akuntansi syariah ivan

20
   AKUNTANSI SYARIAH Disusun Oleh : Udin Saepudin 120112110021 Irvan Juliansah 120112110022 Benny 1201121100 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN TA. 2011/2012

Upload: benny-ardiansah

Post on 18-Jul-2015

309 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 1/20

 

 AKUNTANSI SYARIAH

Disusun Oleh :

Udin Saepudin 120112110021

Irvan Juliansah 120112110022

Benny 1201121100

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN TA. 2011/2012

Page 2: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 2/20

I.  Latar Belakang

 Akuntansi Syariah melaju kencang seiring kian pesatnya perkembangan

ekonomi syariah di Indonesia, terutama dibidang perbankan sehingga bisnis

pembankan berbasis syariah kini menjadi tren yang patut dibanggakan

Ikatan Akuntan Indonesia pun sejauh ini telah menerbitkan enam standar terkait

dengan akuntansi syariah, yaitu PSAK 101 (penyajian dan pengungkapan laporan

keuangan entitas syariah), PSAK 102 (murabahah), PSAK 103 (salam), PSAK

104 (istishna’), PSAK 105 (mudharabah), dan PSAK 106 (musyarakah).

Berlakunya Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 dan Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 2009, memberikan angin segar bagi pelaku transaksi syariah.

Pasalnya kedua Undang Undang ini mulai mengatur perlakuan perpajakan

secara khusus atas transaksi syariah, sehingga lebih memberikan kepastian

hukum perlakuan perpajakan transaksi syariah yang selama ini terjadi terdapat

perbedaan persepsi mengenai perlakuan perpajakan antara para pelaku

transaksi syariah dan Direktorat Jenderal pajak.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dalam

Pasal 31D memerintahkan untuk membentuk Peraturan Pemerintah yang

mengatur perlakuan Pajak Penghasilan atas transaksi kegiatan Usaha Berbasis

Syariah dipersamakan dengan atau sebagaimana yang berlaku atas transaks

sepadan yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam industri yang sama yang

berdasarkan sistem konvensional. Dengan demikian, perlakuan Pajak

Penghasilan tidak bersifat distortif serta akan memberikan perlakuan yang sama

(level playing field) bagi Wajib Pajak dalam suatu industri yang sama.

Kenyataannya transaksi syariah memang unik. Prinsip dalam transaksi syariah

yang melarang adanya unsur:

a.  Riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah 

maupun fadhl );

b.  Kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun

Page 3: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 3/20

e.  Haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas

operasional yang terkait).

Konsekuensi dengan tidak diperkenankannya adanya unsur riba, maka

pengenaan bunga seperti dalam kelaziman pembiayaan konvensional tidakdiperkenankan, sehingga dalam transaksi syariah pola pembiayaan diubah

dengan skema-skema tertentu yang jika dikenakan pajak dengan perlakuan

perpajakan yang berlaku umum akan mengakibatkan perlakuan yang tidak

netral antara pembiayaan dengan prinsip syariah dan pembiayaan

konvensional.

Dalam prakteknya, transaksi syariah dilakukan melalui beberapa pendekatan

antara lain:

a.  Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah ;

b.  Transaksi jual beli dalam bentuk murabahah , salam, dan istisna ;

c.  Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah dan ijarah muntahiya 

bittamlik ; dan

d.  Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh ;

Tulisan ini hanya akan membahas aspek perpajakan atas transaksi transaksi

murabahah saja, dengan pertimbangan bahwa transaksi ini saat ini yang paling

dominan yang dilakukan para pelaku transaksi syariah.

A. Transaksi  Murabahah 

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan

dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam

murabahah  berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang

setelah ada pemesanan dari pembeli.

Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat

pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesananmengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah

Page 4: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 4/20

kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi tanggungan penjua

dan akan mengurangi nilai akad.

Pembayaran murabahah  dapat dilakukan secara tunai atau tangguh.

Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saatbarang diserahkan kepada pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara

angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu.

 Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara

pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah  dilakukan. Namun jika

akad tersebut telah disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam

akad) yang digunakan.

B. Akuntansi  Murabahah 

Sesuai dengan PSAK No 102 diatur mengenai perlakuan akuntansi dari sisi

penjual maupun pembeli

 Akuntansi Untuk Penjual 

Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya

perolehan. Pengukuran aset murabahah  setelah perolehan adalah sebaga

berikut:

1.   jika murabahah pesanan mengikat, maka:

a.  dinilai sebesar biaya perolehan; dan

b.   jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondis

lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diaku

sebagai beban dan mengurangi nilai aset:

2.   jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat,

maka:

a.  dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat

direalisasi, mana yang lebih rendah; dan

b.   jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,

maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

Page 5: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 5/20

Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai:

1.  pengurang biaya perolehan aset murabahah , jika terjadi sebelum akad

murabahah ;

2.  kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah  dan sesuaakad yang disepakati menjadi hak pembeli;

3.  tambahan keuntungan murabahah , jika terjadi setelah akad murabahah  dan

sesuai akad menjadi hak penjual; atau

4.  pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah  dan tidak

diperjanjikan dalam akad.

Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon pembelian akan

tereliminasi pada saat:

1.  dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah

dikurangi dengan biaya pengembalian; atau

2.  dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau

oleh penjual.

Pada saat akad murabahah , piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset

murabahah  ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan

keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu

saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang.

Keuntungan murabahah diakui:

1.  pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara

tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau

2.  selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk

merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu

tahun. Metode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang paling sesua

dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah nya:

(i)  Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah . Metode ini terapan

untuk tangguh dimana risiko penagihan kas dari piutang murabahah dan bebanpengelolaa piutang serta penagihannya relatif kecil;

Page 6: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 6/20

tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/atau beban untuk

mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar juga;

(iii)  Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah  berhasil ditagih

Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang

tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar

Dalam praktek, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh

mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan

kasnya.

Pengakuan keuntungan, dalam dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang

yang berhasil ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah

piutang yang berhasil ditagih. Persentase keuntungan dihitung dengan perbandingan

antara margin dan biaya perolehan aset murabahah .

Berikut ini contoh perhitungan keuntungan secara proporsional untuk suatu transaksi

murabahah  dengan biaya perolehan aset (pokok) Rp800,00 dan keuntungan

Rp200,00; serta pembayaran dilakukan secara angsuran selama 3 tahun; dimana

 jumlah angsuran, pokok dan keuntungan yang diakui setiap tahun adalah sebaga

berikut:

Tahun Angsuran Pokok Keuntungan

1 500 400 100

2 300 240 60

3 200 160 40

Potongan pelunasan piutang murabahah  yang diberikan kepada pembeli yang

melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui

sebagai pengurang keuntungan murabahah. 

Pemberian potongan pelunasan piutang murabahah  dapat dilakukan dengan

menggunakan salah satu metode berikut:

1.  diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual mengurangi piutang murabahah 

dan keuntungan murabahah ; atau

2. diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual menerima pelunasan piutang dari

Page 7: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 7/20

2.  diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual menerima pelunasan piutang dari

Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:

1.  jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu, maka diakui

sebagai pengurang keuntungan murabahah;  

2.  jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli, maka diakuisebagai beban.

Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan

akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.

Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut:

1.  uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima;

2.  jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai

pembayaran piutang (merupakan bagian pokok);

3.  jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada

pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh

penjual.

 Akuntansi Untuk Pembeli Akhir 

1.  Hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang

murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan);

2.  Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya

perolehan murabahah tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dengan

biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan;

3.  Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi

hutang murabahah;  

4.  Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah , potongan pelunasan

dan potongan hutang murabahah diakui sebagai pengurang beban murabahah  

tangguhan;

5.  Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai

dengan akad diakui sebagai kerugian;

6.  Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagaikerugian.

Page 8: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 8/20

Ilustrasi Jurnal 

Jurnal Penjual Jurnal Pembeli

Penjual melakukan pembelian barang dari supplier  

 Db. Persediaan murabahah 

Kr. Kas

-

Penjualan barang murabahah 

 Db. Piutang murabahah

Kr. Persediaan murabahan

Kr. Pendapatan murabahah ditangguhkan

 Db. Aktiva

 Db. Beban murabahan ditangguhkan

 Dr. Hutang murabahah 

Pembayaran angsuran murabahah 

 Db. Kas

Kr. Piutang murabahah 

 Db. Hutang murabahah 

Kr. Kas

 Db. Pendapatan murabahah ditangguhkan

Kr. Pendapatan murabahah 

 Db. Beban murabahah 

Kr. Beban murabahah ditangguhkan

C. Aspek Pajak Transaksi Murabahah  

Perlakuan Pajak Penghasilan (PPh)

Penghasilan Objek PPh:

Pembiayaan murabahah menggunakan prinsip jual beli sehingga memunculkan margin

yang merupakan selisih antara dana yang diberikan dengan total dana yang harus

dikembalikan oleh penerima dana.

Ketentuan pemajakan atas transaksi murabahah diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan Kegiatan Usaha Berbasis Syariah.

Karena terkait dengan pembiayaan, bukan semata-mata transaksi jual beli,

maka terhadap margin tersebut diperlakukan sebagai penghasilan yang

merupakan objek pemotongan Pajak Penghasilan. Dalam hal penerima penghasilan

merupakan subjek pajak dalam negeri, sesuai dengan ketentuan pasal 23 UU PPh,

akan dipotong PPh Pasal 23 dengan tarif 15%. Apabila penerima penghasilan tidak

memiliki NPWP maka akan dipotong PPh pasal 23 sebesar 100% lebih tinggi dari tarif

Page 9: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 9/20

l S d k jik i h il k bj k j k l

Namun demikian, dalam hal transaksi murabahah dilakukan oleh Bank Syariah sebaga

penjual maka atas margin tersebut tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 23, hal ini

sesuai dengan ketentuan pasal 23 ayat (4) UU Pajak Penghasilan dimana dalam

ketentuan tersebut diatur bahwa penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank

tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 23.

Sampai saat ini ketentuan perpajakan belum mengatur secara khusus saat pengakuan

penghasilan dalam transaksi murabahah yang dilakukan Bank Syariah. Sesuai dengan

pasal 28 UU KUP perlakukan perpajakan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan.

Dalam PSAK 102 keuntungan murabahah diakui:

  pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara

tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau

  selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk

merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu

tahun. Metode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang paling sesua

dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah -nya:

  Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah . Metode ini terapan untuk

murabahah tangguh dimana risiko penagihan kas dari piutang murabahah danbeban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil.

  Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari

piutang murabahah . Metode ini terapan untuk transaksi murabahah  tangguh

dimana risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/atau beban untuk

mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar juga.

  Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode in

terapan untuk transaksi murabahah  tangguh dimana risiko piutang tidak

tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar.

Dalam praktek, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh

mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan

kasnya.

Pengakuan keuntungan, dalam hal dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang

yang berhasil ditagih, dilakukan dengan cara mengalikan persentase keuntunganterhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih. Persentase keuntungan dihitung

Page 10: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 10/20

Berikut ini contoh perhitungan keuntungan secara proporsional untuk suatu transaksi

murabahah  dengan biaya perolehan aset (pokok) Rp800,00 dan keuntungan

Rp200,00; serta pembayaran dilakukan secara angsuran selama 3 tahun; dimana

 jumlah angsuran, pokok dan keuntungan yang diakui setiap tahun adalah sebaga

berikut:

Tahun Angsuran Pokok Keuntungan

1 500 400 100

2 300 240 60

3 200 160 40

Dalam transaksi murabahah  denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan

kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian

dana kebajikan oleh Bank Syariah. Denda yang diterima tersebut secara fiskal

merupakan penghasilan objek PPh.

Pada akhir tahun pendapatan margin murabahah  diakumulasi bersama dengan

penghasilan lainnya dikenakan PPh Tarif Umum dari basis netto.

Dalam hal Bank Syariah menjual tanah dan bangunan perlu diperhatikan ketentuan

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Pembayaran Pajak

Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan.

Ketentuan tersebut mengatur besarnya PPh sebesar 5% (lima persen) dari jumlah

bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan bersifat final. Nila

pengalihan hak tersebut adalah nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta

Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan yang

bersangkutan.

Terkait dengan transaksi murabahah ketentuan ini bisa menimbulkan permasalahan

tersendiri bagi Bank Syariah, karena transaksi murabahah yang dilakukan oleh Bank

Syariah tujuannya adalah pembiayaan bukan semata-mata jual beli, sehingga

seharusnya Bank Syariah tidak dikenakan PPh Final atas Penghasilan Dari Pengalihan

Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.namun tetap mengacu pada prinsip umum

k b h h d b k h d k k b h h d d k

Page 11: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 11/20

t k i b h h di bj k PPh dik k t i b h h d tid k

Biaya yang dapat dikurangkan dalam menghitung PPh : 

Dalam PSAK 102 piutang murabahah  disajikan sebesar nilai bersih yang dapat

direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang

Untuk kepentingan penghitungan PPh, sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor81/PMK.03/2009 Tentang Pembentukan Atau Pemupukan Dana Cadangan Yang

Boleh Dikurangkan Sebagai Biaya diatur bahwa Bank syariah diperkenankan untuk

membuat pencadangan piutang tak tertagih. Besarnya cadangan piutang tak tertagih

untuk bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

sebagai berikut :

  1% (satu persen) dari piutang dengan kualitas yang digolongkan lancar, tidak 

termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan surat berharga yang diterbitkan

Pemerintah berdasarkan prinsip syariah;

  5 % (lima persen) dari piutang dengan kualitas yang digolongkan dalam

perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan;

  5% (lima belas persen) dari piutang dengan kualitas yang digolongkan kurang

lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan;

  50% (lima puluh persen) dari piutang dengan kualitas yang digolongkandiragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan; dan

  100% (seratus persen) dari piutang dengan kualitas yang digolongkan macet

setelah dikurangi dengan nilai agunan.

Besarnya nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang pada cadangan

paling tinggi adalah :

1.  100% (seratus persen) dari nilai agunan yang bersifat likuid; dan

2.  75% (tujuh puluh lima persen) dari nilai agunan lainnya atau sebesar nilai yang

ditetapkan perusahaan penilai.

Sedangkan besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk bank perkreditan rakyat

yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah ditetapkan sebagai

berikut :

  0,5% (setengah persen) dari piutang dengan kualitas lancar tidak termasuk 

Page 12: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 12/20

  10% (sepuluh persen) dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah

dikurangi dengan nilai agunan;

  50% (lima puluh persen) dari piutang dengan kualitas diragukan setelah

dikurangi dengan nilai agunan; dan

  100% (seratus persen) dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi

dengan nilai agunan.

Besarnya nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang pada cadangan

paling tinggi adalah :

  100% (seratus persen) dari nilai agunan yang bersifat likuid; dan

  75% (tujuh puluh lima persen) dari nilai agunan lainnya atau sebesar nilai yang

ditetapkan perusahaan penilai.

PSAK 102 menyatakan pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai

berikut:

1.  jika murabahah pesanan mengikat, maka:

1.  dinilai sebesar biaya perolehan; dan

2.  jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondis

lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diaku

sebagai beban dan mengurangi nilai aset:

3.  jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat,

maka:

o  dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat

direalisasi, mana yang lebih rendah; dan

o   jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya

perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

Pengukuran aset murabahah  menurut PSAK tersebut merupakan penerapan prinsip

konservatisme. UU PPh tidak menganut prinsip konservatisme, sehingga aset

murabahah  akan selalu dinilai menggunakan biaya perolehan. Biaya yang muncu

terkait dengan penerapan prinsip konservatisme oleh ketentuan UU PPh tidak dapat

dibebankan sebagai biaya. Ketentuan perpajakan menganut prinsip realisasi. Kerugian

karena penurunan aktiva baru akan diakui ketika benar-benar terealisasi yaitu ketika

Page 13: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 13/20

karena penurunan aktiva baru akan diakui ketika benar benar terealisasi yaitu ketika

Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 

Dengan berlakunya UU No 42 tahun 2009, perlakuan PPN untuk transaksi pembiayaan

murabahah yang selama ini menjadi ganjalan menjadi lebih jelas. Bank Syariah tidak

perlu memungut PPN atas penyerahan barang kena pajak kepada pembeli akhir.Berdasarkan Pasal 1 A ayat (1) huruf h UU No 42 Tahun 2009 penyerahan Barang

Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang

dilakukan berdasarkan prinsip syariah, penyerahannya dianggap langsung dari

Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak.

Contoh : dalam transaksi murabahah , bank syariah bertindak sebagai penyedia dana

untuk membeli sebuah kendaraan bermotor dari Pengusaha Kena Pajak A atas

pesanan nasabah bank syariah (Tuan B). Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank

syariah harus membeli dahulu kendaraan bermotor tersebut dan kemudian menjualnya

kepada Tuan B, berdasarkan Undang-Undang ini, penyerahan kendaraan bermotor

tersebut dianggap dilakukan langsung oleh Pengusaha Kena Pajak A kepada Tuan B.

Perlakuan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) 

Dalam hal Bank Syariah melakukan transaksi murabahah  atas perolehan hak atas

tanah dan atau bangunan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997,

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan menjadi objek BPHTB. Tarif BPHTB sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek

Pajak.

Kondisi ini menciptakan perlakuan yang tidak netral dengan perbankan konvensional.

Dalam kasus kredit perumahan oleh bank konvensional jual beli terjadi antara

perusahaan pengembang perumahan (developer) dengan kreditur selaku pembeli.

Sehingga BPHTB terutang langsung pada kreditur selaku pembeli. Namun dalam

transaksi murabahah , secara akad terjadi dua transaksi jual beli yaitu antara

perusahaan pengembang perumahan dengan Bank Syariah dan antara bank syariah

dengan nasabah selaku pembeli akhir. Akibatnya BPHTB terutang dua kali, yaitu oleh

Bank Syariah dan oleh nasabah selaku pembeli akhir.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Page 14: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 14/20

2011 mekanisme pengenaan BPHTB tidap daerah bisa berbeda tergantung dar

Peraturan Daerah masing-masing.

Perlakuan Bea Meterai

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 TAHUN 1985 Tentang Bea Meterai,

dokumen yang terutang bea meterai saat akad murabahah disepakati, antara lain :

  surat perjanjian/akad murabahah;  

  kuitansi/tanda terima uang;

  akta-akta yang dibuat oleh pejabat PPAT dalam hal akad murabahah  

menyangkut pengalihan tanah

II. PPN atas transaksi Murabahah 

Peraturan tentang PPN

PPN diatur dalam UU No. 8/1983 yang telah diubah beberapa kali diubah terakhir

dengan UU No. 18/2000. Undang-undang ini menyatakan bahwa segala jenis

barang, berwujud baik bergerak atau tidak bergerak, maupun barang tidak

berwujud merupakan obyek PPN.

Pasal 1 angka 2 menyatakan bahwa Barang adalah barang berwujud, yang menurut

sifat atas hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak

dan barang tidak berwujud.

Pasal 1 angka 3 menyatakan bahwa Barang Kena Pajak adalah barang sebagaimana

dimaksud dalam angka 2 yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini.

Pasal 1 angka 5 menyatakan bahwa jasa adalah setiap kegiatan berdasarkan suatu

perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau

kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk

menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas

petunjuk dari pemesan.

Pasal 1 angka 6 menyatakan bahwa Jasa Kena Pajak adalah sebagaimana dimaksud

d l k 5 dik k j k b d k U d d i i

Page 15: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 15/20

dalam angka 5 yang dikenakan pajak berdasarkan Undang undang ini

dan menjual, termasuk kegiatan tukar menukar barang, tanpa mengubah bentuk

atau sifatnya.

Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pengusaha adalah orang pribadi atau badan

yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor

barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan

barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau

memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

Pasal 1A ayat (1) huruf a menyatakan bahwa termasuk dalam pengertianpenyerahan Barang

Kena Pajak adalah penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian.

Penjelasan Pasal ini menyatakan bahwa perjanjian yang dimaksudkan dalam

ketentuan ini meliputi jual beli, tukar menukar, jual beli dengan angsuran, atau

perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak atas barang.

Pasal 4 huruf a menyatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan ataspenyerahan

Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.

Jika memperhatikan pasal-pasal yang telah dijelaskan diatas, maka transaks

murabahah termasuk obyek pajak yang terkena perlakuan Pajak Pertambahan Nilai

(PPN), namun dalam pasal-pasal lain masih diberikan pengecualian atas obyek pajak

tertentu.

Pengecualian PPN 

Pasal 4A ayat (2) jo. Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000

tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai,

menetapkan jenis-jenis barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai yaitu :

- barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran, yang diambil

langsung dari sumbernya;

- barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;

- makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,

d j i d

Page 16: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 16/20

warung dan sejenisnya; dan

 

Pasal 4A ayat (3) jo. Pasal 5 huruf d dan Pasal 8 huruf a Peraturan Pemerintah

Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak

Pertambahan Nilai, menetapkan jasa perbankan sesuai dengan ketentuan

sebagaimana diatur dalam Undang- undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

beserta perubahannya (kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang

dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan

suatu kontrak (perjanjian), dan jasa anjak piutang) sebagai jenis jasa yang tidak

dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

Berkenaan dengan jasa perbankan, dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-

15/PJ.5/1990, diatur tentang batasan jasa perbankan yang tidak dikenakan PPN,

yaitu :

- Jasa penghimpunan dana (giro, deposito, tabungan dan lain-lain);

- Jasa penyaluran dana (perkreditan); dan

- Jasa di bidang lalu lintas keuangan giral dan kartal.

Tampak jelas bahwa jasa-jasa di atas merupakan jenis-jenis jasa yang hanya dapat

dilakukan oleh lembaga perbankan. Artinya, jasa perbankan yang tidak dikenakan

PPN adalah jasa-jasa yang merupakan kegiatan pokok perbankan dan tidak

diperkenankan dilakukan oleh lembaga non bank sesuai dengan UU Nomor 7

Tahun 1992 yang telah diubah dengan UU Nomor 10

Tahun 1998

Ketentuan diatas sejalan dengan ketentuan dalam Pasal 8 PP Nomor 144 Tahun 2000

yang mengatur tentang jasa-jasa yang dilakukan oleh bank tetapi merupakan JasaKena Pajak, dengan alasan karena jasa-jasa tersebut dapat dilakukan oleh lembaga

bukan bank, jasa-jasa tersebut dikenakan PPN. Jasa-jasa tersebut adalah :

- Jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga

(penyewaan safe deposit box).

- Jasa penitipan (safe Custody) yaitu: jasa penyimpanan, penjagaan, dan

pemeliharaan surat-surat berharga.

- Jasa anjak piutang.

Page 17: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 17/20

 

III. Bagaimana terhadap Pembiayaan Murabahah 

Produk Perbankan Syariah

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan

Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, antara lain mengatur :

a. Pasal 1 angka 13 menyatakan bahwa Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian

berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan

dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang

dinyatakan sesuai dengan Syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsipbagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni

tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan

atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

b. Pasal 6 huruf m menyatakan bahwa usaha bank umum antara lain adalah

menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkanPrinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Jelaslah bahwa bank syariah dapat melakukan kegiatan untuk menerima penyimpanan

dana, dan dapat menyalurkan pembiayaan yaitu menyediakan sejumlah dana

sebagaimana diuraikan lebih lanjut dalam PBI Nomor 9/19/PBI/2007.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah

dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank 

syariah, antara lain mengatur :Pasal 1 angka 3 menyatakan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana atau

tagihan/piutang yang dapat dipersamakan dengan itu dalam :

a. Transaksi investasi yang didasarkan antara lain atas Akad Mudharabah 

dan/atau

Musyarakah, 

Page 18: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 18/20

 

b. Transaksi sewa yang didasarkan antara lain atas Akad Ijarah atau Akad Ijarah 

dengan opsi perpindahan hak milik (Ijarah Muntahiyyah bit Tamlik), 

c. Transaksi jual beli yang didasarkan antar lain atas Akad Murabahah,

Salam , dan

Istishna ,

d. Transaksi pinjaman yang didasarkan antara lain atas Akad Qardh, dan

e. Transaksi multijasa yang didasarkan antara lain atas Akad Ijarah atau Kafalah .

Pasal 2 angka 1 menyatakan bahwa Dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan,

penyaluran dana dan pelayanan jasa. Bank wajib memenuhi Prinsip Syariah.

Pasal 3, menyatakan bahwa Pemenuhan prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam

pasal 2 ayat 1, dilakukan sebagai berikut :a. dalam kegiatan penghimpunan dana dengan mempergunakan antar lain Akad

Wadi’ ah dan Mudharabah,

b. dalam kegiatan penyaluran dana berupa pembiayaan dengan

mempergunakan antara

lain Akad Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna’ , Ijarah,

Ijarah Muntahiyyah bit Tamlik dan Qardh, dan 

c. dalam kegiatan pelayanan jasa dengan mempergunakan antara lain  Akad Kafalah, Hawalah dan Sharf .

PBI ini khususnya pasal 1 ayat 3 menjelaskan bahwa pembiayaan (penyaluran dana)

dapat digunakan untuk membiayai transaksi:

a) Investasi b) Sewa

c) Jual beli d) Pinjaman e) Multi jasa

PBI ini sama sekali tidak mengatur atau membolehkan Bank syariah melakukan

transaksi :a) Investasi b) Sewa

c) Jual beli d) Pinjaman e) Multi jasa

Karena transaksi transaksi tersebut bukanlah transaksi perbankan sebagaimana

dimaksudkan dalam uu NO 7/92 , sebagaimana telah diubah dengan UU no 10/98

Oleh karena itu, pembiayaan murabahah jelas berbeda dengan transaksi murabahah

Page 19: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 19/20

 

yang dilakukan oleh selain perbankan. Pembiayaan murabahah jelas secara kategoris

masuk dalam kategori jasa perbankan yang oleh UU No. 18/2000 Pasal 4A ayat (3) jo.

Pasal 5 huruf d dan Pasal 8 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000

tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

Peraturan itu menetapkan jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana

diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan beserta

perubahannya (kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat

berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak 

(perjanjian), dan jasa anjak piutang) sebagai jenis jasa yag tidak dikenakan Pajak 

Pertambahan Nilai.

D. Penutup 

Sampai saat ini aturan pelaksana untuk perlakuan perpajakan terhadap transksi syariah

khususnya mengenai Pajak Penghasilan baru sebatas pada Peraturan Pemerintah,

sedangkan untuk perlakuan Pajak Pertambahan nilai baru sebatas Undang-Undang.

Tentu saja para pelaku transaksi syariah masih menunggu petunjuk teknis yang lebih

 jelas dalam aturan-aturan pelaksanaan dibawahnya. Terkait dengan beragamnya

pendekatan transaksi syariah dan untuk memberikan perlakuan yang netral antar

industri yang sama disarankan pembentukan peraturan pelaksana untuk transaksi

syariah menggunakan pendekatan sektor industri, misalnya transaksi syariah industri

perbankan, transaksi syariah industri asuransi, dan industri lainnya.

Page 20: Akuntansi Syariah Ivan

5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 20/20

 

D. Daftar Pustaka 

  Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

  Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

  Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa

dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

  Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah

  Undang-Undang Nomor 13 TAHUN 1985 tentang Bea Meterai

  Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan

Kegiatan Usaha Berbasis Syariah

  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2009 tentang Pembentukan Atau

Pemupukan Dana Cadangan Yang Boleh Dikurangkan Sebagai Biaya

  Ikatan Akuntan Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan Syariah

  Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 101

Penyajian Laporan Keuangan Syariah

  Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 102 Akuntansi Murabahah