akurasi diagnosis potong beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/sukma kesit...

76
Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan Histopatologi terhadap Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 sampai Desember 2014 TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Umum Oleh : Sukma Kesit Anggraito NIM : 125070100111102 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

Upload: others

Post on 20-Nov-2020

13 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan

Histopatologi terhadap Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi

Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang

Periode Januari 2011 sampai Desember 2014

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Umum

Oleh :

Sukma Kesit Anggraito

NIM : 125070100111102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016

Page 2: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

ii

HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan

Histopatologi terhadap Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi

Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang

Periode Januari 2011 sampai Desember 2014

Oleh: Sukma Kesit Anggraito

NIM. 125070100111102

Telah di uji pada Hari : Kamis Tanggal : 28 Juli 2016 dan dinyatakan lulus oleh

penguji I :

dr. Imam Sarwono, Sp.PA NIP. 19521111 198002 1001

Penguji II / Pembimbing I Penguji III / Pembimbing II

dr. Diah Prabawati Retnani, Sp.PA dr. Santosa Basuki, Sp.KK NIP. 19751110 201412 2001 NIP. 19540829 198302 1002

Mengetahui Ketua Jurusan / Ketua Prodi

dr. Triwahju Astuti, M.Kes., Sp.P(K) NIP. 19631022 199601 2 001

Page 3: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena

dengan berkat, rahmat dan izin dari-Nya naskah tugas akhir yang berjudul

“Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan Histopatologi terhadap

Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

dr.Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 sampai Desember 2014” ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat selesai tidak lepas dari

bantuan, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan oleh banyak pihak.

Dalam kesempatan kali ini penulis dengan senang hati akan mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat

1. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes dan Dr. dr. Karyono Mintaroem, Sp.PA selaku

Dekan dan Mantan Dekan FKUB

2. dr. Triwahju Astuti, M.Kes., Sp.P(K) selaku Ketua Jurusan Kedokteran

FKUB yang mengesahkan Tugas Akhir ini

3. dr. Diah Prabawati Retnani, Sp.PA selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan mengarahkan dengan

penuh kesabaran, serta memberi nasehat dan semangat sehingga saya

dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. dr. Santosa Basuki, Sp.KK selaku Dosen Pembimbing II yang selalu

bijaksana memberikan bimbingan, nasehat, masukan serta waktunya dalam

proses penelitian dan penulisan Tugas Akhir

5. dr. Imam Sarwono, SpPA selaku ketua Dosen Penguji yang telah

memberikan saya banyak masukan dan kesempatan untuk memberikan

yang terbaik dalam penyelesaian Tugas Akhir.

Page 4: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

iv

6. Segenap staff Laboratorium Patologi Anatomi FKUB, Laboratorium Patologi

Anatomi RSSA yang telah membantu penulis daam menyelesaikan

penelitian ini

7. Kedua orang tua tercinta Bapak Budiono dan Ibu Sulikah, serta adik

Faradisa dan Naufal yang selalu memanjatkan doa, memberikan dukungan

dan juga kasih sayang kepada penulis.

8. Bellamita Chrisselda terimakasih telah meluangkan waktu, memberi

dukungan, motivasi serta doa demi kelancaran penelitian ini.

9. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Dokter 2012.

10. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Tugas Akhir yang berada

di Laboratorium Patologi Anatomi, semoga ilmu yang kita dapatkan bisa

bermanfaat.

11. Sahabat-sahabat Medical Incorporation Team dalam menuntut ilmu,

Jennifer, Mawar, Chamel, Amir, Fandy, Thoha, Yoga, Dymas, Kemal, Fahmi,

Sunny, Ridho, Yenny, Akbar, terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik,

memberikan semangat serta doa, semoga kita semua menjadi dokter

amanah.

Page 5: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

v

ABSTRAK

Anggraito, Sukma. 2016. Akurasi Diagnosis Potong Beku Dibandingkan Dengan Pemeriksaan Histopatologi Pada Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2010 Sampai Desember 2014. Tugas Akhir. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya : (1) dr. Diah Prabawati Retnani, SpPA (2) dr. Santosa Basuki, Sp.KK

Kulit adalah organ yang terletak paling luar, fungsi utama kulit yaitu sebagai pelindung dan pertahanan. Diantara semua penyakit kulit, neoplasma kulit perlu diperhatikan karena angka kejadiannya cukup tinggi. Seiring dengan perkembangan ilmu Patologi Anatomi dalam bidang sitopatologi, maka dikembangkanlah diagnosa Potong Beku, sebagai diagnosa intraoperative untuk neoplasma kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi pemeriksaan Potong Beku dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi pada pasien neoplasma kulit khususnya di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik denngan mengambil data sekunder dari rekam medik pasien neoplasma kulit. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat 36 kasus pasien neoplasma kulit yang dilakukan pemeriksaan Potong Beku yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi hasil operasi. Berdasarkan 36 kasus tersebut diperoleh akurasi pemeriksaan Potong Beku adalah sebesar 97,22%, dengan sensitivitas 100%, spesifisitas 75%, prediksi positif 100%, prediksi negatif 96,96%. Berdasarkan hasil akurasi sebesar 97,22% maka hasil diagnosa pemeriksaan Potong Beku diprediksi memiliki hasil sesuai dibandingkan dengan Histopatologi. Namun ditinjau dari hasil uji spesifisitas sebesar 75% artinya sebesar 25% diperdiksi hasil diagnosa pemeriksaan Potong Beku jinak tidak sesuai dengan Histopatologi. Maka pemeriksaan Potong Beku merupakan pemeriksaan intraoperative yang cepat dan akurat. Tetapi diagnosa Potong Beku bukan sebagai pengganti diagnosa Histopatologi yang merupakan diagnosa pasti (gold standart) neoplasma kulit.

Kata Kunci: Potong Beku, Neoplasma Kulit, Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Prediksi Positif, Nilai Prediksi Negatif dan Akurasi Diagnosa.

Page 6: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

vi

ABSTRACT

Anggraito, Sukma. 2016. Diagnostic accuracy of Potong Beku compared with Histopathology Examination in Patients with neoplastic skin disease at Pathological Anatomy Installation Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang within January 2010 until December 2014. Final Assignment, Medical Program, Faculty of Medicine, Brawijaya University. Supervisors: (1) dr. Diah Prabawati Retnani, Sp.PA (2) dr. Santosa Basuki, Sp.KK.

Skin is an organ that placed in the most outer parts of the body, the main function of the skin are protection and defense. Among all of skin diseases, neoplastic skin disease needs to be considered because the prevalence is high. Along with the development of Pathology Anatomy in cytopathology, the diagnosis Potong Beku is developed as a intraoperative diagnosis for neoplastic skin disease. The objective of this research is to know the accuracy of Potong Beku examination compared with histopathology examination in patients with neoplastic skin disease in Pathological Anatomy Installation Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. This research is diagnostic test-research which takes the secondary data from medical records of neoplastic skin disease patients. This study is a diagnostic test with take on secondary data from medical records of patients skin neoplasms. The result shows that there are 36 neoplastic skin disease patient cases done the Potong Beku examination and continued with histopathology examination of their mass that has been taken during surgery. According to that 36 cases, the accuration of FNAB exmination is 97.22%, with 100% sensitivity, 75% specificity, 100% positive prediction, 96.96% negative prediction. According on the results of an accuracy 97.22%, the diagnosis Potong Beku have predictable results as compared to histopathology. But in terms of test results specificity of 75% that means 25% Potong Beku diagnosis of benign predicted incompatible with Histopathology. Potong Beku is an durante operative examination, fast and accurate. But not as a substitute for Histopathology diagnosis which is a definitive diagnosis (gold standard) for skin neoplasms.

Keywords: Frozen Section, Skin Neoplasm, Sensitivity, Spesificity ,Positive Prediction, Negative Prediction dan Diagnostic Accuracy.

Page 7: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

vii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul .................................................................................. i

Halaman Persetujuan ................... ......................................................... ii

Kata Pengantar ...................................................................................... iii

Abstrak ............................................................................................................. vi

Abstract ........................................................................................................... vii

Daftar Isi .......................................................................................................... viii

Daftar Gambar ................................................................................................. xii

Daftar Tabel ..................................................................................................... xiii

Daftar Lampiran ............................................................................................... xv

Daftar Singkatan ..............................................................................................xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

1.4.1 Manfaat Akademis ................................................................ 6

1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Kulit................................................ 7

2.1.1 Anatomi Kulit ........................................................................ 7

2.1.2 Histolgi Kulit .......................................................................... 7

Page 8: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

viii

2.1.3 Fisiologi Kulit ....................................................................... 11

2.2 Neoplasma Kulit ............................................................................... 12

2.2.1 Neoplasma Keratinosit ......................................................... 13

2.2.2 Neoplasma Melanosit ........................................................... 21

2.3 Diagnosis Neoplasma Kulit ............................................................... 25

2.3.1 Potong Beku .......................................................................... 25

2.3.2 Histopatologi ...... ................................................................... 28

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 28

3.2 Penjelasan Kerangka Konsep .......................................................... 29

3.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Rancang Bangun Penelitian ............................................................. 30

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ 31

4.3 Cara Pengambilan Sampel .............................................................. 31

4.4 Populasi Penelitian ........................................................................... 31

4.5 Kriteria Sampel ................................................................................ 32

4.5.1 Kriteria Inklusi ........................................................................ 32

4.5.2 Kriteria Eksklusi ..................................................................... 32

4.5.3 Besar Sampel ........................................................................ 32

4.6 Variabel Penelitian ........................................................................... 33

4.7 Definisi Operasional ......................................................................... 34

4.8 Prosedur Penelitian .......................................................................... 35

Page 9: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

ix

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Distribusi Jumlah Kasus Neoplasma Kulit Yang Diperiksa Potong Beku Di

Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Periode

Januari 2011 Sampai Desember 2014 ..................................................... 38

5.2 Deskripsi Karakteristik Penderita Neoplasma Kulit Yang Diperiksa Potong

Beku ......................................................................................................... 39

5.2.1 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

5.2.2 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Golongan Umur 40

5.2.3 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Kota Asal .......... 41

5.3 Distribusi Penderita Kasus Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi

Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Hasil Potong Beku, Hasil

Parafin Blok, dan Diagnosa Klinik ............................................................. 42

5.4 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit

Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Hasil Jinak dan Ganas Pemeriksaan

Potong Beku dan Parafin Blok ................................................................. 44

5.5 Distribusi Penderita Kasus Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi

Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Hasil Tepi dan Dasar

Operasi Potong Beku dan Parafin Blok .................................................... 45

5.6 Perhitungan Ketepatan Diagnostik (Sensifitas, Spesifisitas, Nilai Prediksi

Negatif, Nilai Prediksi Positif, dan Akurasi Diagnostik) Penderita Neoplasma

Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar

Malang Periode Januari 2011 - Desember 2014 ...................................... 46

5.7 Tabel Kesesuaian Diagnosa Pemeriksaan Neoplasma Kulit Yang Diperiksa

Histopatologi dan Potong Beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit

Page 10: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

x

Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 sampai dengan

Desember 2014 ...................................................................................... 48

5.8 Hasil Gambaran Mikroskop Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi

Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang ............................ 50

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Kasus Neoplasma Kulit ...................................................................... 52

6.2 Deskripsi Karakteristik Penderita Neoplasma Kulit Yang di Potong Beku ....

................................................................................................................. 53

6.3 Jenis Diagnosa Sitopatologi Penderita Neoplasma Kulit ......................... 54

6.4 Hasil Uji Kesesuaian ............................................................................... 55

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 57

7.2 Saran ......................................................................................................... 58

Daftar Pustaka ................................................................................................ 59

Page 11: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

xi

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Hasil survey Riskesdas jumlah penderita kanker kulit di enam

Provinsi di Pulau Jawa tahun 2007 ................................................ 3

Gambar 2.1 Struktur Kulit Manusia ..................................................................... 7

Gambar 2.2 Basal Cell Carsinoma .................................................................... 14

Gambar 2.3 Basal Cell Carsinoma of (Multifical) Superficial type ....................... 15

Gambar 2.4 Nodular cystic BCC ......................................................................... 16

Gambar 2.5 Infiltrative Basal Cell Carcinoma ..................................................... 16

Gambar 2.6 Squamos Cell Carcinoma .............................................................. 17

Gambar 2.7 Adenosquamous Carcinoma ........................................................... 18

Gambar 2.8 Verruca Vulgaris dengan Fenomena Koebner .................................... 19

Gambar 2.9 Verruca Vulgaris dengan hiperkeratosis ............................................. 20

Gambar 2.10 Seborrheic keratoses ....................................................................... 21

Gambar 2.11 Melanoma Maligna in Congenital Nevous ...................................... 22

Gambar 2.12 This benign nevus has a regular border and a symmetrical shape ... 23

Gambar 2.13 Junctional Nevus .............................................................................. 23

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 28

Gambar 4.1 Prosedur Penelitian ........................................................................... 35

Gambar 5.7 Hasil Kesesuaian Pemeriksaan Neoplasma Kulit Yang Diperiksa

Histopatologi dan Potong Beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah

Sakit Dr. Saiful Anwar Malang ........................................................... 43

Gambar 5.8 Menunjukkan hasil gambaran mikroskop neoplasma berjenis basal

cell carcinoma tampak sel-sel basalid anaplasi, monoton, dan kecil

(HE, 100x) ........................................................................................ 50

Page 12: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

xii

Gambar 5.9 Menunjukkan hasil gambaran mikroskop neoplasma berjenis

melanoma tampak sel melanosit anaplasi dengan pigmen bergranul

(HE, 400x) ......................................................................................... 50

Gambar 5.10 Menunjukkan hasil gambaran mikroskop neoplasma berjenis

squamous cell carcinoma tampak sel squamous anaplasi dengan

keratin pearl (HE, 100x) ................................................................... 51

Page 13: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

xiii

Daftar Tabel

Tabel 4.1 Perhitungan Ketepatan Diagnostik ................................................. 30

Tabel 5.1 Distribusi Jumlah Kasus Neoplasma Kulit Yang Diperiksa Potong Beku

Di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

Periode Januari 2011 - Desember 2014 ........................................ 36

Tabel 5.2 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit yang Dilakukan Potong Beku

Berdasarkan Jenis Kelamin Section di Instalasi Patologi Anatomi

Periode Januari 2011 - Desember 2014 ........................................ 38

Tabel 5.3 Distribusi Usia Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Data Rekam

medis Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful

Anwar Malang Periode Januari 2011 - Desember 2014 ................. 38

Tabel 5.4 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Kota Asal pada

Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar

Malang Periode Januari 2011 - Desember 2014 ........................... 39

Tabel 5.5 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Hasil Potong Beku,

Hasil Parafin Blok, dan Diagnosa Klinik ......................................... 40

Tabel 5.6 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Hasil Jinak dan

Ganas Pemriksaan Potong Beku dan Parafin Blok ....................... 42

Tabel 5.7 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patolgi Anatomi Rumah

Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Tepi Operasi Potong

Beku .............................................................................................. 43

Tabel 5.8 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patolgi Anatomi Rumah

Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Dasar Operasi Potong

Beku dan ....................................................................................... 43

Page 14: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

xiv

Tabel 5.9 Perhitungan Ketepatan Diagnostik Penderita Neoplasma Kulit di

Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar

Malang ......................................................................................... 44

Page 15: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

xv

Daftar Lampiran

Hasil Rekapan Data Penelitian

61

Page 16: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

xvi

Daftar Singkatan

CO2 = Karbondioksida

Dinkes = Dinas Kesehatan

HPV = Human Papiloma Virus

KSB = Karsinoma Sel Basal

KSS = Karsinoma Sel Squamosa

Na = Natrium

O2 = Oksigen

UV = Ultra Violet

WHO = World Health Organization

Page 17: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel

yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan

jaringan sekitarnya, dan tidak berguna bagi tubuh. Dalam klinik, istilah tumor

sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan,

yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau

perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan

disebabkan oleh neoplasma (Tjarta dkk, 1973). Sel-sel neoplasma berasal dari

sel- sel yang sebelumnya adalah sel-sel normal, namun menjadi abnormal akibat

perubahan neoplastik (Price dan Wilson, 2006).

Neoplasma kulit adalah masa atau jaringan abnormal baru pada jaringan

kulit yang mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dari sel atau jaringan

asalnya. Seiring dengan perubahan pola hidup ke arah yang tidak sehat,

semakin meningkatnya radiasi sinar ultraviolet, akibat-akibat dari toxin tertentu,

dan juga faktor genetik, mengakibatkan sel penyusun kulit mengalami

pertumbuhan yang tidak terkontrol dimana lazim disebut sel neoplasma.

Neoplasma dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu neoplasma jinak dan

neoplasma ganas atau yang sering disebut kanker (Suwandono, 2010).

Neoplasma kulit jinak yang sering dijumpai antara lain veruka vulgaris, keratosis

seboroik, nevus pigmentosus, kista epidermal yang mana veruka vulgaris dan

keratosis seboroik (Grace, 2011). Neoplasma kulit ganas yang paling sering

Page 18: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

2

dijumpai yaitu Karsinoma Sel Basal (KSB) dan Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)

(WHO, 2003).

Setiawan (2005) menyatakan neoplasma kulit ganas secara umum dibagi

atas dua golongan besar yaitu non melanoma maligna dan melanoma maligna.

Non melanoma maligna terbagi menjadi dua yaitu Karsinoma Sel Basal (KSB)

dan Karsinoma Sel Skuamosa (KSS). Lebih dari 3,5 juta kasus kanker kulit

ditemukan di Amerika Serikat dan menjadikan kanker kulit sebagai jenis kanker

terbanyak di negara tersebut. Diagnosis kanker kulit dapat ditegakkan dari

anamnesis, pemeriksaan klinis dengan melihat eufloresensi kulit, pemeriksaan

penunjang seperti dermoskopi, serta pemeriksaan hispatologi sebagai standar

baku emas (gold standart). Terapi pada kanker kulit terdiri dari terapi

pembedahan dan non pembedahan dengan prognosis disesuaikan dengan tipe

kanker yang dialami (Maliawan, 2011).

Jumlah penderita kanker kulit meningkat pesat setiap tahunnya seiring

dengan menipisnya lapisan ozon di bumi akibat dari gas chlorofluorocarbon

(CFC) atau gas lainya maka sinar UV akan langsung masuk ke bumi. Terkait

dengan peningkatan penderita kanker kulit di dunia, kejadian kanker kulit di

Indonesia berada dalam peringkat ketiga yakni memiliki persentase sebesar

(15%) dari jenis kanker terganas setelah kanker leher rahim yang menduduki

peringkat pertama dengan persentase sebesar (55%) dan kanker kulit dengan

persentase sebesar (17%). Data pendukung lain terkait dengan kanker kulit yakni

didapatkan data patologi dari RSUP Ciptomangunkusumo bahwa kanker kulit

termasuk dalam peringkat pertama untuk kanker pada pria dan keempat pada

wanita setelah kanker leher rahim, kulit dan ovarium (Depkes, 2006).

Page 19: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

3

Gambar 1.1 Hasil survey Riskesdas mengenai jumlah penderita kanker kulit di 6 (enam)

provinsi di Pulau Jawa tahun 2007.

Data yang diperoleh dari The Cancer Association of South Africa

(CANSA) menunjukkan bahwa pada tahun 2000-2001 kanker yang paling sering

terjadi adalah kanker kulit yang terdiri atas KSB, KSS, dan melanoma. Insiden

kanker kulit di Afrika Selatan nomor dua setelah Australia. Dilaporkan 20.000

kasus baru dan lebih dari 700 kematian yang diakibatkannya setiap tahun.

Sementara itu, kanker kulit di Australia masih merupakan kanker kulit tertinggi di

seluruh dunia. Seperti negara lain KSB lebih banyak dari KSS, dan melanoma.

Pada tahun 2002 insiden KSB sebesar 1337/100.000 penduduk, KSS sebesar

616/100.000 penduduk dan MM sebesar 45/100.000 penduduk.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia terdapat

sekitar 2 juta kasus baru setiap tahun kanker kulit non melanoma. Kanker kulit

jenis melanoma sekitar 132.000 kasus baru setiap tahunnya. Center of Diseases

Control (CDC) memperkirakan pada tahun 2005 di Amerika Serikat terdapat

sekitar lebih kurang 53.792 orang didiagnosa terkena kanker kulit melanoma dan

sekitar 8.345 orang meninggal dunia. Di Indonesia persentase kanker kulit

terdapat dalam kisaran angka 5,9–7,8% dari keseluruhan jenis penyakit kanker

(Suharyanto, 2004). Pada tahun 2007 Badan Riset Kesehatan Dasar melakukan

survey terkait dengan jumlah penderita kanker kulit pada 6 (enam) provinsi yang

berada di Pulau Jawa. Kondisi tersebut diperjelas dengan gambar 1.1 berikut.

Page 20: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

4

Pada Gambar 1.1 menunjukkan bahwa jumlah kasus tumor atau kanker

tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Tengah, diikuti berturut-turut Provinsi Jawa

Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Provinsi Banten dan jumlah penderita kanker

kulit paling kecil terdapat pada Provinsi DI Yogyakarta. Hal tersebut menunjukkan

bahwa angka kejadian kasus neoplasma kulit di pulau Jawa masih cukup tinggi

terutama di wilayah Jawa Tengah.

Dalam membantu menentukan diagnosis kanker kulit terdapat beberapa

metode yang dapat digunakan yakni FNAB, potong beku, dan Histopatologi

sebagai gold standart. Dari ketiga metode tersebut potong beku merupakan

metode yang tepat terkait dengan radikalitas dan kecepatan penegakan

diagnosa. Potong beku merupakan teknik pemeriksaan histologi, tetapi kemudian

digunakan untuk melihat substansi jaringan dan untuk mendiagnosa penyakit

pada biopsy jaringan pada kasus-kasus darurat (Bancroft & Cook, 1994). Potong

beku merupakan metode pengelolaan jaringan dengan tidak memakai proses

dehidrasi, clearing, dan embedding. Potong beku adalah prosedur laboratorium

patologi untuk melakukan secara cepat analisa mikroskopik spesimen. Biasanya

digunakan paling sering pada pembedahan onkologi (Simatupang, 2009).

Terdapat 149 kasus dengan persentase sebesar (88%) karsinoma sel

basal dan 20 kasus dengan persentase sebesar (12%) karsinoma sel skuamosa.

Margin negatif palsu yang ditemukan pada 19 kasus dengan persentase (11,2%)

dan margin positif palsu pada 11 kasus dengan persentase (6,6%). Pada kasus

tersebut tidak ditemukan hubungan antara batas positif palsu atau negatif palsu

dengan usia pasien, jenis kelamin, ukuran tumor, lokasi tumor, atau adanya kulit

rusak karena sinar matahari. Tingkat signifikan lebih rendah dari hasil negatif

palsu ditemukan pada kelompok tumor sisa (Rosenberg, et al 2008).

Page 21: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

5

Penggunaan potong beku intra-operatif masih kontroversial dalam terapi

bedah kanker kulit non-melanoma, yang umumnya dianggap sebagai alat

opsional, kehandalan dan efektivitas yang tetap dipertanyakan. Dalam

mengidentifikasi radikalitas margin klinis yang pasti dari karsinoma kulit non-

melanoma sedikit sulit dilakukan dalam berbagai keadaan. Sclerosing karsinoma

sel basal biasanya memiliki batas yang tidak jelas menyerupai bercak kecil

scleroderma dengan pertumbuhan perifer dan sentral sclerosis. Masalah yang

timbul setelah tindakan bedah atau perawatan konservatif menyebabkan

kekambuhan pada kanker kulit (Nicoletti, et al 2012).

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut untuk mengetahui akurasi (ketepatan) diagnosa pemeriksaan potong beku

pada kasus neoplasma kulit di Instalasi Patologi Anatomi RSSA Malang periode

2011-2014 dengan cara membandingkan hasil potong beku di neoplasma kulit

dengan hasil histopatologi yang dijadikan sebagai gold standart.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka disusun rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil akurasi pemeriksaan potong beku penderita neoplasma

kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang?

2. Bagaimana profil penderita neoplasma kulit yang dilakukan pemeriksaan

potong beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Saiful Anwar

Malang?

Page 22: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan Umum penelitian ini adalah:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi dan

akurasi diagnosa potong beku pada neoplasma kulit di Instalasi patologi anatomi

Rumah Sakit Saiful Anwar Malang periode Januari 2011- Desember 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui hasil uji sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan potong beku

pada penderita neoplasma kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit

Saiful Anwar Malang.

2. Mendapatkan gambaran (profil) penderita neoplasma kulit yang dilakukan

pemeriksaan potong beku, meliputi jenis neoplasma, distribusi jenis kelamin,

distribusi umur, di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Saiful Anwar

Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis penelitian tugas akhir ini antara lain:

1. Untuk menambah pengetahuan tentang pemeriksaan potong beku pada

neoplasma kulit.

2. Sebagai dasar-dasar penelitian lebih lanjut.

Page 23: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

7

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian tugas akhir ini antara lain:

1. Dengan hasil penelitian ini dapat melihat akurasi diagnostik potong beku

pada pasien dengan diagnosa neoplasma kulit untuk menentukan status

keganasan tumor durante operasi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam bentuk data

pendukung bagi Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Saiful Anwar

Malang dalam upaya peningkatan radikalitas dan pelayanan di ruang operasi

terutama bagi penderita neoplasma kulit di rumah sakit tersebut.

Page 24: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Kulit

2.1.1 Anatomi Kulit

Gambar 2.1 Struktur Kulit Manusia

2.1.2 Histologi Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar

16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5-

1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm

tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak

Page 25: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

9

mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit

tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah

epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan

lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang

merupakan suatu lapisan jaringan ikat (David,2007).

A. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari

epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, langerhans dan

merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling

tebal pada telapak tangandan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari

seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis

menimbulkan perbedaan utama antara kulit tebal yang terdapat di telapak tangan

dan kaki, dengan kulit tipis yang terdapat pada bagian tubuh lainnya. Pemakaian

kata “tebal” dan ”tipis” merujuk pada ketebalan lapisan epidermis, yang bervariasi

antara 75 sampai 150 nm untuk kulit tipis dan 400 sampai 1400 nm untuk kulit

tebal.Ketebalan total kulit epidermis ditambah dermis juga bervariasi menurut

tempatnya (Anthony, 2002).

a) Stratum Korneum

Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti dengan

sitoplasma yang dipenuhi keratin filamentosa birefringen. Filamen keratin

sekurang-kurangnya mengandung enam macam polipeptida dengan massa

molekul antara 40 kDa sampai 70 kDa. Kompisisi tonofilamen berubah sewaktu

epidermis berdeferensiasi dan ketika massa tonofibril bertambah dengan protein

lain dari granula keratohialin (Anthony, 2002).

Page 26: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

10

b) Stratum Lusidum Berupa

Hanya dijumpai pada kulit tebal, dan terdiri atas lapisan tipis translusen

sel eosinofilik yang sangat pipih. Organel dan inti telah menghilang dan

sitoplasma hampir sepenuhnya terdiri atas filamen keratin padat yang

berhimpitan dalam matriks padat-elektron. Dormosom masih tampak di antara

sel-sel yang bersebelahan (Anthony, 2002).

c) Stratum Granulosum

Terdiri atas 3-5 sel lapis poligonal gepeng yang mengalami diferensiasi

terminal. Sitoplasmanya berisikan massa basofilik intens yang disebut granul

keratohialin. Struktur tersebut tidak berikatan dengan membran dan terdiri atas

masa filaggrin dan protein lain yang berhubungan dengan keratin tonofibril yang

menghubungkannya dengan struktur sitioplasma besar pada proses keratinisas

yang penting (Anthony, 2002).

d) Stratum Spinosum

Dalam keadaan normal lapisan epidermis yang paling tebal, terdiri atas

sel-sel kuboid atau gepeng dengan inti di tengah dengan nukleus dan sitoplasma

yang aktif menyintesis filamen keratin. Tepat di atas lapisan basal, sejumlah sel

masih membelah dan zona kombinasi ini terkadang disebut stratum

germinativum. Filamen keratin membentuk berkas yang tampak secara

mikroskopis disebut tonofibril yang berkonvergensi dan berakhir pada sejumlah

dermosom yang menghubungkan sel bersama sama secara kuat untuk

menghindari gesekan (Anthony, 2002).

e) Stratum Basale

Terdiri atas selapis sel kuboid atau kolumnar basofilik yang terletak di

atas membran basal pada perbatasan epidermis-dermis. Stratum basale ditandai

dengan tingginya aktifitas mitosis dan bertanggung jawab, bersama dengan

Page 27: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

11

bagian awal lapisan berikutnya atas produksi sel-sel epidermis secara

bersambungan. Epidermis manusia diperbarui setiap 15-30 hari, bergantung

pada usia, bagian tubuh, dan faktor lain. Semua keratnosit dalam stratum basale

mengandung filamen keratin intermediat berdiameter 10 nm yang terdiri atas

keratin (Anthony, 2002).

B. Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap

sebagai “true skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan

menghubungkanya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling

tebal terdapat pada telapak kaki sekitar 3mm (David, 2007). Dermis terdiri dari 2

lapisan yaitu :

a) Lapisan Papiler yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung

serabut saraf dan pembuluh darah.

b) Lapisan Retikuler yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan,

bagian ini berrisi serabut penunjang misalnya elastin, kolagen, retikulin (Adhi,

2010).

C. Hipodermis

Hipodermis merupakan lapisan di bawah dermis atau subkutis yang terdiri

dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit

secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-

beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi

menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi subkutis /

hipodermis yakni adalah untuk isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk

tubuh dan mechanical shock absorder (David, 2007).

Page 28: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

12

2.1.3 Fisiologi Kulit

A. Fungsi Proteksi

Kulit mempunyai bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang

yang dapat melindungi tubuh dari gangguan :

a) fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.

b) kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat

c) panas : radiasi, sengatan sinar UV

d) infeksi luar : bakteri, jamur.

B. Fungsi Absorpsi

Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit

ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada

ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum.

Penyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui

muara saluran kelenjar.

C. Fungsi Ekskresi

Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea,

asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon

androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan

amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai vernix caseosa.

D. Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf

sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.

a) Badan Ruffini di dermis dan subkutis yang peka rangsangan panas

b) Badan Krause di dermis yang peka rangsangan dingin

c) Badan Taktik Meissner di papila dermis yang peka rangsangan rabaan

Page 29: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

13

d) Badan Merkel Ranvier di epidermis yang peka rangsangan rabaan

e) Badan Paccini di epidemis yang peka rangsangan tekanan

E. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Thermoregulasi)

Pengaturan suhu tubuh dapat dengan cara mengeluarkan keringat dan

mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh

darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh

saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna

sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih

edematosa (banyak mengandung air dan Na).

F. Fungsi Pembentukan Pigmen

Fungsi pembentukan pigmen karena terdapat melanosit (sel pembentuk

pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (Djuanda, Adhi, dkk. 2007).

2.2 Neoplasma Kulit

Neoplasma kulit adalah masa jaringan yang abnormal, tumbuh

berlebihan, tidak terkordinasi dengan jaringan normal. Sel neoplasma mengalami

transformasi, dari sel normal kemudian membelah. Pada neoplasma, proliferasi

berlangsung terus meskipun rangsang yang memulainya telah hilang. Proliferasi

demikian disebut proliferasi neoplastik, yang mempunyai sifat progresif,tidak

bertujuan, tidak memperdulikan jaringan sekitarnya (Adji, 2010). Menurut WHO

neoplasma kulit dibagi menjadi 6 kelompok besar, yaitu:

1. Tumor keratinosit

2. Tumor melanosit

3. Tumor apendageal

4. Tumor hematolimphoid

Page 30: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

14

5. Tumor soft tissue

6. Tumor saraf

Kejadian neoplasma kulit berasal dari keratinosit dan melanosit (Philip,2006).

2.2.1 Neoplasma Keratinosit

Neoplasma Keratinosit berasal dari epidermis dan keratinosit adneksa.

Neoplasma keratinosit terdiri dari lesi yang bersifat jinak berkembang menjadi

karsinoma sel skuamosa dan menunjukkan pertumbuhan agresif dari sel serta

terjadi metastasis. Neoplasma keratinosit sering ditemukan dan hal ini menjadi

masalah kesehatan yang signifikan meskipun angka kematiannya rendah (WHO,

2003).

A. Neoplasma Keratinosit Ganas

Neoplasma keratinosit ganas yang paling sering dijumpai adalah

karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa.

a. Karsinoma Sel Basal (Basalioma)

Tipe kanker kulit terbanyak, bersifat lokal invasif, jarang bermetastasis

namun tetap memiliki peluang untuk menjadi maligna karena dapat merusak dan

menghancurkan jaringan sekitar. Karsinoma Sel Basal muncul akibat radiasi

sinar ultraviolet, biasanya di bagian wajah. Karsinoma Sel Basal jarang

menyebabkan kematian serta mudah diterapi dengan pembedahan maupun

radiasi (Made, et al).

Neoplasma jenis basalioma secara klinis bermanifestasi sebagai papul

seperti mutiara, yang sering mengandung pembuluh darah subepidermis yang

melebar (telangiektasis). Salah satu varian yang penting, karsinoma sel basal

superfisial, bermanifestasi sebagai plak eritematosa, kadang berpigmen yang

mirip dengan bentuk dini melanoma maligna. Pada pemeriksaan histologi, sel

Page 31: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

15

tumor mirip dengan sel yang ditemukan di lapisan sel basal epidermis (George et

al).

Etiologi : Lebih dari 90% kanker tumbuh di kulit yang secara rutin

terpapar sinar matahari atau penyinaran ultraviolet lainnya. Karsinoma sel basal

juga bisa ditemukan di kulit kepala. Paling sering muncul pada usia diatas 40

tahun (Dinkes Sumbar, 2013).

Gambaran Klinis : Karsinoma sel basal tumbuh perlahan dan biasanya

tidak menimbulkan rasa sakit, ini tidak tampak jauh berbeda dari kulit normal.

Ada pertumbuhan kulit atau benjolam yang berbentuk pearly atau lilin, pitih atau

merah muda terang, flesh-colored atau cokelat, dan dalam beberapa kasus kulit

sedikit terangkat atau bahkan datar. Dan juga tampak kulit yang mudah

berdarah, sakit yang tidak sembuh-sembuh, pembuluh darah tidak (Kevin, 2013).

Gambar 2.2 Basal Cell Carcinoma ( Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg,

David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).

Histopatologi : Berbagai varian umum dari Karsinoma Sel Basal dihubungkan

dengan pemeriksaan histopathologi. Histopathologi Karsinoma Sel Basal

dibedakan menjadi dua yaitu tidak berdeferensiasi yang disebut BSS Solid,

berpigmen yang meliputi BSS Superfisial, KSS sklerosis, BSS infiltrat, kemudian

tipe berdeferensiasi meliputi BSS keratosis, BSS kelenjar sebasea, BSS adenoid,

dan BSS nodular (Robert, 2014).

Page 32: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

16

1) Karsinoma Sel Basal Superfisial

Karsinoma Sel Basal Superfisial terdiri dari sel-sel basaloid melekat pada

epidermis atau duktus ekrin ke dalam dermis dan dikelilingi stroma mixoid yang

longgar. Lobulus biasanya terbatas pada papilaris dermis (Philip, 2006).

Akantolisis telah dilaporkan dalam beberapa kasus baru. Pola ini mencapai 10-

15% dari seluruh tumor, dan merupakan pola yang biasa terlihat pada lesi yang

dihapus dari daerah bahu.

Gambar 2.3 Basal Cell Carsinoma of (Multifical) Superficial type (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).

2) Tipe Nodular

Varian nodular juga dikenal sebagai jenis jaringan yang besar. Tipe

nodular menyumbang sekitar 70% dari semua kasus Tipe nodular terdiri dari

pulau sel dengan palisade perifer dan susunan yang tidak teratur pada sel yang

lebih sentral. Ulserasi muncul pada lesi yang cukup besar. Pada gambar dibawah

ini ada nodul kistik berbatas tegas sel basaloid atipikal yang mendorong ke

dermis dalam pola nodular.

Page 33: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

17

Gambar 2.4 Nodular cystic BCC (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).

3) Tipe Infiltrat

Histopatologi pola infiltrat Karsinoma Sel Basal muncul sebagai helai dan

kolom sel basaloid dengan sedikit sitoplasma, palisade perifer biasanya tidak

terlihat. Kemudian tidak ada fibrosis atau sklerosis. Pola infiltrat terutama terkait

dengan invasi perineural (Philip, 2006).

Gambar 2.5 Infiltrative Basal Cell Carcinoma (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).

2) Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma Sel Skuamosa adalah tipe kedua terbanyak setelah

Karsinoma Sel Basal, berasal dari sel skuamosa pada lapisan epidermis kulit.

Karsinoma Sel Skuamosa bermetastasis lebih sering dari Karsinoma Sel basal,

Page 34: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

18

namun angka metastasisnya tidak terlalu tinggi kecuali pada telinga, bibir, dan

pasien imunosupresi (Made et al).

Etiologi : Faktor predisposisi Karsinoma Sel Skuamosa di antaranya

adalah paparan sinar ultra violet (UV), zat karsinogen yang berasal dari rokok

inflamasi kronis serta trauma bakar pada kulit. Faktor genetik (kanker kulit lebih

sering ditemukan pada orang berkulit terang, mata biru atau hijau dan rambut

pirang atau merah), pencemaran oleh bahan kimia, pemaparan berlebihan oleh

sinar X atau radiasi lainnya (Dinkes Sumbar, 2013).

Gambaran Klinis : Neoplasma ini biasanya terjadi pada wajah, telinga,

leher, tangan, atau lengan. Gejala utamanya terdapat benjolan yang berkembang

dan kasar dengan permukaan bersisik, kemerahan besar yang bisa lebih dari 1

inci. Tanda lain yaitu sakit yang tidak sembuh, perubahan kullit, dan tahi lalat.

Gambar 2.6 Squamos Cell Carcinoma ( Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006)

Histopatologi : Histopatologi Karsinoma Sel Skuamosa berupa sel-sel

epitel skuamosa yang timbul dari epidermis dan meluas sampai ke dermis. Sel-

sel memiliki banyak sitoplasma eosinofilik dan besar, vesikuler, nukleus. Tingkat

anaplasia dari jaringan tumor digunakan untuk menentukan tingkat kelas tumor.

Page 35: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

19

Penilaian subjektif untuk neoplasma biasanya menggunakan kategori well,

moderate, dan poor differentiated.

Gambar 2.7 Adenosquamous Carcinoma (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).

B. Neoplasma Keratinosit Jinak

Neoplasma Keratinosit Jinak juga sering dijumpai dan biasanya secara

biologis kurang bermakna meskipun bagi pasien dapat menjadi sumber keluhan

psikologik. Neoplasma ini berasal dari epitel skuamosa pada epidermis dan

folikel rambut serta epitel duktus kelenjar kulit (George, 2004). Neoplasma

keratinosit jinak yang paling sering dijumpai adalah keratosis seboroik dan

veruka vulgaris (Philip,2006).

1) Veruka

Veruka adalah suatu penyakit kulit yang menular dan disebabkan oleh

human papillomaviruses (HPV). Prevalensi untuk veruka ini terdapat 10% pada

anak usia 2 sampai 12 tahun. HPV yang paling umum mengenai usia remaja dan

dewasa adalah infeksi HPV pada alat genetalia. Veruka terdapat tiga jenis yaitu

veruka vulgaris, veruka plana, dan veruka plantaris, dan yang paling sering

dijumpai adalah veruka vulgaris (Philip, 2006).

Page 36: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

20

2) Veruka Vulgaris

Veruka vulgaris bersifat jinak, lesi papilomatous skuamosa disebabkan

oleh human papilomaviruses (HPV). Persamaan kata veruka vulgaris adalah

kutil. Sering terjadi pada usia anak-anak dan remaja meskipun juga sering

menginfeksi orang dewasa.

Etiologi : Secara umum kutil disebabkan oleh HPV-2, tetapi juga bisa

disebabkan oleh HPV-2,HPV-4, dan HPV-7. HPV 6 sering ditemukan pada anak-

anak.

Gambaran Klinis : Ukuran diameter papul kasar berukuran 0,2 : 1,5-2,0

cm. Kutil yang baru terbentuk disebut dengan fenomena koebner. Kutil secara

umum bersifat soliter atau multiple dan ditemukan di daerah ekstremitas

terutama jari dan tangan (Philip, 2006).

Gambar 2.8 Verruca Vulgaris dengan Fenomena Koebner (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006)

Histopatologi : Secara umum kutil ditandai dengan hiperkeratosis dan

akantosis. Keratinosit membesar dengan nukleus piknosis eksentrik dikelilingi

oleh halo perinukleus (selkoilositotik atau koilosit) merupakan karakteristik dari

papilloma yang dikaitkan dengan HPV. Sel yang terinfeksi papiloma viruses

mungkin memiliki granul-granul eosinofilik kecil dan kelompok padat granul

Page 37: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

21

keratohialin basofilik. Sel koilositotik biasanya sangat banyak,menunjukkan

sumber lesi virus (Philip, 2006).

Gambar 2.9 Verruca Vulgaris dengan hiperkeratosis (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).

3) Keratosis Seboroik

Keratosis seboroik yang sering dijumpai ini umumnya timbul pada usia

pertengahan atau lanjut. Neoplasma ini tumbuh pada badan dan anggota badan,

yaitu kepala, leher, dan ekstremitas. (George, 2004)

Etiologi : Etiologi tidak dapat diketahui secara pasti, neoplasma ini

diduga ada kecenderungan familial dan diturunkan secara autosomal dominan.

Beberapa pendapat mengklasifikasikan seperti nevus epidermal pada stadium

lanjut oleh karena itu memiliki gambaran klinis dan histologi yang sama (George,

2004)

Gambaran Klinis : Gambaran lesi tampak sebagai plak bulat, datar, mirip

koin, dan berminyak dan berdiameter bervariasi mulai dari beberapa milimeter

sampai beberapa sentimeter. Keratosis seboroik berwarna uniform cokelat atau

cokelat tua dan biasanya memperlihatkan permukaan seperti granula. Lesi

menempel dan mudah terkelupas. Bentuk klinis lain berupa nodul soliter yang

berwarna kecokelatan (George, 2004).

Page 38: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

22

Gambar 2.10 Seborrheic keratoses (Dikutip dari Arthur K Balin, MD, PhD, FACP Medical Director, The Sally Balin Medical Center. Medscape, 2014)

2.2.2 Neoplasma Melanosit

Neoplasma melanosit memiliki banyak variasi sifat jinak dan ganas dan

memiliki perbedaan gambaran klinis, morfologi, serta profil genetik. Neoplasma

Melanosit dapat memberi prognosis yang jauh lebih fatal daripada KSB dan KSS

karena dapat lebih agresif dan cepat metastasisnya secara limfatik maupun

hematogen. Penyebab dari neoplasma melanosit ini adalah faktor endogen

seperti genetik dan juga paparan daerah luar yaitu ultraviolet. Untuk mencegah

kematian pada penderita melanoma dapat dilakukan dengan pencegahan primer

salah satunya yaitu skrining. Neoplasma melanosit yang paling sering dijumpai

adalah melanoma maligna dan nevus (Philip, 2006).

1) Melanoma Maligna

Melanoma Maligna adalah neoplasma yang berasal dari melanosit,

merupakan salah satu neoplasma yang paling ganas pada tubuh dengan resiko

metastasis yang tinggi. Melanoma Maligna dapat dibagi menjadi empat yaitu

Superficial Spreading Melanoma, Nodular Melanoma, Lentigo Malignant

Melanoma, dan Acral Lentiginous Melanoma (Made et al).

Page 39: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

23

Etiologi : Paparan sinar matahari, terutama radiasi ultraviolet (UV)

merupakan penyebab terjadinya melanoma. Resiko terjadinya melanoma akan

meningkat seiring dengan terjadinya sunburn.

Gambaran Klinis : Sakit, ada benjolan, atau pertumbuhan pada kulit,

berdarah, perubahan warna. Melanoma maligna di kulit biasanya asimtomatik

meskipun gatal menjadi manifestasi awal. Sebagian besar lesi berdiameter lebih

dari 10 mm. Tanda klinisnya adalah perubahan warna, ukuran, atau bentuk suatu

lesi berpigmen. Variasi pigmentasi yang mencolok, tampak hitam, cokelat, abu-

abu, merah, biru tua. Tepi melanoma tidak rata, bulat, seragam.

Gambar 2.11 Melanoma Maligna in Congenital Nevous (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).

2) Nevus

Nevus adalah istilah umum yang menggambarkan adanya bercak

berpigmen pada kulit. Nevus terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain yang

disebut nevus melanositik dan giant hairy nevus. Nevus jenis ini merupakan

kelainan yang jinak. Nevus melanositik oleh orang awamdikenal sebagai istilah

tahi lalat (nevus pigmentosus) Giant hairy nevus menjadi penting karena sekitar

10-15% dapat berkembang menjadi ganas. (Ditha, 2010)

Etiologi : Keterlibatan radiasi sinar ultraviolet. Sebagian besar nevus

muncul sebagai lesi tersendiri yang tidak berkaitan dengan sindrom melanoma

Page 40: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

24

herediter atau faktor keturunan, dan resiko melanoma maligna pada keadaan ini

kecil.

Gambaran Klinis : Nevus dapat terjadi di manapun pada tubuh,

termasuk kuku, telapak tangan, dan telapak kaki. Warna nevus dapat bervariasi

dari merah muda pada kulit berwarna cokelat, namunlebih gelap pada orang

yang berkulit gelap. Nevus jinak biasanya simetris, memiliki batas halus, memiliki

warna sama, dan umumnya lebih kecil dari ukuran penghapus pensil (6 mm).

Gambar 2.12 This benign nevus has a regular border and a symmetrical shape (Dikutip oleh Freedberg, Irwin M., ed. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 2003)

Histopatologi : Nevus memiliki berbagai macam klasifikasi berdasarkan

lokasinya. Junctional Nevus merupakan salah satu klasifikasi dari nevus. Nevus

ini terdapat melanosit pada dermoepidermis, dengan bentuk sel kuboid dan

memiliki sitoplasma yang jelas.

Gambar 2.13 Junctional Nevus (Ditulis oleh David Elder, MB, CHB, FR CPA. LEVER'S

HISTOPATHOLOGY OF THE SKIN 2009)

Page 41: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

25

2.3 Diagnosis Neoplasma Kulit

Diagnosis yang akurat untuk menentukan tumor neoplasma kulit tersebut

ganas atau jinak merupakan hal yang sangat penting, karena akan memiliki

dampak pada manajemen intraoperatif dan manajemen postoperative. Sehingga

selain dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik serta dermoskopi sangat

diperlukan pemeriksan lain yaitu Potong Beku dan histopatologi untuk

menentukan tumor tersebut ganas, jinak, atau jinak yang berpotensi menjadi

ganas dengan melihat struktur-struktur dalam sel tersebut. Standar baku emas

dalam menentukan diagnosa tumor neoplasma kulit adalah pemeriksaan

histopatologi.

2.3.1 Potong Beku

Potong beku adalah metode pemeriksaan sitologi dengan mengambil

jaringan yang telah di bekukan dengan cepat, dan dipotong oleh mikrotom,

kemudian segera diberi pewarnaan untuk diagnosis cepat dari lesi ganas yang

mungkin timbul. Jaringan dibuat dalam keadaan yang bersuhu kurang dari 0° C.

Material biologis yang dibekukan berbentuk bekuan padat karena kandungan

airnya yang sangat tinggi. Penggunaan utama dari prosedur Potong Beku adalah

pengambilan jaringan pada saat operasi berlangsung (Ganjali, 2012).

Selama prosedur Potong Beku, ahli bedah memotong sebagian dari

massa jaringan. Biopsi ini kemudian diberikan kepada ahli patologi (dokter yang

memeriksa jaringan kemudian menggunakan tes laboratorium untuk membuat

diagnosis). Ahli patologi membeku jaringan dalam mesin cryostat, memotong

dengan mikrotom, dan kemudian hapusan tersebut diberi dengan berbagai

pewarna sehingga dapat diperiksa di bawah mikroskop. Prosedur ini biasanya

hanya memakan waktu beberapa menit (Brender, 2005).

Page 42: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

26

Kelebihan Potong Beku Menurut Brender (2005):

1) Apabila jaringan yang lebih diperlukan untuk membuat diagnosis yang

akurat, dokter bedah dapat memperoleh sampel tambahan, tanpa harus

melakukan operasi kedua.

2) Apabila jaringan berpotensi kuat untuk menjadi kanker dan dapat dioperasi,

massa dapat diambil pada saat itu,

3) Apabila jaringan berpotensi untuk menjadi jinak (bukan kanker), maka massa

tidak selalu perlu diambil dan operasi dapat berakhir.

4) Dapat membantu memastikan bahwa seluruh massa dan perbatasan

sekitarnya dihapus.

Kelemahan Potong Beku Menurut Jaafar (2006):

1) Potongan jaringan beku tidak mudah untuk dipotong dibandingkan dengan

histopatologi. Bagian ini biasanya tebal dan biasanya terlipat. Gelembung

udara dapat dengan mudah masuk ke bagian jaringan. Bagian yang tebal

dapat memberi kesulitan untuk memvisualisasikan dengan jelas detail inti sel

misalnya dalam kasus limfoma dan rincian sitoplasma dari histiosit,

oncocytes dan sel-sel tumor. Selain itu, jaringan lunak seperti jaringan otak

dan lemak yang sulit untuk dipotong dan dapat menyebabkan pemotongan

tidak lengkap dan terlipat sehingga mempengaruhi interpretasi slide.

2) Sampel jaringan yang dikirim ke laboratorium untuk Potong Beku biasanya

besar dan karena itu ahli patologi harus menggunakan kebijaksanaan untuk

sampel daerah jaringan yang paling representatif. Hal ini mungkin sangat

mempengaruhi interpretasi. Biasanya orientasi jaringan dikirim tidak jelas

dan komunikasi dengan ahli bedah di ruang operasi demikian penting

Page 43: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

27

3) Tergantung pada seberapa baik dan seberapa cepat proses pembekuan

jaringan serta kadar air yang terkandung dalam sel, hal tersebut akan

menentukan apakah morfologi sel dipertahankan atau tidak. Namun, dalam

banyak kasus Potong Beku morfologi sel lebih rendah daripada yang dari

bagian hispatologi. Potong Beku cenderung menyebabkan sel menjadi lebih

besar dan terlihat kembung dan ahli patologi harus mengambil ini menjadi

pertimbangan ketika memeriksa sampel jaringan.

Metode Potong Beku

Langkah awal adalah mengidentifikasi tumor dengan metode pencitraan

non-invasif, langkah berikutnya dalam penanganan biasanya adalah

pembedahan. Konsultasi patologi intraoperasi sangat berperan dalam

penanganan tumor. Proses ini dapat dibagi dalam empat komponen, termasuk:

1. Pengetahuan frekuensi umum tumor

2. Keadaan klinis yang relevan

3. Pemeriksaan makroskopis

4. Penilaian histologi

Prinsip pemotongan potong beku sederhana: ketika jaringan dibekukan,

air di dalam jaringan berubah menjadi es, pada keadaan ini jaringan menjadi

keras, es berperan sebagai media embedding. Konsistensi blok beku dapat

dipengaruhi oleh variasi temperatur jaringan. Pengurangan suhu akan

menghasilkan blok yang lebih keras dan peningkatan suhu akan menyebabkan

jaringan menjadi lebih lembut. Mayoritas jaringan non-lemak yang tidak merekat

dipotong dengan baik pada suhu -25 derajat celcius tergantung pada sifat

jaringan. Pemotongan jaringan yang merekat membutuhkan suhu blok -10

derajat celcius atau lebih hangat. Jika lebih banyak air pada blok jaringan,

Page 44: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

28

jaringan akan mempunyai konsistensi yang lebih keras, dibutuhkan suhu yang

lebih tinggi untuk memperoleh konsistensi yang ideal untuk pemotongan.

Untuk memberikan hasil yang baik, ketebalan pemotongan pada cryostat

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi. Jaringan harus dalam

keadaan baik. Kualitas terbaik pada teknik cryostat section dihasilkan dari

jaringan yang tidak terfiksasi. Kondisi di dalam cryostat harus optimal, meliputi:

1. Temperatur blok harus tepat sebelum jaringan dipotong

2. Kerja microtome harus baik

3. Penyesuaian anti-roll plate harus tepat

Jaringan yang dibekukan harus dalam keadaan segar dan secepat

mungkin dibekukan. Apabila pembekuannya lambat dapat menyebabkan distorsi

dan akan terbentuk artefak kristal es pada jaringan. Ketebalan jaringan yang

dianjurkan untuk teknik potong beku adalah 6 (enam) mikron. Pada ketebalan ini

zat warna akan diserap dengan baik dan sediaan akan mudah untuk dibaca

sehingga ahli patologi akan dapat mengumpulkan banyak informasi.

Pemotongan yang lebih tipis akan menyebabkan pewarnaan yang pucat

karena zat warna kurang terserap dan akan banyak bagian yang tidak dapat

dibaca. Metode pewarnaan yang paling sering digunakan adalah modifikasi

hematoxylin yang dikombinasikan dengan eosin. Prosedur pewarnaan sama

seperti metode lainnya yang memakan waktu 1-2 menit. Pewarnaan yang lebih

cepat adalah polychromatic methylen blue yang membutuhkan waktu 1-2 detik

(Simatupang, 2008).

Page 45: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

29

2.3.2 Histopatologi

Histopatologi adalah standar baku emas untuk mendiagnosa tumor

neoplasma kulit, sehingga semua penyakit tumor neoplasma kulit akan melalui

proses tersebut. Dengan melihat struktur sel dibawah cahaya mikroskop ahli

patologi dapat menentukan sel tersebut ganas atau jinak. Untuk pembuatan

preparat histopatologi dibutuhkan bahan utama berupa jaringan segar, yang

difiksasi dalam larutan formalin 10%. Jaringan dipotong dan diatur dalam tissue

cassetes, didehidrasi secara otomatis dengan mesin dehidrasi, dikeringkan

dengan mesin vaccum, dan diblok dengan cairan parafin, selanjutnya blok

tersebut dipotong 3-5 µm dengan mesin Mikrotom dan potongan tersebut

dilekatkan pada kaca obyek. Setelah itu kaca obyek diwarnai secara manual

dengan hematoksilin dan eosin. Pewarnaan tersebut akan memberikan

keseimbangan warna biru dan merah dengan jelas pada jaringan sehingga

komponen sel dapat diidentifikasi dengan jelas.

Page 46: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

30

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

: yang diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Akurasi Diagnosa Potong Beku

Terhadap Neoplasma kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 - Desember 2014.

True Positif

True Negatif

False Positif

False Negatif

Pasien Dengan Tumor Neoplasma Kulit

Anamnesa

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan

dermoskopi

Diagnosa Durante

Operasi

Akurasi

Sensitifitas

Spesitifitas

NPP/NPN

Diagnosa Klinis

Diagnosa Histopatologi

(Gold Standard)

Potong Beku

a) True Positif

b) True Negatif

c) False Positif

d) False Negatif

Page 47: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

31

3.2 Penjelasan Kerangka Konsep

Pada gambar diatas menjelaskan bahwa diagnosa klinis neoplasma kulit

dapat ditegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Untuk menentukan

jenis neoplasma kulit jinak atau ganas dapat dilakukan pemeriksaan Potong

Beku pada saat dilakukan operasi. Sedangkan diagnosis pasti jenis tumor

ditegakkan atas dasar pemeriksaan post operasi histopatologi. Apabila pada

pemeriksaan Potong Beku ditemui jenis neoplasma kulit jinak, ternyata hasil

pemeriksaan histopatologi jenis tumor neoplasma ganas disebut False Negative

atau negatif palsu. Dan apabila pada pemeriksaan Frozen Section (potong beku)

ditemui neoplasma kulit ganas, ternyata hasil pemeriksaan histopatologi

dinyatakan neoplasma kulit jinak disebut False Positive atau positif palsu. Jika

pada pemeriksaan Potong Beku dan histopatologi dinyatakan sebagai

neoplasma kulit jinak disebut True Negative atau negatif sejati, dan jika

pemeriksaan Potong Beku dan histopatologi dinyatakan sebagai neoplasma kulit

ganas disebut True Positive atau positif sejati.

3.3 Hipotesis Penelitian

Potong Beku memiliki akurasi yang tinggi sebesar 90% sebagai

pemeriksaan diagnosa tumor neoplasma kulit di Instalasi Patologi Anatomi

Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang periode Januari 2011 sampai

dengan Desember 2014.

Page 48: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

32

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancang Bangun Penelitian

Desain penelitian ini bersifat observasional analitik yaitu berupa laporan

kasus yang memberikan gambaran (profil) penderita neoplasma kulit yang

dilakukan pemeriksaan potong beku dan uji diagnostik yang meliputi uji

sensitivitas, uji spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, serta

akurasi pemeriksaan potong beku neoplasma kulit di Rumah Sakit Umum

Saiful Anwar Malang. Penelitian ini dilakukan dengan cara mencatat semua

pasien penderita neoplasma kulit yang dilakukan pemeriksaan potong beku

mulai periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2014 serta hasilnya

kemudian dicocokkan dengan hasil pemeriksaan potong parafin sebagai

standar baku emas.

Tabel Perhitungan ketepatan diagnostik

Standart Baku Emas (Histopatologi)

Ganas Jinak Jumlah

Ganas

A

(True Positif)

B

(False Positif)

a+b

Jinak

C

(False Negatif)

D

(True Negatif)

c+d

Jumlah

a+c

b+d

N

(a+b+c+d)

Pemerik-

saan

Frozen

Section

Page 49: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

33

Sensitifitas :

Spesifisitas :

Nilai Prediksi Negatif : :

Nilai Prediksi Positif :

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

Saiful Anwar Malang. Waktu Penelitian dimulai bulan Mei 2015 sampai dengan

bulan Juni 2016.

4.3 Cara Pengambilan Sampel

Sampel diperoleh dari pengolahan data sekunder yang didapat dari

rekam medis pasien bedah neoplasma kulit yang sebelumnya dilakukan

pemeriksaan potong beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

Saiful Anwar Malang Januari 2011 sampai Desember 2014.

4.4 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah semua kasus yang didiagnosis sebagai

neoplasma kulit yang dilakukan pemeriksaan potong beku di Instalasi Patologi

Anatomi Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Malang periode Januari 2011

sampai dengan Desember 2014.

a

a+c

a

b+d

a

a+b

d

c+d

Page 50: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

34

4.5 Kriteria Sampel

4.5.1 Kriteria Inklusi:

1. Kasus tercatat dalam rekam medis di Instalasi Patologi Anatomi Rumah

Sakit Umum Saiful Anwar selama periode Januari 2011 sampai Desember

2014.

2. Kasus neoplasma kulit yang didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan

potong beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Saiful Anwar.

3. Terdapat hasil pemeriksaan histopatologi potong parafin yang menyertai

pemeriksaan potong beku.

4.5.2 Kriteria Eksklusi

Pasien dengan neoplasma kulit yang tidak dapat diinterpretasi (sampel

yang tidak adekuat) dengan potong beku.

4.5.3 Besar Sampel

1. Perhitungan besar sampel untuk uji observasional deskriptif :

Seluruh penderita neoplasma kulit yang melakukan pemeriksaan Potong

Beku yang kemudian dilanjutkan dengan operasi (pemeriksaan histopatologi)

potong parafin di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Saiful Anwar

Malang Periode Januari tahun 2011 sampai Desember tahun 2014.

2. Perhitungan besar sampel untuk uji diagnostik digunakan rumus sebagai

berikut:

= ∝ 2

2

N = besar subjek yang didiagnosis positif oleh baku emas

P = sensitifitas alat yang diinginkan, yaitu 90%

Page 51: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

35

Q = 1-P, yaitu 0,1

d = presisi penelitian, yaitu 10%

Zα = deviat baku alpha, yaitu 1,96

sehingga,

= 1,96 2 0,9 0,1

(0,1)2

= 34,57

= 35

Jadi besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebesar 35 subyek

yang didiagnosis positif neoplasma kulit.

4.6 Variabel penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka variabel yang

diteliti adalah variabel jenis kasus, jenis kelamin, umur dan histopatologi

neoplasma serta hasil uji sensitivitas, spesitifitas, nilai prediksi positif dan nilai

prediksi negatif pemeriksaan Potong Beku penderita neoplasma kulit di Instalasi

Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Malang periode Januari 2011

sampai Desember 2014.

Variabel Bebas : Pemeriksaan potong beku dan operasi (pemeriksaan

histopatologi) potong parafin, skala normal.

Variabel Tergantung : Hasil potong parafin berupa jinak atau ganas, skala

nominal.

Page 52: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

36

4.7 Definisi Operasional

1. Potong Beku

Adalah potongan tipis jaringan yang diperolah dari specimen beku yang

sering digunakan untuk pemeriksaan mikroskopik cepat.

2. Neoplasma Ganas Kulit

Merupakan tumor ganas yang berasal dari kulit dan terdapat beberapa jenis

yaitu Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel Skuamosa, dan Melanoma

Maligna.

3. Operasi

Adalah tidandakan pembedahan pada suatu bagian tubuh, pada penelitian

ini berarti pengambilan jaringan yang abnormal pada kelenjar tiroid.

4. Sensitifitas

Adalah kemampuan uji diagnostik untuk mendeteksi adanya penyakit

(ketepatan diagnosis), merupakan proporsi subyek yang sakit dengan hasil

uji diagnostik positif dibandingkan dengan seluruh subyek yang sakit.

5. Spesifisitas

Adalah kemampuan uji diagnostik untuk menentukan neoplasma tersebut

bersifat jinak atau ganas, merupakan proporsi subyek sehat yang memberi

hasil uji diagnostik negatif dibandingkan dengan subyek yang tidak sakit.

6. Nilai prediksi positif

Adalah seberapa besar kemampuan uji diagnosa yang sedang diteliti dalam

memprediksi benar-benar adanya penyakit apabila hasil uji diagnosis

tersebut positif.

Page 53: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

37

7. Nilai prediksi negatif

Adalah seberapa besar kemampuan uji diagnosa yang sedang diteliti dalam

memprediksi benar-benar tidak ada penyakit apabila hasil uji diagnosis

tersebut negatif.

8. Akurasi Diagnosa

Adalah kesesuaian secara keseluruhan antara uji diagnosa baru yang

sedang diteliti dengan uji diagnosa baku emas.

4.8 Prosedur Penelitian

Gambar 4.1 Prosedur Penelitian

Klasifikasi Tabulasi Tabel

Perbandingan Hasil

Potong Beku dengan

Histopatologi

Penentuan Hasil Sensitifitas,

Spesifisitas, Nilai Prediksi

Positif, Nilai Prediksi Negatif

Page 54: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

38

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan hasil data rekam medis penderita neoplasma

kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.

Data yang digunakan untuk penelitian adalah mulai dari bulan Januari 2011

sampai Desember 2014. Berdasarkan data rekam medis penderita neoplasma

kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang

diperoleh sebanyak 36 kasus penderita neoplasma kulit yang dilakukan

pemeriksaan baik dengan histopatologi maupun dengan dilakukan tindakan

Potong Beku. Jumlah kasus yang ditemukan tersebut sama dengan jumlah

penderita yang dilakukan pemeriksaan histopatologi.

Setelah didapatkan data, kami melakukan review pada slide yang

kemudian dicocokkan dengan hasil jawaban rekam medis. Data tersebut

kemudian diolah untuk menghasilkan suatu informasi mengenai kasus

neoplasma kulit. Informasi tersebut antara lain berupa deskripi penderita

neoplasma kulit berdasarkan usia, jenis kelamin, kota asal, jenis sitopatolgi, dan

berakhir dengan kesesuaian antara pemeriksaan histopatologi dan Potong Beku.

Untuk informasi lebih jelasnya akan dijabarkan di bawah ini.

5.1 Distribusi Jumlah Kasus Neoplasma Kulit Di Instalasi Patologi Anatomi

Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 sampai Desember 2014

Berdasarkan data rekam medis Instalasi penderita neoplasma kulit

Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011

sampai Desember 2014 penderita neoplasma kulit yang di Potong Beku

didapatkan data sebanyak 36 orang penderita yang digolongkan berdasarkan

Page 55: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

39

tahun kasus neoplasma dan selanjutnya terbagi menjadi dua jenis yakni

neoplasma ganas dan neoplasma jinak dengan rincian seperti tabel di bawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi Jumlah Kasus Neoplasma Kulit yang diperiksa Potong Beku

di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Periode Januari 2011 – Desember 2014

Tahun Ganas Jinak Jumlah 2011 6 0 6

2012 0 0 0

2013 14 2 16

2014 13 1 14

Jumlah 33 3 36

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui kasus terbanyak adalah terjadi pada

tahun 2013 dengan jumlah 16 kasus dan diikuti tahun 2014 sebanyak 14 kasus.

Jumlah neoplasma ganas terbanyak adalah pada tahun 2013 yaitu 14 kasus dan

diikuti tahun 2014 yakni sebanyak 13 kasus neoplasma kulit ganas. Sedangkan

untuk kasus neoplasma kulit jinak sejumlah satu kasus pada tahun 2014 dan dua

kasus pada tahun 2013.

5.2 Deskripsi Karakteristik Penderita Neoplasma Kulit Yang Diperiksa Potong Beku

5.2.1 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil data rekam medis penderita neoplasma kulit yang

ditemukan pada Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar

Malang, untuk mempermudah informasi maka penderita neoplasma dibedakan

berdasarkan jenis kelamin. Maka diperoleh informasi bahwa penderita

neoplasma kulit paling banyak berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi

sebanyak 23 orang atau sebesar 58,34%. Untuk keterangan lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Page 56: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

40

Tabel 5.2 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit yang dilakukan Potong Beku Berdasarkan Jenis Kelamin Periode Januari 2011 – Desember 2014.

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 15 41,66

Perempuan 21 58,34

Total 36 100,00

Berdasarkan hasil data rekam medis instalasi patologi anatomi Rumah

Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang diketahui jumlah frekuensi terbanyak kasus

penderita neoplasma kulit adalah berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 21

penderita.

5.2.2 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Golongan Umur

Berdasarkan data rekam medis penderita neoplasma kulit yang

dikumpulkan oleh Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful

Anwar Malang jika dikelompokkan berdasarkan rentang usia terbanyak penderita

neoplasma maka didapatkan rentang usia penderita terbanyak adalah pada

rentang usia lanjut yakni 61-70 tahun dengan persentase sebesar 27,78%. Untuk

data lebih jelasnya akan dijabarkan seperti pada tabel 5.2.2 di bawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi usia penderita neoplasma kulit berdasarkan data rekam medis Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 – Desember 2014.

Usia (Tahun)

Neoplasma Persentase (%)

Ganas Jinak Jumlah

20-30 1 0 1 2,78

31-40 3 0 3 8,33

41-50 3 0 3 8,33

51-60 7 2 9 25,00

61-70 9 1 10 27,78

71-80 7 0 7 19,43

81-90 3 0 3 8,33

Total 33 3 36 100,00

Page 57: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

41

Berdasarkan hasil data rekam medis penderita neoplasma kulit jika

ditinjau berdasarkan rentang usia maka diperoeh hasil terbanyak adalah pada

rentang usia 61-70 dengan persentase sebesar 27,78%. Diikuti dengan rentang

usia 51-60 yakni dengan persentase sebesar 25%. Hal ini menunjukkan bahwa

penderita neoplasma kulit khususnya di Rumah Sakit Dr. Saiful Anawar Malang

adalah pada rentang usia lanjut.

5.2.3 Distribusi Jumlah Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Kota Asal

Berdasarkan hasil data rekam medis penderita neoplasma kulit yang

diperoleh pada Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar

Malang menunjukkan bahwa mayoritas penderita neoplasma kulit berasal dari

daerah Malang dengan frekuensi sebanyak 20 penderita atau sebesar 55,56%

hal ini berkaitan dengan lokasi dari Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar yang lebih

terjangkau dengan warga Malang. Sedangkan sisanya penderita sangat

bervariasi dari kota yang ada di Jawa Timur dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 5.4 Distribusi Jumlah Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Kota Asal pada Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Periode Januari 2011 – Desember 2014.

Kota Frekuensi Persentase (%)

Malang 20 55,56

Pasuruan 10 27,77

Blitar 4 11,11

Surabaya 1 2,78

Trenggalek 1 2,78

Total 36 100,00

Berdasarkan hasil data rekam medis Instalasi Patologi Anatomi Rumah

Sakit Dr. Saiful Anwar Malang diperoleh hasil mayoritas penderita berasal dari

kota Malang. Hal ini sesuai dengan hasil frekuensi sebanyak 20 penderita atau

Page 58: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

42

sebesar 55,56%. Sisanya disusul penderita neoplasma yang berasal dari kota

Pasuruan yakni sebesar 27,77% dan Kota Blitar sebesar 11,11%. Sisanya

masing-masing sebanyak 2,78% adalah kota Surabaya, dan Trenggalek.

5.3 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Hasil Potong Beku, Hasil Parafin Blok, dan Diagnosa Klinik

Tabel 5.5 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Hasil Potong Beku, Hasil Parafin Blok, dan Diagnosa Klinik

No. Diagnosa Klinik Hasil

Potong Beku Parafin Blok

1. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

2. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

3. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

4. Squamous Cell Ca Ganas Malignant Round Cell Tumor

5. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

6. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

7. Melanoma Maligna Jinak Verruca Vulgaris

8. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

9. Melanoma Maligna Ganas Basal Cell Carcinoma

10. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

11. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

12. Melanoma Maligna Ganas Melanoma Maligna

13. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

14. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

15. Squamous Cell Ca Ganas Squamous Cell Carcinoma

16. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

17. Squamous Cell Ca Ganas Squamous Cell Carcinoma

18. Melanoma Maligna Ganas Melanoma Maligna

19. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

20. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

21. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

22. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

23. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

24 Squamous Cell Ca Ganas Squamous Cell Carcinoma

25. Squamous Cell Ca Ganas Squamous Cell Carcinoma

26. Squamous Cell Ca Ganas Squamous Cell Carcinoma

27. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

28. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

29. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

30. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

31. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma

Page 59: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

43

No. Diagnosa Klinik Hasil

Potong Beku Parafin Blok

32. Melanoma Maligna Ganas Pigmented Dermatofibrio

Sarcoma Protuberans

33. Melanoma Maligna Ganas Jinak

34. Squamous Cell Ca Jinak Lymphadenitis kronika

35. Melanoma Maligna Ganas Melanoma Maligna

36. Basalioma Jinak Jinak

Berdasarkan data rekam medis penderita neoplasma kulit Instalasi

Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang periode Januari 2011

sampai dengan Desember 2014 diperoleh sebanyak 36 penderita neoplasma

kulit dengan berbagai jenis diagnosa. Penderita neoplasma kulit jika ditinjau dari

hasil Potong Beku sebagian besar adalah ganas dengan jumlah 32 penderita

dan sisanya sebanyak 3 penderita dengan hasil Potong Beku jinak. Pada tabel

5.5 terdapat pula hasil dari parafin blok penderita neoplasma kulit dengan jenis

neoplasma terbanyak adalah Basal Cell Carcinoma sebanyak 22 penderita dan

sisanya dengan beragam jenis neoplasma dan non neoplasma. Sedangkan

penderita neoplasma kulit apabila ditinjau berdasarkan diagnosa klinik yang

terbanyak adalah penderita dengan diagnosa basalioma sebanyak 22 kasus dan

sisanya adalah terdiri dari jenis lain neoplasma kulit ganas seperti Squamous

Cell Carcinoma dan Melanoma Maligna.

Jika ditinjau secara rinci distribusi penderita neoplasma kulit Instalasi

Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anawar Malang berdasarkan jinak dan

ganas serta berdasarkan tepi dan dasar untuk mengetahui masing-masing

jumlah diantara keduanya akan tersaji pada tabel 5.6 sampai dengan tabel 5.8 di

bawah ini.

Page 60: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

44

5.4 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Hasil Jinak dan Ganas Pemeriksaan Potong Beku dan Parafin Blok

Tabel 5.6 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Hasil Jinak dan

Ganas Pemeriksaan Potong Beku dan Parafin Blok

Parafin Blok

Jinak Ganas

Po

ton

g B

eku

Jinak 3 0

Ganas 1 32

Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat diketahui distribusi penderita

neoplasma kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2014 sejumlah 36 penderita.

Sejumlah penderita tersebut diketahui dengan pemeriksaan Potong Beku jinak

dan hasil parafin blok jinak pula sebanyak 3 orang penderita, hasil Potong Beku

ganas dan parafin blok jinak sebanyak satu orang penderita dan sisanya

sebanyak 32 penderita memiliki hasil pemeriksaan Potong Beku ganas dan hasil

parafin blok ganas pula. Tidak ada satupun penderita yang memiliki hasil

pemeriksaan potong beku jinak dan hasil parafin blok ganas. Dengan hasil

perhitungan pengelompokan berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut dapat

diketahui bahwa sebagian besar pemeriksaan Potong Beku dengan parafin blok

adalah sesuai.

Page 61: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

45

5.5 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Tepi dan Dasar Operasi Potong Beku dan Parafin Blok

Berdasarkan data rekam medik Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit

Dr. Saiful Anwar Malang diperoleh sebanyak 36 penderita neoplasma kulit.

Sejumlah data yang diperoleh kemudian diolah untuk menghasilkan sebuah

informasi salah satunya mengenai tepi dan dasar operasi baik pemeriksaan

potong beku maupun dengan parafin blok. Untuk data lebih jelasnya akan tersaji

pada tabel 5.7 dan 5.8 di bawah ini.

Tabel 5.7 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Tepi Operasi Potong Beku dan Parafin Blok

Parafin Blok

Radikal Tidak Radikal

Po

ton

g B

eku

Radikal 20 3

Tidak Radikal

2 6

Tabel 5.8 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah

Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Dasar Operasi Potong Beku dan Parafin Blok

Parafin Blok

Radikal Tidak Radikal

Po

ton

g B

eku

Radikal 16 4

Tidak Radikal

3 8

Page 62: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

46

Berdasarkan tabel pengelompokan radikalitas menurut tepi dan dasar

operasi yang telah dijabarkan pada tabel 5.7 dan tabel 5.8 diatas bahwa

sebanyak 20 penderita atau sebesar 64,51% penderita neoplasma kulit memiliki

tepi baik potong beku maupun parafin blok radikal. Sedangkan untuk dasar

operasi memiliki tingkat radikalitas sebesar 51,61% atau sebanyak 16 penderita

neoplasma kulit. Pada pengelompokkan ini terdapat 5 data rekam medik pasien

yang tidak digunakan dikarenakan tidak terdapat keterangan mengenai tepi dan

dasar operasi sehingga tidak bisa mengetahui radikalitas neoplasma kulit yang

diderita oleh penderita neoplasma.

5.6 Perhitungan Ketepatan Diagnostik (Sensifitas, Spesifitas, Nilai

Prediksi Negatif, Nilai Prediksi Positif, dan Akurasi Diagnostik)

Penderita Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit

Umum Dr. Saiful Anwar Periode Januari 2011 – Desember 2014

Tabel 5.9 Perhitungan Ketepatan Diagnostik Penderita Neoplasma Kulit di

Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anawar

Malang

Parafin Blok

Ganas Jinak Jumlah

Po

ton

g B

eku

Ganas A

32

B

1

(A+B)

33

Jinak C

0

D

3

(C+D)

3

Jumlah (A+C)

32

(B+D)

4

(N)

36

Berdasarkan data rekam medis penderita neoplasma kulit Instalasi Patologi

Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang yang telah diolah dapat diketahui

nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi negatif, nilai prediksi positif dan

Page 63: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

47

akurasi diagnosa Potong Beku terhadap Parafin Blok. Perhitungan lebih jelasnya

akan dijabarkan di bawah ini.

a. Sensifitas

= = 100%

artinya pemeriksaan Potong Beku mempunyai kemampuan mencapai 100%

dalam mendiagnosis secara tepat pada orang yang menderita neoplasma kulit

yang harus dilakukan pemeriksaan Potong Beku.

b. Spesifisitas

= = 75%

artinya pemeriksaan Potong Beku mempunyai kemampuan sebesar 75% untuk

mendiagnosis dengan benar pada penderita neoplasma kulit yang tidak

memerlukan pemeriksaan Potong Beku.

c. Nilai Prediksi Negatif

= = 96,96%

artinya kemungkinannya mencapai 97,36% bahwa orang dengan hasil tes negatif

menggunakan pemeriksaan potong beku akan benar-benar tidak memiliki kondisi

yang diuji.

d. Nilai Prediksi Positif

= = 100%

a

a+c

x 100 % 32

32

x 100 %

d

b+d

x 100 % 3

4

x 100 %

a

a+b

x 100 %

3

3

x 100 % d

c+d

x 100 %

32

33

x 100 %

Page 64: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

48

artinya kemungkinannya mencapai 100% bahwa orang dengan hasil tes positif

menggunakan pemeriksaan potong beku akan benar-benar memiliki kondisi yang

diuji.

e. Akurasi Diagnostik

= = 97,22%

Tingkat akurasi pemeriksaan Potong Beku pada penderita neoplasma kulit

memiliki nilai yang cukup tinggi yakni sebesar 97,22% yang berarti hasil

pemeriksaan Potong Beku sesuai dengan hasil parafin blok.

5.7 Tabel Kesesuaian Diagnosa Pemeriksaan Neoplasma Kulit Yang

Diperiksa Histopatologi dan Potong Beku di Instalasi Patologi Anatomi

Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 –

Desember 2014.

Gambar 5.7 Hasil Kesesuaian Pemeriksaan Neoplasma Kulit yang diperiksa Histopatologi dan Potong Beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 - Desember 2014.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Sesuai Tidak Sesuai

Hasil Kesesuaian Pemeriksaan Neoplasma Kulit yang Diperiksa Histopatologi dan Frozen Section

a+d

N

x 100 % 35

36

x 100 %

Page 65: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

49

Berdasarkan gambar 5.7 diatas didapatkan informasi bahwa penderita

neoplasma kulit dengan pemeriksaan histopatologi dan Potong Beku yang

dikumpulkan berdasarkan data rekam medis selama periode Januari 2011

sampai deengan Desember 2014 di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit

Umum Dr. Saiful Anwar Malang adalah sebanyak 36 kasus. Setelah dilakukan

perhitungan kesesuaian diagnosa pemeriksaan histopatolgi dan Potong Beku

hanya terdapat satu kasus yang tidak sesuai antara pemeriksaan histopatologi

dan Potong Beku. Sedangkan sisanya sebanyak 35 kasus dengan hasil sesuai

antara pemeriksaan histopatologi dan Potong Beku.

Tabel 5.10 Hasil Kesesuaian Pemeriksaan Neoplasma Kulit yang diperiksa

Histopatologi dan Potong Beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 – Desember 2014.

Hasil Kesesuaian Pemeriksaan

Frekuensi Persentase (%)

Sesuai 35 97,22

Tidak Sesuai 1 2,78

Jumlah 36 100,00

Page 66: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

50

5.8 Hasil Gambaran Mikroskop Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi

Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang

1. BASAL CELL CARCINOMA

Gambar 5.8 Menunjukkan hasil gambaran mikroskop neoplasma berjenis basal

cell carcinoma tampak sel-sel basaloid anaplasi, monoton, kecil (HE,

100x)

2. MELANOMA MALIGNA

Gambar 5.9 Menunjukkan hasil gambaran mikroskop neoplasma berjenis

melanoma tampak sel melanosit anaplasi dengan pigmen bergranul

(HE, 400x).

Page 67: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

51

3. SQUAMOUS CELL CARCINOMA

Gambar 5.11 Menunjukkan hasil gambaran mikroskop neoplasma berjenis

Squamous Cell Carcinoma tampak sel squamous anaplasi dengan

keratin pearl (HE, 100x)

Page 68: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

52

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Kasus Neoplasma Kulit

Berdasarkan hasil data rekam medis Instalasi Patologi Anatomi Rumah

Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang dalam kurun waktu empat tahun terakhir

yakni periode Januari 2011 sampain dengan Desember 2014 didapatkan

sebanyak 41 kasus penderita neoplasma kulit yang dilakukan pemeriksaan baik

dengan pemeriksaan histopatologi maupun dengan pemeriksaan Potong Beku.

Jumlah kasus yang ditemukan tersebut sama dengan jumlah penderita yang

dilakukan pemeriksaan histopatologi yakni menggunakan parafin blok.

Hasil data rekam medis di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

Dr. Saiful Anwar Malang yang dikumpulkan dalam kurun waktu empat tahun

yakni mulai dari Januari 2011 hingga Desember 2014 diperoleh sebanyak 36

kasus penderita yang terbagi menjadi dua yakni neoplasma ganas dan

neoplasma jinak. Berdasarkan data yang diperoleh, insiden yang paling banyak

ditemukan adalah neoplasma kulit berjenis Basal Cell Carcinoma. Hal tersebut

diperkuat oleh data dari National Cancer Instituide menyatakan bahwa insiden

neoplasma kulit terutama Basal Cell Carcinoma mengalami peningkatan.

Beberapa literatur menyebutkan bahwa neoplasma kulit ganas memiliki insiden

yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan neoplasma kulit jinak (Etty, 2013). Hal

ini disebabkan karena semakin meningkatnya radiasi sinar UV yang dapat

memicu insiden neoplasma kulit yang ada di masyarakat.

Page 69: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

53

6.2 Deskripsi Karakteristik Penderita Neoplasma Kulit Yang di Potong Beku

Berdasarkan data rekam medis Potong Beku penderita neoplasma kulit

yang ditemukan di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful

Anwar Malang yang telah diolah, diperoleh data penderita neoplasma kulit jika

ditinjau dari jenis kelamin adalah perempuan dengan frekuensi 21 orang atau

sebesar (58,34%), sedangkan laki-laki sebanyak 15 orang atau sebesar

(41,66%). Beberapa literatur menyatakan bahwa insiden neoplasma kulit yang

paling banyak adalah berjenis kelamin laki-laki usia lanjut, dan masih mungkin

juga terjadi pada wanita (Asian Cancer, 2014). Menurut hasil data yang telah

diolah perbandingan antara jumlah laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda,

tidak ada perbedaan bermakna angka kejadian kanker kulit antara laki-laki dan

perempuan (Chung KC, 2002).

Penderita neoplasma kulit jika dilihat dari rentang usia sangat beragam.

Hasil data rekam medis Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful

Anwar Malang yang telah diolah menunjukkan rentang usia penderita neoplasma

kulit mulai dari usia 20-30 tahun hingga rentang usia 81-90. Berdasarkan hal

tersebut, usia penderita neoplasma kulit terbanyak terdapat pada rentang usia

61-70 dengan jumlah 10 orang atau persentase sebesar (27,78%). Hal ini

diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Dr. Djamil pada

tahun 2007 dengan data yang diperoleh sebesar (33,5%) pada rentang usia 51-

60 tahun, dan insiden neoplasma kulit terbanyak terjadi pada usia 60 tahun (Sub

bag Bedah Oncology, 2011; Vishal et al, 2010).

Berdasarkan data rekam medis penderita neoplasma kulit yang diperoleh

di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang jika

ditinjau dari kota asal penderita menunjukkan bahwa penderita neoplasma kulit

Page 70: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

54

terbanyak adalah berasal dari daerah Malang dengan frekuensi 20 orang atau

sebesar (55,56%), dan sisanya penderita berasal dari daerah luar Malang seperti

Pasuruan, Blitar, Trenggalek, Surabaya, dan dengan jumlah yang beragam.

Banyaknya penderita neoplasma kulit yang berasal dari daerah Malang

menunjukkan akses yang mudah dan terjangkau dari daerah mereka berasal

sehingga tidak memerlukan biaya yang sangat besar untuk menjangkau lokasi.

Selain itu, kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit Umum Dr. Saiful

Anwar Malang untuk menangani penyakit seperti neoplasma cukup tinggi. Di sisi

lain, Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang merupakan rumah sakit

rujukan untuk daerah Malang dan sekitarnya sehingga penyakit atau kasus yang

datang biasanya cenderung sudah dalam keadaan ganas jika kasus tersebut

adalah neoplasma.

6.3 Jenis Diagnosa Sitopatologi Penderita Neoplasma Kulit

Berdasarkan data penderita neoplasma kulit yang diperoleh pada

Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang pada

rentan bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Desember 2014 didapatkan

sebanyak 36 kasus penderita neoplasma kulit yang masing-masing akan terbagi

dua menjadi kasus neoplasma kulit jinak dan kasus neoplasma kulit ganas. Jenis

neoplasma kulit jinak yang ditemukan adalah Verruca Vulgaris yakni hanya satu

kasus dari 36 kasus yang ditemukan selama empat periode terakhir. Sedangkan

sisanya merupakan kasus neoplasma ganas dan non neoplasma. Jenis

neoplasma kulit yang paling banyak ditemukan adalah Basal Cell Carcinoma

dengan jumlah sebanyak 24 kasus atau sebesar (66,67%). Basal Cell Carcinoma

merupakan neoplasma kulit yang paling banyak ditemukan, pada literatur

Page 71: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

55

disebutkan bahwa Basal Cell Carcinoma sebanyak 80% yang berasal dari kanker

non melanoma dan tergolong neoplasma keratinosit (Philip, 2006).

Pada hasil data histopatologi rekam medis Instalasi Patologi Anatomi

Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang yang dimulai pada Bulan Januari

2011 sampai dengan Bulan Desember 2014, didapatkan bahwa penderita

neoplasma kulit sebanyak 36 kasus yang masing-masing terdiri dari satu kasus

neoplasma kulit jinak dan sebanyak 32 kasus neoplasma kulit ganas. Kasus

neoplasma kulit jinak yang ditemukan adalah Verruca Vulgaris sedangkan

neoplasma kulit ganas paling banyak ditemukan selama empat periode terakhir

adalah berjenis Basal Cell Carcinoma sebanyak 24 kasus atau sebesar

(66,67%). Menurut WHO (2010) Basal cell carcinoma merupakan tumor

keratinosit yang sering dijumpai, menurut literatur dari 90% tumor keratinosit

sebanyak 70% adalah Basal Cell Carcinoma.

6.4 Hasil Uji Kesesuaian

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tingkat kesesuaian yang

menunjukkan ketepatan hasil pemeriksaan histopatologi dalam penegakan

diagnosa penderita neoplasma kulit didapatkan kesesuaian yang cukup tinggi

yakni sebesar 97,22%.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa 500 kasus tumor yang

dilakukan potong beku mempunyai rekurensi 3% selama tiga tahun. Dalam hal ini

tujuan pemeriksaan potong beku adalah untuk melakukan analisis histopatolgis

secara cepat pada waktu penderita masih berada di meja operasi. Hasil analisis

diperlukan untuk menentukan tindakan bedah selanjutntya (Supartoto, 2004).

Teknik operasi untuk pengangkatan tumor pada daerah kantus medial

terbilang sulit, karena bentuk anatominya yang tidak rata, dan setelah

Page 72: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

56

pengangkatan tumor penting untuk dilakukan pemeriksaan Potong Beku

(Wahjudi dkk, 2007). Tujuan dari pemeriksaan Potong Beku antara lain untuk

mengetahui suatu neoplasma dalam bentuk ganas atau jinak, selain itu juga

digunakan untuk mengetahui batas radikal suatu neoplasma, untuk mengetahui

representatif atau tidaknya suatu jaringan tumor dan yang terakhir adalah untuk

mengetahui limfoma atau non limfoma.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tingkat kesesuaian yang

menunjukkan ketepatan hasil pemeriksaan histopatologi dalam mendiagnosis

penderita neoplasma kulit, didapatkan hasil yang tidak sesuai hanya sebesar

2,78% dan sisanya sebesar 97,22% dengan hasil diagnosa yang sesuai. Hal ini

menunjukkan bahwa tindakan pemeriksaan Potong Beku yang dilakukan pada

penderita neoplasma kulit telah sesuai dengan standar baku emas.

Keterbatasan dalam melakukan penelitian ini antara lain keterbatasan

dalam pencarian data penderita neoplasma kulit yang dilakukan tindakan

pemeriksaan Potong Beku. Hal ini dikarenakan tindakan pemeriksaan Potong

Beku hanya untuk kasus penderita neoplasma ganas. Sedangkan penelitian ini

dispesifikkan hanya untuk penderita neoplasma kulit saja sehingga data yang

didapatkan juga tidak banyak dalam kurun waktu empat tahun yakni mulai dari

bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2014 hanya diperoleh sebanyak

36 data penderita neoplasma kulit.

Page 73: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

57

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Patologi

Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang periode Januari 2011

sampai Desember 2014, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik neoplasma kulit terbanyak di Instalasi Patologi Anatomi Rumah

Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang periode Januari 2011 sampai Desember

2014 adalah berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 21 atau sebesar

58,34% dengan rentang usia terbanyak pada kelompok umur 61-70 tahun

yaitu sebanyak 27,78%. Kasus neoplasma kulit ganas terbanyak berdasarkan

jenis diagnosa adalah Basal Cell Carcinoma sebanyak 22 kasus atau sebesar

61,11%.

2. Sensitivitas pemeriksaan potong beku dari penderita neoplasma kulit adalah

sebesar 100%, dan spesifisitas pemeriksaan potong beku adalah sebesar

75%.

3. Nilai prediksi positif (NPP) pemeriksaan potong beku adalah sebesar 100%

dan nilai prediksi negatif (NPN) pemeriksaan potong beku adalah sebesar

96,96%.

4. Akurasi diagnosa potong beku pada penderita neoplasma kulit adalah sebesar

97,22%.

5. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya yakni

sebesar 90% dengan hasil akurasi diagnosa penelitian sebesar 97,22%.

Page 74: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

58

7.2 Saran

1. Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap neoplasma kulit

terutama pada masa lanjut usia dalam rentang 61-70 tahun.

2. Apabila ditemukan atau dicurigai adanya neoplasma kulit pada penderita

segera lakukan pemeriksaan untuk mengetahui karakteristik penyebaran,

destruksi soft tissue dan jaringan yang lebih luas, hal ini untuk mencegah

penyebaran (metastase) yang lebih luas ke tempat lain sehingga penanganan

dapat lebih mudah.

3. Pembenahan sistem rekam medis terutama dalam hal penomoran dan

penyimpanan file di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang khusunya di

Instalasi Patologi Anatomi untuk memudahkan memperoleh data yang akurat

dan dapat dimanfaatkan untuk penelitian selanjutnya, serta menghindari

adanya penyimpangan hasil penelitian.

Page 75: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

59

DAFTAR PUSTAKA

Adhi Djuanda, dkk. (2011). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.3-4, 7-8.

Adji, S. (2010). Neoplasma. [Online] Available at:

http://adjisuwandono.staff.uns.ac.id/files/2010/07/introducingneoplasma.pdf. Diakses Desember 2015

American Cancer Society. (2014). Ovarian Cancer. ACS. Georgia. [Online]

http://www.cancer.org/cancer/ovariancancer/detailedguide/ovarian-cancer-key-statistics. Diakses Desember 2015

Anthony, A. (2006) The Centennial Anniversary of the Frozen Section Technique

at the Mayo Clinic. Archives of Pathology and Laboratory Medicine. 2005. Vol.129, No,12, pp.1532-1535.

Bancroft J.D, Gamble M. (1994). Theory and Practice of Histological Techniques,

5th Ed., Churchill Livingstone, Toronto, USA. 2002, p.85-107. Brender et al. (2005). Frozen Section Biopsy. The journal of the American

Medical Assosiation. CDC, Center for Desease and Prevention,. (2007). Skin Cancer. [Online]

Available at:http://satecancerprofiles.cancer.gov/prevalence/index.php [Diakses September 2015]

Chung KC,. (2002). Chapter 7. Development and Structure of Skin. In: Wolff, K,

Goldsmith, L.A, Katz, S.I., Gilchrest, B., Paller, A.S., Leffel, D.J.

(Eds.): Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th Edition

New York: McGrawHill. P.58.

David,. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.

Dinas Kesehatan Sumatera Barat. (2003). Prevalensi Karsinoma Sel Basal

Berdasarkan Umur. [Online]

Available: http://dinkes.sumbar.go.id/profile/neoplasma.html. [Diakses

Juni 2015]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Profil Kesehatan 2005.

[Online] Available at:http://depkes.go.id/profile.htm. Frozen Section Procedure. [Online] Available at:http://en.wikipedia.org/wiki/.

Diakses Januari 2016

Page 76: Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan ...repository.ub.ac.id/8094/1/Sukma Kesit Anggraito.pdf · Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum

60

George. (2004). Drugs and Thyroid. Journal of the Association of Phsicians of India, 55: 215-223.

Grace, Pierce A., Borley, Neil R. (2011) At Glace Ilmu Bedah Edisi Ketiga.

Jakarta: Erlangga. Nicoletti, et al. (2012). Antimicrobial efficacy of curcuma zedoaria extract as

assessed by linear regression compared with commercial mouthriness, Journal Microbiol, 38 (3), 440-445.

Philip. (2006). Breast Disease. In: Berek, Jonathan S, Neville F. Hacker, eds.

Practical Gynecology Oncology. 4th ed. Philladelphia: Lippimcot

Williams & Wilkins, 627-666.

Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC. Riset Kesehatan Dasar. (2007). Prevalensi Kasus Neoplasma Kulit di Pulau

Jawa. Jakarta. Robert. (2014). Holland-Frei Cancer medicine-Multistage Carcinogenesis. 6th

Edition. Hamilton on BC Decker Inc. Rosenberg, et al. (2008). Mouse models for the study of colon carcinogenesis.

Carcinogenesis. 30(2): 183-96. Setiawan. (2005). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian

kanker payudara wanita. Jurnal Epidemiologi (unpublished). http://eprints.undip.ac.id/5248/ Diakses November 2015.

Simatupang, M, M. (2009). Candida albicans. Dep. Mikro. FK. USU. Suwandono. (2010). Neoplasma. [Online] Available at:

http://adjisuwandono.staff.uns.ac.id/files/2010/07/introducingneoplasma.pdf. Diakses Desember 2015

Tjarta, Achmad, dkk. (1973). Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomi FKUI.

Vishal et al. (2010). Basal Cell Carcinoma. Firt Edition. Croatia. Intech; 2012:

p.79-89. Wahjudi dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Pusat

Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dlam FK UI. Jakarta. World Health Organization (WHO). (2003). Prevalence Insident Basal Cell

Carcinoma and Squamous Cell Carcinoma. World Health Organization (WHO). (2010). Basal Cell Carcinoma. [Online]

Available at:http://who.gov.au. [Diakses Juli 2015]