akuntasi 1 tugas aspek hukum (b.indonesia)

Download Akuntasi 1 tugas aspek hukum (B.Indonesia)

If you can't read please download the document

Upload: kangabie

Post on 29-Jun-2015

132 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

LANDASAN HUKUM PERASURANSIAN MAKALAHDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas aspek hukum dalam ekonoomi

Disusun oleh Suwandi Dinar Puspa Rahayu Diana Mariyana Dewi Ayu Solikhah Tika Nur Fitriani Kelas : Akuntansi1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)LATANSA MASHIRO RANGKASBITUNG 2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt karna berkat rahmat dan hidayahnyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjunan kiat yaitu nabi Muhammad i saw berikut keluarga,sahabat hingga kita sekalian sampai akhir jamanamin. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tetlah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.Penulis sadar dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,sehingga penulis mengharapkan saran dan keritik yang membangun dari semua pihak agar penulisan makalah dikemudian hari lebih baik lagi. Atas kasih. perhatian dan kontribusinya penulis mengucapkan terima

Rangkasbitung, Juli 2010

Penulis

2

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i DAFTAR ISI.........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1 A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2 A. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang....................................................2 B. Undang-Undang No 2 Tahun 1992...........................................................19 C. UU No 33 Tahun 1964 JO PP No 17 Tahun 1965....................................25 D. Peraturan Perundang-undangan Lainnya...................................................26 BAB III PENUTUP...............................................................................................27 A. Kesimpulan................................................................................................27 B. Saran..........................................................................................................27

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, pembangunan segala bidang perlu dilaksanakan secara berkesinambungan. Pelaksanaan pembangunan dapat terjadi berbagai macam dan jenis risiko yang dihadapi anggota masyarakat. Perasuransian yang sehat merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi resiko yang dihadapi anggota masyarakat dan sekaligus merupakan salah satu lembaga penghimpun dana masyarakat, sehingga memiliki keduduka strategis dalam pembangunan dan kehidupan perekonomian dalam upaya memajukan kesejahtraan umum1. Dalam rangka meningkatkan peran perasuransian dalam pembangunan, tentu harus ditunjang oleh usaha perasuransian yang sehat yaitu usha perasuransian yang tidak mengabaikan prinsip usaha yang sehat dan tanggung jawab2. Untuk mewujudkan perusahaan perasuransian yang sehat, tentu perusahaan perasuransian tersebut harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan (peraturan perundang-undangan) yang berlaku. Peraturan perundang-undangan apakah yang menjadi dasar hukum asuransi tersebut dan ianilah yang menjadi latar belakang penulisan makalah ini. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang menjadi dasar hukum asuransi? 2. Bagaimanakah ketentuan-ketentuan usaha perasuransian? 3. Sanksi apa yang harus diterima bila melakukan pelanggaranpelanggaran dalam penyelenggaraan usaha perasuransian?1 UU No 2 Tahun 1992, hal. 1. 2 Ibid.

4

BAB II PEMBAHASAN

A. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246 sampai dengan pasal 308 KUH Dagang membahas mengenai asuransi atau pertanggungan. 1. Pertanggungan seumumnya Mengenai pertangungan seumumnya, dibahas dalam Kitab UndangUndang hukum dagang dari pasal 246 sampai pasal 286. a. Definisi asuransi. Asuransi adalah suatu ikatan, dimana terdapat seorang tertanggung dan seorang penanggung, si tertanggung menyerahkan resiko kepada si penanggung. Tertanggung harus membayar premi kepada penanggung dan apabila si tertanggung menderita kerugian, maka penanggung harus memberi ganti rugi. Kerugian itu harus ditimbulkan oleh suatu peristiwa yang tidak pasti atau peristiwa yang tidak terduga. Ketentuan iti terdapat dalam pasal 246 KUHD3 Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi , untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian , kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. 43 Drs. R. Soerjatin, Beberapa Soal Pokok Hukum Perdata dan Hukum Dagang(Jakarta,1983), hal. 104. 4 Wetbook Van Koophandel en Faillissements-Verordening, atau Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Undang-undang Kepailitan, terj. Prof. R Subekti, SH dan R. Tjitrosudibio(Jakarta, 1997) , hal.74.

Membaca pasal tersebut , maka terdapat unsur-unsur sebagai berikut: a. Ikatan antara tertanggung dan penanggung, yang mana penanggung memikul risiko tertanggung. b. Sebagai imbalan jasa, si tertanggung membayar premi pada penanggung. c. Kerugian yang duderita oleh tertanggung akan diganti oleh penanggung. d. Kerugian tersebut tidak boleh ditimbulkan dengan sengaja.5

b. Obyek asuransi Apa yang dapat diasuransikan, disebut dalam pasal 247 KUHD Pertanggungan prtanggungan itu antara lain dapat mengenai: bahaya kebakaran; bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipanen; jiwa; satu atau beberapa orang; bahaya laut dan pembudakan; bahaya yang mengancam pengangkutan didaratan, sungai-sungai dan perairan darat.6. Akan tetapi selain daripada objek-objek itu, dapat pula diasuransikan segala sesuatu yang dapat mengakibatkan kehilangan, kerusakan atau tidak menikmati suatu keuntungan yang telah dinanti atau diharapkan. Oleh karena itu, maka segala risiko apapun dapat dijadikan objek ikatan asuransi asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang kesusilaan dan ketertiban umum.7

c. Kepentingan5Soerjatin , op.cit, hal.104. 6 Subekti, op.cit, hal. 74. 7 Soerjatin, op.cit, hal. 104.

6

Untuk dapat mengadakan ikatan asuransi harus ada kepentingan, artinya tertanggung harus mempunyai hubungan hukum secara lngsung dengan obyek yang diasuransikan. Pasal 250 KUHD apabila seorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri , atau apabila seseorang, suatu yang untuknya telah diadakan barang suatu yang pertanggungan , pada saat diadakan pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap dipertanggungkan itu, maka sipenanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi.8 Dalam pasal tersebut jelas bahwa tanpa adanya kepentingan pada pihak tertanggung, maka penanggung tidak diwajibkan membayar ganti rugi Misalnya: saya mengasuransikan gedung Usakti terhadap kebakaran, tanpa dikuasakan atau diberi perintah oleh yayasan Tri Sakti. Apabila gedung uisakti terbakar maka maskapai asuransi tidak wajib membayar ganti rugi kepada saya. Saya sama sekali tidak mempunyai kepentingan terhadap gedung tersebut, artinya tidak mempunyai hubungan secara langsung. Menurut pasal 246 tersebut diatas, maka apabila diderita kerugian akan diberi ganti rugi, sehingga secara a contrario dapat dikatakan apabila tidak diderita kerugian , tidak diberi ganti rugi. Pemberian ganti rugi hanya sebanyak kerugian yang diderita sebenarnya. Ketentuan tersebut terdapat dalam pasal 253 KUHD9:

suatu pertanggungan yang melebihi jumlah harga atau kepentingan yang sesungguhnya, hanyalah sah sampai jumlah tersebut. Apabila harga penuh suatu barang tidak dipergunakan , maka apabila timbulkerugian, si penanggung hanyalah diwajibkan menggantinya menurut imbangan daripada bagian yang dipertaggungkan terhadap bagian yang tidak dioertanggungkan.8 Subekti, op.cit, hal. 74. 9 Soerjatin, op.cit, hal.104.-105

Namun demikian bolehlah para pihak memperjanjikan dengan tegas , bahwa dengan tak mengingat harga lebihnya barang yang dipertanggungkan, kerugian yang menimpa barang itu akan digant sepenuhnya sampai jumlah yang dipertanggungkan.10

Dengan demikian, maka terdapat tiga pokok perasuransian, yakni: 1. Tidak terdapat ikatan asuransi yang sah, apabila tidak mungkin diderita kerugian (tidak ada kepentingan). Sungguhpun ada kepentingan, akan tetapin tiadak mungkin menderita kerugian, juga tidak mungkin adanya ikatan asuransi yang sah. Misalnya mengasuransikan rumah yang terletak di Puncak terhadap bahaya banjir. 2. Tidak akan diberi ganti rugi, apabila tidak diderita kerugian. 3. Tidak akan menerima ganti rugi , lebih dari kerugian yang diderita sebenarnya. Misalnya sebuah rumah seharga Rp 10 juta diasuransikan terhadap kebakaran dengan harga sepenuhnya, yakni dengan harga Rp 10 juta. Kemudian terjadi kebakaran dan rumah itu musnah separuhnya. Si tertanggung mengeluarkan biaya pengosongan atau penyelamatan perabotnya sebanyak Rp 100.000,- . Oleh karena, berdasarkan ikatan asuransi yang menjadi pokokikatan ialah kerugian pada rumah yang ditimbulkan akibat kebakaran, maka penanggung hanya wajib mengganti separuhnya dari Rp 10 juta = Rp 5 juta.11 Pada pasal 268 KUHD suatu petanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat di nilaikan dengan , dapat diancam oleh10 Subekti, op.cit, hal. 75. 11 Ibid, hal. 105.

8

suatu bahaya, dan tidak dikecualikan oleh undanng-undang12

,dengan kata lain kepentingan tersebut harus dapat dinilai dengan

uang.

d. Hak dan kewajiban kedua belah pihak Suatu ikatan selalu menimbulkan hak dan kewajiban pada pihak-pihak yang bersangkutan, demikian pula ikatan asuransi. Adapun haknya penganggungadalah menerima premi sedangkan kewajibannya adalah membayar kerugian apabila tertanggung menderita kerugian.. Si tertanggung berhak menuntut ganti rugi dari penanggung. Adapun kewajibannya adalah: 1. Sebelum berlakunya ikatan asuransi ,memberi segala keterangan mengenai objek yang akan diasuransikan secara lengkap dan jelas. Pasal 251 KUHD13

Setiap keterangan yang keliru atau

tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya, sehingga , seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutp dengan syaratsyarat yang sama, megakibatka batalnya pertanggungan.14 , menjelaskan bahwa pabila kemudian ternyata adanya keterangan yang tidak benar atau yang tida wajar, atau terdapat Hal-hal yang tidak dijelaskan atau terangkan, maka ikatan asuransi yang bersangkutan batal. 2. Tertanggung wajib membayar objek yang bersangkutan

sedemikian rupa sehingga tidak terdapat kemunduran mengenai12 Subekti, op.cit, hal. 77. 13 Soerjatin, op.cit, hal.105. 14 Subekti, op.cit, hal. 74.

nilainya. 3. Misalnya: sebuah rumah seharga Rp 100 juta, harus dipelihara terus menerus sehingga harga jualnya tetap Rp. 100 juta. 4. Tertanggung wajib memberi laporan pada penanggung, apabila terdapat perubahan pada obyek yang bersangkutan atau disekitarnya. 5. Misalnya: suatu rumah diasuransikan terhadap kebakaran , pada waktu ditutupnya ikatan asuransi, tidak ada apa disekitar rumah itu. Kemudian didekatnya dibangun sebuam pom bensin , hal ini harus diberitahukan kepada penanggung , karena adanya pom bensin itu memberatkan risikonya penanggung.15

e. Saat mulainya berlaku ikatan asuransi Pasal 255 sampai pasal 261 KUHDPasal 255 Suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis.

Pasal 256 setiap polis ,kecuali yang mengenai pertanggungan jiwa ,harus menyatakan: 1o. Hari ditutupnya pertanggungan; b2o. Nama orang yang menutup pertanggungan atas tanggungan sendiri atau atas tanggungaan seorang ketiga; 3o. Suatu uraian yang cukup jelas mengenaai barang yang dipertaggungkan; 4o. Jumlah uang untuk berapa diadakan pertanggungan; 5o. Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh si penanggung; 6o. Saat pada mana bahaya mulai berlaku untuk tanggungan si penanggung dan sat berakhirnya itu;15 Soerjatin, op.cit, hal. 105-106.

10

7o. Premi pertanggungan tersebut, dan 8o. Pada umumnya, yang sekiranya penting babekgi si penanggung untuk diketahuinya, dan segala syarat yang diperjanjikan antar pihak. Polis tersebut harus di tandatangani oleh tiap-tiap pihak.

Pasal 257 perjanjian pertanggungan diterbitkan seketika setelah ditutup; hak-hak dan kewajiban-kewjiban bertimbal balik dari sipenanggung dan si tertanggung mulai berlaku semenjak itu, bahkan sebelum polisnya ditandatangani. Ditutupnya perjanjian menerbitkan kewajiban bagi si penanggung untuk menandatangani polis tersebut dalam waktu yang ditentukan dan menyerahkannya kepada sitertanggung.

Pasal 258 Untuk membuktikan hal ditutupnya perjanjian tersebut, diperlukan pembuktian dengan tulisan; namun demikian bolehlah lain-lain alat pembuktian dipergunakan juga, manakala sudah ada suatu permulaan pembuktian dengan tulisan. Namun demikian bolehlah ketetapan-ketetapandan syrat-syarat khusus , apabila tentang itu timbul perselisihan, dalam jangka waktu antara penutupan perjanjian dan penyerahan polisnya,dibuktikan dengan segala alat bukti; tetapi dengan pengertian bahwa segala hal dalam beberapa macam pertanggungan oleh ketentuan undang-undang, atas ancaman-ancaman batal, diharuskan penyebutannya dengan tegas dalam polis, harus dibuktikan dengan tulisan.

Pasal 259 apabila suatu pertanggungan ditutup langsung antara si tertanggung, atau seorang yang telah diperintahnya untk itu atau mempunyai kekuasaan untuk itu, dan si penanggung, maka haruslah polisnya dalam waktu 24 jam setelah dimintanya di tandatangani oleh pihak yang tersebut terakir ini, kecuali apabila dalam ketentuan-ketentuan undang-undang dalam suatu hal tertentu , ditetapkan suatu jangka yang lebih lama.

Pasal 260 Apabila pertanggungan ditutup dengan perantara seorang makelar, maka polis yang telah ditandatangani harus diserahkan didalam waktu delapan hari setelah ditutupnya perjanjian.

Pasal 261 jka ada kelalaian , dalam hal-hal yang ditentukan dalam kedua pasal yang lalu, maka wajiblah si penangung atau makelar terhadap si tertamnggung mengganti kerugian yang kiranya dapat timbul dari kelalaian

itu.16

Berdasarkan ketentuan dalam pasal 255 tersebut, ikatan asuransi harus ditutup dengan suatu akta yang dinamakan polis.patsal iitu seolah-olah menentukan bahwa ikatan asuransi baru mulai berlaku dengan adanya suatu polis. Di Indonesia,sering terjadi bahwa polis baru dapat dikelurkan beberapa waktu setelah perundingan soal asuransi. Apabila selama polis itu di keluarkan terjadi malapetaka, yang dimaksud dalam ikatan asuransi yang bersangkutan, maka tertanggung tidak dapat menuntut ganti rugi Berhubung dengan keadaan yang tidak adil tadi terhadap tertanggung yang mungkin sudah membayar premi, maka pasal 255 harus dibaca dalam hubungan dengan pasal 257 berikutnya. Ditentukan dalam pasal itu bahwa ikatan asuransi sudah mulai berlaku walaupun polis yang bersangkutan belum dikeluarkan. Dengan keluarnya kata sepakat tadi atau konsensus maka sahlah ikatan asuransi tadi.17

f. Resiko Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka suatu resiko dapat dijadikan objek asuransi. Soal resiko tak terbatas, artinya asal tidak bertentangan dengan undang-undang, dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Dengan demikian , maka resiko apapun dapat diasurasnsikan. Istilah risiko dapat ditafsirkan secara konkrit dan secara abstrak, misalnya resiko kecelakaan (konkrit) dan resiko lnflasi (abstrak). Resiko orang lain pun dapat diasuransikan, mempunyai asalkan yang mengasuransikannya16 Subekti, op.cit, hal. 75-76. 17 Soerjatin, op.cit, hal. 106.

(tertanggung)

kepentingan.oleh

karena itu ikatan asuransi dapat di tutup untuk orang ketiga (pihak lain)

12

, hal ini sesuai dengan pasal 264 KUHD18 suatu pertanggungan tidak saja dapat ditutup atas tanggungan sendiri, tetapi juga dapat ditutup atas tanggungan seorang ketiga, baik berdasarkan suatu kuasa umum atau kusus, maupun diluar pengetahuan si yang berkepentingan sekalipun,dan demikian itu mengindahkan ketentuan-ketentuan yang berikut.19 Misalnya: seorang pengusaha mendatangkan seorang ahli dari luar negeri. Si pengusaha menutup suatu ikatan asuransi terhadap kecelakaan yang mungkin diderita si ahli tersebut, dalam melakukan tugasnya di perusahaan tersebut, atau karena hal-hal lain. Asuransi ini tidak harus diketahui oleh siahli tersebut. Kepentingan si pengusaha adalah apaila si ahli tadi mengalami kecelakaan, ia tidak dapat bekerja untuk kepentingan perusahaan tadi, Yang berarti juga untuk kepentingan si pengusaha. Oleh karena pengertian istilah resiko ini sangat luas, maka sering terdapat ikatan asuransi, yag secara sepintas menimbulkan keheranan bahkan kegelian. Sebuah contoh, yang banyak terdapat di negara-negara yang memiliki empat musim ,aitu suatu tempat hiburan yang banyak dikunjungi oleh orang-orang pada hari-hari libur khususnya pada musim panas, menutup suatu ikatan asuransi, apabila pada musim panas jatuh hujan es, maka tertanggung dapat menuntut ganti rugi pada penangung. Menurut perhitungan manusia, tidak mungkin jatuh es dalam musim panas, aka tetapi karena kejadian dialam tidak tegantung dari kehendak manusia atau tidak selalu cocok dengan perhitungannya manusia, maka kenyataan itu merupakan suatu resiko.20

18 Ibid, hal. 106-107. 19 Subekti, op.cit, hal. 77. 20 Soerjatin, op.cit, hal, 107.

g. Kesalahan dan kelalaian tertanggung Sebagaimana ditentukan dalam pasal 246 KUHD, kerugian yang diderita si teranggung harus ditimbulkan oleh sebaba-sebab yang tidak dapat diduga dari semula, atau yang tidak dapat diperhitungkan dari semula. Berhuibung dengan ketentuan itu, maka apabila bencana yang dimaksudkan dalam ikatan asuransi yang bersangkutan terjadi karena kesalahan atau karena kelalaian dipihak tertanggung, ia tidak dapat menuntut ganti rugi dari penanggung. Ketentuai ini terdapat dalam pasal 276 KUHD 21Tiada kerugian atau kerusakan yang disebabkan karena kesalahan si tertanggung sendiri harus ditangung oleh sipenanggung. Bahkan berhaklah si penangung itu memilki premi atau pun menuntutnya, apbila ia telah memikul sesuatu bahaya.22 . Demikia pula halnya apabila pada pihak tertanggung terdapat kelalaian. Masalah ini erat hubunganya dengan soal pertanggungjawaban menurut perundang-undangan (wettelijke

aansprakelijkheid), sebagaimana ditentukan dalam pasal 1367 KUH Perdata. Umpamanya, seorang pembantu pada malam hari lupa memadamkan kompor di dapur dan majikannya tidak mengintrolnya, Kompor itu meledak dan menimbulkan kebakaran, dalam hal ini pihak tertanggung tidak bisa menuntut ganti rugi. Dan si penanggung tidak wajib mengembalika premi yang telah diterimanya.23

h. Restorno Restorno atau pengembalian premi diatur dalam pasal 281 KUHD Dalam segala hal dimana perjanjian pertanggungan itu untuk seluruh ata sebagian gugur atau menjadi batal, sedangkan sitertanggung telah bertindak dengan itikad baik, maka sipenanggug21 Ibid, hal. 107. 22 Subekti, op.cit, hal. 79. 23 Soerjatin, op.cit, hal. 108.

14

wajib mengembalikan preminya untuk seluruhnya, atau pun untuk sebagian. Yang sedemikian untuk mana ia tidak telah menghadapi biaya,24. Artinya restorno hanya dapat dilakukan apabila ikatan asuransi yang bersangkutan gugur untuk seluruhnya atau untuk sebagian atau menjadi batal dan si tertanggung bertindak secara itikad baik. Dengan kata lain si tertanggung tidak boleh melakukan kesalahan atau kelalaian Contoh: ikatan asuransi kebakaran ditutup selama satu tahun. Setelah berjalan setengah tahun, timbul kebakaran. Dalam hal ini tertangung dapat mnta kembali sisa premi yang setengah tahun, karena dengan timbulnya kebakaran tadi, ikatan asuransi sudah berakhir.25

i. Biaya pemeliharaan Pasal 283 KUH Dagang:Dengan tidak mengurangi adanya ketentuan-ketentuan khusus mengenai berbagai macam pertanggungan, maka wajiblah sesorang tertanggung untuk megusahakan segala sesuatu guna mencegah atau menguragi kerugian dan wajiblah ia segera setelah kerugian itu, memberitahukan kepada si penanggung; semuanya itu atas ancaman mengganti biaya, rugi dan bunga, apabila ada alasan untuk itu.

Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh si tertanggung guna mencegah atau mengurangi kerugian tersebut harus dipikul si penanggung, meskipun biaya itu, ditambah pada kerugian yang telah diderita, melampaui jumlah uang yang dipertanggungkan ataupun usaha-usaha yang telah dilakukan itu sia-sia belaka.26

Dalam pasal tersebut alinea kedua ditentukan bahwa segala biaya yang dikeluarkan oleh si tertanggung untuk mencegah timbulnya bencana yang dimaksudkan dalam ikatan asuransi, menjdi tanggungannya si24 Subekti, op.cit, hal. 80. 25 Soerjatin, op.cit, hal. 108. 26 Subekti, op.cit, hal. 80.

peanggung, walaupun jumlah biaya tersebut melampaui jumlah kerugian yang diderita sebenarnya oleh penanggung. Umpamanya si tertanggung membeli alat-alat pemadam kebakaran Dan keperluan lain untuk mencegah kebakaran, karena gudang yang dasuransikan dipergunakan untuk gudang minyak. Biaya-biaya yang telah dikeluarkan dan biaya-biaya pencegah lain nya berjumlah Rp 100.000,. kemudian gudang itu terbakar dan ia menderita rugi seharga Rp 500.000,- ditambah dengan biaya-biaya tersebut di atas sebanyak Rp 100.000,-.27

j. Subrogasi Subrogasi artinya mengalihkan hak menuntut si tertangung pada si penanggung, sebagaimana ditentukan dalam pasal 284 KUHD Seorang penanggung yang telah membayar kerugain suatu barang yang dipertangungkandalamsegala hak yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubunga dengan penerbitan kerugian tersebut; dan si tertnggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak si penanggung terhadap orangorang ketiga.28. Suatu contoh: A mengasuransikan mobilnya pada maskapai asuransi oto car. Pada suatu hari A memparkir mobilnya di sebelah kiri pinggir jalan, sebagaimana mestinya. Mobil tersebut ditabrak oleh mobil lain. Si A dapat menuntut ganti rugi dari maskapai asuransi dan disamping itu , ia dapat pula menuntut pemilik mobil yang menabraknnya. Apabila terlaksana maksud A untuk menuntut ganti rugi dari pemilik mobil yang menabaknya,maka ia mendapat ganti rugi dua kali, yaknidari maskapai asuaransi dan dari pemilik mobil yang bersalah. Dala hal ini ia mendapatkan keuntungan yang tidak wajar.27 Soerjatin, op.cit, hal.108. 28 Subekti, op.cit, hal. 80.

16

Karena maksud perasuransian adalah tidak untuk mendapat suatu keuntungan, melainkan menyerahkan resiko. Berdasarkan pasal 284 tadi, A harus menyerahkan hak menuntut tersebut belakangan kepada maskapai asuransi. Apabila A tidak memenuhi kewajiban itu, maka ia harus bertangung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh maskapai asuransi. Setelah maskapai asuransi membayar kerugian pada A, maka A tidak berhak lagi atas pemberian ganti rugi oleh pemilik mobil yang beralah. Hak ini beralih pada maskapai asuransi dan apabila A masih melakukan tuntutan pada pemilik mobil yang bersalah, ia telah melakukan perbuatan melanggar hukum karena mempergunakan suatu hak yang bukan wewenanggnya. Soal subrogasi ini diatur secara umum dalam pasal 1400 KUH Perdata. Pasal ini menentukan bahwa subrogasi dapat dilakukan baik atas persetujuan maupun demi hukum. Dalam kaitannya dengan subrogasi, para sarjana umumnya berpendapat bahwa asas subrogasi hanya berlaku terhadap asuransi kerugian dan tidak berlaku untuk asuransi jumlah, misalnya asuransi jiwa dan asuransi kesehatan29

k. Penggolongan Soal asuransi dapat dibagi dalam dua gilongan, yakni: 1. Asuransi ganti rugi (schade verzekering). 2. asuransi pemberian sejumlah uang tertentu (sommen verzekering). Adapun asuransi ganti rugi ialah suatu ikatan asuransi, dimana diberi ganti rugi setelah terjdi suatu peristiwa yang dimaksud dalam ikatan asuransi yang bersangkutan misalnya asuransi kecelakaan.29 Soerjatin, op.cit, hal. 108-109.

Setelah tertanggung menderita atau mengalami kecelakaan dan ditentukan (oleh para ahli) jumlah kerugian yang dideritanya, maka barulah tertanggung menerima ganti rugi. Lain halnya dengan asuransi jumlah, yakni dari saat

mulainyaberlangsung ikatan asuransi, berapa yang akan diterrima oleh tertanggung apabila mengalami malapetaka yang bersangkutan. Macam asuransi ini antara lain asuransi jiwa.30

2. Tentang Pertanggungan Bahaya Kebakaran Pada bagian ini yakni pertanggungan terhadap bahaya kebakaran dibahas pasal 287 sampai pasal 298 KUH Dagang. Polis pertanggungan ini sama dengan ketentuan polis pada pasal 256 dan terdapat ketentuan tambahan yaitu menyebutkan letak barang-barang tetap yang dipertangguhkan beserta batasan-batasannya, pemakaiannya, sifat dan pemakai gedunggedung yag ada disekitaranya, dan harga barang-barang yang dipertanggungkan. Dalam halnya pertanggungan. Harus diperjanjikan bahwa kerugian yang menimpa pensil yanng bersangkutan itu akan diganti, atau persil tersebut akan akan ibangun kembali maupun diperbaiki hingga paling banyak seharga jumlah uang yang dipertanggungkan. Dalam hal ini kerugian akan dihitung dengan membandingkan harga persil sebelum terjadi malapetaka dan dengan harga sisa dari sisa-sisa persil seketika setelah terjadi kebakaran. Kerugian tersebut seterusnya akan dibayar dengan uang tunai dan wajiblah sitertanggung membangun kembali untuk memperbaiki persilnya.31 Sehubungan dengan ikatan asuransi terhadap kebakaran, terdapat ketentuan dalam pasal 291 KUHD, bahwa beberapa macam kerusakan30 Ibid, hal. 109-110. 31 Subekti, op.cit, hal. 81-83.

18

disamakan dengan kerusakan yang ditimbulkan oleh kebakaran, walaupun tidak terbit kebakaran. Pasal itu menyebutkan: a. Kerusakan karen air (waterschade); atau karena usaha lain untuk memadamkan kebakaran. b. Kehilangan sesuatu karena pencurian, selama timbulnya kebakaran atau kehilangan secara lain, selama dilakukan usaha pemadaman kebakaran. c. Kerugian yang diderita karena objek yang secara menyeluruh atau untuk sebagian , atas perintah atasan untuk mencegah menjalarnya kebakaran. Misal: A mengasuransikan rumahnya terhadap kebakaran. Kemudia rumahnya B yang letaknya berdampingan dengan rumahnya A terbakar. Barisan pemadam kebakaran menyemproti rumahnya A, supaya tidak ikut terbakar. Rumah A menderita kerusakan karena penyemprotan tadi(watersvchade). Selama repot-repotnya usaha pemadaman kebakaran, rumah A kemasukan pencuri dan hilangnya beberapa macam barang., atau karena Rumah A tadi disemproti air maka beberapa macam perhiasan milik istriny A yang terletak di meja toilet turut hanyut disemproti. Untuk menghindari menjalarnya kebakaran, maka pemimpin barisan memerintahkan suoaya rumah A dirobohkan. Baik untuk seluruhnya maupun untuk sebagian. Dengan semua hal yang terjadi yang digambarkan diatas, dapatlah A menuntut ganti rugi berdasarkan ikatan asuransi kebakaran yang telah ditutupnya walaupun rumah itu tidak kebakar. Kemudian dalam pasal 292 KUHD ditentukan bahwa disamakan dengan kerugian disebabkan kebakaran adalah kerugian yang disebabkan oleh meledaknya mesiu, meledaknya ketel uap dan petir, walaupun tidak timbul kebakaran.3232 Soerjatin, op.cit, hal. 110-111.

3. Tentang pertanggungan pertaniana Pertanggungan mengenai bahaya-bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipanen dijelaskan dalam KUHSD pasal 299 sampai pasal 301. Dalam menentuka polis pertanggungan tersebut, selain syaratsyarat yang terdapat dalam pasal 256 KUHD juga harus menyatakan letak dan perbatasan tanahtanah yang penghasilanya telah dipertanggungkian dan pemakainya. pertanggungan ini dapat diadakan untuk satu atau beberapa tahun, namun jika tidak ada ketetapan waktu maka dianggap pertanggungan itu telah diadakan untuk satu tahun. Pada waktu menghitung kerugian tersebut harus diperhitungkan berapa harga hasil-hasil pertanian tersebut yang dipanen pada saat tidak terjadi malapetaka dan harga setelah terjadi malapetaka sehingga si penanggung harus membayar selisih harga tersebut.33 4. Pertangngungan jiwa Pertanggunngan jiwa dibahas dalam KUHD pasal 302 sapai dengan pasal 308. Guna keperluan seorang yang kepentingan, jiwa seseorang dapat dipertanggungkan baik selama hidup maupun suatu waktu yang ditetapkan dalam perjanjian.bahkan si yang berkepentingan tersebut dapat mengadakan pertanggungan diluar pengetahuan atau persetujuan orang yang jiwanya dipertanggungkan. Syarat Polis pertanggungan jiwa sedikit berbeda dengan pertanggunngan yang lain dimana dalam polis itu haus memuat hari ditutupnya pertanggungan, nama si tertaggung, nama orang yang jiwanya dipertanggungkan, saat mulai berlaku dan berakhirnya nbahaya bagi si penanggung,jumlah uang yang mana diadakan pertanggungan tersebut, dan berikut preminya.

33 Subekti, op.cit, hal. 83-84.

20

Perkiraan tentang jumlah untuk diadakannya pertanggungan tersebut dan penentuan syarat-syaratnya berdasakan atas persetujuan kedua belah pihak. Apabila orang yang jiwanya dipertanggungkan itu pada saat ditutupnya pertanggungan tersebut sudah meninggal, maka gugurrlah perjanjian itu, biarpun sitertanggung tidak akan dapat mengetahui tentang kematian itu kecuali apabila diperjanjiakan lain. Dan apabila seorang yang telah dipertanggungkan jiwanya bunuh diri atau dihukum mati maka gugurlah pula perjanjian ini.34

B. Undang-Undang NO 2 Tahun 1992 Undang-undang ini membahas mengenai usaha peransurasian. 1. Ketentuan umum asuransi Antara pasal 246 KUHD dan UU No 2 Tahun 1992 terdapat perbedaan dalam mendefinisikan asuransi, pasal 246 KUHD hanya mencakup asuransi kerugia saja, sedangkan UU no 2 Tahun 1992 mencakup asuransi jiwa dan asuransi kerugian sehinggga definisi yang diberikan dapat mengikuti perkembangan. Menurut UU No 2 Tahun 1992 pasal 1, Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih , dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu

34 Ibid, hal. 84.

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang.35 . Menurut pasal 1 UU tersebut, perusahaan asuransi meliputi perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa, perusahaan reasuransi, perusahaan pialang asuransi , perusahaan pialang rasuransi, agen asuransi, perusahaan penilai kerugian asuransi dan perusahaan konsultan aktuaria. Yang selanjutnya dijelaskan dalam pasal 2 sampai dengan pasal 5.

2. Penutupan objek asuransi Penutupan objek asuransi diterangkan dalam pasal 6, sebagai berikut:1. Penutupan asuransi atas objek asuransi harus didasarkan pada kebebasan memilih penanggung, kecuali bagi program asuransi sosial. 2. Penutupan obyek asuransi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan dengan memperhatikan daya tampung perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi didalam negeri. 3. Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan pengaturan pemerintah.

penjelasan ayat (1) . ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi hak tertanggung agar dapat secara bebas memilih perusahaan asuransi sebagai penanggungnya. Hal ini dipandang perlu mengingat tertanggung adalah pihak yang paling berkepentingan atas objek yang dipertanggungkannya sehingga sudah sewajarnya apabila mereka secara bebas tampa adanya pengaruh dan tekanan dari pihak manapun dapat menentukan sendiri perusahan asuransi yang jadi penanggungnya. Penjelasan ayat (2). Dalam asas kebebasan dalam memilih penanggung terkadang maksud bahwa tertanggung bebas untuk menempatkan penempatan obyek asuransi jiwa dan perusahaan asuransi kerugian yang35 E.K. Sari dan A. Simangunsong, Hukum Dalam Ekonomi (Jakarta,2007), hal. 103.

22

memperoleh izin di Indonesia. Penjelasan ayat (3). Agar pelaksanaan dari ketentuan ini dapat disesuaikan dengan perkembangan usaha perasuransian di indonesia, maka ketentuan lebih lanjut mengenai penutupan asuransi dan atau penempatan reasuransinya diatur dalam peraturan pelaksanaan dari Undang-undang ini.36 3. Bentuk hukum usaha perasuransian Tidak semua badan hukum bisa melakukan usaha perasuransian, namun hanya badan-badan hukum tertentu saja.hal ini dijelaskan dalam UU No 2 Tahun 1992 pasal 7, antara lain sebagai berikut:1. Usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh bada hukum yang berbentuk : a. Perusahaan perseroan (PERSERO) b. Koperasi c. Usaha bersama (Mutual) 2. Dengan tidak mengurangi ketentun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), usaha konsultan aktuaria dan usaha agen asuransi dapat dilakukan oleh perusahaan perorangan. 3. Ketentuan tentang usaha perasuransian yang berbentuk usaha bersama (mutual) diatur lebih lanjut dengan Undang-undang.

Mengingat undang-undang mengenai bentuk hukum usaha bersama (mutual) belum ada, maka untuk sementara ketentuan tenteng usaha perasuransian yang berbentuk usaha bersama (mutual) akan diatur dalam peraturan pemerintah.37

36 UU No. 2 Tahun 1992 37 Ibid.

4. Kepemilikan perusahaan perasuransian Berdasarkan UU No 2 Tahun 1992 pasal 8 memgenai kepemilikan perasuransian. 1. Perusahaan perasuransian hanya dapat didirikan oleh:a. Warga negara indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang sepenuhnya dimiliki warga negara indonesiadan dan atau badan hukum indonesia; b. Perusahaan perasuransian yang pemiliknya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dengan perusahaan perasuransian yang tunduk dengan hukum asing.

Dalam ayat ini ditentukan bahwa warga negara indonesia dan atau badan hukum indonesia dapat menjadi pendiri perusahaan perasuransian, baik dengan pemilik sepenuhnya maupun dengan membentuk usaha patungan dengan pihak asing. Termasuk dalam pengertian badan hukum indonesia antara lain adalah BUMN, BUMD, Koprasi, dan BUM Swasta.38 2. Perusahaan perasuransian yang didirikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b harus merupakan:a. Perusahaan perasuransian yang mempunyai kegiatan usaha sejenis dengan kegiatan usaha dari perusahaan perasuransian yang mendirikan atau memilikinya; b. Perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan reasuransi, yang para pendiri atau pemilik perusahaan tersebut adalah perusahaan asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Reasuransi.

Perusahaan perasuransian yang didirikan atau dimliki oleh perusahaan perasuransian dalam negeri dan perusaan perasuransian asing yang mempunyai kegiatan usaha sejenis dimaksudkan untuk menumbuhkan penyelenggaraan kegiatan usaha perasuransian yang lebh profesional. Selain itu kerjasama perusahaan perasuransian yang sejenis juga38 Ibid.

24

dimaksudkan untuk lebih memungkinkan terjadinya proses alih teknologi. Sesuai dengan tujuan dari ketentuan ini yanng dimaksudkan untuk lebih menumbuhkan profesionalisme dalam pengelolaan usaha, maka kepemilikan bersama atas perusahaan perasuransian atau perusahaan reasuransi dalam negri dengan perusahaan asuransi keruguan atau perusahaan reasuransi luar negeri harus tetap didasarkan pada jenis usaha masing-masing partner dalam kepemilikan tersebut. Contoh mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut: a. Perusahaan Reasuransi luar negeri dengan Perusahaan Asuransi Kerugian dalam negeri dapat mendirikan Perusahaan Reasuransi. b. Perusahaan Asuransi Kerugian luar negeri dengan Perusahaan Reasuransi dalam negeri dapat mendirikan Perusahaan Asuransi Kerugian Reasuransi.39 atau Perusahaan Asuransi kerugian atau Perusahaan

5. Ketentuan pidana Ketentuan pidana dalam usaha perasuransian adalah dijelaskan dalam UU No 2 Tahun 1992 pasal 21 sampai pasal 24. Sebagai berikutPasal 21 1. Barang siapa menjalankan atau menyuruh menjalankan kegiatan usaha perasuransian tanpa izin usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.500.000.000,(dua milyar lima ratus juta rupiah). 2. Barang siapa menggelapkan premi asuransi diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda39 Ibid.

paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Barang siapa menggelapkan dengan cara mengalihkan, meminjamkan, dan atau mengagunkan tampa hak, kekayaan Perusahaan Asuransi jiwa atau Perusahaan Asuransi Kerugian atau Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah). 4. Barang siapa menerima, menadah, membeli, atau mengagunkan, atau menjual kembali kekayaan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) yang diketahui atau patut diketahuinya bahwa barang-barang tersebut adalah kekayaan Perusahaan Asuransi Kerugian atau Perusahaan Asuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). 5. Barang siapa secara sendiri-sendiri atau bersama-sama melakukan pemalsuan atas dokumen Perusahaan Asuransi Kerugian tau Perusahaan Asuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah). Pasal 22 Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, terhadap perusahaan perasuransian yang tidak memenuhi ketentuan Undang-undang ini dan peraturan peraturan pelaksanaannya dapat dikenakan sanksi administratif, ganti rugi, atau denda, yang ketentuannya lebih lanjut akan ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Pasal 23 Tindak pidana sebagaiman dimaksud dalam pasal 21 adalah kejahatan. Pasal 24 Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum atau badan usaha yang bukan merupakan badan hukum, maka tuntutan pidana dilakukan terhadap badan tersebut atau terhadap mereka yang memberikan perintah untuk melakukan tindak pidana itu atau yang bertindak sebagai pimpinan dala melakukan tindak pidana itu maupun terhadap kedua-duanya.4040 Ibid.

26

6. Ketentuan peralihan Apabila Perusahaan Asuransi telah berdiri sebelum undang-undang ini, wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan dalam undang-undang ini. Jangka waktu yang diperlukan untuk mengadakan penyesuaian berdasarkan ketentuan ayat 3 adalah 1 tahun. Apabila ketentuan-ketentuan mengenai perasuransian yang ada sebelum Undang-udang ini tetap berlaku bila tidak bertentangan dengan undang-undang ini (UU No 2 Tahun1992) dan sebelum ketentuan-ketentuan yang lama belum ditetapkan penggantinya berdasarkan Undang-udang ini. Hal ini dijelaskan dalam UU No 2 Tahun 1992 pasal 25 dan pasal 26 sebagai berikut.Pasal 25 1. Perusahaan Perasuransian yang telah mendapatkan izin usaha dari Menteri pada saat dditetapkannya Undang-undang ini, dinyatakan telah mendapatkan izin usaha berdasarkan Undangundang. 2. Perusahaan Perasuransian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwajibkan menyesuaikan diri dengan ketentuan dalam Undang-undang ini. 3. Ketentuan tentang penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) serta jangka waktunya ditetapkan oleh Menteri. Pasal 26 Peraturan perundanng-undangan mengenai usaha perasuransian yang telah ada pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini, dinyatakan tetap berlaku sampai peraturan perundangundangan yang menggantikannya berdasarkan Undang-undang ini ditetapkan.41

C. UU No 33 Tahun 1964 Jo PP No 17 Tahun 1965

41 Ibid.

Undang-undang ini adalah mengenai dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang. Ini merupakan bagian dari jenis asuansi jiwa, isi dari undangundang ini diantaranya ialah sebagai berikut: 1. Korban yang berhak atas santunan yaitu Setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik dari tempat pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan 2. Jaminan Ganda Kendaraan bermotor Umum (bis) berada dalam kapal ferry, apabila kapal ferry di maksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang bis yang menjadi korban diberikan jaminan ganda 3. Penumpang mobil plat hitam Bagi penumpang mobil plat hitam yang mendapat izin resmi sebagai alat angkutan penumpang umum, seperti antara lain mobil pariwisata , mobil sewa dan lain-lain, terjamin oleh UU No 33 jo PP no 17/1965 4. Korban Yang mayatnya tidak diketemukan Penyelesaian santunan bagi korban yang mayatnya tidak diketemukan dan atau hilang didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri42 D. Peraturan Perundang-undangan lainnya 1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku III Prihal Perikatan,seperti beberapa pasal berikut. Pasal 1774 yang menyatakan bahwa asuransi dapat digolongkan sebagai bunga selama hidup seseorang atau bunga cagak hidup dan perjudian dalam perjanjian untung-untungan (konsovereenskomst). pasal 1367 menerangkan mengenai kelalaian pihak tertanggung dalam menjaga obyek asuransi yang mengakibatkan pihak penanggung tidak wajib mengembalikan premi asuransi yang telah diterimanya.42 UU No. 33 Tahun 1964

28

2. Undang-undang No 34 Tahun 1964, tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. 3. Undang-undang No 3 Tahun 1992, tentang JAMSOSTEK

BAB III PENUTUPA. Kesimpulan Asuransi adalah suatu ikatan, dimana terdapat seorang tertanggung dan seorang penanggung, si tertanggung menyerahkan resiko kepada si penanggung. Tertanggung harus membayar premi kepada penanggung dan apabila si tertanggung menderita kerugian, maka penanggung harus memberi ganti rugi. Landasan Hukum asuransi adalah sebagai berikut: 1. KUH Dagang pasal 246 sampai dengan pasal 308. 2. UU No 2 Tahun 1992, tentang Usaha perasuransian. 3. UU No 33 Tahun 1964, tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang. 4. KUH Perdata Buku III tentang perikatan, misalnya pada pasal 1774

dan 1367. 5. UU No 34 Tahun 1964, Tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

B. Saran Makalah ini bisa dibaca oleh semua lapisan masyarakat terutama kalangan akademisi. Bermanfaat untuk dijadikan referensi bagi anda yang hendak mengadakan ikatan asuransi. Isi dari makalah ini cukup terbatas dan masih banyak materi-materi yang terdapat dalam makalah ini yang layak dikembangkan menjadi materi khusus yang lebih spesifik.

30

DAFTAR PUSTAKA

Soerjatin, R.1983.Beberapa Soal Pokok Hukum Dagang.Jakarta :Pradnya Paramita.

Perdata

dan

Hukum

Purwoko, Bambang Pujo.2004.Aspek Hukum perdata. Banten : Pustaka Murni. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang kepailitan. Undang-Undang No 2 Tahun 1992. Sari, E.K dan A.Simangunsong.2007.Hukum Dalam Ekonomi.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.

32