendidikan SMP. Pembeli tersebut datang untuk membeli legging.

Dilihat dari bentuknya data di atas merupakan campur kode berbentuk

frasa. Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak

melampauai batas fungsi klausa (Ramlan, 1978: 151). Dikatakan penyisipan frasa

karena terdapat frasa “sekawan teko” dalam bahasa Indonesia “empat itu”.

Data dalam tuturan di atas merupakan campur kode yang dilakukan oleh

pembeli yang berasal dari Jawa. Dilihat dari konteksnya percakapan di atas

pembeli ingin membeli legging, berawal dengan basa-basi untuk menanyakan

harga. Hal ini dapat dilihat dari cuplikan tuturan “Berapaan Pak? Saya boleh

nawar ya.” Kemudian direspon oleh penjual “boleh saja” tanpa berlama-lama

pembeli langsung menawar legging tersebut dengan mengatakan “Sekawan teko

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

95

seratus ribu” kemudian direspon baik oleh penjual dengan berkata “Ya sudah

milih warna sama ukuran e Mbak e.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor terjadinya campur kode

pada tuturan di atas adalah akibat atau hasil yang dikehendaki oleh penutur, di

mana pembeli berhasil membujuk penjual untuk mendapatkan harga lebih murah

tanpa berlama-lama melakukan tawar-menawar.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikatakan oleh Suwito (1983: 75) bahwa

salah satu faktor penyebab terjadinya campur kode adalah berlatarbelakang pada

kebahasaan dalam hal ini yakni end (tujuan) hasil yang dikehendaki.

4.4.2.3 Faktor kebiasaan

Penjual : “Nek ijinan niku dua setengah.”

(Kalau satu biji itu dua ribu lima ratus)

Pembeli : “Dua aja, Mbak.”

Penjual : “Yakin mangkeh cukup? Ajeng damel nggoreng ayam to?

Mboten sisan sekawan?”

(Yakin nanti cukup? Mau buat goreng ayam kan? Nggak

sekalian empat)

Pembeli : “Ah, Mbak e ki. Yaudah empat.”

(Ah, Mbak. Yasudah empat sekalian)

(DATA CK/14/041017)

Percakapan di atas merupakan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh

penjual dan pembeli di Pasar Kranggan, Temanggung pada warung kelontong.

Tuturan terjadi pada saat pagi hari. Suasana tuturan non formal. Penutur

merupakan seorang penjual (kurang lebih 25 tahun), sedangkan lawan tutur

merupakan seorang pembeli (kurang lebih 20 tahun). Dialog diatas membahas

tentang penjual yang membujuk pembeli agar membeli dagangannya dalam

jumlah yang banyak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

96

Data di atas merupakan jenis campur kode internal, karena masih

menyerap unsur-unsur bahasa asli yang masih sekerabat Suandi (2014: 140).

Dilihat dari bentuknya data di atas merupakan campur kode penyisipan Frasa.

Frasa dapat diartikan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih

yang tidak melampaui batas fungsi itu. Dari data di atas terdapat campur kode

penyisipan frasa hal ini dapat dilihat dari cuplikan tuturan “dua setengah” , “dua

aja” dan “yaudah empat” yang dilakukan oleh penutur dan lawan tutur. Data

dalam tuturan di atas merupakan campur kode yang dilakukan oleh penjual dan

pembeli, dimana ada tuturan bahasa Jawa krama yang disisipi bahasa Indonesia.

Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang

menyebabkan terjadinya campur kode berasal dari faktor kebiasaan penutur dan

lawan tutur yang terbiasa menggunakan bahasa campur dalam berkomunikasi.

Pada masyarakat Indonesia yang multikultural kedwibahasaan tidak dapat

dihindari. Kedwibahasaan dapat didefinisikan sebagai penggunaan dua bahasa

oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian

(Chaer dan Agustina, 2014 84) oleh karena itu sangat wajar apabila seseorang

mencampurkan kode-kode bahasa satu dengan yang lain dalam berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

97

BAB V

PENUTUP

Bab ini terdiri dari dua pokok, yaitu simpulan dan saran. Simpulan berisi

mengenai penjabaran seluruh penelitian ini. Saran berisi tentang hal-hal yang

relevan yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya, baik dari kalangan

mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia maupun peneliti lain. Berikut

pemaparan dari kedua hal tersebut.

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian bab IV yang sudah dianalisis dan dibahas oleh peneliti

mengenai alih kode dan campur kode dalam interaksi jual beli di Pasar tradisional

Kranggan Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa, peneliti menemukan

bentuk alih kode beserta faktornya dan bentuk campur kode beserta faktornya. Hal

tersebut dapat disimpulkan seperti berikut:

Peneliti menemukan bentuk alih kode internal antarbahasa yakni dari

bahasa Indonesia ke bahasa Jawa Ngoko dan alih kode bahasa Indonesia ke

bahasa Jawa Krama, kemudian alih kode internal antarvarian yakni dari bahasa

Jawa krama ke bahasa Jawa ngoko dan bahasa Jawa ngoko ke bahasa Jawa krama.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa alih kode

tersebut, yaitu: (1) penutur, yaitu dimana bertujuan untuk menghormati lawan

tutur, mengimbangi lawan tutur, dan tawar-menawar (2) lawan tutur, yaitu dimana

hanya sebatas bertujuan untuk tawar-menawar.

Peristiwa campur kode yang terjadi pada peristiwa tutur penjual dan

pembeli di pasar tradisional Kranggan Temanggung berbentuk campur kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

98

internal dan eksternal. Campur kode eksternal hanya pada penyisipan kata,

sedangkan campur kode internal terdiri atas penyisipan kata, frasa, klausa, kata

dan frasa.

Campur kode yang ditemukan tersebut berasal dari kode bahasa Jawa

krama dan bahasa Indonesia, bahasa Jawa ngoko ke bahasa Indonesia dan bahasa

Jawa krama dan bahasa Jawa ngoko. Faktor-faktor yang menjadi penyebab

terjadinya campur kode tersebut yaitu: (1) penutur yang di mana dengan tujuan

menunjukkan kemampuannya dan menawar dan meminta bonus, (2) keterbatasan

penggunaan kode, (3) Faktor kebiasaan yang dimana ada pada penutur, lawan

tutur dan penutur dan lawan tutur.

5.2 Saran

Berkaitan dengan hasil yang ditemukan, peneliti memberi beberapa saran

bagi peneliti lanjutan yang akan meneliti topik yang serupa dengan penelitian ini.

Berikut adalah saran dari peneliti:

5.2.1 Bagi Peneliti Lain dan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan

Sastra Indonesia

1. Penelitian ini hanya meneliti tentang bentuk, faktor-faktor yang

menyebabkan alih kode dan campur kode, serta faktor-faktor sosial

yang mempengaruhi pemakaian bahasa di pasar tradisional

Kranggan, Temanggung. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat

dikembangkan lebih lanjut ke ranah dan subjek penelitian yang

lain, seperti di lingkungan sekolah, lingkungan desa tertentu,

lingkungan pemerintahan tertentu, dsb.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

99

2. Penelitian ini hanya meneliti secara umum tentang bentuk, faktor

penyebab terjadinya serta faktor sosial dan situasional yang

memengaruhi terjadinya pemakaian bahasa. Bagi peneliti lain bisa

menindak lanjuti penelitian campur kode dan alih kode dengan

ruang lingkup yang lebih sempit sehingga ke dalaman analisis

masalah yang lebih mendasar dapat diketahui.

3. Hasil temuan peneliti dapat dijadikan bahan referensi

pembelajaran dalam bidang sosiolinguistik bagi mahasiswa bahasa

dan sastra Indonesia, sekalipun data dalam penelitian ini ada

beberapa tuturan dalam bahasa Jawa akan tetapi peneliti sudah

memberikan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia.

5.2.2 Bagi Mayarakat Penjual dan Pembeli di Pasar Tradisional

Kranggan, Temanggung.

1. Alih kode dan campur kode merupakan ilmu dalam bidang

sosiolinguistik. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

acuan atau gambaran umum mengenai variasi bahasa yang ada

di Pasar dan dapat mempermudah saat melakukan tawar-

menawar dalam melakukan interaksi jual beli di Pasar

Kranggan, Temanggung dengan tujuan untuk menciptakan

komunikasi yang baik antara penjual dan pembeli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

100

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka

Cipta.

Aslinda, dan Leni. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika

Aditama.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2014. Sosiolinguistik Perkenalan

awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewantara, Andronikus Kresna. 2015. Campur Kode dan Alih Kode

pada Interaksi Informal Mahasiswa di Yogyakarta: Studi Kasus

pada Mahasiswa Asrama Lantai Merah, Jalan Cendrawasih No.

1B, Demangan Baru, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSI,

JPBS, FKIP, USD.

Kridalaksana. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Mahsun. 2012. Metode Penenlitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode

dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Moeleong, LJ. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja

Karya.

Nababan. 1984. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Nugroho, Adi. 2011. Alih Kode dan Campur Kode pada Komunikasi

Guru-Siswa di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Skripsi. UNY.

Pateda, Mansoer. 1990. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Pranowo. 2015. Teori Belajar Bahasa. Celeban Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

101

Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ramlan. 1981. Ilmu Bahasa Indonesia. Yogyakarta: UP. Karyono.

Ramlan. 1987. Sintaksis. Yogyakarta: UP. Karyono.

Sarwo Nugroho, Galih. 2013. Alih Kode dan ampur Kode dalam Rapat

sosialisasi di Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen.

Skripsi. UNY.

Suandi, Nengah. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suhendra, Yusuf. 1994. Teori Terjemahan Pengantar Ke Arah

Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik. Bandung: Madar Maju.

Sumarsono. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Suwito. 1985. Sosiolinguistik: Pengantar Awal. Surakarta: Henary

Offset.

Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi Muhammad. 2013. Sosiolinguistik:

Kajian Teori dan analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

102

No Kode Data Tuturan Konteks

Bentuk

Perubahan

Kode

Kategori

Faktor Penyebab

Alih Kode

Campur Kode

A

K

E

A

K

I

C

K

E

C

K

I

1. AK/01/290

917

Pembeli : “Mbak, tuku krambile

separo.”

(Mbak, beli kelapanya

setengah)

Penjual : “Nggih, tigang ngewu.

Mboten sisan sak biji

napa, malah mirah

regine.”

(Ya, tiga ribu. Tidak satu

biji saja? Lebih murah

harganya)

Pembeli : “Pinten?”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang pembeli (kurang

lebih 40 tahun) ,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

penjual (kurang lebih 46

BJ ngoko-

BJ krama

Penutur. Tujuan untuk

menghormati mitra tutur.

Lampiran

TABULASI DATA

Berikut ini adalah hasil analisis data dari penelitian yang berjudul Alih Kode dan Campur Kode Dalam Interaksi Jual Beli di Pasar

Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

103

(Berapa)

Penjual : “Gangsal ewu.”

(Lima ribu)

tahun) yang datang

untuk membeli kelapa.

2. CK/01/290

917

Penjual : “Itik itik itik...”

Pembeli : “Itike kuwi satu wae.”

(Itiknya itu satu saja)

Penjual : “Berapa kiloan sing

dibutuhkan Yu?”

Pembeli : “Sekiloan satu.”

Penjual : “Boyo apa sing biasane?

(Boyo atau yang

biasanya)

Pembeli : “Boyo kuwi wae, sing

rong kilonan ana hitam?”

(Boyo itu saja, yang dua

kiloan warna hitam ada)

Penjual : “Ada lengkap aku nek

dodolan ki."

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual yang

berasal dari Medan,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

55 tahun) asli jawa yang

datang untuk membeli

plastik.

Penyisipan

frasa

Keterbatasan penggunaan

kode. Tujuan untuk

menawarkan sesuatu.

3. CK/02/290

917

Penjual: “Mangga dipundhuti

Mak, klubane sae-sae

mirah.”

(Mari dibeli Mak, sayurnya

bagus-bagus murah)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan mitra

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

104

Pembeli : "Pinten?”

(berapaan itu)

Penjual : “Nek sik jesin tigang

ewu.”

(Kalau sawi tiga ribu)

Pembeli : “Larang temen mbak,

biasane seribu

maratus.”

(Mahal sekali mbak,

biasanya seribu lima

ratus)

Penjual : “Ha nggih mangga.”

(Ya sudah silahkan)

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 25 tahun)

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

60 tahun) yang datang

untuk membeli sayur.

4. AK/02/290

917

Pembeli : “Tela rong kilo sing

lawas, Mbak”

(Singkong dua kilo

yang sudah lama,

Mbak)

Penjual : “Nggih, ini dangu

sedanten, Bu.”

(Iya, ini lama semua)

Pembeli: “Niku tasih teles,

ketingal siti ne

dereng garing, lha

niku bener sing

kados niku

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang pembeli (kurang

lebih 25 tahun)

BJ Ngoko-

BJ Krama

Penutur. Tujuan untuk

menghormati mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

105

pilihane.”

(Itu masih basah,

kelihatan masih ada

tanah yang belum

kering)

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

penjual (kurang lebih 60

tahun). Pembeli datang

untuk membeli

singkong.

5. AK/03/290

917

Pembeli : “Nanas e pironan

Mas.”

(Buah nanasnya berapa,

Mas)

Penjual : “Wolung ewu Bu, murah

mawon.”

(Delapan ribu Bu,

murah aja)

Pembeli : “Kok larang Mas, wingi

aku tuku pitung ewu

wae gede kok.”

(Kok mahal Mas, kemarin

saya beli tujuh ribu saja

dapat yang besar)

Penjual : “Nanas super Bu, apik.”

(Buah nanas super Bu,

bagus)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

30 tahun) , sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang pembeli (kurang

lebih 50 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

buah nanas.

BJ Krama-

BJ ngoko

Mitra tutur. Tujuan untuk

tawar-menawar harga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

106

6. CK/03/290

917

Pembeli : “Jengkol Bu, panen

kiyambak mboten

njengkoli.”

(Jengkol Nu, panen

sendiri dijamin tidak

membuat keracunan)

Penjual : “Dimasak menapa nek

kula tumbas niki jengkol

e?”

(Saya masak apa kalau

beli jengkol ini)

Pembeli : “Direndang to Bu, eco

tenan ngalahi daging

sapi, direndem riyen

sedalu ngangge awu

napa enjet.”

(Masak rendang saja,

enak sekali rasanya

mengalahkan daging

sapi, direndam dulu

semalam dikasih abu

atau kapur sirih)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

45 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

jengkol.

Penyisipan

kata

Keterbatasan penggunaan

kode

7. CK/04/290

917

Pembeli : “Manis-manis jeruk e

Bu?”

(Manis-manis

jeruknya, Bu)

Penjual : “Manis, tapi mang

dicobo kriyen.”

(Manis, tapi dicoba

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

(kurang lebih 25 tahun)

Penyisipan

frasa

Keterbatasan penggunaan

kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

107

dahulu)

Pembeli : “Berapa satu kilo ini?”

Penjual : “Delapan.”

Pembeli : “Satu kilo, dipilihin

yang bagus, Bu.”

(Satu kilo, dicarikan yang

bagus, Bu)

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur (lawan tutur

60 tahun) merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli buah jeruk.

8. CK/05/290

917

Pembeli : “Coba tak lihat gamis

yang digantung ngajeng

niku, Bu.”

(Coba saya lihat gamis

yang digantung didepan itu,

Bu)

Penjual : “Warna apa?”

Pembeli : “Abrit.”

(Merah)

Penjual : “Kurang cocok kalih

kulit sampeyan yang

hitam, ini aja keliatan

bersih dimuka.

(Kurang cocok dengan

kulit kamu yang hitam, ini

saja cocok terlihat bersih di

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli gamis (baju

muslim).

Penyisipan

kata dan

frasa

Keterbatasan penggunaan

kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

108

muka)

9. CK/06/300

917

Penjual : “Pados napa Mbak?”

(Cari apa Mbak)

Pembeli : “Terusan.”

(Baju terusan)

Penjual : “Mriki diprisani

rumiyin. Niki Mbak,

apik.”

(sini dilihat dulu. Ini

Mbak, bagus)

Pembeli : “Ngandape dijodoni

celana pensil bisa, Buk.

Cemeng?”

Penjual : “Saged mawon, mlebet

kalih warna napa mawon

nek cemeng.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual pakaian,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

20 tahun) yang datang

untuk membeli baju.

Penyisipan

klausa

Keterbatasan penggunaan

kode

10. CK/07/300

917

Pembeli : “Wis gek dipaske lho,

Nyah.”

(Harga pas nya berapa,

Nyah)

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

Penyisipan

kata

Penutur. Tujuan untuk

menawar dan meminta

bonus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

109

Penjual : “Wis tenang wae iki ora

kelarangen, ra

mblandangke.”

(Tenang saja tidak terlalu

mahal, tidak

menjerumuskan harganya)

Pembeli : “Diparingi bonus lho.”

(Dikasih bonus ya)

Penjual : “Tak sukani mangkeh,

tak kek i sing gedhi pokok

e, plastike maksud e.”

(Saya beri nanti, saya kasih

yang besar pokoknya, yang

besar plastiknya maksud

saya)

Pembeli : “Senengane

glanyongan.”

(Sukanya bercanda)

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli celana.

11. AK/04/300

917

Penjual : “Pun, sampun mak

jeglek, pun anget niki.”

(Sudah pas timbangannya)

Pembeli : “Iki katutno, sak util

mene.”

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

BJ. Krama-

BJ. Ngoko

Penutur. Tujuan untuk

mengimbangi lawan tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

110

(Ini dimasukkan, kecil

saja)

Penjual : “Wis pas, mang

dipresani.”

(Sudah pas, coba dilihat)

Pembeli : “Alah teko tambahi siji

ora marahi rugi.”

(Tambah satu tidak

membuat rugi)

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

yang datang untuk

membeli kentang.

12. CK/08/011

017

Pembeli : “Jeruk e pinten, Bu?”

(Jeruknya berapa, Bu)

Penjual : “Nek suwi ratau maring

kalih suwe mboten

mundhut mesti kaget,

luarang tenan saiki.”

(Kalau lama tidak pergi ke

Pasar dan lama tidak beli

pasti kaget karena sekarang

harganya mahal sekali)

Pembeli : “Kok le mbleguk-

mbleguk.”

(Besar-besar sekali

jeruk nya)

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli buah jeruk.

Penyisipan

kata

Faktor kebiasaan penutur

yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

111

Penjual : “Limo las.”

(Lima belas)

Pembeli : “ Mahal nggih?”

(Mahal ya)

Penjual : Apel wae, seng rodo

kacek. Apel selawe, wis

patlikur wae.”

(Apel saja, harganya lebih

murah. Apel dua puluh

lima ribu, sudah dua puluh

empat saja)

Pembeli : “Larang, jeruk e wae.”

(Mahal, jeruknya saja)

13. CK/09/011

017

Pembeli : “Napa gadhah daster

ukuran ageng, Bu?”

(Apakah punya daster

ukuran besar, Bu)

Penjual : “Ana, tinggal milih

warna, regane seka nyeket.

Mau warna apa? Opo

batik?”

(Ada, silahkan pilih warna,

harganya dimulai dari lima

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual baju.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

dan lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

112

puluh ribu. Mau wana apa?

Atau motif batik)

Pembeli : “XXXL”

Penjual : “Gari warna iki kok an,

mau?”

(Tinggal warna ini saja,

mau)

Pembeli : “Kalih sewidak, kula

wis mentok le ngenyang.”

(Dua biji enam puluh ribu,

saya tidak akan menawar

lagi)

Penjual : “Ra weh, kulakane rung

oleh.”

(Tidak, saya membeli dari

penyetor lebih mahal dari

yang kamu tawarkan)

Pembeli datang untuk

melakukan negosiasi

(tawar-menawar) daster

tetapi tidak mencapai

kesepakatan.

14. CK/10/021

017

Penjual : “Mangga Bu, pados

napa dipun priksani

rumiyin, mriki komplit

sembarang onten.”

(Silahkan Bu, mencari apa

dilihat saja boleh. Disini

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

113

lengkap apa saja ada)

Pembeli : “Mbaleni sing mau kae,

piye seket limo, wis tak

undaki lima ribu.”

(Yang tadi lima puluh ribu

bagaimana, saya naikkan

lima ribu)

Penjual : “Seket pitu mangatus,

bungkus.”

(Lima puluh tujuh lima

ratus, dibungkus)

Pembelil : “Walah, sing loro

setengah ke mbok tak

gawe ngopata bali ta.”

(Dua ribu lima ratus untuk

saya pulang naik angkot)

Penjual : “Nggih, gawe

penglaris.”

(Silahkan)

Penutur merupakan

seorang penjual

kerudung, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang pembeli yang

datang untuk membeli

kerudung.

15. CK/11/021

017

Pembeli : “Mas Ji, ndak ana

sepatu sing pas gawe

Hawa?”

Penjual : “Ana, tapi satus.”

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

114

Pembeli : “Lah laring, mbok satus

loro ngono ya.”

Penjual : “Ya ada, tur bahane

kaya ngene gelem po?

Gawe mlayu wae wis

semplok.”

Pembeli : “Ana rega ana rupa ya

Mas Ji.”

Penjual : “Jelas nek itu ke pasti.

Wis iki wae nek kurang

bayare mengko nang

omah.”

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli sepatu.

berkomunikasi.Tujuan

untuk tawar-menawar.

16. CK/12/031

017

Pembeli : “Berapaan Pak? Saya

boleh nawar ya.”

Penjual : “Boleh saja.”

Pembeli : “Sekawan teko seratus

ribu.”

(Empat, seratus ribu saja)

Penjual : “Ya sudah, milih warna

sama ukuran e mbak e. “

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

16 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

Penyisipan

frasa

Adanya akibat dan hasil

yang dikehendaki dari

penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

115

lebih 45 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

legging.

17. CK/13/031

017

Penjual : “Siji loro telu, yang

warna hijau telu. Sing

biru dua, sing abang mau

pira? Enam ta? Siji loro

telu papat lima enem.” Pas.

Mangga nek arep dicek

meneh.”

(Satu dua tiga, warna hijau

tiga. Warna biru dua, warna

merah tadi berapa? Enam?

Satu dua tiga empat lima

enam. Sudah lengkap.

Silahkan ditinjau kembali)

Pembeli : “Nggih sampun, kula

pitados.”

(Saya percaya)

Penjual : “Dadine njuk enam

puluh ping pindo satus

rong puluh tambah satus

tekoan.”

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 70 tahun)

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

28 tahun) yang datang

untuk membeli kaus.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

116

(Jumlahnya enam puluh

dikalikan dua, lalu seratus

dua puluh ribu ditambah

seratus saja)

Pembeli : “Njuk kalih atus kalih

dasa nggih.”

(Totalnya dua ratus dua

puluh)

18. CK/14/041

017

Penjual : “Nek ijinan niku dua

setengah.”

(Satu biji harganya dua

ribu lima ratus)

Pembeli : “Dua aja, Mbak.”

Penjual : “Yakin mengko cukup?

Ajeng damel nggoreng

ayam to? mboten sisan

sekawan.”

Pembeli : “Ah mbak e ki, yaudah

empat.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 25 tahun)

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

20 tahun) yang datang

untuk membeli tepung

bumbu.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

dan lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

117

19. CK/15/041

017

Pembeli : “Pak, bakso lima ribu.”

Penjual : “Nggih, ngangge tahu

mboten?”

(Ya, memakai tahu

tidak)

Pembeli : “Sing bulat dikasih dua,

banyakin sambelnya Pak,

kuah dikit aja.”

Penjual : “Mawi sledri?”

(Diberi seledri)

Pembeli : “Ya, sedikit.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

20 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

bakso.

Penyisipan

kata

Faktor kebiasaan penutur

yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

20. CK/16/041

017

Pembeli : “Bu, tumbas tahu pong

angsal tiga ribu?”

(Bu, saya beli tahu tiga

ribu, boleh)

Penjual : “Saget mbak, lho niki

pun angsal kathih.”

(Bisa Mbak, ini sudah

dapat banyak sekali)

Pembeli : “Iya e, matur suwun.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

20 tahun), sedangkan

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

118

(Iya, terima kasih) mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 37 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

tahu.

21. CK/17/041

017

Pembeli : “Mas, daging sapi dua

puluh.”

Penjual : “Ribu? Kilo?”

Pembeli : “Ribu lah.”

Penjual : “Tapi tinggal daging

nomer kalih, kersa?”

(Hanya sisa daging

kualitas nomor dua, mau)

Pembeli : “Sing penting bisa buat

sop, Mas jangan diambilin

yang banyak gajih.”

(Asalkan bisa untuk

memasak sup, ambilkan

yang tidak banyak lemak)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

25 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 25 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

daging sapi.

Kata dan

frasa

Faktor keterbatasan kode

dari penutur dan lawan

tutur.

22. CK/18/041

017

Penjual : “Pun, niki mawon?

Seribu.”

(Sudah ini saja)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

yang terbiasa

menggunakan bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

119

Pembeli:“Tambahi loncang

seledri, nganut regane.”

(Ditambah daun bawang

dan seledri, harganya ikut

saja)

Penjual : “Ngeten dua ribu.”

(Seperti ini, dua ribu)

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

60 tahun) yang datang

untuk membeli sayur.

campur dalam

berkomunikasi.

23. CK/19/041

017

Pembeli : “Tuku tela marekan e

Ses satu bungkus.”

(Beli umbi rambat dong

Ses satu bungkus)

Penjual : “Lah jan wong ndeso

gaweane neng sawah kok

diundang Ses, geguyu pitik.

Lebay men.”

(Orang desa bekerja di

Ladang, kok dipanggil Ses,

ditertawakan ayam)

Pembeli : “Kemajuan to.”

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

50 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun). Pembeli

Penyisipan

kata dan

frasa

Penutur. Tujuan

membangkitkan rasa

humor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

120

Penjual : “Ealah, Bu Kaji to niki,

ngapunten bu mboten

sumerep. Pun niki dibeta

mawon sampun.”

(Ibu Haji, maaf Bu, Saya

tidak melihat. Sudah ini

dibawa semuanya saja.

Pembeli : “Nyantuk dikerjani ya.”

(Kena deh)

datang untuk membeli

singkong.

24. AK/05/051

017

Penjual : “Ayam Mbak?”

Pembeli : “Iya.”

Penjual : “Mau dicacah sekalian

ayamnya?”

Pembeli : “Pira to, Mas saiki

sekilo?”

(Berapa Mas sekarang satu

kilo)

Penjual : “Gluntungan telu likur,

daging selawe. Mundak

Mbak, mangsa sadranan.”

(Ayam utuh dua puluh tiga

ribu, daging dua puluh

lima. Harganya naik karena

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

30 tahun) yang datang

untuk membeli daging

ayam.

B.Indo-BJ.

Ngoko

Adanya latar belakang

bahasa yang sama antara

penutur dan mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

121

sekarang musim Nyadran*

Nyadran : bersih makam,

tabur bunga yang

puncaknya berupa kenduri

atau doa bersama

Pembeli : “Iyo pancen, njaluk nem

kilo daging.”

(Iya memang, minta daging

enam kilo saja)

25. CK/20/051

017

Penjual : “Tuku opo lek? Bumbu-

bumbu komplit, seng wis

dadi ya ana. Dipilih wae

bagus-bagus.”

(Beli apa Bulek, bumbu-

bumbu lengkap, yang

sudah jadi ada. Dipilih

saja)

Pembeli : “Ming arep tuku sitik

lho aku.”

(Saya hanya ingin membeli

sedikit)

Penjual : “Ora apa-apa, bagus-

bagus.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

60 tahun) yang datang

untuk membeli bumbu

Penyisipan

frasa

Keterbatasan penggunaan

kode dari penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

122

Pembeli : “Bawang wis nduwe,

brambang ijeh, lombok

abang wae sing tak tuku

telung ewu.”

(Bawang putih sudah

punya, bawang merah

masih ada, cabai merah

saja, saya beli tiga ribu)

dapur.

26 . CK/21/051

017

Penjual : “Napa Bu brambang?

Opo lombok e bu murah

sekilo rolas.”

(Mencari bawang merah,

Bu? Atau cabainya, satu

kilo dua belas ribu murah)

Pembeli : “Ajeng tumbas seprapat

mawon kok, brambange

tasih punya.”

(Mau beli seperempat

saja, bawang merahnya

saya masih punya)

Penjual : “Ha mbok enggih bu,

tiga ngewu ngga.”

(Boleh Bu, tiga ribu

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 45 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

60 tahun) yang datang

untuk membeli bumbu

dapur.

Penyisipan

kata

Faktor kebiasaan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

123

silahkan)

Pembeli : “Loro setengah, nek

aweh wungkuske.”

(Dua ribu lima ratus,

kalau boleh dibungkus)

Penjual : “Nggih tapane.”

(Ya, boleh)

27. CK/22/051

017

Pembeli : “Bu, niki bunga pinten

nggih buk?”

(Bu, bunga ini berapa)

Penjual : “Ngene, ngene kiye.

sepuluh ewu.”

(Seperti ini, sepuluh ribu)

Pembeli : “Niki diparingi bunga

yang ini mboten, Bu?

(Dikasih bunga yang ini

tidak, Bu)

Penjual : “Ora usah ngene wae

cukup.”

(Tidak, seperti ini saja

cukup)

Pembeli : “Matur nuwun.”

(Terima kasih)

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli bunga.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

124

28. CK/23/061

017

Penjual : “Mbak e dom e, pinset e,

tambal manci.”

Pembeli : “Pinset pak?”

Penjual : “Ada mau?”

Pembeli : “Berapa ini?”

Penjual : “Tujuh ribu dua, nek

satu tiga setengah.”

Pembeli : “Dua ribu, Pak.”

Penjual : “Tiga ribu gak papa sisir

sisir nggak? Ming satu?

Potong kuku?”

Pembeli : “Iya pak, udah punya.”

Penjual : “Kasak-kasak?”

(Sikat untuk mencuci baju)

Pembeli : “Ada Pak, di rumah.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

25 tahun) yang datang

untuk membeli pinset.

Penyisipan

kata dan

frasa

Keterbatasan penggunaan

kode dari penutur.

29. CK/24/051

017

Penjual : “Mau apa, Mbak ?

Celana panjang pendek,

kolor. Mampir sini.”

Pembeli : “Celana kolor biasa,

Bu.” Pendek aja. Yang

seperti ini?

Penjual : “Niki kalih dosonan.”

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

Penyisipan

kata dan

frasa

Keterbatasan penggunaan

kode dari penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

125

(Seperti ini dua puluh

ribuan)

Pembeli : “Panas atau nggak ini,

Bu bahannya?”

Penjual : “Ya kalau celana pendek

gini Insyaallah nyaman,

seperti trainning. Model e

niki ngeten, niki sek dua

lima, nanti yang agak

pendek warna gelap, ini

hitam biru donker atau ini

ada gambar e.”

Pembeli : Kalau yang ini berapa,

Bu?”

Penjual : “Dua lima, nggih towo

sedikit angsal Mbak,

masih bisa dingendikani.

Ha ini aja yang merah.

Nanti tak korting njuk

tak pasin harganya.”

(Dua puluh lima ribu,

masih bisa menawar,

Mbak. Nanti saya beri

seorang penjual (kurang

lebih 45 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

25 tahun). Pembeli

datang untuk melakukan

negosiasi (tawar-

menawar) celana pendek

tetapi tidak mencapai

kesepakatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

126

potongan harga, lalu saya

beri harga pas)

Pembeli : “Dua puluh.”

Penjual : “Belum dapat mbak.”

30. CK/25/061

017

Pembeli : “Bulik, tempe.”

Penjual : “Gangsal ewu.”

(Lima ribu)

Pembeli : “Lah, larang temen.

Sing bungkus godhong.”

(Mahal sekali. Yang

dibungkus pakai daun)

Penjual : “Habis Bu, laris

banget.”

Pembeli : “Iki ora nelung

ewunan?”

(Ini tidak tiga ribu

harganya)

Penjual : “Lah kulake pun

larang.”

(Membeli dari penyetor

sudah mahal)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

60 tahun). Pembeli

datang untuk melakukan

negosiasi (tawar-

menawar) tempe tetapi

tidak mencapai

kesepakatan.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

dan lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

127

31. CK/26/061

017

Pembeli : “Mbah, kagungan

gambas?”

(Mbah, punya oyong)

Penjual : “Mboten e Bu, ana ne

terong, pare, kalih

gleyor.”

(Tidak Bu, ada nya terong,

pare dan kacang panjang)

Pembeli : “Gleyor pinten, Mbah?”

(Kacang panjang berapa,

Mbah)

Penjual : “Sak unting telu

setengah Bu, gleyor jawa

niki eco nek dioseng

paringi lombok rawit, ngga

mundhut pindah.”

(Satu ikat tiga ribu lima

ratus Bu, ini kacang

panjang jenis jawa, enak

sekali kalau dimasak tumis

diberi cabai rawit, beli

sekalian saja Bu)

Pembeli : “Nyuwun kalih, Mbah.”

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 55 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

70 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

sayur.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

128

(Minta dua ikat, Mbah)

32. CK/27/071

017

Pembeli : “Srandal pira, Mas?

Sing srampatan ngene?”

(Sendal jepit seperti ini

berapa, Mas)

Penjual : “Rolas Bu, mang

mindah.”

(Dua belas ribu, Bu.

Silahkan pilih)

Pembeli : “Warnanya thok ini?”

(Hanya ini warnanya)

Penjual : “Masih banyak,

ukuran berapa

ngageme?”

(Masih banyak, ukuran

berapa Ibu biasa pakai)

Pembeli : “Tiga tujuh.”

Penjual : “Masih banyak, soklat,

kuning telo, jambon.”

(Masih banyak, coklat,

oranye, dan merah jambu)

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

50 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

sandal.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

dan lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

33. CK/28/071 Penjual : “Sayang anak-sayang Tuturan terjadi pada saat Penyisipan Faktor kebiasaan lawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

129

017

anak, Bu balon, Bu.”

Pembeli : “Pira Mas siji?”

(Berapa Mas, satu)

Penjual : “Sepuluh mawon.”

(Sepuluh ribu saja)

Pembeli : “Dua lima belas, nek

boleh tak tuku.”

Penjual : “Tambahi telung ewu.”

(Ditambah tiga ribu)

Pembeli : “Nek boleh kuwi mau,

limolas loro.”

(Kalau boleh, lima belas

ribu dapat dua)

Penjual : “Nggih, milih ajeng seng

pundi.”

(Ya, silahkan pilih mau

yang mana)

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 35 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

45 tahun) yang datang

untuk membeli balon.

kata dan

frasa

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

34. CK/29/081

017

Penjual : “Yu ora njamu?”

(Mbak tidak minum jamu)

Pembeli : “Niki sek ajeng niliki,

kok dangu mboten

tumon maring Yu?”

(Ini baru mau melihat buka

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penyisipan

frasa

Keterbatasan penggunaan

kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

130

atau tidak, kok lama sekali

nggak ke pasar Mbak)

Penjual : “Wingi disambat anak.”

(kemarin diminta tolong

pergi ke rumah anakku)

Pembeli : “Ditinggal glidik napa?

Jamu pegel linu mawon

sakniki.”

(Ditinggal kerja? Jamunya

sekarang pegel linu saja)

Penjual : “Gatel-gatel e iya po

ora?

(Ditambah untuk

pengurang rasa gatal

tidak)

Pembeli : “Nggih pareng.”

(Ya, boleh)

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 60 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

65 tahun) yang datang

untuk membeli jamu.

35. CK/30/081

017

Penjual : “Ayam budhe, jawa napa

negeri?”

(Ayam, Budhe. Ayam

kampung atau ayam

potong)

Pembeli : “Jawa, sekilo piro Mbak

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

dan lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

131

saiki?”

(Potong saja, sekilo

berapa sekarang, Mbak)

Penjual : “Tujuh puluh, Budhe.”

Pembeli : “Nggak enam wae,

Mbak? Tak njaluk sitik

dua kilo.”

Penjual : “Enam lima, tak

cacahin.”

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

55 tahun) yang datang

untuk membeli daging

cincang.

36. CK/31/081

017

Pembeli 1 : “Bulik kagungan

brokoli bulik?”

(Bulik, punya brokoli)

Penjual : “Ngeten niki?”

(Seperti ini)

Pembeli 2 : “Ora, mboten sing

ngeten niki sing warnane

ijo. Nika sebelah mrika

enten.”

(Bukan, bukan ini yang

saya maksud, yang

warnanya hijau. Itu

disebelah sana ada)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli 1 (kurang lebih

70 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun). Pembeli

datang untuk melakukan

Penyisipan

kata

Faktor kebiasaan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

132

Pembeli 1 : “Mboten remen bulik,

dingapunten.”

(Tidak suka bulik,

maaf)

Penjual : “Nggih mboten dados

napa.”

(Ya, tidak apa-apa)

negosiasi (tawar-

menawar) sayur tetapi

tidak sesuai dengan

yang diingkan.

37. CK/31/081

017

Penjual : “Bu Rajak, pundhuti sate

ne, eco niki. Genduk e

nderek to niki?”

(Bu Rajak, dibeli satenya

enak ini. Cucunya ikut)

Pembeli : “Saiki Iyu mande sate

to? Tak njajal kalau gitu,

bungkuske satu Yu, ndak

usah paringi sambel

brambang.”

(Sekarang Mbak jualan

sate? Saya coba kalau

begitu, satu dibungkus

Yu, tidak usah diberi

sambal dan bawang

merah)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

65 tahun) yang datang

untuk membeli sate.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

133

Penjual : “Pun radi dangu Bu, kok

mboten nate ketingal Ibu,

tindakan luar kota napa?”

(Sudah lama Bu, tidak

pernah terlihat, pergi ke

luar kota)

Penjual : “Aku dipindah Yu, saiki

dines nang Parakan.”

(Saya sekarang pindah

tugas di Parakan, Yu)

38. CK/32/081

017

Penjual : “Golek apa Bu Kaji”

(Cari apa Bu Haji)

Pembeli : “Ingkang damel sop-

sopan niko menapa nggih,

kula kok kesupen.”

(Bahan sayur untuk sup itu

apa ya, saya lupa namanya)

Penjual : “Oalah mbang kol?”

(Bunga kol)

Pembeli : “Nggih mbok menawi,

kados pundi Yu tak

mrisani.”

(Iya mungkin, bisa saya

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 60 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

70 tahun) yang datang

Penyisipan

frasa

Keterbatasan penggunaan

kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

134

lihat)

Penjual : “Ngeten Bu Kaji, mbang

kol niku kok sekilone nem

ewu.”

(Seperti ini Bu Haji, bunga

kol satu kilonya enam ribu)

Pembeli : “Kula tumbas gangsal

ewu mawon, Yu.”

(Saya beli lima ribu saja,

Yu)

untuk membeli sayur.

39. CK/33/081

017

Penjual : “Sate dik, mau nggak?

Enak.”

Pembeli : “Sepuluh ribu aja.”

Penjual : “Nanti lak tuman wong

enak, pake lontong

nggak?”

(Nanti pasti ketagihan

soalnya enak, pakai

lontong tidak)

Pembeli : “Nggak usah budhe gitu

aja.”

Penjual : “Besok beli lagi ya.”

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

17 tahun) yang datang

Penyisipan

frasa

Faktor keterbatasan

penggunaan kode dari

penutur. Tujuan menarik

hati pembeli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

135

untuk membeli sate.

40. CK/34/081

017

Pembeli : “Ini berapa?”

Penjual : “Selawe.”

(Dua puluh lima ribu)

Pembeli : “Walah mbok yo padha

ngono. Iki rolas ngono

ngopo to Mas, semang

dibedani barang.”

(Tidak sama saja Mas,

kenapa harus beda

harganya)

Penjual : “Nggih.”

(Ya)

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

20 tahun) yang datang

untuk membeli caping.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

41. CK/35/091

017

Pembeli : “Setelan kathok klambi

ne upin ipin kuwi pira yo

mas?”

Penjual : “Seket karo pitung puluh

Mbak.”

Pembeli : “Apa bedane mas?”

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

dan lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

136

Penjual : “Beda bahan mbak,

nggo mang didumuk, panas

kaleh adem”.

Pembeli : “Sing iki wae kuning

nek ana, gawe cah umur

telung tahun cukup to

mas udahan?

Penjual : “Nek lemu pas.”

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

40 tahun) yang datang

untuk membeli baju.

42. AK/06/101

017

Pembeli : “Vespa atau mobil atau

truk gitu ada nggak,

Mas?”

Penjual : “Ada mas, milih aja mau

yang besar apa kecil ada.”

Pembeli : “Pironan Mas?”

(Berapa Mas)

Penjual : “Gawe buka dasaran tak

kei rego mitung puluh.”

(Buat buka awal saya kasih

harga tujuh puluh ribu)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

30 tahun) yang datang

untuk membeli mainan

anak.

B. Indo-BJ.

Ngoko

Penutur. Tujuan untuk

tawar-menawar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

137

43. CK/36/101

017

Penjual : “Mas, aku arek adol

anting tapi surate ilang.”

(Mas, saya mau jual anting

tetapi surat kepemilikannya

hilang)

Pembeli : “Rapopo asal emas,

mriki kula cek riyen.”

(Tidak masalah, asal itu

emas. Sini biar saya cek

ddulu)

Penjual : “Arek dituku pira?”

(Mau dibeli berapa ini)

Pembeli : “Tiga ratus mapuluh

pas. Berat satu setengah

gram.”

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 67 tahun,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli jual-beli emas

di emperan toko (kurang

lebih 40 tahun).

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

dan lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

44. AK/07/111

017

Pembeli : “Sapa seng dodol

geritan ya?”

(Siapa yang jual bahan nasi

jagung?)

Penjual : “Nggih betahe pinten?”

(Ya, butuhnya berapa)

Pembeli : “Tumbas setengah ndak

angsal, nggih?”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan,

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

BJ. Ngoko-

BJ. Krama

Lawan tutur. Tujuan

menghormati lawan tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

138

(Beli setengah kilo boleh)

Penjual : “Saget mawon, Budhe.

Pethak napa ingkang

kuning? Nek sing lemes

ingkang niki, pethak e radi

kasar nek diliwet.”

(Bisa saja, Budhe. Putih

apa kuning? Kalau kuning

dimasak jadi pulen, warna

putih agak kasar)

Pembeli : “Ingkang kuning

kemawon.”

(Yang kuning saja)

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli bahan nasi

jagung.

45. CK/37/111

017

Penjual : “Mama Lemon lebokke

kerdus sak pak. Slondok

Muntilan aja lali, mi

sedap sepuluh ewu lima,

sisan pora?”

(Mama Lemon

dimasukkan kardus

jumahnya satu pack.

Krupuk Muntilan jangan

lupa, mi sedap sepuluh

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 45 tahun),

sedangkan mitra tutur

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

dan lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

139

ribu sekalian dibeli tidak)

Pembeli: “Lah sampun, kok malah

ndendet-ndendet.”

(Sudah, itu saja)

Penjual : “Tak obral dik.”

Pembeli : “Mbok nggih diobral

nek uang cuma pas le

mbeto njur ngutang ngoten

nggih.”

(Walaupun diobral tapi

kalau bawa uangnya pas

lalu hutang ya)

Penjual : “Wis diobral ya diutang,

totale dua delapan dik.”

(Sudah diobral masih saja

dihutang. Totalnya dua

puluh delapan ribu dik)

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

25 tahun) yang datang

untuk membeli sabun

dan makanan ringan.

46. CK/38/111

017

Pembeli : “Kathok rangkepan

wonten, Bu?”

(Celana pendek ada, Bu)

Penjual : “Wonten, kaya gini

mbak pelangi.”

(Ada, motif pelangi

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

dan lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

140

seperti ini)

Pembeli : “Pinten niki Bu?

Ukuran gede enten?”

Penjual : “Selawe, lha iki gede

lho, longgar wong saya

aja pakai. Mbak e

mundhut empat aja

seratus, kemarin saya

adole patang puluh

sijine”

(Dua puluh lima ribu, ini

besar saya saja pakai.

Mbak beli empat saja

seratus ribu, kemarin saya

jualnya empat puluh ribu,

satunya)

Pembeli : “Dua empat puluh.”

Penjual : “Ya mana uange sing

pas, gek ntas bukaan.”

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli celana pendek.

47. AK/07/121

017

Pembeli : “Tembako ne sing apik,

Nok.”

(Tembakau yang bagus,

Nok*

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

BJ. Ngoko-

BJ. Krama

Penutur. Tujuan

mengimbangi lawan tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

141

Nok : sebutan untuk anak

perempuan

Penjual : “Niki Kung, sae. Niki

tunggale biasane sing sok

dipundhut Kakung. Kok

nindaki kiyambak Kung,

Mbah Uti mboten tindak?”

(Yang ini Kung, bagus. Ini

yang suka kakek beli. Pergi

ke pasar sendiri Kek,

Nenek tidak pergi ke

Pasar?)

Pembeli : “Nyuwun sing niki

mawon, klembak menyan

ampun kantun. Niko sek

tumbas ulam.”

(Minta ini saja, klembak

dan kemenyan jangan

sampai ketinggalan. Itu

baru membeli ikan)

Penjual : “Sampun, Kung.”

(Sudah Kek)

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli tembakau.

48. AK/08/121 Penjual : “Yo kolor-kolor batik Tuturan terjadi pada saat BJ. Ngoko- Penutur. Tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

142

017

seko Yojo, rasah nang

Yojo tuku nggon Pak

Mahmud wae.”

(Celana kolor batik dari

Jogja, tidak perlu pergi ke

Jogja, beli tempat Pak

Mahmud saja)

Pembeli : “Pinten Pak?”

(Berapa Pak)

Penjual : “Tigang doso gangsal

Bune, mboten awis, nek

mriko langsung awis le

ngebis larang sak niki.”

(Tiga puluh ribu Bu, tidak

mahal, kalau pergi kesana

langsung mahal naik bus

nya sekarang)

Pembeli : “Tasih enjing, mbok

gangsal welas.”

(Masih pagi, lima belas

ribu)

Penjual : “Mboten kelarangen niki

Bu.”

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 45 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

58 tahun) yang datang

untuk membeli plastik.

BJ. Krama menghormati lawan tutur

dan menawarkan

dagangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

143

(Tidak kemahalan Bu)

Pembeli : “Pun gangsal mawon,

kula tak milih sing apik.”

(Lima saja, saya mau pilih

yang bagus)

Penjual : “Tigo gangsal lho niki.”

(Tiga puluh lima ribu)

Pembeli : “Nggih.”

(Ya)

49. CK/39/121

017

Penjual : “Mari Mbak, atasan

bawahan gamis Umi

Pipik, jilbab Zaskia

Sungkar. Lagi model,

mari sini.”

Pembeli : “Jilbab Zaskia kaya apa

Bu?” Pinten? Larang

mesti?”

Penjual : “Murah aja, bahan

dingin. Tujuh puluhan.”

Pembeli : “Lima puluh mawon

iki.”

Penjual : “Aja ditawar, beli di

Rabbani nggak oleh

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

35 tahun). Pembeli

datang untuk melakukan

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

dan lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

144

pitung puluh.” negosiasi (tawar-

menawar) jilbab tetapi

tidak mencapai

kesepakatan.

50. CK/40/131

017

Pembeli : “Pak, pados ulas

bantal.”

Penjual : “Wonten mbak, sik tak

padoske. Setunggale

kalih dasa.

Pembeli : “Nek enten warna

pink.”

Penjual : “Telas, enten e biru,

jambon, kuning.”

Pembeli : “Jambon niki nggih

pink niku.”

Penjual : “Karang kula nggih

meng lulus S3, SD kelas

tiga.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 25 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

70 tahun) yang datang

untuk membeli sarung

bantal.

Penyisipan

kata

Penutur. Tujuan

Menunjukkan

kemampuanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

145

51. AK/09/131

017

Pembeli : “Cari kerudung segitiga

warna hitam.”

Penjual : “Polos apa ada motif?”

Pembeli : “Mrisani kados napa

Mbak?”

Penjual : “Niki tigang dasa

gangsal, nek sing ajeng

alus malih bahan e seket.”

Pembeli : “Pantes mboten niki?”

Penjual : “Segala umur saget,

Mbak.” Pun niku pas

kawan dasa.”

Pembeli : “Kalih niki.”

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli kerudung.

B. Indo-BJ.

Halus

Penutur. Tujuan untuk

mendapatkan potongan

harga.

52. AK/10/141

017

Pembeli : “Arek golek arit Mas,

sing landep.”

(Cari sabit Mas, yang

tajam)

Penjual : “Niku teng ngajeng e

jenegan.”

(Itu di depan Anda)

Pembeli : “Pinten niki, pun

mundak?”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

75 tahun), sedangkan

BJ. Ngoko-

BJ. Halus

Penutur. Tujuan

mengimbangi lawan tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

146

(Berapa ini, sudah naik

harganya)

Penjual : “Nggih sampun nek le

mundhut pun dangu.

Mboten awon. Angsal

dibangsulke.”

(Iya sudah, kalau

belinya sudah lama.

Tidak jelek. Boleh

dibalikin)

Pembeli : “Nggih sisan diasahke,

Mas.”

(Iya sekalian diasah)

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

sabit.

53. CK/41/141

017

Penjual : “Yang mana Mbak

jadinya?”

Pembeli : “Yang disamping

panjenengan.”

Penjual : “Tapi tiga gangsal pas.”

Pembeli : “Kayak gini lima belas

aja.”

Penjual : “Pas. Jangan ditawar

lagi, nanti saya nggak sida

bathi.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

dan lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

147

pembeli. Pembeli datang

untuk melakukan

negosiasi (tawar-

menawar) panci tetapi

tidak mencapai

kesepakatan.

54. CK/42/141

017

Penjual : “Mbak e, cari apa Mbak,

mari.”

Pembeli : “Celana kolor, Bu.”

Penjual : “Kolor biasa? Pendek

ya? Nek perca purun

nggak?”

Pembeli : “Ya, kayak apa Mbak?

Itu berapaan Mbak?”

Penjual : “Sek tak carikan, itu tiga

gangsal. Pasnya

selangkung.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli yang datang

untuk membeli celana

pendek.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan penutur

yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

148

55. CK/43/141

017

Pembeli : “Pados bawang lanang.

Sing mande pundi

nggih?”

Penjual : “Mangga Bu, napa?”

Pembeli : “Bawang lanang Mas,

nyo duite limo las.”

Penjual : “oke siap .”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli bawang merah.

Penyisipan

kata

Faktor kebiasaan penutur

dan lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

149

No Kode Data Tuturan Konteks

Bentuk

Perubahan

Kode

Kategori

Faktor Penyebab

Triangulator Alasan

Alih

Kode

Campur

Kode

Setuju Tidak

Setuju

A

K

E

A

K

I

C

K

E

C

K

I

1. AK/01/290

917

Pembeli : “Mbak, tuku

krambile separo.”

(Mbak, beli

kelapanya setengah)

Penjual : “Nggih, tigang

ngewu. Mboten sisan

sak biji napa, malah

mirah regine.”

(Ya, tiga ribu. Tidak

satu biji saja? Lebih

murah harganya)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang pembeli (kurang

lebih 40 tahun) ,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

BJ ngoko-BJ

krama

Penutur. Tujuan untuk

menghormati mitra

tutur.

Lampiran

TABULASI DATA

Berikut ini adalah hasil analisis data dari penelitian yang berjudul Alih Kode dan Campur Kode Dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Kranggan,

Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Berilah tanda centang () pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang menggambarkan penilaian

Anda terhadap hasil analisis tuturan campur kode dan alih kode dalam interaksi jual beli di Pasar, serta berilah catatan pada kolom alasan yang dapat

membantu kebenaran hasil analisis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

150

Pembeli : “Pinten?”

(Berapa)

Penjual : “Gangsal ewu.”

(Lima ribu)

penjual (kurang lebih 46

tahun) yang datang

untuk membeli kelapa.

2. CK/01/290

917

Penjual : “Itik itik itik...”

Pembeli : “Itike kuwi satu

wae.”

(Itiknya itu satu saja)

Penjual : “Berapa kiloan

sing dibutuhkan

Yu?”

Pembeli : “Sekiloan satu.”

Penjual : “Boyo apa sing

biasane?

(Boyo atau yang

biasanya)

Pembeli : “Boyo kuwi wae,

sing rong kilonan

ana hitam?”

(Boyo itu saja, yang

dua kiloan warna

hitam ada)

Penjual : “Ada lengkap aku

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual yang

berasal dari Medan,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

55 tahun) asli jawa yang

datang untuk membeli

plastik.

Penyisipan

frasa

Keterbatasan

penggunaan kode.

Tujuan untuk

menawarkan sesuatu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

151

nek dodolan ki."

3. CK/02/290

917

Penjual: “Mangga

dipundhuti Mak,

klubane sae-sae

mirah.”

(Mari dibeli Mak,

sayurnya bagus-

bagus murah)

Pembeli : "Pinten?”

(berapaan itu)

Penjual : “Nek sik jesin

tigang ewu.”

(Kalau sawi tiga

ribu)

Pembeli : “Larang temen

mbak, biasane

seribu maratus.”

(Mahal sekali

mbak, biasanya

seribu lima ratus)

Penjual : “Ha nggih

mangga.”

(Ya sudah silahkan)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 25 tahun)

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

60 tahun) yang datang

untuk membeli sayur.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan

mitra tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

152

4. AK/02/290

917

Pembeli : “Tela rong kilo

sing lawas,

Mbak”

(Singkong dua

kilo yang sudah

lama, Mbak)

Penjual : “Nggih, ini dangu

sedanten, Bu.”

(Iya, ini lama

semua)

Pembeli: “Niku tasih teles,

ketingal siti ne

dereng garing,

lha niku bener

sing kados niku

pilihane.”

(Itu masih

basah,

kelihatan masih

ada tanah yang

belum kering)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang pembeli (kurang

lebih 25 tahun)

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

penjual (kurang lebih 60

tahun). Pembeli datang

untuk membeli

singkong.

BJ Ngoko-BJ

Krama

Penutur. Tujuan

untuk menghormati

mitra tutur.

5. AK/03/290

917

Pembeli : “Nanas e pironan

Mas.”

(Buah nanasnya

berapa, Mas)

Penjual : “Wolung ewu Bu,

murah mawon.”

(Delapan ribu Bu,

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

BJ Krama-BJ

ngoko

Mitra tutur. Tujuan

untuk tawar-menawar

harga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

153

murah aja)

Pembeli : “Kok larang Mas,

wingi aku tuku

pitung ewu wae

gede kok.”

(Kok mahal Mas,

kemarin saya beli

tujuh ribu saja dapat

yang besar)

Penjual : “Nanas super Bu,

apik.”

(Buah nanas super

Bu, bagus)

pembeli (kurang lebih

30 tahun) , sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang pembeli (kurang

lebih 50 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

buah nanas.

6. CK/03/290

917

Pembeli : “Jengkol Bu,

panen kiyambak

mboten

njengkoli.”

(Jengkol Nu,

panen sendiri

dijamin tidak

membuat

keracunan)

Penjual : “Dimasak menapa

nek kula tumbas niki

jengkol e?”

(Saya masak apa

kalau beli jengkol

ini)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

45 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

Penyisipan

kata

Keterbatasan

penggunaan kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

154

Pembeli : “Direndang to Bu,

eco tenan ngalahi

daging sapi,

direndem riyen

sedalu ngangge

awu napa enjet.”

(Masak rendang

saja, enak sekali

rasanya

mengalahkan

daging sapi,

direndam dulu

semalam dikasih

abu atau kapur

sirih)

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

jengkol.

7. CK/04/290

917

Pembeli : “Manis-manis

jeruk e Bu?”

(Manis-manis

jeruknya, Bu)

Penjual : “Manis, tapi mang

dicobo kriyen.”

(Manis, tapi dicoba

dahulu)

Pembeli : “Berapa satu kilo

ini?”

Penjual : “Delapan.”

Pembeli : “Satu kilo,

dipilihin yang bagus,

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

(kurang lebih 25 tahun)

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur (lawan tutur

60 tahun) merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

Penyisipan

frasa

Keterbatasan

penggunaan kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

155

Bu.”

(Satu kilo, dicarikan

yang bagus, Bu)

membeli buah jeruk.

8. CK/05/290

917

Pembeli : “Coba tak lihat

gamis yang digantung

ngajeng niku, Bu.”

(Coba saya lihat

gamis yang digantung

didepan itu, Bu)

Penjual : “Warna apa?”

Pembeli : “Abrit.”

(Merah)

Penjual : “Kurang cocok

kalih kulit

sampeyan yang

hitam, ini aja

keliatan bersih

dimuka.

(Kurang cocok

dengan kulit kamu

yang hitam, ini saja

cocok terlihat bersih

di muka)

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli gamis (baju

muslim).

Penyisipan

kata dan

frasa

Keterbatasan

penggunaan kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

156

9. CK/06/300

917

Penjual : “Pados napa

Mbak?”

(Cari apa Mbak)

Pembeli : “Terusan.”

(Baju terusan)

Penjual : “Mriki diprisani

rumiyin. Niki

Mbak, apik.”

(sini dilihat dulu.

Ini Mbak, bagus)

Pembeli : “Ngandape

dijodoni celana

pensil bisa, Buk.

Cemeng?”

Penjual : “Saged mawon,

mlebet kalih warna

napa mawon nek

cemeng.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual pakaian,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

20 tahun) yang datang

untuk membeli baju.

Penyisipan

klausa

Keterbatasan

penggunaan kode

10. CK/07/300

917

Pembeli : “Wis gek dipaske

lho, Nyah.”

(Harga pas nya

berapa, Nyah)

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

Penyisipan

kata

Penutur. Tujuan

untuk menawar dan

meminta bonus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

157

Penjual : “Wis tenang wae

iki ora kelarangen, ra

mblandangke.”

(Tenang saja tidak

terlalu mahal, tidak

menjerumuskan

harganya)

Pembeli : “Diparingi bonus

lho.”

(Dikasih bonus ya)

Penjual : “Tak sukani

mangkeh, tak kek i

sing gedhi pokok e,

plastike maksud e.”

(Saya beri nanti, saya

kasih yang besar

pokoknya, yang besar

plastiknya maksud

saya)

Pembeli : “Senengane

glanyongan.”

(Sukanya bercanda)

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli celana.

11. AK/04/300 Penjual : “Pun, sampun mak Tuturan terjadi pada saat BJ. Krama- Penutur. Tujuan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

158

917

jeglek, pun anget

niki.”

(Sudah pas

timbangannya)

Pembeli : “Iki katutno, sak

util mene.”

(Ini dimasukkan,

kecil saja)

Penjual : “Wis pas, mang

dipresani.”

(Sudah pas, coba

dilihat)

Pembeli : “Alah teko

tambahi siji ora

marahi rugi.”

(Tambah satu tidak

membuat rugi)

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

yang datang untuk

membeli kentang.

BJ. Ngoko mengimbangi lawan

tutur.

12. CK/08/011

017

Pembeli : “Jeruk e pinten,

Bu?”

(Jeruknya berapa, Bu)

Penjual : “Nek suwi ratau

maring kalih suwe

mboten mundhut

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

Penyisipan

kata

Faktor kebiasaan

penutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

159

mesti kaget, luarang

tenan saiki.”

(Kalau lama tidak

pergi ke Pasar dan

lama tidak beli pasti

kaget karena sekarang

harganya mahal

sekali)

Pembeli : “Kok le mbleguk-

mbleguk.”

(Besar-besar

sekali jeruk nya)

Penjual : “Limo las.”

(Lima belas)

Pembeli : “ Mahal nggih?”

(Mahal ya)

Penjual : Apel wae, seng

rodo kacek. Apel

selawe, wis patlikur

wae.”

(Apel saja, harganya

lebih murah. Apel dua

puluh lima ribu,

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli buah jeruk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

160

sudah dua puluh

empat saja)

Pembeli : “Larang, jeruk e

wae.”

(Mahal, jeruknya

saja)

13. CK/09/011

017

Pembeli : “Napa gadhah

daster ukuran

ageng, Bu?”

(Apakah punya

daster ukuran besar,

Bu)

Penjual : “Ana, tinggal milih

warna, regane seka

nyeket. Mau warna

apa? Opo batik?”

(Ada, silahkan pilih

warna, harganya

dimulai dari lima

puluh ribu. Mau wana

apa? Atau motif

batik)

Pembeli : “XXXL”

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual baju.

Pembeli datang untuk

melakukan negosiasi

(tawar-menawar) daster

tetapi tidak mencapai

kesepakatan.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur dan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

161

Penjual : “Gari warna iki

kok an, mau?”

(Tinggal warna ini

saja, mau)

Pembeli : “Kalih sewidak,

kula wis mentok le

ngenyang.”

(Dua biji enam

puluh ribu, saya

tidak akan menawar

lagi)

Penjual : “Ra weh, kulakane

rung oleh.”

(Tidak, saya membeli

dari penyetor lebih

mahal dari yang

kamu tawarkan)

14. CK/10/021

017

Penjual : “Mangga Bu,

pados napa dipun

priksani rumiyin,

mriki komplit

sembarang onten.”

(Silahkan Bu,

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan

lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

162

mencari apa dilihat

saja boleh. Disini

lengkap apa saja ada)

Pembeli : “Mbaleni sing

mau kae, piye seket

limo, wis tak undaki

lima ribu.”

(Yang tadi lima puluh

ribu bagaimana, saya

naikkan lima ribu)

Penjual : “Seket pitu

mangatus,

bungkus.”

(Lima puluh tujuh

lima ratus,

dibungkus)

Pembelil : “Walah, sing loro

setengah ke mbok

tak gawe ngopata

bali ta.”

(Dua ribu lima ratus

untuk saya pulang

naik angkot)

Penutur merupakan

seorang penjual

kerudung, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang pembeli yang

datang untuk membeli

kerudung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

163

Penjual : “Nggih, gawe

penglaris.”

(Silahkan)

15. CK/11/021

017

Pembeli : “Mas Ji, ndak ana

sepatu sing pas

gawe Hawa?”

Penjual : “Ana, tapi satus.”

Pembeli : “Lah laring, mbok

satus loro ngono

ya.”

Penjual : “Ya ada, tur

bahane kaya ngene

gelem po? Gawe

mlayu wae wis

semplok.”

Pembeli : “Ana rega ana

rupa ya Mas Ji.”

Penjual : “Jelas nek itu ke

pasti. Wis iki wae nek

kurang bayare

mengko nang omah.”

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli sepatu.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.Tujuan

untuk tawar-menawar.

16. CK/12/031

017

Pembeli : “Berapaan Pak?

Saya boleh nawar

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

Penyisipan

frasa

Adanya akibat dan

hasil yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

164

ya.”

Penjual : “Boleh saja.”

Pembeli : “Sekawan teko

seratus ribu.”

(Empat, seratus ribu

saja)

Penjual : “Ya sudah, milih

warna sama ukuran e

mbak e. “

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

16 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 45 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

legging.

dikehendaki dari

penutur.

17. CK/13/031

017

Penjual : “Siji loro telu,

yang warna hijau

telu. Sing biru dua,

sing abang mau pira?

Enam ta? Siji loro

telu papat lima

enem.” Pas. Mangga

nek arep dicek

meneh.”

(Satu dua tiga, warna

hijau tiga. Warna biru

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 70 tahun)

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

165

dua, warna merah tadi

berapa? Enam? Satu

dua tiga empat lima

enam. Sudah lengkap.

Silahkan ditinjau

kembali)

Pembeli : “Nggih sampun,

kula pitados.”

(Saya percaya)

Penjual : “Dadine njuk

enam puluh ping

pindo satus rong

puluh tambah satus

tekoan.”

(Jumlahnya enam

puluh dikalikan dua,

lalu seratus dua puluh

ribu ditambah seratus

saja)

Pembeli : “Njuk kalih atus

kalih dasa nggih.”

(Totalnya dua ratus

dua puluh)

pembeli (kurang lebih

28 tahun) yang datang

untuk membeli kaus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

166

18. CK/14/041

017

Penjual : “Nek ijinan niku

dua setengah.”

(Satu biji harganya

dua ribu lima ratus)

Pembeli : “Dua aja, Mbak.”

Penjual : “Yakin mengko

cukup? Ajeng damel

nggoreng ayam to?

mboten sisan

sekawan.”

Pembeli : “Ah mbak e ki,

yaudah empat.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 25 tahun)

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

20 tahun) yang datang

untuk membeli tepung

bumbu.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur dan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

19. CK/15/041

017

Pembeli : “Pak, bakso lima

ribu.”

Penjual : “Nggih, ngangge

tahu mboten?”

(Ya, memakai

tahu tidak)

Pembeli : “Sing bulat

dikasih dua,

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

Penyisipan

kata

Faktor kebiasaan

penutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

167

banyakin sambelnya

Pak, kuah dikit aja.”

Penjual : “Mawi sledri?”

(Diberi seledri)

Pembeli : “Ya, sedikit.”

20 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

bakso.

20. CK/16/041

017

Pembeli : “Bu, tumbas tahu

pong angsal tiga

ribu?”

(Bu, saya beli tahu

tiga ribu, boleh)

Penjual : “Saget mbak, lho

niki pun angsal

kathih.”

(Bisa Mbak, ini

sudah dapat banyak

sekali)

Pembeli : “Iya e, matur

suwun.”

(Iya, terima kasih)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

20 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 37 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

tahu.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

21. CK/17/041

017

Pembeli : “Mas, daging sapi

dua puluh.”

Penjual : “Ribu? Kilo?”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

Kata dan

frasa

Faktor keterbatasan

kode dari penutur dan

lawan tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

168

Pembeli : “Ribu lah.”

Penjual : “Tapi tinggal

daging nomer kalih,

kersa?”

(Hanya sisa daging

kualitas nomor dua,

mau)

Pembeli : “Sing penting bisa

buat sop, Mas jangan

diambilin yang

banyak gajih.”

(Asalkan bisa untuk

memasak sup,

ambilkan yang tidak

banyak lemak)

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

25 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 25 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

daging sapi.

22. CK/18/041

017

Penjual : “Pun, niki mawon?

Seribu.”

(Sudah ini saja)

Pembeli:“Tambahi loncang

seledri, nganut

regane.”

(Ditambah daun

bawang dan seledri,

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

169

harganya ikut saja)

Penjual : “Ngeten dua ribu.”

(Seperti ini, dua ribu)

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

60 tahun) yang datang

untuk membeli sayur.

23. CK/19/041

017

Pembeli : “Tuku tela

marekan e Ses satu

bungkus.”

(Beli umbi rambat

dong Ses satu

bungkus)

Penjual : “Lah jan wong

ndeso gaweane neng

sawah kok diundang

Ses, geguyu pitik.

Lebay men.”

(Orang desa bekerja

di Ladang, kok

dipanggil Ses,

ditertawakan ayam)

Pembeli : “Kemajuan to.”

Penjual : “Ealah, Bu Kaji to

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

50 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

singkong.

Penyisipan

kata dan

frasa

Penutur. Tujuan

membangkitkan rasa

humor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

170

niki, ngapunten bu

mboten sumerep.

Pun niki dibeta

mawon sampun.”

(Ibu Haji, maaf Bu,

Saya tidak melihat.

Sudah ini dibawa

semuanya saja.

Pembeli : “Nyantuk dikerjani

ya.”

(Kena deh)

24. AK/05/051

017

Penjual : “Ayam Mbak?”

Pembeli : “Iya.”

Penjual : “Mau dicacah

sekalian ayamnya?”

Pembeli : “Pira to, Mas

saiki sekilo?”

(Berapa Mas sekarang

satu kilo)

Penjual : “Gluntungan telu

likur, daging selawe.

Mundak Mbak,

mangsa sadranan.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

30 tahun) yang datang

B.Indo-BJ.

Ngoko

Adanya latar belakang

bahasa yang sama

antara penutur dan

mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

171

(Ayam utuh dua

puluh tiga ribu,

daging dua puluh

lima. Harganya naik

karena sekarang

musim Nyadran*

Nyadran : bersih

makam, tabur bunga

yang puncaknya

berupa kenduri atau

doa bersama

Pembeli : “Iyo pancen,

njaluk nem kilo

daging.”

(Iya memang, minta

daging enam kilo

saja)

untuk membeli daging

ayam.

25. CK/20/051

017

Penjual : “Tuku opo lek?

Bumbu-bumbu

komplit, seng wis dadi

ya ana. Dipilih wae

bagus-bagus.”

(Beli apa Bulek,

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penyisipan

frasa

Keterbatasan

penggunaan kode dari

penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

172

bumbu-bumbu

lengkap, yang sudah

jadi ada. Dipilih saja)

Pembeli : “Ming arep tuku

sitik lho aku.”

(Saya hanya ingin

membeli sedikit)

Penjual : “Ora apa-apa,

bagus-bagus.”

Pembeli : “Bawang wis

nduwe, brambang

ijeh, lombok abang

wae sing tak tuku

telung ewu.”

(Bawang putih sudah

punya, bawang

merah masih ada,

cabai merah saja,

saya beli tiga ribu)

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

60 tahun) yang datang

untuk membeli bumbu

dapur.

26 . CK/21/051

017

Penjual : “Napa Bu

brambang? Opo

lombok e bu murah

sekilo rolas.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

Penyisipan

kata

Faktor kebiasaan

lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

173

(Mencari bawang

merah, Bu? Atau

cabainya, satu kilo

dua belas ribu

murah)

Pembeli : “Ajeng tumbas

seprapat mawon

kok, brambange

tasih punya.”

(Mau beli

seperempat saja,

bawang merahnya

saya masih punya)

Penjual : “Ha mbok enggih

bu, tiga ngewu

ngga.”

(Boleh Bu, tiga ribu

silahkan)

Pembeli : “Loro setengah,

nek aweh

wungkuske.”

(Dua ribu lima ratus,

kalau boleh

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 45 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

60 tahun) yang datang

untuk membeli bumbu

dapur.

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

174

dibungkus)

Penjual : “Nggih tapane.”

(Ya, boleh)

27. CK/22/051

017

Pembeli : “Bu, niki bunga

pinten nggih buk?”

(Bu, bunga ini

berapa)

Penjual : “Ngene, ngene

kiye. sepuluh ewu.”

(Seperti ini, sepuluh

ribu)

Pembeli : “Niki diparingi

bunga yang ini

mboten, Bu?

(Dikasih bunga yang

ini tidak, Bu)

Penjual : “Ora usah ngene

wae cukup.”

(Tidak, seperti ini

saja cukup)

Pembeli : “Matur nuwun.”

(Terima kasih)

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli bunga.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

175

28. CK/23/061

017

Penjual : “Mbak e dom e,

pinset e, tambal

manci.”

Pembeli : “Pinset pak?”

Penjual : “Ada mau?”

Pembeli : “Berapa ini?”

Penjual : “Tujuh ribu dua,

nek satu tiga

setengah.”

Pembeli : “Dua ribu, Pak.”

Penjual : “Tiga ribu gak

papa sisir sisir

nggak? Ming satu?

Potong kuku?”

Pembeli : “Iya pak, udah

punya.”

Penjual : “Kasak-kasak?”

(Sikat untuk mencuci

baju)

Pembeli : “Ada Pak, di

rumah.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

25 tahun) yang datang

untuk membeli pinset.

Penyisipan

kata dan

frasa

Keterbatasan

penggunaan kode dari

penutur.

29. CK/24/051

017

Penjual : “Mau apa, Mbak ?

Celana panjang

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

Penyisipan

kata dan

Keterbatasan

penggunaan kode dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

176

pendek, kolor.

Mampir sini.”

Pembeli : “Celana kolor

biasa, Bu.” Pendek

aja. Yang seperti ini?

Penjual : “Niki kalih

dosonan.”

(Seperti ini dua

puluh ribuan)

Pembeli : “Panas atau nggak

ini, Bu bahannya?”

Penjual : “Ya kalau celana

pendek gini

Insyaallah nyaman,

seperti trainning.

Model e niki ngeten,

niki sek dua lima,

nanti yang agak

pendek warna gelap,

ini hitam biru donker

atau ini ada gambar

e.”

Pembeli : Kalau yang ini

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 45 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

25 tahun). Pembeli

datang untuk melakukan

negosiasi (tawar-

menawar) celana pendek

tetapi tidak mencapai

kesepakatan.

frasa penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

177

berapa, Bu?”

Penjual : “Dua lima, nggih

towo sedikit angsal

Mbak, masih bisa

dingendikani. Ha

ini aja yang merah.

Nanti tak korting

njuk tak pasin

harganya.”

(Dua puluh lima

ribu, masih bisa

menawar, Mbak.

Nanti saya beri

potongan harga,

lalu saya beri harga

pas)

Pembeli : “Dua puluh.”

Penjual : “Belum dapat

mbak.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

178

30. CK/25/061

017

Pembeli : “Bulik, tempe.”

Penjual : “Gangsal ewu.”

(Lima ribu)

Pembeli : “Lah, larang

temen. Sing bungkus

godhong.”

(Mahal sekali. Yang

dibungkus pakai

daun)

Penjual : “Habis Bu, laris

banget.”

Pembeli : “Iki ora nelung

ewunan?”

(Ini tidak tiga ribu

harganya)

Penjual : “Lah kulake pun

larang.”

(Membeli dari

penyetor sudah

mahal)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

60 tahun). Pembeli

datang untuk melakukan

negosiasi (tawar-

menawar) tempe tetapi

tidak mencapai

kesepakatan.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur dan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

31. CK/26/061

017

Pembeli : “Mbah, kagungan

gambas?”

(Mbah, punya

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

179

oyong)

Penjual : “Mboten e Bu, ana

ne terong, pare,

kalih gleyor.”

(Tidak Bu, ada nya

terong, pare dan

kacang panjang)

Pembeli : “Gleyor pinten,

Mbah?”

(Kacang panjang

berapa, Mbah)

Penjual : “Sak unting telu

setengah Bu, gleyor

jawa niki eco nek

dioseng paringi

lombok rawit, ngga

mundhut pindah.”

(Satu ikat tiga ribu

lima ratus Bu, ini

kacang panjang jenis

jawa, enak sekali

kalau dimasak tumis

diberi cabai rawit,

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 55 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

70 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

sayur.

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

180

beli sekalian saja Bu)

Pembeli : “Nyuwun kalih,

Mbah.”

(Minta dua ikat,

Mbah)

32. CK/27/071

017

Pembeli : “Srandal pira,

Mas? Sing

srampatan ngene?”

(Sendal jepit seperti

ini berapa, Mas)

Penjual : “Rolas Bu, mang

mindah.”

(Dua belas ribu, Bu.

Silahkan pilih)

Pembeli : “Warnanya thok

ini?”

(Hanya ini warnanya)

Penjual : “Masih banyak,

ukuran berapa

ngageme?”

(Masih banyak,

ukuran berapa Ibu

biasa pakai)

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

50 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

sandal.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur dan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

181

Pembeli : “Tiga tujuh.”

Penjual : “Masih banyak,

soklat, kuning telo,

jambon.”

(Masih banyak,

coklat, oranye, dan

merah jambu)

33. CK/28/071

017

Penjual : “Sayang anak-

sayang anak, Bu

balon, Bu.”

Pembeli : “Pira Mas siji?”

(Berapa Mas, satu)

Penjual : “Sepuluh mawon.”

(Sepuluh ribu saja)

Pembeli : “Dua lima belas,

nek boleh tak tuku.”

Penjual : “Tambahi telung

ewu.”

(Ditambah tiga ribu)

Pembeli : “Nek boleh kuwi

mau, limolas loro.”

(Kalau boleh, lima

belas ribu dapat dua)

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 35 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

45 tahun) yang datang

untuk membeli balon.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

182

Penjual : “Nggih, milih ajeng

seng pundi.”

(Ya, silahkan pilih

mau yang mana)

34. CK/29/081

017

Penjual : “Yu ora njamu?”

(Mbak tidak minum

jamu)

Pembeli : “Niki sek ajeng

niliki, kok dangu

mboten tumon

maring Yu?”

(Ini baru mau melihat

buka atau tidak, kok

lama sekali nggak ke

pasar Mbak)

Penjual : “Wingi disambat

anak.”

(kemarin diminta

tolong pergi ke

rumah anakku)

Pembeli : “Ditinggal glidik

napa? Jamu pegel

linu mawon

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 60 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

65 tahun) yang datang

untuk membeli jamu.

Penyisipan

frasa

Keterbatasan

penggunaan kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

183

sakniki.”

(Ditinggal kerja?

Jamunya sekarang

pegel linu saja)

Penjual : “Gatel-gatel e iya

po ora?

(Ditambah untuk

pengurang rasa gatal

tidak)

Pembeli : “Nggih pareng.”

(Ya, boleh)

35. CK/30/081

017

Penjual : “Ayam budhe, jawa

napa negeri?”

(Ayam, Budhe.

Ayam kampung atau

ayam potong)

Pembeli : “Jawa, sekilo piro

Mbak saiki?”

(Potong saja, sekilo

berapa sekarang,

Mbak)

Penjual : “Tujuh puluh,

Budhe.”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur dan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

184

Pembeli : “Nggak enam

wae, Mbak? Tak

njaluk sitik dua

kilo.”

Penjual : “Enam lima, tak

cacahin.”

55 tahun) yang datang

untuk membeli daging

cincang.

36. CK/31/081

017

Pembeli 1 : “Bulik kagungan

brokoli bulik?”

(Bulik, punya

brokoli)

Penjual : “Ngeten niki?”

(Seperti ini)

Pembeli 2 : “Ora, mboten

sing ngeten niki

sing warnane ijo.

Nika sebelah mrika

enten.”

(Bukan, bukan ini

yang saya maksud,

yang warnanya

hijau. Itu disebelah

sana ada)

Pembeli 1 : “Mboten remen

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli 1 (kurang lebih

70 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun). Pembeli

datang untuk melakukan

negosiasi (tawar-

menawar) sayur tetapi

tidak sesuai dengan

yang diingkan.

Penyisipan

kata

Faktor kebiasaan

lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

185

bulik,

dingapunten.”

(Tidak suka

bulik, maaf)

Penjual : “Nggih mboten

dados napa.”

(Ya, tidak apa-apa)

37. CK/31/081

017

Penjual : “Bu Rajak,

pundhuti sate ne, eco

niki. Genduk e nderek

to niki?”

(Bu Rajak, dibeli

satenya enak ini.

Cucunya ikut)

Pembeli : “Saiki Iyu mande

sate to? Tak njajal

kalau gitu,

bungkuske satu Yu,

ndak usah paringi

sambel brambang.”

(Sekarang Mbak

jualan sate? Saya

coba kalau begitu,

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

65 tahun) yang datang

untuk membeli sate.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan

lawan tutur yang

terbiasa menggunakan

bahasa campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

186

satu dibungkus Yu,

tidak usah diberi

sambal dan bawang

merah)

Penjual : “Pun radi dangu

Bu, kok mboten nate

ketingal Ibu,

tindakan luar kota

napa?”

(Sudah lama Bu,

tidak pernah terlihat,

pergi ke luar kota)

Penjual : “Aku dipindah Yu,

saiki dines nang

Parakan.”

(Saya sekarang

pindah tugas di

Parakan, Yu)

38. CK/32/081

017

Penjual : “Golek apa Bu

Kaji”

(Cari apa Bu Haji)

Pembeli : “Ingkang damel

sop-sopan niko

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Penyisipan

frasa

Keterbatasan

penggunaan kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

187

menapa nggih, kula

kok kesupen.”

(Bahan sayur untuk

sup itu apa ya, saya

lupa namanya)

Penjual : “Oalah mbang

kol?”

(Bunga kol)

Pembeli : “Nggih mbok

menawi, kados pundi

Yu tak mrisani.”

(Iya mungkin, bisa

saya lihat)

Penjual : “Ngeten Bu Kaji,

mbang kol niku kok

sekilone nem ewu.”

(Seperti ini Bu Haji,

bunga kol satu

kilonya enam ribu)

Pembeli : “Kula tumbas

gangsal ewu mawon,

Yu.”

(Saya beli lima ribu

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 60 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

70 tahun) yang datang

untuk membeli sayur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

188

saja, Yu)

39. CK/33/081

017

Penjual : “Sate dik, mau

nggak? Enak.”

Pembeli : “Sepuluh ribu

aja.”

Penjual : “Nanti lak tuman

wong enak, pake

lontong nggak?”

(Nanti pasti

ketagihan soalnya

enak, pakai lontong

tidak)

Pembeli : “Nggak usah

budhe gitu

aja.”

Penjual : “Besok beli lagi

ya.”

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

17 tahun) yang datang

untuk membeli sate.

Penyisipan

frasa

Faktor keterbatasan

penggunaan kode dari

penutur. Tujuan

menarik hati pembeli.

40. CK/34/081

017

Pembeli : “Ini berapa?”

Penjual : “Selawe.”

(Dua puluh lima ribu)

Pembeli : “Walah mbok yo

padha ngono. Iki rolas

ngono ngopo to Mas,

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

189

semang dibedani

barang.”

(Tidak sama saja

Mas, kenapa harus

beda harganya)

Penjual : “Nggih.”

(Ya)

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

20 tahun) yang datang

untuk membeli caping.

41. CK/35/091

017

Pembeli : “Setelan kathok

klambi ne upin ipin

kuwi pira yo mas?”

Penjual : “Seket karo pitung

puluh Mbak.”

Pembeli : “Apa bedane

mas?”

Penjual : “Beda bahan

mbak, nggo mang

didumuk, panas kaleh

adem”.

Pembeli : “Sing iki wae

kuning nek ana,

gawe cah umur

telung tahun cukup

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

40 tahun) yang datang

untuk membeli baju.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur dan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

190

to mas udahan?

Penjual : “Nek lemu pas.”

42. AK/06/101

017

Pembeli : “Vespa atau mobil

atau truk gitu ada

nggak, Mas?”

Penjual : “Ada mas, milih

aja mau yang besar

apa kecil ada.”

Pembeli : “Pironan Mas?”

(Berapa Mas)

Penjual : “Gawe buka

dasaran tak kei rego

mitung puluh.”

(Buat buka awal saya

kasih harga tujuh

puluh ribu)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 30 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

30 tahun) yang datang

untuk membeli mainan

anak.

B. Indo-BJ.

Ngoko

Penutur. Tujuan untuk

tawar-menawar

43. CK/36/101

017

Penjual : “Mas, aku arek

adol anting tapi

surate ilang.”

(Mas, saya mau jual

anting tetapi surat

kepemilikannya

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur dan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

191

hilang)

Pembeli : “Rapopo asal

emas, mriki kula cek

riyen.”

(Tidak masalah, asal

itu emas. Sini biar

saya cek ddulu)

Penjual : “Arek dituku

pira?”

(Mau dibeli berapa

ini)

Pembeli : “Tiga ratus

mapuluh pas. Berat

satu setengah

gram.”

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 67 tahun,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli jual-beli emas

di emperan toko (kurang

lebih 40 tahun).

44. AK/07/111

017

Pembeli : “Sapa seng dodol

geritan ya?”

(Siapa yang jual

bahan nasi jagung?)

Penjual : “Nggih betahe

pinten?”

(Ya, butuhnya

berapa)

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan,

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

BJ. Ngoko-

BJ. Krama

Lawan tutur. Tujuan

menghormati lawan

tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

192

Pembeli : “Tumbas setengah

ndak angsal, nggih?”

(Beli setengah kilo

boleh)

Penjual : “Saget mawon,

Budhe. Pethak napa

ingkang kuning? Nek

sing lemes ingkang

niki, pethak e radi

kasar nek diliwet.”

(Bisa saja, Budhe.

Putih apa kuning?

Kalau kuning

dimasak jadi pulen,

warna putih agak

kasar)

Pembeli : “Ingkang kuning

kemawon.”

(Yang kuning saja)

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli bahan nasi

jagung.

45. CK/37/111

017

Penjual : “Mama Lemon

lebokke kerdus sak

pak. Slondok

Muntilan aja lali, mi

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur dan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

193

sedap sepuluh ewu

lima, sisan pora?”

(Mama Lemon

dimasukkan kardus

jumahnya satu pack.

Krupuk Muntilan

jangan lupa, mi

sedap sepuluh ribu

sekalian dibeli tidak)

Pembeli: “Lah sampun, kok

malah ndendet-

ndendet.”

(Sudah, itu saja)

Penjual : “Tak obral dik.”

Pembeli : “Mbok nggih

diobral nek uang

cuma pas le mbeto

njur ngutang ngoten

nggih.”

(Walaupun diobral

tapi kalau bawa

uangnya pas lalu

hutang ya)

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 45 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

25 tahun) yang datang

untuk membeli sabun

dan makanan ringan.

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

194

Penjual : “Wis diobral ya

diutang, totale dua

delapan dik.”

(Sudah diobral masih

saja dihutang.

Totalnya dua puluh

delapan ribu dik)

46. CK/38/111

017

Pembeli : “Kathok

rangkepan wonten,

Bu?”

(Celana pendek ada,

Bu)

Penjual : “Wonten, kaya

gini mbak pelangi.”

(Ada, motif pelangi

seperti ini)

Pembeli : “Pinten niki Bu?

Ukuran gede enten?”

Penjual : “Selawe, lha iki

gede lho, longgar

wong saya aja

pakai. Mbak e

mundhut empat aja

Tuturan terjadi pada saat

sore hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli celana pendek.

Penyisipan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur dan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

195

seratus, kemarin

saya adole patang

puluh sijine”

(Dua puluh lima

ribu, ini besar saya

saja pakai. Mbak

beli empat saja

seratus ribu, kemarin

saya jualnya empat

puluh ribu, satunya)

Pembeli : “Dua empat

puluh.”

Penjual : “Ya mana uange

sing pas, gek ntas

bukaan.”

47. AK/07/121

017

Pembeli : “Tembako ne sing

apik, Nok.”

(Tembakau yang

bagus, Nok*

Nok : sebutan untuk

anak perempuan

Penjual : “Niki Kung, sae.

Niki tunggale biasane

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

BJ. Ngoko-

BJ. Krama

Penutur. Tujuan

mengimbangi lawan

tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

196

sing sok dipundhut

Kakung. Kok nindaki

kiyambak Kung,

Mbah Uti mboten

tindak?”

(Yang ini Kung,

bagus. Ini yang suka

kakek beli. Pergi ke

pasar sendiri Kek,

Nenek tidak pergi ke

Pasar?)

Pembeli : “Nyuwun sing niki

mawon, klembak

menyan ampun

kantun. Niko sek

tumbas ulam.”

(Minta ini saja,

klembak dan

kemenyan jangan

sampai ketinggalan.

Itu baru membeli

ikan)

Penjual : “Sampun, Kung.”

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli tembakau.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

197

(Sudah Kek)

48. AK/08/121

017

Penjual : “Yo kolor-kolor

batik seko Yojo,

rasah nang Yojo

tuku nggon Pak

Mahmud wae.”

(Celana kolor batik

dari Jogja, tidak

perlu pergi ke Jogja,

beli tempat Pak

Mahmud saja)

Pembeli : “Pinten Pak?”

(Berapa Pak)

Penjual : “Tigang doso

gangsal Bune,

mboten awis, nek

mriko langsung awis

le ngebis larang sak

niki.”

(Tiga puluh ribu Bu,

tidak mahal, kalau

pergi kesana

langsung mahal naik

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 45 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

58 tahun) yang datang

untuk membeli plastik.

BJ. Ngoko-

BJ. Krama

Penutur. Tujuan

menghormati lawan

tutur dan menawarkan

dagangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

198

bus nya sekarang)

Pembeli : “Tasih enjing,

mbok gangsal

welas.”

(Masih pagi, lima

belas ribu)

Penjual : “Mboten

kelarangen niki Bu.”

(Tidak kemahalan

Bu)

Pembeli : “Pun gangsal

mawon, kula tak

milih sing apik.”

(Lima saja, saya mau

pilih yang bagus)

Penjual : “Tigo gangsal lho

niki.”

(Tiga puluh lima ribu)

Pembeli : “Nggih.”

(Ya)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

199

49. CK/39/121

017

Penjual : “Mari Mbak,

atasan bawahan

gamis Umi Pipik,

jilbab Zaskia

Sungkar. Lagi

model, mari sini.”

Pembeli : “Jilbab Zaskia

kaya apa Bu?”

Pinten? Larang

mesti?”

Penjual : “Murah aja, bahan

dingin. Tujuh

puluhan.”

Pembeli : “Lima puluh

mawon iki.”

Penjual : “Aja ditawar, beli

di Rabbani nggak

oleh pitung puluh.”

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

35 tahun). Pembeli

datang untuk melakukan

negosiasi (tawar-

menawar) jilbab tetapi

tidak mencapai

kesepakatan.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur dan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

50. CK/40/131

017

Pembeli : “Pak, pados ulas

bantal.”

Penjual : “Wonten mbak, sik

tak padoske.

Setunggale kalih

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Penyisipan

kata

Penutur. Tujuan

Menunjukkan

kemampuanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

200

dasa.

Pembeli : “Nek enten warna

pink.”

Penjual : “Telas, enten e

biru, jambon,

kuning.”

Pembeli : “Jambon niki

nggih pink niku.”

Penjual : “Karang kula

nggih meng lulus

S3, SD kelas tiga.”

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 25 tahun),

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

70 tahun) yang datang

untuk membeli sarung

bantal.

51. AK/09/131

017

Pembeli : “Cari kerudung

segitiga warna

hitam.”

Penjual : “Polos apa ada

motif?”

Pembeli : “Mrisani kados

napa Mbak?”

Penjual : “Niki tigang dasa

gangsal, nek sing

ajeng alus malih

bahan e seket.”

Pembeli : “Pantes mboten

Tuturan terjadi pada saat

siang hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli kerudung.

B. Indo-BJ.

Halus

Penutur. Tujuan untuk

mendapatkan

potongan harga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

201

niki?”

Penjual : “Segala umur

saget, Mbak.” Pun

niku pas kawan

dasa.”

Pembeli : “Kalih niki.”

52. AK/10/141

017

Pembeli : “Arek golek arit

Mas, sing

landep.”

(Cari sabit Mas,

yang tajam)

Penjual : “Niku teng ngajeng

e jenegan.”

(Itu di depan

Anda)

Pembeli : “Pinten niki, pun

mundak?”

(Berapa ini, sudah

naik harganya)

Penjual : “Nggih sampun

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli (kurang lebih

75 tahun), sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual (kurang

lebih 40 tahun). Pembeli

datang untuk membeli

sabit.

BJ. Ngoko-

BJ. Halus

Penutur. Tujuan

mengimbangi lawan

tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

202

nek le mundhut

pun dangu.

Mboten awon.

Angsal

dibangsulke.”

(Iya sudah, kalau

belinya sudah

lama. Tidak jelek.

Boleh dibalikin)

Pembeli : “Nggih sisan

diasahke, Mas.”

(Iya sekalian

diasah)

53. CK/41/141

017

Penjual : “Yang mana Mbak

jadinya?”

Pembeli : “Yang disamping

panjenengan.”

Penjual : “Tapi tiga gangsal

pas.”

Pembeli : “Kayak gini lima

belas aja.”

Penjual : “Pas. Jangan

ditawar lagi, nanti

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur dan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

203

saya nggak sida

bathi.”

pembeli. Pembeli datang

untuk melakukan

negosiasi (tawar-

menawar) panci tetapi

tidak mencapai

kesepakatan.

54. CK/42/141

017

Penjual : “Mbak e, cari apa

Mbak, mari.”

Pembeli : “Celana kolor,

Bu.”

Penjual : “Kolor biasa?

Pendek ya? Nek

perca purun

nggak?”

Pembeli : “Ya, kayak apa

Mbak? Itu berapaan

Mbak?”

Penjual : “Sek tak carikan,

itu tiga gangsal.

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Kranggan Temanggung.

Penutur merupakan

seorang penjual,

sedangkan mitra tutur

merupakan seorang

pembeli yang datang

untuk membeli celana

pendek.

Penyisipan

kata dan

frasa

Faktor kebiasaan

penutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

204

Pasnya

selangkung.”

55. CK/43/141

017

Pembeli : “Pados bawang

lanang. Sing mande

pundi nggih?”

Penjual : “Mangga Bu,

napa?”

Pembeli : “Bawang lanang

Mas, nyo duite

limo las.”

Penjual : “oke siap .”

Tuturan terjadi pada saat

pagi hari. Suasana

tuturan non formal, dan

kondisi berlangsungnya

tuturan di Pasar

Temanggung. Penutur

merupakan seorang

pembeli, sedangkan

mitra tutur merupakan

seorang penjual.

Pembeli datang untuk

membeli bawang merah.

Penyisipan

kata

Faktor kebiasaan

penutur dan lawan

tutur yang terbiasa

menggunakan bahasa

campur dalam

berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

205

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI ... · interaksi jual beli di Pasar tradisional Kranggan, Temanggung: Studi Kasus Pedagang Etnis Jawa. Tujuan dari penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI