Download - akuntansi mudharabah-rizalyaya
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
1/19
Bab 10
SIKLUS AKUNTANSI PEMBIAYAANMUDHARABAH
PENDAHULUAN
Pada bab sepuluh ini akan dibahas secara khusus akuntansi untuk transaksiMudharabah. Pembahasan diawali dengan bahasan detail tentang ketentuansyariah terkait skema transaksi mudharabah. Kemudian akan dibahas tentang alur
transaksi beserta variasi yang mungkin muncul terkait dengan sifat dasar transaksimudharabahdan dilanjutkan dengan teknik pengakuan dan pengukuran berbagai
transaksi yang terjadi tersebut. Pada bagian akihr bab ini akan dibahas tentangpenyajian transaksi mudharabah di laporan keuangan dan kebijakan
pengungkapan transaksi murabahah yang dianjurkan oleh Bank Indonesia..
Relevansi bab ini adalah sebagai dasar pengetahuan bagi mahasiswa dalammenguasai skill akuntansi terkait pengakuan dan pengukuran berbagai transaksi
yang terjadi dalam aktivitas penyaluran dana bank syariah dengan menggunakanskema mudharabah. Penguasaan teori dan skill terkait pengakuan dan pengukurantransaksi penghimpunan sangat penting dikuasai oleh mahasiswa, mengingat
transaksi ini merupakan skema penyaluran dana kedua terbesar oleh Bank
Syariah. Untuk itu mahasiswa perlu membaca dengan cermat dan mengerjakansoal latihan pada akhir bab ini untuk mengevaluasi pengusaan mahasiswa
terhadap materi yang dibahas.
10.1. Definisi dan Penggunaan
PembiayaanMudharabahadalah pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariahkepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. Secara bahasa Mudharabahberasal
dari kata Dharb yang artinya melakukan perjalanan yang umumnya untuk berniaga.
Istilah Dharb populer digunakan oleh penduduk Iraq. Untuk maksud yang sama,
penduduk Hijaz menggunakan istilah muqharadah atau qiradh yang berarti memotong.
Dalam pengertian ini makna qiradh adalah pemilik modal memotong sebagian hartanya
untuk diserahkan kepada pengelola modal, dan dia juga akan memotong keuntungan
usahanya. Secara teknis, Antonio (2001) mendefinisikan Mudharabah sebagai akad
kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan
seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
2/19
kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau
kelalaian si pengelola, sepengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.
10.2. Ketentuan Syari dan Akad TransaksiMudharabah
10.2.1. Ketentuan SyariMudharabah
Menurut PSAK no 105, Kontrak Mudharabah dapat dibagi atas tiga jenis yaitu
(1)mudharabah muqayyadah, (2) mudharabah muthlaqah dan (3) mudharabah
musytarakah.
a. MudharabahMuqayyadah
Mudharabahmuqayyadah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana dan
pengelola, dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan oleh pemilik dana dalamhal tempat, cara dan atau objek investasi. Dalam transaksi muharabah muqayyadah,
Bank syariah bersifat sebagai agen yang menghubungkan shahibul maal dengan
mudharib. Peran agen yang dilakukan oleh bank syariah mirip dengan peran manajer
investasi pada perusahaan sekuritas. Imbalan yang diterima oleh Bank sebagai agen
dinamakan fee dan bersifat tetap tanpa dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang
dihasilkan oleh mudharib. Fee yang diterima oleh bank dilaporkan dalam laporan laba
rugi sebagai pendapatan operasi lainnya. Mudharabah muqayyadah biasa disebut
dengan mudharabah terikat atau restricted mudharabah. Dalam praktik perbankan,
mudharabah muqayyadah terdiri atas dua jenis yaitu mudharabah muqayyadah
executingdan mudarabah muqayyadah channeling. Pada Mudharabah muqayyadah
executing, bank syariah sebagai pengelola menerima dana dari pemilik dana dengan
pembatasan dalam hal tempat, cara dan atau objek investasi, akan tetapi bank syariah
memiliki kebebasan dalam melakukan seleksi terhadap calon mudharib yang layak
mengelola dana tersebut. Sedangkan pada mudharabahmuqayyadah chanelling, bank
syariah tidak memiliki kewenangan dalam menseleksi calon mudharib yang akan
mengelola dana tersebut.
b.MudharabahMuthlaqah
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
3/19
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana dan
pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara
maupun obyek investasi. Dalam hal ini, pemilik dana memberi kewenangan yang
sangat luas kepada mudharibuntuk menggunakan dana yang diinvestasikan. Kontrak
mudharabah muthlaqah dalam perbankan syariah digunakan baik untuk tabungan
maupun untuk pembiayaan. Pada tabungan mudharabah, penabung berperan sebagai
pemilik dana sedang Bank berperan sebagai pengelola yang mengkontribusikan
keahliannya dalam mengelola dana penabung. Adapun pada pembiayaan
mudharabah, bank berperan sebagai pemilik dana yang menginvestasikan dana yang
ada padanya kepada pihak lain yang memerlukan dana untuk keperluan usahanya.
Pihak lain yang memerlukan dan mengelola dana tersebut biasa disebut dengan
nasabah pembiayaan. Dana yang diterima oleh bank dari penabung dilaporkan dalam
neraca di bagian dana syrkah sedangkan dan dana yang disalurkan oleh bank kepada
nasabah pembiayaan melalui akad mudaharabah dilaporkan dalam neraca pada bagian
aktiva lancar. Adapun bagian bank dari keuntungan yang dihasilkan oleh mudharib
dari kegiatan investasi yang dilakukannya dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai
salah satu unsur pendapatan operasi utama bank. Mudharabahmuthlaqah biasa juga
disebut dengan mudharabahtidak terikat, mudharabahmutlak atau juga unrestricted
mudharabah.
c.Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. Akad musyatarakah ini
merupakan solusi sekiranya dalam perjalanan usaha, pengelola dana memiliki modal
yang dapat dikontribusikan dalam investasi, sedang di lain sisi, adanya penambahan
modal ini akan dapat meningkatkan kemajuan investasi. Akad musytarakah ini pada
dasarnya merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah.Setelah penambahan dana oleh pengelola, pembagian hasil usaha antara pengelola
dana dan pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah
setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah.
10.2.2. Rukun TransaksiMudharabah
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
4/19
Transaksi mudharabahharus memiliki tiga unsur berikut yaitu
1. Dua pihak transaktor (pemilik modal dan pengelola)
2. Objek mudharabah(modal dan usaha)
3.
Persetujuan kedua belah pihak (ijab-kabul)
Dua pihak Transaktor
Kedua pihak transaktor di sini adalah investor dan pengelola modal. Investor
biasa disebut dengan istilah Shahibul maal atau Rabbul maal, sedang pengelola modal
biasa disebut dengan istilah Mudharib. Kedua pihak disyaratkan memiliki kompetensi
beraktivitas. Kriteria kompetensi tersebut antara lain (1) mampu membedakan yang baik
dan yang buruk (baligh) (2) tidak dalam keadaan tercekal seperti pailit.
ObjekMudharabah
Objek mudharabah meliputi modal dan usaha. Pemilik modal menyerahkan
modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya
sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang
yang dirinci berapa nilai uangnya. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus
dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak sesuai dengan
kesepakatan dalam akad. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian
menghasilkan barang atau jasa, keahlian mengelola, keahlian menjual dan keahlian
maupun keterampilan lainnya. Tanpa dua objek ini mudharabahtidak dibenarkan. Fatwa
Dewan Syariah Nasional no 7 th 2000 tentang Pembiayaan Mudharabah menyatakan
bahwa kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai perimbangan modal yang
disediakan oleh penyedia dana harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.
Kegiatan usaha adalah hak ekslusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa
yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
5/19
c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktifitas itu.
Dalam praktik perbankan, bentuk kegiatan usaha pengelola merupakan satu faktoryang sangat diperhatikan oleh Bank dalam memutuskan persetujuan pembiayaan
mudharabah. Adanya kewajiban Bank menanggung kerugian yang timbul dari usaha
mudharib menyebabkan pembiayaan mudharabah dikategorikan sebagai pembiayaan
dengan karakteristik risiko yang tinggi. Dengan demikian terdapat kecenderungan pada
Bank Syariah untuk menyeleksi calon nasabah pembiayaan mudharabah secara ketat.
Saat ini pembiayaan mudharabah yang banyak diberikan adalah (1) perusahaan atau
perorangan yang sudah memiliki kontrak (proyek) yang berkekuatan hukum dari
pemerintah; (2) usaha lembaga keuangan yang menyalurkan pembiayaan dengan
mekanisme yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah kepada para anggotanya; dan
(3) developer properti atau bisnis lain seperti stasiun pengisian bahan bakar umum
(SPBU) yang memiliki perkiraan cashflow yang relatif stabil.
Seiring dengan berkembangnya kemampuan bank syariah mengelola risiko
pembiayaan mudharabah, diperkirakan lingkup kegiatan usaha mudharibyang diberikan
pembiayaan mudharabahakan semakin luas. Perluasan ini perlu diupayakan oleh industri
perbankan syariah dalam rangka memperluas pasar pembiayaan dan memenuhi harapan
publik agar porsi pembiayaan dengan skema bagi hasil semakin diperluas. Perluasan
lingkup bentuk kegiatan usaha yang dapat dibiayai dengan skema mudharabahmemiliki
arti penting untuk meneguhkan identitas bank syariah sebagai bank bagi hasil tidak saja
bagi hasil dengan nasabah penabung melainkan juga bagi hasil dengan nasabah
pembiayaan.
Nisbah keuntungan mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua
belah pihak yang terikat akad mudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas
kerjanya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara
kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
Syarat pembagian keuntungan dalam pembiayaan mudharabahmeliputi:
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
6/19
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk
satu pihak.
b. Bagian keuntungan harus diketahui masing-masing pihak dan bersifat
proporsional atau dinyatakan dalam angka persentase (nisbah) dari keuntungansesuai kesepakatan. Sekiranya terdapat perubahan nisbah harus berdasarkan
kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah dan
pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari
kesalahan disengaja, kelalaian atau pelanggaran kesepakatan
d. Sekiranya terjadi kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, maka
mudharib wajib menanggung segala kerugian tersebut. Kelalaian antara lain
ditunjukkan oleh: (1) tidak terpenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam
akad (2) mengalami kerugian tanpa adanya kondisi di luar kemampuan (force
majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad (3) hasil
putusan dari badan artbitrase atau pengadilan.
Kesepakatan pembagian keuntungan atau nisbah harus dinyatakan pada waktu
kontrak. Dalam hal ini juga perlu disepakati dasar bagi hasil yang akan digunakan.
Dewan Syariah Nasional dalam fatwa DSN no 15 th 2000 menyatakan bahwa BankSyariah boleh menggunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing) maupun bagi untung
(profit sharing) sebagai dasar bagi hasil.
Pembagian dasar bagi hasil tersebut dijelaskan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan no 59 dan Pedoman akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI) dalam
bentuk ilustrasi berikut:
Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
Penjualan 100 Revenue sharingHarga Pokok Penjualan 65
Laba kotor 35Beban 25
Laba Rugi bersih 10 Profit Sharing
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
7/19
Dalam praktik, terdapat perbedaan dalam penggunaan istilah revenue sharing.
Revenue sharing dalam praktik lebih mengacu pada gross profit sharing. Dalam
akuntansi, terminologi revenue adalah nilai penjualan suatu barang barang (harga pokok
plus margin keuntungan). Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil Bank
Syariah dan yang dipraktikkan selama ini adalah pendapatan dikurangi harga pokok
barang yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa dinamakan dengan gross profit.
Dengan demikian, istilah revenue sharingyang biasa digunakan oleh industri perbankan
syariah, pada dasarnya identik dan sama dengan makna gross profit sharing. Adapun
dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah tahun
2007, Ikatan Akuntan telah menyatakan secara eksplisit bahwa dalam hal prinsip
pembagian hasil usaha, terminologi pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah
keuntungan bruto (gross profit) (KDPPLKS paragraf 42). Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) no 105 paragraf 11 menyatakan bahwa pembagian hasil usaha
mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba dan jika
berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto
(gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan jika berdasarkan prinsip
bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruti dikurangi beban
yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah.
Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
Penjualan 100Harga Pokok Penjualan 65
Laba kotor 35 Gross profit sharing
Beban 25
Laba Rugi bersih 10 Profit Sharing
Berdasarkan diskusi penulis dengan beberapa praktisi bank syariah setidaknya ada
dua alasan pemilihan istilah revenue sharing dibanding dengan menggunakan istilah
gross profit sharing. Pertama, penggunaan istilah revenue sharing lebih terkait dengan
citra dibanding makna bahasa. Dalam hal ini istilah gross profitkendati lebih tepat, tidak
memberi citra yang menarik untuk dipopulerkan karena jika diterjemahkan menjadi bagi
laba kotor. Alasan kedua adalah istilah ini tidak mengalami masalah kerancuan pada
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
8/19
industri jasa mengingat usaha jasa tidak menggunakan persediaan dan tidak mengenal
konsep laba kotor.
Penggunaan gross profit sebagai dasar pembagian keuntungan cukup adil bagi
perbankan syariah, karena di sisi bagi hasil kepada nasabah penabung, bank syariah jugamenggunakan praktik yang sama. Penggunaan praktik gross profit sharingsebagai dasar
bagi hasil bagi nasabah penabung atau deposan dengan skema mudharabahdapat terlihat
pada pengakuan pendapatan bank syariah. Pendapatan Murabahah yang dibagi hasil
misalnya adalah nilai marginMurabahah(selisih harga jual dengan harga pokok barang
yang dijual) yang uangnya telah diterima oleh bank syariah. Ini menunjukkan bahwa
dasar bagi hasil kepada nasabah penabung pada dasarnya adalah gross profit sharingdan
bukan revenue sharing.
Syekh Muhammad Taqi Usmani (2002), dalam bukunya An Introduction to
Islamic Finance secara eksplisit juga merekomendasikan penggunaan gross profit
sekiranya terdapat kesulitan dalam penggunaan net profit suatu investasi mudharabah
atau musharakah. Gross profit, dalam pandangan beliau dihitung dari selisih antara
penjualan dengan biaya-biaya yang bersifat langsung, dalam hal ini adalah harga pokok
penjualan.
Persetujuan kedua belah pihak
Persetujuan kedua belah pihak merupakan wujud dari prinsip sama-sama rela
(An-taraddin minkum). Dalam hal ini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat
untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya
untuk mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha setuju dengan perannya
untuk mengkontribusikan kerja
Akad mudharabahpada dasarnya sama dengan akad-akad yang lain dalam aspek
yang bersifat umum. Aspek yang bersifat umum tersebut antara lain tentang identitas
kedua pihak yang bertransaksi, besar pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, pra-syarat
pengambilan pembiayaan, jaminan, ketentuan denda, pelanggaran atas syarat-syarat
perjanjian dan penggunaan Badan Arbitrase Syariah. Adapun hal spesifik dalam akad
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
9/19
mudarabah antara lain kesepakatan tentang dasar bagi hasil (revenue sharingatau profit
sharing), besar nisbah bagi hasil, pernyataan bank sebagai shahibul maal untuk
menanggung kerugian kecuali yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, pernyataan hak
bank untuk memasuki tempat usaha dan tempat lainnya untuk mengadakan pemeriksaan
terhadap pembukuan, catatan-catatan, transaksi mudharib yang berhubungan dengan
pembiaayan mudharabahbaik secara langsung maupun tidak langsung. Disamping akad
yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, dalam praktik juga dilampiri dengan
proyeksi pendapatan dan jadwal pembayaran angsuran pokok maupun bagi hasil.
10.3. Alur TransaksiMudharabah
Siklus transaksi Mudharabah dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan
oleh nasabah dengan mengisi formulir permohoan pembiayaan. Formulir tersebut
diserahkan kepada bank syariah beserta dokumen pendukung. Pihak bank selanjutnya
melakukan evaluasi kelayakan pembiayaan mudharabahyang diajukan nasabah dengan
menggunakan analisis 5 C (Character, Capacity, Capital, Commitmen dan Collateral).
Analisis diikuti kemudian dengan verifikasi. Bagi nasabah yang dianggap layak
selanjutnya diadakan perikatan dalam bentuk penandatanganan kontrak mudarabah
dengan mudharibdihadapan notaris.
10.4. Standar AkuntansiMudharabahBagi Bank Syariah
Ketentuan tentang akuntansi mudharabah diatur dalam standar akuntansi no 105
tahun 2007 tenag Akuntansi Mudharabah. Standar ini mengatur pengakuan dan
pengukuran transaksi baik dari sisi pemilik dana maupun dari sisi pengelola dana.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengakuan dan pengukuran transaksi adalah
mengenai dana mudharabah yang disalurkan, jenis investasi berupa kas maupun non-kas,
penurunan nilai investasi sebelum usaha dimulai, dana, penghasilan usaha, kerugian
akibat kelalaian atau kesalahan pengelola, hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah,
penyertaan dana pengelola dalam skema musytarakah dan pembagian hasil pada
mudharabah musytarakah.
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
10/19
10.5. Akuntansi transaksimudharabah
Contoh Kasus PembiayaanMudharabah
Tgl 1 Agustus 2007 Bank Murni Syariah (BMS) menyetujui pemberian fasilitas
mudharabahMuthlaqah PT Gaya Madani (GM) yang bergerak dibidang SPBU dengankesepakatan sbb :
Plafond : Rp 1,2 milyar
Obyek bagi hasil : Pendapatan (Gross profit sharing)
Nisbah : 40% PT GM dan 60% BMS
Jangka Waktu : 10 bulan (jatuh tempo tgl 10 Juni 2008)
Biaya administrasi : 12 jt
Pelunasan : Pengembalian pokok di akhir periode
Keterangan : Tahap I disepakati untuk pembelian dan pemasangan 2 mesin
pompa Rp 750.000.000 pada 25 Agustusdengan nilai perolehan
Rp 725.000.000, dan tahap II diberikan secara tunai pd tgl 5
Oktober.
Jurnal saat akad disepakati
Jurnal pada tanggal 1 agustus atau saat akad ditandatangani terdiri atas jurnal
pembukaan rekening komitmen pembiayaan PT GM dan jurnal pembebanan biaya
administrasi
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
1/8/07 Db Pos lawan komitmen pembiayaan 750.000.000
Kr. Kewajiban komitmen pembiyaan 750.000.000
(ijin tarik tgl 10 agustus sebesar 750 jt)
Db. Rekening tabunganMudharabahPT GM 12.000.000
Kr. Pendaptan administrasi 12.000.000
Jurnal Pembelian AktivaMudharabahdan Penyerahan InvestasiMudharabah
Tanggal 25 Agustus, dilakukan penarikan pertama oleh bank untuk pembelian dan
pemasangan 2 unit mesin pompa pada suplier sebesar Rp 725.000.000, dan selanjutnya
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
11/19
menyerahkannya kepada PT GM sebagai pembiayaan berwujud non kas dan dihargai
dengan nilai Rp 750.000.000.
Jurnal yang dibuat tgl 25 Agustus adalah (1) pembelian aktiva mudharabah (2)
pengakuan pembiayaan mudharabah(3) Penutupan rekening mudharabah
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
25/8/07 Db AktivaMudharabah 725.000.000
Kr. Rekening tabungan suplier 725.000.000
Db. PembiayaanMudharabah 750.000.000
Kr. Pendaptan penyerahan aktiva 25.000.000
Kr. AktivaMudharabah 725.000.000
Db. Kewajiban komitmen Pembiayaan 750.000.000
Kr. Pos lawan komitmen pembiayaan 750.000.000
Tanggal 5 September, dibuka rekening mudharabahdisponibel sebesar Rp 450.000.000
untuk ditarik pada tanggal 5 Oktober 2003
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Pos lawan komitmen pembiayaan 450.000.000
Kr. Kewajiban komitmen pembiayaan 450.000.000
Tgl 5 Oktober, BMS mentransfer dana sebesar Rp 450 jt untuk penarikan pembiayaan
mudharabahtahap 2.
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. PembiayaanMudharabah 450.000.000
Kr. Rekening mudharib 450.000.000
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Kewajiban komitmen Pembiayaan 450.000.000
Kr. Pos lawan komitmen pembiayaan 450.000.000
Jurnal Penerimaan bagi hasilmudharabah
Tgl 10 Oktober perusahaan melaporkan total laba brutonya sebesar Rp 100 jt,
sesuai kesepakatan, bagian bank (60%) akan dibayarkan 1 bulan setelah laporan (tgl 10
Nopember). Jurnal tanggal 10 Oktober adalah:
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
12/19
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Tagihan pdptn bagi hasil mudharabah 60.000.000
Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah
akrual
60.000.000
Tgl 10 Nopember 03 PT GM memasukkan dana ke rekeningnya sebesar Rp 60 jt,
selanjutnya rekening tersebut didebet dengan jumlah yang sama untuk pelunasan tagihan
pdpt bagi hasil PT GM.
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Kas 60.000.000
Kr. Rekening mudharib 60.000.000
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Rekening mudharib 60.000.000
Kr. Tagihan pdptn bagi hasil mudharabah 60.000.000
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Pdptn bagi hasil mudharabahakrual 60.000.000
Kr. Pdptn bagi hasil mudharabahkas 60.000.000
Tgl 10 Desember perusahaan melaporkan total pendapatannya sebesar Rp 150 jt
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Tagihan pdptn bagi hasil mudharabah 90.000.000
Kr. Pendapatan bagi hasil mudharabah
akrual
90.000.000
Tgl 10 Januari, saat jatuh tempo pembayaran bagi hasil, PT GM hanya memasukkan dana
ke rekeningnya Rp 70 jt. BMS langsung mendebit rekening tersebut untuk membayar
kewajiban PT GM
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Kas 70.000.000
Kr Rekening mudharib 70.000.000
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db Pdptn bagi hasil mudharabahakrual 70.000.000
Kr. Pdptn bagi hasil mudharabahkas 70.000.000
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
13/19
Tgl 15 Januari, PT GM memasukkan dananya sebesar 20 jt kedalam rekeningnya, untuk
membayar kewajiban bagi hasil untuk bank.
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db Kas 20.000.000
Kr. Rekening 02.02.02 20.000.000
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db Rekening 02.02.02 20.000.000
Kr. Tagihan pdptn bagi hasil mudharabah 20.000.000
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db Pdptn bagi hasil mudharabahakrual 20.000.000
Kr. Pdptn bagi hasil mudharabahkas 20.000.000
Jurnal Saat UsahaMudharabahMengalami Kerugian
Tgl 10 Februari, PT GM melaporkan mengalami kerugian Rp 100jt akibat bencana alam
longsor yang terjadi didaerahnya.
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db Kerugian mudharabah 100.000.000
Kr. Pembiayaan mudharabah 100.000.000
Tgl 10 April, PT GM melaporkan mengalami kerugian Rp 50 jt. Setelah diteliti kerugian
disebabkan oleh kesalahan mudharib.
Tidak ada jurnal karena kelalaian nasabah
Jurnal Pengembalian ModalMudharabaholeh Nasabah Pembiayaan
Tgl 10 Juni 2004, saat jatuh tempo PT GM melunasi pembiayaan mudharabahplus
bagian bank atas pendapatan PT GM yang belum dibayar.
Saldo pembiayaan mudharabah = Rp 1.200.000.000 Rp 100.000.000= Rp 1.100.000.000
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db Rekening mudharib 1.100.000.000
Pembiayaan mudharabah 1.100.000.000
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
14/19
10.6. Penyajian TrasaksiMudharabahdi Laporan Keuangan
Penyajian transaksi Mudharabah di laporan keuangan tergantung pada rekening
yang terpengaruh oleh transaksiMudharabah. Berikut adalah rekening yang terpengaruh
oleh transaksiMudharabah:
a. Rekening tabungan mudharabahnasabah
Rekening ini disajikan dineraca di bagian pasiva dalam saldo rekening
tabungan mudharabah. Rekening ini merupakan kumpulan saldo rekening semua
nasabah tabungan mudharabah yang ada di Bank Syariah. Rekening ini
terpengaruh oleh transaksi pembiayaan mudharabah karena dijadikan medium
antara untuk penyaluran pembiayaan oleh Bank kepada nasabah, dan medium
antara untuk pembayaran cicilan pokok pembiayaan beserta bagi hasilnya oleh
nasabah pembiayaan kepada bank
b. PembiayaanMudharabah, PembiayaanMudharabahjatuh tempo.
Kedua rekening disajikan di neraca pada bagian aktiva dengan nama rekening
pembiayaan Mudharabah. Pembiayaan Mudharabah belum jatuh tempo terdiri
atas Pembiayaan Mudharabah lancar dan piutang Mudharabah dalam perhatian
khusus. Adapun piutang Mudharabah jatuh tempo terdiri atas piutang
Mudharabah kurang lancar, piutang Mudharabah diragukan dan piutangmudharabahmacet.
c. Persediaan aktivaMudharabah.
Hampir tidak pernah disajikan di neraca mengingat persediaan Mudharabah
dalam praktik perbankan selalu memiliki saldo nol, karena setelah di debet bank
langsung mengkreditnya dengan jumlah yang sama.
d. Pendapatan bagi hasilMudharabahakrual dan pendapatan bagi hasil Mudharabah
kas.
Rekening ini disajikan di laporan laba rugi pada bagian pendapatan dengan
nama rekening pendapatan bagi hasil Mudharabah. Rekening pendapatan bagi
hasilMudharabahmerupakan gabungan total saldo mudharabahakrual ditambah
dan total saldo Mudharabah kas. Adanya pemisahan pendapatan Mudharabah
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
15/19
akrual dengan pendapatan Mudharabah kas adalah untuk memudahkan bank
dalam mengidentifikasi bagian pendapatan yang sudah berwujud kas. Hal ini
diperlukan karena pendapatan bagi hasilMudharabahkas, akan digunakan dalam
perhitungan bagi hasil kepada penabung atau deposan mudharabah.
10.7. Pengungkapan transaksiMudharabah
Bank Indonesia dan Bapepam mensyaratkan agar rekening-rekening yang
transaksiMudharabahyang dilaporkan di laporan keuangan diungkap lebih lanjut dalam
catatan atas rekening. Rekening Piutang mewajibkan Bank Syariah untuk
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Informasi detil tentang klasifikasi pembiayaan mudharabah berdasarkan sifat
penerima pembiayaan dari sisi kedekatan hubungan.
Pihak yang memiliki hubungan yang dekat dengan bank disebut sebagai
pihak istimewa. Pihak istimewa tersebut dapat berupa karyawan kunci Bank,
Komisaris, Direksi, ataupun perusahaan yang memiliki hubungan kepemilikan
dengan pemegang saham mayoritas Bank. Informasi ini diperlukan bagi pemakai
laporan keuangan untuk menilai risiko suatu bank. Bank dengan pembiayaan yang
tinggi kepada pihak istimewa cenderung memiliki risiko yang tinggi. Hal ini
dimungkinkan karena para pengambil kebijakan berpotensi mengambil kebijakan
yang bertentangan dengan kepentingan bank. Pengalaman bangkrutnya bank
konvensional di Indonesia, juga banyak disebabkan oleh tingginya penyaluran
kredit kepada pihak-pihak istimewa.
2. Informasi detil tentang klasifikasi pembiayaan mudharabah berdasarkan sifat
kelancaran pembiayaan dan mata uang yang digunakan.
Sifat kelancaran Bank dikategorikan dalam Pembiayaan mudharabah
lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Klasifikasi
dalam mata uang tergantung pada mata uang yang digunakan dalam pembiayaan.
Umumnya Bank Syariah menggunakan mata uang rupiah. Beberapa bank dalam
jumlah yang relatif kecil juga menggunakan mata uang asing seperti dolar
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
16/19
Amerika untuk pembiayaan. Informasi ini diperlukan oleh pemakai laporan
keuangan untuk menilai tingkat risiko suatu Bank. Bank dengan pembiayaan
mudharabah berkategori kurang lancar, diragukan dan macet yang tinggi
cenderung memiliki risiko yang tinggi pula. Semakin tinggi pembiayaan yang
macet suatu bank dapat mengakibatkan bank menjadi bangkrut, sehingga tidak
dapat memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya..
3. Informasi detil tentang klasifikasi pembiayaan mudharabah berdasarkan sektor
ekonomi yang dibiayai.
Bank Indonesia membagi sektor ekonomi dalam kelompok jasa sosial,
perdagangan, industri, pertambangan, pertanian, jasa usaha, pendidikan,
konstruksi, listrik, air dan gas, dan jasa lainnya. Informasi ini diperlukan oleh
pemakai laporan keuangan untuk melihat prospek pertumbuhan bank. Sekiranya
pembiayaan banyak ditempatkan pada sektor ekonomi dengan pertumbuhan yang
cukup tinggi, Bank diperkirakan juga memiliki kemampuan tumbuh yang cukup
tinggi pula. Aspek ini penting dipertimbangkan bagi nasabah penabung,
mengingat besar kecilnya bagi hasil bank syariah didasarkan pada besar kecilnya
pendapatan bank syariah yang diterima dari pembiayaan ke berbagai sektor
ekonomi. Informasi ini juga diperlukan untuk melihat risiko bank syariah, yang
dikaitkan dengan kerentanan sektor ekonomi yang dibiayai.
4. Informasi detil tentang klasifikasi pembiayaan mudharabah berdasarkan jenis
penggunaan.
Bank Indonesia membagi jenis penggunaan dalam investasi, konsumsi dan
modal kerja. Informasi ini diperlukan oleh pemakai laporan keuangan terutama
pemerintah untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara nasional, mengingat
pertumbuhan ekonomi nasional digerakkan oleh gabungan pengaruh dari
investasi, konsumsi dan modal kerja secara nasional.
5. Informasi detil tentang klasifikasi pembiayaan mudharabah berdasarkan jangka
waktu perjanjian.
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
17/19
Jangka waktu perjanjian berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
diklasifikasikan dalam kategori kurang dari satu tahun, antara satu hingga tiga
tahun, antara tiga sampai dengan lima tahun dan lebih dari lima tahun.
6.
Informasi detil tentang klasifikasi piutang berdasarkan sisa umur jatuh tempo.
Sisa umur jatuh tempo diklasifikasikan dalam beberapa kategori yaitu
kategori kurang dari satu bulan, antara satu hingga tiga bulan, antara tiga hingga
dua belas bulan, antara satu tahun hingga lima tahun dan kategori lebih dari lima
tahun.
7. Informasi deskriptif tentang kisaran bagi hasil pembiayaan mudharabah pada
tahun yang dilaporkan dan perubahan penyisihan kerugian pembiayaan
mudharabah.
REFERENSI
1. Antonio, Muhammad Syafii,Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Tazkia
Cendekia, 2001).
2. Dewan Syariah Nasional - MUI. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional edisi 2.
DSN-MUI dan Bank Indonesia (2003)
3. DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 59 tentang Akuntansi
Perbankan Syariah. (Jakarta: IAI, 2002)
4. DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 101 tentang PenyajianLaporan Keuangan Syariah. (Jakarta: IAI, 2007)
5. DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 105 tentang Akuntansi
Mudharabah. (Jakarta: IAI, 2007)
6. Harahap, Sofyan S., Wiroso, Yusuf, M.Akuntansi Perbankan Syariah(Jakarta: LPFE
USAKTI, 2004).
7. Ikatan Akuntan Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia,
(Jakarta: IAI, 2003)
8.
Wiyono, Slamet., Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariahberdasarkan PSAK dan PAPSI(Jakarta, Grasindo, 2005)
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
18/19
SOAL-SOAL LATIHAN
Bagian A (teori)
1. Jelaskanlah definisi mudharabah!
2. Jelaskanlah perbedaan antara mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah dan
mudharabah musytarakah!
3. Dalam kondisi apakah masing-masing mudharabah muthalaqah, mudharabah
muqayyadah dan mudharabah musytarakah cocok diterapkan?
4. Apakah landasan syari dibolehkannya transaksi mudharabah?
5. Jelaskanlah rukun transaksi mudharabah
Bagian B (kasus)
Pada tanggal 10 juni 20XA, Bank Syariah Sejahtera menyepakati akad mudharabah
dengan PT. Hawa Air yang bergerak dalam bidang transportasi udara:
Plafond : 50.000.000.000
Obyek bagi hasil : Revenue Sharing
Nisbah bagi hasil : 80% bank
Jangka waktu : 60 bulan (5th)
Biaya administrasi : Rp 50.000.000
Pelunasan : bertahap setiap tahun sebesar Rp 10.000.000.000
Pemberian modal : tahap pertama berbentuk 2 pesawat dengan nilai wajar Rp 40
milliar dan uang 2 milliar.
Tahap kedua dalam bentuk uang sebesar nilai sisa.
Penjelasan:
1. Harga perolehan 2 pesawat sebesar Rp 19 milliar
2. Pendapatan bulan pertama hingga bulan kesembilan sejak pembiayaan diperoleh
sebesar 2 miliar per bulan dan porsi bank langsung diserahkan pada bank melalui
debet rekening tabungan PT Hawa Air.
3. Bulan april pendapatan Rp 800 jt dan saldo rekening tidak cukup membayar
bagian bank.
4. Pengembalian modal tahun ke 1 s/d ke 4 berjalan sesuai jadwal
-
7/25/2019 akuntansi mudharabah-rizalyaya
19/19
5. September 2003 (ke 15) perusahaan mengalami rugi sebesar Rp 300 jt (bukan
karena kesalahan nasabah)
6. Tahun ke 5 mudharib tidak dapat mengembalikan modal