makalah b.indonesia

26
1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia ini yang berjudul: “ Paragraf dan Jenis-jenisnya” Tidak lupa kami mengucapakan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini, dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami selama ini. Makalah ini dibuat agar kita dapat mengetahui syarat- syarat yang harus diperhatikan dalam membuat suatu paragraf. Dapat mengetahui macam-macam paragraf dan dapat mengembangkan suatu paragraf dengan baik dan benar. Ciputat, 1 November 2012 Penyusun

Upload: rivhan-hidayat

Post on 04-Aug-2015

203 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah b.indonesia

1

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penyusun sehingga dapat menyelesaikan

makalah Bahasa Indonesia ini yang berjudul:

“ Paragraf dan Jenis-jenisnya”

Tidak lupa kami mengucapakan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

membimbing kami dalam pembuatan makalah ini, dan kepada semua pihak yang telah

banyak membantu kami selama ini.

Makalah ini dibuat agar kita dapat mengetahui syarat-syarat yang harus diperhatikan

dalam membuat suatu paragraf. Dapat mengetahui macam-macam paragraf dan dapat

mengembangkan suatu paragraf dengan baik dan benar.

Ciputat, 1 November 2012

Penyusun

Page 2: Makalah b.indonesia

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………….. 1

Daftar Isi……………………………………………………………….……………….. 2

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang………………………………………………………………………... 3

B.Tujuan………………………………………………………………………………… 3

BAB 2 PEMBAHASAN

A.Landasan Teori.............................................................................................................. 4

B.Analisis

1. Struktur Paragraf....................................................................................................... 4

2. Syarat-Syarat Paragraf.............................................................................................. 5

3. Unsur-Unsur Pengait paragraf.................................................................................. 6

4. Jenis-jenis Paragraf.................................................................................................... 12

BAB 3 PENUTUP

Simpulan………………………………………………………………………………... 18

Daftar Pustaka…………………………………………………………………...……... 19

Page 3: Makalah b.indonesia

3

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Selama ini dalam membuat suatu paragraf sudah dilaksanakan dengan cukup baik.

Dalam membuat suatu paragraf kita harus mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi

dalam sebuah paragraf. Paragraf yang akan dibuat harus dapat mempunyai kepaduan antara

paragraf yang lain. Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis

dan melalui ungkapan-ungkapan pengait antar kalimat. Disini kita di tuntut agar mampu

membuat suatu paragraph dengan baik dan benar sesuai dengan kaedahnya.

B.Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui syarat-syarat

yang harus diperhatikan dalam membuat suatu paragraf. Dapat mengetahui macam-macam

paragraf dan dapat mengembangkan suatu paragraf dengan baik dan benar. Jadi dengan

penulisan makalah ini kita dapat melatih kita dalam membuat suatu paragraf yang baik sesuai

dengan ketentuan-ketentuan dalam suatu paragraf.

Page 4: Makalah b.indonesia

4

BAB 2PEMBAHASAN

A.Landasan Teori

Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara

kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat,

karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk

suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam satu paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat.

Kalimat-kalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas,

dan kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat

membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi penentu

seberapa banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.

Paragraf memiliki beberapa jenis, terbagi ke dalam empat kategori yaitu: berdasarkan

letak kalimat utama, berdasarkan tujuannya, berdasarkan pola pengembangannya, dan

berdasarkan fungsinya dalam karangan.

B.Analisis

1. Struktur Paragraf

Kalimat-kalimat yang membangun paragraf pada umumnya dapat diklasifikasikan

atas dua macam, yaitu: (1) kalimat topik atau kalimat utama, dan (2) kalimat penjelas atau

kalimat pendukung.

Kalimat topik atau kalimat utama, biasanya ditempatkan secara jelas sebagai kalimat

awal suatu paragraf. Kalimat utama ini kemudian dikembangkan dengan sejumlah kalimat

penjelas sehingga ide atau gagasan yang terkandung kalam kalimat utama itu menjadi

semakin jelas.

Ciri kalimat topik adalah:

1. Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci atau diuraikan lebih lanjut.

2. Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.

3. Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain.

Page 5: Makalah b.indonesia

5

4. Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.

Ciri kalimat penjelas adalah:

1. Dari segi arti sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.

2. Arti kalimat kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam

paragraf.

3. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi.

4. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang mendukung kalimat topik.

Kalimat-kalimat penjelas atau kalimat-kalimat bawahan itu menjelaskan kalimat topik

dengan empat cara, yaitu:

1. Dengan ulangan, yaitu mengulang balik pikiran utama. Pengulangannya biasanya

menggunakan kata-kata lain yang bersamaan maknanya (sinonimnya).

2. Dengan pembedaan, yaitu dengan menunjukkan maksud yang dikandung oleh pikiran

utama dan menyatakan apa yang tidak terkandung oleh pikiran utama.

3. Dengan contoh, yaitu dengan memberikan contoh-contoh mengenai apa yang dinyatakan

dalam kalimat topik.

4. Dengan pembenaran, yaitu dengan menambahkan alasan-alasan untuk mendukung ide

pokok. Biasanya kalimat pembenaran itu diawali/disisipi kata “karena, sebab”.

2. Syarat-Syarat Paragraf

Paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu kesatuan paragraf dan

kepaduan paragraf.

a) Kesatuan Paragraf

Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu, kalimat-

kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat

yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Kalau ada kalimat yang menyimpang dari

pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan, tidak utuh. Kalimat yang

menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf. Perhatikan paragraf di bawah ini.

Page 6: Makalah b.indonesia

6

Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah

selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga

Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa, ibu kota Propinsi

Jateng. Pernyataan itu dianggap wajar karena yang diimpi-impikan selama ini dapat

terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu

ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh

itu adalah prestasi paling tinggi yang pemah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.

Dalam paragraf itu kalimat ketiga tidak menunjukkan keutuhan paragraf. Oleh sebab

itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf

b) Kepaduan Paragraf

Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan secara logis dan melalui

ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait kalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam

susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu. Dalam paragraf itu tidak ada kalimat yang

sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan. Contoh:

Belum ada isyarat jelas bahwa masyarakat sudah menarik tabungan deposito mereka.

Sementara itu, bursa efek Indonesia mulai goncang dalam menampung serbuan para

pemburu saham. Pemilik-pemilik uang berusaha meraih sebanyak-banyaknya saham yang

dijual di bursa. Oleh karena itu, bursa efek berusaha menampung minat pemilik uang yang

menggebu-gebu. Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam tempo cepat

melampaui angka 100 persen. Bahkan, kemarin IHSG itu meloncat ke tingkat 101,828

persen.

Dengan dipasangnya pengait antarkalimat sementara itu, oleh karena itu, akibatnya,

dan bahkan dalam paragraf tersebut, kepaduan paragraf terasa sekali, serta urutan kalimat-

kalimat dalam paragraf itu logis dan kompak.

3. Unsur-Unsur Pengait paragraf

1. Pengait Berupa Konjungsi Intrakalimat

Konjungsi intrakalimat pada sebuah paragrafdapat menandai hubungan-hubungan

berikut ini:

Page 7: Makalah b.indonesia

7

a. Hubungan aditif (penjumlahan): dan, bersama, serta

b. Hubungan adversatif (pertentangan): tetapi, tapi, melainkan

c. Hubungan alternatif (pemilihan): atau, ataukah

d. Hubungan sebab: sebab, karena, lantaran, gara-gara

e. Hubungan akibat: hasilnya, akibatnya, akibat

f. Hubungan tujuan: untuk, demi, agar, biar, supaya

g. Hubungan syarat: asalkan, jika, kalau, jikalau

h. Hubungan waktu: sejak , sedari, ketika, sewaktu, waktu, saat, tatkala, selagi selama,

seraya, setelah, sesudah, seusai, begitu, hingga dan lain-lain.

2. Pengait Berupa Konjungsi Antarkalimat

Adapun konjungsi antarkalimat yang mengemban hubungan-hubungan makna adalah

sebagai berikut : biarpun demikian, biarpun begitu, sekalipun demikian, sekalipun begitu,

walaupun demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, walaupun

demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, sungguhpun demikian,

sungguhpun begitu, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahn pula, lagi pula,

selain itu, sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, malahan, malah, bahkan, dan lain-lain.

Lebih lanjut dapat ditegaskan bahwa konjungsi-konjungsi yang di sebutkan di depan

itu dapat menandai hubungan-hubungan makna berikut ini:

a. Hubungan makna pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya:

biarpun begitu, biarpun demikian, sekalipun demikian, sekalipun begitu, walaupun

demikian , walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, sungguhpun demikian,

sungguhpun begitu, namun, akan tetapi.

b. Hubungan makna kelanjutan dari kalimat yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya:

kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.

c. Hubungan makna bahwa terdapat peristiwa, hal, keadaan di luar dari yang dinyatakan

sebelumnya: tambahan pula , lagi pula, selain itu.

d. Hubungan makna kebalikan dari yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: sebaliknya,

berbeda dari itu , kebalikannya.

e. Hubungan makna kenyataan yang sesungguhnya: sesungguhnya, bahwasanya,

sebenarnya.

Page 8: Makalah b.indonesia

8

f. Hubungan makna yang menguatkan keadaan yang di sampaikan sebelumnya: malah,

malahan, bahkan.

g. Hubungan makna yang menyatakan keekslusifan dan keinklusifan: kecuali itu.

h. Hubungan makna yang menyatakan konsekuensi: dengan demikian.

i. Hubungan makna yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan

sebelumnya: sebelum itu.

3. Pengait berupa Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif terdiri atas dua unsur yang di pakai berpasangan . Bentuk

berpasangan yang demikian itu bersifat idiomatis , jadi tidak bisa di modifikasi dengan begitu

saja.

Adapun contoh konjungsi korelatif tersebut adalah sebagai berikut: antara…dan,

dari…hingga, dari…sampai dengan, dari…sampai ke, dari…sampai, dari…ke, baik…

maupun, tidak hanya…tetapi juga, bukan hanya…melainkan juga, demikian…sehingga,

sedemikian rupa…sehingga, apakah…atau, entah…entah, jangankan…pun.

4. Pengait berupa Preposisi

Berikut ini hubungan-hubungan makna yang dinyatakan oleh preposisi (kata depan):

a. Hubungan makna keberadaan: di, pada, di dalam, di atas, di tengah, di bawah, di luar, di

sebelah, di samping.

b. Hubungan makna asal: dari, dari dalam, dari luar, dari atas, dari bawah, dari samping,

dari belakang dari muka.

c. Hubungan makna arah: ke, menuju, ke dalam, ke luar, ke samping, ke atas, ke muka,

kepada.

d. Hubungan makna alat: dengan, tanpa dengan.

e. Hubungan makna kepesertaan: dengan, bersama.

f. Hubungan maka cara: secara, dengan.

g. Hubungan makna peruntukan: untuk, bagi, demi.

h. Hubungan makna sebab atau alasan: karena , sebab.

i. Hubungan makna perbandingan: dari pada, ketimbang.

j. Hubungan makna pelaku perbuatan atau agentif: oleh.

Page 9: Makalah b.indonesia

9

k. Hubungan makna batas: hingga, sampai.

l. Hubungan makna perihwalan: tentang, mengenai, perihal, ihwal.

5. Pengait dengan Teknik Pengacuan

Berikut ini pengacuan-pengacuan yang bersifat endoforis:

a. Hubungan pengacuan dengan kata ‘itu’.

b. Hubungan pengacuan dengan kata ‘begitu’.

c. Hubungan pengacuan dengan kata ‘begitu itu’.

d. Hubungan pengacuan dengan ‘demikian itu’.

e. Hubungan pengacuan dengan ‘tersebut’.

f. Hubungan pengacuan dengan ‘tersebut itu’.

g. Hubungan pengacuan dengan pronomina ‘-nya’.

6. Pengait yang Merantikan Kalimat

Di dalam paragraf tidak hanya berupa kata dan frasa seperti yang sebagian besar

disampaikan adakalanya unsur pengait itu berupa kalimat. Kalimat demikian itu lazimnya

terdapat di awal paragaf yang di dalam paragraf berfungsi untuk menuntun kalimat-kalimat

yang akan hadir selanjutnya. Kalimat yang menuntun itu juga berkaitan dengan kalimat-

kalimat yang ada pada paragraf sebelumnya.

7. Pengait yang Berupa Kata Ganti

Ungkapan pengait paragraf dapat juga berupa kata ganti, baik kata ganti orang

maupun kata ganti yang lain.

(1) Kata Ganti Orang

Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, kita banyak

menggunakan kata ganti orang. Pemakaian kata ganti ini berguna untuk menghindari

penyebutan nama orang berkali-kali. Kata ganti yang.dimaksud adalah saya, aku, ku, kita,

kami (kata ganti orang pertama), engau,kau, kamu, mu,kamu sekalian (kata ganti orang

kedua),' dia, ia, beliau, mereka, dan nya (kata ganti orang ketiga). Hal ini dapat kita lihat pada

contoh berikut ini.

Page 10: Makalah b.indonesia

10

Rizal, Rustam, dan Cahyo adalah teman sekolah sejak SMA hingga perguruan tinggi.

Kini mereka sudah menyandang gelar dokter dari sebuah universitas negeri di Jakarta.

Mereka merencanakan mendirikan suatu poliklinik lengkap dengan apoteknya. Mereka

menghubungi saya dan mengajak bekerja sama, yaitu saya diminta menyediakan tempatnya

karena kebetulan saya memiliki sebidang tanah yang letaknya strategis. saya menyetujui

permintaan mereka.

Kata mereka dipakai sebagai pengganti kata Rizal, Rustam, dan Cahyo agar nama

orang tidak disebutkan berkali-kali dalam satu paragraf. Penyebutan nama orang yang

berkali-kali dalam satu Paragraf akan menimbulkan kebosanan serta menghilangkan

keutuhan paragraf. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini.

Hajjah Utamiwati adalah ketua majelis taklim di desa ini. Rumah Hajjah Utamiwati

terletak dekat masjid Nurul Ittihad.

Pengulangan Hajjah Utamiwati akan menimbulkan kesan kekurang paduan dua

kalimat itu. Kesannya akan lain jika kalimat itu diubah sebagai berikut.

Hajjah Utamiwati adalah ketua majelis taklim di desa ini. Rumahnya terletak dekat

masjid Nurul Ittihad.

Bentuk ‘-nya’ dalam kalimat di atas adalah bentuk singkat kata ganti orang ketiga,

yaitu Hajjah Utamiwati. Dengan demikian, kepaduan kalimat-kalimat itu dapat kita rasakan.

Penggunaan kata ganti orang ketiga tunggal, beliau, dapat dilihat pada kalimat berikut ini.

Ibu Sud adalah pencipta lagu empat zaman yang sangat produktif. Beliau telah

menciptakan tidak kurang dari dua ratus buah lagu.

Semua kata ganti orang hanya dapat menggantikan nama orang dan hal-hal yang

dipersonifikasikan. Kalirnat berikut itu memperlihatkan hal yang dipersonifikasikan dari

subjek kalimat. Oleh sebab itu, kalimat ini masih dibenarkan.

Pada tahun yang lalu India dilanda kelaparan. Ia mengharapkan uluran tangan

negara lain.

Page 11: Makalah b.indonesia

11

Sesudah dikatakan bahwa kata ganti orang hanya dipakai untuk menggantikan nama

orang dan hal-hal yang dipersonifikasikan. Dalam hal ini, bentuk ‘-nya’ merupakan

pengecualian. Bentuk -nya tidak hanya menggantikan nama orang dan hal yang

dipersonifikasikan, tetapi juga menggantikan benda-benda yang tidak bemyawa.Hal ini dapat

dilihat pada kalimat berikut :

Sepatu saya sudah rusak. Saya harus segera menggantinya.

Kain bahan celana ini pas-pasan. Si penjahit harus pandai memotongnya.

Dalam masalah pemakaian kata ganti orang ketiga, kata ganti itu harus digunakan

pada tempatnya yang tepat.

1. Buku Sutan Takdir Alisjahbana banyak sekali.Beliau adalah budayawan yang sangat

disegani. (Salah)

Sutan Takdir Alisjahbana mengarang buku banyak sekali. Beliau adalah budayawan

yang sangat disegani. (Betul)

2. Hutan-hutan di Indonesia habis ditebangi oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Mereka hanya mementingkan diri sendiri.(Salah)

Orang-orang yang tidak bertanggung jawab menebangi hutan-hutan di Indonesia

habis-habisan. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. (Betul)

3. Di mana-mana pabrik didirikan oleh konglomerat. Dengan demikian, mereka

menganggap bahwa masalah pengangguran telah teratasi. (Salah)

Di mana-mana konglomerat mendirikan pabrik. Dengan demikian, mereka

menganggap bahwa rnasalah pengangguran telah teratasi. (Betul)

(2) Kata Ganti yang Lain

Kata ganti lain yang digunakan dalam meneiptakan kepaduan paragraf ialah itu, ini,

tadi, begitu, demikian, di situ, ke situ, di atas, di sana, di sini dan sebagainya. Perhatikan

contoh berikut .

ltu asrama mereka. Mereka tinggal di situ sejak kuliah tingkat satu sampai dengan

meraih gelar sarjana. Orang tua mereka juga sering berkunjung ke situ.

Page 12: Makalah b.indonesia

12

(3) Kata Kunci

Di samping itu, ungkapan pengait dapat pula berupa pengulangan kata-kata kunci,

Pengulangan kata-kata kunci ini perlu dilakukan dengan hati-hati (tidak terlalu sering).

4. Jenis-jenis Paragraf

1. Berdasarkan Letak Kalimat Utama

a. Paragraf Deduktif

Yang disebut paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak pada

awal paragraf. Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dari pernyataan yang bersifat

umum, kemudian diturunkan atau dikembangkan dengan menggunakan pernyataan-

pernyataan yang bersifat khusus. Pernyataan yang bersifat khusus itu bisa berupa penjelasan,

rincian, contoh-contoh, atau bukti-buktinya. Karena paragraf itu dikembangkan dari

pernyataan umum dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan khusus, dapatlah dikatakan

bahwa penalaran paragraf deduktif itu berjalan dari umum ke khusus.

b. Paragraf Induktif

Jika kalimat topik terletak pada akhir paragraf, paragraf tersebut disebut paragraf

induktif. Lebih lanjut istilah induksi dijelaskan sebagai metode pemikiran yang bertolak dari

hal khusus untuk menentukan hukum atau simpulan. Karena pernyataan khusus dapat berupa

contoh-contoh, dan pernyataan umum itu berupa hukum atau simpulan, maka dapat dikatakan

bahwa paragraf induktif itu dikembangkan dari contoh ke hukum atau simpulan.

c. Paragraf Campuran

Adakalanya seorang penulis tidak cukup menegaskan pokok persoalannya pada

kalimat awal paragraf. Setelah menjelaskan isi kalimat topik atau memberikan rincian,

contoh-contoh, atau bukti-buktinya, penulis merumuskan simpulannya dengan sebuah

kalimat pada akhir paragrafnya. Simpulan itu dapat berupa kalimat awal paragraf tersebut,

dan dapat pula dengan sedikit divariasikan, tetapi makna atau maksudnya sama. Paragraf

semacam inilah yang disebut paragraf campuran. Sebab, menggunakan cara deduktif juga

induktif.

Page 13: Makalah b.indonesia

13

d. Paragraf Ineratif

Ada pula jenis paragraf ineratif, yaitu paragraf yang memiliki kalimat topik di tengah

paragraf.

e. Paragraf Naratif/Deskriptif

Adapun yang dimaksud dengan paragraph deskriptif/naratif atau penuh kalimat topik

adalah paragraf yang tidak secara jelas menampilkan kalimat topiknya. Karena tidak jelas

kalimat topiknya, ada orang yang menyebutnya sebagai paragraf tanpa kalimat topik.

Walaupun kalimat topiknya tidak jelas, paragraf tersebut tetap memiliki topik atau pikiran

utama yang berupa intisari paragraf. Paragraf semacam ini banyak kita jumpai dalam

karangan berjenis naratif atau deskriptif. Oleh karena itu, paragraf semacam ini acap disebut

juga paragraph naratif atau deskriptif.

2. Berdasarkan Tujuannya

Jenis paragraf berdasarkan tujuannya antara lain:

a. Paragraf narasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa

atau kejadian sehingga pembaca seolah - olah mengalami sendiri kejadian itu.

Contoh paragraf narasi:

Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu.

Tangannya dibalut dan terikat di leher. Mobil itu berhenti didepan rumah. Lalu

bawahan suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah untuk menyongsong.

Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara bawahan tuan Hasan berlomba

menyambut kedatangan nyonya Marta.

b. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan menggambarkan sebuah objek

nyata agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu.

Contoh paragraf deskripsi:

Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan elok pantai Swarangan.

Gelombang ombak yang tidak terlalu besar datang bergulung silih berganti

menyambut siapapun yang datang seakan ingin mengajak bermain. Air yang jernih

dan pasir putih lembut yang terhampar luas tanpa ada karang yang menghalangi

membuatku ingin kembali lagi. Sejauh mata memandang yang kulihat hanya laut

yang terbentang luas dan biru. Kurasakan dingin membasuh kakiku karena ombak

yang terus-menerus menghempas kakiku dan terasa asin ketika air laut itu menyentuh

Page 14: Makalah b.indonesia

14

bibirku karena percikannya. Disepanjang bibir pantai kulihat wisatawan beserta

keluarga dan teman-teman mereka berkumpul membentuk suatu kelompok kecil untuk

menikmati keindahan pantai Swarangan. Tidak jauh dari tempat itu aku juga melihat

beberapa wisatawan berkejar-kejaran di bibir pantai, bermain bola, bermain dengan

air, atau berfoto-foto dengan latar belakang pantai. Meskipun tak seramai dengan

pantai-pantai yang sudah terkenal di kancah nasional maupun internasional pantai

ini tak pernah surut oleh wisatawan yang datang.

c. Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan memaparkan sejumlah informasi

atau pengetahuan dengan tujuan pembaca dapat mendapat tambahan informasi atau

pengetahuan sejelas – jelasnya.

Contoh paragraf eksposisi:

Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita telah mengenal tanaman lidah buaya beserta

manfaatnya bagi manusia. Manfaat lidah buaya tidak hanya sebagai penyubur

rambut, tapi juga bermanfaat bagi kesehatan. Tumbuhan tanpa buah ini memilikii ciri

fisik sebagai berikut: daun berbentuk panjang dengan duri kedua sisi daunnya, tebal,

dan berwarna hijau. Daunnya mengandung serat bening sebagai daging. Meskipun

lidah buaya sejak dahulu dikenal memiliki banyak khasiat, belum banyak yang

mengetahui bahwa tanaman ini bisa menjadi komoditas yang menguntungkan.

Menariknya, komoditas ini tidak hanya bermanfaat sebagai ramuan penyubur

rambut, tapi juga sebagai minuman yang menyehatkan seperti teh lidah buaya yang

terbuat dari daun lidah buaya yang dikeringkan dan kuliner sepert: kerupuk dan jelly

lidah buaya.

d. Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk mengemukakan alasan,

contoh, dan bukti - bukti yang kuat dan meyakinkan dengan tujuan meyakinkan

pembaca sehingga pembaca membenarkan pendapat, sikap, dan keyakinan kita.

Contoh paragraf argumentasi:

Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu

meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati dan

dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk.

Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.

Page 15: Makalah b.indonesia

15

e. Paragraf persuasi adalah paragraf yang bertujuan untuk membujuk atau merayu

pembaca sehingga pembaca tergiur atau terpengaruh untuk mengikuti keinginan

penulis.

Contoh paragraf persuasi:

Masyarakat Hindu di Bali memiliki upacara kematian yang sangat unik dan memiliki

daya tarik tersendiri untuk wisatawan asing maupun lokal. Ritual unik ini disebut

dengan ngaben. Ngaben adalah ritual atau upacara pembakaran mayat sebagai

simbol penyucian roh orang yang sudah meninggal. Karena dalam pelaksanaannya

membutuhkan berbagai perlengkapan dengan biaya yang cukup besar, maka tidak

semua orang telah meninggal bisa langsung di aben. Jenazah yang belum di aben

biasanya akan dikubur terlebih dahulu sambil menunggu semua perlengkapan

ngaben telah siap dan lengkap. Jika ingin melihat ritual pembakaran mayat yang

sangat unik ini, tidak ada salahnya anda berkunjung ke Provinsi Bali karena

Upacara Ngaben dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Hindu di Bali.

3. Berdasarkan Pola Pengembangannya

a. Pola umum-khusus

Pola ini diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum dengan ditandai kata banyak,

umumnya kemudian dijelaskan dengan rincian – rincian.

b. Pola khusus-umum

Pola ini merupakan kebalikan dari pola umum-khusus yaitu diawali dengan rincian -

rincian dan diakhiri pernyataan yang bersifat umum.

c. Pola definisi luas

Pola ini digunakan sebagai usaha penulis untuk memberkan keterangan atau arti

terhadap sebuah kata atau suatu hal.

d. Pola proses

Pola ini merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan

untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau

peristiwa.

Page 16: Makalah b.indonesia

16

e. Pola sebab-akibat

Pola ini dilakukan dengan mencantumkan sebab-sebab suatu hal terjadi dan diikuti

dengan akibat yang ditimbulkan oleh sebab-sebab tersebut.

f. Pola ilustrasi

Pola ini dilakukan ketika ditemukan sebuah gagasan yang masih terlalu umum

sehingga dibutuhkan ilustrasi-ilustrasi yang bersifat konkret.

g. Pola analisis

Pola ini digunakan ketika menjelaskan suatu hal atau gagasan yang sifatnya umum ke

dalam perincian-perincian yang logis dan analitis.

h. Pola klasifikasi

Pola ini digunakan untuk mengelompokkan hal, peristiwa, atau benda yang dianggap

memiliki kesamaan-kesamaan tertentu.

i. Pola seleksi

Pola ini dilakukan dengan cara memilih perbagian dengan didasarkan atas fungsi,

kondisi, atau bentuknya.

j. Pola pertentangan dan perbandingan

Pola pertentangan digunakan ketika kita membahas suatu persoalan dengan cara

mengontraskan dengan masalah lain, sedangkan pola perbandingan digunakan ketika

membahas dua hal atau objek berdasarkan persamaan dan perbedaan-perbedaannya.

k. Pola titik pandang

Pola ini dilakukan dengan cara melihat kedudukan pengarang dalam menceritakan

atau melihat sesuatu.

l. Pola dramatis

Pola ini dilakukan dengan cara penceritaan tidak langsung atau melalui dialog-dialog.

Page 17: Makalah b.indonesia

17

m. Analogi

Pola ini dilakukan dengan membandingkan dua benda yang banyak kesamaan

sifatnya.

n. Generalisasi 

Pola ini dilakukan dengan cara menarik sebuah kesimpulan umum dari beberapa data

yang dimiliki.

4. Berdasarkan Fungsinya dalam karangan

Dalam sebuah karangan (komposisi) biasanya terdapat tiga macam paragraf jika

dilihat dari fungsinya dalam karangan.

a. Paragraf Pembuka

Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala

pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus dapat

menarik minat dan perhatian pembaea, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca

kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ini

ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka

atau orang yang terkenal.

b. Paragraf Pengembang

Paragraf pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan

paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab itu. Paragraf ini mengembangkan

pokok pembicaraan yang dirancang. Dengan kata lain, paragraf pengembang mengemukakan

inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh sebab itu, satu paragraf dan paragraf lain harus

memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf itu dapat dikembangkan dengan

eara ekspositoris, dengan eara deskriptif, dengan eara naratif, atau dengan eara argumentatif

yang akan dibiearakan pada halaman-halaman selanjutnya.

c. Paragraf Penutup

Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir

suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya, paragraf penutup berupa

simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.

Page 18: Makalah b.indonesia

18

BAB 3PENUTUP

Simpulan

Adapun simpulan yang kami peroleh dari penyusunan makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Paragraf adalah satuan terkecil dari karangan yang biasanya terdiri atas beberapa kalimat

yang kaitan dan merupakan uraian tentang sebuah ide pokok.

2. Syarat-syarat paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu kesatuan paragraf

dan kepaduan paragraf.

3. Unsur-Unsur Pengait paragraf terdiri dari :

A. Pengait Berupa Konjungsi Intrakalimat

B. Pengait Berupa Konjungsi Antarkalimat

C. Pengait berupa Konjungsi Korelatif

D. Pengait berupa Preposisi

E. Pengait dengan Teknik Pengacuan

F. Pengait yang Berupa Kata Ganti

4. Jenis-jenis Paragraf terbagi menjadi :

- Berdasarkan Letak Kalimat Utama

A. Paragraf deduktif

B. Paragraf induktif

C. Paragraf campuran

D. Naratif/deskriptif

- Berdasarkan Tujuannya

A. Paragraf narasi

B. Paragraf deskripsi

C. Paragraf argumentasi

D. Paragraf persuasi

- Berdasarkan Pola Pengembangannya

A. Pola umum-khusus F. Pola ilustrasi K. Pola titik pandang

B. Pola khusus-umum G. Pola analisis L. Pola dramatis

C. Pola definisi luas H. Pola klasifikasi M. Analogi

D. Pola proses I. Pola seleksi N. Generalisasi 

E. Pola sebab-akibat J. Pola pertentangan dan perbandingan

Page 19: Makalah b.indonesia

19

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin.1994. Pengantar Apresiasi Sastra, Malang: FPBS IKIP Malang.

Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia, Jakarta: Akapres.

Gani, Ramlan A. dan Mahmudah Fitriyah Z.A. 2010. Disiplin Berbahasa Indonesia, Jakarta:

FITK Press.

La Fua, Jumarddin. 2011.Jurnal Al Tadib, Kendari: STAIND Sultan Qaimuddin Kendari.

Rahardi, Kunjana. 2010. Bahasa Indonesia untuk Pergurua Tinggi, Yogyakarta: Erlangga.