(syirkah dan mudharabah
TRANSCRIPT
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 1/24
SYIRKAH DAN MUDHARABAH
MAKALAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir Semester
Pendidikan Agama Islam VII A
Disusun Oleh:
ATIYAH
BULAN KURNIA FITRI
LUKMAN HAKIM
Dosen Pembimbing
Drs. ZULKIFLI, M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG (UMT)
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 2/24
KOTA TANGERANG
1432 H./ 2011 M.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil`alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat taufik dan Inayah-Nya kepada kita, khususnya bagi penulis. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini diperuntukkan bagi Mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam.
Diantara tujuan penulisan makalah ini adalah untuk tugas Fiqih. Kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penulisan makalah ini, penulis ucapkan terima kasih.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah merupakan hasil akhir dan
terbaik serta proses dari sebuah penulisan. Tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak
memerlukan perbaikan dan pasti banyak terdapat kesalahan akan tetapi penulis ingin berusaha
untuk menyuguhkan segala sesuatunya dengan semaksimal mungkin. Kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi peningkatan dan perbaikan penulisan karena
penulis menyadari bahwa penulisan masih banyak kekurangan serta kesalahan-kesalahan. Dan
pada akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan kaca perbandingan
ataupun informasi yang mana diperlukan bagi semua pihak yang berkepentingan.
Tangerang, 8 November 2011 M
10 Dzulhijjah 1432 H
Penulis
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 3/24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menciptakan manusia makhluk yang berinteraksi sosial dan saling
membutuhkan satu sama lainnya. Ada yang memiliki kelebihan harta namun tidak memiliki
waktu dan keahlian dalam mengelola dan mengembangkannya, di sisi lain ada yang memiliki
skill kemampuan namun tidak memiliki modal. Dengan berkumpulnya dua jenis orang ini
diharapkan dapat saling melengkapi dan mempermudah pengembangan harta dan
kemampuan tersebut. Untuk itulah Islam memperbolehkan syarikat dalam usaha diantaranya
Syirkah dan Mudharabah.
Dengan hal ini sesungguhnya adalah kerja sama, gotong-royong dan demokrasi
ekonomi menuju kesejahteraan umum. Kerja sama dan gotong-royong ini sekurang-
kurangnya dilihat dari dua segi. Dalam syirkah misalnya, modal awal dikumpulkan dari
semua anggota-anggotanya. Mengenai keanggotaan dalam koperasi berlaku asas satu
anggota, satu suara. Karena itu besarnya modal yang dimiliki anggota, tidak menyebabkan
anggota itu lebih tinggi kedudukannya dari anggota yang lebih kecil modalnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun perumuskan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaiman pengertian syirkah?
2. Ada berapa macam bentuk syirkah?
3. Apa rukun dan syarat Syirkah?
4. Apa yang di maksud Al Mudharabah?
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 4/24
BAB II
SYIRKAH
A. Pengertian Syirkah
Menurut arti asli bahasa Arab (makna etimologis), syirkah berarti mencampurkan
dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian
dengan bagian lainnya. Adapun menurut makna syariat, syirkah adalah suatu akad antara dua
pihak atau lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan. Syirkah atau perseroan dalam bahasa Indonesia memiliki makna penggabungan
dua atau lebih yang tidak bisa lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya. Dalam
istilah syariah, syirkah adalah transaksi antara dua orang atau lebih, dimana mereka saling
bersepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dan mendatang keuntungan (profit).
Syirkah menurut bahasa berarti percampuran. Sedangkan menurut istilah syirkah berarti kerja
sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha yang keuntungan dan kerugiannya
ditanggung bersama. Allah berfirman:
“Mereka bersekutu dalam sepertiga (QS. An-Nisa:12)
“Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka
berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini” (QS. Shad: 24).
B. Macam-Macam Syirkah
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 5/24
Menurut ulama Hanabilah, yang sah hanya empat macam, yaitu: syirkah inân,
abdan, mudhârabah, dan wujûh. Menurut ulama Malikiyah, yang sah hanya tiga macam,
yaitu: syirkah inân, abdan, dan mudhârabah. Menurut ulama Syafi’iyah, Zahiriyah, dan
Imamiyah, yang sah hanya syirkah inân dan mudhârabah.
1. Syirkah Inân
Syirkah inân adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing
memberi konstribusi kerja (‘amal) dan modal (mâl). Syirkah ini hukumnya boleh
berdasarkan dalil as-Sunnah dan Ijma Sahabat. Contoh syirkah inân: Fandi dan Rip
berprofesi sebagai Akuntan Publik. Fandi dan Rip sepakat membuka praktek pelayanan
jasa Akuntan Publik. Masing-masing memberikan konstribusi modal sebesar Rp
350.000,00 dan keduanya sama-sama bekerja dalam syirkah tersebut.
Dalam syirkah ini, disyaratkan modalnya harus berupa uang (nuqûd); sedangkan
barang (‘urûdh), misalnya rumah atau mobil, tidak boleh dijadikan modal syirkah, kecuali
jika barang itu dihitung nilainya (qîmah al-‘urûdh) pada saat akad.
Keuntungan didasarkan pada kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung oleh
masing-masing mitra usaha (syarîk) berdasarkan porsi modal. Jika, misalnya, masing-
masing modalnya 50%, maka masing-masing menanggung kerugian sebesar 50%.
Diriwayatkan oleh Abdur Razaq dalam kitab Al-Jâmi’, bahwa Ali bin Abi Thalib ra.
pernah berkata, “Kerugian didasarkan atas besarnya modal, sedangkan keuntungan
didasarkan atas kesepakatan mereka (pihak-pihak yang bersyirkah).
2. Syirkah ‘Abdan
Syirkah ‘abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing
hanya memberikan konstribusi kerja (‘amal), tanpa konstribusi modal (mâl). Konstribusi
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 6/24
kerja itu dapat berupa kerja pikiran (seperti pekerjaan arsitek atau penulis) ataupun kerja
fisik (seperti pekerjaan tukang kayu, tukang batu, sopir, pemburu, nelayan, dan
sebagainya). Syirkah ini disebut juga syirkah ‘amal. Contohnya: A dan B keduanya
adalah nelayan, bersepakat melaut bersama untuk mencari ikan. Mereka sepakat pula,
jika memperoleh ikan dan dijual, hasilnya akan dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan
sebesar 60% dan B sebesar 40%.
Dalam syirkah ini tidak disyaratkan kesamaan profesi atau keahlian, tetapi boleh
berbeda profesi. Jadi, boleh saja syirkah ‘abdan terdiri dari beberapa tukang kayu dan
tukang batu. Namun, disyaratkan bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan
halal. Tidak boleh berupa pekerjaan haram, misalnya, beberapa pemburu sepakat berburu
babi hutan.
Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan; nisbahnya boleh
sama dan boleh juga tidak sama di antara mitra-mitra usaha (syarîk). Syirkah ‘abdan
hukumnya boleh berdasarkan dalil as-Sunnah (An-Nabhani, 1990: 151). Ibnu Mas’ud ra.
pernah berkata, “Aku pernah berserikat dengan Ammar bin Yasir dan Sa’ad bin Abi
Waqash mengenai harta rampasan perang pada Perang Badar. Sa’ad membawa dua orang
tawanan, sementara aku dan Ammar tidak membawa apa pun.” [HR. Abu Dawud dan al-
Atsram]. Hal itu diketahui Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam dan beliau
membenarkannya dengan taqrîr beliau.
3. Syirkah Wujûh
Syirkah wujûh disebut juga syirkah ‘ala adz-dzimam (Al-Khayyath, Asy-
Syarîkât fî asy-Syarî‘ah al-Islâmiyyah, 2/49). Disebut syirkah wujûh karena didasarkan
pada kedudukan, ketokohan, atau keahlian (wujûh) seseorang di tengah masyarakat.
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 7/24
Syirkah wujûh adalah syirkah antara dua pihak (misal A dan B) yang sama-sama
memberikan konstribusi kerja (‘amal), dengan pihak ketiga (misalnya C) yang
memberikan konstribusi modal (mâl). Dalam hal ini, pihak A dan B adalah tokoh
masyarakat. Syirkah semacam ini hakikatnya termasuk dalam syirkah mudhârabah
sehingga berlaku ketentuan-ketentuan syirkah mudhârabah padanya (An-Nabhani, 1990:
154).
Bentuk kedua syirkah wujûh adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang
ber-syirkah dalam barang yang mereka beli secara kredit, atas dasar kepercayaan
pedagang kepada keduanya, tanpa konstribusi modal dari masing-masing pihak (An-
Nabhani, 1990: 154). Misal: A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang. Lalu A dan
B ber-syirkah wujûh, dengan cara membeli barang dari seorang pedagang (misalnya C)
secara kredit. A dan B bersepakat, masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli.
Lalu keduanya menjual barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua, sedangkan harga
pokoknya dikembalikan kepada C (pedagang).
Dalam syirkah wujûh kedua ini, keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan,
bukan berdasarkan prosentase barang dagangan yang dimiliki; sedangkan kerugian
ditanggung oleh masing-masing mitra usaha berdasarkan prosentase barang dagangan
yang dimiliki, bukan berdasarkan kesepakatan. Syirkah wujûh kedua ini hakikatnya
termasuk dalam syirkah ‘abdan.
Hukum kedua bentuk syirkah di atas adalah boleh, karena bentuk pertama
sebenarnya termasuk syirkah mudhârabah, sedangkan bentuk kedua termasuk syirkah
‘abdan. Syirkah mudhârabah dan syirkah ‘abdan sendiri telah jelas kebolehannya dalam
syariat Islam (An-Nabhani, 1990: 154).
Namun demikian, An-Nabhani mengingatkan bahwa ketokohan (wujûh) yang
dimaksud dalam syirkah wujûh adalah kepercayaan finansial (tsiqah mâliyah), bukan
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 8/24
semata-semata ketokohan di masyarakat. Maka dari itu, tidak sah syirkah yang dilakukan
seorang tokoh (katakanlah seorang menteri atau pedagang besar), yang dikenal tidak
jujur, atau suka menyalahi janji dalam urusan keuangan. Sebaliknya, sah syirkah wujûh
yang dilakukan oleh seorang biasa-biasa saja, tetapi oleh para pedagang dia dianggap
memiliki kepercayaan finansial (tsiqah mâliyah) yang tinggi, misalnya dikenal jujur dan
tepat janji dalam urusan keuangan.
4. Syirkah Mufâwadhah
Syirkah mufâwadhah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang
menggabungkan semua jenis syirkah di atas (syirkah inân, ‘abdan, mudhârabah, dan
wujûh) (An-Nabhani, 1990: 156; Al-Khayyath, 1982: 25). Syirkah mufâwadhah dalam
pengertian ini, menurut An-Nabhani adalah boleh. Sebab, setiap jenis syirkah yang sah
ketika berdiri sendiri, maka sah pula ketika digabungkan dengan jenis syirkah lainnya.
(An-Nabhani, 1990: 156).
Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan
kerugian ditanggung sesuai dengan jenis syirkah-nya; yaitu ditanggung oleh para
pemodal sesuai porsi modal (jika berupa syirkah inân), atau ditanggung pemodal saja
(jika berupa syirkah mudhârabah), atau ditanggung mitra-mitra usaha berdasarkan
persentase barang dagangan yang dimiliki (jika berupa syirkah wujûh). Contoh: A adalah
pemodal, berkonstribusi modal kepada B dan C, dua insinyur teknik sipil, yang
sebelumnya sepakat, bahwa masing-masing berkonstribusi kerja. Kemudian B dan C juga
sepakat untuk berkonstribusi modal, untuk membeli barang secara kredit atas dasar
kepercayaan pedagang kepada B dan C.
Dalam hal ini, pada awalnya yang ada adalah syirkah ‘abdan, yaitu ketika B dan
C sepakat masing-masing ber-syirkah dengan memberikan konstribusi kerja saja. Lalu,
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 9/24
ketika A memberikan modal kepada B dan C, berarti di antara mereka bertiga terwujud
syirkah mudhârabah. Di sini A sebagai pemodal, sedangkan B dan C sebagai pengelola.
Ketika B dan C sepakat bahwa masing-masing memberikan konstribusi modal, di
samping konstribusi kerja, berarti terwujud syirkah inân di antara B dan C. Ketika B dan
C membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang kepada keduanya,
berarti terwujud syirkah wujûh antara B dan C. Dengan demikian, bentuk syirkah seperti
ini telah menggabungkan semua jenis syirkah yang ada, yang disebut syirkah
mufâwadhah.
C. Rukun Dan Syarat Syirkah
1) Rukun syirkah
Rukun Syirkah yang pokok ada 3 (tiga) yaitu :
a. Akad (ijab-kabul), disebut juga shighat;
b. Dua pihak yang berakad (‘âqidâni), syaratnya harus memiliki kecakapan (ahliyah).
c. Obyek akad (mahal), disebut juga ma’qûd ‘alayhi, yang mencakup pekerjaan (amal)
dan/atau modal (mâl)
2) Syarat-syarat umum syirkah
a. Jenis usaha fisik yang dilakukan dalam syirkah ini harus dapat diwakilkan kepada
orang lain. Hal ini penting karena dalam kenyataan, sering kali satu patner mewakili
perusahaan untuk melakukan dealing dengan perusahaan lain. Jika syarat ini tidak ada
dalam jenis usaha, maka akan sulit menjalankan perusahaan dengan gesit.
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 10/24
b. Keuntungan yang didapat nanti dari hasul usaha harus diketahui dengan jelas.
Masing-masing patner harus mengetahui saham keuntungannya seperti 10 % atau 20
% misalnya.
c. Keuntungan harus disebar kepada semua patner.
3) Syarat-syarat khusus
a. Modal yang disetor harus berupa barang yang dihadirkan. Tidak diperbolehkan modal
masih berupah utang atau uang yang tidak dapat dihadirkan ketika akad atau beli.
Tidak disyaratkan modal yang disetor oleh para patner itu dicampur satu sama lain.
Karena syirkah ini dapat diwujudkan dengan akad dan bukan dengan modal.
b. Modal harus berupa uang kontan. Tidak diperbolehkan modal dalam bentuk harta
yang tidak bergerak atau barang. Karena barang-barang ini tidak dapat dijadikan
ukuran sehingga akan menimbulkan persengketaan di kemudian hari karena
keuntungan yang dihasilkannya juga menjadi tidak jelas proporsinya dengan modal
yang disetor akibat sulitnya dinilai.
Adapun menurut An-nabani, syarat sah akad ada 2 (dua) yaitu: (1) obyek
akadnya berupa tasharruf, yaitu aktivitas pengelolaan harta dengan melakukan akad-
akad, misalnya akad jual-beli; (2) obyek akadnya dapat diwakilkan (wakalah), agar
keuntungan syirkah menjadi hak bersama di antara para syarîk (mitra usaha).
BAB IIMUDHARABAH
A. Pengertian Al Mudharabah
Syarikat Mudharabah memiliki dua istilah yaitu Al Mudharabah dan Al Qiradh
sesuai dengan penggunaannya di kalangan kaum muslimin. Penduduk Irak menggunakan
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 11/24
istilah Al Mudharabah untuk mengungkapkan transaksi syarikat ini. Disebut sebagai
mudharabah karena diambil dari kata dharb di muka bumi yang artinya melakukan perjalanan
yang umumnya untuk berniaga dan berperang, Allah berfirman:
“Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang
yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan orang-orang yang lain
lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-
Qur’an.” (Qs. Al Muzammil: 20)
Ada juga yang mengatakan diambil dari kata: dharb (mengambil) keuntungan
dengan saham yang dimiliki. Dalam istilah bahasa Hijaaz disebut juga sebagai qiraadh,
karena diambil dari kata muqaaradhah yang arinya penyamaan dan penyeimbangan. Seperti
yang dikatakan “Dua orang penyair melakukan muqaaradhah,” Yakni saling membandingkan
syair-syair mereka. Disini perbandingan antara usaha pengelola modal dan modal yang
dimiliki pihak pemodal, sehingga keduanya seimbang. Ada juga yang menyatakan bahwa
kata itu diambil dari qardh yakni memotong. Tikus itu melakukan qardh terhadap kain, yakni
menggigitnya hingga putus.
Dalam kasus ini, pemilik modal memotong sebagian hartanya untuk diserahkan
kepada pengelola modal, dan dia juga akan memotong keuntungan usahanya.
Sedangkan dalam istilah para ulama Syarikat Mudhaarabah memiliki pengertian: Pihak
pemodal (Investor) menyerahkan sejumlah modal kepada pihak pengelola untuk
diperdagangkan. Dan berhak mendapat bagian tertentu dari keuntungan. Dengan kata lain Al
Mudharabah adalah akad (transaksi) antara dua pihak dimana salah satu pihak menyerahkan
harta kepada yang lain agar diperdagangkan dengan pembagian keuntungan diantara
keduanya sesuai dengan kesepakatan. Sehingga Al Mudharabah adalah bentuk kerja sama
antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (Shahib Al Mal/Investor) mempercayakan
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 12/24
sejumlah modal kepada pengelola (Mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi 100% modal dari Shahib
Al Mal dan keahlian dari Mudharib.
B. Hukum Al Mudharabah Dalam Islam
Ibnu Hazm menyatakan: “Semua bab dalam fiqih selalu memiliki dasar dalam Al
Qur’an dan Sunnah yang kita ketahui -Alhamdulillah- kecuali Al Qiraadh (Al Mudharabah ).
Kami tidak mendapati satu dasarpun untuknya dalam Al Qur’an dan Sunnah. Namun
dasarnya adalah ijma’ yang benar. Yang dapat kami pastikan bahwa hal ini ada dizaman
shallallahu’alaihi wa sallam, beliau ketahui dan setujui dan seandainya tidak demikian maka
tidak boleh.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengomentari pernyataan Ibnu Hazm di atas dengan
menyatakan: “Ada kritikan atas pernyataan beliau ini: Bukan termasuk madzhab beliau
membenarkan ijma’ tanpa diketahui sandarannya dari Al Qur’an dan Sunnah dan ia sendiri
mengakui bahwa ia tidak mendapatkan dasar dalil Mudharabah dalam Al Qur’an dan Sunah.
Beliau tidak memandang bahwa tidak adanya yang menyelisihi adalah ijma’, padahal ia tidak
memiliki disini kecuali ketidak tahuan adanya yang menyelisihinya.
Beliau mengakui persetujuan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam setelah mengetahui
sistem muamalah ini. Taqrier (persetujuan) Nabi shallallahu’alaihi wa sallam termasuk satu
jenis sunnah, sehingga (pengakuan beliau) tidak adanya dasar dari sunnah menentang
pernyataan beliau tentang taqrir ini. Jual beli (perdagangan) dengan keridhaan kedua belah
fihak yang ada dalam Al Qur’an meliputi juga Al Qiradh dan Mudharabah.
Demikian juga Syaikh Al Albani mengkritik pernyataan Ibnu Hazm diatas dengan
menyatakan: “Ada beberapa bantahan (atas pernyataan beliau), yang terpenting bahwa asal
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 13/24
dalam Muamalah adalah boleh kecuali ada nas (yang melarang) beda dengan ibadah, pada
asalnya dalam ibadah dilarang kecuali ada nas, sebagaimana dijelaskan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah. Al Qiradh dan Mudharabah jelas termasuk yang pertama. Juga ada nash dalam Al
Qur’an yang membolehkan perdagangan dengan keridhoan dan ini jelas mencakup Al
Qiraadh. Ini semua cukup sebagai dalil kebolehannya dan dikuatkan dengan ijma’ yang
beliau akui sendiri.”
Dalam kesempatan lain Ibnu Taimiyah menyatakan: “Sebagian orang menjelaskan
beberapa permasalahan yang ada ijma’ padanya namun tidak memiliki dasar nas, seperti Al
Mudharabah, hal itu tidak demikian. Mudharabah sudah masyhur dikalangan bangsa Arab di
jahiliyah apalagi pada bangsa Quraisy, karena umumnya perniagaan jadi pekerjaan mereka.
Pemilik harta menyerahkan hartanya kepada pengelola (‘umaal). Rasulullah SAW sendiri
pernah berangkat membawa harta orang lain sebelum kenabian sebagaimana telah berangkat
dalam perniagaan harta Khadijah. Juga kafilah dagang yang dipimpin Abu Sufyan
kebanyakannya dengan sistem mudharabah dengan Abu Sufyan dan selainnya. Ketika datang
Islam Rasulullah SAW menyetujuinya dan para sahabatpun berangkat dalam perniagaan
harta orang lain secara Mudharabah dan beliau shallallahu’alaihi wa sallam tidak
melarangnya. Sunnah disini adalah perkataan, pebuatan dan persetujuan beliau, ketiak beliau
setujui maka mudharabah dibenarkan dengan sunnah.
Kaum muslimin sudah terbiasa melakukan akad kerja sama semacam itu hingga
zaman kiwari ini di berbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang menyalahkannya. Ini
merupakan konsensus yang diyakini umat, karena cara ini sudah digunakan bangsa Quraisy
secara turun temurun dari jaman jahiliyah hingga zaman Nabi SAW, kemudian beliau
mengetahui, melakukan dan tidak mengingkarinya.
Tentulah sangat bijak, bila pengembangan modal dan peningkatan nilainya
merupakan salah satu tujuan yang disyariatkan. Sementara modal itu hanya bisa
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 14/24
dikembangkan dengan dikelola dan diperniagakan. Sementara tidak setiap orang yang
mempunyai harta mampu berniaga, juga tidak setiap yang berkeahlian dagang mempunyai
modal. Maka masing-masing kelebihan itu dibutuhkan oleh pihak lain. Oleh sebab itu
Mudharabah ini disyariatkan oleh Allah demi kepentingan kedua belah pihak.
C. Hikmah Disyariatkannya Al Mudharabah
Islam mensyariatkan akad kerja sama Mudharabah untuk memudahkan orang,
karena sebagian mereka memiliki harta namun tidak mampu mengelolanya dan disana ada
juga orang yang tidak memiliki harta namun memiliki kemampuan untuk mengelola dan
mengembangkannya. Maka Syariat membolehkan kerja sama ini agar mereka bisa saling
mengambil manfaat diantara mereka. Shohib Al Mal (investor) memanfaatkan keahlian
Mudhorib (pengelola) dan Mudhorib (pengelola) memanfaatkan harta dan dengan demikian
terwujudlah kerja sama harta dan amal. Allah Ta’ala tidak mensyariatkan satu akad kecuali
untuk mewujudkan kemaslahatan dan menolak kerusakan.
D. Jenis Al Mudharabah
Para ulama membagi Al Mudharabah menjadi dua jenis:
1. Al Mudharabah Al Muthlaqah (Mudharabah bebas)
Pengertiannya adalah sistem mudharabah dimana pemilik modal (investor/
Shohib Al Mal) menyerahkan modal kepada pengelola tanpa pembatasan jenis usaha,
tempat dan waktu dan dengan siapa pengelola bertransaksi. Jenis ini memberikan
kebebasan kepada Mudhorib (pengelola modal) melakukan apa saja yang dipandang
dapat mewujudkan kemaslahatan.
2. Al Mudharabah Al Muqayyadah (Mudharabah terbatas)
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 15/24
Pengertiannya pemilik modal (investor) menyerahkan modal kepada pengelola
dan menentukan jenis usaha atau tempat atau waktu atau orang yang akan bertransaksi
dengan Mudharib. Jenis kedua ini diperselisihkan para ulama keabsahan syaratnya,
namun yang rajih bahwa pembatasan tersebut berguna dan tidak sama sekali menyelisihi
dalil syar’i, itu hanya sekedar ijtihad dan dilakukan dengan kesepakatan dan keridhoan
kedua belah pihak sehingga wajib ditunaikan. Perbedaan antara keduanya terletak pada
pembatasan penggunaan modal sesuai permintaan investor.
E.Rukun Al Mudharabah
Al Mudharabah seperti usaha pengelolaan usaha lainnya memiliki tiga rukun:
o Adanya dua atau lebih pelaku yaitu investor (pemilik modal) dan pengelola (mudharib).
o Objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan keuntungan.
o Pelafalan perjanjian.
1. Rukun pertama: adanya dua atau lebih pelaku.
Kedua pelaku kerja sama ini adalah pemilik modal dan pengelola modal.
Disyaratkan pada rukun pertama ini keduanya memiliki kompetensi beraktifitas (Jaiz Al
Tasharruf) dalam pengertian mereka berdua baligh, berakal, Rasyid dan tidak dilarang
beraktivitas pada hartanya. Sebagian ulama mensyaratkan bahwa keduanya harus muslim
atau pengelola harus muslim, sebab seorang muslim tidak ditakutkan melakukan
perbuatan riba atau perkara haram. Namun sebagian lainnya tidak mensyaratkan hal
tersebut, sehingga diperbolehkan bekerja sama dengan orang kafir yang dapat dipercaya
dengan syarat harus terbukti adanya pemantauan terhadap aktivitas pengelolaan modal
dari pihak muslim sehingga terlepas dari praktek riba dan haram.
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 16/24
2. Rukun kedua: objek Transaksi.
Objek transaksi dalam Mudharabah mencakup modal, jenis usaha dan keuntungan.
a. Modal
Dalam sistem Mudharabah ada empat syarat modal yang harus dipenuhi:
Modal harus berupa alat tukar/ satuan mata uang (Al Naqd) dasarnya adalah ijma’
atau barang yang ditetapkan nilainya ketika akad menurut pendapat yang rojih. Modal
yang diserahkan harus jelas diketahui. Modal yang diserahkan harus tertentu. Modal
diserahkan kepada pihak pengelola modal dan pengelola menerimanya langsung dan
dapat beraktivitas dengannya.
Jadi dalam Mudharabah disyaratkan modal yang diserahkan harus diketahui
dan penyerahan jumlah modal kepada Mudharib (pengelola modal) harus berupa alat
tukar seperti emas, perak dan satuan mata uang secara umum. Tidak diperbolehkan
berupa barang kecuali bila ditentukan nilai barang tersebut dengan nilai mata uang
ketika akad transaksi, sehingga nilai barang tersebut yang menjadi modal
Mudharabah. Contohnya seorang memiliki sebuah mobil toyota kijang lalu
diserahkan kepada Mudharib (pengelola modal), maka ketika akad kerja sama
tersebut disepakati wajib ditentukan harga mobil tersebut dengan mata uang,
misalnya Rp 80 juta; maka modal Mudharabah tersebut adalah Rp 80 juta.
Kejelasan jumlah modal ini menjadi syarat karena menentukan pembagian
keuntungan. Apabila modal tersebut berupa barang dan tidak diketahui nilainya
ketika akad, bisa jadi barang tersebut berubah harga dan nilainya seiring berjalannya
waktu, sehingga memiliki konsekuensi ketidakjelasan dalam pembagian keuntungan.
b. Jenis Usaha
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 17/24
Jenis usaha di sini disyaratkan beberapa syarat: Jenis usaha tersebut di
bidang perniagaan. Tidak menyusahkan pengelola modal dengan pembatasan yang
menyulitkannya, seperti ditentukan jenis yang sukar sekali didapatkan, contohnya
harus berdagang permata merah delima atau mutiara yang sangat jarang sekali
adanya. Asal dari usaha dalam Mudharabah adalah di bidang perniagaan dan bidang
yang terkait dengannya yang tidak dilarang syariat. Pengelola modal dilarang
mengadakan transaksi perdagangan barang-barang haram seperti daging babi,
minuman keras dan sebagainya.
c. Keuntungan
Setiap usaha dilakukan untuk mendapatkan keuntungan, demikian juga
Mudharabah. Namun dalam Mudharabah disyaratkan pada keuntungan tersebut
empat syarat: Keuntungan khusus untuk kedua pihak yang bekerja sama yaitu pemilik
modal (investor) dan pengelola modal. Seandainya disyaratkan sebagian keuntungan
untuk pihak ketiga, misalnya dengan menyatakan: ‘Mudharabah dengan pembagian
1/3 keuntungan untukmu, 1/3 untukku dan 1/3 lagi untuk istriku atau orang lain, maka
tidak sah kecuali disyaratkan pihak ketiga ikut mengelola modal tersebut, sehingga
menjadi qiraadh bersama dua orang.[29] Seandainya dikatakan: ’separuh keuntungan
untukku dan separuhnya untukmu, namun separuh dari bagianku untuk istriku’, maka
ini sah karena ini akad janji hadiyah kepada istri.
Pembagian keuntungan untuk berdua tidak boleh hanya untuk satu pihak
saja. Seandainya dikatakan: ‘Saya bekerja sama Mudharabah denganmu dengan
keuntungan sepenuhnya untukmu’ maka ini dalam madzhab Syafi’i tidak sah.
Keuntungan harus diketahui secara jelas. Dalam transaksi tersebut ditegaskan
prosentase tertentu bagi pemilik modal (investor) dan pengelola. Sehingga
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 18/24
keuntungannya dibagi dengan persentase bersifat merata seperti setengah, sepertiga
atau seperempat. Apa bila ditentuan nilainya, contohnya dikatakan kita bekerja sama
Mudharabah dengan pembagian keuntungan untukmu satu juta dan sisanya untukku’
maka akadnya tidak sah. Demikian juga bila tidak jelas persentase-nya seperti
sebagian untukmu dan sebagian lainnya untukku.
Dalam pembagian keuntungan perlu sekali melihat hal-hal berikut:
Keuntungan berdasarkan kesepakatan dua belah pihak, namun kerugian hanya
ditanggung pemilik modal. Ibnu Qudamah dalam Syarhul Kabir menyatakan:
“Keuntungan sesuai dengan kesepakatan berdua.” Lalu dijelaskan dengan pernyataan:
“Maksudnya dalam seluruh jenis syarikat dan hal itu tidak ada perselisihannya dalam
Al Mudharabah murni.” Ibnul Mundzir menyatakan: “Para ulama bersepakat bahwa
pengelola berhak memberikan syarat atas pemilik modal 1/3 keuntungan atau ½ atau
sesuai kesepakatan berdua setelah hal itu diketahui dengan jelas dalam bentuk
persentase.”
Pengelola modal hendaknya menentukan bagiannya dari keuntungan.
Apabila keduanya tidak menentukan hal tersebut maka pengelola mendapatkan gaji
yang umum dan seluruh keuntungan milik pemilik modal (investor). Ibnu Qudamah
menyatakan: “Diantara syarat sah Mudharabah adalah penentuan bagian (bagian)
pengelola modal karena ia berhak mendapatkan keuntungan dengan syarat sehingga
tidak ditetapkan kecuali dengannya. Seandainya dikatakan: Ambil harta ini secara
mudharabah dan tidak disebutkan (ketika akad) bagian pengelola sedikitpun dari
keuntungan, maka keuntungan seluruhnya untuk pemilik modal dan kerugian
ditanggung pemilik modal sedangkan pengelola modal mendapat gaji umumnya.
Inilah pendapat Al Tsauri, Al Syafi’i, Ishaaq, Abu Tsaur dan Ashhab Al Ra’i
(Hanafiyah).”
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 19/24
F. Syarat Dalam Mudharabah
Pengertian syarat dalam Al Mudharabah adalah syarat-syarat yang ditetapkan salah
satu pihak yang mengadakan kerjasama berkaitan dengan Mudharabah. Syarat dalam Al
Mudharabah ini ada dua:
1. Syarat yang shahih (dibenarkan)
Yaitu syarat yang tidak menyelisihi tuntutan akad dan tidak pula maksudnya
serta memiliki maslahat untuk akad tersebut. Contohnya Pemilik modal mensyaratkan
kepada pengelola tidak membawa pergi harta tersebut keluar negeri atau membawanya
keluar negeri atau melakukan perniagaannya khusus dinegeri tertentu atau jenis tertentu
yang gampang didapatkan. Maka syarat-syarat ini dibenarkan menurut kesepakatan para
ulama dan wajib dipenuhi, karena ada kemaslahatannya dan tidak menyelisihi tuntutan
dan maksud akad perjanjian mudharabah.
2. Syarat yang fasad (tidak benar)
Syarat yang meniadakan tuntutan konsekuensi akad, seperti mensyaratkan tidak
membeli sesuatu atau tidak menjual sesuatu atau tidak menjual kecuali dengan harga
modal atau dibawah modalnya. Syarat ini disepakati ketidak benarannya, karena
menyelisihi tuntutan dan maksud akad kerja sama yaitu mencari keuntungan. Syarat yang
bukan dari kemaslahatan dan tuntutan akah, seperti mensyaratkan kepada pengelola
untuk memberikan Mudharabah kepadanya dari harta yang lainnya.
Syarat yang berakibat tidak jelasnya keuntungan seperti mensyaratkan kepada
pengelola bagian keuntungan yang tidak jelas atau mensyaratkan keuntungan satu dari
dua usaha yang dikelola, keuntungan usaha ini untuk pemilik modal dan yang satunya
untuk pengelola atau menentukan nilai satuan uang tertentu sebagai keuntungan. Syarat
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 20/24
ini disepakati kerusakannya karena mengakibatkan keuntungan yang tidak jelas dari salah
satu pihak atau malah tidak dapat keuntungan sama sekali. Sehingga akadnya batal.
3. Berakhirnya Usaha Mudharabah
Mudharabah termasuk akad kerjasama yang diperbolehkan. Usaha ini berakhir
dengan pembatalan dari salah satu pihak. Karena tidak ada syarat keberlangsungan terus
menerus dalam transaksi usaha semacam ini. Masing-masing pihak bisa membatalkan
transaksi kapan saja dia menghendaki. Transaksi Mudharabah ini juga bisa berakhir
dengan meninggalnya salah satu pihak transaktor, atau karena ia gila atau idiot.
Imam Ibnu Qudamah (wafat tahun 620 H) menyatakan: “Al Mudharabah termasuk jenis
akad yang diperbolehkan. Ia berakhir dengan pembatalan salah seorang dari kedua belah
pihak -siapa saja-, dengan kematian, gila atau dibatasi karena idiot; hal itu karena ia
beraktivitas pada harta orang lain dengan sezinnya, maka ia seperti wakiel dan tidak ada
bedanya antara sebelum beraktivitas dan sesudahnya. Sedangkan Imam Al Nawawi
menyatakan: Penghentian qiraadh boleh, karena ia diawalnya adalah perwakilan dan
setelah itu menjadi syarikat. Apabila terdapat keuntungan maka setiap dari kedua belah
pihak boleh memberhentikannya kapan suka dan tidak butuh kehadiran dan keridoan
mitranya. Apabila meninggal atau gila atau hilang akal maka berakhir usaha terbut.”
Apabila telah dihentikan dan harta (modal) utuh, namun tidak memiliki keuntungan maka
harta tersebut diambil pemilik modal.
Apabila terdapat keuntungan maka keduanya membagi keuntungan tersebut
sesuai dengan kesepakatan. Apabila berhenti dan harta berbentuk barang, lalu keduanya
sepakat menjualnya atau membaginya maka diperbolehkan, karena hak milik kedua belah
pihak. Apabila pengelola minta menjualnya sedang pemilik modal menolak dan tampak
dalam usaha tersebut ada keuntungan, maka penilik modal dipaksa menjualnya; karena
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 21/24
hak pengelola ada pada keuntungan dan tidak tampak decuali dengan dijual. Namun bila
tidak tampak keuntungannya maka pemilik modal tidak dipaksa.
BAB IIISIMPULAN
Menurut arti asli bahasa Arab (makna etimologis), syirkah berarti mencampurkan dua
bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan
bagian lainnya.
Syirkah menurut bahasa berarti percampuran. Sedangkan menurut istilah syirkah berarti
kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha yang keuntungan dan kerugiannya
ditanggung bersama.
Menurut An-Nabhani, berdasarkan kajian beliau terhadap berbagai hukum syirkah dan
dalil-dalilnya, terdapat lima macam syirkah dalam Ekonomi Islam, yaitu:
1. syirkah inân
2. syirkah abdan
3. syirkah wujûh
4. syirkah mufâwadhah
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 22/24
Syirkah inân adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memberi
konstribusi kerja (‘amal) dan modal (mâl). Syirkah ini hukumnya boleh berdasarkan dalil as-
Sunnah dan Ijma Sahabat.
Syirkah ‘abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing hanya
memberikan konstribusi kerja (‘amal), tanpa konstribusi modal (mâl). Konstribusi kerja itu dapat
berupa kerja pikiran (seperti pekerjaan arsitek atau penulis) ataupun kerja fisik (seperti pekerjaan
tukang kayu, tukang batu, sopir, pemburu, nelayan, dan sebagainya). Syirkah ini disebut juga
syirkah ‘amal.
Syirkah wujûh disebut juga syirkah ‘ala adz-dzimam (Al-Khayyath, Asy-Syarîkât fî
asy-Syarî‘ah al-Islâmiyyah, 2/49). Disebut syirkah wujûh karena didasarkan pada kedudukan,
ketokohan, atau keahlian (wujûh) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujûh adalah syirkah
antara dua pihak.
Syirkah mufâwadhah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan
semua jenis syirkah di atas (syirkah inân, ‘abdan, mudhârabah, dan wujûh.
Rukun Syirkah yang pokok ada 3 (tiga) yaitu :
1. Akad (ijab-kabul), disebut juga shighat;
2. Dua pihak yang berakad (‘âqidâni), syaratnya harus memiliki kecakapan (ahliyah).
3. Obyek akad (mahal), disebut juga ma’qûd ‘alayhi, yang mencakup pekerjaan (amal)
dan/atau modal (mâl)
Pengertian Al Mudharabah
Syarikat Mudhaarabah memiliki dua istilah yaitu Al Mudharabah dan Al Qiradh sesuai
dengan penggunaannya di kalangan kaum muslimin. Penduduk Irak menggunakan istilah Al
Mudharabah untuk mengungkapkan transaksi syarikat ini. Disebut sebagai mudharabah karena
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 23/24
diambil dari kata dharb di muka bumi yang artinya melakukan perjalanan yang umumnya untuk
berniaga dan berperang, Allah berfirman:
“Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang
yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan orang-orang yang lain lagi
yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an.” (Qs.
Al Muzammil: 20)
Islam mensyariatkan akad kerja sama Mudharabah untuk memudahkan orang, karena
sebagian mereka memiliki harta namun tidak mampu mengelolanya dan disana ada juga orang
yang tidak memiliki harta namun memiliki kemampuan untuk mengelola dan
mengembangkannya. Maka Syariat membolehkan kerja sama ini agar mereka bisa saling
mengambil manfaat diantara mereka. Shohib Al Mal (investor) memanfaatkan keahlian
Mudhorib (pengelola) dan Mudhorib (pengelola) memanfaatkan harta dan dengan demikian
terwujudlah kerja sama harta dan amal. Allah Ta’ala tidak mensyariatkan satu akad kecuali untuk
mewujudkan kemaslahatan dan menolak kerusakan.
Jenis Al Mudharabah
Para ulama membagi Al Mudharabah menjadi dua jenis: Al Mudharabah Al Muthlaqah
(Mudharabah bebas). Pengertiannya adalah sistem mudharabah dimana pemilik modal
(investor/Shohib Al Mal) menyerahkan modal kepada pengelola tanpa pembatasan jenis usaha,
tempat dan waktu dan dengan siapa pengelola bertransaksi Al Mudharabah Al Muqayyadah
(Mudharabah terbatas).
5/11/2018 (Syirkah Dan Mudharabah - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/syirkah-dan-mudharabah-55a0cdc531114 24/24
Pengertiannya pemilik modal (investor) menyerahkan modal kepada pengelola dan
menentukan jenis usaha atau tempat atau waktu atau orang yang akan bertransaksi dengan
Mudharib.
Rukun Al Mudharabah
Al Mudharabah seperti usaha pengelolaan usaha lainnya memiliki tiga rukun:
1. Adanya dua atau lebih pelaku yaitu investor (pemilik modal) dan pengelola (mudharib).
2. Objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan keuntungan.
3. Pelafalan perjanjian.
Mudharabah termasuk akad kerjasama yang diperbolehkan.
DAFTAR PUSTAKA
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islâmî wa Adillatuhu, Al-Jaziri, 1996: 67; Al-Khayyath.
Ibnu Qudamah, tahqiq Abdullah bin Abdulmuhsin Al Turki, 1412H Al Mughni, turki: Hajr
Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, 1405 H Irwa’ Al Gholil Fi Takhrij Ahaadits Manar
Al Sabil, Baerut: Al maktab Islami
Prof. DR Abdullah Al Mushlih , prof. DR. Shalah Al Showi, Maa La Yasa’u Al Taajir Jahlulu .
Basyir, Abu Umar, Fiqh Ekonimi Keuangan Islam, Jakarta: Darul Haq
Syafei, Rachmat, MA, 2001, Fiqih Mu`amalah, Bandung: Pustaka setia
Diposkan oleh My Diary di 19:53