akuntansi syariah

14
Qardhul Hasan Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok utangnya), pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan syariah (tidak ada riba), karena kalau meminjamkan uang maka ia tidak boleh meminta pengembalian yang lebih besar dari pinjaman yang diberikan. Pinjaman qardh bertujuan diberikan pada orang yang membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan finansial, untuk tujuan sosial atau kemanusiaan. Sumber hukumnya terdapat pada Al-Qur’an (Qs 2:280) dan As-Sunah. Rukun dan ketentuan syariah dalam qardhul hasan sebagai berikut. Rukun qardhul hasan ada tiga diantaranya: pelaku yang terdiri dari pemberi dan penerima pinjaman; objek akad, berupa uang yang dipinjamkan; ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariahnya yaitu: 1. Pelaku harus cakap hukum dan balig 2. Objek akad a. Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya b. Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang telah disepakati. c. Apabila peminjam mengalami kesulitan keuangan, maka watu peminjaman dapat diperpanjang atau menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibannya. 3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

Upload: yogi-bagus-sanjaya

Post on 15-Feb-2016

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Akad Lain-lain Part 2

TRANSCRIPT

Page 1: Akuntansi Syariah

Qardhul Hasan

Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar

sebesar pokok utangnya), pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan syariah

(tidak ada riba), karena kalau meminjamkan uang maka ia tidak boleh meminta pengembalian

yang lebih besar dari pinjaman yang diberikan. Pinjaman qardh bertujuan diberikan pada

orang yang membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan finansial, untuk tujuan sosial atau

kemanusiaan. Sumber hukumnya terdapat pada Al-Qur’an (Qs 2:280) dan As-Sunah. Rukun

dan ketentuan syariah dalam qardhul hasan sebagai berikut. Rukun qardhul hasan ada tiga

diantaranya: pelaku yang terdiri dari pemberi dan penerima pinjaman; objek akad, berupa

uang yang dipinjamkan; ijab Kabul/serah terima. Sedangkan ketentuan syariahnya yaitu:

1. Pelaku harus cakap hukum dan balig

2. Objek akad

a. Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya

b. Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang telah

disepakati.

c. Apabila peminjam mengalami kesulitan keuangan, maka watu peminjaman dapat

diperpanjang atau menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibannya.

3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku

akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan

cara-cara komunikasi modern.

Pelaporan qardhul hasan disajikan tersendiri dalam laporan sumber dan penggunaan

dana qardhul hasan tersebut bukan aset perusahaan. Oleh sebab itu, seluruhnya dicatat dengan

dana akun kebajikan dan dibuat buku besar pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis

dana kebajikan yang diterima atau yang dikeluarkan. Jadi pencatatannya sebagai berikut:

Bagi pemberi pinjaman

Saat menerima pinjaman dari pihak eksternal, jurnal:

Dr. Dana Kebajikan-Kas xxx

Cr. Dana Kebajikan-Infak/Sedekah xxx

Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan nonhalal, jurnal:

Page 2: Akuntansi Syariah

Dr. Dana Kebajikan-Kas xxx

Cr. Dana Kebajikan-Denda/Pendapatan Non-halal xxx

Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardhul hasan, jurnal:

Dr. Dana Kebajikan-Dana Kebajikan Produktif xxx

Cr. Dana Kebijakan-Kas xxx

Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman qardhul hasan, jurnal:

Dr. Dana Kebajikan-Kas xxx

Cr. Dana Kebajikan-Dana Kebajikan Produktif xxx

Bagi pihak yang meminjam

Saat menerima uang pinjaman, jurnal:

Dr. Kas xxx

Cr. Utang xxx

Saat pelunasan, jurnal:

Dr. Utang xxx

Cr. Kas xxx

Akad Al-Hiwalah/Hawalah (Pengalihan)

Hawalah secara harfiah artinya pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau

memikul sesuatu diatas pundak. Objek yang dialihkan dapat berupa utang atau piutang. Jenis

akad ini pada dasarnya adalah akad tabaruu’ yang bertujuan untuk saling menolong untuk

menggapai ridho Allah. Terdapat beberapa jenis akad hiwalah diantaranya dapat ditinjau dari

segi objek akad, hiwalah dibagi menjadi dua:

1. Apabila yang dipindahkan itu merupakan hak menagih piutang, maka pemindahan

itu disebut hiwalah al haqq (pemindahan hak)/anjak piutang.

Page 3: Akuntansi Syariah

2. Apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk membayar utang, maka

pemindahan itu disebut hiwalah ad-dain (pemindahan utang).

Sisi persyaratan, hiwalah terbagi menjadi dua:

1. Hawalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat) adalah hawalah di mana muhil

adalah pihak yang berutang sekaligus berpiutang kepada muhal’alaih.

2. Hawalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) adalah hawalah di mana muhil

adalah pihak yang berutang, tetapi tidak berpiutang kepada muhal’alaih.

Dasar hukum hiwalah adalah hadis Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman, dan jika salah

seorang kamu dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu, maka

turutlah (menerima pengalihan tersebut).” (HR. Bukhari Muslim)

Rukun dan ketentuan syariah dalam hiwalah adalah sebagai berikut; Rukun hiwalah

ada tiga, yaitu: (1) Pelaku yang terdiri atas pihak yang berutang atau berpiutang atau muhil,

pihak yang berpiutang atau berutang atau muhal, pihak pengambil alih utang atau piutang

atau muhal’alaih. (2) Objek akad adalah adanya utang dan piutang. Selain itu yang (3) ijab

Kabul/serah terima. Sementara itu ketentuan syariah, yaitu:

Pelaku; sudah balig dan berakal sehat, berhak penuh untuk melakukan tindakan

hokum dalam urusan hartanya dan rela dengan pengalihan utang piutang tersebut, dan

di ketahui identitasnya.

Objek penjamin (makful bihi); bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih

utang atau piutang, harus merupakan utang atau piutang mengikatyang tak mungkin

hapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan.harus jelas nilai, jumlah dan

spesifikasinya, tidak bertentangan dengan syariat islam.

Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku

akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan

cara-cara komunikasi modern.

Pelakuan akuntansi hiwalah (ED PSK 110) adalah sebagai berikut:

Akuntansi pihak yang mengalihkan utang/muhil

Ketika pengambilalihan utang di mana muhal’alaih membayar utang muhil pada

muhal, jurnal:

Page 4: Akuntansi Syariah

Dr. Utang-A (Muhal) xxx

Cr. Utang-B (Muhal’alaih) xxx

Jika utang yang dialihkan harus dilunasi dalam jangka pendek maka ujrah (fee) yang

dibayarkan diakui pada saat terjadinya, jurnal:

Dr. Beban Hawalah xxx

Cr. Kas xxx

Jika utang yang dialihkan dilunasi dalam jangka pangka panjang maka ujrah (fee)

yang dibayar diakui sebagai beban tangguhan, jurnal:

Dr. Beban Tangguhan Hawalah xxx

Cr. Kas xxx

Beban diakui melalui amortisasi beban tangguhan secara garis lurus, jurnal:

Dr. Beban Hawalah xxx

Cr. Beban Tangguhan Hawalah xxx

Biaya transaksi hawalah seperti biaya legal dan biaya administrasi diakui sebagai

beban pada saat terjadinya, jurnal:

Dr. Beban Hawalah xxx

Cr. Kas xxx

Pelunasan utang oleh muhil pada muhal’alaih, jurnal:

Dr. Utang-B (Muhal’alaih) xxx

Cr. Kas xxx

Akuntansi pihak yang menerima pengalihan utang/muhal’alaih

Pada saat pembayaran kepada pihak muhal sebesar jumlah utang yang diambil alih,

jurnal:

Dr. Piutang-C (Muhil) xxx

Page 5: Akuntansi Syariah

Cr. Kas xxx

Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek, jurnal:

Dr. Kas xxx

Cr. Pendapatan Hawalah xxx

Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka panjang, ketika muhal’alaih

menerima feel ujrah sekaligus, jurnal:

Dr. Kas xxx

Cr. Pendapatan Diterima Dimuka xxx

Pendapatan diakui melalui amortisasi pendapatan diterima dimuka secara

proporsional denagn jumlah piutang yang tertagih, jurnal:

Dr. Pendapatan Diterima Dimuka xxx

Cr. Pendapatan Hawalah xxx

Ketika menerima pelunasan piutang, jurnal:

Dr. Kas xxx

Cr. Piutang-C xxx

Akad Al-Rahn (Pinjaman dengan Jaminan)

Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn adalah apa

yang disebut dengan barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn yaitu menahan

barang sebagai jaminan atas utang. Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih

mempercayai pihak yang berutang. Sumber hukum akad rahn terdapat pada Al-Qur’an (Qs

2:283) dan As-Sunah. Rukun al-rahn ada tiga diantaranya sebagai berikut; (1) pelaku terdiri

atas pihak yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang menerima gadai (murtahin), (2) objek

akad berupa barang yang digadaikan (marhun) dan utang (marhun bih), (3) ijab Kabul/serah

terima. Sementara itu ketentuan syariah, yaitu:

Page 6: Akuntansi Syariah

1. Pelaku, haruscakap hokum dan baliq

2. Objek yang digadaikan (marhun) terdiri dari (a) barang gadai; dapat dijual dan

nialinya seimbang, harus bernilai dan dapat dimanfaatkan, harus jelas dan dapat

ditentukan secara spesifik, tidak terkait dengan orang lain (dalam hal kepemilikan).

(b) utang, nilai utang harus jelas demikian juga tanggal jatuh temponya.

3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku

akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan

cara-cara komunikasi modern.

Perlakuan akuntansi rahn adalah sebagai berikut:

Bagi pihak yang menerima gadai

Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi mebuat tanda terima atas

barang

Pada saat menyerahakn uang pinjaman, jurnal:

Dr. Piutang xxx

Cr. Kas xxx

Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:

Dr. Kas xxx

Cr. Pendapatan xxx

Pada saat mengekluarkan biaya untuk biaya pemaliharaan dan penyimpanan, jurnal:

Dr. Beban xxx

Cr. Kas xxx

Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan membuat

tanda serah terima barang, jurnal:

Dr. Kas xxx

Cr. Piutang xxx

Page 7: Akuntansi Syariah

Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian gadai dijual oleh

pihak yang menggadaikan, jurnal:

Dr. Kas xxx

Cr. Piutang xxx

Bagi pihak yang menggadaikan

Pada saat menyerahkan asset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima atas penyerahan

asset serta membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas barang yang digadaikan.

Pada saat menerima uang pinjaman, jurnal:

Dr. Kas xxx

Cr. Utang xxx

Bayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:

Dr. Beban xxx

Cr. Kas xxx

Ketika dilakukan pelunasan atas hutang, jurnal:

Dr. Utang xxx

Cr. Kas xxx

Jika pada saat jatuh tempo, uang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai dijual

pada saat penjualan barang gadai, jurnal:

Dr. Kas xxx

Dr. Akumulasi penyusutan (apabila asset tetap) xxx

Dr. Kerugian (apabila rugi) xxx

Cr. Keuntungan (apabila untung) xxx

Cr. Asset xxx

Page 8: Akuntansi Syariah

Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai, jurnal:

Dr. Utang xxx

Cr. Kas xxx

Akad Ju’alah (Hadiah)

Ju’alah berasal dari kata ja’ala yang memiliki banyak arti yaitu jumlah imbalan,

meletakkan, membuat, menasabkan. Menurut fiqih diartikan sebagai suatu tanggung jawab

dalam bentuk janji memberikan hadiah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil

melakukan perbuatan atau memberikan jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau sesuai

dengan yang diharapkan. Sumber hukum akad ini adalah Al-Qur’an (Qs 12:71) dan As-

Sunah. Rukun yang terdapat pada akad ini ada empat, yaitu: pihak yang membuat

sayembara/penugasan (al aqid/al ja’il); objek akad berupa pekerjaan yang harus dilakukan (al

maj’ul), hadiah yang akan diberikan (al’jil); ada sighat dari pihak yang menjanjikan (ijab).

Sementara itu ketentuan syariah, yaitu: (a) pihak yang membuat sayembara; cakap hukum

dan balig, (b) objek yang harus dikerjakan; harus mengandung manfaat yang jelas dan boleh

dimanfaatkan sesuai syariah, (c)hadiah yang dinerikan harus sesuatu yang bernilai (harta) dan

jumlah harus jelas. (d) sah denagn ijab saja tanpa ada Kabul.

Pelakuan akuntansi untuk akad ju’alah adalah sebagai berikut:

Bagi pihak yang membuat sayembara/membuat janji

Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti atas

sayembara tersebut. Saat sayembara terpenuhi, jurnal:

Dr. Beban Ju’alah xxx

Cr. Kas/Asset Nonkas Lain xxx

Bagi pihak yang menerima janji

Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti hasil

atas sayembara tersebut. Setelah sayembara tersebut terpenuhi, jurnal:

Dr. Kas/Asset Nonkas Lain xxx

Cr. Pendapatan Ju’alah xxx

Page 9: Akuntansi Syariah

Charge Card dan Syariah Card (Kartu Kredit Syariah)

Charge Card dan Syariah Card merupakan salah satu produk dari perbankan syariah,

sedangkan yang digunakan adalah kombinasi dari akad-akad yang telah dijelaskan

sebelumnya. Charge Card adalah fasilitas kartu talangan yang dipergunakan oleh pemegang

kartu (hamil al-bithaqah) sebagai alat bayar atau pengambilan uang tunai pada tempat-tempat

tertentu yang harus dibayar lunas kepada pihak yang member tanlangan pada waktu aynga

telah ditetapkan. (fatwa DSN MUI No. 42/DSN MUI/V/2004)

Syariah Card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit hubungan hokum

(berdasarkan sistem yang sudah ada ) antara para pihak berdasarkan prinsip syariah. Kedua

jenis kartu tersebut merupakan pola pembiayaan seperti halnya kartu kredit dan kartu debit di

bank konvensional. Hanya saja charge dan syariah card tidak mengenakan bunga, tetapi

mengenakan fee atas kenaggotaan dan transaksi yang dilakukan. Sumber hukumnya adalah

Al-Qur’an yaitu QS. Al-Isra’ (17) ; 26-27) dan Hadist

Rukun dan Ketentuan Syariah

Transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan ketentun

syariahnya akan merujuk pada rukun dan ketentuan syariah dari akad khafalah, ijarah, dan

qard.

Perlakuan Akuntansi

Transaksi ini merupakan implementasi dari gabungan akad, maka rukun dan

ketentuan syariahnya akan merujuk pada perlakuan akuntansi dan akad khafalah, ijarah dan

qard hasan.

Page 10: Akuntansi Syariah

DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri, Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.