aktivitas sosial tarekat naqsyabandiyah al haqqani sebagai

20
55 Jazilus Sakhok Siswoyo Aris Munandar Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial Jazilus Sakhok 1 , Siswoyo Aris Munandar 2 1 Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran Yogyakarta, Jl. Kaliurang Km 12.5, Candi, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, 55581 Indonesia Email: [email protected] 2 Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran Yogyakarta, Jl. Kaliurang Km 12.5, Candi, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, 55581 Indonesia Email: [email protected] Abstrak: Artikel ini menunjukkan bahwa tarekat juga memberikan perhatian kepada masalah-masalah sosial. Para murid Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani tidak hanya sibuk dengan perkembangan spiritual dan usaha pemurnian dirinya sendiri, melainkan menggunakan keterlibatan mereka dengan orang-orang miskin sebagai sarana untuk belajar bagaimana mereka dapat mencintai Allah dan mengalami cinta Allah. Di sini kita dapat menemukan konsep kesalehan sosial di mana mereka meyakini bahwa keterlibatan sosial adalah salah satu cara mendekatkan kepada Allah. Kata Kunci: Naqsyabandiyah al-Haqqani, Tarekat, Kesalehan Sosial.

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

55

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

Bentuk Kesalehan Sosial

Jazilus Sakhok1, Siswoyo Aris Munandar

2

1

Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran

Yogyakarta, Jl. Kaliurang Km 12.5, Candi,

Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, 55581

Indonesia

Email: [email protected] 2

Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran

Yogyakarta, Jl. Kaliurang Km 12.5, Candi,

Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, 55581

Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak: Artikel ini menunjukkan bahwa tarekat

juga memberikan perhatian kepada masalah-masalah

sosial. Para murid Tarekat Naqsyabandiyah Al

Haqqani tidak hanya sibuk dengan perkembangan

spiritual dan usaha pemurnian dirinya sendiri,

melainkan menggunakan keterlibatan mereka

dengan orang-orang miskin sebagai sarana untuk

belajar bagaimana mereka dapat mencintai Allah

dan mengalami cinta Allah. Di sini kita dapat

menemukan konsep kesalehan sosial di mana

mereka meyakini bahwa keterlibatan sosial adalah

salah satu cara mendekatkan kepada Allah.

Kata Kunci: Naqsyabandiyah al-Haqqani, Tarekat,

Kesalehan Sosial.

Page 2: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

56

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

1. Pendahuluan

Sufisme (Arab: taṣawwuf) dikenal sebagai dimensi mistik atau esoterik dalam Islam. Identifikasi tersebut sering menyebabkan sufisme dianggap dekat dengan hal-hal yang bersifat kebatinan dan askese. Hal ini tentu tidak sepenuhnya salah. Beberapa tokoh sufi klasik seperti Rābiʻah al-ʻAdawiyya (90–185 M) dan Dhu al-Nun Misri (706–859 M) menjadikan askese sebagai praktik jalan sufi nya [1]. Jika askese dimaknai sebagai jalan hidup yang menyepi dan menjauh dari keramaian (masyarakat), maka apakah sufisme berarti anti-sosial? Bahkan apakah itu berarti juga tidak sejalan dengan Islam yang mengimani keselarasan ibadah dan muʼamalah?

Dalam Islam, sufisme lebih dikenal sebagai taṣawwuf. Kata ini memiliki akar kata suf yang dalam bahasa Arab berarti wol [2]. Hal ini merujuk kepada pakaian yang dikenakan oleh sekelompok Muslim yang merasa prihatin terhadap praktik keagamaan dan perilaku korup masyarakat serta penguasa Islam di zaman dinasti Ummayyah (kekhalifahan Ummayyah,7/8 M). Satu-satu jalan yang mereka lakukan adalah menarik diri darimasyarakat dan berusaha mengikuti ajaran Nabi Muhammad dengan hati yang murni [3].

Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa taṣawwuf tidak lagi sekadar didefinisikan dengan menggunakan makna simbolik pakaian wol. Salah satu tokoh besar sufi, al-Junayd, menjelaskan makna taṣawwuf dengan menggunakan analogi tanah. Baginya seorang sufi adalah seperti tanah (yang subur): segala hal yang buruk (busuk) dilempar (dibuang) ke atasnya, tetapi yang dihasilkan kemudian adalah keindahan. Sufi terkenal lainnya, al-Kattani, memberikan definisi yang berbeda. Menurutnya, taṣawwuf adalah moral yang baik [4]. Kedua definisi ini menempatkan taṣawwuf tidak hanya sekadar jalan hidup yang mengasingkan diri, tetapi lebih dari itu, ia berkaitan dengan upaya untuk memperbaiki karakter manusia yang dilakukan lewat pemurnian (safaʼ) hati. Definisi dari al-Junayd di atas memberikan gambar-

Page 3: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

57

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

an tentang transformasi diri yang akan terjadi dalam proses menjalani jalan sufi itu, dari kebusukan menjadi keindahan.

Dalam rangka pemurnian hati, seorang sufi harus menjalani disiplin tertentu yang cenderung ketat, di antaranya andalah zikir (pengingatan dan pengulangan nama Allah), puasa, dan zuhud (askese) [5]. Dalam perkembangannya, seseorang yang menghendaki menjalani jalan sufi haruslah dibimbing oleh seorang guru (syekh) yang telah mencapai tingkat tertinggi dari tahapan spiritual sufisme (maqām) dan mengalami fana-baqa. Pembimbingan yang dilakukan oleh seorang syekh inilah yang kemudian memuculkan tarekat (tariqa), yang berarti jalan atau metode. Setiap syekh memiliki metode atau cara yang berbeda dalam melakukan pembimbingan kepada para murid. Perbedaan itu bisa terkait dengan jumlah zikir yang harus dilakukan dalam sehari maupun terkait metode meditasi (muraqabah).

Oleh karena itu, nama sebuah tarekat umumnya diambil dari nama syekh pendiri tarekat sebagai penanda ciri khas dari tarekat tersebut di samping sebagai penghormatan kepada syekh atau guru mereka [6]. Ketika ada sebuah tarekat yang mengajarkan para muridnya untuk menyepi atau beraskese, bukan berarti tarekat atau sufisme ini kemudian mengajarkan anti-sosial. Itu adalah bagian dari metode pemurnian hati, metode untuk dapat mengalami transformasi karakter. Seperti yang akan penulis tunjukkan pada bagian selanjutnya, di mana ada sebuah tarekat yang justru mendorong para muridnya untuk terlibat dalam kehidupan bersama dengan masyarakat. Latihan atau disiplin spiritual mereka justru tidak dilakukan dengan menyepi, melainkan lewat tindakan bela rasa dan kepedulian kepada yang mebutuhkan. Tarekat tersebut adalah Tarekat Naqshbandiyah Al Haqqani.

Tarekat Naqsyabandiyah didirikan oleh Baha‟ud-din Naqsyabandi pada Abad XIV. Dalam perkembangan-nya kemudian, tarekat ini telah melahirkan cabang-

Page 4: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

58

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

cabang yang cukup terkenal di antaranya Naqsyabandiyah Haqqani. Naqsyabandiyah Haqqani dinisbatkan kepada pendiri Yayasan Haqqaniyah yaitu Syaikh Muhammad Nadzim Adil al-Haqqani yang berpusat di Cyprus dan mempunyai banyak pengikut di mancannegara. Bisa dikatakan ia telah memenuhi misi yang diembankan kepadanya. Saat ini, Tarekat Naqshbandiyah Haqqani telah memiliki murid yang tersebar di Eropa, Amerika, Asia dan Afrika (28 negara),termasuk di Indonesia. Karena luasnya wilayah sebaran tarekat ini, banyak ahli yang menyebut Tarekat Naqshbandiyah Haqqani sebagai tarekat transnasional [7].

Syaikh Muhammad Nadzim Adil al-Haqqani mursyid ke-40, Tarekat Naqsyabandiyyah Al Haqqani, dan Hisham Kabbani; imigran Lebanon yang sekarang berdomisili di California, Amerika dinobatkan sebagai Khalifah Naqsyabandi Haqqani untuk benua Amerika. Mata rantai tarekat yang dibawa oleh keduanya berasal dari seseorang yang bernama Abdullah Faiz ad-Daghestani yang tinggal di Damaskus. Syaikh Abdullah ad-Daghistani memberikan wewenang kepada Syaikh Nadzim sebagai mursyid dalam mata rantai Tarekat Naqsyabandiyah. Sejak itu dikenal nama Naqsya-bandiyah Al Haqqani [8].

Tarekat Naqsyabandi Al-Haqqani dikenalkan di Indonesia oleh Syekh Muhammad Hisham Kabbani, khalifah Syekh Nazim Adil Haqqani di Amerika Serikat. Pada 1997 berliau mengunjungi Indonesia dan kemudian hampir setiap tahun berkunjung ke negeri ini. Kunjungan tersebut sangat menggembirakan karena ini berhasil membangun Zawiyah Naqsyabandi Al-Haqqani diwilayah Kampung Melayu, Jakarta Selatan [9]. Orang pertama yang diangkat sebagai wakil Syekh Nazim Al Haqqani untuk Indonesia adalah KH. Mustafa Masud, yang pembaiatannya dilakukan oleh Syekh Muhammad Hisham Kabbani pada 5 April 1997. Pada kunjungan-kunjungan berikutnya banyak orang yang memperoleh

Page 5: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

59

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

baiat dari beliau dan diantaranya terdapat empat orang yang ditunjuk sebagai representatif (wakil) dari Syekh Al Haqqani untuk daerah-daerah di Indonesia. Keempat ulama tersebut adalah KH. Taufiqurahman al Subky dari Wonopringgo Pekalongan, Al Habib Lutfi bin Yahya dari kota pekalongan, KH. Ahmad Syahid dari Nagrek, Bandung, dan al Ustadz H. Wahfiuddin, MBA dari Jakarta [10].

2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode kepustakaan atau library research, yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, wawancara dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Pemilihan jenis penelitian ini didasarkan pada tujuan untuk memahami masalah secara mendalam mengenai fungsi tasawuf yang dapat membentuk tidak hanya kesalehan pribadi secara transendental, tetapi juga kesalehan dalam aspek sosial-kemasyarakatan. Cara pandang terhadap fungsi tasawuf yang transenden sekaligus sosial akan tidak hanya melihat subtansi ajaran semata (misalnya zuhd diamalkan dengan cara menyendiri), tanpa melihat konteks pada saat ajaran tersebut dilaksanakan. Latar belakang sejarah seperti itu perlu dipahami sebab aktualisasi faham haruslah sesuai dengan tuntunan zamannya guna menuju perbaikan.

Cara pandang yang tidak hanya transenden melainkan sosial terhadap fungsi tasawuf, terutama tarekat yang menjadi fokus dalam kajian ini, ingin menunjukkan bahwa tarekat juga mempunyai fungsi sosial, bukan fungsi isolatif, tetapi aktif di tengah-tengah pembangunan masyarakat, bangsa dan negara sebagai tuntutan tanggung jawab sosial tarekat pada awal abad XXI ini. Secara sosial, tarekat bukan lagi bersifat uzlah dari keramaian namun sebaliknya, harus aktif mengarungi

Page 6: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

60

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

kehidupan ini secara total, baik dalam aspek sosial, politik, ekonomi dan sebagainya. Oleh karena itu, peran tarekat lebih empirik, pragmatis, dan fungsional dalam menyikapi dan memandang kehidupan ini secara nyata.

3. Hasil

Secara Substansial, tasawuf (baca: tarekat) memiliki beberapa ajaran yang berdimensi sosial, antara lain Futuwwah dan Itsar. Apabila Ibn al-Husain al-Sulami mengartikan futuwwah dari kata fata (pemuda), maka untuk masa sekarang maknanya bisa dikembangkan menjadi seorang yang ideal, mulia, dan sempurna [11]. Atau bisa juga diartikan sebagai orang yang ramah dan dermawan, sabar dan tabah terhadap cobaan, meringankan kesulitan orang lain, sebagaimana halnya Tarekat Naqsyabandiyah Al-Haqqani. Bagi tarekat ini, kesalehan sosial adalah upaya untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik dengan berdasarkan dua hal: cinta dan berbela rasa terhadap orang yang membutuhkan.

Cinta adalah dasar utama dari keseluruhan praksis spiritual tarekat ini. Bagi mereka segala sesuatu diawali dari cinta Allah dan digerakkan oleh cinta-Nya. Cinta yang seperti ini menentukan karakter jalan spiritual dari tarekat ini, yaitu jalan cinta. Jalan ini dimengerti sebagai sebuah tindakan sosial sekaligus pengosongan diri yang memiliki dua arah: “jika kamu mencintai Allah, maka kamu juga harus mencintai setiap ciptaan-Nya dan berusaha menolong mereka sebisamu” [12]. Mencintai ciptaan Allah, dan juga sesama, adalah perwujudan dari cinta kepada Allah. Ciptaan Allah dan sesama manusiasecara bersamaan menjadi prasyarat untuk merealisasikan cinta kepada Allah. Di sini cinta kepada ciptaan Allah dan sesama manusia ditransendensikan: bukan lagi sekadar sebuah tindakan horizontal, melainkan sekaligus sebuah tindakan vertikal. Maksudnya bukan sekedar ajaran saja tapi ada sebuah tindakan [13]. Status khusus manusia

Page 7: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

61

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

menjadi dasar yang lain mengapa manusia harus mencintai ciptaan Allah. Menurut tarekat ini, manusia adalah representasi dari cinta ilahi sehingga semua ciptaan Allah yang lain memohon dicintai oleh manusia. Oleh karena itu sudah seharusnya manusia menjadi mata air cinta bahkan menjadi samudera yang dipenuhi oleh rasa cinta [14]. Di sini manusia menjadi sarana yang dipakai Allah untuk mencintai ciptaan-Nya. Dalam tindakan mencintai itu, ciptaan Allah dan sesama manusia bukanlah menjadi objek yang dicintai, melainkan menjadi pintu masuk menuju perjumpaan spiritual dengan Allah. Ajaran tentang cinta di atas dapat dijelaskan dalam struktur ganda berikut: pertama, manusia haruslah mencintai ciptaan Allah dan sesama demi/untuk Allah; dan kedua, manusia harus mencintai mereka karena Allah. Keduanya disatukan oleh “sebuah spiritualitas memberi” (eine gebende Spiritualität):manusia hidup untuk mencintai sekaligus mencintai agar hidup. Hal ini sejalan dengan hadits: “tangan yang berada di atas lebih baik dari tangan yang berada di bawah karena tangan yang di atas adalah pemberi dan tangan yang di bawah adalah pengemis” (Hadits Bukhari 24, no. 15).

Ketika Syekh Hisham Kabbani, wakil dari Syekh Nazim, berkunjung ke Indonesia tahun 2009, ia berkesempatan memberikan khotbah di Masjid Istiqlal. Dalam khotbahnya ia menghubungkan antara salām („damai‟) dan tindakan untuk memberikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Menurutnya, seorang muslim tidaklah sungguh-sungguh membawa damai jika ia tidak memperhatikan orang-orang yang membutuhkan (baca: miskin) yang berada di sekitar lingkungannya. Khotbah ini sebenarnya mendorong umat Muslim untuk memiliki spiritualitas memberi (gebende Spiritualität) sekaligus membawa sebuah pemahaman bahwa memperhatikan dan berbela rasa kepada orang-orang yang membutuhkan adalah sarana agar mereka dapat melepaskan keterikatan mereka kepada harta benda duniawi. Dengan kata lain, menolong orang-orang yang membutuhkan merupakan bagian dari solidaritas

Page 8: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

62

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

dan keikutsertaan untuk membangun sebuah keadilan sosial dalam masyarakat [15]

4. Pembahasan

A. Dasar-dasar Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al- Haqqani

Dibandingkan dengan tarekat lainnya, Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani dikenal sebagai sebuah tarekat yang sangat intens terlibat secara sosial, politik, dan ekonomi dalam masyarakat. Beberapa peneliti berpendapat bahwa prinsip khalwat dar anjuman („menyepi di tengah keramaian‟) menjadi dasar keterlibatan tersebut [16]. Prinsip ini sendiri merupakan bagian dari Prinsip Emas Tarekat Naqshbandiyah yang pada awalnya lebih dipahami sebagai tahap-tahap (Arab: maqāmat) dalam disiplin rohani berzikir. Secara sederhana, khawal dar anjuman dimengerti sebagai tahap di mana seseorang tetap tenggelam dalam zikirnya tanpa terganggu oleh suara apa pun meskipun ia sedang berada di tengah keramaian [17]. Selanjutnya Syekh Khwāja Baha‟ al-Din Muhammad Naqshband, pendiri Tarekat Naqshbandiyah, menjelaskan prinsip ini secara lebih umum sebagai cara berada seseorang di tengah masyarakat: “tubuh berada di tengah-tengah makhluk hidup yang lain, sementara hati senantiasa terarah kepada Allah”.

Kedua definisi di atas (walaupun definisi pertama secara khusus dikaitkan dengan disiplin rohani) sama-sama menunjukkan bahwa praktek Tarekat tidak memisahkan seseorang dari kehidupan dengan orang lain. Bahkan lebih dari itu sifat kerendahan hati tersirat dalam definisi kedua, yakni kebersamaan dengan Allah atau hidup religius tidaklah perlu ditampakkan secara lahiriah kepada orang lain. Dalam perkembangan selanjutnya, pemaknaan atas prinsip khalwat daranjuman diperluas oleh Syekh Khwaja „Ubayd Allah Aḥrar yang secara tegas memaknai prinsip ini sebagai dasar keterlibatan Sufi dan tarekat dalam kehidupan sosial,

Page 9: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

63

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

ekonomi, dan politik. Ada dua alasan yang mendasari-nya:

Pertama, Bagi Aḥrar, adalah sangat penting jika seorang guru (syekh tarekat) memiliki kekayaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar para muridnya. Apabila sang guru tidak mampu mencukupinya (karena tidak memiliki kekayaan), maka para murid akan mencarinya di luar tarekat. Akibatnya para murid akan memiliki keterikatan yang lebih besar terhadap dunia di luar tarekat [18].

Kedua, Akan sangat sulit bagi seorang syekh tarekat untuk mendapatkan murid jika ia hanya berperan sebagai guru dan pendamping rohani. Oleh karena itu, seorang syekh tarekat haruslah juga berfungsi sebagai pelindung kaum Muslim dari para penguasa yang menindas. Agar fungsi tersebut tercapai, sangatlah perlu bagi seorang syekh untuk menjalin kedekatan dan relasi yang baik dengan raja dan penguasa agar dapat menjadi tangan kanannya dan memengaruhi segala kebijakan yang dikeluarkannya.

Ada dua teori yang sering dipakai untuk menafsirkan keterlibatan Aḥrar tersebut. Teori pertama adalah teori devosi yang dikemukakan oleh Hamid Algar. Menurutnya keterlibatan Aḥrar dalam kehidupan politik, sosial dan ekonomi adalah bagian dari tahap spiritual (maqam) yang di dalamnya ia berupaya untuk tunduk kepada kehendak Allah agar otoritas Hukum Allah (Syariat, Arab:sariah) dan kesejahteraan Muslim terjamin. Dari situ Hamid Algar kemudian menyimpul-kan bahwa keterlibatan tersebut merupakan salah satu metode praktik kesalehan dari Tarekat Naqshbandiya Haqqani [19].

Ann-Gross kemudian menyimpulkan bahwa besarnya pengaruh Aḥrar dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi saat itu lebih dikarenakan besarnya karisma spiritual yang dimiliki oleh Aḥrar. Artinya, keterlibatan sosial, politik, dan ekonomi yang dilakukan oleh Aḥrar

Page 10: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

64

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

tidak ada kaitannya dengan ajaran Tarekat Naqshbandi-yah (khususnya berkaitan dengan prinsip khalwat daranjuman), melainkan lebih kepada pribadi Aḥrar. Teori kedua ini dapat dinamakan sebagai teori karisma.

Jika pada bagian awal artikel ini telah disebutkan bahwa Tarekat Naqshbandiyah Al Haqqani merupakan cabang dari Tarekat Naqshbandiyah, maka menarik untuk digali lebih dalam tentang tipe keterlibatan sosial tarekat ini. Apakah termasuk sebagai bagian dari metode disiplin tarekat (seperti teori Algar) ataukah masuk ke dalam tipe yang dikemukan oleh Jo-Ann Gross, teori karisma seorang syekh? Untuk menuju ke sana, pertama-tama akan dianalisa bagaimanakah karakter keterlibatan sosial tarekat ini.

B. Aktivitas Tarekat Naqsyabandiyah Al-Haqqani

dalam Bersosial

Bagi tarekat ini kesalehan sosial adalah upaya untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik dengan berdasarkan dua hal: cinta dan berbela rasa terhadap orang yang membutuhkan. Cinta dan kedamai-an juga telah menjadi ciri bahkan inti ajaran yang dihidupi dalam perilaku sehari-hari para murid tarekat ini. Melalui sufisme ia berusaha mengenalkan kepada masyarakat tentang keramahan Islam sekaligus menen-tang gerakan Islam radikal. Dengan pertolongan para wakilnya yang diberi mandat untuk membimbing para murid Tarekat Naqsyabandiyah Haqqani di Amerika dan Asia, Syekh Hisham Kabbani, tarekat ini telah mendirikan beberapa organisasi yang sangat peduli dengan upaya membangun perdamaian dan kerukunan antar umat beragama [20]. Pada bagian selanjutnya penulis akan menunjukkan bagaimana kesalehan sosial tarekat ini diwujudkan secara nyata dalam keterlibatan mereka dengan para anak jalanan dan dalam pendidikan anak usia dini.

Page 11: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

65

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

1. Membentuk Karakter Kemandirian Anak-anak

Jalanan

Tarekat Naqshbandiyah Al Haqqani di Indonesia telah memiliki banyak zawāya (kelompok-kelompok) yang tersebar di berbagai kota di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Salah satu zawiya (kelompok) yang menarik perhatian penulis adalah Rabani Sufi Center yang terletak di Limo Cinere-Depok, Jawa Barat, karena anggotanya sebagian besar adalah anak-anak jalanan.

Rabani Sufi Center berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk. Tembok yang tidak terlalu tinggi mengelilingi kompleks ini. Di dalam-nya terdapat tiga bangunan. Bangunan yang pertama adalah bangunan utama yang terdiri dari berbagai bagian. Bagian yang relatif besar berfungsi sebagai tempat tinggal Syekh Doni beserta keluarganya, bagian lainnya yang relative lebih kecil menjadi tempat tidur dan makan para murid. Bangunan kedua adalah sebuah pendopo berukuran sedang yang menjadi pusat kegiatan zāwiya ini, seperti: zikir, latihan membaca al-Quran, dan latihan taekwondo). Bangunan terakhir adalah sebuah masjid kecil.

Seperti telah disebutkan di atas, Syekh yang bertanggung jawab terhadap zāwiya ini adalah Syekh Doni. Ketika penulis berkunjung ke sana dan berbincang-bincang dengan beliau, kami duduk di lantai diteras bangunan utama, semen-tara para murid, yang mayoritas anak-anak jalanan, duduk mengelilingi kami berdua. Mereka duduk dengan tenang dan memperhatikan dengan serius setiap percakapan yang kami lakukan. Perilaku ini merupakan bagian dari etika dalam tradisi sufi : agar menunjukkan ketaatan dan rasa hormat kepada syekh sekaligus

Page 12: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

66

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

memerhatikan dan mendengarkan setiap perkata-an syekh dengan serius dan seksama karena setiap perkataan yang keluar dari syekh sangat penting untuk perkembangan latihan spiritualitas mereka [21].

Dalam percakapan dengan Syekh Doni, beliau menjelaskan alasannya mengapa beliau aktif dalam pendampingan kepada anak-anak jalanan. Menurut beliau anak-anak jalanan adalah anak-anak yang diabaikan oleh keluarga mereka dan masyarakat. Mereka, anak-anak jalanan, sering dipandang negatif sebagai anak-anak yang liar, sulit diatur, serta selalu menjadi biang masalah. Oleh karena itu, Rabani Sufi Center didirikan untuk memberikan kesempatan kedua kepada mereka agar mereka dapat bertumbuh ke arah positif dan mengorganisir hidup mereka secara mandiri sekaligus untuk membenahi karakter mereka dan memberikan keterampilan tambahan demi membangun masa depan mereka.

Karena mayoritas anak-anak jalanan yang tinggal di Rabani Sufi Center adalah pengamen, maka Syekh Doni menyediakan studio musik beserta pelatih profesional agar mereka dapat meningkatkan kualitas menyanyi mereka. Selain itu juga diadakan latihan taekwondo dengan se-orang pelatih profesional. Berkaitan dengan Pembinaan karakter, Syekh Doni menggunakan pendekatan Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani, walaupun beliau tidak pernah memaksa agar para anak jalanan itu untuk dibai‟ah ke dalam Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani karena bai‟ah adalah keputusan pribadi, bukan paksaan.

Dalam tasawuf memiliki metode lengkap untuk pemelihara jiwa agar tidak mudah meng-alami tekanan-tekanan mental (stress), dan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit jiwa. Tasawuf memiliki beberapa konsep untuk kete-

Page 13: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

67

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

nangan jiwa, misalnya konsep cinta (Hubb). Dengan konsep cinta, seseorang bisa menghilang-kan tekanan (stress) pada dirinya, sekaligus menghidari tindak negatif yang bisa menimbulkan strees pada orang lain. Dengan cinta, seseorang bisa membuang jauh-jauh rasa benci, dendam, marah, tersenyum dan sejenisnya, sehingga jiwanya selalu tenang, tenteram, dan tidak tegang. Dengan cinta, seseorang bisa terhindar dari tekanan-tekanan batin akibat kompetisi yang amat ketat di era informasi global ini [22].

Sebagaimana latihan spiritual yang per-tama kali diterapkan kepada anak-anak jalanan itu adalah memberikan senyuman kepada siapa saja yang datang berkunjung ke Rabani Sufi Center. Latihan ini awalnya terkesan sangat mudah, tetapi akan menjadi sangat sulit ketika mereka harus menjadikan itu sebagai sebuah kebiasaan. Tujuan Syekh Doni menerapkan latihan ini adalah agar mereka berlatih untuk mengendalikan rasa marah dan permusuhan. Jika tersenyum telah menjadi sebuah kebiasaan bagi mereka (bukan lagi terpaksa), maka mereka akan menjadi lebih ramah dan tenang. Hal ini juga diakui oleh beberapa anak jalanan yang tinggal di sana. Ada yang mengaku bahwa ia menjadi lebih tenang setelah beberapa lama tinggal di Rabani Sufi Center. Sementara yang lainnya menceritakan bahwa setelah tinggal di sana, ia menjadi lebih mengenal ajaran Islam yang sesungguhnya dan semakin mengerti bagaimana mencintai Allah, Nabi Muhammad, dan sesama manusia.

Selain latihan “tersenyum”, para anak jalanan ini juga mengikuti berbagai kegiatan rutin Rabani Sufi Center seperti belajar membaca al-Quran setiap malam dan mengikuti zikir berjama-ah setiap hari kamis malam. Para anak jalanan ini tidak selamanya tinggal di Rabani Sufi Center

Page 14: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

68

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

(dan itu juga tidak diharapkan oleh Syekh Doni). Kehidupan yang mandiri tetap menjadi tujuan pendampingan kepada anak-anak jalanan ini. Banyak mantan anak-anak jalanan yang sebelum-nya tinggal dan belajar di Rabani Sufi Center telah bekerja dan menikah. Bagaimana hal itu terjadi? Jawabannya adalah jaringan yang dibangun antara alumni Rabani Sufi Center (yang sudah dapat hidup mandiri) dan mereka yang masih tinggal di sana. Mereka saling membantu untuk mencarikan pekerjaan yang layak demi masa depan yang lebih baik. Bagi mereka, tindakan itu adalah salah satu bentuk perwujudan “mencintai sesama”.

Dalam hubungannya dengan dua dasar kesalehan sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al-Haqqani, keterlibatan tarekat ini dalam menolong para anak jalanan untuk menata masa depannya dapat dikategorikan ke dalam pemahaman “dunia yang berfungsi sebagai kamar mandi”. Pemaham-an dunia yang demikian ini terkait dengan peristiwa turunnya Adam dari surga ke dunia. Peristiwa ini sendiri tidak dimengerti sebagai sebuah hukuman Allah terhadap ketidakpatuhan Adam, melainkan sebagai sebuah proses pem-bersihan. Proses pembersihan yang terjadi di dalam dunia ini sesungguhnya merupakan tindakan Allah untuk memberikan kesempatan kedua kepada Adam. Demikian pula yang diyakini oleh tarekat ini, khususnya Syekh Doni. Ketika tarekat ini memberikan kesempatan kedua kepada anak-anak jalan tersebut, maka otomatis mereka melihat anak-anak jalanan ini sebagai ciptaan Allah dan sesama manusia yang juga berhak menerima cinta Allah: cinta yang mampu mengubah karakter liar dan pemarah menjadi ramah, penuh senyum, dan tenang.

Page 15: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

69

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

2. Keterlibatan di PAUD: Mambangun Karakter di

Usia Dini

Para murid Tarekat Naqsyabandiyah Al-Haqqani yang aktif terlibat dalam PAUD tidak pernah membawa bendera tarekat mereka. Alasannya sederhana: karena mereka tidak ingin dituding sedang melakukan promosi tarekat dalam keterlibatannya. Oleh karena itu, mereka yang concern dengan masalah pendidikan usia dini kemudian mendirikan sebuah yayasan yang bernama Yayasan Asih (berdiri pada tanggal 10 Desember 2007).

Meskipun yayasan bersifat independen dan terpisah dengan Tarekat Naqshbandiyah Al-Haqqani, para murid tarekat yang aktif dan menjadi pendiri yayasan ini selalu melaporkan aktivitas dan perkembangan yayasan ini kepada Syekh Hisham Kabbani ketika ia berkunjung ke Indonesia. Tidak hanya melaporkan, mereka juga meminta saran dan berkat dari syekh agar keterlibatan mereka mendapat ridha Allah. Ada tiga dasar yang menjadi alasan para murid tarekat ini giat dalam pendidikan anak usia dini: pertama, oleh syekh tarekat mereka selalu didorong untuk menunjukkan kasih dan melakukan kebaikan kepada sesama manusia. Selain itu juga meng-haruskan mereka menemukan orangorang yang mengalami kesulitan (termasuk orang miskin) dan dengan suka cita menolong mereka.

Kedua, Hajjah Amina Adil, istri dari Syekh Hisham Kabbani, telah mengajarkan kepada mereka bahwa usia anak antara 0–5 tahun adalah usia emas di mana bagaimana cara orang tua mendidik anak pada usia tersebut akan menentu-kan pembentukan karakter anak tersebut. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini menjadi

Page 16: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

70

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

sangat penting agar karakter yang baik dapat tertanam dan terbentuk pada anak-anak.

Ketiga, kesadaran bahwa di Indonesia masih sangat banyak anak-anak yang hidup dalam keluarga miskin di mana orang tua mereka harus bekerja keras siangmalam sehingga pendidikan karakter mereka pada usia dini terabaikan. Dengan tiga dasar tersebut, keterlibatan para murid tarekat ini dalam pendidikan anak usia dini fokus pada anak-anak yang hidup dalam keluarga miskin agar karakter baik mereka dapat dibentuk secara optimal. Untuk mencapai tujuannya, Yayasan Asih bekerja sama dengan pemerintah, para pengusaha, dan pribadi-pribadi yang tergerak untuk terlibat menangani pendidikan anak usia dini. Mereka memiliki keyakinan bahwa sesungguhnya banyak pihak (pengusaha dan pribadi) yang siap mengeluarkan dana untuk membantu keluarga miskin keluar dari kemis-kinannya [23].

Hanya saja mereka sering tidak tahu ke mana dan kepada siapa mereka akan menyalur-kan bantuannya. Untuk itu, Yayasan Asih ini menempatkan diri sebagai jembatan yang menghubungkan serta mempertemukan pihak-pihak yang siap membantu tersebut dengan mereka yang memang sangat membutuhkan. Terkait dengan pendidikan usia dini, Yayasan Asih yang didirikan oleh para murid tarekat ini menjadi mediator antara pihak pengusaha dan PAUD yang berada di kantong-kantong kemiskinan di sekitar Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Berkasi) agar para pengusaha tersebut tahu persis apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh PAUD itu.

Selama ini bentuk bantuan yang diberikan beraneka ragam, seperti: alat peraga pendidikan, rehab bangunan PAUD, kesehatan untuk anak-

Page 17: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

71

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

anak, dan dana untuk meningkatkan kesejahtera-an para guru PAUD. Selain sebagai jembatan dan mediator, Yayasan Asih juga berperan sebagai fasilitator dengan memberikan pelatihan metode mengajar kepada para guru PAUD. Tidak hanya itu, mereka juga memberikan latihan keterampilan kepada para orang tua murid yang rata-rata hidup berkekurangan untuk dapat menambah penghasil-an rumah tangga mereka. Keterampilan yang diberikan antara lain membuat kerajinan dari limbah rumah tangga (seperti: bungkus sabun, botol air mineral, dan drum bekas) yang dibuat menjadi barang-barang siap jual (seperti: tempat sampah dari drum bekas, gantungan kunci dari botol air mineral bekas, sebagainya.).

Inti dari semua keterlibatan tersebut adalah mereka tidak ingin sekadar membantu dengan memberikan dana, tetapi juga berusaha mengubah mentalitas mereka, dari mentalitas yang merasa tidak mampu dan selalu bergantung pada bantuan orang lain menjadi mentalitas yang mandiri.

5. Kesimpulan

Keterlibatan sosial yang dilakukan oleh murid-murid tarekat ini sungguh sangat dipengaruhi oleh ajaran tentang dunia yang dikembangkan oleh Tarekat Naqsyabandiyah al-Haqqani. Ajaran tentang dunia sebagai ladang akhirat mengajarkan kepada para murid tarekat ini agar mereka sungguh-sungguh menyadari peran apa yang mereka lakukan saat hidup di dunia. Kesadaran akan peran menjadi sangat penting karena itulah yang akan menentukan tujuan akhir perjalanan hidup mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, bagi mereka, hidup di dunia ini adalah sebuah perziarahan yang didalamnya mereka harus berusaha agar kehidupan perziarahan mereka dituntun oleh kehendak Allah dan bukan oleh musuh besar manusia, yakni: ego, setan, dan hawa nafsu. Tanda bahwa mereka

Page 18: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

72

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

sungguh dituntun oleh kehendak Allah adalah ketika langkah hidup mereka digerakkan oleh cinta dan bela rasa kepada mereka yang membutuhkan. hal ini sekaligus membangun kesadaran bahwa mereka tidak sendirian dalam menjalani kehidupan di ladangan akhirat. Mereka berjalan dan berziarah secara bersama-sama, termasuk bersama mereka yang miskin dan termarjinalkan. Cinta dan bela rasa akan memampukan mereka menjadi teman seperjalanan yang baik, yang selalu siap menolong dan memberikan kesematan kedua ketika teman seperjalanan mereka jatuh.

Tarekat Tarekat Naqsyabandiyah Haqqani meng-ajarkan beberapa hal diantaranya cinta dan berbela rasa terhadap orang yang membutuhkan, keterlibatan mereka dalam kehidupan bersama masyarakat, atau menolong orang yang membutuhkan bantuan , bukan semata-mata untuk mendapatkan pahala ataupun sebuah keterlibatan yang dilakukan sebagai sebuah terpaksaan, melainkan sebaliknya, keterlibatan itu menjadi sarana latihan rohani mereka untuk mengasah hati dan diri agar semakin dimurnikan untuk mencintai Allah. Artinya, ketika mereka sedang terlibat aktif menolong yang membutuh-kan dan bergaul dengan sesame, sesungguhnya pada saat yang sama mereka sedang berproses untuk mencintai Allah dan Cinta Allah.

6. Referensi

[1] Ernst, Carl W., 2003. “Tingkatan Cinta Dalam Sufisme Persia Awal, dari Rabiah Hingga Ruzbihan”, dalam Ribut Wahyudi, Seri Pengantar Tasawuf: Cinta, Guru, dan Kewalian Dalam Sufisme Awal, Yogyakarta: Pustaka Sufi, 32.

[2] Al-Kalabadzi, Abu Bakar Muhammad Bin Ishaq, 1993. At-Ta‟arruf Li Madzhab Ahli At-Tashawwuf, Libanon: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 12.

[3] Zakariya, Bahruddin, 2012. Sabilus Sâlikin, Jalan Para Sâlik Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf, Pasuruan: Pondok Pesantren NGALAH, 3.

Page 19: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

73

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

[4] Al-Qushayri, Abu „l-Qasim, 2007. Al-Risala al-qushayriyya fi „ilm altasawwuf (Al-Qushayri‟s Epistle on Sufism. Inggris: Garnet, 290.

[5] Hamka, 2015. Tasawuf Moderen: Bahagia Itu Dekat dengan Kita Ada di dalam Diri Kita, Jakarta: Republik Penerbit, 2.

[6] al-Taftazani, 1985. Abu al-Wafa‟ al-Ghanimal, Madkhal ila al-Tashawwuf as-Islam, Terj. Ahmad Rofi Utsmani, Sufi Dari Zaman Ke Zaman, Bandung: Pustaka, 235.

[7] Masyhuri, Aziz, 2011. Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf, Surabaya: Imtiyaz, 161.

[8] al-Qadli, Samir, 2006. Mengungkap Kesesatan Nadzim al-Qubrushi, Jakarta: Kalender Jakarta Timur, 7.

[9] D.S Farer, 2006. Muslims In Global Societnes Series: Shadows of the Prophet, Matrial Arts and Sufi Mysticism, Russia: Springer, 16.

[10] Mufid. Ahmad Syafi‟I, 2006. Tangklukan, Abangan, dan Tarekat: Kebangkitan Agama di Jawa, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 250.

[11] Syukur, Amin, 2012. Tasawuf Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 16.

[12] Kabbani, 2005. Pearls and Coral. Fenton. 111.

[13] Armstrong, Karen, 2014. Sejarah Islam: Telah Ringkas-Komprehensif perkembangan Islam Sepanjang Zasman, Terj. Yuliana Lipurto, Bandung: Press, 70.

[14] Al-Haqqani, Nazim, 2008, Love, Malaga: Sereseres Editions, 47-48.

[15] Haqqani, 1989, A Naqshbandi Book of Devotions, Sri Lanka: Flower Terrace, 34.

[16] K.A, Nirzami, 1991, The Naqshbandiyyah Order. Dalam Seyyed Hossein Nasr (ed.). Islamic Sprituallity Manifestations. New York. 163.

[17] Ṣafī, Mawlānā „Āli ibn Ḥusain, 2001. Rashaḥāt „Ain al-Ḥayāt :Beads of Dew from the source of Life. Florida, 19.

[18] Ann-Gross, Jo, 1982. Khoja Ahrar: A study of Perceptions of Religious Power and Prestige in the Late Timurid Period, New York University, 138.

[19] Algar, Hamid, 1976. “The Naqshbandi Order: A Preminary Survey of Its History and Signifi cance”. Studia Islamica. No. 44, 138.

[20] Kabbani, Muhammad Hisham, 2004. Classical Islam and the Naqshabandi sufi Tradition, America: ISCA, 196.

Page 20: Aktivitas Sosial Tarekat Naqsyabandiyah Al Haqqani Sebagai

74

Jazilus Sakhok

Siswoyo Aris Munandar

Aktivitas Sosial Tarekat

Naqsyabandiyah Al Haqqani

Sebagai Bentuk Kesalehan Sosial

[21] Wawancara dengan tokoh Tarekat Naqshbandiyah Haqqaniah Depok, Jawa Barat pada 21 Oktober 2017.

[22] Yusuf, Moh. Asror, “Konsep Manusia Ideal Seyyed Hossein Nasr dan Relevansinya Dengan Pengembangan Karakter Masyarakat Modern Indonesia”, Didaktika Religi Volume 4, No. 1 Tahun 2016, 135.

[23] Wawancara dengan salah satu Guru Paud Yayasan Asih pada 21 Oktober 2017.