akuntansi mudharabah-rizalyaya

Upload: abi-suryono

Post on 01-Mar-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    1/19

    Bab 10

    SIKLUS AKUNTANSI PEMBIAYAANMUDHARABAH

    PENDAHULUAN

    Pada bab sepuluh ini akan dibahas secara khusus akuntansi untuk transaksiMudharabah. Pembahasan diawali dengan bahasan detail tentang ketentuansyariah terkait skema transaksi mudharabah. Kemudian akan dibahas tentang alur

    transaksi beserta variasi yang mungkin muncul terkait dengan sifat dasar transaksimudharabahdan dilanjutkan dengan teknik pengakuan dan pengukuran berbagai

    transaksi yang terjadi tersebut. Pada bagian akihr bab ini akan dibahas tentangpenyajian transaksi mudharabah di laporan keuangan dan kebijakan

    pengungkapan transaksi murabahah yang dianjurkan oleh Bank Indonesia..

    Relevansi bab ini adalah sebagai dasar pengetahuan bagi mahasiswa dalammenguasai skill akuntansi terkait pengakuan dan pengukuran berbagai transaksi

    yang terjadi dalam aktivitas penyaluran dana bank syariah dengan menggunakanskema mudharabah. Penguasaan teori dan skill terkait pengakuan dan pengukurantransaksi penghimpunan sangat penting dikuasai oleh mahasiswa, mengingat

    transaksi ini merupakan skema penyaluran dana kedua terbesar oleh Bank

    Syariah. Untuk itu mahasiswa perlu membaca dengan cermat dan mengerjakansoal latihan pada akhir bab ini untuk mengevaluasi pengusaan mahasiswa

    terhadap materi yang dibahas.

    10.1. Definisi dan Penggunaan

    PembiayaanMudharabahadalah pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariahkepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. Secara bahasa Mudharabahberasal

    dari kata Dharb yang artinya melakukan perjalanan yang umumnya untuk berniaga.

    Istilah Dharb populer digunakan oleh penduduk Iraq. Untuk maksud yang sama,

    penduduk Hijaz menggunakan istilah muqharadah atau qiradh yang berarti memotong.

    Dalam pengertian ini makna qiradh adalah pemilik modal memotong sebagian hartanya

    untuk diserahkan kepada pengelola modal, dan dia juga akan memotong keuntungan

    usahanya. Secara teknis, Antonio (2001) mendefinisikan Mudharabah sebagai akad

    kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan

    seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha

    secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,

    sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    2/19

    kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau

    kelalaian si pengelola, sepengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.

    10.2. Ketentuan Syari dan Akad TransaksiMudharabah

    10.2.1. Ketentuan SyariMudharabah

    Menurut PSAK no 105, Kontrak Mudharabah dapat dibagi atas tiga jenis yaitu

    (1)mudharabah muqayyadah, (2) mudharabah muthlaqah dan (3) mudharabah

    musytarakah.

    a. MudharabahMuqayyadah

    Mudharabahmuqayyadah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana dan

    pengelola, dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan oleh pemilik dana dalamhal tempat, cara dan atau objek investasi. Dalam transaksi muharabah muqayyadah,

    Bank syariah bersifat sebagai agen yang menghubungkan shahibul maal dengan

    mudharib. Peran agen yang dilakukan oleh bank syariah mirip dengan peran manajer

    investasi pada perusahaan sekuritas. Imbalan yang diterima oleh Bank sebagai agen

    dinamakan fee dan bersifat tetap tanpa dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang

    dihasilkan oleh mudharib. Fee yang diterima oleh bank dilaporkan dalam laporan laba

    rugi sebagai pendapatan operasi lainnya. Mudharabah muqayyadah biasa disebut

    dengan mudharabah terikat atau restricted mudharabah. Dalam praktik perbankan,

    mudharabah muqayyadah terdiri atas dua jenis yaitu mudharabah muqayyadah

    executingdan mudarabah muqayyadah channeling. Pada Mudharabah muqayyadah

    executing, bank syariah sebagai pengelola menerima dana dari pemilik dana dengan

    pembatasan dalam hal tempat, cara dan atau objek investasi, akan tetapi bank syariah

    memiliki kebebasan dalam melakukan seleksi terhadap calon mudharib yang layak

    mengelola dana tersebut. Sedangkan pada mudharabahmuqayyadah chanelling, bank

    syariah tidak memiliki kewenangan dalam menseleksi calon mudharib yang akan

    mengelola dana tersebut.

    b.MudharabahMuthlaqah

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    3/19

    Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana dan

    pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara

    maupun obyek investasi. Dalam hal ini, pemilik dana memberi kewenangan yang

    sangat luas kepada mudharibuntuk menggunakan dana yang diinvestasikan. Kontrak

    mudharabah muthlaqah dalam perbankan syariah digunakan baik untuk tabungan

    maupun untuk pembiayaan. Pada tabungan mudharabah, penabung berperan sebagai

    pemilik dana sedang Bank berperan sebagai pengelola yang mengkontribusikan

    keahliannya dalam mengelola dana penabung. Adapun pada pembiayaan

    mudharabah, bank berperan sebagai pemilik dana yang menginvestasikan dana yang

    ada padanya kepada pihak lain yang memerlukan dana untuk keperluan usahanya.

    Pihak lain yang memerlukan dan mengelola dana tersebut biasa disebut dengan

    nasabah pembiayaan. Dana yang diterima oleh bank dari penabung dilaporkan dalam

    neraca di bagian dana syrkah sedangkan dan dana yang disalurkan oleh bank kepada

    nasabah pembiayaan melalui akad mudaharabah dilaporkan dalam neraca pada bagian

    aktiva lancar. Adapun bagian bank dari keuntungan yang dihasilkan oleh mudharib

    dari kegiatan investasi yang dilakukannya dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai

    salah satu unsur pendapatan operasi utama bank. Mudharabahmuthlaqah biasa juga

    disebut dengan mudharabahtidak terikat, mudharabahmutlak atau juga unrestricted

    mudharabah.

    c.Mudharabah Musytarakah

    Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana

    menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. Akad musyatarakah ini

    merupakan solusi sekiranya dalam perjalanan usaha, pengelola dana memiliki modal

    yang dapat dikontribusikan dalam investasi, sedang di lain sisi, adanya penambahan

    modal ini akan dapat meningkatkan kemajuan investasi. Akad musytarakah ini pada

    dasarnya merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah.Setelah penambahan dana oleh pengelola, pembagian hasil usaha antara pengelola

    dana dan pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah

    setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah.

    10.2.2. Rukun TransaksiMudharabah

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    4/19

    Transaksi mudharabahharus memiliki tiga unsur berikut yaitu

    1. Dua pihak transaktor (pemilik modal dan pengelola)

    2. Objek mudharabah(modal dan usaha)

    3.

    Persetujuan kedua belah pihak (ijab-kabul)

    Dua pihak Transaktor

    Kedua pihak transaktor di sini adalah investor dan pengelola modal. Investor

    biasa disebut dengan istilah Shahibul maal atau Rabbul maal, sedang pengelola modal

    biasa disebut dengan istilah Mudharib. Kedua pihak disyaratkan memiliki kompetensi

    beraktivitas. Kriteria kompetensi tersebut antara lain (1) mampu membedakan yang baik

    dan yang buruk (baligh) (2) tidak dalam keadaan tercekal seperti pailit.

    ObjekMudharabah

    Objek mudharabah meliputi modal dan usaha. Pemilik modal menyerahkan

    modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya

    sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang

    yang dirinci berapa nilai uangnya. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus

    dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak sesuai dengan

    kesepakatan dalam akad. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian

    menghasilkan barang atau jasa, keahlian mengelola, keahlian menjual dan keahlian

    maupun keterampilan lainnya. Tanpa dua objek ini mudharabahtidak dibenarkan. Fatwa

    Dewan Syariah Nasional no 7 th 2000 tentang Pembiayaan Mudharabah menyatakan

    bahwa kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai perimbangan modal yang

    disediakan oleh penyedia dana harus memperhatikan hal-hal berikut:

    a.

    Kegiatan usaha adalah hak ekslusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia

    dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

    b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa

    yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    5/19

    c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang

    berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku

    dalam aktifitas itu.

    Dalam praktik perbankan, bentuk kegiatan usaha pengelola merupakan satu faktoryang sangat diperhatikan oleh Bank dalam memutuskan persetujuan pembiayaan

    mudharabah. Adanya kewajiban Bank menanggung kerugian yang timbul dari usaha

    mudharib menyebabkan pembiayaan mudharabah dikategorikan sebagai pembiayaan

    dengan karakteristik risiko yang tinggi. Dengan demikian terdapat kecenderungan pada

    Bank Syariah untuk menyeleksi calon nasabah pembiayaan mudharabah secara ketat.

    Saat ini pembiayaan mudharabah yang banyak diberikan adalah (1) perusahaan atau

    perorangan yang sudah memiliki kontrak (proyek) yang berkekuatan hukum dari

    pemerintah; (2) usaha lembaga keuangan yang menyalurkan pembiayaan dengan

    mekanisme yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah kepada para anggotanya; dan

    (3) developer properti atau bisnis lain seperti stasiun pengisian bahan bakar umum

    (SPBU) yang memiliki perkiraan cashflow yang relatif stabil.

    Seiring dengan berkembangnya kemampuan bank syariah mengelola risiko

    pembiayaan mudharabah, diperkirakan lingkup kegiatan usaha mudharibyang diberikan

    pembiayaan mudharabahakan semakin luas. Perluasan ini perlu diupayakan oleh industri

    perbankan syariah dalam rangka memperluas pasar pembiayaan dan memenuhi harapan

    publik agar porsi pembiayaan dengan skema bagi hasil semakin diperluas. Perluasan

    lingkup bentuk kegiatan usaha yang dapat dibiayai dengan skema mudharabahmemiliki

    arti penting untuk meneguhkan identitas bank syariah sebagai bank bagi hasil tidak saja

    bagi hasil dengan nasabah penabung melainkan juga bagi hasil dengan nasabah

    pembiayaan.

    Nisbah keuntungan mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua

    belah pihak yang terikat akad mudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas

    kerjanya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara

    kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.

    Syarat pembagian keuntungan dalam pembiayaan mudharabahmeliputi:

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    6/19

    a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk

    satu pihak.

    b. Bagian keuntungan harus diketahui masing-masing pihak dan bersifat

    proporsional atau dinyatakan dalam angka persentase (nisbah) dari keuntungansesuai kesepakatan. Sekiranya terdapat perubahan nisbah harus berdasarkan

    kesepakatan.

    c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah dan

    pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari

    kesalahan disengaja, kelalaian atau pelanggaran kesepakatan

    d. Sekiranya terjadi kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, maka

    mudharib wajib menanggung segala kerugian tersebut. Kelalaian antara lain

    ditunjukkan oleh: (1) tidak terpenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam

    akad (2) mengalami kerugian tanpa adanya kondisi di luar kemampuan (force

    majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad (3) hasil

    putusan dari badan artbitrase atau pengadilan.

    Kesepakatan pembagian keuntungan atau nisbah harus dinyatakan pada waktu

    kontrak. Dalam hal ini juga perlu disepakati dasar bagi hasil yang akan digunakan.

    Dewan Syariah Nasional dalam fatwa DSN no 15 th 2000 menyatakan bahwa BankSyariah boleh menggunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing) maupun bagi untung

    (profit sharing) sebagai dasar bagi hasil.

    Pembagian dasar bagi hasil tersebut dijelaskan dalam Pernyataan Standar

    Akuntansi Keuangan no 59 dan Pedoman akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI) dalam

    bentuk ilustrasi berikut:

    Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil

    Penjualan 100 Revenue sharingHarga Pokok Penjualan 65

    Laba kotor 35Beban 25

    Laba Rugi bersih 10 Profit Sharing

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    7/19

    Dalam praktik, terdapat perbedaan dalam penggunaan istilah revenue sharing.

    Revenue sharing dalam praktik lebih mengacu pada gross profit sharing. Dalam

    akuntansi, terminologi revenue adalah nilai penjualan suatu barang barang (harga pokok

    plus margin keuntungan). Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil Bank

    Syariah dan yang dipraktikkan selama ini adalah pendapatan dikurangi harga pokok

    barang yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa dinamakan dengan gross profit.

    Dengan demikian, istilah revenue sharingyang biasa digunakan oleh industri perbankan

    syariah, pada dasarnya identik dan sama dengan makna gross profit sharing. Adapun

    dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah tahun

    2007, Ikatan Akuntan telah menyatakan secara eksplisit bahwa dalam hal prinsip

    pembagian hasil usaha, terminologi pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah

    keuntungan bruto (gross profit) (KDPPLKS paragraf 42). Pernyataan Standar Akuntansi

    Keuangan (PSAK) no 105 paragraf 11 menyatakan bahwa pembagian hasil usaha

    mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba dan jika

    berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto

    (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan jika berdasarkan prinsip

    bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruti dikurangi beban

    yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah.

    Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil

    Penjualan 100Harga Pokok Penjualan 65

    Laba kotor 35 Gross profit sharing

    Beban 25

    Laba Rugi bersih 10 Profit Sharing

    Berdasarkan diskusi penulis dengan beberapa praktisi bank syariah setidaknya ada

    dua alasan pemilihan istilah revenue sharing dibanding dengan menggunakan istilah

    gross profit sharing. Pertama, penggunaan istilah revenue sharing lebih terkait dengan

    citra dibanding makna bahasa. Dalam hal ini istilah gross profitkendati lebih tepat, tidak

    memberi citra yang menarik untuk dipopulerkan karena jika diterjemahkan menjadi bagi

    laba kotor. Alasan kedua adalah istilah ini tidak mengalami masalah kerancuan pada

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    8/19

    industri jasa mengingat usaha jasa tidak menggunakan persediaan dan tidak mengenal

    konsep laba kotor.

    Penggunaan gross profit sebagai dasar pembagian keuntungan cukup adil bagi

    perbankan syariah, karena di sisi bagi hasil kepada nasabah penabung, bank syariah jugamenggunakan praktik yang sama. Penggunaan praktik gross profit sharingsebagai dasar

    bagi hasil bagi nasabah penabung atau deposan dengan skema mudharabahdapat terlihat

    pada pengakuan pendapatan bank syariah. Pendapatan Murabahah yang dibagi hasil

    misalnya adalah nilai marginMurabahah(selisih harga jual dengan harga pokok barang

    yang dijual) yang uangnya telah diterima oleh bank syariah. Ini menunjukkan bahwa

    dasar bagi hasil kepada nasabah penabung pada dasarnya adalah gross profit sharingdan

    bukan revenue sharing.

    Syekh Muhammad Taqi Usmani (2002), dalam bukunya An Introduction to

    Islamic Finance secara eksplisit juga merekomendasikan penggunaan gross profit

    sekiranya terdapat kesulitan dalam penggunaan net profit suatu investasi mudharabah

    atau musharakah. Gross profit, dalam pandangan beliau dihitung dari selisih antara

    penjualan dengan biaya-biaya yang bersifat langsung, dalam hal ini adalah harga pokok

    penjualan.

    Persetujuan kedua belah pihak

    Persetujuan kedua belah pihak merupakan wujud dari prinsip sama-sama rela

    (An-taraddin minkum). Dalam hal ini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat

    untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya

    untuk mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha setuju dengan perannya

    untuk mengkontribusikan kerja

    Akad mudharabahpada dasarnya sama dengan akad-akad yang lain dalam aspek

    yang bersifat umum. Aspek yang bersifat umum tersebut antara lain tentang identitas

    kedua pihak yang bertransaksi, besar pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, pra-syarat

    pengambilan pembiayaan, jaminan, ketentuan denda, pelanggaran atas syarat-syarat

    perjanjian dan penggunaan Badan Arbitrase Syariah. Adapun hal spesifik dalam akad

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    9/19

    mudarabah antara lain kesepakatan tentang dasar bagi hasil (revenue sharingatau profit

    sharing), besar nisbah bagi hasil, pernyataan bank sebagai shahibul maal untuk

    menanggung kerugian kecuali yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, pernyataan hak

    bank untuk memasuki tempat usaha dan tempat lainnya untuk mengadakan pemeriksaan

    terhadap pembukuan, catatan-catatan, transaksi mudharib yang berhubungan dengan

    pembiaayan mudharabahbaik secara langsung maupun tidak langsung. Disamping akad

    yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, dalam praktik juga dilampiri dengan

    proyeksi pendapatan dan jadwal pembayaran angsuran pokok maupun bagi hasil.

    10.3. Alur TransaksiMudharabah

    Siklus transaksi Mudharabah dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan

    oleh nasabah dengan mengisi formulir permohoan pembiayaan. Formulir tersebut

    diserahkan kepada bank syariah beserta dokumen pendukung. Pihak bank selanjutnya

    melakukan evaluasi kelayakan pembiayaan mudharabahyang diajukan nasabah dengan

    menggunakan analisis 5 C (Character, Capacity, Capital, Commitmen dan Collateral).

    Analisis diikuti kemudian dengan verifikasi. Bagi nasabah yang dianggap layak

    selanjutnya diadakan perikatan dalam bentuk penandatanganan kontrak mudarabah

    dengan mudharibdihadapan notaris.

    10.4. Standar AkuntansiMudharabahBagi Bank Syariah

    Ketentuan tentang akuntansi mudharabah diatur dalam standar akuntansi no 105

    tahun 2007 tenag Akuntansi Mudharabah. Standar ini mengatur pengakuan dan

    pengukuran transaksi baik dari sisi pemilik dana maupun dari sisi pengelola dana.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengakuan dan pengukuran transaksi adalah

    mengenai dana mudharabah yang disalurkan, jenis investasi berupa kas maupun non-kas,

    penurunan nilai investasi sebelum usaha dimulai, dana, penghasilan usaha, kerugian

    akibat kelalaian atau kesalahan pengelola, hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah,

    penyertaan dana pengelola dalam skema musytarakah dan pembagian hasil pada

    mudharabah musytarakah.

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    10/19

    10.5. Akuntansi transaksimudharabah

    Contoh Kasus PembiayaanMudharabah

    Tgl 1 Agustus 2007 Bank Murni Syariah (BMS) menyetujui pemberian fasilitas

    mudharabahMuthlaqah PT Gaya Madani (GM) yang bergerak dibidang SPBU dengankesepakatan sbb :

    Plafond : Rp 1,2 milyar

    Obyek bagi hasil : Pendapatan (Gross profit sharing)

    Nisbah : 40% PT GM dan 60% BMS

    Jangka Waktu : 10 bulan (jatuh tempo tgl 10 Juni 2008)

    Biaya administrasi : 12 jt

    Pelunasan : Pengembalian pokok di akhir periode

    Keterangan : Tahap I disepakati untuk pembelian dan pemasangan 2 mesin

    pompa Rp 750.000.000 pada 25 Agustusdengan nilai perolehan

    Rp 725.000.000, dan tahap II diberikan secara tunai pd tgl 5

    Oktober.

    Jurnal saat akad disepakati

    Jurnal pada tanggal 1 agustus atau saat akad ditandatangani terdiri atas jurnal

    pembukaan rekening komitmen pembiayaan PT GM dan jurnal pembebanan biaya

    administrasi

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    1/8/07 Db Pos lawan komitmen pembiayaan 750.000.000

    Kr. Kewajiban komitmen pembiyaan 750.000.000

    (ijin tarik tgl 10 agustus sebesar 750 jt)

    Db. Rekening tabunganMudharabahPT GM 12.000.000

    Kr. Pendaptan administrasi 12.000.000

    Jurnal Pembelian AktivaMudharabahdan Penyerahan InvestasiMudharabah

    Tanggal 25 Agustus, dilakukan penarikan pertama oleh bank untuk pembelian dan

    pemasangan 2 unit mesin pompa pada suplier sebesar Rp 725.000.000, dan selanjutnya

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    11/19

    menyerahkannya kepada PT GM sebagai pembiayaan berwujud non kas dan dihargai

    dengan nilai Rp 750.000.000.

    Jurnal yang dibuat tgl 25 Agustus adalah (1) pembelian aktiva mudharabah (2)

    pengakuan pembiayaan mudharabah(3) Penutupan rekening mudharabah

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    25/8/07 Db AktivaMudharabah 725.000.000

    Kr. Rekening tabungan suplier 725.000.000

    Db. PembiayaanMudharabah 750.000.000

    Kr. Pendaptan penyerahan aktiva 25.000.000

    Kr. AktivaMudharabah 725.000.000

    Db. Kewajiban komitmen Pembiayaan 750.000.000

    Kr. Pos lawan komitmen pembiayaan 750.000.000

    Tanggal 5 September, dibuka rekening mudharabahdisponibel sebesar Rp 450.000.000

    untuk ditarik pada tanggal 5 Oktober 2003

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db. Pos lawan komitmen pembiayaan 450.000.000

    Kr. Kewajiban komitmen pembiayaan 450.000.000

    Tgl 5 Oktober, BMS mentransfer dana sebesar Rp 450 jt untuk penarikan pembiayaan

    mudharabahtahap 2.

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db. PembiayaanMudharabah 450.000.000

    Kr. Rekening mudharib 450.000.000

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db. Kewajiban komitmen Pembiayaan 450.000.000

    Kr. Pos lawan komitmen pembiayaan 450.000.000

    Jurnal Penerimaan bagi hasilmudharabah

    Tgl 10 Oktober perusahaan melaporkan total laba brutonya sebesar Rp 100 jt,

    sesuai kesepakatan, bagian bank (60%) akan dibayarkan 1 bulan setelah laporan (tgl 10

    Nopember). Jurnal tanggal 10 Oktober adalah:

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    12/19

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db. Tagihan pdptn bagi hasil mudharabah 60.000.000

    Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah

    akrual

    60.000.000

    Tgl 10 Nopember 03 PT GM memasukkan dana ke rekeningnya sebesar Rp 60 jt,

    selanjutnya rekening tersebut didebet dengan jumlah yang sama untuk pelunasan tagihan

    pdpt bagi hasil PT GM.

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db. Kas 60.000.000

    Kr. Rekening mudharib 60.000.000

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db. Rekening mudharib 60.000.000

    Kr. Tagihan pdptn bagi hasil mudharabah 60.000.000

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db. Pdptn bagi hasil mudharabahakrual 60.000.000

    Kr. Pdptn bagi hasil mudharabahkas 60.000.000

    Tgl 10 Desember perusahaan melaporkan total pendapatannya sebesar Rp 150 jt

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db. Tagihan pdptn bagi hasil mudharabah 90.000.000

    Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah

    akrual

    90.000.000

    Tgl 10 Januari, saat jatuh tempo pembayaran bagi hasil, PT GM hanya memasukkan dana

    ke rekeningnya Rp 70 jt. BMS langsung mendebit rekening tersebut untuk membayar

    kewajiban PT GM

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db. Kas 70.000.000

    Kr Rekening mudharib 70.000.000

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db Pdptn bagi hasil mudharabahakrual 70.000.000

    Kr. Pdptn bagi hasil mudharabahkas 70.000.000

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    13/19

    Tgl 15 Januari, PT GM memasukkan dananya sebesar 20 jt kedalam rekeningnya, untuk

    membayar kewajiban bagi hasil untuk bank.

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db Kas 20.000.000

    Kr. Rekening 02.02.02 20.000.000

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db Rekening 02.02.02 20.000.000

    Kr. Tagihan pdptn bagi hasil mudharabah 20.000.000

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db Pdptn bagi hasil mudharabahakrual 20.000.000

    Kr. Pdptn bagi hasil mudharabahkas 20.000.000

    Jurnal Saat UsahaMudharabahMengalami Kerugian

    Tgl 10 Februari, PT GM melaporkan mengalami kerugian Rp 100jt akibat bencana alam

    longsor yang terjadi didaerahnya.

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db Kerugian mudharabah 100.000.000

    Kr. Pembiayaan mudharabah 100.000.000

    Tgl 10 April, PT GM melaporkan mengalami kerugian Rp 50 jt. Setelah diteliti kerugian

    disebabkan oleh kesalahan mudharib.

    Tidak ada jurnal karena kelalaian nasabah

    Jurnal Pengembalian ModalMudharabaholeh Nasabah Pembiayaan

    Tgl 10 Juni 2004, saat jatuh tempo PT GM melunasi pembiayaan mudharabahplus

    bagian bank atas pendapatan PT GM yang belum dibayar.

    Saldo pembiayaan mudharabah = Rp 1.200.000.000 Rp 100.000.000= Rp 1.100.000.000

    Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)

    Db Rekening mudharib 1.100.000.000

    Pembiayaan mudharabah 1.100.000.000

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    14/19

    10.6. Penyajian TrasaksiMudharabahdi Laporan Keuangan

    Penyajian transaksi Mudharabah di laporan keuangan tergantung pada rekening

    yang terpengaruh oleh transaksiMudharabah. Berikut adalah rekening yang terpengaruh

    oleh transaksiMudharabah:

    a. Rekening tabungan mudharabahnasabah

    Rekening ini disajikan dineraca di bagian pasiva dalam saldo rekening

    tabungan mudharabah. Rekening ini merupakan kumpulan saldo rekening semua

    nasabah tabungan mudharabah yang ada di Bank Syariah. Rekening ini

    terpengaruh oleh transaksi pembiayaan mudharabah karena dijadikan medium

    antara untuk penyaluran pembiayaan oleh Bank kepada nasabah, dan medium

    antara untuk pembayaran cicilan pokok pembiayaan beserta bagi hasilnya oleh

    nasabah pembiayaan kepada bank

    b. PembiayaanMudharabah, PembiayaanMudharabahjatuh tempo.

    Kedua rekening disajikan di neraca pada bagian aktiva dengan nama rekening

    pembiayaan Mudharabah. Pembiayaan Mudharabah belum jatuh tempo terdiri

    atas Pembiayaan Mudharabah lancar dan piutang Mudharabah dalam perhatian

    khusus. Adapun piutang Mudharabah jatuh tempo terdiri atas piutang

    Mudharabah kurang lancar, piutang Mudharabah diragukan dan piutangmudharabahmacet.

    c. Persediaan aktivaMudharabah.

    Hampir tidak pernah disajikan di neraca mengingat persediaan Mudharabah

    dalam praktik perbankan selalu memiliki saldo nol, karena setelah di debet bank

    langsung mengkreditnya dengan jumlah yang sama.

    d. Pendapatan bagi hasilMudharabahakrual dan pendapatan bagi hasil Mudharabah

    kas.

    Rekening ini disajikan di laporan laba rugi pada bagian pendapatan dengan

    nama rekening pendapatan bagi hasil Mudharabah. Rekening pendapatan bagi

    hasilMudharabahmerupakan gabungan total saldo mudharabahakrual ditambah

    dan total saldo Mudharabah kas. Adanya pemisahan pendapatan Mudharabah

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    15/19

    akrual dengan pendapatan Mudharabah kas adalah untuk memudahkan bank

    dalam mengidentifikasi bagian pendapatan yang sudah berwujud kas. Hal ini

    diperlukan karena pendapatan bagi hasilMudharabahkas, akan digunakan dalam

    perhitungan bagi hasil kepada penabung atau deposan mudharabah.

    10.7. Pengungkapan transaksiMudharabah

    Bank Indonesia dan Bapepam mensyaratkan agar rekening-rekening yang

    transaksiMudharabahyang dilaporkan di laporan keuangan diungkap lebih lanjut dalam

    catatan atas rekening. Rekening Piutang mewajibkan Bank Syariah untuk

    mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

    1. Informasi detil tentang klasifikasi pembiayaan mudharabah berdasarkan sifat

    penerima pembiayaan dari sisi kedekatan hubungan.

    Pihak yang memiliki hubungan yang dekat dengan bank disebut sebagai

    pihak istimewa. Pihak istimewa tersebut dapat berupa karyawan kunci Bank,

    Komisaris, Direksi, ataupun perusahaan yang memiliki hubungan kepemilikan

    dengan pemegang saham mayoritas Bank. Informasi ini diperlukan bagi pemakai

    laporan keuangan untuk menilai risiko suatu bank. Bank dengan pembiayaan yang

    tinggi kepada pihak istimewa cenderung memiliki risiko yang tinggi. Hal ini

    dimungkinkan karena para pengambil kebijakan berpotensi mengambil kebijakan

    yang bertentangan dengan kepentingan bank. Pengalaman bangkrutnya bank

    konvensional di Indonesia, juga banyak disebabkan oleh tingginya penyaluran

    kredit kepada pihak-pihak istimewa.

    2. Informasi detil tentang klasifikasi pembiayaan mudharabah berdasarkan sifat

    kelancaran pembiayaan dan mata uang yang digunakan.

    Sifat kelancaran Bank dikategorikan dalam Pembiayaan mudharabah

    lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Klasifikasi

    dalam mata uang tergantung pada mata uang yang digunakan dalam pembiayaan.

    Umumnya Bank Syariah menggunakan mata uang rupiah. Beberapa bank dalam

    jumlah yang relatif kecil juga menggunakan mata uang asing seperti dolar

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    16/19

    Amerika untuk pembiayaan. Informasi ini diperlukan oleh pemakai laporan

    keuangan untuk menilai tingkat risiko suatu Bank. Bank dengan pembiayaan

    mudharabah berkategori kurang lancar, diragukan dan macet yang tinggi

    cenderung memiliki risiko yang tinggi pula. Semakin tinggi pembiayaan yang

    macet suatu bank dapat mengakibatkan bank menjadi bangkrut, sehingga tidak

    dapat memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya..

    3. Informasi detil tentang klasifikasi pembiayaan mudharabah berdasarkan sektor

    ekonomi yang dibiayai.

    Bank Indonesia membagi sektor ekonomi dalam kelompok jasa sosial,

    perdagangan, industri, pertambangan, pertanian, jasa usaha, pendidikan,

    konstruksi, listrik, air dan gas, dan jasa lainnya. Informasi ini diperlukan oleh

    pemakai laporan keuangan untuk melihat prospek pertumbuhan bank. Sekiranya

    pembiayaan banyak ditempatkan pada sektor ekonomi dengan pertumbuhan yang

    cukup tinggi, Bank diperkirakan juga memiliki kemampuan tumbuh yang cukup

    tinggi pula. Aspek ini penting dipertimbangkan bagi nasabah penabung,

    mengingat besar kecilnya bagi hasil bank syariah didasarkan pada besar kecilnya

    pendapatan bank syariah yang diterima dari pembiayaan ke berbagai sektor

    ekonomi. Informasi ini juga diperlukan untuk melihat risiko bank syariah, yang

    dikaitkan dengan kerentanan sektor ekonomi yang dibiayai.

    4. Informasi detil tentang klasifikasi pembiayaan mudharabah berdasarkan jenis

    penggunaan.

    Bank Indonesia membagi jenis penggunaan dalam investasi, konsumsi dan

    modal kerja. Informasi ini diperlukan oleh pemakai laporan keuangan terutama

    pemerintah untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara nasional, mengingat

    pertumbuhan ekonomi nasional digerakkan oleh gabungan pengaruh dari

    investasi, konsumsi dan modal kerja secara nasional.

    5. Informasi detil tentang klasifikasi pembiayaan mudharabah berdasarkan jangka

    waktu perjanjian.

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    17/19

    Jangka waktu perjanjian berdasarkan ketentuan Bank Indonesia

    diklasifikasikan dalam kategori kurang dari satu tahun, antara satu hingga tiga

    tahun, antara tiga sampai dengan lima tahun dan lebih dari lima tahun.

    6.

    Informasi detil tentang klasifikasi piutang berdasarkan sisa umur jatuh tempo.

    Sisa umur jatuh tempo diklasifikasikan dalam beberapa kategori yaitu

    kategori kurang dari satu bulan, antara satu hingga tiga bulan, antara tiga hingga

    dua belas bulan, antara satu tahun hingga lima tahun dan kategori lebih dari lima

    tahun.

    7. Informasi deskriptif tentang kisaran bagi hasil pembiayaan mudharabah pada

    tahun yang dilaporkan dan perubahan penyisihan kerugian pembiayaan

    mudharabah.

    REFERENSI

    1. Antonio, Muhammad Syafii,Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Tazkia

    Cendekia, 2001).

    2. Dewan Syariah Nasional - MUI. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional edisi 2.

    DSN-MUI dan Bank Indonesia (2003)

    3. DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 59 tentang Akuntansi

    Perbankan Syariah. (Jakarta: IAI, 2002)

    4. DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 101 tentang PenyajianLaporan Keuangan Syariah. (Jakarta: IAI, 2007)

    5. DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 105 tentang Akuntansi

    Mudharabah. (Jakarta: IAI, 2007)

    6. Harahap, Sofyan S., Wiroso, Yusuf, M.Akuntansi Perbankan Syariah(Jakarta: LPFE

    USAKTI, 2004).

    7. Ikatan Akuntan Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia,

    (Jakarta: IAI, 2003)

    8.

    Wiyono, Slamet., Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariahberdasarkan PSAK dan PAPSI(Jakarta, Grasindo, 2005)

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    18/19

    SOAL-SOAL LATIHAN

    Bagian A (teori)

    1. Jelaskanlah definisi mudharabah!

    2. Jelaskanlah perbedaan antara mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah dan

    mudharabah musytarakah!

    3. Dalam kondisi apakah masing-masing mudharabah muthalaqah, mudharabah

    muqayyadah dan mudharabah musytarakah cocok diterapkan?

    4. Apakah landasan syari dibolehkannya transaksi mudharabah?

    5. Jelaskanlah rukun transaksi mudharabah

    Bagian B (kasus)

    Pada tanggal 10 juni 20XA, Bank Syariah Sejahtera menyepakati akad mudharabah

    dengan PT. Hawa Air yang bergerak dalam bidang transportasi udara:

    Plafond : 50.000.000.000

    Obyek bagi hasil : Revenue Sharing

    Nisbah bagi hasil : 80% bank

    Jangka waktu : 60 bulan (5th)

    Biaya administrasi : Rp 50.000.000

    Pelunasan : bertahap setiap tahun sebesar Rp 10.000.000.000

    Pemberian modal : tahap pertama berbentuk 2 pesawat dengan nilai wajar Rp 40

    milliar dan uang 2 milliar.

    Tahap kedua dalam bentuk uang sebesar nilai sisa.

    Penjelasan:

    1. Harga perolehan 2 pesawat sebesar Rp 19 milliar

    2. Pendapatan bulan pertama hingga bulan kesembilan sejak pembiayaan diperoleh

    sebesar 2 miliar per bulan dan porsi bank langsung diserahkan pada bank melalui

    debet rekening tabungan PT Hawa Air.

    3. Bulan april pendapatan Rp 800 jt dan saldo rekening tidak cukup membayar

    bagian bank.

    4. Pengembalian modal tahun ke 1 s/d ke 4 berjalan sesuai jadwal

  • 7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya

    19/19

    5. September 2003 (ke 15) perusahaan mengalami rugi sebesar Rp 300 jt (bukan

    karena kesalahan nasabah)

    6. Tahun ke 5 mudharib tidak dapat mengembalikan modal