akuntansi syariah ivan
TRANSCRIPT
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 1/20
AKUNTANSI SYARIAH
Disusun Oleh :
Udin Saepudin 120112110021
Irvan Juliansah 120112110022
Benny 1201121100
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN TA. 2011/2012
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 2/20
I. Latar Belakang
Akuntansi Syariah melaju kencang seiring kian pesatnya perkembangan
ekonomi syariah di Indonesia, terutama dibidang perbankan sehingga bisnis
pembankan berbasis syariah kini menjadi tren yang patut dibanggakan
Ikatan Akuntan Indonesia pun sejauh ini telah menerbitkan enam standar terkait
dengan akuntansi syariah, yaitu PSAK 101 (penyajian dan pengungkapan laporan
keuangan entitas syariah), PSAK 102 (murabahah), PSAK 103 (salam), PSAK
104 (istishna’), PSAK 105 (mudharabah), dan PSAK 106 (musyarakah).
Berlakunya Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 dan Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009, memberikan angin segar bagi pelaku transaksi syariah.
Pasalnya kedua Undang Undang ini mulai mengatur perlakuan perpajakan
secara khusus atas transaksi syariah, sehingga lebih memberikan kepastian
hukum perlakuan perpajakan transaksi syariah yang selama ini terjadi terdapat
perbedaan persepsi mengenai perlakuan perpajakan antara para pelaku
transaksi syariah dan Direktorat Jenderal pajak.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dalam
Pasal 31D memerintahkan untuk membentuk Peraturan Pemerintah yang
mengatur perlakuan Pajak Penghasilan atas transaksi kegiatan Usaha Berbasis
Syariah dipersamakan dengan atau sebagaimana yang berlaku atas transaks
sepadan yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam industri yang sama yang
berdasarkan sistem konvensional. Dengan demikian, perlakuan Pajak
Penghasilan tidak bersifat distortif serta akan memberikan perlakuan yang sama
(level playing field) bagi Wajib Pajak dalam suatu industri yang sama.
Kenyataannya transaksi syariah memang unik. Prinsip dalam transaksi syariah
yang melarang adanya unsur:
a. Riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah
maupun fadhl );
b. Kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 3/20
e. Haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas
operasional yang terkait).
Konsekuensi dengan tidak diperkenankannya adanya unsur riba, maka
pengenaan bunga seperti dalam kelaziman pembiayaan konvensional tidakdiperkenankan, sehingga dalam transaksi syariah pola pembiayaan diubah
dengan skema-skema tertentu yang jika dikenakan pajak dengan perlakuan
perpajakan yang berlaku umum akan mengakibatkan perlakuan yang tidak
netral antara pembiayaan dengan prinsip syariah dan pembiayaan
konvensional.
Dalam prakteknya, transaksi syariah dilakukan melalui beberapa pendekatan
antara lain:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah ;
b. Transaksi jual beli dalam bentuk murabahah , salam, dan istisna ;
c. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah dan ijarah muntahiya
bittamlik ; dan
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh ;
Tulisan ini hanya akan membahas aspek perpajakan atas transaksi transaksi
murabahah saja, dengan pertimbangan bahwa transaksi ini saat ini yang paling
dominan yang dilakukan para pelaku transaksi syariah.
A. Transaksi Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam
murabahah berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang
setelah ada pemesanan dari pembeli.
Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat
pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesananmengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 4/20
kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi tanggungan penjua
dan akan mengurangi nilai akad.
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh.
Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saatbarang diserahkan kepada pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara
angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu.
Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara
pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika
akad tersebut telah disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam
akad) yang digunakan.
B. Akuntansi Murabahah
Sesuai dengan PSAK No 102 diatur mengenai perlakuan akuntansi dari sisi
penjual maupun pembeli
Akuntansi Untuk Penjual
Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan. Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebaga
berikut:
1. jika murabahah pesanan mengikat, maka:
a. dinilai sebesar biaya perolehan; dan
b. jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondis
lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diaku
sebagai beban dan mengurangi nilai aset:
2. jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat,
maka:
a. dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi, mana yang lebih rendah; dan
b. jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 5/20
Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai:
1. pengurang biaya perolehan aset murabahah , jika terjadi sebelum akad
murabahah ;
2. kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuaakad yang disepakati menjadi hak pembeli;
3. tambahan keuntungan murabahah , jika terjadi setelah akad murabahah dan
sesuai akad menjadi hak penjual; atau
4. pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad.
Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon pembelian akan
tereliminasi pada saat:
1. dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah
dikurangi dengan biaya pengembalian; atau
2. dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau
oleh penjual.
Pada saat akad murabahah , piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset
murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan
keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu
saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Keuntungan murabahah diakui:
1. pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara
tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau
2. selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk
merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu
tahun. Metode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang paling sesua
dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah nya:
(i) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah . Metode ini terapan
untuk tangguh dimana risiko penagihan kas dari piutang murabahah dan bebanpengelolaa piutang serta penagihannya relatif kecil;
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 6/20
tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/atau beban untuk
mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar juga;
(iii) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih
Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang
tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar
Dalam praktek, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh
mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan
kasnya.
Pengakuan keuntungan, dalam dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang
yang berhasil ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah
piutang yang berhasil ditagih. Persentase keuntungan dihitung dengan perbandingan
antara margin dan biaya perolehan aset murabahah .
Berikut ini contoh perhitungan keuntungan secara proporsional untuk suatu transaksi
murabahah dengan biaya perolehan aset (pokok) Rp800,00 dan keuntungan
Rp200,00; serta pembayaran dilakukan secara angsuran selama 3 tahun; dimana
jumlah angsuran, pokok dan keuntungan yang diakui setiap tahun adalah sebaga
berikut:
Tahun Angsuran Pokok Keuntungan
1 500 400 100
2 300 240 60
3 200 160 40
Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang
melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui
sebagai pengurang keuntungan murabahah.
Pemberian potongan pelunasan piutang murabahah dapat dilakukan dengan
menggunakan salah satu metode berikut:
1. diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual mengurangi piutang murabahah
dan keuntungan murabahah ; atau
2. diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual menerima pelunasan piutang dari
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 7/20
2. diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual menerima pelunasan piutang dari
Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:
1. jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu, maka diakui
sebagai pengurang keuntungan murabahah;
2. jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli, maka diakuisebagai beban.
Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan
akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut:
1. uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima;
2. jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang (merupakan bagian pokok);
3. jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh
penjual.
Akuntansi Untuk Pembeli Akhir
1. Hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang
murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan);
2. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya
perolehan murabahah tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dengan
biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan;
3. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi
hutang murabahah;
4. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah , potongan pelunasan
dan potongan hutang murabahah diakui sebagai pengurang beban murabahah
tangguhan;
5. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai
dengan akad diakui sebagai kerugian;
6. Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagaikerugian.
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 8/20
Ilustrasi Jurnal
Jurnal Penjual Jurnal Pembeli
Penjual melakukan pembelian barang dari supplier
Db. Persediaan murabahah
Kr. Kas
-
Penjualan barang murabahah
Db. Piutang murabahah
Kr. Persediaan murabahan
Kr. Pendapatan murabahah ditangguhkan
Db. Aktiva
Db. Beban murabahan ditangguhkan
Dr. Hutang murabahah
Pembayaran angsuran murabahah
Db. Kas
Kr. Piutang murabahah
Db. Hutang murabahah
Kr. Kas
Db. Pendapatan murabahah ditangguhkan
Kr. Pendapatan murabahah
Db. Beban murabahah
Kr. Beban murabahah ditangguhkan
C. Aspek Pajak Transaksi Murabahah
Perlakuan Pajak Penghasilan (PPh)
Penghasilan Objek PPh:
Pembiayaan murabahah menggunakan prinsip jual beli sehingga memunculkan margin
yang merupakan selisih antara dana yang diberikan dengan total dana yang harus
dikembalikan oleh penerima dana.
Ketentuan pemajakan atas transaksi murabahah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan Kegiatan Usaha Berbasis Syariah.
Karena terkait dengan pembiayaan, bukan semata-mata transaksi jual beli,
maka terhadap margin tersebut diperlakukan sebagai penghasilan yang
merupakan objek pemotongan Pajak Penghasilan. Dalam hal penerima penghasilan
merupakan subjek pajak dalam negeri, sesuai dengan ketentuan pasal 23 UU PPh,
akan dipotong PPh Pasal 23 dengan tarif 15%. Apabila penerima penghasilan tidak
memiliki NPWP maka akan dipotong PPh pasal 23 sebesar 100% lebih tinggi dari tarif
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 9/20
l S d k jik i h il k bj k j k l
Namun demikian, dalam hal transaksi murabahah dilakukan oleh Bank Syariah sebaga
penjual maka atas margin tersebut tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 23, hal ini
sesuai dengan ketentuan pasal 23 ayat (4) UU Pajak Penghasilan dimana dalam
ketentuan tersebut diatur bahwa penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 23.
Sampai saat ini ketentuan perpajakan belum mengatur secara khusus saat pengakuan
penghasilan dalam transaksi murabahah yang dilakukan Bank Syariah. Sesuai dengan
pasal 28 UU KUP perlakukan perpajakan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan.
Dalam PSAK 102 keuntungan murabahah diakui:
pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau secara
tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau
selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk
merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu
tahun. Metode-metode berikut ini digunakan, dan dipilih yang paling sesua
dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahah -nya:
Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah . Metode ini terapan untuk
murabahah tangguh dimana risiko penagihan kas dari piutang murabahah danbeban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil.
Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari
piutang murabahah . Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh
dimana risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/atau beban untuk
mengelola dan menagih piutang tersebut relatif besar juga.
Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode in
terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak
tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar.
Dalam praktek, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh
mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan
kasnya.
Pengakuan keuntungan, dalam hal dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang
yang berhasil ditagih, dilakukan dengan cara mengalikan persentase keuntunganterhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih. Persentase keuntungan dihitung
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 10/20
Berikut ini contoh perhitungan keuntungan secara proporsional untuk suatu transaksi
murabahah dengan biaya perolehan aset (pokok) Rp800,00 dan keuntungan
Rp200,00; serta pembayaran dilakukan secara angsuran selama 3 tahun; dimana
jumlah angsuran, pokok dan keuntungan yang diakui setiap tahun adalah sebaga
berikut:
Tahun Angsuran Pokok Keuntungan
1 500 400 100
2 300 240 60
3 200 160 40
Dalam transaksi murabahah denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan
kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian
dana kebajikan oleh Bank Syariah. Denda yang diterima tersebut secara fiskal
merupakan penghasilan objek PPh.
Pada akhir tahun pendapatan margin murabahah diakumulasi bersama dengan
penghasilan lainnya dikenakan PPh Tarif Umum dari basis netto.
Dalam hal Bank Syariah menjual tanah dan bangunan perlu diperhatikan ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Pembayaran Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan.
Ketentuan tersebut mengatur besarnya PPh sebesar 5% (lima persen) dari jumlah
bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan bersifat final. Nila
pengalihan hak tersebut adalah nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta
Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan yang
bersangkutan.
Terkait dengan transaksi murabahah ketentuan ini bisa menimbulkan permasalahan
tersendiri bagi Bank Syariah, karena transaksi murabahah yang dilakukan oleh Bank
Syariah tujuannya adalah pembiayaan bukan semata-mata jual beli, sehingga
seharusnya Bank Syariah tidak dikenakan PPh Final atas Penghasilan Dari Pengalihan
Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.namun tetap mengacu pada prinsip umum
k b h h d b k h d k k b h h d d k
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 11/20
t k i b h h di bj k PPh dik k t i b h h d tid k
Biaya yang dapat dikurangkan dalam menghitung PPh :
Dalam PSAK 102 piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang
Untuk kepentingan penghitungan PPh, sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor81/PMK.03/2009 Tentang Pembentukan Atau Pemupukan Dana Cadangan Yang
Boleh Dikurangkan Sebagai Biaya diatur bahwa Bank syariah diperkenankan untuk
membuat pencadangan piutang tak tertagih. Besarnya cadangan piutang tak tertagih
untuk bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
sebagai berikut :
1% (satu persen) dari piutang dengan kualitas yang digolongkan lancar, tidak
termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan surat berharga yang diterbitkan
Pemerintah berdasarkan prinsip syariah;
5 % (lima persen) dari piutang dengan kualitas yang digolongkan dalam
perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan;
5% (lima belas persen) dari piutang dengan kualitas yang digolongkan kurang
lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan;
50% (lima puluh persen) dari piutang dengan kualitas yang digolongkandiragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan; dan
100% (seratus persen) dari piutang dengan kualitas yang digolongkan macet
setelah dikurangi dengan nilai agunan.
Besarnya nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang pada cadangan
paling tinggi adalah :
1. 100% (seratus persen) dari nilai agunan yang bersifat likuid; dan
2. 75% (tujuh puluh lima persen) dari nilai agunan lainnya atau sebesar nilai yang
ditetapkan perusahaan penilai.
Sedangkan besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk bank perkreditan rakyat
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah ditetapkan sebagai
berikut :
0,5% (setengah persen) dari piutang dengan kualitas lancar tidak termasuk
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 12/20
10% (sepuluh persen) dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah
dikurangi dengan nilai agunan;
50% (lima puluh persen) dari piutang dengan kualitas diragukan setelah
dikurangi dengan nilai agunan; dan
100% (seratus persen) dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi
dengan nilai agunan.
Besarnya nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang pada cadangan
paling tinggi adalah :
100% (seratus persen) dari nilai agunan yang bersifat likuid; dan
75% (tujuh puluh lima persen) dari nilai agunan lainnya atau sebesar nilai yang
ditetapkan perusahaan penilai.
PSAK 102 menyatakan pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai
berikut:
1. jika murabahah pesanan mengikat, maka:
1. dinilai sebesar biaya perolehan; dan
2. jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondis
lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diaku
sebagai beban dan mengurangi nilai aset:
3. jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat,
maka:
o dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi, mana yang lebih rendah; dan
o jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
Pengukuran aset murabahah menurut PSAK tersebut merupakan penerapan prinsip
konservatisme. UU PPh tidak menganut prinsip konservatisme, sehingga aset
murabahah akan selalu dinilai menggunakan biaya perolehan. Biaya yang muncu
terkait dengan penerapan prinsip konservatisme oleh ketentuan UU PPh tidak dapat
dibebankan sebagai biaya. Ketentuan perpajakan menganut prinsip realisasi. Kerugian
karena penurunan aktiva baru akan diakui ketika benar-benar terealisasi yaitu ketika
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 13/20
karena penurunan aktiva baru akan diakui ketika benar benar terealisasi yaitu ketika
Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Dengan berlakunya UU No 42 tahun 2009, perlakuan PPN untuk transaksi pembiayaan
murabahah yang selama ini menjadi ganjalan menjadi lebih jelas. Bank Syariah tidak
perlu memungut PPN atas penyerahan barang kena pajak kepada pembeli akhir.Berdasarkan Pasal 1 A ayat (1) huruf h UU No 42 Tahun 2009 penyerahan Barang
Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah, penyerahannya dianggap langsung dari
Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak.
Contoh : dalam transaksi murabahah , bank syariah bertindak sebagai penyedia dana
untuk membeli sebuah kendaraan bermotor dari Pengusaha Kena Pajak A atas
pesanan nasabah bank syariah (Tuan B). Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank
syariah harus membeli dahulu kendaraan bermotor tersebut dan kemudian menjualnya
kepada Tuan B, berdasarkan Undang-Undang ini, penyerahan kendaraan bermotor
tersebut dianggap dilakukan langsung oleh Pengusaha Kena Pajak A kepada Tuan B.
Perlakuan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Dalam hal Bank Syariah melakukan transaksi murabahah atas perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan menjadi objek BPHTB. Tarif BPHTB sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek
Pajak.
Kondisi ini menciptakan perlakuan yang tidak netral dengan perbankan konvensional.
Dalam kasus kredit perumahan oleh bank konvensional jual beli terjadi antara
perusahaan pengembang perumahan (developer) dengan kreditur selaku pembeli.
Sehingga BPHTB terutang langsung pada kreditur selaku pembeli. Namun dalam
transaksi murabahah , secara akad terjadi dua transaksi jual beli yaitu antara
perusahaan pengembang perumahan dengan Bank Syariah dan antara bank syariah
dengan nasabah selaku pembeli akhir. Akibatnya BPHTB terutang dua kali, yaitu oleh
Bank Syariah dan oleh nasabah selaku pembeli akhir.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 14/20
2011 mekanisme pengenaan BPHTB tidap daerah bisa berbeda tergantung dar
Peraturan Daerah masing-masing.
Perlakuan Bea Meterai
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 TAHUN 1985 Tentang Bea Meterai,
dokumen yang terutang bea meterai saat akad murabahah disepakati, antara lain :
surat perjanjian/akad murabahah;
kuitansi/tanda terima uang;
akta-akta yang dibuat oleh pejabat PPAT dalam hal akad murabahah
menyangkut pengalihan tanah
II. PPN atas transaksi Murabahah
Peraturan tentang PPN
PPN diatur dalam UU No. 8/1983 yang telah diubah beberapa kali diubah terakhir
dengan UU No. 18/2000. Undang-undang ini menyatakan bahwa segala jenis
barang, berwujud baik bergerak atau tidak bergerak, maupun barang tidak
berwujud merupakan obyek PPN.
Pasal 1 angka 2 menyatakan bahwa Barang adalah barang berwujud, yang menurut
sifat atas hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak
dan barang tidak berwujud.
Pasal 1 angka 3 menyatakan bahwa Barang Kena Pajak adalah barang sebagaimana
dimaksud dalam angka 2 yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 1 angka 5 menyatakan bahwa jasa adalah setiap kegiatan berdasarkan suatu
perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk
menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas
petunjuk dari pemesan.
Pasal 1 angka 6 menyatakan bahwa Jasa Kena Pajak adalah sebagaimana dimaksud
d l k 5 dik k j k b d k U d d i i
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 15/20
dalam angka 5 yang dikenakan pajak berdasarkan Undang undang ini
dan menjual, termasuk kegiatan tukar menukar barang, tanpa mengubah bentuk
atau sifatnya.
Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pengusaha adalah orang pribadi atau badan
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
Pasal 1A ayat (1) huruf a menyatakan bahwa termasuk dalam pengertianpenyerahan Barang
Kena Pajak adalah penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian.
Penjelasan Pasal ini menyatakan bahwa perjanjian yang dimaksudkan dalam
ketentuan ini meliputi jual beli, tukar menukar, jual beli dengan angsuran, atau
perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak atas barang.
Pasal 4 huruf a menyatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan ataspenyerahan
Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.
Jika memperhatikan pasal-pasal yang telah dijelaskan diatas, maka transaks
murabahah termasuk obyek pajak yang terkena perlakuan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), namun dalam pasal-pasal lain masih diberikan pengecualian atas obyek pajak
tertentu.
Pengecualian PPN
Pasal 4A ayat (2) jo. Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000
tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai,
menetapkan jenis-jenis barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai yaitu :
- barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran, yang diambil
langsung dari sumbernya;
- barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
- makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
d j i d
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 16/20
warung dan sejenisnya; dan
Pasal 4A ayat (3) jo. Pasal 5 huruf d dan Pasal 8 huruf a Peraturan Pemerintah
Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai, menetapkan jasa perbankan sesuai dengan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Undang- undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
beserta perubahannya (kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang
dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak (perjanjian), dan jasa anjak piutang) sebagai jenis jasa yang tidak
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
Berkenaan dengan jasa perbankan, dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-
15/PJ.5/1990, diatur tentang batasan jasa perbankan yang tidak dikenakan PPN,
yaitu :
- Jasa penghimpunan dana (giro, deposito, tabungan dan lain-lain);
- Jasa penyaluran dana (perkreditan); dan
- Jasa di bidang lalu lintas keuangan giral dan kartal.
Tampak jelas bahwa jasa-jasa di atas merupakan jenis-jenis jasa yang hanya dapat
dilakukan oleh lembaga perbankan. Artinya, jasa perbankan yang tidak dikenakan
PPN adalah jasa-jasa yang merupakan kegiatan pokok perbankan dan tidak
diperkenankan dilakukan oleh lembaga non bank sesuai dengan UU Nomor 7
Tahun 1992 yang telah diubah dengan UU Nomor 10
Tahun 1998
Ketentuan diatas sejalan dengan ketentuan dalam Pasal 8 PP Nomor 144 Tahun 2000
yang mengatur tentang jasa-jasa yang dilakukan oleh bank tetapi merupakan JasaKena Pajak, dengan alasan karena jasa-jasa tersebut dapat dilakukan oleh lembaga
bukan bank, jasa-jasa tersebut dikenakan PPN. Jasa-jasa tersebut adalah :
- Jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
(penyewaan safe deposit box).
- Jasa penitipan (safe Custody) yaitu: jasa penyimpanan, penjagaan, dan
pemeliharaan surat-surat berharga.
- Jasa anjak piutang.
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 17/20
III. Bagaimana terhadap Pembiayaan Murabahah
Produk Perbankan Syariah
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, antara lain mengatur :
a. Pasal 1 angka 13 menyatakan bahwa Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan
dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan Syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsipbagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan
atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
b. Pasal 6 huruf m menyatakan bahwa usaha bank umum antara lain adalah
menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkanPrinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Jelaslah bahwa bank syariah dapat melakukan kegiatan untuk menerima penyimpanan
dana, dan dapat menyalurkan pembiayaan yaitu menyediakan sejumlah dana
sebagaimana diuraikan lebih lanjut dalam PBI Nomor 9/19/PBI/2007.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah
dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank
syariah, antara lain mengatur :Pasal 1 angka 3 menyatakan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana atau
tagihan/piutang yang dapat dipersamakan dengan itu dalam :
a. Transaksi investasi yang didasarkan antara lain atas Akad Mudharabah
dan/atau
Musyarakah,
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 18/20
b. Transaksi sewa yang didasarkan antara lain atas Akad Ijarah atau Akad Ijarah
dengan opsi perpindahan hak milik (Ijarah Muntahiyyah bit Tamlik),
c. Transaksi jual beli yang didasarkan antar lain atas Akad Murabahah,
Salam , dan
Istishna ,
d. Transaksi pinjaman yang didasarkan antara lain atas Akad Qardh, dan
e. Transaksi multijasa yang didasarkan antara lain atas Akad Ijarah atau Kafalah .
Pasal 2 angka 1 menyatakan bahwa Dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan,
penyaluran dana dan pelayanan jasa. Bank wajib memenuhi Prinsip Syariah.
Pasal 3, menyatakan bahwa Pemenuhan prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 ayat 1, dilakukan sebagai berikut :a. dalam kegiatan penghimpunan dana dengan mempergunakan antar lain Akad
Wadi’ ah dan Mudharabah,
b. dalam kegiatan penyaluran dana berupa pembiayaan dengan
mempergunakan antara
lain Akad Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna’ , Ijarah,
Ijarah Muntahiyyah bit Tamlik dan Qardh, dan
c. dalam kegiatan pelayanan jasa dengan mempergunakan antara lain Akad Kafalah, Hawalah dan Sharf .
PBI ini khususnya pasal 1 ayat 3 menjelaskan bahwa pembiayaan (penyaluran dana)
dapat digunakan untuk membiayai transaksi:
a) Investasi b) Sewa
c) Jual beli d) Pinjaman e) Multi jasa
PBI ini sama sekali tidak mengatur atau membolehkan Bank syariah melakukan
transaksi :a) Investasi b) Sewa
c) Jual beli d) Pinjaman e) Multi jasa
Karena transaksi transaksi tersebut bukanlah transaksi perbankan sebagaimana
dimaksudkan dalam uu NO 7/92 , sebagaimana telah diubah dengan UU no 10/98
Oleh karena itu, pembiayaan murabahah jelas berbeda dengan transaksi murabahah
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 19/20
yang dilakukan oleh selain perbankan. Pembiayaan murabahah jelas secara kategoris
masuk dalam kategori jasa perbankan yang oleh UU No. 18/2000 Pasal 4A ayat (3) jo.
Pasal 5 huruf d dan Pasal 8 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000
tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
Peraturan itu menetapkan jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan beserta
perubahannya (kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak
(perjanjian), dan jasa anjak piutang) sebagai jenis jasa yag tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai.
D. Penutup
Sampai saat ini aturan pelaksana untuk perlakuan perpajakan terhadap transksi syariah
khususnya mengenai Pajak Penghasilan baru sebatas pada Peraturan Pemerintah,
sedangkan untuk perlakuan Pajak Pertambahan nilai baru sebatas Undang-Undang.
Tentu saja para pelaku transaksi syariah masih menunggu petunjuk teknis yang lebih
jelas dalam aturan-aturan pelaksanaan dibawahnya. Terkait dengan beragamnya
pendekatan transaksi syariah dan untuk memberikan perlakuan yang netral antar
industri yang sama disarankan pembentukan peraturan pelaksana untuk transaksi
syariah menggunakan pendekatan sektor industri, misalnya transaksi syariah industri
perbankan, transaksi syariah industri asuransi, dan industri lainnya.
5/16/2018 Akuntansi Syariah Ivan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-syariah-ivan 20/20
D. Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Undang-Undang Nomor 13 TAHUN 1985 tentang Bea Meterai
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan
Kegiatan Usaha Berbasis Syariah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2009 tentang Pembentukan Atau
Pemupukan Dana Cadangan Yang Boleh Dikurangkan Sebagai Biaya
Ikatan Akuntan Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 101
Penyajian Laporan Keuangan Syariah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 102 Akuntansi Murabahah