b.indonesia baru.docxn hbbbb

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah terlepas dari penggunaaan bahasa, baik tulisan maupun lisan.Negara kita, Indonesia memiliki beragam suku dari beragam daerah.Maka dari itu, beragam bahasa daerah muncul sebagai alat komunikasi. Tetapi, bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi yang digunakan oleh masyarakat dari berbagai suku agar bisa saling berkomunikasi. Seperti bahasa-bahasa lainnya di negara lain, bahasa Indonesia juga memiliki pola atau aturan- aturan tertentu. Sistem-sistem dan pola-pola bahasa Indonesia ini disebut juga sebagai kaidah-kaidah atau norma-norma bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah atau norma dalam penggunaan bahasa Indonesia yang dibuat semata-mata agar bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar. Yang dimaksud dengan penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan dalam pemilihan ragam bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.Berkaitan dengan pemilihan topik yang dibicarakan dengan lawan bicara atau pembaca.Bahasa yang baik itu adalah bahasa yang logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat pengguna bahasa tersebut. Maksud dari penggunaan bahasa yang benar ini adalah penerapan bahasa yang sesuai dengan norma dan

Upload: intan-np

Post on 08-Apr-2016

80 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

jnjnnn

TRANSCRIPT

Page 1: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah terlepas dari penggunaaan

bahasa, baik tulisan maupun lisan.Negara kita, Indonesia memiliki beragam suku

dari beragam daerah.Maka dari itu, beragam bahasa daerah muncul sebagai alat

komunikasi. Tetapi, bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi yang digunakan oleh

masyarakat dari berbagai suku agar bisa saling berkomunikasi. Seperti bahasa-

bahasa lainnya di negara lain, bahasa Indonesia juga memiliki pola atau aturan-

aturan tertentu. Sistem-sistem dan pola-pola bahasa Indonesia ini disebut juga

sebagai kaidah-kaidah atau norma-norma bahasa Indonesia.

Kaidah-kaidah atau norma dalam penggunaan bahasa Indonesia yang

dibuat semata-mata agar bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.

Yang dimaksud dengan penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan dalam

pemilihan ragam bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.Berkaitan dengan

pemilihan topik yang dibicarakan dengan lawan bicara atau pembaca.Bahasa yang

baik itu adalah bahasa yang logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat

pengguna bahasa tersebut. Maksud dari penggunaan bahasa yang benar ini adalah

penerapan bahasa yang sesuai dengan norma dan kaidah, yang meliputi masalah

ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan tata bahasa. Pengetahuan atas ejaan dan tanda

baca harus dimiliki sebagai dasar penggunaan bahasa tulis, sedangkan pemilihan

kata dan tata bahasa harus dimiliki, baik dalam penggunaan bahasa tulis maupun

bahasa lisan.

Saat ini banyak ditemukan contoh-contoh kesalahan berbahasa dalam

kehidupan sehari-hari, baik percapakan maupun dalam bentuk tulisan sebagai

contoh, kesalahan ejaan dalam media massa lokal. Seperti yang telah disampaikan

di atas, untuk tercapainya tujuan penggunaan bahasa yang benar diperlukan

pengetahuan atas ejaan dan tanda baca yang benar yang sesuai dengan kaidah atau

norma yang mengatur.

Page 2: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

Dalam makalah ini, penulis akan membahas penggunaan ejaan yang sesuai

dengan konsep Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) pada media

massa lokal yang akan dituangkan pada bab II.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penggunaan huruf kapital pada artikel dalam media massa

lokal ?

2. Bagaimanakah penulisan kata yang baik dan benar pada artikel dalam

media massa lokal ?

3. Bagaimanakah penggunaan tanda baca pada artikel dalam media massa

lokal ?

4. Bagaimanakah penggunaan kata serap dan penulisannya pada artikel

dalam media massa lokal ?

Page 3: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

BAB II

ISI

2.1 Landasan Teori

Ejaan adalah pelambangan fonem dengan huruf.Ejaan merupakan hasil

konvensi semata.Maksudnya, ejaan lahir dari hasil persetujuan para pemakai

bahasa yang bersangkutan.Oleh kerena itu, sudah selayaknya masyarakat pemakai

bahasa mematuhi aturan ejaan yang telah disusun dan ditetapkan tersebut (Triana,

2003:24).

Dalam sistem ejaan suatu bahasa tidak hanya tentang pelambangan fonem

dengan huruf tetapi ada juga ketentuan lain seperti kata dasar, kata ulang, kata

majemuk, kata berimbuhan, dan partikel yang di sebut dengan satuan-satuan

morfologi. Penggunaan penulisan tanda baca juga ditetapkan seperti titik, koma,

titik koma, titik dua, tanda kutip, tanda seru, dll.

Penggunaan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

resmi digunakan tanggal 17 Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presiden No.

52 tahun 1972. Sebenarnya penyempurnaan ejaan bahasa Indonesia telah lama

muncul sebelumnya. Ejaan bahasa Indonesia pertama adalah Ejaan Van Ophusyen

pada tahun 1901.Namun ejaaan ini dirasa tidak praktis, maka dari itu, diadakan

penyempurnaan lagi dalam Kongres Bahasa Indonesia I di Solo tahun 1938.Hasil

dari Kongres ini diresmikan Ejaan Soewandi pada tahun 1947 yang dikenal juga

dengan Ejaan Republik.Beriringan dengan semangat orde baru tahun 1966, timbul

keingingan untuk menyempurnakan ejaan Soewandi oleh panitia LBK (Lembaga

Bahasa dan Kesusasteraan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) tetapi tidak

melahirkan hasil. Usaha panitia LBK di lanjutkan oleh Depdikbud pada 16

Agustus 1972, alhasil pada 17 Agustus 1972 pemerintah menetapkan ejaan baru

bahasa Indonesia, yaitu Ejaan LBK yang telah diperbaiki dan disempurnakan yang

dinamakan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).

Secara umum, dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

mengatur empat hal, yakni :

1. pemakaian huruf,

2. penulisan kata,

Page 4: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

3. pemakaian tanda baca, dan

4. penulisan unsur serapan.

Meskipun telah ditetapkan aturan atau kaidah dalam sistem penulisan

bahasa Indonesia yang baik dan benar, kenyataannya masih banyak ditemukan

kesalahan dalam penulisan artikel pada media massa lokal (Padang Ekspres).

Untuk memperoleh gambaran tentang fenomena kesalahan penggunaan

EYD pada artikel di media massa lokal, kami melampirkan dua buah artikel dari

media massa Padang Ekspres.

Jika dicermati, maka akan ditemukan beberapa kesalahan. Kesalahan

tersebut berupa persoalan penggunaan ejaan yang tidak sesuai dengan kaidah yang

telah ditetapkan.

1. Pemakaian Huruf Kapital

Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada

awal kalimat.

Pada artikel “Yakin tanpa Franklin di SEA Games” ditemukan kesalahan

penulisan kata pertama di mana semuanya menggunakan huruf kapital.Mengacu

kepada EYD, huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata

pada awal kalimat.

Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan

dan pangkat dan nama badan resmi yang diikuti oleh nama orang atau

lembaga, contoh: Presiden Barack Obama, Kerajaan Majapahit.

Pada artikel “Rakyat Perancis Tolak Aksi Militer” ditemukan kesalahan

penggunaan huruf kapital dalam penulisan kata senat yang tidak di ikuti dengan

nama lembaga. Kata senat seharusnya di tulis dengan tulisan huruf kecil.

Page 5: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

2. Penulisan Kata

Penulisan kata dapat dibagi menjadi beberapa bagian,

a. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Contoh: Dompet itu sangat tebal.

b. Kata Turunan

- Imbuhan jika berupa awalan, sisipan, akhiran cara penulisannya,

ditulis secara serangkai dengan kata dasarnya.

Contoh :dikelola.

- Imbuhan yang digunakan jika bentuk dasar merupakan gabungan kata,

awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung

mengikuti atau mendahuluinya.

Contoh: bertepuk tangan.

- Imbuhan yang digunakan jika bentuk sadar berupa gabungan kata

mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsure gabungan kata itu

ditulis serangkai.

Contoh: menyebarluaskan.

- Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,

gabungan kata itu ditulis serangkai.

Contoh: bikarbonat.

Page 6: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

Catatan:

Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah

huruf capital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung

(-).

Contoh: non-Indonesia.

Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa

dan yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.

Contoh: Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi

kita.

c. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Contoh: warna-warni, kupu-kupu, hati-hati.

d. Gabungan Kata

- Kata majemuk merupakan gabungan kata yang lazim, juga termasuk

istilah-istilah khusus dan unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Contoh: orang tua, model linear.

- Apabila istilah khusus yang merupakan gabungan kata yang mungkin

menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung

untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

Contoh: anak-istri saya, mesin-hitung tangan.

- Gabungan kata yang ditulis serangkai.

Contoh: barangkali, bilamana, daripada, olahraga.

e. Kata ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dank au ditulis serangkai denga kata yang mengikutinya,

sedangkan ku, mu dan nyaditulis serangkai dengan kata yang

mendahuluinya.

Contoh: Semua yang kupunya boleh kaumiliki

Pensilku, pensilmu, dan pensilnya ketinggalan di rumah.

Page 7: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

f. Kata depan di, ke, dan dari

Penulisan kata depan di, ke, dan dari ditulis secara terpisah dari kata yang

mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap

sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Contoh: Mari kita berangkat ke sekolah.

Ayah lebih tua daripada Ani.

g. Kata si dan sang

Penulisan kata si dan sang dilakukan secara terpisah dari kata yang

mengikutinya.

Contoh: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

h. Partikel

Untuk partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang

mendahuluinya, sedangkan partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang

mendahuluinya, kecuali beberapa kata yang lazim dianggap padu (adapun,

ataupun, bagaimanapun, biarpun, maupun, meskipun, walaupun, dll).

Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi, dan ‘tiap’ ditulis secara terpisah

dari bagian kaliamat yang mendahului atau mengikutinya.

Contoh: Apakah makna tersirat dalam surat itu?

Apapun yang dimakannya, ia tetap kurus.

Bagaimanapun dia akan pergi ke Amerika.

Anak-anak masuk ke dalam kelas satu per satu.

i. Kata Penghubung

Kata penghubung dalam bahasa Indonesia terdapat 2 jenis, yaitu kata

penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. Pada kata

penghubung intrakalimat, kata penghubungnya terletak di dalam kalimat,

baik kalimat tunggal maupun kalimat majemuk. Kata penghubung

intrakalimat memiliki 3 kaidah :

a) harus didahului tanda koma, contoh:

Page 8: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

…, sedangkan …

…, kecuali …

…, tetapi …

…, melainkan …

b) tidak boleh didahului tanda koma, contoh;

… meskipun …

… karena …

… sehingga …

… supaya …

… agar…

… sebab …

… walaupun …

… jika …

c) kata penghubung yang pada tempat tertentu di dahului oleh tanda

koma, sedangkan pada tempat lain tidak, contoh:

Rani dan Meli

jagung, mangga, dan apel.

Kata penghubung antarkalimat merupakan kata penghubung yang terletak

di awal kalimat yang di ikuti dengan tanda baca koma. Berikut contoh dari

kata penghubung antarkalimat:

Namun,….

Selanjutnya, ….

Jadi,….

Sebaliknya,.….

Oleh karena itu,….

Meskipun begitu,…

Akan tetapi,….

Walaupun demikian,….

Kemudian,…

Pada artikel “Rakyat Perancis Tolak Aksi Militer” ditemukan

kesalahan penggunaan kata hubung antarkalimat yaitu pada kata sebab di

Page 9: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

tulis pada awal kalimat dan diikuti tanda baca koma. Seharusnya, kata

hubung sebab terletak di dalam kalimat dan tidak diikuti tanda baca koma.

j. Kata Baku

Kata yang baku adalah kata yang resmi dan dianjurkan penggunaannya

dalam situasi formal. Media massa seharusnya menggunakan kata yang

baku dalam penulisannya. Akan tetapi, dalam artikel “Rakyat Perancis

Tolak Aksi Militer” ditemukan kesalahan penulisan kata bakal dan kata

separo yang merupakan kata yang tidak baku. Kata bakal seharusnya

diganti dengan kata “akan” dan kata separo diganti dengan kata “separuh”

yang merupakan kata baku.

k. Singkatan dan Akronim

Singkatan adalah suatu bentuk kata yang dipendekkan yang terdiri

dari satu huruf atau lebih. Untuk singkatan nama orang, nama gelar,

sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik, sedangkan untuk

singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan

dan organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal

kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Dan

untuk singkatan umum yang terdiri atas tiga hurufatau lebih diikuti satu

Page 10: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

tanda titik.Untuk lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,

timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Contoh: Wery Kurnia Putri, S.A.

PT (Perseroan Terbatas)

dll. (dan lain-lain)

kg (kilogram)

Akronim merupakan singkatan yang berupa gabungan huruf awal,

gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata

yang diperlakuakn sebagai kata. Penulisan akronim dapat dibedakan dari

penggunaan huruf kapital, akronim nama diri yang berupa gabungan huruf

awal dari deret akata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, sedangkan

akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,

ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis

degnan huruf kecil. Dan untuk, akronim nama diri yang berupa gabungan

suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan

huruf awal kapital.

Contoh: SIM (Surat Izin Mengemudi)

Pemilu (Pemilihan Umum)

Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)

3. Pemakaian Tanda Baca

a. Tanda Titik

Penggunaan tanda titik di dalam kalimat dapat dikelompokkan menjadi delapan bagian.

(1) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Contoh: Ayahku tinggal di Padang.

(2) Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau daftar.

Page 11: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

Contoh: 1. Pendahuluan

A. Isi

(3) Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

Contoh: 1.30.5 (pukul 1 lewat 30 menit 5 detik)

(4) Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

Contoh: 2.15.27 (2 jam, 15 menit, 27 detik)

(5) Tanda titik digunakan di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Contoh: Kurnia, Marinka. 1960. Resep Masakan Padang. Payakumbuh: Mentari Pustaka

(6) a. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Contoh: Desa itu berpenduduk 10.000 orang

b. Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Contoh: Monita lahir pada tahun 1990 di Manchester.

(7) Tanda titik tidak digunakan pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, table, dan sebagainya.

Contoh: Cara Cepat Menjadi Pegawai Negeri Ala Ippho

(8) Tanda titik tidak digunakan dibelakang (a) alamat pengirim dan tanggal surat atau (b) nama dan alamat penerima surat.

Contoh: Jalan Makassar 13

Padang 6 Juni 1990

b. Tanda koma

Penggunaan tanda koma dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, diantaranya:

Page 12: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

(1) Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.

Contoh: ….. Oleh karena itu, kita harus waspada

(2) Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Contoh: Kata Yasmin, “Saya telah menyelesaikan kuliah di Jepang.”

(3) Tanda koma digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Contoh: W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk karang-

mengarang(Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

(4) Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Contoh: Ny. Melani Wiguna, M. A.

(5) Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petika langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

Contoh: “Kenapa siswa SMA senang bermain setelah pulang sekolah?” tanya Kaka

4. Penulisan Kata Serapan

Dewasa ini bahasa asing maupun bahasa daerahkerap kali dijadikan

sebagai bahasa sehari-hari,dimana kosakata asing dikenal dengan kata serapan

karena menyerap unsur bahasa lain seperti: Sansekerta, Arab, Portugis,

Belanda, atau Inggris. Unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia menurut taraf

integrasi dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Unsur pinjaman yang belum terserap sepenuhnya ke bahasa Indonesia.

Contoh: reshuffle, shuttle chock, I’exploitation de I’homme par

I’homme.

Berdasarkan contoh, kata-kata tersebut dipakai dalam bahasa Indonesia

akan tetapi pengucapannya tetap mengikuti cara asing.

Page 13: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

2. Unsur pinjaman yang pengucapan serta penulisannya mengikuti kaidah

bahasa Indonesia.

Contohnya pada artikel “Rakyat Perancis Tolak Aksi Militer” menggunakan

beberapa kata serapan seperti: aksi, kongres, dan massa. Berdasarkan literatur

yang ada kata aksi diserap dari bahasa Inggris yaitu action dimana huruf t yang

berada di depan huruf iakan berubah menjadi s. Kemudian kata kongres diserap

dari kata congres, sesuai dengan kaidah EYD ng tidak mengalami perubahan.

Sedangkan kata massa diserap dari kata mass, yang mana kata ini merupakan

pengecualian dari aturan EYD konsonan ganda berubah menjadi konsonan

tunggal.

Jadi berdasarkan artikel yang dibahas menunjukkan bahwa penulis tidak

melakukan kesalahan dalam penggunaan kata serapan.Akan tetapi, untuk

penggunaan kata berbahasa asing ditemukan kesalahan dalam penulisannya.

Menurut EYD kata berbahasa asing harus ditulis miring, contohnya Uci

menghabiskan waktu senggangnya dengan browsing.

Kata hearing harusnya dicetak miring karena merupakan kata berbahasa asing.

Page 14: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

BAB III

PENUTUP

Bahasa sebagai kata pengantar dalam komunikasi sehari-hari baik secara

lisan maupun tulisan memiliki kaidah-kaidah atau aturan-aturan dalam

penggunaannya.Hal ini bertujuan agar tercapainya komunikasi yang efektif antara

informan dan pendengar atau pembaca. Di Indonesia, penggunaan bahasa secara

tertulis diatur oleh EYD.

Saat sekarang ini, penggunaan EYD sering diabaikan. Sering ditemukan

kesalahan penggunaan EYD diberbagai buku maupun media massa. Media massa

sebagai salah satu sumber informasi dimasyarakat sering kali mengabaikan

penggunaan EYD ini, khususnya media massa lokal.

Kesalahan penggunaan EYD yang umum dijumpai pada artikel di media

massa lokal ini yaitu, kesalahan penggunaan huruf kapital, kesalahan penulisan

kata, dan penulisan kata serapan.

3.1 Kesimpulan

a. Terdapat beberapa kesalahan dalam penggunaan EYD di media massa lokal

seperti penggunaan huruf kapital,penulisan kata serapan dan penulisan kata.

b. Penggunaan kata serapan dalam media massa lokal sudah sesuai dengan EYD

hanya saja terdapat kesalahan dalam penulisannya.

c. Penggunaan tanda baca dalam media massa lokal sudah benar dan sesuai

dengan EYD.

3.2 Saran

a. Dalam kehidupan sehari-hari sebaiknya gunakan kaidah EYD baik dalam

percakapan dan penulisan bahasa agar penggunaan bahasa Indonesia baik dan

benar.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

Nadra. 2010. Bahasa dan Teknik Penulisan Karya Ilmiah & Surat Resmi. Padang:

Andalas University Press.

Pamungkas.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan

EYD. Surabaya: Giri Surya.

Depdikbud RI. 1987. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang

Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Pustaka

Setia.

Triana,Hetti Waluati. 2003. Bahasa Indonesia dalam Komunikasi Ilmiah. Padang:

IAIN IB Press

LAMPIRAN :

Page 16: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb

Artikel 1

Artikel 2

Page 17: B.INDONESIA baru.docxn hbbbb