peranan akuntansi syariah terhadap pembiayaan mudharabah di bank muamalat indonesia

101
PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademika Dan Melengkapi Sebagian Dari Syarat – syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Oleh NUR SYAHBANI 2011420015 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2015

Upload: uofaunsada

Post on 14-Jan-2017

355 views

Category:

Data & Analytics


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN

MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademika Dan Melengkapi

Sebagian Dari Syarat – syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Akuntansi

Oleh

NUR SYAHBANI

2011420015

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DARMA PERSADA

JAKARTA

2015

Page 2: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

ii

Page 3: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

iii

Page 4: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

iv

Page 5: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

v

ABSTRAK

NIM : 2011420015, Judul Skripsi : PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA, Jumlah Hal : xi + 79 Hal, Kata Kunci : Perananan Akuntansi Syariah, Pembiayaan Mudharabah. Penelitian ini membahas tentang pembiayaan mudharabah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripstif kualitatif. Tujuan dari pembiayaan mudharabah ini yaitu salah satu produk pembiayaan di Bank Syariah sebagai instrumen ekonomi Islam berdasarkan bagi hasil, dimana di mudharabah posisi akurat dipahami sebagai pengganti bunga sehingga dapat dilaksanakan oleh lembaga keuangan Syraiah. Dalam mudharabah kesepakatan atau bagi hasil keuntungan terdapat pada PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Syariah akuntansi dalam bagi hasil pembiayaan mudharabah yang dilakukan oleh Bank Muamalat telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah dilakukan dengan hasil yang baik dari segi sistem pencatatanya. Hal ini dapat dilihat dari pencatatan transaksi yang dicatat oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, pengakuan, pengukuran, penyajian serta pengungkapan pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia sesuai dengan PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah. Daftar Acuan : (2004-2014)

Jakarta, Agustus 2015

Nur syahbani

Page 6: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

vi

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmanirraahiim

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan kuasa-Nya yang telah diberikan kepada penulis, baik

berupa kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini, skripsi yang berjudul “PERANAN AKUNTANSI SYARIAH

TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT

INDONESIA, yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Darma

Persada Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

tidak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, sehingga

memungkinkan skripsi ini terwujud. Dengan kerendahan hati penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak, Mama, Kakak, Adik Kecilku dan Saudara-saudaraku untuk doa,

restu, kasih sayang, perhatian, kesabaran dan dukungan yang mereka

berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ahmad Basid Hasibuan, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Universitas Darma Persada dan selaku Dosen Pembimbing

bagi penulis yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

vii

3. Muamalat Institute yang telah memberikan izin dan fasilitas pelayanan

yang baik selama penulis skripsi.

Penulis menyadaribahwa skripsi ini masih jauh dari sempurnadan

mempunyai banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga

skripsi ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi kita semua khususnya

bagi penulis sendiri maupun bagi pihak lain yang membutukan.

Jakarta, Agustus 2015

Nur syahbani

Page 8: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL SKRIPSI ............................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iv

ABSTRAK ....................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................ 7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 7

1.3.1. Tujuan Penelitian ................................................... 7

1.3.2. Manfaat Penelitian ................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pelaporan Keuangan Syariah ............................................. 9

2.2 Unsur-unsur Laporan Keuangan ........................................ 10

2.3 Pengakuan dan Pengukuran Unsur-unsur Laporan Keuangan .. 14

2.4 Tinjauan Syariah ............................................................. 15

2.5 Pembiayaan Mudharabah ................................................. 21

2.6 Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Mudharabah ...... 34

2.7 Berakhirnya Akad Mudharabah .......................................... 37

2.8 Perlakuan Akuntansi Mudharabah ..................................... 37

2.9 Standar Akuntansi ............................................................... 47

2.10 Kerangka Pemikiran ..................................................... 51

Page 9: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian .............................................................. 53

3.2 Jenis Data ......................................................................... 53

3.3 Pengumpulan Data ........................................................... 53

3.4 Metode Analisis Data ....................................................... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian .............................................. 55

4.2 Kebijakan Pembiayaan Mudharabah PT Bank Muamalat .......... 59

4.3 Hasil Penelitian ........................................................................... 61

4.4 Pembahasan ................................................................................ 63

4.4.1 Evaluasi atas Perhitungan Bagi Hasil dalam Pembiayaan

Mudharabah ........................................................... 64

4.4.2 Pengakuan dan Pengukuran yang dilaksanakan di Bank

Muamalat terhadap Pembiayaan Mudharabah .............. 67

4.4.3 Pencatatan Akuntansi Mudharabah ................................ 68

4.4.4 Analisa Pembahasan Bagi Hasil dalam Pembiayaan Mudharabah

di Bank Muamalat Indonesia .................................. 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...................................................................... 78

5.2 Saran ................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

Page 10: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

x

DAFTAR TABEL

TABEL Judul Hal.

1 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah ...... 18

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Judul Hal.

1 Skema Mudharabah ........................................................ 23

2 Kerangka Pemikiran ........................................................ 51

3 Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia ................ 59

Page 11: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangannya sistem ekonomi serta sistem yang menopangnya

(antara lain Akuntansi) baru kajian Ekonomi Islam dan Akuntansi Islam yang

lebih terdepan dalam pengkajian ilmiahnya. seiring dengan berjalannya waktu

perkembangan syariah terus mengalami perubahan, namun dengan perubahan

tersebut tidak menjadikan masyarakat yang sudah beralih menggunakan bank

syariah bepindah ke bank lain. Dalam hal ini Bank Syariah jelas sangat bersaing

dengan bank konvensional dikarenakan bank syariah sendiri memiliki produk-

produk yang unik dan sehingga tidak dapat di tiru dengan oleh Bank

Konvensional. Keunngulan di bank syariah itu sendiri memiliki segmen pasar

yang jelas dan loyalis yang tidak di dapat di miliki oleh bank konvensional,

ternyata keunggulan komperatif dalam bank syariah tersebut tidak mampu

menjadikan bank syariah unggul dengan bank konvensional. Itu terjadi karena

bank syariah belum berhasil bersaing dengan bank konvensional, sehingga yang

muncul pertanyaan dari mata konsumen adalah bahwa bank syariah lebih mahal

dibandingkan dengan bank konvensional.

Sebagai gambaran ekonomi Islam mulai tersosialisasi sejak berdirinya

Bank Muamalat Indoenesia pada tahun 1992, dan Konfrensi Internasional

Ekonomi Islam pertama di Indonesia baru di selenggarakan pada tahun 2005.

Setelah itu berbagai seminar dan konfrensi ekonomi Islam mulai marak di

Page 12: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

2

selenggarakan di Indonesia. Bahkan Indonesia mampu mengembangkan varian

tersendiri yang turut memperkaya berbagai kegiatan awal perkembangan Ilmu

Ekonomi Islam di jaman yang sangat modern ini.

Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah

ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan

nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini

hanya di kategorikan sebagai “Bank Dengan Sistem Bagi Hasil” tidak terdapat

rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Hal

ini sangat jelas tercermin dari undang-undang No.7 tahun 1992 dimana

pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu dan

merupakan sisipan belaka.

Upaya mendorong pengembangan bank Syariah dilaksanakan dengan

memperhatikan bahwa sebagian masyarakat Muslim Indonesia pada saat ini

menantikan suatu sistem perbankan syariah yang sehat dan terpercaya untuk

mengakomodasi kebutuhan mereka terhadap pelayanan jasa perbankan yang

sesuai dengan prinsip syariah. Pengembangan perbankan syariah juga ditujukan

untuk mobilisasi dana masyarakat yang selama ini belum terlayani oleh sistem

perbankan konvensional. Selain itu, sejalan dengan upaya-upaya restrukturisasi

perbankan, pengembangan bank syariah merupakan suatu alternatif sistem

pelayanan jasa bank dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya.

Kemudian dalam catatan kakinya, “muamalah” di artikan sebagai

kegiatan berjual-beli, berutang-piutang, sewa-menyewa, dan sebagainya.

Berutang-piutang tentu mempunyai pengertian yang luas dalam bisnis. Pendirian

Page 13: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

3

perusahaan oleh pemilik modal menyangkut utang-piutang antara dia dengan

manajemennya. Pengelolaan harta pemilik modal oleh manajemen merupakan

hubungan kerja sama, utang-piutang. Hubungan transaksi dagang maupun bentuk

bisnis lainnya selalu mempunyai konteks utang-piutang. Pinjaman kepada

lembaga keuangan mempunyai hubungan utang-piutang. Oleh karena itu setiap

lembaga perusahaan sarat dengan kegiatan muamalah sebagaimana yang telah

dimaksudkan. Dengan demikian dapat di pastikan bahwa pemeliharaan akuntansi

wajib hukumnya dalam suatu perusahaan bahkan juga pribadi.

Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh

sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Namun, realitas yang ada menunjukkan bahwa masih banyak sumber daya insani

yang selama ini terlibat di institusi syariah tidak memiliki pengalaman akademis

maupun praktis dalam Islamic Banking. Tentunya kondisi ini cukup signifikan

memengaruhi produktivitas dan profesionalisme perbankan syariah itu sendiri.

Inilah yang memang harus mendapatkan perhatian dari kita semua, yakni

mencetak sumber daya insani yang mampu mengamalkan ekonomi syariah

disemua lini karena sistem yang baik tidak mungkin dapat berjalan bila tidak

didukung oleh sumber daya insani yang baik pula. Praktik-praktik fungsi

perbankan ini tentunya berkembang secara berangsur-angsur dan mengalami

kemajuan dan kemunduran di masa-masa tertentu, seiring dengan naik turunnya

peradaban ummat muslim. Berbagai macam produk yang di tawarkan seperti

Tabungan, Giro, Deposito, Pembiyaan, Penghimpun Dana, dan Penyalur Dana.

Menurut (Salman,2012) penyaluran kredit terbagi menjadi dua yaitu:

Page 14: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

4

Mudharabah dan Musyarakah. Menurut PSAK 105 Mudharabah adalah akad

kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana)

menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak

selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan,

sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Sementara itu

pengertian musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk

suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana

dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama

sesuai dengan kesepakatan.

Akuntansi pemilik dana, pembiayaan mudharabah invsestasi mudharabah

dalam bentuk kas diukur dengan sebesar jumlah yang dibayarkan. Dana

mudharabah diakui sebagai “Investasi Mudharabah” pada saat pembayaran kas

atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana. (PSAK 105 Paragragf 12)

Dalam penelitian ini penulis akan membahas Pembiayaan Mudharabah

dimana pembiayaan mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan bank

Syariah sebagai instrumen perekonomian dalam Islam berdasarkan bagi hasil,

dimana pada posisi mudharabah secara tepat dipahami sebagai salah satu

instrumen pengganti dari sistem bunga serta dapat diterapkan oleh lembaga

keuangan syariah (Muhammad,2010). Berbicara mengenai mudharabah, seperti

yang sudah dibahas sebelumnya adanya kecenderungan terjadinya masalah

keagenan, yaitu bank selaku investor dan nasabah selaku peminjam dana

mengutamakan kepentingan masing-masing. Permasalahan ini dipengaruhi oleh

ketiadaan transparansi antara kedua belah pihak tersebut. Adanya transparansi

Page 15: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

5

dibutuhkan agar profit sharing sesuai dengan kesepakatan, hal ini menyebabkan

dibutuhkan laporan keuangan yang jelas sebagai alat untuk menunjang

transparansi tersebut. Laporan keuangan yang baik tentunya membutuhkan sistem

akuntansi yang baik pula. Di dalam akad mudharabah sesuai dengan PSAK 105,

penyesuaian perlakuan akuntansi ada dua yaitu Akuntansi untuk pemilik dana dan

Akuntansi untuk pengelola dana yang meliputi pengakuan dana mudharabah,

pengukuran investasi mudharabah penurunan nilai investasi mudharabah,

kerugian, hasil usaha, akad mudharabah berakhir, penyajian dan pengungkapan.

Penyesuaian perlakuan akuntansi sangatlah penting dalam menentukan pembagian

persentase/ nisbah untuk nasabah khususnya tabungan mudharabah.

Akuntansi juga merupakan upaya untuk menjaga terciptanya keadilan

dalam masyarakat dan dalam entitas atau organisasi dengan semua stakeholdernya.

Karena akuntansi memelihara catatan sebagai accountability dan menjamin

akurasinya. Pentingnya keadilan ini dapat dilihat dari Al-Qur’an surat Al-Hadis

ayat 24 sebagai berikut :

“Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa

bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan Neraca

(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”.

Dalam Al-Qur’an surat As-Syuraa’ ayat 182-183 sebagai berikut :

“Sempurnakanlah takaran dan jangan lah kamu termasuk orang-orang

yang merugikan. Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah

kamu merugikan manusia pad hak-haknya dan janganlah kamu merajalela

dimuka bumi dengan membuat kerusakan”.

Page 16: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

6

Kegiatan utama bank syariah adalah pembiayaan. Pembiayaan merupakan

salah satu komponen aset atau aktiva produktif bagi bank yang umumnya sangat

dominan dalam neraca bank sehingga berpengaruh terhadap kelangsungan usaha

bank. Mengingat bank syariah tidak memperbolehkan bunga. Bank syariah harus

berhati-hati dalam penentuan pengakuan pendapatan bagi hasil. pendapatan bagi

hasil ini diperoleh dari pembiayaan-pembiayaan yang diberikan bank kepada

nasabahnya. termasuk dalam hal ini, pembiayaan mudharabah. Pembiayaan

mudharabah yaitu akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana

untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut

kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan terjadi kerugian ditanggung oleh si

pemilik dana.

Berdasarkan hasil penelitan Evita (2014) perlakuan akuntansi yang

meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan pada PT Bank

Muamalat telah sesuai dengan standar PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah

untuk setiap catatan dan transaksinya.

Berdasarkan hasil penelitian Aziq (2013) menyatakan bahwa penyajian,

pengakuan terhadap investasi mudharabah telah melaksanakan sesuai dengan

peraturan yang ada. Berdasarkan uraian penjelasan diatas, maka penulis tertarik

dengan judul “PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP

PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA”.

Page 17: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

7

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pencatatan akuntansi syariah dalam transaksi mudharabah

telah sesuai dengan PSAK 105 ?

2. Apakah transaksi mudharabah dalam proses bagi hasil telah sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Bank Muamalat Indonesia ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitan

1. Evaluasi terhadap pencatatan akuntansi syariah dalam transaksi

mudharabah telah sesuai dengan PSAK 105 di Bank Muamalat

Indonesia.

2. Evaluasi terhadap transaksi mudharabah dalam proses bagi hasil telah

sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan Syariah Islam pada

Bank Muamalat Indonesia.

1.3.2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

1. Dapat menambah wawasan dalam memahami akuntansi khususnya

dalam pembiayaan mudharabah baik secara teori maupun praktek

di lapangan.

2. Sebagai salah satu sumber acuan untuk penelitian tentang

pembiayaan mudharabah di masa mendatang.

Page 18: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

8

b. Praktis

1. Sebagai bahan masukan untuk Bank Muamalat dan instansi yang

terkait dalam pembiayaan mudharabah di masa yang akan datang.

2. Sebagai sumber evaluasi untuk Bank Muamalat dalam pembiayaan

mudharabah.

Page 19: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pelaporan Keuangan Syariah

Dalam hal ini pelaporan keuangan syariah dengan pelaporan bank

konvensional sangatlah berbeda, dimana setiap bagiannya terdapat perbedaan.

Terdapat dua asumsi dasar penyusunan laporan keuangan entitas syariah, yaitu :

(Salman, 2012)

a. Dasar Akrual

Untuk mencapai tujuannya , laporan keuangan disusun atas dasar akrual.

Dengan dasar akrual, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat

kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) serta di

ungkapkan dalam catatan akuntansi dan di laporkan dalam laporan keuangan

pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar

akrual memberikan informasi kepada pemakai, tidak hanya transaksi masa lalu

yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban

pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas

yang akan diterima di masa depan. Akan tetapi, perhitungan pendapatan untuk

tujuan pembagian hasil usaha tidaklah menggunakan dasar akrual, melainkan

penggunaan dasar kas. Dalam pembagian hasil usaha, pendapatan atau hasil

usaha yang dimaksud adalah laba bruto.

Page 20: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

10

b. Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha

entitas syariah dan akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena itu,

entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau

mengurangi secara material skala usahanya.

2.2 Unsur-unsur Laporan Keuangan

Sesuai dengan karakteristiknya, laporan keuangan entitas syariah antara lain

meliputi komponen-komponen berikut ini : (Salman, 2012)

a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial.

Komponen ini meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan

arus kas, dan laporan perubahan ekiutas.

b. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial. Komponen

ini meliputi laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber

dan pengguna dana kebajikan.

c. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan

tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.

Di antara berbagai laporan keuangan tersebut, laporan posisi keuangan dan

laporan laba rugi merupakan dua laporan keuangan utama. Laporan keuangan lain

seperti laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan

penggunaan dana zakat, serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan

oleh perubahan yang terdapat pada kedua laporan keuangan utama.

Page 21: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

11

1. Laporan Keuangan

Laporan posisi keuangan atau neraca menggambarkan dampak keuangan

dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok

besar menurut karakteristiknya ekonomi. Unsur yang berkaitan langsung dengan

pengukuran posisi keuangan adalah :

a. Aset yaitu sumber daya yanng dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat

dari peristiwa masa lalu dan memiliki manfaat ekonomi masa depan bagi

entitas syariah. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset dapat

mengalir ke dalam entitas syariah dengan berbagai cara, misalnya digunakan

sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi baranng dan jasa yang

dijual oleh entitas syariah, dipertukarkan dengan aset lain yang diperlukan,

digunakan untuk menyelesaikan kewajiban, atau dibagikan kepada para

pemilik entitas syariah.

b. Kewajiban yaitu utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa

masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari

sumber daya entitas syariah yang mengandung manfaat ekonomi.

Penyelesaiann kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai

cara antara lain, pembayaran kas, penyerahan aset lain, pemberian jasa,

penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain. Kewajiban juga dapat

dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur membebaskan atau

membatalkannya haknya.

c. Dana syirkah temporer yaitu dana yang diterima sebagai investasi dengan

jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya, yang mana entitas

Page 22: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

12

syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dan tersebut

dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.

d. Ekuitas yaitu hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurang semua

kewajiban dan dana syirkah temporer. Ekuitas dapat berupa setoran modal

oleh para penanam saham, saldo laba, dan penyisihan saldo laba.

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan ukuran kinerja entitas syariah yang juga

merupakan dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi atau penghasilan

per saham. Unsur yang berkaitan langsung dengan laba adalah penghasilan, beban,

dan hak pihak ketiga atas bagi hasil ditambah dengan unsur zakat yang menurut

pandangan penuls relevan untuk dimasukkan sebagai unsur yang keempat.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Perubahan ekuitas entitas syariah menggambarkan peningkatan atau

penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan. Suatu entitas

syariah harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama

laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas harus menunjukkan hal-hal sebagai

berikut :

a. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.

b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta

jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam

ekuitas.

c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan

terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait.

Page 23: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

13

d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.

e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta

perubahannya.

f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agis,

serta cadangannya pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara

terpisah setiap perubahan.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam

PSAK tersebut.

5. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

Laporan sumber dan penggunaan dana zakat merupakan salah satu komponen

utama laporan keuangan yang harus disajikan oleh entitas syariah. Unsur dasar

laporan sumber dan penggunaan dana zaakt meliputi sumber dana, penggunanaan

dana selama suatu jangka waktu, serta saldo dan zakat yang menunjukkan dana

zakat yang belum disalurkan pada tanggal tertentu. Secara khusus, laporan ini

menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

a. Dana zakat yang berasal dari wajib zakat (muzakki).

b. Penggunaan zakat melalui lembaga amil zakat.

c. Kenaikan dan penurunan zakat.

6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan menunjukkan hal-hal

sebagai berikut.

a. Sumber dana kebajikan yang berasal dari penerimaan.

Page 24: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

14

b. Penggunaan dana kebajikan.

Penerimaan dana kebajikan oleh entitas syariah diakui sebagai kewajiban

paling liquid dan diakui sebagai pengurang kewajiban ketika disalurkan.

Penerimaan non-halal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai

dengan prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal

dari bank umum konvensional. Penerimaan non-halal pada umumnya terjadi

dalam kondisi darurat atau kondisi yang tida diinginkan oleh entitas syariah

karena secara prinsip dilarang oleh syariah.

2.3 Pengakuan dan Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan pos yang

akan memenuhi definisi unsur serta kinerja pengakuan dalam neraca atau laporan

laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-

kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke neraca atau laporan

laba tugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau

laporan laba rugi. Pos yang memenuhi suatu unsur harus diakui jika ada

kemungkina bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan

mengalir dari atau ke dalam entitas syariah dan pos tersebut mempunyai nilai atau

biaya yang dapat dikur secara andal (Salman, 2012).

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan

memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi.

Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu dari tiga alternatif,

yaitu biaya historis, biaya kini, dan nilai realisasi. Dasar pengukuran yang umum

digunakan entitas syariah dalm penyusunan laporan keuangan adalah biaya

Page 25: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

15

historis. Akan tetapi dalam kondisi tertentu, dasar ini dikombinasikan dengan

dasar pengukuran yang lain, seperti pada penilaian persediaan yang dinyatakan

sebesar nilai aset tertentu berdasarkan nilai wajar.

Penggunaan sistem akuntansi syariah jelas merupakan manifestasi dari

pelaksanaan perintah itu karena sistem akuntansi dapat menjaga agar aset yang

dikelola terjaga accountability-nya sehingga tidak ada pihak terafilasi yang di

rugikan, jujur, adil dan kepada yang berhak akan di berikan sesuai haknya. Upaya

untuk mencapai keadilan, baik dalam pelaksanaan utang-piutang maupun dalam

hubungan kerja sama sebagai pihak seperti dalam persekutuan, musyarakah,

mudharabah memerlukan sarana pencatatan yang menjaga agar satu sama lain

saling yakin dan tidak di rugikan sebagaimana yang disebutkan. Dari usul fiqih

disebutkan untuk mencapai sesuatu yang diwajibkan, sarana untuk mencapainya

pun menjadi wajib. “Mala yummitul wajibu ila bihi fahua wajibun”. Jika untuk

melaksanakan sesuatu yang hukumnya wajib harus dengan dia, dia itu pun

menjadi wajib. Oleh karena itu, dapat disebutkan memelihara pencatatan baik

sebagai informasi, untuk penyaksian, untuk pertanggungjawaban, untuk

pemeliharaan hak, atau untuk keadilan, hukumnya termasuk menjadi wajib.

2.4 Tinjauan Syariah

Syariah adalah kata bahasa arab yang secara harfiahnya berarti jalan yang

ditempuh atau garis yang mestinya dilalui. Secara terminologi, definisi syariah

adalah peraturan-peraturan dan hukum yang telah digariskan oleh Allah, atau telah

digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan kepada kaum muslimin supaya

Page 26: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

16

mematuhinya, supaya syariah ini diambil oleh orang Islam sebagai penghubung di

antaranya dengan Allah dan diantaranya dengan manusia. (Karim, 2010).

2.4.1 Tujuan Bank Syariah

Sasaran utama pendirian bank Islam adalah untuk menyebarkan

kemakmuran ekonomi dalam struktur Islam dengan mempromosikan dan

mengembangkan prinsip Syariah Islam dalam area bisnis, Bank syariah

mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut (Rivai, 2010):

1. Menawarkan Jasa Keuangan: aturan dan hukum dari bank Islam dengan

tepat menerapkan prinsip syariah Islam untuk transaksi keuangan, dimana

riba (bunga) dan gharar (spekulasi/ketidakpastian/tipuan) diidentifikasi

sebagai sesuatu yang haram dan tidak Islami. Pendorong utamanya adalah

kearah keuangan yang berbagi keuntungan dan risiko dan fokus pada

kegiatan-kegiatan yang halal. Fokusnya adalah menawarkan transaksi

perbankan yang melekat pada prinsip syariah dan menolak transaksi yang

berdasarkan bunga.

2. Menjaga stabilitas nilai uang: Islam mengakui uang sebagai alat tukar dan

bukan sebagai komoditi, dimana harga dapat digunakan. Jadi, system tanpa

bunga membawa ke stabilitas dalam nilai uang sehingga bisa menjadi alat

tukar yang dapat dipercaya dan unit transaksi.

3. Pengembangan ekonomi: Bank Syariah mengembangkan ekonomi melalui

fasilitas seperti musyarakah, mudharabah, dll, dengan prinsip pembagian

keuntungan dan kerugian yang khusus. Hal ini membangun relasi yang

langsung dan dekat antara hasil investasi bank dan keberhasilan operasi dari

Page 27: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

17

bisnis oleh pengusaha, dimana akan berdampak pada perkembangan

ekonomi suatu Negara.

4. Alokasi sumber daya yang optimum: bank syariah optimis dalam

mengalokasikan sumber dana melalui investasi dari sumber keuangan ke

proyek-proyek yang diyakini sangat menguntungkan, diizinkan agama dan

memberikan keuntungan secara ekonomi.

5. Pendekatan yang optimis: prinsip pembagian keuntungan mendorong bank

untuk memilih proyek-proyek dengan keuntungan yang jangka panjang dari

pada keuntungan jangka pendek. Hal ini memimpin bank untuk mempelajari

terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam suatu proyek yang aman baik bagi

bank dan investor. Hasil yang tinggi diperoleh kemudian didistribusikan ke

shareholder yang memberikan keuntungan social dan membawa

kemakmuran secara ekonomi.

6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-

syariah. Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka

pengembangan usaha bisnis dan menampung risiko kerugian. Besarnya

modal suatu bank akan berpengaruh pada kemampuan suatu bank secara

efisien menjalankan kegiatannya, dan dapat mempengaruhi tingkat

kepercayaan masyarakat (khususnya untuk masyarakat peminjam) terhadap

kinerja bank. Kepercayaan masyarakat akan terlihat dari besarnya dana giro,

deposito, dan tabungan yang melebihi jumlah setoran modal dari para

pemegang sahamnya.

Page 28: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

18

2.4.2 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah

Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki

persamaan terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,

teknologi komputer yang digunakan. Syarat-syarat umum memperoleh

pembiayaan dan sebagainya. Akan tetapi perbedaan bank syariah adalah bank

yang berasaskan kemitraan, keadilan, transparansi, universal dan melakukan

kegiatan berdasarkan prinsip syariah.

Perbedaan bank syariah dengan bank konvensional secara umum adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.4

Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah

(Sumber: M. Syafi’I Antonio)

Dari perbedaan-perbedaan diatas, hal yang paling mendasar yang

membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah dalam

No Bank Syariah Bank Konvensional

1 Melakukan hanya investasi yang halal

menurut hukum Islam

Melakukan investasi baik yang halal atau

haram menurut hukum Islam

2 Memakai prinsip bagi hasil, jual-beli, dan

sewa

Memakai perangkat suku bunga

3 Berorientasi keuntungan dan falah

(kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai ajaran

Islam)

Berorientasi keuntungan

4 Hubungan dengan nasabah dalam bentuk

kemitraan

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk

kreditur-debitur

5 Penghimpunan dan penyaluran dana sesuai

fatwa Dewan Pengawas Syariah

Penghimpunan dan penyaluran dana tidak

diatur oleh dewan sejenis

6 Adanya dewan pengawas syariah

Page 29: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

19

manajemen keuangan, yaitu konsep bagi hasil yang merupakan sebuah solusi

dari sistem bunga yang selama ini diterapkan pada bank-bank konvensional.

Dengan tegas bank syariah menolak konsep bunga karena menurut Fiqih Islam

konsep bunga termasuk riba, sedangkan riba itu hukumnya haram.

2.4.3 Fungsi Bank Syariah

Ikatan Akuntan Indonesia di dalam Pedoman Akuntansi Perbankan

Syariah Indonesia (2003) menjelaskan bahwa fungsi bank syariah sebagai :

1. Manager Investasi

Bank syariah dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan

menggunakan akad Mudharabah sebagai agen investasi.

2. Investor

Bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana

nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi

yang sesuai dengan syariah. Keuntungan yang diperoleh dibagi secara

proporsional sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik dana.

3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran

Bank syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan

seperti bank non-syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah.

d. Pengembang fungsi social

Bank syariah dapat memberikan pelayanan sosial dalam bentuk

pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah dan pinjaman kebajikan (qardhul

hasan) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 30: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

20

2.4.4 Produk Bank Syariah

Menurut Antonio (2001) Produk penyaluran dana di bank Syariah dapat

dikembangkan dengna tiga model, yaitu :

1. Prinsip jual beli, dalam pembiayaan dalam prinsip jual beli ini terbagi

menjadi tiga akad, yaitu :

a. Pembiayaan murabahah, adalah akad jual beli barang pada harga asal

dengan tambahan keuntungan yang disepakati.

b. Pembiayaan salam, yaitu akad pembelian barang yang diserahkan

dikemudian hari sementara pembayaran dilakukan dimuka.

c. Pembiayaan istishna (jual beli berdasarkan pesanan), yaitu akad jual beli

antara pembeli dan pembuat barang.

2. Prinsip sewa, prinsip sewa yang digunakan dalam pembiayaan dibagi dalam

dua jenis, yaitu :

a. Ijarah ialah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui

pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan

atas barang itu sendiri.

b. Ijarah mutahia bit tamlik, yaitu akad sewa menyewa yang diakhiri

dengan pemindahan kepemilikan barang.

3. Prinsip bagi hasil dalam pembiayaan syariah pada umumnya dapat

dilakukan dalam dua cara, yaitu :

a. Pembiayaan musyarakah, adalah akad kerja sama antara dua pihak atau

lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak

memberikan kontribusi dana atau amal dengan kesepakatan bahwa

Page 31: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

21

keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan.

b. Pembiayaan mudharabah, adalah akad kerjasama antara dua pihak

diamana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%)

modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

2.4.5 Sumber Dana Bank Syariah

Adapun sumber dana yang diperoleh dari bank Syariah adalah sebagai

berikut :

1. Modal inti (core capital) adalah modal yang berasal dari para pemilik

bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham,

sadangan dan laba ditahan.

2. Kuasi ekuitas (mudharabah account) adalah dana-dana yang tercatat

dalam rekening-rekening bagi hasil.

3. Titipan (wadiah) adalah simpanan tanpa imbalan.

2.5 Pembiayaan Mudharabah

1. Definisi Mudharabah

Pembiayaan mudharabah dapat diartikan sebagai bentuk kerja sama antara

dua atau lebih pihak dimana pemilik modal mempercayakan sejumlah modal

kepada pengelola dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini

menegaskan kerja sama dalam panduan kontribusi 100% modal kas pemilik

modal dan keahlian dari pengelola dana. (Karim, 2005).

Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik

dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas

Page 32: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

22

nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan terjadi

kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana.

Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi

yang berdasarkan kepercayaan, yaitu kepercayaan dari pemilik dana ke

pengelola dana. Mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing.

Pemilik dana yang merupakan investor disebut beneficial ownership atau

sleeping partner, dan pengelola dana disebut managing trustee atau labor

partner. Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana

tidak boleh ikut campur dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai

dengan pemilik dana tersebut, kecuali sebatas memberikan saran dan melakukan

pengawasan pada pengelola dana.

Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah

tertentu untuk bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta

kelebihan atau imbalan tanpa ada faktor penyeimbang yang diperbolehkan

syariah.

Mudharabah berasal dari kata adharby fi ardhi yaitu berpergian untuk

urusan dagang. Di sebut juga sebagai qiradh yang berasal dari kata alqardu yang

berarti potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk di

perdagangkan dan memperoleh secara bagian keuntungan. Secara teknis

Mudharabah adalah kerja sama usaha antara pemilik dana dengna pengelola

dana untuk melakukan suatu kegiatan usaha. Laba dibagi atas dasar nisbah (bagi

hasil) menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian

Page 33: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

23

akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh miscounduct,

negelince, atau violation oleh pengelola dana. (Salman, 2012)

PSAK 105 paragraf 18 memberikan beberapa contoh bentuk kelalaian

pengelola dana, yatitu : persyaratan yang di tentukan di dalam akad tidak di

penuhi, tidak terdapat kondisi di luar kemampuan yang lazim dan atau yang

telah ditentukan dalam akad, atau merupakan hasil keputusan dari institusi yang

berwenang.

Gambar 2.1. Skema Mudharabah

(Sumber : Salman,2012)

Keterangan :

1. Pemilik dana dan pengelola dana menyepakati akad mudharabah

2. Proyek usaha sesuai akad mudharabah dikelola pengelola dana

3. Proyek usaha menghasilkan laba atau rugi

4. Jika untung, dibagi sesuai nisbah

Page 34: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

24

5. Jika rugi, ditanggung pemilik dana

2. Jenis Akad Mudharabah

Dalam PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah, mudharabahdi

klasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu:

a. Mudharabah muthlaqah

yaitu jenis mudharabah dimana pemilik dananya memberikan kebebasan

kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini di

sebut juga investasi tidak terikat. Jenis mudharabah ini tidak ditentukan masa

berlakunya. Namun kebebasan ini bukan kebebasan yang tak terbatas sama

sekali. Modal yang ditanamkan tetap tidak boleh di gunakan untuk membiayai

proyek atau investasi yang dilarang oleh Islam seperti untuk keperluan

spekulasi, perdagangan minuman keras dan lain-lain. Dalam mudharabah

muthlaqah, pengelola dana memiliki kewengan untuk melakukan apa saja

dalam pelaksanaan bisnis bagi keberhasilan tujuan mudharabah itu. Namun,

apabila ternyata pengelola dana melakukan kelalaian atau kecurangan, maka

pengelola dana harus bertanggung jawab konsekuensi-konsekuensi yang di

timbulkannya. Sedangkan apabila terjadi kerugian atas usaha itu, yang bukan

karena kelalaian dan kecurangan pengelola dana maka kerugian itu akan di

tanggung oleh pemilik dana.

b. Mudharabah Muqayyadah

yaitu Mudharabah di mana pemilik dana memberikan batasan kepada

pengelola dana antara lain mengenai dana, lokasi, cara atau objek investasi atau

sektor usaha. Misalnya, tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik

Page 35: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

25

dana dengan dana lainnya, tidak menginvestasikan dananya pada transaksi

penjualan cicilan tanpa penjamin atau mengharuskan pengelola dana untuk

melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga (PSAK 105 Paragraf

07) Mudharabah jenis ini di sebut juga investasi terikat. Apabila pengelola

dana bertindak bertentangan dengan syarat-syarat yang di berikan oleh pemilik

dana, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi-

konsekuensi yang di timbulkannya, termasuk konsekuensi keuangan.

c. Mudharabah Musytarakah

yaitu mudhrabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya

dalam kerja sama investasi. Di awal kerja sama, akad yang di sepakati adalah

akad mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana, setelah berjalannya

operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik

dana, pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut jenis

mudharabah seperti ini disebut mudharabah musytarakah merupakan

perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah.

3. Dasar Syariah

Sumber Hukum Akad Mudharabah (Salman, 2012) Menurut Ijmak Ulama,

mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini dapat di ambil dari kisah

Rasulullah yan pernah melakukan mudharabah dengan Siti Khadijah bertindak

sebagai pemilik dana dan Rasulullah sebagai pengelola dana. Lalu Rasulullah

membawa barang dagangannya ke negeri Syam. Dari kisah ini kita lihat akad

mudharabah telah terjadi pada masa Rasulullah sebelum diangkat menjadi

Rasul. Mudharabah telah dipraktikan secara luas oleh orang-orang sebelum

Page 36: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

26

masa Islam dan beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW. Jenis bisnis ini

sangat bermanfaat dan sangat selaras dengan prinsip dasar ajaran syariah, oleh

karena itu masih tetap ada di dalam sistem Islam.

a. Al-Qur’an

“apabila telah di tunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi

dan carilah karunia Allah SWT”. (QS 62:10)

“... Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah

yanng di percayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa

kepada Allah...” (QS 2:283)

b. As-Sunnah

Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh,

muqaradhah (mudharabah), dan mencampuradukkan dengan tepung untuk

keperluan rumah bukan untuk di jual”. (HR. Ibnu Majah)

“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah,

ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan

tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu

di langgar, ia (pengelola dana) menanggung resikonya. Ketika persyaratan

yang ditetapkan Abbas di dengar Rasulullah SAW beliau membenarkannya”.

(HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)

4. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah

Rukun mudharabah ada empat, yaitu : (Salman, 2012)

Page 37: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

27

a. Orang yang berakad, terdiri atas pemilik dana (shahibul maal) dan

pengelola dana (mudharib).

b. Objek Mudharabah, berupa : modal dan kerja.

c. Ijab Qabul / Serah Terima.

d. Nisbah Keuntungan.

Ketentuan syariah, adalah sebagai berikut :

1. Orang yang berakad

a. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.

b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan non

muslim.

c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha hanya

saja ia boleh mengawasi.

2. Objek mudharabah (Modal dan Kerja)

Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannyaa

akad mudharabah.

a. Modal:

1. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai

sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.

2. Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti

pemilik dana tidak memberikan kontribusi apapun padahal pengelola dana

harus bekerja.

3. Modal harus di ketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan

dari keuntungan.

Page 38: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

28

4. Pengelola dana tidak di perkenankan untuk memudharabahkan kembali

modal mudharabah, dan apabila terjadi maka di anggap terjadi

pelanggaran kecuali atas seizin pemillik dana.

5. Pengelola dana tidak di perbolehkan untuk meminjamkan modal kepada

orang lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali

atas seizin pemilik dana.

6. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut

kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang syariah.

b. Kerja

1. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, ketrampilan, selling

skill, management skill, dan lain-lain.

2. Kerja adalah hak pengelola dan dan tidak boleh di intervensi oleh pemilik

dana.

3. Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.

4. Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak.

5. Dalam hal ini pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan

pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dan sudah menerima modal

dan sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan

imbalan/ganti rugi/upah.

3. Ijab Kabul

Yaitu pernyataan dan ekspresi saling rela di antara pihak-pihak pelaku akad

yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespodensi atau menggunakan

cara-cara komunikasi modern.

Page 39: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

29

4. Nisbah Keuntungan

Yaitu besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan

imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah atas

keuntungan yang diperoleh. Pengelola dana mendapatkan imbalan atas kerjanya,

sedangkan pemilik dana mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah

keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak mengenai cara

pembagian keuntungan. Jika memang dalam akad tersebut tidak dijelaskan

masing-masing porsi, maka pembagiannya menjadi 50% dan 50%.

a. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

b. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan

menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.

Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada kelalaian

atau pelanggaran kontrak oleh pengelola dana, cara menyelesaikannya adalah

sebagai berikut :

a. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan

pelindung modal.

b. Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru di ambil dari pokok modal.

Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang Pembiayaan

Mudharabah sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syariah Nasional

nomor 07/DSN-MUI/VI/2000 tertanggal 14 April 2000 (Fatwa 2006) sebagai

berikut :

Page 40: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

30

1. Ketentuan Pembiayaan

a. Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh bank

kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.

b. Dalam pembiayaan ini bank sebagai shahibul maal (pemilik dana)

membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha

(nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.

c. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana dan pembagian

keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (bank

dengan pengusaha).

d. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati

bersama dan bank tidak ikut serta dalam manajemen perusahaan atau

proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan

pengawasan.

e. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk

tunai dan bukan piutang.

f. Bank sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari

mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang

disengaja atau menyalahi perjanjian.

g. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan,

namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, bank dapat

meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya

dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran

terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

Page 41: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

31

h. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan dan mekanisme pembagian

keuntungan diatur oleh bank.

i. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.

j. Dalam hal penyandang dana bank tidak melakukan kewajiban atau

melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat

ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.

2. Rukun dan Syarat Pembiayaan

a. Penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap

hukum.

b. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk

menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad) dengan

memperhatikan hal-hal berikut:

1. Penawaran dan Penerimaan harus secara eksplisit menunjukan tujuan

kontrak (akad).

2. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

3. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespendesi, atau dengan

menggunakan cara komunikasi modern.

c. Modal ialah sejumlah uang atau asset yang diberikan oleh penyedia dana

kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut :

1. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

2. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal

diberikan dalam bentuk asset, maka asset tersebut harus dinilai pada

waktu akad.

Page 42: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

32

3. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada

mudharib, baik secara bertahap maupun tidak sesuai dengan

kesepakatan dalam akad.

d. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan

modal. Syarat keuntungan berikut ini harus di penuhi :

1. Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh

diisyaratkan untuk satu pihak.

2. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan

dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk

presentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan

nisbah harus berdasakan kesepakatan.

3. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah

dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali

diakibatkan dari kelalaian, kesalahan disengaja atau pelanggaran

kesepakatan.

e. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai pertimbangan modal

yang disediakan oleh penyedia dana harus memperhatikan hal-hal berikut :

1. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan

penyedia dana tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

2. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola

sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan

mudharabah itu sendiri yaitu keuntungan.

Page 43: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

33

3. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam

tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus

mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktivitas itu.

3. Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan Mudharabah

terdapat beberapa ketentuan dalam hukum pembiayaan mudharabah

diantaranya sebagai berikut :

a. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.

b. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’alaq) dengan sebuah kejadian dimasa

depan yang belum tentu terjadi.

c. Pada dasarnya dalam mudharabah tidak ada ganti rugi karena pada dasarnya

akad ini bersifat amanah, kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian,

atau pelanggaran kesepakatan.

d. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiaannya dilakukan

melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah.

Salah satu prinsip penyaluran dana bank syariah adalah mempergunakan

prinsip bagi hasil yaitu pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah.

Mudharabah adalah kerja sama kemitraan antara pemilik dana dengan pengelola

dana untuk memperoleh hasil dengan pembagian hasil usaha sesuai nisbah yang

disepakati pada awal akad. Dalam pembiayaan mudharabah yang dilakukan oleh

bank syariah, modal yang diserahkan tidak hanya dapat berbentuk uang tunai

tetapi dapat diberikan dalam bentuk modal non-kas. Dalam pembiayaan

Page 44: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

34

mudharabah modal usaha atau proyek sepenuhnya berasal dari pemilik modal

(shahibul maal). Kerugian mudharabah ditanggung oleh pemilik dana kecuali

kerugian tersebut sebagai akibat kesalahan pengelola dana (mudharib).

Pembiayaan mudharabah dapat diaplikasikan apabila nasabah memerlukan

modal kerja.

2.6 Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Mudharabah

Sesuai dengan hukum Syariah, modal harus diketahui baik dari segi

kuantitas maupun kualitas, dan hal ini akan merupakan dasar dari penilaian,

dimana kekurangan Mudharabah disajikan dalam pembukuan bank. Kemudian

ketentuan pemberian modal harus disepakati yakni pemberian dalam bentuk tunai.

Sesuai dengan kebjakan saat ini, modal bisa diberikan dalam bentuk aset

perniagaan dan dalam nilai aset ini tersebut pada saat pengadaan kontrak tersebut

senilai atau sama dengan modal yang akan diberikan dalam Mudharabah.

Ketentuan tersebut juga merupakan dasar dalam penentuan jumlah modal

Mudharabah pada saat pengadaan kontrak. Modal juga bisa diberikan dalam

bentuk aset non kas yang siap digunakan dan pada saat pengadaan kontrak dalam

modal Mudharabah, nilai pasar aset tersebut sesuai dengan realita yang ada.

(Muhammad Yusuf, 2010)

Dalam hukum Syariah, ketetapan modal yang harus dibayar atau diserahkan

kepada Mudharib sesuai dengan kebijakan persyaratan yang telah ditentukan,

bahwa pembayaran akan dicairkan tanpa penyesuaian akuisisi perolehan

aktualnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar danaMudharabah tidak

diambil begitu saja tanpa adanya persetujuan dari Bank. Ada dua alasan yang

Page 45: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

35

tidak bisa digunakan dalam penilaian aset non kas yang akan diterima oleh Bank

Islam sebagai modal adalah :

a. Ketentuan nilai yang telah disepakati oleh semua pihak, tentang penilaian

aset non moneter yang akan diakui akuntansi keuangan.

b. Penetapan nilai tersebut yang disepakati bersama oleh para pihak dari

kontrak untuk menilai aset non-moneter akan menjurus kepada penetapan

konsep kejujuran representasional.

Dasar perhitungan biaya secara historis telah digunakan dalam pengukuran

modal Mudharabah yang disediakan oleh bank tersebut setelah penandatanganan

kontrak yang merupakan salah satu dari persyaratan kaidah atau peraturan Syariah

Mudharabah sehubungan dengan spesifikasi modal dan pemeliharaan dari modal

yang ditetapkan sampai waktu diketahui keuntungan. Keuntungan adalah

sejumlah pendapatan dari hasil pengelolaan modal Mudharabah. Keuntungan ini

juga harus sesuai ciri-ciri pengukuran akuntansi.

Pengukuran dan pengakuan akuntansi pembiayaan mudharabah, telah

dijelaskan pada PSAK 105 tentang akuntansi Mudharabah sebagai berikut:

a. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai

investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset

nonkas kepada pengelola dana.

b. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

1. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

dibayarkan.

Page 46: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

36

2. Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai

wajar aset nonkas pada saat penyerahan. Jika nilai wajar lebih tinggi

daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya diakui sebagai

kuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad

mudharabah. Dan jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya,

maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

3. Jika nilai investasi mudharabah turun sebesar usaha dimulai disebabkan

rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak

pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian

dan mengurangi saldo investasi mudharabah.

4. Jika sebagaian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha

tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian

tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.

5. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha

mudharabah diterima oleh pengelola dana.

6. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang

nonkas dan barang tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau

setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha

mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah

investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian hasil.

7. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain ditunjukkan oleh

persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi. Tidak terdapat

Page 47: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

37

kondisi di luar kemampuan yang lazim dan atau yang telah ditentukan

dalam akad, atau hasil keputusan dari institusi berwenang.

8. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan

belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui

sebagai piutang.

2.7 Berakhirnya Akad Mudharabah

Lamanya kerja sama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas,

tetapi sama semua pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja

sama dengan memberitahukan pihak lainnya. Namun akad mudharabah dapat

berakhir karena hal-hal sebagai berikut (Sabbiq, 2008).

1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah

berakhir pada waktu yang telah ditentukan.

2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.

3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.

4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahya sebagai pengelola usaha untuk

mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak

mengemban amanah ia harus beritikad baik dan hati-hati.

5. Modal sudah tidak ada.

2.8 Perlakuan Akuntansi Mudharabah

2.8.1 Akuntansi untuk Pemilik Dana

Menurut Nurhayati dan Wasilah (2009) akuntansi untuk pemilik dana

terbagi menjadi delapan yaitu :

Page 48: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

38

1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai

investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset non

kas kepada pengelola dana.

2. Pengukuran investasi mudharabah

a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

dibayarkan.

b. Investasi mudharabah dalam bentuk asset non kas diukur sebesar nilai

wajar asset non kas pada saat penyerahan.

3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas :

a. Penurunan nilai saat usaha belum dimulai Jika investasi mudharabah

turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang, atau faktor lain

yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka

penurunan nilai tersebut diakui dengan kerugian dan mengurangi saldo

investasi mudharabah.

Jurnal :

Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx Cr. Investasi mudharabah xxx

b. Penurunan nilai setalah usaha dimulai

Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha

tanpa adanya kelalaian dan kesalahan dari pengelola dana, maka

kerugian itu tidak langsung mengurangi jumlah investasi mudharabah

namun diperhitungkan pada saat pembagian hasil

Jurnal :

Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx

Page 49: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

39

Cr. Penyisihan investasi mudharabah xxx

Dr. Kas xxx Dr. penyisihan investasi mudharabah xxx

Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx

4. Kerugian

Kerugian yang terjadi dalam satu periode sebelum akad mudharabah

berakhir. Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum

akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk

penyisihan kerugian investasi.

Jurnal :

Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx Cr. Penyisihan kerugia investasi mudharabah xxx

5. Hasil usaha

Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

piutang.

Jurnal :

Dr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx

Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:

Jurnal :

Dr. Kas xxx Cr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx

6. Akad mudharabah berakhir

Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah

setelah dikurangi penyisihan kerugian invesatasi dan pengembalian

investasi mudharabah, diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

Page 50: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

40

Jurnal :

Dr. Kas/Piutang/Asset Nonkas xxx Dr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah xxx

Cr. Investasi mudharabah xxx Kr. Keuntungan investasi mudharabah xxx

7. Penyajian

Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan

sebesar nilai tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi

penyisihan kerugian (jika ada).

8. Pengungkapan

Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi

mudharabah tetapi tidak terbatas pada :

a. Isi kesepakatan usaha mudharabah , seperti porsi dana, pembagian

hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah dan lain-lain

b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya

c. Penyajian kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan

d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK no 101 tentang penyajian

laporan keuangan syariah.

2.8.2 Akuntansi untuk Pengelola Dana

Menurut Nurhayati dan Wasilah (2009) akuntansi untuk pengelola dana

terbagi menjadi delapan, yaitu:

1. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui

sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aasset

nonkas yang diterima

2. Pengukuran dana syirkah temporer

Page 51: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

41

Dana syirkah temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar dari asset

nonkas yang diterima

Jurnal :

Dr. Kas/Asset nonkas xxx Cr. Dana syirkah temporer xxx

3. Penyaluran kembali dana syirkah temporer

Jika pengelola menyalurkan kembali dana syirkah yang diterima, maka

pengelola dana mengakui sebagai asset (investasi mudharabah). Sama seperti

akuntansi pemilik dana ia akan mengakui pendapatan secara bruto sebelum

dikurangi dengan bagian hak pemilik dana.

Jurnal pencatatan ketika menerina pendapatan bagi hasil dari penyaluran

kembali dana syirkah temporer :

Dr. Kas/Piutang xxx Cr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx

Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah

diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai

kewajiban sebesarbagi hasil sesuai porsi hak pemilik dana.

Jurnal :

Dr. Beban bagi hasil mudharabah xxx Cr.utang bagi hasil mudharabah xxx

Jurnal pada saat pengelola membayar bagi hasil:

Dr. Utang bagi hasil mudharabah xxx Cr. Kas xxx

Page 52: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

42

4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah

berarti ada pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama

dengan akuntansi konvensional, yaitu :

Dr. Kas/Piutang xxx Cr. Pendapatan xxx

Saat mencatat beban :

Dr. Beban xxx Cr. Kas/Utang xxx

Jurnal penutup yang dibuat diakhir periode (apabila diperoleh keuntungan):

Dr. Pendapatan xxx Cr. Beban xxx Cr. Pendapatn yang belum dibagikan xxx

Jurnal ketika hasil dibagikan kepada pemilik dana:

Dr. Beban bagi hasil mudharabah xxx Cr. Utang bagi hasil mudharabah xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil :

Dr. Utang bagi hasil mudharabah xxx Cr. Kas xxx

Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian :

Dr. Pendapatan xxx Dr. Penyisihan kerugian xxx

Cr. Beban xxx

5. Kerugian yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana

diakui sebagai beban pengelola dana :

Jurnal :

Dr. Beban xxx Cr. Utang lain-lain/Kas xxx

Page 53: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

43

6. Diakhir akad

Dr. Dana syirkah temporer xxx Cr. Kas/Asset Nonkas xxx

Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya:

Dr.Dana syirkah temporer xxx Cr. Asset/Asset Nonkas xxx Cr. Penyisihan kerugian xxx

7. Penyajian

Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam bentuk laporan

keuangan

a. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebebsar nilai

tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah, yaitu sebesar dana syirkah

temporer dikurangi dengan penyisihan kerugian (jika ada)

b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum

diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang

belum dibagikan sebagai kewajiban.

Menurut PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah meliputi:

a. aset;

b. kewajiban;

c. dana syirkah temporer;

d. ekuitas;

e. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

f. arus kas;

g. dana zakat; dan

Page 54: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

44

h. dana kebajikan

8. Pengungkapan

Pengelola dana mengungkapkan investasi mudharabah dalam laporan

keuangan :

a. Ini kesepakatan utama mudharabah seperti porsi dana, pembagian hasil

usaha, aktivitas usha mudharabah dan lain-lain.

b. Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya.

c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan.

2.8.3 Prinsip Pembagian Hasil Usaha

Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan

karena yang dbagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk

kerugiannya (loss). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya, akan digunakan

istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-Undang No. 10

tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi diantara

pemilik dana pengelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik dana.

Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan

pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui

berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari

pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyek hasil

usaha.

1. Pengenalan Akun-akun di Neraca

Berikut akan dijelaskan masing-masing akun yang terdapat di laporan Laba

Rugi berdasarkan PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah.

Page 55: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

45

a. Investasi Mudharabah yaitu rekening ini digunkan untuk mencatat modal

mudharabah yang telah diberikan oleh pemilik dana (shahibul maal)

kepada pengelola (mudharib), baik modal yang diberikan dalam bentuk

uang tunai maupun aset nonkas. Rekening ini didebit pada saat penyerahan

modal mudharabah dari pemilik dana kepada pengelola. Rekening ini

dikredit pada penerimaan kembali modal mudharabah dari pengelola dana

b. Piutang Pendapatan Bagi Hasil yaitu rekening ini digunakan untuk

mencatat bagi hasil yang telah dihitung oleh nasabah tetapi belum

diberikan kepada bank syariah sebagai pemilik dana. Rekening ini didebit

pada saat dilakukan pengakuan pendapatan. Rekening ini dikredit pada

saat penerimaan atau pembayaran bagi hasil diterima dari pengelola dana.

c. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah yaitu rekening ini

digunakan untuk mencatat pembentukan penyisihan atau cadangan

kerugian atas investasi mudharabah. Rekening ini digunakan pada saat

pengakuan untuk membentuk penyisihan kerugian atas investasi

mudharabah. Rekening ini didebit pada saat dilakukan pencatatan untuk

penghapusan investasi mudharabah.

d. Keuntungan Mudharabah Tangguhan yaitu rekening ini digunakan

untuk mencatat selisih lebih dari nilai wajar diatas nilai tercatat dari aset

nonkas yang diserahkan. Rekening ini dikredit pada saat pembentukan

keuntungan mudharabah tangguhan. Rekening ini didebit pada saat

dilakukan amortisasi keuntungan tangguhan menjadi keuntungan yang

dapat direalisasi.

Page 56: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

46

2. Pengenalan Akun-akun di Laporan Laba Rugi

Berikut akan dijelaskan masing-masing akun yang terdapat di Laporan Laba

Rugi berdasarkan PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah.

a. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah yaitu rekening ini digunakan untuk

mencatat pendapatan bagi hasil mudharabah, baik yang diterima secara

tunai maupun akrual. Rekening pendapatan bagi hasil dkredit pada saat

penerimaan dan pengakuan pendapatan bagi hasil yang menjadi hak bagi

pemilik dana. Rekening ini didebit pada saat dipindahkan ke rekening

Ikhtisar Laba Rugi pada akhir periode laporan keuangan.

b. Kerugian Investasi Mudharabah yaitu rekening ini digunakan untuk

mencatat kerugian yang timbul dalam investasi mudharabah yang

disebabkan karena kehilangan, kerusakan, penurunan nilai sebelum

dimulai usaha, dan bukan kelalaian atau kesalahan pengelola. Rekening ini

didebit pada saat timbul kerugian dari investasi mudharabah. Rekening ini

dikredit pada saat dipindahkan ke rekening Ikhtisar Laba Rugi pada akhir

Periode Laporan Keuangan.

c. Keuntungan (Penyerahan Aset Mudharabah) yaitu rekening ini untuk

mencatat keuntungan mudharabah atas penyerahan modal aset nonkas

sebesar amortisasi keuntungan tangguhan. rekening ini dikredit pada saat

amortisasi keuntungan tangguhan dari penyerahan modal aset nonkas.

sebaliknya, rekening ini didebit pada saat dipindahkan ke rekening Ikhtisar

Laba Rugi pada akhir Periode Laporan Keuangan.

Page 57: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

47

2.9 Standar Akuntansi

Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi

mudharabah yang sebelumnya diatur dalam PSAK 59 tentang Akuntansi

Perbankan Syariah diganti dengan PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah,

yang meliputi akuntansi pemilik dana dan akuntansi pengelola dana. Dalam

transaksi dengan prinsip mudharabah, bank syariah dapat bertindak sebagai

pemilik dana(shahibul maal) atau sebagai pengelola dana (mudharib). Jika

kedudukan bank syariah sebagai pengelola dana, ini dilakukan untuk kegiatan

dana yang dilakukan oleh bank syariah dengan prinsip mudharabahmutlaqah

yang diaplikasikan pada deposito mudharabah dan tabungan mudharabah, oleh

karenanya bank syariah harus menerapkan ketentuan-ketentuan PSAK 105

tentang Akuntansi Mudharabah pada akuntansi pengelola dana. Jika kedudukan

bank syariah sebagai pemilik dana, maka hal ini dilakukan untuk kegiatan bank

syariah dalam penyaluran dana dengan prinsip mudharabah yang diaplikasikan

dalam produk pembiayaan mudharabah, oleh karenanya bank syariah harus

memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam PSAK 105 tentang Akuntansi

Mudharabah pada akuntansi pemilik dana.

Ketentuan tentang pengukuran dan pengakuan transaksi mudharabah dalam

akuntansi pemilik dana, telah diatur dalam PSAK 105 tentang Akuntansi

Mudharabah antara lain sebagai berikut :

Page 58: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

48

1. Modal Mudharabah

a. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai

investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset

nonkas kepada pengelola dana.

b. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

1. investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

dibayarkan.

2. investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai

wajar asset nonkas pada saat penyerahan, jika nilai wajar lebih rendah

daripada nilai nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

Dan sebaliknya jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya

diakui, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan

diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.

c. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan

rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak

pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan

mengurangi saldo investasi mudharabah.

d. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa

adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut

diperhitungkan pada saat bagi hasil.

e. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha

mudharabah diterima oleh pengelola dana.

Page 59: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

49

f. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang

(nonkas) dan barang tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau

setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha

mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah

investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian hasil.

g. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain ditunjukkan oleh

persyaratan yang ditentukan didalam akad tidak dipenuhi, tidak terdapat

kondisi diluar kemampuan (force majeur) yang lazim dan atau yang telah

ditentukan dalam akad atau hasil keputusan dari intitusi yang berwenang.

h. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan

belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui

sebagai piutang.

2. Penghasilan Usaha

a. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan

usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang

disepakati.

b. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah

berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian

investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi

mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi dan

pengembalian investasi mudharabah.

c. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui

berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi pengahsilan usaha dari

Page 60: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

50

pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi

hasil usaha.

d. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada

pengelola dan tidak mengurangi investasi mudharabah.

e. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

piutang.

3. Penyajian

a. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan

sebesar nilai tercatat.

b. Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan

keuangan. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai

tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah. Bagi hasil dana syirkah

temporer yang sudah diperhitungkan dan telah jatuh tempo tetapi belum

diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai kewajiban dan bagi

hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum jatuh

tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan.

4. Pengungkapan

a. Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi

tidak terbatas pada rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan

jenisnya. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode

berjalan dan pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 : Penyajian

Laporan Keuangan Syariah.

Page 61: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

51

b. Pengelola dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah,

tetapi tidak terbatas pada rincian dana syirkah temporer yang diterima

berdasarkan jenisnya. Penyaluran dana yang berasal dari

mudharabahmuqayadah dan pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK

101 : Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

2.10 Kerangka Berpikir

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Akuntansi mudharabah diatur dalam PSAK 105 tentang Akuntansi

Mudharabah, berdasarkan PSAK 105 tersebut, merupakan pengakuan dan

pengukuran tentang hasil transaksi mudharabah baik dari sisi pemilik dana

(shahibu maal) maupun pengelola dana (mudharib). Dalam hal ini kontribusi

akuntansi itu sendiri terhadap pembiayaan mudharabah sangat penting, Fatwa

DSN 07/DSN-MUI/VI/2000 mengatur tentang Pembiayaan Mudharabah (qiradh).

Akuntansi Pembiayaan Mudharabah

Pemilik dana Pengelola Dana

Pencatatan di Bank

Muamalat Indonesia

Hasil

Page 62: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

52

Hukum-hukum yang melandasi prosedur transaksi sepenuhnya untuk

kemaslahatan masyarakat. Dasar ekonomi islam tidak hanya diukur dari aspek

materilnya, namun mempertimbangkan dampak sosial, mental serta dampak yang

ditimbulkan bagi lingkungan. Hikmah dari sistem mudharabah adalah dapat

memberikan keringanan kepada manusia. terkadang ada sebagian orang yang

memiliki harta, tetapi tidak mampu untuk membuatnya menjadi produktif,

begitupun sebaliknya.

Dengan akad mudharabah, kedua belah pihak dapat mengambil manfaat

dari kerjasama yang terbentuk diawal. Pada prinsipnya mudharabah tidak boleh

ada jaminan atas modal. Namun demikian agar pengelola dana tidak melakukan

penyimpangan, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dan atau

pihak ketiga. Tentu saja jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana

terbukti melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau melakukan pelanggaran

terhadap hal-hal yang disepakati bersama dalam akad. Agar tidak terjadi

perselisihan dikemudian hari maka akad, perjanjian atau kontrak sebaiknya

dituangkan secara tertulis dan dihadiri para saksi. Dalam perjanjian harus

mencakup berbagai aspek antara lain tujuan mudharabah, nisbah pembagian

keuntungan, ketentuan pengembalian modal, hal-hal yang dianggap sebagai

kelalaian pengelola dan dan sebgaianya. Apabila terjadi perselisihan diantara

kedua belah pihak maka dapat diselesaikan secara musyawarah oleh mereka

berdua atau melalui Badan Arbitse Syariah.

Page 63: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Berdasarkan judul yang dipilih oleh penulis, penulis melakukan penelitian

pada Bank Muamalat Indonesia, Jl. Tanjung Duren Raya No. 7 A-B-C, Jakarta

Barat 11470.

3.2 Jenis Data

3.2.1 Data Sekunder

Data sekunder merupakan perubahan dari data primer yang telah diolah

lebih lanjut. Data sekunder mencakup; data perkembangan transaksi mudharabah,

proses pencatatan akuntansi serta laporan keuangannya.

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Wawancara

Wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang

permasalahan yang ada, sehingga penulis dapat menentukan permasalahan yang

harus diteliti. Untuk mendapatkan informasi, maka penulis melakukan wawancara

langsung dengan pegawai atau instansi yang terkait.

3.3.2 Observasi

Pengamatan langsung atas dokumen-dokumen yang digunakan dalam

rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian.

Page 64: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

54

3.3.3 Metode Kepustakaan

Untuk memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat

memecahkan permasalah, maka penulis melakukan penelitian kepustakaan dengan

mempelajari dan mengumpulkan data-data dari buku-buku, literatur-literatur,

peraturan perundangan, dokumen resmi, artikel, tulisan-tulisan ilmiah dan sumber

kepustakaan lainnya data dari internet serta bacaan yang berkaitan dengan

penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif

kualitatif, dimana metode penelitian yang berusaha mengungkapkan pemecahan

masalah pembiayaan mudharabah dalam sistem bagi hasil yang ada sekarang

berdasarkan data yang aktual, yakni dengan mengumpulkan data, menganalisis

dan menginterprestasikannya.

Page 65: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H

atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412

H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan

Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank

Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen

pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta

pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian

tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa

Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank

Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini

semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan

terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus

dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang

memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor

perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank

Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet

Page 66: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

56

(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.

Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal

setor awal.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari

pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development

Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21

Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.

Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa

yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun

waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi

laba berkat upaya dan dedikasi setiap Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan

yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap

pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari

keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh

anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian

menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak

mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak

melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal

pemangkasan biaya, tidak memotong hak Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan

kepercayaan dan rasa percaya diri Muamalat menjadi prioritas utama di tahun

pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan

menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan

Page 67: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

57

(v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta

menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga

dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul

Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.

Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah

melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI

didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di

seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga

merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri,

yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di

Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment

System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di

Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen

untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap

syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok

nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga

nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award

bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang

diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic

Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in

Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic

Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hongkong)

Page 68: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

58

4.1.2 Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia

Visi dari Bank Muamalat Indonesia :

Yaitu menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,

dikagumi di pasar rasional.

Misi dari Bank Mualamat Indonesia :

Yaitu menjadi Role Model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan

pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi

yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.

4.1.3 Bidang Usaha

Berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun 1992, sebagai lembaga

intermediasi. Berdasarkan undang-undang perbankan Indonesia nomor 10 tahun

1998, melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk

kantor cabang dan atau kantor cabang pembantu dari suatu bank yang

berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah.

Kegiatan Usaha Meliputi :

1. Penghimpun Dana

2. Pembiayaan

3. Layanan

Page 69: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

59

4.1.4 Sturktur Organisasi di Bank Muamalat Indonesia

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia

4.2 Kebijakan Pembiayaan Mudharabah di Bank Muamalat Indonesia

PT Bank Muamalat, dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya tidak

hanya melakukan kegiatan penyimpanan dana tetapi juga melakukan pengelolaan

Page 70: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

60

dana yang diwujudkan dalam penyediaan fasilitas pembiayaan bagi yang

membutuhkan. Pembiayaan mudharabah sebagai salah satu pembiayaan yang

ditawarkan oleh Bank Muamalat. Merupakan pembiayaan yang melakukan suatu

usaha antara kedua belah pihak, yaitu bank selaku pemilik modal 100% dan

nasabah selaku pengelola usaha dengan jenis usaha tersebut yang telah disepakati

bersama dengan nisbah bagi hasil yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak

juga. Pembiayaan mudharabah muthlaqah yaitu bentuk kerja sama antara pemilik

dana dan pengelola dana yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh

spesifikasi jenis usaha, waktu dan syarat lainnya.

PT Bank Muamalat, sebelum memberikan pembiayaan kepada nasabah,

pihak bank terlebih dahulu mensurvei terhadap calon nasabah dan usaha yang

akan dibiayainya, survei tersebut dilakukan oleh bagian pembiayaan yang terjun

langsung ke lapangan untuk mengetahui kredibilitas calon nasabahnya. Setelah itu

dilakukakn analisis 6C dan analisis terhadap aspek-aspek perusahaan. Pada

prinsipnya, dalam pembiyaaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar

mudharib tidak melakukan penyimpangan pihak bank dapat meminta jaminan dari

mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya bisa dicairkan apabila mudharib

terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama

dalam akad (Himpinan fatwa DSN, 2000) oleh karena itu, dalam menyalurkan

pembiayaan mudharabah, bank juga mempertimbangkan faktor jaminan dan

nasabah atas pembiayaan mudharabah diterima untuk menutupi risiko kerugian

yang mungkin dihadapi oleh bank akibat kesalahan nasabah dikemudian hari.

Page 71: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

61

4.3. Hasil Penellitian

Dari hasil penelitian yang diperoleh penulis, PT Bank Muamalat adalah

perusahaan yang bergerak dibidang jasa yang nasabahnya pun hampir diseluruh

Indonesia. Oleh karena itu, berbagai macam fasilitas yang ditawarkan oleh

nasabahnya dari PT Bank Muamalat, salah satunya adalah pembiayaan

mudharabah. Pembiayaan mudharabah ini melibatkan dua pihak yaitu pertama

Bank (shahibul maal) dan pihak kedua pengelola dana (mudharib) tentunya bagi

hasil haruslah dilakukan sejelas mungkin sehingga tidak merugikan kedua belah

pihak.

Disini penulis ingin meneliti tentang perhitungan hasil pada pembiayaan

mudharabah, pengakuan dan pengukuran pembiayaan mudharabah dan penyajian

pengungkapan atas pembiayaan mudharabah. Dari hasil penelitian tersebut

perhitungan hasil pada pembiayaan mudharabah jurnal yang dilaksanakan oleh PT

Bank Muamalat, ini sudah sesuai dengan PSAK No.105 Paragraf 11 dimana

dalam prinsip bagi hasil usaha adalah laba bruto (Gross Profit) bukan total

pendapatan usaha (Omset), sedangkan dalam prinsip bagi laba dasar pembagian

adalah laba bersih yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan

pengelola modal mudharabah.

Pengakuan dan pengukuran terhadap pembiayaan mudharabah yang

tertuang dalam PSAK No.105 Paragraf 12 yaitu dana syirkah temporer yang

disalurkan pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat

pembayaran kas atau penyerahan aset non kas kepada pengelola dana. Jika akad

Page 72: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

62

mudharabah berakhir sebelum jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola

dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang jatuh tempo.

Dalam pengakuan dan pengukuran yang dilaksanakan oleh PT Bank

Muamalat terhadap pembiayaan mudharabah terbagi menjadi 2 yaitu pertama,

entitas sebagai pemilik dana dengan pencatatan keuntungan dan kerugian yang

diakibatkan dari penyerahan aset non kas dengan kas mudharabah juga telah

sesuai dengan PSAK No.105 Paragraf 13 yang mengatakan bahwa jika nilai wajar

lebih rendah daripada nilai tercatat maka diakui sebagai kerugian, dan jika nilai

wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya maka diakui sebagai keuntungan

tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah. Sedangkan

dalam PSAK N0.105 Paragraf 14 dimana jika nilai investasi mudharabah turun

sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain karena bukan

kelalaian mudharib, maka penurunan nilai tersebut dicatat sebagai kerugian dan

mengurangi saldo investasi mudharabah. Sedangkan yang kedua, evaluasi

pengasilan usaha pembiayaan mudharabah yang jika dilihat dari jurnalnya sudah

sesuai dengan PSAK No.105 Paragraf 24 dimana bagi hasil usaha yang belum

bayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang jatuh tempo.

Penyajian dan pengungkapan terhadap investasi mudharabah yang telah

dilaksanakan oleh PT Bank Muamalat, menurut PSAK 101 Paragraf 8 yang

menjelaskan keuangan, bahwa laporan keuangan adalah suatu penyajian

terstruktur dari posisi laporan keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas

syariah. Jika dilihat dari laporan keuangan neraca PT Bank Muamalat jika

disesuaikan dengan PSAK No.105 tentang penyajian yang juga mengacu kepada

Page 73: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

63

PSAK No. 101 tentang Penyajian Pelaporan Keuangan Syariah maka laporan

keuangan tersebut masih belum sesuai dengan PSAK No. 105 Paragraf 37.

Sedangkan dalam laporan laba rugi penyajian dan pengungkapan pada PT Bank

Muamalat telah sesuai dengan PSAK No. 105 Paragraf 36 dan 38 dimana ada

penyajian dan pengungkapan mengacu kepada PSAK No.101.

4.4. Pembahasan

Pada bab ini penulis melakukan evaluasi terhadap pembiayaan mudharabah

pada PT Bank Muamalat, evaluasi ini dilaksanakan untuk menganalisis apakah

seluruh rangkaian proses mengenai pembiayaan mudharabah pada PT Bank

Muamalat sudah sesuai dengan prosedur yang kesesuaiannya mengacu kepada

PSAK No.105. PT Bank Muamalat merupakan bank yang salah satu kegiatannya

adalah menyediakan fasilitas pembiayaan untuk transaksi mudharabah. Dalam hal

ini berbagai prosedur yang dilaksanakan harus sesuai dengan peraturan yang

berlaku seperti yang tertera dalam Undang-undang No.21 tahun 2008 tentang

perbankan syariah, serta PSAK No.105 mengenai akuntasi mudharabah.

Pembiayaan mudharabah sendiri merupakan akad kerjasama usaha antara

dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana,

sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak sebagai selaku pengelola, dan

keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sebelumnya,

sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pemilik dana.

Page 74: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

64

4.4.1 Evaluasi atas Perhitungan Bagi Hasil dalam Pembiayaan Mudharabah

di Bank Muamalat Indonesia

PT Bank Muamalat adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa,

nasabahnya pun hampir diseluruh Indonesia, oleh karena itu berbagai macam

fasilitas pun ditawarkan oleh PT Bank Muamalat salah satunya pembiayaan

mudharabah.

Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak diman pihak pertama

pemilik dana menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua pengelola dana

bertindak selaku pengelola dan keuntungan usaha dibagi antara mereka sesuai

kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pemilik dana.

Karena dalam hal pembiayaan ini melibatkan dua pihak yaitu pihak pertama

pemilik dana (shahibul maal) dan pihak kedua pengelola dana (mudharib)

tentunya pembagian hasil haruslah dilakukan sejelas mungkin sehingga tidak

merugikan kedua belah pihak.

Pada umumnya pembagian hasil usaha dalam pembiayaan mudharabah

sesuai dengan PSAK No.105 Paragraf 11 dimana dalam prinsip bagi hasil usaha

adalah laba bruto (Gross Profit) bukan total pendapatan usaha (Omset), sedangkan

dalam prinsip bagi laba dasar pembagian adalah laba bersih yaitu laba bruto

dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelola modal mudharabah. Sesuai

dengan data yang diperoleh penulis dari PT Bank Muamalat telah menerangkan

mengenai pembagian hasil usaha yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Perhitungan pembagian hasil usaha Bank Syariah.

Page 75: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

65

1. Distribusi hasil usaha antara shahibul maal dengan mudharib atas usaha

yang diperoleh dengan akad mudharabah.

2. Perhitungan selaku dilakukan oleh mudharib.

Prinsip pembagian hasil :

a. Revenuesharing

b. Profitsharing

Sistem pembagian hasil usaha yaitu atas dasar penerimaan yang benar-

benar terjadi (cash basis). Bagi hasil mudharabah di Bank Muamalat Indonesia,

pembagian hasil usaha mudharabah dibagi sesuai nisbah yang disepakati pada

awal akad antara pemilik dana dan pengelola dana. Bagi hasil diperoleh setalah

usaha berjalan :

1. Nasabah tidak pernah diberi jadwal pembayaran bagi hasil.

2. Tidak ada tunggakan bagi hasil.

Berikut transaksi yang terjadi di Bank Muamalat Indonesia:

Pada tanggal 15 januari 2008 Bank Muamalat Indonesia telah menyetujui

investasi mudharabah kepada nasabah Bapak sunarto, seorang pengusaha Textil

sebesar Rp. 500.000.000 dengan nisbah 70 untuk bank dan 30 untuk nasabah

Bapak sunarto. Jangka waktu akad 2 tahun, penyerahan modal mudharabah sbb :

1. saat pembiayaan mudharabah disetujui dengan jurnal :

Dr. Kontra Komitmen Investasi Mudharabah Rp. 500.000.000 Cr. Kewajiban Komitmen Investasi Mudharabah Rp. 500.000.000

2. penyerahan modal dalam bentuk uang tunai, sebesar Rp. 80.000.000 dengan

jurnal :

Page 76: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

66

Dr. Investasi Mudharabah Rp. 80.000.000 Cr. Rekening Mudharib Rp. 80.000.000

3. melakukan penyerahan 20 buah mesin tenun kepada nasabah Bapak Sunarto

sebagai mudharib, dengan nilai pasar sebesar Rp. 220.000.000 (nilai tercatat

Rp. 250.000.000) dengan jurnal :

Dr. Investasi mudharabah Rp. 220.000.000 Dr. Kerugian penyerahan aktiva Rp. 30.000.000 Cr. Persediaan aktiva Rp. 250.000.000

4. melakukan 20 mesin pewarna kepada nasabah Bapak sunarto dengan harga

pasar sebesar Rp. 200.000.000 (nilai tercatat Rp. 176.000.000) dengan

jurnal :

Dr. Investasi mudharabah Rp. 200.000.000 Cr. Persediaan / Aset mudharabah Rp. 176.000.000 Cr. Keuntungan Mudaharabah Tangguhan Rp. 24.000.000

Atas laporan Nasabah Bapak sunarto pengelola investasi mudharabah

diperoleh hasil usaha sebesar Rp. 10.000.000,- dan dibagi sesuai nisbah yang

telah disepakati yaitu 70:30. Bagi hasil untuk bank telah dibayar oleh mudharib

sebelum tutup buku bank dilakukan. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Shaibul maal : 70/100 x Rp. 10.000.000 = Rp. 7.000.000

Mudharib : 30/100 x Rp. 10.000.000 = Rp. 3.000.000

Jurnal :

Dr. Kas / Rekening Nasabah Rp. 7.000.000 Cr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah Rp. 7.000.000

Hasil evaluasi :

Jika dilihat dari laporan yang diberikan oleh nasabah Bapak sunarto bahwa

hasil usaha yang diperoleh sebesar Rp. 10.000.000 dan langsung dibagi dengan

Page 77: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

67

nisbah yang disepakati maka, hasil usaha tersebut merupakan laba yang belum

dikurangi serta penghasilan usaha yang berasal dari pendapatan sepenuhnya daan

laba bersih yang sudah dikurangi dengan beban-beban yang berkaitan dengan

pengelolaan mudharabah. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh

penulis dengan pihak Muamalat Institute maka, diperoleh hasil bahwa PT Bank

Muamalat Indonesia menggunakan profit sharing. dalam profit sharing adalah

pendapatan yang sudah dikurangi beban-beban yang ada di mudharabah, jadi

sudah pendapatan bersih. Dalam hal ini pembagian hasil sudah sesuai dengan

PSAK 105.

4.4.2 Pengakuan dan Pengukuran yang dilaksanakan di Bank Muamalat

Indonesia terhadap Pembiayaaan Mudharabah

Pengakuan merupakan prinsip dasar yang menentukan penentuan waktu

pendapatan, biaya, pengakuan untung dan rugi didalam laporan keuangan bank,

aset dan kewajiban. Adapun konsep pengakuan dan pengukuran akunatnsi antara

lain, konsep matching dan sifat pengukuran. Konsep matching sendiri memiliki

pengertian untung dan atau rugi selama jangka waktu mencocokan pendapatan

dan keuntungan dengan biaya-biaya dan kerugian yang yang berhubungan dengan

periode atau jangka waktu tersebut.

Sesuai dengan hukum Syariah, modal harus diketahui baik dari segi kualitas

maupun kuantitas, dan hal ini merupakan dasar dari penelitian, dimana keuangan

mudharabah disajikan dalam pembukuan bank. Kemudian ketentuan pemberian

modal harus disepakati yakni pemberian dalam bentuk tunai. Namun sesuai

dengan kebijakan saat ini, modal bisa diberikan dalam bentuk aset perniagaan dan

Page 78: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

68

dalam nilai aset tersebut pada saat pengadaan kontrak tersebut senilai atau sama

dengan modal yang akan diberikan dalam mudharabah. Untuk menegtahui sejauh

mana pengakuan dan pengukuran yang telah dilaksanakan oleh PT Bank

Muamalat Indonesia, maka penulis maka akan mencoba untuk mengevaluasi dari

hal-hal seperti sebagai entitas dan penghasilan usaha.

4.4.3 Pencatatan Akuntansi Mudharabah

Bank Muamalat mengakui dana mudharabah sebagai “Investasi

Mudharabah” pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non kas kepada

pengelola dana.

Berikut transaksi yang terjadi di Bank Muamalat Indonesia:

Pada tanggal 10 januari 2008 Bank Muamalat setuju memberikan modal

kepada nasabah Bapak H. Achmad sebesar Rp. 1.000.000.000 dengan nisbah yang

disepakati 60 untuk bank 40 untuk mudharib. Penyerahan modal dilakukan secara

dua tahap, tahap pertama sebesar Rp. 600.000.000 pada tanggal 15 januari 2008,

sedangkan tahap kedua sebesar Rp. 400.000.000 pada tanggal 20 januari 2008.

Dengan adanya transaksi ini maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

1. Pada saat Investasi Mudharabah disetujui, dengan jurnal :

Dr. Kewajiban komitmen investasi mudharabah Rp. 1.000.000.000 Cr. Kontra kewajiban komitmen investasi mudharabah Rp. 1.000.000.000

Hasil : Jurnal tersebut menunjukan bahwa investasi mudhrabah belum bisa

diakui karena modal tersebut belum diserahkan kepada mudharib.dalam hal ini

modal tersebut telah dipindahkan ke rekening mudharib. Maka jurnal tersebut

telah sesuai dengan PSAK 105.

2. Pembayaran tahap pertama sebesar Rp. 600.000.000, dengan jurnal :

Page 79: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

69

Dr. Investasi mudharabah Rp. 600.000.000 Cr. Rekening mudharib Rp. 600.000.000

Hasil : Berdasarkan hasil tersebut bahwa pembayaran tahap pertama ini

jugadiakui sebagai investasi mudharabah karena modal sudah dipindahkan ke

rekening mudharib. Maka jurnal tersebut telah sesuai dengan PSAK 105 paragraf

12.

Dr. Kewajiban komitmen investasi mudharabah Rp. 600.000.000 Cr. Kontrak kewajiban komitmen investasi mudharabah Rp. 600.000.000

Hasil : Berdasarkan hasil kewajiban investasi mudharabah yang diakui oleh

shahibul maal sudah tidak ada (Rp 0) karena kewajiban tersebut telah lunas pada

saat penyerahan modal. Maka jurnal tersebut telah sesuai dengan PSAK 105

paragraf 12.

3. Pembayaran tahap kedua yaitu sebesar Rp. 400.000.000, dengan jurnal :

Dr. Investasi Mudharabah Rp. 400.000.000 Cr. Rekening Mudharib Rp. 400.000.000 Hasil : Berdasarkan hasil tersebut bahwa pembayaran tahap pertama ini juga

diakui sebagai investasi mudharabah karena modal sudah dipindahkan ke

rekening mudharib. Maka jurnal tersebut telah sesuai dengan PSAK 105 paragraf

12.

Jurnal pada saat kewajiban diakui :

Dr. Kewajiban Komitmen Investasi Mudharabah Rp. 400.000.000 Cr. Kontra Kewajiban Komitmen Investasi Mudharabah Rp. 400.000.000

Hasil : Berdasarkan hasil kewajiban investasi mudharabah yang diakui oleh

shahibul maal sudah tidak ada (Rp 0) karena kewajiban tersebut telah lunas pada

Page 80: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

70

saat penyerahan modal. Maka jurnal tersebut telah sesuai dengan PSAK 105

paragraf 12.

Pengukuran invesatasi mudharabah yang dilakukan oleh Bank Muamalat

Indonesia, terhadap investasi mudharabah akan dilihat melalui transaksi yang ada

di Bank Muamalat seperti dibawah ini :

Pada tanggal 15 Januari 2009 Bank Muamalat menyetujui memberikan

investasi mudharabah kepada nasabah Bapak Sunarto, beliau merupakan seorang

pengusaha Textil. Investasi ini diberikan dalam bentuk uang tunai dan mesin yaitu

mesin pewarna dan mesin tenun yang semuanya bernilai Rp. 500.000.000 dengan

jangka waktu akad 2 tahun. Penyerahan dilakukan tiga tahap yaitu, tahap pertama

pada tanggal 25 januari 2009 dengan bentuk uang tunai Rp. 80.000.000 tahap

kedua pada tanggal 27 januari 2009 dalam bentuk 20 mesin tenun dengan nilai

pasar Rp. 220.000.000 (harga beli Rp. 250.000.000) serta tahap ketiga pada

tanggal 28 januari 2009 menyerahkan 20 mesin pewarna untuk objek nilai pasar

Rp. 220.000.000 (harga beli Rp. 176.000.000) jurnal-jurnal yang dibuat oleh

pihak Bank Muamalat adalah sebagai berikut :

1. Pada saat pembelian mesin tenun dan pewarna Bank Muamalat membuat

jurnal sebagai berikut :

Dr. Persediaan / Aset Mudharabah Rp. 426.000.000 Cr. Rekening Supplier Rp. 426.000.000

2. Pada tanggal 15 januari 2009 Bank Muamalat menyetujui untuk melakukan

pembiayaan mudharabah sebesar Rp. 500.000.000 dengan jurnal:

Dr. Kontra komitmen investasi mudharabah Rp. 500.000.000 Cr. Kewajiban komitmen investasi mudharabah Rp. 500.000.000

Page 81: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

71

Hasil : Pada jurnal tersebut baru diakui kewajiban investasi mudharabah dan

belum diakui sebagai investasi mudharabah karena sesuai dengan (PSAK 105

paragraf 12) bahwa investasi mudharabah hanya bisa diakui ketika modal sudah

diserahkan ke mudharib.

3. Pada tanggal 25 januari 2009 diserahkan modal dalam bentuk uang tunai

sebesar Rp. 80.000.000 pencatatan yang dilakukan oleh bank yaitu :

Dr. Investasi Mudharabah Rp. 80.000.000 Cr. Rekening Mudharib Rp. 80.000.000 Hasil : Dalam hal ini jurnal yang digunakan oleh Bank Muamalat telah sesuai

dengan PSAK 105 yang berlaku.

4. Pada tanggal 27 januari 2009 bank Muamalat melakukan penyerahan 20

buah mesin tenun kepada nasabah Bapak Sunarto sebagai mudharib, dengan

nilai pasar Rp. 220.000.000 (nilai tercatat Rp. 250.000.000) dengan jurnal :

Dr. Investasi Mudharabah Rp. 220.000.000 Dr. Kerugian penyerahan aktiva Rp. 30.000.000 Cr. Persediaan aktiva Rp. 250.000.000

5. Pada tanggal 28 januari 2009 pihak bank muamalat menyerahkan 20 buah

mesin pewarna ke nasabah Bapak Sunarto dengan harga pasar Rp.

200.000.000 (nilai tercatat Rp. 176.000.000) dengan jurnal :

Dr. Investasi mudharabah Rp. 200.000.000 Cr. Persediaan / Aset Mudharabah Rp. 176.000.000 Cr. Keuntungan mudharabah tangguhan Rp. 24.000.000

Dari keuntungan tersebut pihak bank melakukan amortisasi dengan

perhitungan dan jurnal sebagai berikut :

Rp. 24.000.000/24 = Rp. 1.000.000 per bulan

Dr. Keuntungan mudharabah tangguhan Rp. 1.000.000

Page 82: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

72

Cr. Keuntungan penyerahan aset mudharabah Rp. 1.000.000 Hasil : Pencatatan keuntungan dan kerugian yang diakibatkan dari

penyerahan asset non kas dengan akan mudharabah pada transaksi 27 Januari dan

28 Januari telah sesuai dengan PSAK 105 paragraf 13 yang mengatakan bahwa

nilai wajar lebih kecil dari pada nilai tercatat diakui sebagai kerugian.

Salah satu mesin tenun, seharga Rp.10.000.000 sebelum diserahkan kepada

nasabah Bapak Sunarto, mengalami kerusakan, pihak bank menjurnal :

1. Pada saat bank membentuk cadangan kerugian: Dr. Beban Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah Rp. 10.000.000 Cr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah Rp. 10.000.000

2. Pada saat penghapus bukuan:

Dr. Penyisihan Kerugian InvestasiMudharabah Rp. 10.000.000 Cr. Investasi mudharabah Rp.10.000.000 Hasil :Pencatatan yang dilakukan sudah sesuai dengan PSAK 105 paragraf 14,

dimana jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan

rusak,hilang atau faktor lain karena bukan kelalaian mudharib, maka penurusan

nilai tersebut dicatat sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi

Mudharabah.

Untuk menghitung penyusutan dari modal non kas yang diberikan pihak bank

maka dibuat perhitungan sebagai berikut :

20 mesin tenun Rp. 200.000.000

20 mesin pewarna Rp. 220.000.000

Jumlah total modal non kas RP. 420.000.000

Penyusutan per bulan = Rp. 420.000.000/24= Rp. 35.000.000

Page 83: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

73

dengan jurnal sebagai berikut:

Dr. Beban penurunan nilai (penyusutan) Rp. 35.000.000 Cr. Akumulasi penurunan nilai (penyusutan) Rp. 35.000.000

Pengukuran nilai investasi

Bank Muamalat Indonesia, melakukan pengukuran investasi mudharabah sebagai

berikut :

Modal Kas yang diberikan Rp. 100.000.000

Modal Non kas yang diberikan Rp. 400.000.000

Penuruan nilai Rp. 35.000.000

Amortisasi keuntungan (Rp. 1.000.000)

Rp. 34.000.000

Kerugian (Rp. 0)

(Rp. 34.000.000)

Nilai bersih investasi mudharabah Rp. 436.000.000

Sesuai dengan kesepakatan nasabah Bapak Sunarto membayar investasi

mudharabah sebesar Rp. 500.000.000, selain itu diketahui bahwa dari hasil

pengelola investasi mudharabah diperoleh hasil usaha senilai Rp. 10.000.000 dan

dibagi sesuai nisbah yang disepakati yaitu 70 : 30. Bagi hasil untuk bank telah

dibayar oleh mudharib sebelum tutup bank dilakukan. Untuk mencatat transaksi

tersebut maka dibuat jurnal sebagai berikut :

Dr. Rekening mudharib Rp. 500.000.000

Cr. Investasi mudharabah Rp. 500.000.000

Sedangkan jurnal dan perhitungan untuk mencatat dari hasil usaha adalah sebagai

berikut :

Page 84: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

74

Shahibul maal = 70/100 x Rp. 10.000.000 = Rp. 7.000.000

Mudharib = 30/100 x Rp. 10.000.000 = Rp. 3.000.000

Jurnal :

Dr. Kas / Rekening Nasabah Rp. 7.000.000

Cr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah Rp. 7.000.000

Hasil : Pencatatan pada transaksi yang dilakukan antara nasabah Bapak

Sunarto dengan bank telah sesuai dengan PSAK 105 No. 105 paragraf 13 point a

dan b.

1. Pembentukan penyusutan

Pembentukan penyusutan (penurunan nilai) modal non kas Rp. 800.000 dan

bagi hasil hak pemilik dana Rp. 3.500.000.

Perhitungan penyusutan modal mudharabah non kas (barang):

Nilai perolehan : Rp. 20.000.000 (4 buah mesin) Nilai residu : Rp. 800.000 Jangka waktu akad : 2 tahun ( 24 bulan) Penyusutan per bulan = (20.000.000 – 800.000) / 24 = 800.000

a. Pada saat pembentukan penyusutan aset (modal non kas) sebesar Rp.

800.000 dilakukan jurnal :

Dr. Penurunan Nilai Investasi Mudharabah Rp. 800.000 Cr.Akumulasi Penurunan Nilai Investasi Mudharabah Rp. 800.000

b. Pada saat penerimaan bagi hasil dari pengelola dana sebesar Rp.3.500.000

dilakukan jurnal:

Dr.Kas / Rekening Mudharib Rp. 3.500.000 Cr.Pendapatan bagi hasil Mudharabah Rp. 3.500.000

2. Pengukuran Investasi Mudharabah

Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Rp. 3.500.000

Page 85: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

75

Penurunan nilai Investasi Mudharabah (penyusutan) Rp. 800.000 Amortisasi keuntungan tangguhan (Rp. 50.000)

Jumlah penurunan nilai Rp.750.000 Hasil bersih investasi mudharabah Rp. 2.750.000

3. Bagi Hasil Mudharabah

a. Pada tanggal 20 Februari 2008 diterima bagi hasil dari nasabah Zainudin

yang menjadi hak bank sebesar Rp.3.500.000,- (70% x Rp. 5.000.000)

yang dibayar dengan tunai. Jurnalnya adalah sebagai berikut:

Dr.Kas / Rekening Zainudin Rp. 3.500.000 Cr.Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Rp. 3.500.000

b. Pada tanggal 30 Maret 2008 diperoleh laporan secara tertulis dari nasabah

Zainudin atas bagi hasil periode bulan Maret 2008 sebesar Rp.3.500.000

yang belum dapat dibayarkan. Jurnalnya adalah sebagai berikut:

Dr.Piutang Mudharib (Piutang baghas mudharabah) Rp.3.500.000 Cr.Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Rp. 3.500.000

4. Pengembalian Modal Kas

a. Pada tanggal 15 Januari 2010 sesuai kesepakatan dalam akad, diterima

pengembalian modal mudharabah kas sebesar Rp.30.000.000. Jurnalnya

adalah sebagai berikut:

Dr.Rekening mudharib Rp. 30.000.000 Cr.Investasi mudharabah Rp. 30.000.000

5. Pengembalian modal non kas

a. Diterima kembali mesin nilai investasi Rp.20.000.000, akumulasi

penurunan nilai (penyusutan) sebesar Rp.19.200.000. Jika nilai

wajar/pasar saat diterima Rp.2.500.000, dengan jurnal :

Dr.Persediaan Rp. 2.500.000 Dr.Akumulasi penurunan nilai Rp. 19.200.000

Page 86: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

76

Cr.Investasi Mudharabah Rp. 20.000.000 Cr.Keuntungan Pengembalian Aset Mudharabah Rp. 1.700.000

Nilai wajar saat penyerahan sebesar Rp.150.000,- Dr.Persediaan Rp. 150.000,- Dr.Akumulasi penurunan nilai Rp. 19.200.000 Dr.Kerugian Pengembalian Aset mudharabah Rp. 50.000,- Cr.Investasi Mudharabah Rp. 20.000.000

6. Nilai Bersih Investasi Mudharabah

Pendapatan bagi hasil dari pengelola Rp. 3.500.000,- Pengurang : Penurunan nilai modal mudharabah (hilang) Rp. 300.000 Penurunan modal mudharabah (penyusutan) Rp. 800.000 Amortisasi Keuntungan tangguhan (Rp. 50.000) Penurunan modal mudharabah (lainnya) Rp. 200.000 Kerugian investasi mudharabah Rp. 500.000 Total pengurang pendapatan bagi hasil (Rp.1.750.000) Hasil bersih bagi hasil mudharabah Rp. 1.750.000

7. Investasi Mudharabah Jatuh tempo

a. Tanggal 15 Januari 2010 (jatuh tempo investasi mudharabah) nasabah

Zainudin tidak mengembalikan modal kas sebesar Rp. 30.000.000, Pada

saat jatuh tempo investasi mudharabah

Dr.Piutang Mudharib Rp. 30.000.000 Cr.Investasi Mudharabah Rp. 30.000.000

b. Saat pembayaran investasi jatuh tempo

Dr. Kas / Rekening mudharib Rp. 30.000.000 Cr.Piutang Mudharib Rp. 30.000.000

4.4.4 Analisa Pembahasan Bagi Hasil dalam Pembiayaan Mudharabah di

Bank Mualamat Indonesia

Maka dengan ini, pembiayaan mudharabah ini yaitu salah satu produk

pembiayaan di Bank Syariah sebagai instrumen ekonomi dalam Islam

Page 87: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

77

berdasarkan bagi hasil, dimana di mudharabah posisi akurat dipahami sebagai

pengganti bunga sehingga dapat dilaksanakan oleh lembaga keuangan Syariah.

Dalam mudharabah kesepakatan terdapat pada PSAK 105 dimana penyesuaian

perilaku akuntansi terdiri dari dua, akuntasi untuk pemilik dana dan akunatansi

untuk administrator dana yang terdiri dari pengakuan dana mudharabah, investasi

pengukuran mdharabah, pengurangan nilai investasi mudharabah, kerugian, hasil,

akhir perjanjian mudharabah, penyajian dan pengungkapan.

Dengan demikian, pembiayaan mudharabah modalnya 100% dari shahibul

maal (bank) yang diberikan sepenuhnya oleh mudharib (nasabah), sesuai dengan

nisbah yang sesuai dengan perjanjian yang disepakati di awal akad. Dalam hal ini

pembiayaan mudharabah menggunakan sistem bagi hasil dengan profit sharing,

dalam profit sharing adalah pendapatan yang sudah dikurangi beban-beban yang

ada di mudharabah, maka telah sesuai dengan prosedur yang ada dan telah sesuai

dengan PSAK 105.

Page 88: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang dilakukan oleh penulis mengenai peranan akuntansi

syariah terhadap pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan penulis terhadap pelaksanaan

transaksi-transaksi pembiayaan mudharabah yang dilakukan oleh Bank

Muamalat Indonesia telah dilaksanakan sesuai dengan PSAK No. 105

tentang Akuntansi Mudharabah.

2. Penerapan akuntasi syariah dalam pembiayaan bagi hasil mudharabah di

Bank Muamalat Indonesia telah dilakukan dengan baik, karena pencatatan

transaksi – transaksi sudah dilakukan sesuai dengan standar akuntasi

keuangan. Hal ini dapat dilihat dari pencatatan transaksi- transaksi yang di

catat oleh Bank Muamalat Indonesia penerapan akuntasi baik pengakuan,

pengukuran, penyajian dan pengungkapan pembiayaan mudharabah pada

Bank Muamalat Indonesia telah sesuai dengan PSAK 105 mengenai

akuntasi mudharabah.

5.2 Saran

1. Sebaiknya Bank Muamalat Indonesia dalam penentuan akad pembiayaan

mudharabah memberikan keterangan dengan jelas mengenai isi dari akad

tersebut kepada nasabah (mudharib).

Page 89: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

79

2. Berdasasrkan penelitian yang sudah dilakukan penentuan pencatatan

transaksi atas pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan

telah sesuai dengan PSAK 105, maka Bank Muamalat Indonesia agar

dapat mempertahankan pencatatan pembukuannya yang sesuai dengan

prinsip akuntansi yang ada di Indonesia.

3. Untuk instansi pendidikan (akademik) sebaiknya memberikan perhatian

yang lebih kepada perusahaan-perusahaan yang berbasis syariah agar

mendorong perusahaan-perusahaan yang berbasis syariah menjadi lebih

berkembang.

Page 90: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

80

DAFTAR PUSTAKA

Agustianto (2008). Pembatalan Mudharabah. PSTTI-UI : Jakarta

Ahmed, Salman. (2011). “Analysis Of Mudharabah and A New Approach to Equity

Financing in Islamic Finance”. Vol : 6, No. 5, 2011.

Antonio, Muhammad Syafi’I (2001). Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani

Press: Jakarta

Aziz, Farroq et al. 2013. “Mudharabah In Islamic Finance: A Critical Analysis Of

Interpretation and Implications”. Vol : 3, No: 5, 2013.

DSAK IAI. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.105 tentang Akuntansi

Mudharabah.

DSAK IAI. 2009. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah

(KDPPLKS).

Evita, Isretno dan Israhadi.2014. “Investasi bagi Hasil dalam Pembiayaan Akad Mudharabah

Perbankan Syariah”. E-Journal, Vol.1 No.1 (Januari 2014), Hal 70-97.

Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi Edisi Revisi.Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.

Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dan Penerbit Salemba, 2013.

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi Dua Revisi.

Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

--------------------, 2010. Bank Islam. Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Nu Nu Htay Sheila et al. 2013. “Shari’ah and Ethical Issues in The Practice Of The Modified

Mudharabah Family Takaful Model in Malaysia”. Vol : 4, No. 6, Desember, 2013.

Page 91: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

81

Rivai Veithzal. Arviyan Arifin. 2010. Islamic Banking. Jakarta : Bumi Askara.

Riza Salman, Kautsar. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah. Jakarta:

Akademia Pertama.

Yusuf, Muhammad, Sofyan Harahap dan Wiroso. 2010. Akuntansi Perbankan Syariah: PSAK

Syariah Baru. Jakarta: LPFE Usakti.

www.librarymuamalatinstitute.com

www.muamalatindonesia.com

Page 92: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi :

Nama : Nur syahbani

NIM : 2011420015

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 08 Februari 1994

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tegal Amba RT.003 RW.013 No.24

Duren Sawit, Jakarta Timur 13440

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

Tahun Sekolah Keterangan

1999 - 2005 SDN Klender 20 Pagi Jakarta Lulus

2005 - 2008 SMP Perguruan Rakyat 3 Jakarta Lulus

2008 - 2011 SMKN 50 Jakarta Lulus

2011 - 2015 S1 Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Darma Persada

Page 93: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

Lampiran 1: PSAK 105

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI SYARIAH 105

AKUNTANSI MUDHARABAH

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 105: Akuntansi Mudharabahb terdiri paragraf

1-42. Seluruh paragraf dalam Pernyataan ini memiliki kekuatan mengatur yang sama.

Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama.

Pernyataan ini harus dibaca dalam konteks Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan Syariah. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur

yang tidak material.

PENDAHULUAN

Tujuan

01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan

pengungkapan transaksi mudharabah.

Ruang Lingkup

02. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi

mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola

dana (mudharib).

03. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi

syariah (sukuk) yang menggunakan akad mudharabah.

Definisi

04. Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama

(pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana)

bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan

sedangkan kerugian finansial ditanggung oleh pemilik dana.

Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan

kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.

Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah di mana pihak pemilik dana memberikan

batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek

investasi.

Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola dana

menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.

Page 94: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

Karakteristik

05. Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana.

06. Mudharabah terdiri dari mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan

mudharabah musytarakah. Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana, maka

dana yang diterima disajikan sebagai daan syirkah temporer.

07. Dalam mudharabah muqayyadah, contoh batasan antara lain:

(a) Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;

(b) Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin,

atau tanpa jaminan; atau

(c) Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak

ketiga.

08. Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak ada jaminan, namun agar

pengelola dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta

jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan in hanya dapat dicairkan

apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang

telah disepakati bersama dalam akad.

09. Pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara bertahap bersamaan

dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.

10. Jika dari pengelolaan dana mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi

jumlah bagi hasil usaha pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan

nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selma periode akad. Jika

dari pengelolaan dana mudharabah menimbulkan kerugian, maka kerugian

finansial menjadi tanggungan pemilik dana.

Prinsip Pembagian Hasil Usaha

11. Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prisnsip bagi

hasil atau bagi laba. Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian

hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset).

Sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto

(net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan

dana mudharabah.

Contoh

Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil

Page 95: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

Penjualan 100

Harga Pokok Penjualan 65

Laba bruto 35 Gross Profit Margin

Beban 25

Laba rugi neto 10 Profit Sharing

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Akuntansi untuk Pemilik Dana

12. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi

mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada

pengelola dana.

13. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

(a) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan;

(b) Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset

nonkas pada saat penyerahan:

(i) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka

selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortasi sesuai

jangka waktu akad mudharabah.

(ii) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya

diakui sebagai kerugian;

14. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan

rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak

pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan

mengurangi saldo investasi mudharabah.

15. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa

adanya kelalaian atau kesalahan pengelola daan, maka kerugian tersebut

diperhitungkan pada saat bagi hasil.

16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha

mudharabah diterima oleh pengelola dana.

17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset nonkas dan aset nonkas

tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan

secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak

Page 96: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat

pembagian hasil usaha.

18. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:

(a) Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi;

(b) Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang

telah ditentukan dalam akad; atau

(c) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang.

19. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan

belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui

sebagai piutang.

Penghasilan Usaha

20. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan

usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang

disepakati.

21. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah

berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.

Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:

(a) Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan

(b) Pengembalian investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

22. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui

berdasarkan laporan bagi asil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana.

Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.

23. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada

pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.

24. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

piutang.

Akuntansi untuk Pengelola Dana

25. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai

dana syrikah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang

diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar

nilai tercatatnya.

26. Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah temporer yang diterima maka

pengelola dana mengakui sebagai aset sesuai ketentuan pada paragraf 12-13.

Page 97: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

27. Pengelola dana mengakui pendapatan atas pengeluaran daan syirkah temporer

secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana.

28. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua prisnsip, yaitu

bagi laba atau bagi hasil seperti yang dijelaskan pada paragraf 11.

29. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah

diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai

liabilitas sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.

30. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana

diakui sebagai beban pengelola dana.

Mudharabah Musytarakah

31. Jika pengelola dana juga menyertakan dana dalam mudharabah

musytarakah, maka penyaluran dana milik pengelola dana tersebut diakui

sebagai investasi mudharabah.

32. Akad mudharabah musytarakah merupakan perpaduan antara akad mudharabah

dan akad musytarakah.

33. Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana (berdasarkan akad

mudharabah) menyertakan juga danya dalam investasi bersama (berdasarkan akad

musyarakah). Pemilik dana musyarakah (musytarik) memperoleh bagian hasil

usaha sesuai porsi dana yang disetorkan. Pembagian hasil usaha antara pengelola

dana dan pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah

setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah.

34. Pembagian hasil investasi mudharabah musytarakah dapat dilakukan sebagai

berikut:

(a) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan pemilik dana

sesuai dengan nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah

dikurangi untuk pengelola dana (sebagai mudharib) tersebut dibagi antara

pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi

modal masing-masing; atau

(b) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana

sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi

setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi antara

pengelola dana (sebagai mudharib) dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah

yang disepakati.

35. Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi

modal para musytarik.

Page 98: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

PENYAJIAN

36. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan

sebesar nilai tersebut.

37. Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:

(a) Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk

setiap jenis mudharabah;

(b) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum

diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai posbagi hasil yang belum

dibagikan di liabilitas.

PENGUNGKAPAN

38. Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi

tidak terbatas, pada:

(a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil

usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;

(b) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;

(c) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; dan

(d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan

Syariah.

39. Pengelola dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi

tidak terbatas, pada:

(a) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil

usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;

(b) Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya;

(c) Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah; dan

(d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan

Syariah.

KETENTUAN TRANSISI

40. Pernyataan ini berlaku secara prospektif untuk transaksi mudharabah yang

terjadi setelah tanggal efektif. Untuk meningkatkan daya banding laporan

keuangan maka entitas dianjurkan menerapkan Pernyataan ini secara

retrospektif.

TANGGAL EFEKTIF

41. Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas

yang dimulao pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008.

Page 99: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

PENARIKAN

42. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang

berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan

mudharabah.

Page 100: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA
Page 101: PERANAN AKUNTANSI SYARIAH TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA