100 dialog tarekat tijaniah

91
100 Dialog Tijaniah 1 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH Soal 01 Apakah arti dan maksud tarekat itu ? Jawab; Arti harfiahnya tarekat itu ialah jalan. Adapun menurut esensinya ialah; “Menjauhi hal-hal yang dilarang baik yang zhahir maupun batin dan melaksanakan perintah Allah SWT sekuat-kuatnya”. Adapun tarekat dalam pengertian yang lebih khusus ialah AMALAN yang bertujuan untuk membersihkan hati dari sifat-sifat tercela. Soal 02 Di Indonesia ada berapa tarekat yang termasuk dalam tarekat mu’tababarah ? Jawab; Menurut dalam hadist Rasulullah SAW - “ Bahwasanya dalam syariatku ada 313 tarekat yang apabila ia istiqamah mengamalkan (salah satu) nya maka ia masuk sorga”. Menurut Jam’iah Ahli Tarekat Mu’tabarah se Indonesia ada 45 tarekat yang diakui kemu’tabarannya dan tarekat Tijaniah termasuk didalamnya. Soal 03 Apakah perbedaan tarekat dan tasawuf itu ?. Jawab;

Upload: dinhque

Post on 10-Dec-2016

318 views

Category:

Documents


42 download

TRANSCRIPT

Page 1: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 1

100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

Soal 01

Apakah arti dan maksud tarekat itu ?

Jawab;

Arti harfiahnya tarekat itu ialah jalan. Adapun menurut esensinya

ialah;

– “Menjauhi hal-hal yang dilarang baik yang zhahir maupun batin dan

melaksanakan perintah Allah SWT sekuat-kuatnya”.

Adapun tarekat dalam pengertian yang lebih khusus ialah

AMALAN yang bertujuan untuk membersihkan hati dari sifat-sifat

tercela.

Soal 02

Di Indonesia ada berapa tarekat yang termasuk dalam tarekat

mu’tababarah ?

Jawab;

Menurut dalam hadist Rasulullah SAW

–- “ Bahwasanya dalam syariatku ada 313 tarekat yang apabila ia

istiqamah mengamalkan (salah satu) nya maka ia masuk sorga”.

Menurut Jam’iah Ahli Tarekat Mu’tabarah se Indonesia ada 45

tarekat yang diakui kemu’tabarannya dan tarekat Tijaniah termasuk

didalamnya.

Soal 03

Apakah perbedaan tarekat dan tasawuf itu ?.

Jawab;

Page 2: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 2

Tasawuf adalah sebuah nama yang didalamnya ada mengandung

tiga komponen penting ilmu keagamaan, yaitu 1. Syariat. 2. Tarekat.

3. Hakikat. Ketiganya adalah satu paket yang tidak terpisahkan.

Seperti yang disinyalir oleh Syekh Aminul Kurdi dalam katanya

berikut ini;

– -“Syariat itu ibarat pohon, tarekat itu dahannya, dan hakikat itu

buahnya. Itulah yang dinamakan ilmu tasawuf “.

Soal 04

Apakah boleh belajar ilmu hakikat sebelum belajar ilmu syariat

dan tarekat?.

Jawab;

Imam Malik dengan tegas mencegah orang-orang yang belajar

ilmu hakikat tanpa belajar ilmu syariat dan tarekat lebih dahulu. Setiap

orang yang salik (orang yang menuju ma’rifat kepada Allah) wajib

mengamalkan tiga macam ilmu tersebut.

-–“Tidak boleh tidak bagi orang yang salik menuju jalan akhirat

itu menghimpunkan / mengamalkan ilmu yang tiga macam itu, dan

jangan sampai melalaikan salah satunya”.

Soal 05

Ada diantaranya yang melarang bertarekat karena berbagai

alasan. Bagaimana menurut anda ?.

Jawab;

Misi dan fungsi tarekat itu sangat bagus, antara lain adalah

untuk menghilangkan penyakit-penyakit batin yang bersarang dalam

hati manusia seperti ujub, ria, sombong takabbur dan lain-lain. Syekh

Ubaidah Sanqiti memandang sangat penting mempelajari dan

mengamalkan ilmu tarekat seperti dalam penegasannya berikut;

Page 3: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 3

“Maka telah dimalumi bahwa setiap orang yang tidak mencari

syekh yang dapat menunjukkan padanya agar terlepas dari penyakit

kebatinan (tersebut ) itu, maka orang itu dalam maksiat kepada Allah

SWT dan kepada Rasul-Nya karena ia tidak bisa membimbing /

membersihkan dirinya / hatinya tanpa bimbingan syekh tarekat

sekalipun ia hafal ribuan kitab keagamaan”.

Jelasnya belajar tarekat itu tidak berdampak negatif apapun

terhadap yang mempelajari dan mengamalkannya seperti anggapan

orang selama ini. Firman Allah dalam surat al Haj-78

-–

“ Dan Dia (Allah SWT) itu sekali-kali tidak menjadikan untuk

kamu dalam agama sesuatu kesempitan”.

Soal 06

“ Berapakah usia seseorang dibolehkan belajar tarekat itu ?”.

Jawab;

Jika melihat dari fungsi ilmu tarekat itu dan ia adalah salah satu

dari tiga elemen penting ilmu keagamaan yang disebut dengan ilmu

tasawuf tadi, maka tidak ada penetapan pasti usia berapa orang harus

belajar tarekat itu. Kecuali apabila ada pertimbangan lain dari syekh

mursyidnya.

Soal 07

Tapi dalam kitab Kifayatul Atqiya hal-27 disebutkan bahwa

wali-wali terdahulu itu tidak masuk tarekat (dulu) sebelum tabahhur

(luas) dalam masalah ilmu fiqih. Bagaimana menurut anda ?

Jawab;

Page 4: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 4

Sikap dan akhlak mereka itu benar sekali dan patut ditiru oleh

generasi kita sekarang. Namun dalam hal kewajiban mempelajari ilmu

fiqih itu terbagi dua bagian;

1. Ilmu fiqih wajib ainiah (wajib individu).

2. Ilmu fiqih wajib kifa’iah (wajib yang gugur apabila sudah

dilaksanakan oleh yang lainnya).

A. Ilmu fiqih ainiah ialah ilmu fiqih yang wajib dipelajari

oleh setiap individu seperti pelajaran wudhu, solat,

puasa, zakat dan wajib ainiah lainnya.

B. Ilmu fiqih kifa’iah ialah ilmu yang gugur kewajibannya

apabila sudah dilaksanakan oleh orang lain, seperti

fardhu kifayah, ilmu qadhi, ilmu falaki, dan wajib kifa’i

lainnya.

Adapun bagi calon pengamal tarekat itu baginya cukup dengan

menguasai poin pertama (fiqih ainiah) ditambah dengan poin kedua

(fiqih kifaiah) seperlunya, sesudah itu ia sudah diperbolehkan

mempelajari ilmu tarekat.

Soal 08

Apakah dasar / dalil tarekat itu sama, dan tarekat manakah

yang terafdhal ?.

Jawab;

Dasar semua tarekat itu sama, yaitu berlandaskan Al Qor’an dan

Al Hadist Nabi SAW. Dan terbentuknya tarekat itu tidak terlepas dari

kedua dalil tersebut, seperti kata Ibnu Araby dalam kitab Kasyful

Hijab;

“ Semua tarekat itu atas petunjuk dari Allah SWT “.

Adapun tarekat yang terafdhal adalah tarekat yang diamalkan

dengan istiqamah oleh pengikutnya.

Soal 09

Jika tarekat itu bersumber dari yang sama, ya’ni dari Allah dan

Rasul-Nya, untuk apa tarekat sebanyak itu ?.

Jawab;

Page 5: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 5

Bermacam-macam tarekat yang ada diper-mukaan bumi ini

menunjukkan keluasan rahmat Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya

agar mereka leluasa memilih tarekat yang mana yang akan menjadi

amalan rutinnya. Sebagai perumpamaan, tarekat-tarekat itu ibarat

dahan-dahan dari sebatang pohon yang rindang yang sangat besar,

sedang para pengamalnya itu ibarat ranting-ranting dan daun-daunnya

yang lebat, semuanya bersumber kepada satu pohon saja.

Soal 10

Kabarnya tarekat Tijaniah itu tidak boleh digabung dengan

tarekat yang lain. Apakah benar demikian ?.

Jawab;

Memang benar demikian. Alasan ketidak bolehan tersebut

berdasarkan dari pendapat para ulama pula. Berikut ini akan saya

kutipkan perkataan mereka;

– “Telah mantap diantara ulama bahwasanya yang terafdhal bagi

seseorang itu ia hanya menyibukkan dirinya dengan seorang syekh

(tarekat) saja, seperti ia menyibukkan dirinya dalam menuntut ilmu

dengan seorang syekh / guru saja”.

Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Syekh

Abd Wahab Asy Sya’rani dalam kitabnya Anwarul Qudsiah hal 43

sebagai berikut;

“ Barang siapa yang gurunya tidak tunggal (satu) maka (berarti

) ia meserikatkan tarekat, dan orang yang menserikatkan itu syekhnya

adalah syaitan”.

Oleh karena itulah maka ikhwan ikhwat tarekat Tijaniah itu

tidak menggabungkan tarekat (Tijaniah) ini dengan tarekat lain agar

lebih terfokus (istiqamah) perhatiannya dengan amaliah yang sudah

diterimanya dari syekh yang mentalkinnya.

Soal 11

Page 6: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 6

Bagaimana kalau ada yang mengamalkan beberapa tarekat

dalam lima waktu salat. Misalnya waktu salat dhuhur tarekat A,

waktu salat asar tarekat B, dan seterusnya. Apakah cara seperti itu

dibolehkan ?.

Jawab;

Semua tarekat itu ada aturan dalam kitabnya masing-masing.

Dan umumnya waktu untuk pengamaliahan tarekat itu sesudah salat

subuh dan sesudah salat asar, kalau ada yang berinisiatif untuk

merobahnya diluar dari waktu yang ditetapkan berarti ia sudah

menyalahi peraturan yang ada.

Soal 12

Tapi boleh sajakan mengamalkan ampat madzhab fiqih dalam

pelaksanaan salat lima waktu. Apakah hal ini tidak mungkin dalam

tarekat ?.

Jawab;

Dalam bab tasyri’ dibolehkan bagi yang ingin mengamalkan

ampat madzhab dalam pelaksanaan salat lima waktu, namun tidak

demikian dengan tarekat (Tijaniah), karena dalam bab tarekat kita

dianjurkan untuk istiqamah pada salah satu tarekat saja, hal inilah

yang pernah diisyaratkan oleh arif billah dalam untaian kata mutiara

mereka;

“ Istiqamah itu lebih baik dari seribu karamat”.

Kenapa dianjurkan untuk istiqamah ?. Karena setiap tarekat itu

ada cara-cara yang berbeda antara tarekat yang satu dengan tarekat

yang lain, apabila dipaksakan untuk mengamaliahkan beberapa tarekat

sekaligus, maka akibatnya akan timbul perasaan lebih mudah tarekat

A daripada tarekat B. Akhirnya timbul pembandingan-pembandingan

antar tarekat, yang menyebabkan ia tidak bertarekat karena bingung

dengan tarekat yang ada padanya. Pribadi (bingung) seperti ini sudah

digambarkan oleh Allah dalam surat An Nisa 143

Page 7: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 7

“ Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian

(iman atau kafir); tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang

beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang kafir)”.

Oleh karena itu syekh dan tarekat yang tunggal lebih baik untuk

membimbing rohaniah seseorang menuju hadhrat Allah dari pada

menggandakan tarekat tapi tidak teramalkan. Kata Syekh Abd Wahab

Asy Sya’rani;

– “ Dan dari pada keadaan murid itu bahwa janganlah ia

(berguru) kecuali kepada syekh yang satu (syekh tarekat yang

tunggal). Maka janganlah bagi murid itu dua syekh. Karena

dibinanya / landasannya tarekat (ahli sufi) itu atas tauhid yang

ikhlas”.

Kata Asy Sya’rani lagi;

“Ketahuilah bahwasanya tidak boleh bagi murid itu berguru

kecuali hanya satu syekh (tarekat) saja, karena yang demikian itu

lebih membantu dalam bertarekat”.

Mengingat beberapa alasan itulah maka ikhwan-ikhwat tarekat

Tijaniah itu tidak menggabungkan / menggandakan tarekat ini dengan

tarekat yang lainnya. Oleh karenanya jika ada yang ingin

mengamalkan tarekat Tajaniah maka ia harus dengan tulus ikhlas dan

dengan segala hormat untuk meninggalkan tarekat yang pernah

diamalkannya sebelumnya. SEKEDAR INFORMASI

Syekh Abd Wahab Asy Aya’rani pengarang kitab Al- Anwarul Qudsiah ini tidak

semasa dengan Syekh Ahmad Attijani. Syekh Abd Wahab Asy Sya’rani wafat tahun 973 H.

Sedangkan Syekh Ahmad Attijani lahir tahun 1150 H. Jadi jarak antara kedua tokoh ini

sekitar 177 tahun. Tapi banyak sekali persamaan-persamaan dalilnya antara kitab An Warul

Qudsiah dengan kitab-kitab tarekat Tijaniah, terutama mengenai masalah pelarangan ziarah

dan larangan penggabung tarekat.

Soal 13

Page 8: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 8

Diantara sekian banyak tarekat itu, sepengetahuan saya tarekat

Tijaniah tergolong baru, bahkan ceritanya tarekat ini diijazahkan

oleh Rasulullah (yang sudah wafat) kepada Syekh Ahmad Attijani

(yang masih hidup). Bagaimana pendapat anda tentang masalah ini ?.

Jawab;

Dalam kitab-kitab tarekat Tijaniah diceritakan bahwa Syekh

Ahmad Attijani berjumpa dengan Rasulullah dalam keadaan tidak

tidur, dan dalam perjumpaan itu pulalah Rasulullah mengijazahkan

(serangkaian amaliah yang kemudian dinamakan dengan) tarekat

Tijaniah kepadanya pada tahun 1196 H, dan agenda pertemuan ini

dinamakan dengan peristiwa FATHUL AKBAR. Dalam pada itu pula

Rasulullah bersabda;

-– -Lazimi olehmu tarekat ini dengan tidak berkhalwat dan tidak

menjauh dari manusia, sehingga engkau memperoleh makam yang

dijanjikan kepadamu, dan engkau seperti biasa tanpa kesempitan dan

tanpa banyak bermujahadah”.

Soal 14

Tapi bukankah pertemuan itu sesudah Rasulullah wafat, dan

apakah ucapan Rasulullah (yang sudah wafat) itu bisa dijadikan dalil

atau hujjah untuk menetapkan suatu ketetapan ?.

Jawab;

Pertanyaan serupa pernah pula ditanyakan oleh Sayyid Ali

Harazim kepada Syekh Ahmad Attijani, jawab beliau; Khabar / hadist

dari Rasulullah sesudah beliau wafat itu sama saja dengan khabar /

hadist semasa beliau masih hidup. Lihat Jawahirul Ma’any’ hal 140-1.

Artinya ucapan dari Rasulullah itu tetap dianggap sebagai hadist

sekalipun beliau sudah wafat.

Karena tidak ada keterangan yang menyatakan kenabiannya

dicabut dengan sebab kewafatannya itu.

Page 9: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 9

Soal 15

Dalam ilmu ushul hadist, hadist yang hanya diriwayatkan oleh

satu orang perawi disebut dengan hadist garib. Lalu apakah dengan

status ke garib annya itu bisa untuk menetapkan suatu ketetapan ?.

Jawab;

Pertemuan antara keduanya (Syekh Ahmad Attijani dengan

Rasulullah) adalah pertemuan khusus yang jarang terjadi pada ummat

beliau yang lainnya. Kekhususan itulah yang menjadi nilai tambah

bagi status kegariban hadist tersebut. Hal inilah yang diisyaratkan oleh

Syekh Ahmad Attijani dalam kitab Jawahirul Ma’any hal 140 – 1-

“ Dan tinggallah lagi perkara yang “khusus” yang Rasulullah

sampaikan kepada yang khusus pula”.

Jadi menurut hemat kami, pertemuan khusus ini mengisyaratkan

kekhususan dan menyampaikan hal-hal yang bersifat khusus pula.

Namun perlu diketahui bahwa pertemuan tersebut tentunya tidak

merobah apa-apa yang sudah menjadi ketentuan yang sudah ada.

“ Karena bahwasanya wali itu samasekali tidak membawa

syariat yang baru, hanyasanya ia membawa faham yang baru (yang

diambil dari) kitab Al Qor’an dan Al Hadist yang tidak diketahui

seseorang sebelumnya”.

Saya faham perasaan anda dalam masalah pertemuan dua alam

ini. Yang jelas untuk lebih memahami tentang pertemuan dua alam ini

kita menengok sejarah peristiwa isra’ dan mi’raj Nabi Besar

Muhammad SAW yang mana ketika itu beliau bertemu dengan sekian

banyak arwah para Nabi-nabi dan Rasul-rasul. Bahkan ketika itu nabi

Musa sempat mengusulkan pengurangan jumlah 50 waktu salat hingga

akhirnya menjadi lima waktu saja. Usul nabi Musa ini diterima oleh

Rasulullah, padahal Nabi Musa sudah wafat sekian ratus tahun

sebelum lahirnya Rasulullah SAW. Sekiranya pertemuan dua alam ini

tidak diterima atau tidak diakui kebenarannya maka tentu ummat

Page 10: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 10

islam sekarang melaksanakan salat 50 waktu dalam sehari semalam.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa bisa saja terjadi hubungan antara

alam barzakh dengan alam dunia ini, karena waktu, jarak, dan tempat

tidak menghalangi pertemuan mereka, kira-kira seperti itulah

pertemuan yang terjadi antara Syekh Ahmad Attijani dengan

Rasulullah SAW. Dan mungkin inilah yang dikehendaki dalam sabda

Rasulullah;

-- -

“ Sesungguhnya ilmuku sesudah wafatku seperti ilmuku semasa

hidup”.

Soal 16

Sepengetahuan saya dalam tarekat Tijaniah itu seperti ada

ketegasan dalam pengamaliahannya, seperti apabila ketinggalan

membaca wiridannya maka ikhwan-ikhwat itu diwajibkan untuk

mengqadha’ wiridan tersebut, apa benar demikian ?.

Jawab;

Benar apa yang anda ketahui itu, dalam tarekat Tijaniah

kedudukan wirid lazim pagi dan wirid lazim sore maupun wazdifah

yaumiah dan hailalah sore hari Jum’at adalah sebagai nazar ibadah

kepada Allah SWT, maka oleh karena itu pelaksanaannya naik

menjadi wajib dan apabila ketinggalan maka wajib qadha. Rasulullah

SAW bersabda;

– -“Orang yang bernazar untuk menta’ati Allah maka ia wajib

menunaikannya, dan orang yang bernazar untuk ma’siat kepada Allah

ia tidak wajib menunaikanya”.

Demikian pula halnya dengan pengamaliahan wiridan tarekat

Tijaniah yang hukum pembacaannya dihukumkan sebagai nazar

kepada Allah SWT. Ikhwan dan ikhwat tarekat Tijaniah yang sudah

Page 11: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 11

mendapatkan talkin dari syekhnya ia wajib menunaikannya hingga

kahir hayatnya.

Hikmat di”wajib”kannya wiridan dalam tarekat Tijaniah itu

antara lain ialah agar supaya nilai tambah dari amaliah (pahala)

sunnat menjadi (pahala) wajib.

Kita sebagai ummat islam berupaya untuk mencontoh prilaku

Rasulullah SAW yang mana ibadah-ibadah yang disunnahkan (kepada

ummatnya) maka untuk pribadi Rasulullah hukumnya wajib. Jadi

pewajiban pembacaaan wiridan tarekat Tijaniah itu semata-mata

adalah karena mengikut sunnah Rasulullah yang mana beliau

mewajibkan semua ibadah yang sunnat untuk dirinya.

Soal 17

Tapi tidakkah “pewajiban” itu memberatkan ikhwan itu sendiri,

sementara pada tarekat lain tidak ada ketegasan seperti itu ?.

Jawab;

Justru pewajiban inilah yang akan menjadikan ikhwan-ikhwat

itu aktif dan istiqamah dengan tugasnya selaku murid tarekat, jika

tidak demikian, maka tentu lama kelamaan ikhwan itu akan semakin

lengah dengan tugasnya, dan akhirnya ia meninggalkan samasekali

kewajibannya itu dan keluarlah ia dari rangkaian sanad syekhnya dan

hilang pulalah madadiah dari syekhnya kepada dirinya. Kata Syekh

Abd Wahab Asy Sya’rany;

- -”Dan diantara (adab) murid itu ialah janganlah ia menuruti

kebosanannya untuk membaca wiridan yang diperintahkan oleh

syekhnya, karena tiap-tiap syekh itu (sungguh) telah Allah jadikan

madadiahnya (limpahannya) dan rahasianya dan rahasia tarekatnya

itu ada pada wiridan yang ia perintahkan kepada muridnya itu”.

Pewajiban seperti ini sebenarnya adalah bentuk pendidikan

kepada murid tarekat itu untuk menghilangkan sifat bosan dan malas

pada diri mereka dan terbiasanya mereka dengan nuansa ibadah. Itulah

Page 12: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 12

hikmah dari pewajiban itu. Sebagai contoh, seandainya salat lima

waktu itu hukumnya sunnat, sebagaimana sunnat rawatib, maka orang

akan meninggalkan salat wajib itu sebagaimana orang meninggalkan

sunnat rawatib karena bosan atau malas. Rasulullah dalam do’anya

berlindung kepada Allah dari pada sifat bosan dan malas.

Soal 18

Mungkin ada yang menunda keinginannya untuk menjadi

ikhwan aktif karena merasa tidak mampu memenuhi persyaratan /

ketentuan itu ?.

Jawab;

Dari sinilah letak persoalannya, dan disini pula terbuktinya

kebenaran petuah orang terdahulu ”Tak kenal maka tak sayang”.

“ Manusia itu memusuhi apa-apa yang tidak ia ketahui”.

Manusia itu sering memandang sebelah mata terhadap terhadap

apa-apa yang tidak diketahuinya. Seandainya ia sadar besarnya

fadhilat istigfar, salawat dan zikir, tentu ia tidak enggan bertarekat,

dan seandainya ia mau memfokuskan perhatiannya kepada tarekat

(Tijaniah) ini yang materi wiridannya disusunkan oleh Rasulullah

maka insya Allah ia akan selalu rindu untuk mengamalkannya.

Tersebut dalam kitab Jawahirul Ma’any – 122-1-)

“ Dan zikir-zikir (wiridan) ini materinya adalah susunan dari

Rasulullah SAW, dan beliau memerintahkan kepadanya ( Syekh

Ahmad Attijani) untuk mentalkinkan zikir-zikir (tersebut) itu kepada

orang-orang yang muslim yang menginginkannya”

Jadi menurut hemat saya, adanya beragam tanggapan-tanggapan

terhadap tarekat Tijaniah (dan syarat-syartnya) itu dikarenakan

kurangnya informasi yang ia terima sehingga salah menilai terhadap

keberadaan tarekat ini atau minimal ia kurang tertarik mengamalkan

tarekat Tijaniah.

Soal 19

Page 13: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 13

Tapi bolehkan kalau mengamalkan istigfar, salawat dan zikir

(saja) sekalipun tanpa masuk tarekat ?.

Jawab;

Tentu saja boleh, Allah SWT akan mengganjar hamba-hamba-

Nya yang rajin beribadah. Firman Allah dalam surat Al Maidah 9

Soal 20

Kalau demikian, apa gerangan yang membedakan antara

amaliah (istigfar, salawat dan zikir) biasa, dengan amaliah tarekat

yang materinya juga sama ?.

Jawab;

Sekilas nampak sama. Akan tetapi pada tarekat itu ada Syekh

Mursyid yang membimbing dalam beramaliah yang dilengkapi dengan

silsilah dari guru ke guru hingga sampai kepada Rasulullah SAW,

itulah perbedaanya, dan disini pula peran aktifnya syekh mursyid itu.

- -“Syekh yang wasil (ma’rifat yang sempurna) itu ibarat tali

Allah SWT dimuka bumi ini, maka barang siapa yang bergantung

kepadanya akan sampai pula. Adapun syekh yang tidak wasil siapa

yang bergantung kepadanya akan terputus.

Soal 21

Apakah dalam tarekat Tijaniah begitu pula ketentuannya ?.

Jawab;

Benar, dalam tarekat Tijaniah orang yang mentalkin itu disebut

dengan muqaddam atau syekh tarekat. Dan muqaddam itu disamping

wajib mendapat izin untuk mentalkin, wajib pula ia mengetahui /

memiliki sanad yang tersambung hingga Rasulullah SAW. Kalau

kedua ketentuan wajib ini tidak dimilikinya maka wiridannya tidak

boleh diterima maupun diamalkan.

Page 14: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 14

Soal 22

Bisa dijelaskan bagaimana kreteria muqaddam tarekat Tijaniah

itu?.

Jawab;

Kreteria muqaddam itu diterangkan dalam kitab Rimah hal 102-

1 oleh Sayyid Umar Al Futi antara lain sebagai berikut ;

“ Maka adapun yang dapat diambil manfaat yang banyak itu

tidak lain kecuali dari (muqaddam) yang mewarisi kesempurnaan,

yang kuat ilmunya, kuat akalnya, bersih pribadinya, benar firasatnya,

terdepan pola fikirnya, bagus kepintarannya, dapat menguasai hawa

nafsunya, penuh dadanya dengan pancaran sinar ma’rifat, dan

memancar dadanya dengan pancaran sirriah (rahasia keilmuan), dan

ia mengambil dari syekh yang mewarisi sifat-sifat tersebut”.

Yang tidak kalah pentingnya ialah ia mampu menjaga sifat

MURU’AH baik dihadapan Rabbynya, dihadapan Nabinya, maupun

makhluk Allah lainnya.

Muru’ah ini termasuk dalam kategori adabiah pula.

Soal 23

Seandainya syekh / muqaddam tarekat tidak ada, langkah

apakah yang harus ditempuh oleh seseorang yang ingin wasil itu?.

Jawab;

Menurut keterangan yang saya kutip dalam kitab Kifayatul

Atqiya hal 48 sebagai berikut;

Page 15: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 15

“ Apabila syekh / muqaddam tarekat belum ada, maka

sebaiknya murid itu “hanya” mengamalkan zikir atau amalan (yang

tidak dalam bentuk tarekat) yang ma’tsur dari Nabi SAW lebih afdhal

dari yang lainnya, dan amalan itu sudah terwakili dengan

mengamalkan WIRDUL LATHIF dari wali qutub Al- Haddad. Karena

zikir-zikir yang terdapat dalam bacaan Wirdul Lathif itu adalah

penghulu macam-macam zikir yang ma’stur”.

Akan tetapi apabila syekh tarekat itu sudah bersedia untuk

membimbing kita, maka afdhal bagi kita untuk mengikutinya dan

mengamalkan tarekat yang dibawanya sebagai amalan yang

dilazimkan.

Dan mencari syekh yang mursyid itu hukumnya wajib ainiah

bagi seseorang sebagaimana keterangan berikut ini;

- -Wajib atas orang yang akil balig itu membersihkan dirinya dari

pengaruh buruk hawa nafsunya, dan pengaruh syaithan yang

menyesatkannya, agar ia bersegera untuk mencari “syekh yang

mursyid” yang luas ilmu pengetahuan agamanya, yang dapat

mengenali keaiban-keaiban kecelaan dirinya (hatinya), lagi pula

dapat memberi nasehat-nasehat keagamaan, maka kepadanyalah

dipertemukan pimpinan (pokok-pokok keagamaan), dan ikuti

perintahnya, dan janganlah menyalahinya pada tiap-tiap sesuatu”.

Soal 24

Ada diantarnya yang berpendapat, kalau sudah memahami atau

mempelajari ilmu hakikat atau ilmu martabat tujuh (martabatut

tanzzul), maka ia tidak perlu lagi mempelajari atau mengamalkan

ilmu tarekat, apakah memang demikian ?.

Jawab;

Page 16: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 16

Saya rasa pendapat itu tidak benar. Sebab, dalam ilmu tasawuf

itu ada tiga tingkatan yang wajib ditempuh oleh orang yang salik itu.

Tingkatan tersebut ialah;

1. Ilmul Yakin. = Ilmu hakikat

2. Ainul Yakin. = Ilmu tarekat

3. Haqqul Yakin. = Ilmu fiqih

Menurut Syekh Abd Samad Palembang dalam kitabnya

Siarussalikin hal 266-4 disebutkannya sebagai berikut;

Orang yang hanya mempelajari ilmu hakikat saja, ia hanya

sampai pada tingkatan ILMUL YAKIN.

Adapun orang yang melengkapinya dengan mempelajari dan

mengamalkan ilmu TAREKAT maka orang itu sampai pada tingkatan

AINUL YAKIN dan HAQQUL YAKIN

Ketiga macam komponen ilmu itu dinamakan dengan ilmu

tasawuf.

Soal 25

Namun saya pernah menemukan sebuah hadist Rasulullah SAW

yang maksudnya ilmu ma’rifat itu yang paling awal jika dibanding

dengan ilmu-ilmu lainnya, hadist tersebut ialah;

- -“Awal-awal ilmu itu yaitu ilmu ma’rifat kepada Allah SWT, dan

keakhiran ilmu itu pada tafwidhul amar (dewan ijtihady)”.

Jawab;

Pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar, mengedepankan ilmu

hakikat dengan mengabaikan ilmu tarekat dan ilmu syariat adalah

suatu pemahaman yang fatal, berkembangnya pemahaman ilmu

seperti ini akan memudarkankan sekian banyak ilmu-ilmu keagamaan.

Syekh Abd Karim dalam kitabnya Insanul Kamil beliau mengutip

hadist Rasulullah SAW yang inti dari ma’na hadist itu ialah, bahwa

Page 17: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 17

ilmu hakikat (ilmu ma’rifatullah) dan ilmu tasawuf (ilmu adabiah

yang digambarkan dalam kalimat khaufan) adalah satu paket yang

tidak terpisahkan dengan bagian ilmu yang lainnya. Hadist tersebut;

“ Aku adalah paling ma’rifat kepada Allah dan paling takut

kepada-Nya”.

Dalam hadist tersebut ada kalimat paling ma’rifat dan kalimat

paling takut yang menjadi satu dalam sebuah hadist.

Pengertian kedua kalimat tersebut adalah sebagaimana

diterangkan dalam tabel dibawah ini; Tabel 1

No Kalimat Simbul dari Kesimpulan

1 Ma’rifat Ilmu hakikat

Ilmu hakikat dan ilmu

syariat adalah satu

paket yang tidak

terpisahkan. 2 Khaufan Ilmu syariat

Gambaran ma’na hadist tersebut bahwa meskipun Rasulullah itu

paling ma’rifat kepada Allah namun beliau adalah paling takut

kepada Allah, itu sebagai gambaran bahwa ilmu hakikat dan ilmu

syariat itu menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan, artinya kalau

orang belajar ilmu hakikat maka ia wajib melengkapinya dengan ilmu

syariat. Namun kenyataan yang terjadi dilapangan ialah semakin tahu

ilmu ma’rifat semakin berani melanggar syariat, bahkan

mengentengkannya. Tidak itu saja, mereka beranggapan ilmu tarekat

itu tidak perlu apabila sudah sampai kepada ilmu hakikat.

Soal 26

Minta alasan tambahan tentang tidak bolehnya tarekat Tijaniah

digabung dengan tarekat lain ?.

Jawab;

Page 18: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 18

Seorang murid tarekat itu dituntut untuk memfokoskan

perhatiannya hanya dengan satu syekh yang diikutinya dan satu

tarekat yang diamalkannya.

Dan dia dilarang keluar dari pintu hadhrat syekhnya. Hal ini

senada dengan pendapat dari Syekh Musthafa Bakry (syekh tarekat

khalwatiah). Katanya;

- -“ Diantara yang diwajibkan atas murid itu ialah ia harus

menambatkan hatinya (hanya) dengan (satu) guru, (kalimat guru,

mufrad). Ma’nanya ialah bahwasanya murid itu berkekalan

memandang rupa syekh / gurunya (sebagai rabithah). Karena ini

adalah syarat yang paling utama menurut para ahli sufi. Dan (cara)

ini dapat mewariskan ma’rifat yang tinggi”.

Hal senada diungkapkan pula oleh Syekh Abd Wahab Asy

Sya’rany dalam kitabnya Anwarul Qudsiah hal 200, katanya;

“ Dan diantara keadaan (adabiah) murid itu ialah berkekalan

menambatkan hatinya kepada syekh dan menta’allukkan dirinya

kepadanya, dan menyakini bahwasanya Allah SWT itu menjadikan

semua madadiah itu tidak keluar melainkan dari pintu hadhrat

syekhnya (pula). Dan bahwasanya syekhnya itu adalah mazdhar

(kenampakan ) yang Allah tentukan akan dia untuk melimpahkan

(limpahan) kepada-murid-nya dari-syekh-nya, dan tidak hasil

baginya madadiah dan limpahan kecuali dengan perantaraan

syekhnya sekalipun dunia ini dipenuhi dengan para masya’ikh”.

Page 19: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 19

Pertalian yang erat antara murid tarekat dengan guru atau

syekhnya wajib dijaga dan dipelihara, dan murid itu wajib selalu

waspada dan tetap menjaga hubungan rohaniah ini dengan tidak

membagi perhatiannya kepada yang (syekh) lain apalagi coba-coba

menggabungkan tarekatnya, sekalipun diluar dari pengawasan mata

zhahirnya, Syekh Yusuf An- Nabhany mengingatkan murid-murid

tarekat dalam kitabnya sebagai berikut;

-– -Bahwasanya syekh murabby (syekh pembimbing) itu ada waktu-

waktu tertentu untuk mentawajjuh (mengontrol) muridnya secara

alam arwah”.

Bayangkan, seandainya murid itu melakukan hal-hal yang

dianggap menodai kesetiaannya kepada syekhnya, atau dia berani

melampaui kebijakan syekhnya dengan menggabungkan beberapa

tarekat, atau dia melakukan sesuatu yang tidak dalam perintah

syekhnya padahal ia tidak sadar bahwa syekhnya sedang

mengontrolnya secara alam arwah, tidakkah perbuatan ini termasuk

melecehkan kebijakan-kebijakan dari syekhnya ?.

– -“ Dan syekh kamu tidak memerintahkan sesuatu (hai murid-

murid) kecuali yang (memang) diperintahkan Tuhanmu kepadamu”.

Soal 27

Tapi apakah boleh ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah itu

mengamalkan wiridan-wiridan yang lain seperti salawat Burdah,

salawat Dalaail, atau sejenisnya ?.

Jawab;

Tentu saja boleh, apalagi yang sifatnya menghidupkan syi’ar-

syi’ar islamiah. Kecuali (untuk ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah)

apabila wiridan atau zikir itu mengharuskan mereka masuk kedalam

tarekat mereka, maka hal ini dilarang. Syekh Ahmad Attijani berpesan;

Page 20: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 20

–- -“ Ketahuilah bahwsanya aku membolehkan pada tiap-tiap apa

yang engkau kehendaki dari zikir-zikir, dan asma-asma, atau ayat-

ayat, atau do’a-do’a yang engkau inginkan, kecuali apabila wiridan-

wirian itu mengharuskan kamu masuk kedalam tarekat mereka maka

yang demikian itu tidak aku izinkan”.

Soal 28

Mengenai pelarangan ziarah itu bagaimana ?.

Jawab;

Sebenarnya bukan melarang ziarah tetapi mengatur ziarah bagi

ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah, sehubungan dengan masalah ini saya

kutipkan lagi keterangan dari kitab Al Anwarul Qudsiah hal 194, kata

Syekh Abd Wahab Asy Sya’rany;

“Dan diantara keadaan (adabiah) murid itu ialah janganlah ia

menziarahi seseorang dari syekh-syekh pada masanya kecuali dengan

izin dari syekhnya, (baik izin secara terang-terangan atau secara

sindiran), walaupun yang diziarahi itu termasuk sahabat dari

syekhnya sendiri. Karena syarat murid tarekat itu bahwa jangan ada

syekh lain kecuali syekh yang tunggal”.

Hukum ziarah dilihat dari motif ziarah itu sendiri, seperti

keterangan dalam tabel berikut ini;

Page 21: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 21

Tabel 2

No Masalah Motif ziarah Hukum Kode Dalil

1 Ziarah Meminta pada

kuburan Haram A

2 Ziarah Mengingat mati Sunnah B

3 Ziarah Mendo’akan

Kepada ahlul kubur Sunnah C

4 Ziarah Tabarruk Boleh atau

sunnah D

5 Ziarah Ta’alluk Jasady Boleh /

Wajib E

6 Ziarah Ta’alluk Rohaniah

Dilarang

bagi ikhwan-

ikhwat

Tijaniah

F

Keterangan Dalil;

A. Ziarah seperti ini haram sebagaimana keterangan Surat Al

Qashash ayat 88,

“ Jangan kamu sembah disamping (menyembah) Allah,

tuhan apapun yang lain”.

Ziarah seperti ini tentu saja haram karena ia meminta

bukan kepada Allah tetapi kepada yang lain selain Allah

yaitu seperti minta kekuburan dll.

B. Ziarah seperti ini sunnat sebagaimana keterangan hadist dari

Abi Hurairah, yang berbunyi;

“ Ziarahlah kalian kekuburan karena yang demikian itu

mengingatakan pada kematian”.

C. Ziarah seperti ini hukumnya juga sunnat karena mendo’akan

bagi ahlu kubur, seperti do’a Rasulullah ketika beliau

melalui kuburan muslimin;

Page 22: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 22

-–

D. Keterangan dalam kitab Ihya Al Gazaly hal 490-4-

-

“ Ziarah kubur itu sunnah secara jumlah, karena untuk

mengingatkan (pada kematian) dan untuk i’tibar dan

menziarahi kubur orang-orang yang saleh karena

“tabarruk” (mengambil berkat) serta megambil i’tibar”.

E. Ziarah ta’alluk jasady (hablun minannas) pada poin ini

seperti ada hubungan perdagangan, da’wah, pengajian dan

lain-lain sesuai dengan anjuran syariat, sebagaimana

keterangan berikut ini;

Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu

sama lain, dan peliharalah hubungan silaturrahmi”.

Ta’alluk seperti yang dimaksud pada poin E, ini tidak

dilarang bagi ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah.

F. Ziarah ta’alluk rohaniah, ta’alluk seperti ini dilarang bagi

ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah sekalipun mereka bukan

dalam keadaan ziarah apalagi jika dalam kedaan ziarah,

karena bisa menggangu atau bahkan memutuskan sinyal

madadiah dari syekh mursyidnya, dan ia dianggap murid

yang berpaling kepada yang dita’allukinya itu sebagai

syekhnya, kata Syekh Abd Wahab Asy Sya’rany

– “ Apabila murid (tarekat) itu tidak melihat syekhnya itu cukup

baginya dari yang lainnya, maka ia telah mengangkat yang lain itu

sebagai syekhnya”.

Ditegaskannya lagi;

Page 23: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 23

-–“ Barang siapa yang berpaling dari syekhnya sebentar saja,

sesudah ia berkhidmat selama 70 tahun misalnya, maka yang sebentar

itu bisa menghilangkan lebih banyak dari nilai kekhidmatanmu

selama 70 tahun tadi”.

Jelasnya ziarah seperti pada no 1, 4,dan 6 dilarang bagi ikhwan

ikhwat tarekat Tijaniah, sedangkan ziarah untuk no 2, 3, dan 5 ia

wajib konfirmasi kepada syekh pembimbingnya.

Kenapa ziarah seperti yang dimaksud pada no poin 2,3,dan 5 ini

wajib konfirmasi kepada syekh pembimbingnya ?, karena;

1. Murid itu masih dalam bimbingan syekh mursyidnya.

2. Karena murid itu dituntut untuk beradab kepada syekhnya.

3. Arwah yang diziarahi itu (arwah syekh tarekat atau wali-

wali) baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal bisa

menimbulkan pengaruh terhadap penziarah itu sendiri,

sebagaimana tersebut dalam tafsir Ibnu Kastir ketika

menafsirkan surat Azzumar ayat 29 berikut ini;

“ Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki

(budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang

berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak

yang menjadi milik penuh dari seseorang laki-laki (saja):

Adakah kedua budak itu sama halnya ?. Segala puji bagi

Allah, tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”.

Menurut tafsir Ibnu Kastir, tafsir ayat tersebut sebagai berikut;

Page 24: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 24

“ Maksudnya, mereka saling tarik menarik terhadap seseorang

hamba yang menserikatkan mereka itu, dan seorang budak yang

selamat atau ikhlas hanya dimilki oleh seorang saja”.

Tarik menarik disini adalah tarik menarik secara rohaniah,

adanya tarik menarik (rohaniah) ini bisa merancukan tatanan

madadiah dari syekh kepada muridnya. Itulah antara lain alasan

ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah itu tidak ziarah, karena ta’adduban

(beradab) kepada syekhnya zhahir dan batin.

Tapi perlu dicatat bahwa ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah itu

bukan anti ziarah, dan bukan pula mengabaikan anjuran / manfaat dari

ziarah itu sendiri.

Ditambahkan lagi oleh Syekh Abd Wahab Asy Sya’rany dalam

kitab Al anwarul Qudsiah Hal 194, katanya;

“ Ada berapa banyak murid-murid (tarekat) yang rusak karena

mereka melakukan ziarah,yang kemudian akhirnya mereka

memisahkan diri dari syekhnya dan bahkan jadilah mereka seperti

terdinding kepada syekhnya dan kepada ikhwannya”.

Menurut Ibnu Araby, banyak murid-murid (tarekat) itu yang

rusak hubungannya dengan syekhnya kerena ziarah. Sebab mereka

mendua hati dengan yang lain. Itulah yang diingatkan oleh Syekh Abd

Wahab Asy Sya’rany dalam Anwarul Qudsiah-nya hal 192

“ Hindarilah menserikatkan kecintaan serta syekh kalian akan

syekh yang lain dari para masya’aikh”.

Hal itu senada dengan Al Qor’an surat al Ahzab –4- yang

mencegah seseorang untuk mendua hati;

“ Allah SWT sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua

buah hati dalam rongganya”.

Menurut tafsir al Qurthuby ma’na ayat tersebut sebagai berikut;

Page 25: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 25

“ Ma’nanya yaitu tidak berhimpun dua keyakinan yang berbeda

dalam hatinya”.

Sebagaimana dia tidak menggabung beberapa tarekat, dan

sebagaimana dia tidak menghimpun beberapa syekh tarekat yang

berbeda.

Soal 29

Mohon diperjelas mengenai nama tarekat Tijaniah dan

pembawanya.

Jawab;

Nama tarekat Tijaniah itu ada lima buah nama, lengkapnya

sebagai berikut;

A. Dinamakan Tijaniah karena dinisbahkan pada sebuah tempat

yang ada di kota Tijanah Fez Maroko.

B. Dinamakan Ahmadiah karena dinisbahkan kepada pembawa

tarekat ini yang bernama Ahmad bin Muhammad Attijani

dari Fez Maroko.

C. Dinamakan Muhammadiah karena susunan wiridan tarekat

ini berasal dari susunannya Rasulullah SAW.

“Materi wiridan tarekat (Tijaniah) ini adalah susunan

dari Rasulullah untuknya (Syekh Ahmad Attijani) dan

diperintahkan kepadanya untuk mentalkinkan wiridan ini

kepada muslimin yang menginginkanya”.

Karena susunannya berasal dari Rasulullah itulah maka

tarekat ini dinamai pula dengan tarekat

MUHAMMADIAH (sebagai kenang-kenangan bahwa

tarekat ini berasal dari Muhammad Rasulullah). Syekh

Yusuf Annabhany mengakui ketertarikannya dengan

tarekat ini karena tercantumnya kalimat (Muhammadiah)

Page 26: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 26

ini dalam dalam rangkaian nama tarekat Tijaniah.

Katanya;

- -“ Demi Allah, seandainya lafazd (nama tarekat) ini tidak

beta’alluk / berhubungan dengan Rasulullah

niscaya aku tidak mengikutinya”.

D. Dinamakan Ibrahimiah karena sistem pengamaliahannya

yang ringan dan mudah dengan waktu yang relatif singkat.

E. Dinamakan Hanifiah karena setiap ikhwan tarekat ini

ditekankan agar selalu mengikuti mengamalkan sunnah

Rasulullah SAW.

Soal 30

Dari mana asal lima buah nama tersebut?.

Jawab;

Kelima buah nama tersebut berasal dari Rasulullah SAW

pula, sebagai mana yang tersebut dalam kitab Rimah hal

40-2 sebagai berikut;

“Oleh karena itulah Rasulullah SAW menamakan tarekat

ini dengan lima buah nama”.

Al hasil nama dan wiridan tarekat ini berasal dari

Rasulullah SAW kemudian dikembangkan oleh Syekh

Ahmad Attijani RA.

Soal 31

Tahun berapakan Syekh Ahmad Attijani lahir?.

Jawab;

Syekh Ahmad Attijani lahir pada tahun 1150 Hijriah didesa

Aini Madhi dahulu termasuk kawasan Maroko

) sekarang termasuk Al-Jazair.

Page 27: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 27

Orang tua beliau Al Imam Asy Syekh Muhammad bin

Mukhtar yang bersambung sanad keturunannya kepada

Rasulullah (sekitar 20 nasab). Ibunda beliau adalah

Sayyidah Aisyah yang bersambung pula nasabnya kepada

Rasulullah. Syekh Ahmad Sukairij dalam kitabnya

Kasyful Hijab mengilustrasikan tahun kelahiran Syekh

Ahmad Attijani dengan menyusun delapan bait sya’ir yang

konsonan awalnya menghasilkan kalimat MAULIDUL

KHATMI, berikut sya’irnya;

Konsonan awal kalimat MAULIDUL KHATMI

ini jika dihisab perhurufnya akan menghasilkan jumlah angka 1150,

angka ini sama dengan angka tahun kelahiran Syekh Ahmad Attijani

Page 28: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 28

yang lahir pada tahun 1150 Hijriah atau abad ke 12 Hijriah.

Keterangan lengkap penghitungannya pada tabel berikut ini;

Tabel 3

MAULIDUL KHATMI

Huruf Nilai Perhuruf Keterangan

40

Jumlah 1150 mengisyaratkan angka

tahun kelahiran Syekh Ahmad

Attijani Al Fasy al Magrriby yang

lahir pada tahun 1150 Hijriah

6

30

4

30

600

400

40

Jumlah Total

1150 Poin

Dengan sya’ir tersebut Syekh Ahmad Sukairij mengisyaratkan

bahwa pada tahun (1150) itu telah lahir seseorang yang menjabat

pangkat kewalian tertinggi, ya’ni Wali Khatmi, wali yang Allah

khatamkan semua pangkat kewalian wali-wali Allah pada dirinya, dan

Allah merahasiakan ketinggian makamnya dari pengetahuan makhluk

Page 29: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 29

Allah lainnya kecuali hanya Rasulullah saja yang mengetahui

ketinggian pangkatnya itu.

Soal 32

Beberapa kali anda menyebutkan istilah Al Khatmi itu, tolong

anda jelaskan.

Jawab;

Sebenarnya cerita tentang wali khatmi itu sudah dibicarakan

oleh Syekh Muhammad Ali Atturmuzdi Al Hakim yang hidup

disekitar abad ke tiga hijriah. (Tokoh Ali Atturmuzdi ini diakui sebagai

wali masyhur bahkan ada yang mengatakannya sebagai wali autad).

Ali Atturmuzdi mengatakan dalam kitabnya Khatmul Aulia;

– -“Katanya; Tidak ada yang mengetahui jawaban (150 soal

jawab) itu dengan baik kecuali (dialah) Khatimul Akbar itu”.

Maksudnya orang yang bisa menjawab 150 soal dan jawab itu

dia tahu akan figur Khatmul Aulia itu.

Soal 33

Tolong anda kutipkan diktat 150 soal dan jawab sehubungan

dengan khatmul aulia tersebut.

Jawab;

Diktat yang anda maksudkan itu lengkapnya tercantum dalam

kitab (Futuhatul Makiah) Syekh Mahyuddin Ibnu Araby (yang diakui

oleh Syekh Muhammad Al Magriby sebagai wali besar) Lihat kitab

Siarussalikin 201-3- tentang figur Syekh Muhyuddin itu. Dalam kitab

Futuhatul Makiah bab 73 soal ke 13 diterangkan sebagai berikut;

Page 30: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 30

“ Siapakah orang yang berhak menduduki makam Khatmul

Aulia, seperti berhaknya Muhamamad SAW sebagai Khatmul Anbia ?.

Jawab; Wali Khatmi itu terbagi dua;

1) Khatmul Wilayah (wali khatmi) yang allah khatamkan

kewalian ummat Muhammad SAW itu kepadanya secara

umum.

2) Khatmul Wilayah (wali khatmi) yang Allah SWT khatamkan

kewalian ummat Muhammad kepada dirinya secara khusus.

A. Khatmul wilayah mutlak dan bersifat umum dijabat oleh nabi

Isa AS (setelah turun kedunia nanti).

B. Khatmul wilayah mutlak dan bersifat khusus dijabat oleh

seseorang berkebangsaan Arab, yang termulia nisbah

keturunannya maupun nisbah derajatnya.

Dia telah lahir (secara rohaniah pada masa Ibnu Araby) dizaman

kita sekarang ini. Pada tahun 595 Hijriah aku diperkenalkan

kepadanya (dibukakan kasyaf). Dan aku melihat tanda-tanda yang

Allah sembunyikan pada dirinya dari kebanyakan pandangan kasyaf

hamba-hamba-Nya. Dan Allah berkenan membukakan tabir mata

batinku hingga aku melihat akan “Khatmul Aulia” itu dikota Fez

Maroko (Magriby). Dia adalah Khatmul Wilayah An Nabawiah

(Khatmul Wilayah yang dilantik oleh Rasulullah SAW).

Yang menjadi pembahasan kita sekarang ini adalah Khatmul

Wilayah poin kedua, yang belum lahir secara (fisik) pada masa Ibnu

Araby.

Soal 34

Page 31: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 31

Tapi apakah tidak mungkin gelar (khatmul aulia) itu terarah

kepada Ibnu Araby sendiri, karena dialah orangnya yang mampu

menjawab 150 soal jawab yang diisyaratkan oleh Syekh Ali

Atturmudzi Al Hakim itu ?.

Jawab;

Ibnu Araby atau Syekh Mahyuddin Ibnu Araby al Andalusi

(Spanyol), beliau adalah pengarang yang handal, banyak sekali

karangan-karangan beliau yang menjadi referensi dunia islam seperti

kitab Fituhatul Makiah, Mawaqiun Nujum,dll. Dari sekian banyak

kitab-kitabnya itu beliau sengaja mengarang sebuah kitab yang

berjudul;

Kitab ini sengaja disusun olehnya sehubungan dengan profil

Khatmul Aulia itu sendiri, beliau mengemas kitabnya tersebut dalam

sebuah judul yang menarik perhatian. Memang itulah kepiawaian

beliau sebagai pengarang yang handal. Pengarang kitab Aqwal Adillah

wal Barahin mengomentari judul kitab tersebut sebagai berikut;

-–“ Lafadz “Khatmul Aulia” (pada judul kitab) itu adalah dalil

yang nampak atas keberadaan wali khatmi itu”.

Pada judul kitab tersebut tercantum kalimat “Khatmul Aulia”

dan kalimat “Syamsul Magrib” yang menjadi satu rangkaian dalam

sebuah judul kitab yang dikarangnya. Ini menunjukkan bahwa kalimat

khatmul aulia dan kalimat syamsul magrib itu berhubungan yang

mengisyaratkan bahwa Khatmul Aulia itu berasal dari Maroko Fez (Al

Magriby). Lalu kenapa bukan Ibnu Araby yang dimaksud dalam judul

kitabnya tersebut ?, karena Ibnu Araby berasal dari Andalusi Spanyol,

sedangkan orang yang diisyaratkan dalam judul kitab tersebut adalah

berasal dari Al Magriby yang berkebangsaan Arab seperti yang

Page 32: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 32

diterangkan oleh Ibnu Araby pada keterangan sebelumnya. Lihat

kembali kitab Futuhatul Makiah bab 73 soal ke 13.

Keunikan kitab Anqa’u Magrib ini ialah mengisahkan

perjalanan rohaniah Khatmul Aulia yang kala itu belum lahir secara

fisik. Pada hal antara Ibnu Araby dan figur Khatmul Aulia (Syekh

Ahmad Attijani Al Magriby Al Fasy) sekitar 555 tahun.

Soal 35

Selain Ibnu Araby, adakah tokoh lain yang mengisyaratkan

keberadaan figur khatmul aulia ini ?.

Jawab;

Dalam dunia islam kita mengenal seorang tokoh muda, yaitu

Syekh Abd Karim al Jili (lahir 767 H-805 H), dalam kitabnya Insanul

Kamil tokoh ini mengisyaratkan keberadaan Khatmul Aulia sebagai

berikut;

--–-

-Dan makamul khitam (maqam penutup dari tingkat kewalian)

adalah istilah nama bagi penghabisan dari makam muqarrabin

dan tidak ada jalan untuk mengethui keluasannya, karena

Allah SWT itu tidak ada batasan bagi-Nya. Tetapi istilah “ Al

Khitam” sudah mewakili atas semua tingkatan maqam Al

Muqarrabin. Maka siapa yang memperoleh semua tingkatan Al

Qurbah itu, maka DIA lah Khatmul Aulia itu, dan dia mewarisi Nabi

SAW dalam hal menyandang gelar (al khitam). Dia juga pemegang

maqamul qurbah. Maqam terpuji yang tidak didahului oleh seorang

Page 33: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 33

juapun maqamnya. Karena dialah yang menduduki maqam

kema’rifatan itu”.

A). Khatmul Anbia istilah untuk nabi penutup.

B). Khatmul Aulia istilah untuk wali khatmi.

Syekh Abd Karim al Jili cukup gamblang mengisyaratkan

tentang keberadaan Khatmul Aulia ini, sekalipun jarak antara

keduanya sekitar 345 tahun. Syekh Abd Karim al Jili wafat 805 H

Syekh Ahmad Attijani lahir tahun 1150 H.

Soal 36

Adakah tokoh lain selain tokoh-tokoh tersebut yang juga

mengomentari tentang khatmul aulia itu ?.

Jawab;

Selain tokoh tersebut Syekh Mustafa Bakry (wafat 1162 H, saat

Syekh Ahmad Attijani berusia 12 tahun), beliau mengisyaratkan

tentang wali khatmi ini dengan menghitung konsonan kabir nama

Rasulullah ( yang menghasilkan angka 314.

Seperti keteranganya berikut ini;

“ Apabila dihitung semua konsonan nama Rasulullah )

baik huruf yang nampak atau yang tidak nampak. Maka akan

menghasilkan angka 314, adapun jumlah nabi dan rasul berjumlah

313. Apabila angka 314 dikurang 313 maka sisanya angka 1 (satu).

Angka (1) satu ini mengisyaratkan maqamul wilayah (maqam wali

khatmi) yang dikhususkan dari wali-wali lainnya yang juga mengikuti

nabi-nabi. Salawat dan salam kepada mereka, terkhusus kepada

Rasulullah SAW”.

Page 34: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 34

Angka 1 (satu) ini merupakan kode atau isyarat kedudukan wali

khatmi dan kesendirin atau ketunggalannya dalam menduduki maqam

tersebut.

Rekapitulasi penghitungan kalimat bisa dilihat dalam tabel

berikut ini;

Tabel 4

Kalimat

Nilai

Huruf

Ke

tiga

Nilai

Huruf

Ke

dua

Nilai Huruf

Pertama Dibaca

Huruf

kalimat

40 10 40

- - 1 08

40 10 40 40 10 40 30 1 4 150 + 32 + 132 Jumlah 314

Angka 314 - 313 = 1 (satu), angka satu ini yang menunjukkan

dan mengisyaratkan keberadaan Syekh Ahmad Attijani RA yang mana

beliau itu menerima faidhah dan imdadiah dari seluruh nabi dan rasul

secara rohaniah dan madadiah khusus dari Rasulullah SAW.

Demikian menurut pengupasan dari Syekh Mustafa Bakry, dan

katanya lagi;

Dan Allah menghimpunkan bagi Nabi Muhammad itu nur para

nabi-nabi, dan nur hidayah bagi rasul-rasul dan nur hidayah bagi

bagi wali-wali, kemudian Allah mengkhususkan kepada Rasulullah itu

dengan “Nurul Khatmi” , ya’ni Nur Khatmul Anbia”.

Page 35: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 35

Nur Khatmul Anbia adalah sumber utama dari Nur Khatmul

Aulia (sumber madadiah rohaniah).

Ketika wafat Syekh Mustafa Bakry, Syekh Ahmad Attijani

berusia 12 tahun. Artinya Syekh Mustafa Bakry sudah mengisyaratkan

keberadaan tokoh wali khatmi ini.

Soal 37

Selain bergelar sebagai wali khatmi, Syekh Ahmad Attijani juga

bergelar wali katmi, kedua gelar tersebut sering disebut secara

bersamaan oleh pengikut tarekat Tijaniah dengan sebutan;

1. Al Katmi artinya wali yang tersembunyi.

2. Al Khatmi artinya wali penutup tingkat kewalian yang

tertinggi.

tersembunyi)

penutup Yang saya tanyakan, siapakah yang memulai dengan

kedua istilah tersebut ?

Jawab;

Yang memulai kedua istilah tersebut ialah Ibnu Araby. Dalam

kitabnya Anqa’u Magrib disebutkan ketika Ibnu Araby dalam keadaan

karam / fana dalam keingintahuannya dengan wali khatmi dan wali

katmi itu, katanya;

Dalam ucapan kefanaannya itu Ibnu Araby menyebutkan kedua

istilah Al Maktum dan Al Khatmi. Akhirnya kedua istilah ini

Page 36: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 36

dikukuhkan oleh baginda Rasulullah untuk Syekh Ahmad Attijani

ketika beliau berjumpa dengan Rasulullah secara jaga. Dan peristiwa

besar ini setiap tahunnya diperingati oleh ikhwan-ikhwat tarekat

Tijaniah dengan sebutan peringatn Idul Khatmi 16 Safar atau

peringatan diangkatnya Syekh Ahmad Attijani sebagai Wali Katmi dan

Wali Khatmi.

Dalam (kefanaan) yang terjadi pada diri Ibnu Araby itu, maka

ucapan yang keluar dari pribadi Ibnu Araby pada hakikatnya adalah

ucapan yang keluar dari hadhrat rohaniah wali katmi dan khatmi pula,

hal ini senada dengan ucapan Syekh Ahmad Attijani dalam sebuah

pernyataanya berikut ini;

“ Aku adalah wali semenjak Adam antara air dan

tanah”.(proses penciptaan).

Kewalian rohaniah yang mendahuli jasadnya itu diberitahukan

lewat figur Ibnu Araby dalam ucapan-ucapan yang tertuang dalam

karangan-karanganya.

Atau paling tidak orang tahu kalau istilah Wali Katmi dan Wali

Khatmi sudah ada sejak Ibnu Araby.

Soal 38

Mungkin ada yang bertanya, kenapa tokoh wali katmi dan

khatmi ini justru ada di Moroko / Magriby, bukannya pada pusat-

pusat islam seperti kebanyakan tokoh-tokoh islam lainnya, sehingga

karenanya banyak yang tidak mengetahui akan tokoh tersebut ?.

Jawab;

Itulah rahasia Allah. Bukankah Rasulullah sendiri lahir di kota

Mekkah tapi maqamnya di Madinah. Ibnu Araby dari Spanyol

(Andalusi), padahal semestinya dia berasal dari Mekkah karena dia

pengarang kitab Futuhatul Makiah. Tapi sekali lagi ini adalah rahasia

Allah, kita tidak mampu memahaminya secara sempurna. Dan

mungkin inilah yang dimaksud oleh Ibnu Araby dalam Futuhatul

Makiah-nya, katanya;

Page 37: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 37

“ Dan Allah menjadikannya (ismul khafi / nama yang

tersembunyi) itu di Magriby Maroko, karena di negeri tersebut adalah

tempat rahasia dan tempat ketersembunyian ( . Ialah rahasia

yang tidak diketahui kecuali orang-orang yang khusus”.

Adapun profil wali katmi dan wali khatmi dengan

ketersembunyiannya tentu saja tidak seterkenal seperti wali-

wali lainnya seperti wali aqthab, wali anjab, wali nujaba dan lain-

lain, apalagi kelahirannya bukan ditempat yang berhubungan langsung

dengan peristiwa keislaman seperti Mekkah dan Madinah.

Soal 39

Dalam hadist Rasulullah pernah menyinggung-nyinggung

tentang negeri cina, yaitu ketika beliau menganjurkan pentingnya

menuntut ilmu. Yang saya tanyakan, adakah Rasulullah menyinggung

tentang negeri Maroko ini dalam hadistnya ?.

Jawab;

Baiklah, kita kembali membuka kitab Ibnu Araby. Dalam

kitabnya Futuhatul Makiah soal ke 136 dia mencantumkan sebuah

dalil yang diakuinya sebagai hadist Rasulullah SAW;

“Senantiasa golongan penduduk Magrib (Maroko) itu, mereka

selalu istiqamah menjalankan agama hingga hari kiamat”.

Menurut keterangan hadist tersebut, mereka dianugerahi gelar

dikarenakan dinegeri merekalah lahirnya

Sayyidul Aulia Al Quthbul Maktum wal Makhtum Asy Syekh Ahmad

bin Muhammad Attijani Al Hasany Al Fasy Al Magriby yang

“mewajibkan” pengamaliahan wiridan tarekat yang beliau bawa

hingga akhir hayat. Keterangan Tambahan

Page 38: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 38

Kalimat dibawa dengan kalimat isim fail, yang menggambarkan

konsistensi mereka ahlul Magrib dengan agama Allah. Kalimat ( )

diambil sebagai judul buku terbaru saya yang akan datang, insyaAllah. Tolong do’a dari

ikhwan-ikhwat.

Soal 40

Mohon kiranya anda mengupas lebih jelas kronologis kelahiran

Khatmul Aulia itu ?

Jawab;

Insya Allah. Namun untuk lebih akuratnya penjelasan tentang

sejarah kelahiran Khatmul Aulia itu tentu harus diikut sertakan tokoh-

tokoh yang berkaitan dengan tokoh yang sedang kita bahas ini.

KRONOLOGIS KELAHIRAN WALI KHATMI

225 H-Wafat Syekh Ali Atturmuzdi Al Hakim pengarang kitab

Khatmul Aulia. Kitab Khatmul Aulia ini disebut-sebut pula oleh Syekh

Abd Wahab Asy Sya’rany dalam kitabnya Anwarul Qudsiah hal-154

450 H-Imam Al Gazali pengarang Ihya.

505 H-Wafat Imam Gazali.

560 H-Syekh Mahyuddin Ibnu Araby pengarang Futuhatul

Makiah dll.

638 H-Wafat Syekh Mahyuddin Ibnu Araby.

767 H-Syekh Abd Karim al Jili pengarang Insanul Kamil, Al

Kahfi war Raqim, dll.

TOKOH-TOKOH ABAD KEDUA BELAS

1130 H-Lahir Syekh Muhammad Samman tokoh tarekat

Sammaniah.

Page 39: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 39

1150H-Lahir Syekh Ahmad Attijani tokoh tarekat Tijaniah.

1162H-Wafat Syekh Mustafa Bakry.

1187H-Syekh Muhammad Samman memberi gelar kehormatan

kepada Syekh Ahmad Attijani dengan gelar AL QUTHBUL

JAMI.

1189H-Wafat Syekh Muhammad Samman 7 tahun sebelum

terjadinya peristiwa Fathul Akbar.

1196H-Terjadinya peristiwa fathul Akbar, yaitu penganugerahan

tarekat Tijaniah oleh Rasulullah kepada Syekh Ahmad

Attijani.

1214H-Syekh Ahmad Attijani memperoleh gelar Al Quthbaniatul

Uzhma dan gelar Wali Katmi dan Wali Khatmi yang

dikukuhkan oleh Rasulullah pada tahun tersebut. Dan pada

tahun itu pula dikarangnya kitab Jawahirul Ma’any oleh

Sayyid Ali Harazim.

1127H-Wafat Syekh Muhammad Arsyad dan dimakamkan di

Kalampaian Martapura.

1230H-Wafat Syekh Ahmad Attijani, Kamis 17 Syawal 1230 H.

Beliau meninggalkan sekian banyak mutiara-mutiara

gemilang yang memancar keseluruh pelosok jagat raya ini.

Salah seorang tokoh tarekat Tijaniah Syekh Ahmad

Sukairij sengaja menghimpun nama-nama tokoh yang

pernah bertemu langsung dengan Syekh Ahmad Attijani

dalam kitabnya Kasyful Hijab.

1265H-Lahir Syekh Yusuf Annabhany pengarang kitab

Afadhallus Salawat, Sa’adatuddarain, Majmu’atun

Nabhaniah dll. Dalam salah satu kitabnya dia mengakui

Page 40: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 40

dengan tegas bahwa ia termasuk dalam pengikut tarekat

Tijaniah, sebagaimana pengakuannya berikut ini;

“Dan bahwasanya aku al hamdulillah termasuk

dalam orang-orang yang mengamalkan tarekat ini.

Aku pernah mengambil semua tarekat yang masyhur

dari syekh-syekh yang mulia, aku mengambil (pula)

tarekat Tijaniah dari Sayyidi Muhammad bin

Saudah al Fasi”.

1315H-Menjelang fajar hari Selasa tanggal 11 Sya’ban Syekh

Yusuf an Nabhany bermimpi melihat astar atau bekas

telapak kaki Nabi SAW dan mimpi ini yang menjadi

motivasi Syekh Yusuf untuk menyusun kitab tentang

fadhilat sandal Nabi SAW. Cerita lengkap mengenai

masalah ini bisa dilihat dalam kitabnya Sa’adatuddarain

hal 481. Tokoh-tokoh pendahulu tarekat Tijaniah

menjadikan astar / bekas telapak kaki Nabi itu dijadikan

sebagai lambang dalam tarekat Tijaniah dengan maksud

tabarrukan dan untuk tujuan menghidupkan ingatan kita

kepada pemilik sandal itu, ya’ni Rasulullah SAW.

1350H-Wafat Syekh Yusuf an Nabhany. Beliau mewariskan 46

kitab karangan dalam berbagai disiplin ilmu. Kitab beliau

yang spesial menghimpunkan tokoh-tokoh dunia islam

adalah kitab Jaamiu’ Karamatil Aulia yang terdiri dari dua

jilid kitab. Dan dalam kitab tersebut dicantumkan pula

biografi Syekh Ahmad Attijani dan tentang perkembangan

tarekatnya pada hal-579.

1423H-Disusunnya buku dialog ini.

Page 41: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 41

Demikian kurang lebihnya kronologis tentang kelahiran Wali

Katmi dan Khatmi Syekh Ahmad Attijani Al Hasany Al Magriby itu.

Soal 41

Ada yang menarik bagi saya, yaitu mengenai Fathul Akbar.

Apakah maksud fathul Akbar itu ?.

Jawab;

Fathul Akbar adalah peristiwa besar yang dialami oleh Syekh

Ahmad Attijani, yaitu pertemuannya dengan Rasulullah secara jaga,

dan disaat itu pula dia menerima serangkaian amaliah berupa istigfar,

salawat dan zikir yang kemudian dinamakan dengan tarekat Tijaniah.

Lihat kembali dialog no 29

Soal 42

Setahu saya cukup banyak orang yang mengaku pernah bertemu

dengan Rasulullah sesudah wafatnya, misalnya seperti tokoh yang

bernama Al Katani, disaat pertemuannya itu dia sempat menanyakan

beberapa amalan, apakah pertemuan seperti Al Katani ini termasuk

dalam kategori Fathul Akbar juga ?.

Jawab;

Benar sekali, orang yang bertemu dengan Rasulullah baik

sewaktu beliau masih hidup atau sesudah wafatnya, pertemuan-

pertemuan seperti ini dinamakan dengan Fathul Akbar. Dan

pertemuan dengan Rasulullah itu dibagi dalam beberapa bagian;

A. Bertemu dengan Rasulullah dimasa beliau masih hidup,

seperti para sahabat-sahabatnya. Pertemuan seperti ini

sudah tidak mungkin lagi terjadi sesudah wafatnya beliau.

B. Bertemu dengan Rasulullah sesudah wafatnya beliau ada

ampat macam;

1. Pertemuan didalam mimpi “tanpa” adanya dialog-dialog

dengan beliau.

Page 42: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 42

2. Pertemuan didalam mimpi dan “terjadi” dialog-dialog

seperti yang dialami oleh tokoh Al Katani atau seperti

yang terjadi dengan Syekh Yusuf an Nabhany yang

mengaku pernah berjumpa dengan Rasulullah dalam

mimpi sebanyak 12 kali dan terjadi dialog-dialog. Lihat

kitabnya Sa’adatuddarain bagian akhir.

3. Pertemuan dialam jaga / tidak dalam keadaan tidur

“tanpa” adanya dialog-dialog.

4. Pertemuan dialam jaga / tidak dalam keadaan tidur dan

terjadi dialog-dialog, seperti yang dialami oleh Syekh

Ahmad Attijani atau tokoh lainnya. Dan pertemuan pada

bagian (B) poin 4 ini adalah pertemuan yang tertinggi

untuk kategori bagian (B).

Logikanya jika bertemu dengan Rasulullah secara mimpi saja

sudah diakui kebenarannya oleh hadist Nabi, apalagi pertemuan secara

jaga dan dialog-dialognya. Adapun Fathul Akbar yang sedang kita

bahas sekarang ini ialah pertemuan Syekh Ahmad Attijani dengan

Rasulullah secara jaga dan adanya dialog-dialog. Dan cerita FACE TO

FACE ini dimuat oleh Syekh Ali Harazim dalam kitab Jawahirul

Ma’any hal-51-1-) sebagai berikut;

“Lazimi olehmu tarekat ini tanpa khalwat dan tanpa menjauh

dari manusia”.

Inilah (antara lain) oleh-oleh yang diterima oleh Syekh Ahmad

Attijani dari Rasulullah untuk kita.

Soal 43

Tapi barangkali ada yang berpendapat apa-apa yang

disampaikan oleh Rasulullah sesudah wafatnya tidak sama dengan

apa-apa yang disampaikan beliau sewaktu masih hidup, atau dalam

kata lain ucapannya (sesudah wafat) itu tidak bisa dijadikan hujjah

untuk menetapkan sesuatu ketetapan. Bukankah begitu ?.

Page 43: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 43

Jawab;

Saya sering mendengar anggapan seperti itu, tapi itu adalah hak

mereka. Sehubungan dengan pembahasan kita sekarang menurut

pendapat Umar bin Abd Aziz (dalam kitab Hilyatul Aulia hal-287-5-

), katanya;

“Sesungguhnya kalian diciptakan untuk kekal. Kalian hanya

berpindah dari satu negeri ke negeri lain”.

Menurut ketarangan tersebut, para aulia dan syuhada itu hanya

berpindah tempat saja, ya’ni berpindah dari negeri dunia ke negeri

akhirat. Maksudnya mereka ini masih hidup dialam barzakh sana.

Logikanya kalau para aulia dan syuhada saja dikatakan hanya

berpindah alam saja apalagi roh para nabi-nabi, lebih-lebih Rasulullah

sendiri tentunya akan lebih mudah lagi jika beliau ingin menemui

ummat-ummatnya sekalipun beliau sudah meninggal wafat. Hal itulah

yang disinyalir oleh Al Baihaqi dalam kitab Al I’tiqad ;

“Nabi-nabi itu sesudah dicabut roh-roh mereka, dikembalikan

lagi roh-roh mereka itu, mereka itu hidup disisi Tuhan mereka seperti

syuhada”.

Oleh karena itu tidaklah mustahil kalau ada diantara ummat

Rasulullah itu yang berjumpa dengan beliau sesudah wafatnya.

Bahkan tidak mustahil pula kalau ada diantara ummatnya yang

berjumpa dan bahkan berdialog dengannya. Hal ini senada dengan

yang diterangkan oleh Al Barizi;

“Sungguh telah mendengar (berita) dari jemaah aulia pada

zamannya dan zaman sebelumnya, bahwasanya mereka (aulia itu)

melihat Nabi SAW dalam keadaan bangun padahal Rasulullah sudah

wafat”.

Page 44: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 44

Menurut keterangan dalam beberapa kitab, tokoh yang mengaku

berjumpa dengan Rasulullah seperti antara lain adalah Syekh Abd

Kadir Al Jailani sebagai mana pengakuannya berikut ini;

“ Aku melihat Rasulullah sebelum salat dhuhur, kemuadian ia

bersabda kepadaku; Hai anakku kenapa engkau tidak berbicara ?.

Jawab Syekh Abd Kadir Al Jailani;Ayahku (dengan nada meratap)

saya adalah orang ajam, bagaimana saya berbicara dengan orang-

orang Bagdad yang fasih berbicara ?. Kata Nabi; Bukalah mulutmu,

lalu Rasulullah meludahi mulut Syekh Abd kadir Al Jailani sebanyak

tujuh kali. Kemudian Rasulullah bersabda;Berbicaralah kepada

manusia, dan ajaklah manusia kejalan Tuhan dengan hikmah dan

nasehat yang baik”.

Sesudah salat dhuhur berkumpullah sekian banyak orang

mengelilingi Syekh Abd Kadir Al Jailani untuk mendengarkan petuah-

petuahnya.

Selain Syekh Abd kadir Al Jailani banyak lagi tokoh-tokoh lain

yang mengaku pernah berjumpa dengan Nabi SAW, mereka itu antara

lain ialah;

1. Syekh Abu Mayan Al Magriby.

2. Syekh Abdur Rahim Al Qanawi.

3. Syekh Musa Az Zawawi

4. Syekh Abul Hasan Asy Syazali

5. Syekh Abul Abbas Al Mursi

6. Syekh Abu Su’ud bin Abil Asya’ir

7. Syekh Ibrahim Al Matbuli

8. Syekh Jalaluddin As Sayuthi

9. Syekh Ahmad Az Zawawi

10. Syekh Sayyid Ali Al Khawash

11. Syekh Sayyid Ahmad Ar Rifa’I

Page 45: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 45

12. Syekh Ahmad Attijani.

13. Dll.

Bahkan ada diantara mereka seperti Syekh Abul Abbas Al Mursi

pernah berkata;

“Jika sekiranya Rasulullah itu terdinding dariku walaupun satu

sa’at, maka aku golongkan diriku sebagai orang yang tidak muslim”.

Andaikan pertemuan seperti yang kita bicarakan ini tidak benar,

tentu mereka tidak seberani itu mempertaruhkan iman mereka. Alhasil

ucapan-ucapan Rasulullah sesudah wafatnya (menurut kami) tetap

dianggap sebagai hadist, karena tidak satu ayat pun yang menyatakan

kenabiannya dicabut sebab kewafatannya. Artinya ucapan Rasulullah

(yang sudah wafat) tidak menghilangkan sifat ke”hadist”annya, oleh

karena itu banyak yang meyakininya dan menjadikannya sebagai

hujjah.

Soal 44

Saya pernah mendengar celotehan yang mengatakan bahwa

tarekat (Tijaniah) yang dibawa oleh Syekh Ahmad Attijani itu

tergolong baru, bahkan ada yang menganggap (tarekat ini)

menyimpang dari syariat yang ada, tanggapan anda ?

Jawab;

Mengenai hal tersebut Syekh Ahmad Attijani sudah

mengantisipasinya sebagaimana komentarnya berikut ini;

“ Apabila kalian mendengar sesuatu dariku, maka cocokkanlah

(dulu) dengan syariat yang ada, jika cocok amalkan, jika tidak, maka

tinggalkan”.

Ucapan dari Syekh Ahmad Attijani ini merupakan tantangan

untuk kita, tantangan untuk memperluas pemahaman maupun

pendalaman keagamaan, dengan demikian seseorang tidak mudah

memvonis secara sepihak kepada lawan fahamnya yang bisa

Page 46: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 46

berakibat seseorang itu termasuk kedalam yang dimaksud oleh firman

Allah berikut ini;

“Yang sebenarnya mereka mendustakan apa yang mereka

belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang

kepada mereka penjelasannya”.

Parahnya lagi orang-orang awam bisa terpengaruh karena

penilaian-penilaian negatif dari pihak-pihak tertentu terhadap tarekat

Tijaniah, padahal mereka belum mengetahui secara lebih mendalam

tentang tarekat Tijaniah.

Soal 45

Secara kronologis, antara kelahiran Syekh Muhammad Samman

dan kelahiran Syekh Ahmad Attijani hanya terpaut sekitar 20 tahun

saja. Apakah benar kedua tokoh ini pernah bertemu ?.

Jawab;

Benar mereka pernah bertemu, bahkan pernah bermudzakarah

tentang masalah keagamaan, tidak itu saja, malah Syekh Ahmad

Attijani diberi gelar kehormatan oleh Syekh Muhammad Samman

sebagai Al Quthbul Jami sekitar tahun 1187 H, dua tahun kemudian

Syekh Muhammad Samman wafat.

Soal 46

Apakah pemberian gelar (Al Quthbul Jami) itu sebelum atau

sesudah memperoleh gelar wali katmi dan khatmi ?

Jawab;

Pelantikan Syekh Ahmad Attijani (sebagai wali katmi dan

khatmi) itu terjadi 27 tahun setelah gelar Al Quthbul Jami. Untuk lebih

jelasnya lihat tabel berikut ini;

Tabel 5 No Gelar Dari Tahun Untuk

1 Al Quthbul

Jami

Syekh

Muhammad

Samman

1187 H Syekh Ahmad Attijani

Page 47: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 47

2 Wali katmi

dan khatmi Rasulullah 1214 H

Soal 47

Kedua gelar (wali katmi dan khatmi) itu cukup jelas pada

penjelasan sebelumnya, namun saya minta keterangan tambahan

sehubungan dengan kedua gelar tersebut ?

Jawab;

Baiklah, sekarang akan saya kutipkan keterangan dari Syekh

Husen Hasan tentang kedua gelar tersebut yang berasal dari

Rasulullah SAW seperti keterangan berikut;

“Bahwasanya Syekh Ahmad Attijani menceritakan dengan jelas,

tanpa adanya (kemungkinan) ta’wil, bahwasanya Rasulullah SAW

menghabarkan kepadanya dalam keadaan tidak tidur, bahwa

sesungguhnya dia (Syekh Ahmad Attijani) itu adalah WALI KHATMI

ummat Muhammad yang maqamnya itu tidak ada yang melebihi dia

dalam tingkatan kema’rifatan kepada Allah SWT. Dan hal itu

diketahui oleh semua wali aqthab yang siddiqin”.

Dari keterangan tersebut diatas maka jelas bahwa kedua gelar

(Wali Katmi dan Wali Khatmi ) itu bersumber dari Rasulullah SAW

yang diterimanya dalam keadaan tidak tidur, katanya lagi;

– -“Rasulullah menghabarkan kepadaku, bahwa akulah AL

QUTHBUL MAKTUM yang kuterima dari beliau secara tidak tidur”.

Tokoh tarekat Tijaniah menyatukan kedua gelar tersebut sebagai

berikut;

Page 48: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 48

A. Wali Maktum = Wali Katmi.

B. Wali Makhtum = Wali Khatmi.

Disingkat dengan Wali Katmi dan Khatmi.

Soal 48

Bisakah lebih diperjelas lagi arti wali katmi dan khatmi itu ?

Jawab;

Arti kalimat “wali katmi” itu ialah wali yang ketinggian

maqamnya disembunyikan oleh Allah dari pandangan kasyaf hamba-

hamba-Nya kecuali hanya Allah dan Rasulullah saja yang diberitahu

tentang ketinggian maqamnya itu sebagaimana keterangan berikut ini;

– -Syekh Ahmad Attijani pernah ditanya; Apakah arti Wali Maktum

itu ?. Jawabnya; Arti Wali Maktum itu ialah wali yang Allah

sembunyikan ketinggian maqamnya dari pengetahuan hamba-hamba-

Nya, kecuali hanya Rasulullah saja yang mengetahui hal ihwal

ketinggian maqamnya itu. Dan (wali katmi) inilah yang

menghimpunkan kemuliaan yang dimiliki oleh hadhrat wali-wali

semuanya. Dan wali (maktum) ini pula yang menjadi perentara

antara roh-roh nabi-nabi dan roh-roh para wali-wali. Maka setiap

wali-wali Allah yang tinggi martabatnya hingga yang rendah mereka

tidak menerima langsung limpahan dari para nabi-nabi melainkan

melalui perentara wali katmi ini tanpa disadari mereka”. Adapun arti “Wali Makhtum” itu ialah;

Page 49: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 49

“Wali Khatmi itu ialah wali yang menerima semua bentuk

limpahan-limpahan ) dari zat nabi-nabi kemudian

melimpahkannya kepada wali-wali”.

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari grafik berikut ini;

Dan kedua gelar “wali maktum dan wali makhtum” ini

dianugerhakan oleh Rasulullah kepada Syekh Ahmad Attijani pada

tahun 1214 H. Peristiwa penganugerahan tersebut biasanya diperingati

oleh ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah setiap tahunnya yang dikenal

dengan sebutan Idul Khatmi Li Syekh Ahmad bin Muhammad Attijani

RA.

Soal 49

Pada dialog sebelumnya anda menyebutkan tahun pelantikan

Syekh Ahmad Ahmad Attijani sebagai wali katmi dan khatmi, yaitu

pada tahun 1214 H. Bukankah pada tahun itu pula dikarangnya kitab

Jawahirul Ma’any oleh Sayyid Ali Harazim, tapi kenapa Sayyid Ali

Harazim tidak mencantumkan agenda (pelantikan) tersebut dalam

kitabnya ?

Jawab;

Page 50: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 50

Begini, pelantikan Syekh Ahmad Attijani itu terjadi pada bulan

Muharram dan pada tanggal 18 Safar 1214 H. Sedangkan waktu itu

penyusunan kitab Jawahirul Ma’any sudah memasuki tahap

perampungannya saja lagi sehingga Sayyid Ali Harazim tidak banyak

memuat cerita tentang wali katmi dan khatmi itu dalam kitabnya

Jawahirul Ma’any, kecuali hanya sedikit saja beliau mencantumkan

tentang Al Khatmi dan Al Maktum itu pada hal 84-2 dan hal 90-2-).

Mungkin karena sedikitnya cerita tentang Al KATMI dan AL

KHATMI itu (dalam Jawahirul Ma’any) maka pencetakan kitab

Rimah dijadikan satu dengan kitab Jawahirul Ma’any yang dicetak

disampingnya sebagai bunus bagi yang membeli kitab Jawahirul

Ma’any. Selain kitab tersebut, ada pula kitab yang bernama Aqwal

Adillah wal Barahin yang isinya tidak kalah serunya dengan kitab-

kitab Tijaniah lainnya. Kitab tersebut lebih luas lagi penjelasan

tentang al katmi dan al khatmi. Silahkan anda menyimaknya.

Soal 50

Pada pembicaraan sebelumnya anda menyebutkan peringatan

Idul Khatmi, bersediakah anda mengupasnya lebih detail ?

Jawab;

Peringatan tersebut dinamakan peringatan Idul Khatmi yang

biasanya diselenggarakan pada tanggal 18 Safar setiap tahun.

Peringatan tersebut bertujuan untuk mengenang kembali peristiwa

yang dialami oleh Syekh Ahmad Attijani, yaitu peristiwa

penganugerahan gelar Al Katmi dan Al Khatmi dari Rasulullah untuk

Syekh Ahmad Attijani. Peringatan ini sekaligus sebagai pertemuan

tahunan antar ikhwan-ikhwat dan juga kaum muslimin pada

umumnya. Dalam acara tersebut biasanya dibacakan kitab manakiban

/ atau kitab biografi dari Syekh Ahmad Attijani, kitab-kitab yang sering

dibacakan dalam acara tersebut ialah seperti;

1) Al Faidhur Rabbany.

2) Mathali’ul Jamal.

3) Al Fathur Rabbany.

4) Dll.

Page 51: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 51

Hikmah yang bisa diambil dari acara pertemuan seperti itu ialah

untuk mempererat tali silaturrahmi dan memperkokoh persatuan dan

kesatuan beragama dan bernegara. Target yang ingin digapai adalah

agar senantiasa termasuk kedalam yang dimaksud dalam hadist Nabi;

“Dan jamaah itu (menyebabkan) turunnya rahmat”.

Acara peringatan hari-hari besar islam berfungsi untuk

mengantisipasi atau paling tidak bisa mengimbangi arus informasi

atau tayangan-tayangan yang tidak mendidik yang bisa merusak

generasi-generasi penerus kita yang akan datang. Sabda Rasulullah;

“ Bahwasanya Allah Azza wa Jalla menjauhkan akan bala’

dengan (sebab) orang mu’min yang saleh itu 100 buah rumah

jirannya”.

Menurut hadist tersebut, Allah akan menjauhkan bala bencana

diwilayah yang dihuni oleh orang yang saleh itu sebanyak 100 buah

rumah jiran disekitarnya. Itu baru satu orang saleh saja, apalagi kalau

sekian banyak orang yang saleh berkumpul disuatu tempat dan

mengadakan acara keagamaan seperti ceramahan, pengajian,

hailalahan, maka tentu hikmat yang diperoleh mereka akan lebih besar

lagi.

Soal 51

Selain pertemuan tahunan, ada juga pertemuan mingguan, yaitu

pertemuan setiap sore hari Jum’at. Tolong anda jelaskan kegiatan

apakah yang dilaksanakan pada waktu itu ?.

Jawab;

Kegiatan yang anda maksudkan itu adalah kegiatan amaliah

rutin setiap sore hari Jum’at, atau lazim disebut dengan hailalah sore

hari Jum’at.

Kegiatan ini termasuk dalam rangkaian wirid lazim yang wajib

dilaksanakan oleh segenap ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah dimanapun

Page 52: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 52

mereka berada kecuali jika ada udzur syar’i. Hal ini ditegaskan dalam

kitab Fathurrabany hal 61.

“ Diantara wirid-wirid lazim yang diamalkan dalam tarekat

(Tijaniah) ini ialah melaksanakan HAILALAH / dzikir berjamaah

sesudah salat asar hari Jum’at, jika dikampung itu ada ikhwan, maka

ia wajib berjamaah”.

Kegiatan (hailalahan) ini dimulai sekitar jam 17.15 WITENG /

waktu setempat, atau sekitar 1,26 jam sebelum memasuki waktu

magrib.

Ukuran waktu standar pelaksanaan wadzifah dan Hailalah sore

hari Jum’at itu ialah dengan cara menghitung konsonan kalimat

pada sya’ir berikut ini;

“ Berhailalah lah kamu sedikit waktu setelah salat asar (hari

Jum’at).

Kalimat ini ternyata bisa dijadikan bahan ukuran untuk

mengukur waktu dalam pelaksanaan wadzifah dan hailalah sore hari

Jum’at, penghitungannya lihat tabel berikut;

Tabel 6 Kalimat Huruf Nilai Jumlah

2 86 poin

Page 53: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 53

70

10

4

Dibaca Jumlah 86

Angka (86) ini menunjukkan angka waktu dalam pelaksanaan

wadzifah dan hailalah sore hari Jum’at. Angka 86, sama dengan 1,26

jam atau 86 menit.

Soal 52

Andaikata ada diantara jemaah itu yang belum bertalkin

(tarekat), numun dia ingin ikut serta dalam kegiatan amaliah sore

hari Jum’at bagaimana ?.

Jawab;

Tentu saja boleh, jemaah tarekat Tijaniah itu terbuka kepada

sipapun yang ingin turut serta dalam kegiatan yang mereka

selenggarakan. Jemaah ini tidak menutup diri baik dalam mu’amalah

dan mu’asyarah, apalagi dalam amaliahnya. Karena setiap orang yang

islam itu tentu mempunyai komitmen bersama yaitu persatuan dan

kesatuan, sebagaimana tersebut dalam firman Allah;

“ Dan berpegang teguhlah kamu kepada tali (agama ) Allah,

dan janganlah bercerai berai”.

Misi tarekat Tijaniah berupaya untuk mewujudkan persatuan

dan kesatuan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah dalam ayat

tersebut.

Oleh karena itu ikhwan-ikhwat tarekat ini selalu terbuka dalam

berbagai kegiatan yang diselenggarakan. Karena dengan adanya

kegiatan kelompok, tentu akan lebih mudah dalam menyampaikan

segala pesan-pesan keagamaan. Hal ini senada dengan petuah yang

disampaikan oleh Syekh Ahmad Attijani dalam pesannya berikut ini;

--

-

Page 54: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 54

Tarekat kita ini adalah tarekat yang memberi nasehat, bukan

tarekat yang menipu dan berkhianat”.

Soal 53

Selain itu apakah boleh dalam tarekat Tijaniah menggunakan

kitab-kitab yang umum dipelajari oleh kuam muslimin, umpamanya

seperti kitab Imam Al Gazali, misalnya. Atau ada kitab-kitab tertentu

yang dipelajari oleh aliran tarekat ini ?.

Jawab;

Pada hakikatnya kitab-kitab yang dipelajari oleh segenap kaum

muslimin itu dilandasi oleh dalil yang sama, ya’ni Al Qor’an dan Al

Hadist. Jadi tidak ada larangan untuk mempergunakan kitab-kitab

yang dikarang oleh ulama-ulama non Tijaniah dan sejauh menyangkut

masalah adabiah, adapun apabila sudah masuk dalam masalah tarekat

maka (ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah) harus mengacu kepada kitab-

kitab tertentu dalam tarekat Tijaniah, seperti kitab;

Kitab-kitab tersebut sangat gamblang dalam membicarakan

masalah tarekat Tijaniah dan aturan-aturannya.

Soal 54

Ada yang beranggapan bahwa kitab-kitab tarekat Tijaniah itu

dikarang dimasa sekitar abad ke 12 atau pada masa Syekh Ahmad

Attijani itu sendiri, sehingga kecenderungan pulik lebih banyak

kepada kitab-kitab yang sudah mendominasi dunia islam seperti kitab

Al Gazali dll. Bagaimana tanggapan anda ?.

Jawab;

Kitab-kitab yang dikarang pada masa abad ke 12 itu sangat

banyak sekali. Tokoh islam yang mengarang kitab pada masa sekitar

abad ke 12 itu antara lain adalah;

Page 55: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 55

1) Syekh Muhammad Arsyad (1112-1227H), mengarang 11

macam kitab, yang paling terkenal kitab Sabilal Muhtadin

(fiqih).

2) Syekh Muhammad Samman (1130-1189H), mengarang kitab

Igastatul Lahfan (pokok ilmu tasawuf)

3) Syekh Ahmad Abd Lathif (1276-1334H), mengarang kitab

fiqih Riadhur Wardiah dan Fathul Jawwad.

4) Syekh Yasin Padang, banyak mengarang kitab antara lain

Al Arba’in (hadist).

5) Dan lain-lain.

Mereka adalah pengarang-pengarang handal yang banyak

andilnya dalam dunia islam. Buah tangan mereka menjadi referensi

kaum muslimin diberbagai belahan bumi ini. Dan tentu saja

kepiawaian mereka (dalam karang mengarang) tidak diragukan lagi.

Hal inilah yang dikomentari oleh Syekh Ahmad Attijani dalam kitab

Jawahirul Ma’any hal 115-2-)

“Ketahuilah olehmu bahwasanya nash yang jelas, dan kasyaf

(keterbukaan) yang shahih adalah bimbingan dari bimbingan

Rasulullah yang tidak pernah berselisih dan tidak ada batasan waktu

dan materinya. Keduanya (nash yang jelas dan kasyaf yang shahih)

adalah satu kesatuan. Karena nash yang jelas itu berasal dari Nabi

Muhammad SAW baik Al Qor’an dan Al Hadist”.

Komentar dari Syekh Ahmad Attijani ini menggambarkan

ke”akurat”an kitab-kitab yang disusun oleh ilmuan-ilmuan islam kita

itu, walaupun kitab-kitab tersebut disusun pada masa abad ke 12.

Demikian pula dengan kitab-kitab tarekat Tijaniah yang disusun

disekitar abad tersebut. Adapun kemana kecenderungan publik itu

adalah hak mereka.

Soal 55

Page 56: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 56

Anda sudah menyebutkan pengarang-pengarang abad ke 12

dengan karangan mereka, kecuali karangan dari Syekh Ahmad

Attijani yang belum anda sebutkan !.

Jawab;

Syekh Ahmad Attijani via sekretaris pribadinya (Sayyid Ali

Harazim dan ashhab Syekh yang lainnya) sangat banyak sekali

membuahkan karangan-karangan ilmiah keagamaan, antara lain, kitab

Jawahirul Ma’any, Bugyatul Mustafid, Gayatul Amany, dll.

Kesemuanya adalah buah tangan orang-orang terdekat Syekh Tijani

yang langsung mengutip dari sumber aslinya dan dicatat menjadi

lembaran-lembaran kitab.

Soal 56

Pada dialog sebelumnya (no 50), anda menyebutkan buku

manakib Syekh Ahmad Attijani. Adakah mankib selain yang anda

sebutkan itu ?.

Jawab;

Selain kitab yang saya sebutkan itu ada, antara lain yaitu;

Ketiga macam kitab tersebut tentu saja mengisahkan tentang

sejarah perjalanan Syekh Ahmad Attijani dan aturan-aturan lengkap

dalam mengamalkan tarekat yang dibawanya.

Soal 57

Kalau boleh tau, apa sajakah syarat atau aturan-aturan yang

ada dalam tarekat Tijaniah itu ?.

Jawab;

Syarat utama dan wajib dalam tarekat Tijaniah itu antara lainya

yaitu;

Page 57: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 57

1) Taqwa dhahir dan batin kepada Allah dengan mengikuti

sunnah Rasulullah SAW.

2) Melazimkan salat lima waktu tepat pada waktunya, dan

upayakan dengan berjamaah

3) Tidak menziarahi wali/syekh yang non Tijaniah, baik yang

masih hidup atau sudah meninggal secara mutlak, tapi wajib

tetap menghormati mereka sesuai dengan anjuran syara’.

4) Tidak menggabungkan tarekat (Tijaniah) ini dengan tarekat

lain.

5) Bersedia mengamalkan tarekat ini sampai akhir hayatnya.

Kelima syarat tersebut adalah syarat yang mutlak yang wajib

ditaati oleh segenap ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah. KETERANGAN TAMBAHAN

MENGENAI SYARAT-SYARAT DALAM TAREKAT TIJANIAH

1. Syarat pertama (melazimkan……berjamaah), syarat ini jangan disalah artikan

dengan; apabila tidak masuk tarekat Tijaniah maka salat lima waktu tidak wajib, atau

diartikan dengan arti yang menyalahi syariat.

2. Syarat kedua (Taqwa dhahir dan batin), jangan diartikan bahwa hanya tarekat

Tijaniah saja yang menganjurkan ketaqwaan itu kepada ikhwan-ikhwatnya, tidak

bertarekat pun ketaqwaan itu tetap wajib dilaksanakan oleh segenap kaum muslimin.

3. Syarat ketiga (Tidak menziarahi……syara”), syarat ketiga ini seringkali dijadikan

senjata untuk menyerang tarekat Tijaniah. Padahal tarekat Tijaniah bukan satu-

satunya tarekat yang melarang ziarah, Syekh Abd Wahab Asy Sya’rany dalam kitab

Anwarul Qudsiah nya menyatakan;

“ Dan diantara hal (adabiah) murid itu ialah janganlah ia menziarahi seseorang dari

wali-wali masanya kecuali dengan izin dari syekhnya,(baik izin yang jelas atau secara

sidiran), walaupun yang diziarahi itu termasuk sahabat dari syekhnya. Karena syarat murid

(tarekat) itu bahwa jangan ada syekh lain kecuali syekh yang tunggal”.

“Apabila murid (tarekat ) itu tidak melihat syekhnya itu cukup baginya dari yang

lainnya, maka ia telah mengangkat yang lain itu sebagai syekhnya”.

Kata Ibnu Araby yang dikutip oleh Syekh Abd Wahab Asy Sya’rany dalam Anwarul

Qudsiah nya hal 194, katanya;

Page 58: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 58

“Ada berapa banyak murid-murid tarekat (tarekat)itu yang rusak akibat mereka

melakukan ziarah, kemudian akhirnya mereka memisahkan diri dari syekh (tarekat)nya dan

(bahkan) jadilah mereka seperti terdinding kepada syekhnya dan kepada ikhwan-ikhwanya”.

Katanya lagi;

“Hindarilah menserikatkan kecintaan terhadap syekh kalian itu akan yang lain dari

para masya’ikh”

Kecintaan kepada syekh tidak boleh digabung dengan kecintaan kepada syekh yang

lain. Memang benar pendapat mereka itu. Al Qor’an surat Al Ahzab - 4 - melarang seseorang

yang mendua hati itu;

“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya”.

Ma’na dari ayat tersebut oleh Imam Al Qurthabi diperjelas dengan tafsirnya;

“Tidak berhimpun dua keyakinan yang berbeda dalam hatinya”.

Seperti itu pula kiranya tidak berhimpunnya dua syekh yang berbeda tarekatnya dan

tidak berhimpun dua macam tarekat yang dipegangnya.

Dalam surat Az Zumar ayat 29 ditegaskan;

Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh

beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi

milik penuh dari seorang laki-laki saja (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya ?. Segala

puji bagi Allah tapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya”.

Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut;

Maksudnya; Mereka saling tarik menarik terhadap seorang hamba yang

menserikatkan mereka itu. Dan seorang budak yang selamat atau ikhlash hanya dimiliki oleh

seorang saja”.

Dari beberapa keterangan diatas, bisa dipahami jika seseorang itu;

A. Ziarah ketempat wali-wali non Tijaniah atau

B. Menggabungkan beberapa syekh tarekat, atau

C. Mengamalkan beberapa tarekat,

maka yang akan terjadi adalah saling tarik menarik antara beberapa syekh yang

diserikatkannya itu. Itulah antara lain alasan pemegang tarekat Tijaniah itu tidak

melaksanakan ketiga hal tersebut.

Kesemuanya ini dilakukan karena menjunjung tinggi adabiah terhadap syekh

tarekatnya.

4. Syarat keampat (tidak mengabungkan …tarekat lain),alasan tidak mengabung

tarekat lihat keterangan diatas dan lihat kembali jawaban soal ke 10.

Page 59: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 59

5. Syarat kelima (bersedia…….akhir hayatnya), syarat kelima ini dalam bentuk

perjanjian (nazar) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan nilai dari amaliah

itu sendiri sehingga (amaliah yang semula bernilaikan pahala sunnah) naik

derajatnya menjadi nilai pahala wajib, hal ini senada dengan bunyi hadist Rasulullah

SAW berikut ini;

“Barangsiapa bernadzar untuk mentaati Allah maka ia wajib untuk mentaati-Nya,

dan barang siapa yang bernazar untuk ma’siat kepada-Nya maka ia tidak wajib

melaksanakannya”.

Sistem (pewajiban) yang ada dalam tarekat Tijaniah itu bertujuan untuk menggapai

target (nilai plus) dengan harapan termasuk kedalam kategori nazar ta’at yang dimaksud

dalam hadist tersebut.

Soal 58

Kenapa harus dengan syarat pula untuk memasuki tarekat

Tijaniah itu ?.

Jawab;

Sebelumnya (pada jawaban dialog no 18) sudah saya jelaskan

mengenai tujuan dari persyaratan-persyaratan itu. Persyaratan yang

ada dalam tarekat Tijaniah itu adalah untuk mengevaluasi colon

ikhwan-ikhwat itu agar mereka tidak mudah mengabaikan wiridan

yang sudah diterimanya dari syekhnya. Menurut kaidah ushuliah

dirumuskan;

“ Manakala tertolak syarat, tertolak pula yang disyarati”. (yang

dituju).

Soal 59

Mungkin ada yang menunda keinginannya untuk masuk tarekat

Tijaniah dikarenakan adanya persyaratan tersebut ?

Jawab;

Tidak mesti demikian, karena syarat-syarat seperti perintah

melaksanakan salat, perintah untuk bertaqwa kepada Allah,

kesemuanya sudah ada jauh sebelum adanya tarekat Tijaniah. Syekh

Ahmad Attijani berupaya (dengan syarat-syarat itu) untuk lebih

mempahamkan, mendalami islam melalui wadah yang dinamakan

dengan tarekat, beliau tidak membawa syariat yang baru.

Page 60: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 60

“ Karena bahwasanya wali itu sama sekali tidak membawa

syariat yang baru, hanyasanya ia membawa faham yang baru (yang

diambil dari) kitab Al Qor’an dan Al Hadist yang tidak diketahui

seseorang sebelumnya”.

Soal 60

Selain syarat-syarat itu, apakah ada ketentuan-ketentuan yang

lain ?.

Jawab;

Selain syarat, ada juga yang dinamakan dengan rukun-rukun.

Syarat diperuntukkan bagi calon ikhwan-ikhwat hingga ia menjadi

ikhwan aktif. Adapun rukun adalah semua yang menyangkut masalah

adabiah, tata tertib, dan lain-lainya. Masalah ini bisa dipelajari dalam

kitab antara lain, Fathur Rabany, Rimah, Munyatul Murid Jawahirul

Ma’any Dll.

Jadi syarat dan rukun dalam mengamalkan wiridan tarekat

Tijaniah itu adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara

keduanya.

Soal 61

Bagaimana kalau ketinggalan syarat atau rukunnya ?.

Jawab;

Kalau;

A. Tidak memenuhi syarat maka tidak bisa ditalkin, adapun

kalau

B. Ketinggalan rukun maka wajib mengulangi bacaannya,

kalau

C. Terjadi pelanggaran maka wajib talkin ulang.

Soal 62

Padahal nampaknya waridan tarekat Tijaniah ini sederhana

saja tapi syaratnya cukup ketat ?

Jawab;

Page 61: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 61

Sekilas memang sederhana saja, hanya terdiri dari;

1. Istigfar 100 x

2. Salawat 100 x Materi wirid lazim

3. Dzikir 100 x pagi dan sore

Jumlah yang dibaca 300 x

Ketiganya dinamakan dengan wirid lazim pagi dan wirid lazim

sore, karena membacanya sesudah salat subuh dan sesudah salat asar.

Selain wirid lazim tersebut ada juga wirid lazim harian yang

dinamakan Wazdifah Yaumiah, karena membacanya wajib 1 x dalam

24 jam.

Bacaannya terdiri dari;

1. Istigfar wazdifah 30 x

2. Salawat Al Fatih 50 x

3. Kalimatul Ikhlash 99 + 1 x

4. Jauharatul Kamal 12 x

Jumlah yang dibaca 192

Wirid Lazim Pagi dan Wirid Lazim Sore dan Wazdifah dan

Hailalah Sore Jum’at kesemuanya adalah wirid lazim yang wajib

diamalkan secara rutin oleh setiap ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah.

Adapun yang menjadi nilai tambah dari kesederhanaan wiridan tarekat

(Tijaniah) ini ialah susunan materinya berasal dari Rasulullah untuk

Syekh Ahmad Attijani dalam keadaan jaga / tanpa tidur, sekaligus

menugaskannya untuk menyampaikan wiridan ini kepada yang

menginginkannya.

“ Pandanglah orang yang mengucapkannya, jangan pandang

ucapannya”.

Justru karena memandang sumber asal datangnya wiridan inilah

maka perlu adanya evaluasi kepada semua calon ikhwan-ikhwat yang

ingin mengamalkan wiridan tarekat Tijaniah ini.

Soal 63

Page 62: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 62

Kalau diizinkan saya ingin tau rangkaian sanad tarekat

Tijaniah ini.

Jawab;

Rangkaian sanad tarekat Tijaniah ini cukup banyak cabang-

cabangnya untuk di Indonesia. Yang terdekat dari semua rangkaian

tersebut ialah;

Kesemua sanad tersebut tercantum dalam kitab Miftahus

Sa’adatil Abadiah hingga sanad no 5. Adapun Syekh KH Ahmad

Ansari Banjarmasin mengambil ijazah dari (sanad no 5) Al Hafidhul

Musnad Al Alimul Allamah Sayyid Idris Al Iraqi Attijani ketika di

Mekkah dan di Maroko.

Soal 64

Seberapa pentingkah ikhwan-ikhwat tarekat itu mengetahui

sanad tarekatnya itu ?

Jawab;

Mengetahui atau menghafal sanad (bagi pengamal) tarekat itu

perlu, bahkan wajib diketahui.

Karena sanad itu merupakan pertalian (madadiah) dan sebagai

tanda kesahihan seseorang sebagai pengikut tarekat;

“ Sepantasnya bagi murid (tarekat) itu mengetahui sanad syekh

yang mentalkinnya hingga Rasulullah SAW”.

Page 63: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 63

Manfaatnya murid tarekat itu mengetahui sanad tarekatnya

ialah, sanad itu ibarat tali penghubung yang menyalurkan saluran

madadiah kepada dirinya.

Oleh sebab itu kalangan ahli sufi menganjurkan ketika akan

memulai berzikir untuk menghubungkan dirinya dengan sanad yang

ada diatasnya, yaitu dengan cara membayangkan seakan-akan dia

berada dihadapan Syekhnya atau (lebih afdhal) Rasulullah (sebagai

rabithah rohaniah), untuk menyampaikan dirinya kepada Allah.

Karena dengan rabithah itu insya Allah akan timbul rasa kecintaan

terhadap mereka (sanad) itu, hal ini senada dengan yang diungkapkan

oleh Syekh Muhammad bin Abu Ayyub Az Zara’i dalam kitab

Raudhul Muhibbin hal 66.

“Tidak terjadi dengan yang dicintai itu dari sifat (keindahan)

yang membawa kepada kecintaan kepadanya, dan tidak terjadi

dengan yang mencintai itu dari perasaan (kecintaan) dengan si

pemilik sifat itu tadi, dan (hal) yang bisa membawa kecintaan antara

keduanya ialah rabithah (ikatan ) antara keduanya”.

Maksud dari ungkapan Syekh Muhammad bin Abi Ayyub

tersebut ialah keindahan yang dimiliki oleh si A bisa saja tidak

menimbulkan kecintaan dari si B, atau sebaliknya, perasaan (cinta)

yang ada dalam hati si B, bisa saja tidak tertuju kepada si A, karena

keduanya tidak saling kenal atau tidak ada ikatan. Yang bisa

menimbulkan perasaan kecintaan diantara keduanya ialah rabithah

(ikatan).

Rabithah ini sekaligus untuk memperkuat tali hubungan dengan

sanad yang ada diatasnya.

Memang diantara saudara-saudara kita yang lain masih ada yang

mempermasalahkan masalah rabithah ini, karena dikiranya yang

dirabithahkan itulah objek yang harus diingat saat berzikir. Padahal

kita semua tau kalau arti rabitahah itu adalah ikatan, bukan tujuan ?.

Page 64: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 64

“ Hendaklah kamu beserta orang yang beserta Allah niscaya

kamu akan sampai”.

Soal 65

Sebagaimana lazimnya sanad-sanad tarekat yang lain, yang

mencantumkan nama Jibril hingga Allah SWT, tapi tidak demikian

dengan tarekat Tijaniah, kenapa demikian ?

Jawab;

Semua tarekat bersumber dari sumber yang sama, berdalil

dengan dalil yang sama pula. Apa-apa yang berasal dari Rasulullah

sudah mendapat restu dari Allah, sebagaimana tersebut dalam surat

An Najam ayat 3

“Ia (Rasulullah) itu tidak mengatakan sesuatu dari hawa

nafsunya melainkan dari wahyu yang diwahyukan”.

Soal 66

Kiat apa kira-kira yang dilakukan oleh ahli tasawuf terdahulu

untuk memicu semangat beramaliah dan bertarekah ?

Jawab;

Muallif-muallif besar seperti al Gazaly dll, mereka menyusun

kitab-kitab yang (antara lain) isinya mendorong semangat beramaliah

juga menerangkan tentang fadhilat-fadhilat orang yang menjalani

tarekat ahlu sufi sebagaimana tersebut dalam kitab Siarussalikin 201-

3-)

Kata Al Gazaly;

Telah aku amati akan anugerah yang Allah berikan kepada

hamba-Nya yang selalu taat dan berkhidmat dijalan Allah

Page 65: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 65

(mengamalkan tarekat). Maka aku temui ia akan menerima anugerah

40 karamat /kemuliaan. Dua puluh ketika didunia, dan dua puluh

ketika diakhirat”.

Itulah antara lain kiat-kiat mereka untuk mengemarkan ibadah

kepada Allah, walaupun sebenarnya tujuan beribadah itu bukan karena

ingin sorga, dan bukan pula karena takut neraka, bukan pula ingin

harta dunia, bukan ingin karamat dll.

Secara bertahap mereka memasukkan nilai-nilai keikhlasan

kedalam hati murid-muridnya hingga benar-benar memiliki keikhlasan

yang paripurna dan menyadari bahwa karamat-karamat itu bukan

suatu tujuan.

Soal 67

Bersediakah anda menjelaskan (keramat-keramat) itu secara

terperinci ?

Jawab;

Untuk lebih jelas silahkan anda membuka kitab antara lain;

-– -

Kitab-kitab tersebut mencantumkan lebih dateil tentang fadhilat-

fadhilat tersebut.

Soal 68

Lalu bagaimana dengan (fadhilat) terekat Tijaniah sendiri,

bersediakah anda menjelaskannya ?

Jawab;

Setiap amaliah apapun tentu ada ganjarannya, ganjaran itu

sebagai tanda pemurahnya Allah kepada semua hamba-hamba-Nya.

Namun sekali lagi ganjaran bukan tujuan, tapi Yang Memberi

ganjaranlah tujuan kita sebenarnya. Dan ini tidak akan hasil apabila

pelaksanaan ibadah itu tidak dilandasi dengan keikhlasan sebagaimana

sabda Rasulullah berikut ini;

Page 66: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 66

–-

-“Beruntung bagi orang-orang yang (hatinya) ikhlas, mereka itu

adalah pelita dalam kegelapan”.

Apabila anda ingin mengetahui lebih jelas tentang fadhilat yang

terdapat dalam tarekat Tijaniah, saya persilahkan anda membuka

kitab-kitab antara lain;

-- -

- -

- -

- -

Insya Allah masalah yang anda tanyakan itu terdapat dalam

kitab-kitab tersebut secara detail.

Soal 69

Pada dialog terdahulu (no 62) anda memaparkan tentang wirid

lazim (pagi dan sore) tarekat Tijaniah yang terdiri dari;

1. Istigfar.

2. Salawat, dan

3. Zikir

Tapi anda belum mengupas tentang fadhilat ketiga poin tersebut

untuk sekedar diketahui, silahkan.

Jawab;

Baiklah, dalam Al Qor’an maupun hadist banyak sekali

diterangkan mengenai fadhilat-fadhlat tersebut.

1. Istigfar.

Fadhilat istigfar sebagaimana yang tersebut dalam surat Al

Anfal ayat 33 berikut;

Page 67: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 67

“Dan tidak lah (pula) Allah mengazab mereka, sedang mereka

minta ampun”.

Dalam ayat tersebut Allah berjanji tidak akan mengazab hamba-

Nya yang sedang istigfar. Adapun fadhilat istigfar dalam hadist;

–- -“ Barang siapa yang melazimkan istigfar, Allah akan

menjadikan baginya jalan keluar bagi segala kesulitan”.

2. Salawat.

Fadhilat bersalawat sebagaimana diterangkan dalam Al Qor’an

surat Al Ahzab ayat 56

“Hai orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan

ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.

Ayat ini menggambarkan pentingnya salawat dan salam itu

kepada Rasulullah, sehingga Allah sendiri yang memulai bersalawat

kepada Nabi SAW itu.

Sabda Rasulullah SAW;

–- -“ Barang siapa yang bersalawat kepadaku satu kali maka Allah

memberinya kebaikan sepuluh kali”.

Fadhlat salawat sangat banyak sekali, Syekh Yusuf an Nabhany

menyususun kitab khusus tentang masalah salawat yaitu;

Kedua kitab tersebut khusus memuat berbagai macam salawat

dan fadhilat-fadhilatnya.

3. Zikir.

Page 68: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 68

Fadhilat zikir juga sangat banyak sekali (lihat buku kami

Qa’imuna Alal Haq), antara lain sebagaimana tersebut dalam sabda

Rasulullah berikut ini;

“ Seafdhal-afdhal zikir yang aku ucapkan dan Nabi-nabi

terdahulu yaitu LA ILAHA ILLA ALLAH”.

Kitab khusus menyangkut masalah fadhilat zikir (La ilaha Illa

Allah) bisa diperiksa dalam kitab As Safarul Mufid yang

mencantumkan sekitar 109 hadist Rasulullah SAW. Yang jelas dengan

mengamalkan zikir, hati akan tenang, sebagaimana diterangkan dalam

surat ARA’AD ayat 28 berikut ini

“ Ketahuilah dengan zikir kepada Allah dapat menenangkan

hati”.

Selain itu zikir juga merupakan sabun pembersih hati / atau jiwa

yang kotor, sebagaimana tersebut dalam hadits berikut ini;

-– -“Bagi tiap-tiap seuatu itu ada pembersihnya, dan bahwa

pembersih hati itu adalah zikrullah”.

Itulah sebagian kecil dari fadhilat-fadhilat yang terkandung

dalam bacaan Istigfar, Salawat dan Zikir itu.

Soal 70

Kira-kira ma’na apakah yang terkandung dalam “penetapan

waktu” (seperti wirid lazim yang dibaca waktu pagi dan sore) dan “penetapan

jumlah bilangan” (seperti jumlah istigfar 100 x, salawat 100 x zikir 100 x ) itu ?.

Jawab;

Tentu saja semua itu ada mengandung isyarat dan hikmah yang

terkandung didalamnya, dan hal ini sering luput dari perhatian kita.

Dan dalam kesempatan ini saya akan mengupas rahasia hikmat

yang terkandung didalamnya.

Rahasia Hikmah Wirid Lazim Pagi

Page 69: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 69

Dan Wirid lazim Sore

A. Istigfar 100 x

B. Salawat 100 x

C. Zikir 100 x

Jumlah 300 x 2 = 600 x

Jumlah total bacaan wirid lazim (pagi dan sore) 600 x. Angka

600 ini kalau dibagi dengan angka 24 (waktu dalam sehari semalam)

hasilnya 25. (600 : 24 = 25). Angka 25 ini mengisyaratkan jumlah

bilangan Nabi dan Rasul yang berjumlah 25 orang itu.

Kalau angka 600 dibagi dengan 25 hasilnya 24 (600 : 25 = 24)

Angka 24 adalah waktu dalam sehari semalam.

Kalau kita perhatikan hasil pembagian angka (600 : 24 = 25).

Angka 25 mengingatkan kita pada sejumlah Nabi dan Rasul yang

wajib kita imani dan kita ikuti karena merekalah yang membawa

syariat istigfar, salawat dan zikir itu.

Sebaliknya kalau angka (600 : 25 = 24). Angka 24 ini adalah

angka waktu dalam sehari semalam. Artinya, dalam waktu 24 jam itu

kita wajib menghubungkan diri kita kepada Allah dan kepada

Rasulullah dengan media Istigfar, Salawat dan Zikir, dengan demikian

insya Allah dalam waktu (24 jam) itu kita akan mendapatkan fadhilat

istigfar, salawat dan zikir secara kontinyu.

1. Istigfar berma’na pembersih

2. Salawat berma’na penghubung

3. Zikir berma’na pengisian

Rahasia Wazdifah Yaumiah

1. Istigfar wazdifah 30 x

2. Salawat al Fatih 50 x

3. Kalimatul Ikhlash 99 + 1 = 100 x

4. Jauharatul Kamal 12 x

Jumlah total 192 x

A. Istigfar wazdifah berjumlah 30 x, ma’na rahasianya ialah;

ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah itu tidak boleh lepas dari

Page 70: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 70

landasan Al Qor’an (yang 30 juz) itu dan tidak boleh lupa

mengamalkannya.

B. Salawat al fatih berjumlah 50 x. Angka 50 ini

melambangkan ajaran ketauhidan yang mana setiap orang

islam itu wajib mempelajari ilmu tauhid, yaitu (20) sifat

yang wajib bagi Allah, (20) sifat yang mustahil, 1 sifat yang

harus. Dan wajib pula mempelajari, mengetahui (4) sifat

yang wajib bagi Rasul, (4) sifat yang mustahil, dan (1) sifat

yang harus. Jumlah semuanya (50) Aqa’idul Iman yang

wajib dipelajari oleh setiap orang islam. Untuk jelasnya lihat

tabel berikut ini;

Tabel 7

No Nama Sifat Wajib Sifat Mustahil Sifat Harus

1 Allah

SWT 20 sifat 20 sifat 1 sifat

No Nama Sifat Wajib Sifat Mustahil Sifat Harus

2 Muhammad

SAW 4 sifat 4 sifat 1 sifat

3 Jumlah Total

20 + 20 + 1 + 4 + 4 + 1 = 50 50 Aqaidul Iman

Ma’na rahasia yang dilambangkan dalam angka 50 salawat Al

Fatih itu ialah; ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah tidak boleh melupakan

ajaran tauhid yang kesemuanya tersimpul dalam kalimat ;

C. Kalimatul Ikhlas berjumlah 99 + 1 = 100 x . Angka (99 + 1)

ini melambangkan ASMA’UL HUSNA (99), dan angka (1)

melambangkan Pemilik Asama’ul Husna itu sendiri. Ma’na

rahasia yang terkandung dalam lambang (99 + 1) itu ialah;

ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah itu dianjurkan untuk

mengetahui Asama’ul Husna (99) dan Pemilik Asma’ul

Husna (1) itu. Seperti yang dianjurkan dalam hadist berikut;

Page 71: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 71

–- -“ Bahwasanya bagi Allah itu ada 99 nama, 100 kecuali

satu, sesungguhnya Allah itu ganjil, senang akan yang

ganjil, barang siapa yang memeliharanya (menghafalnya)

maka ia masuk sorga, yaitu Hua Allahulladzi lailaha illa

Huwa Rahmanurrahim …..dst.

(99 asma’ ) atau (100 asma’)

(100 - 1 = 99 - )

Pengertian yang sesungguhnya masih lebih banyak dari

pemaparan dalam tulisan ini.

D. Salawat Jauharatul Kamal berjumlah 12 x . Banyak yang

bisa kita ingat dengan angka 12 ini. Dengan angka 12 kita

teringat akan tanggal kelahiran Rasulullah yang dilahirkan

pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun gajah. Dengan angka

12 kita ingat dengan abad kelahiran Syekh Ahmad Attijani

yang lahir pada abad ke 12 Hijriah. Ma’na tersembunyi yang

terkandung dalam angka (12) ini ialah; Semoga dengan

salawat jauharatul kamal yang dibaca 12 x itu ikhwan-

ikhwat tarekat Tijaniah mudah ingat kepada Rasulullah

(yang lahir 12 Rabiul Awal) dan ingat pula kepada Syekh Ahmad

Attijani (yang lahir pada abad ke 12 Hijriah).

Soal 71

Anda menyebut istilah “wadzifah”. Istilah ini jarang terdengar,

utamanya saya sendiri. Adakah tokoh lain yang menggunakan istilah

ini selain Syekh Ahmad Attijani ?.

Jawab;

Dalam kitab Ihya tidak kurang dari 50 kali Imam Gazaly

menyebutkan Istilah wadzifah ini.

Secara harfiah, arti wazdifah itu adalah “tugas”, jadi kalau

dalam tarekat Tijaniah ada istilah wazdifah yaumiah, artinya “tugas

Page 72: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 72

harian” atau tugas ibadah harian yang wajib dilaksanakan oleh

ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah, sebagaimana kewajiban wirid lazim

pagi dan sore pula. Demikianlah arti dari wazdifah yaumiah itu.

Soal 72

Selain wirid tersebut, adakakah wiridan lain yang diamalkan

oleh ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah itu ?.

Jawab;

Ada, wiridan-wiridan itu antara lain ialah Hizbus Saifi wal

Mugni, Hizbul Bahar, Istigastah Tijaniah, dll. Wiridan tersebut

termasuk dalam kategori wiridan Ikhtiariah yang boleh dibaca dan

boleh tidak dibaca. Namun untuk membacanya tetap harus dengan izin

dan ijazah dari yang berhak memberi ijazah.

Soal 73

Apakah wiridan (ikhtiariah) itu boleh dibaca oleh orang-orang

yang belum bertalkin wiridan lazimah?.

Jawab;

Menurut keterangan dalam kitab-kitab tarekat Tijaniah, wirid

ikhtiariah itu boleh diamalkan “apabila” ia sudah bertalkin wirid

lazimah.

Soal 74

Tapi bukankah Al Qor’an adalah amalan yang terbaik jika

dibading dengan amalan-amalan yang lainnya ?.

Jawab;

Benar, Al Qor’an adalah amalan yang terbaik dari semua

amalan. Banyak sekali keterangan hadist yang menjelaskan tentang

fadhilat membaca Al Qor’an itu. Namun sebagaimana yang dikatakan

oleh Syekh Muhammad Al Hafizd bahwa tingkatan orang yang

membaca Al Qor’an itu ada ampat tingkatan sebagaimana

keterangannya berikut ini;

Page 73: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 73

1) Orang yang arif (kenal / ma’rifat kepada Allah) dan bagus

bacaannya dan terbuka baginya hakikat yang terkandung

didalamnya (Al Qor’an).

2) Orang yang mengetahui ma’na Al Qor’an serta batasan-

batasan dalam Al Qor’an.

3) Orang yang bagus bacaannya tapi ia tidak mengetahui

ma’nanya, dengan syarat ia tetap menjaga batasan-batasan dalam

Al Qor’an.

Adapun bagian keampat ialah;

--–

-4) Orang yang belum mampu menjaga batasan-batasan hukum

Al Qor’an, dan cenderong lebih banyak ma’siat, orang

seperti ini lebih baik baginya mambaca salawat atas nabi

SAW dari pada membaca Al Qor’an”.

Namun idealnya ialah, baik dalam membaca Al Qor’an dan

mampu mengamalkan hukum-hukum yang ada dalam Al Qor’an itu

sendiri. Itulah sesungguhnya target yang ingin digapai oleh syekh-

syekh tarekat itu. Karena misi ilmu tarekat itu ialah untuk lebih

menanamkan pemahaman dan pengamalan hukum Al Qor’an itu

melalui sistem yang dinamakan dengan ilmu tarekat. Misalnya

amaliah istigfar, salawat dan zikir, ketiganya diperintahkan oleh Al

Qor’an maupun hadist. Jadi meskipun (untuk sementara) belum

mengamalkan membaca Al Qor’an tapi sudah mengamalkan hukum

Al Qor’an itu sendiri. Lihat kembali keterangan sebelumnya.

Soal 75

Apakah ada wirid ikhtiariah selain yang anda sebutkan itu?.

Jawab;

Ada, wiridan-wiridan yang anda maksud itu terhimpun dalam

bebarapa kitab, antara lain;

Page 74: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 74

Itulah antara lain kitab-kitab yang mencantumkan amaliah-

amaliah dalam tarekat Tijaniah yang termasuk dalam kategori wiridan

ikhtiariah, namun tetap memperhatikan semua amaliah warid dari

Rasulullah SAW.

Soal 76

Apakah semua ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah itu

diperbolehkan mengamalkan wirid ikhtiariah yang anda maksudkan

itu ?.

Jawab;

Tergantung pertimbangan muqaddam yang mentalkin. Jika

dalam pandangan muqaddam itu ia sudah memenuhi syarat untuk

ditalkin wirid lazimah dan wirid ikhtiariah maka ia ditalkin. Akan

tetapi apabila ia dianggap belum mampu untuk mengamalkan wiridan

tersebut, maka biasanya ia hanya diijazahkan salawat (salat) Al Fatih

saja.

Soal 77

Salawat (salat) al Fatih ?. Apakah (salat al fatih) yang anda

maksud itu salawat al fatih dari Syekh Hasan Bakry atau dari Syekh

yang lainnya ?.

Jawab;

Salawat al Fatih yang saya maksudkan itu ialah salawat al Fatih

dari Syekh Ahmad Attijani. Perbedaan kedua salawat al fatih dari

kedua tokoh tersebut sebagai berikut;

Page 75: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 75

– -

Salawat al fatih dari Syekh Ahmad Attijani ini termasuk dalam

rangkaian amaliah wazdifah yaumiah.

Soal 78

Barangkali ada rahasia yang terkandung didalamnya, dan

bolehkah saya tahu ?

Jawab;

Saya pernah diberitahu oleh Guru saya K.H Ahmad Ansari

Banjarmasin hikmat rahasia yang terkandung dalam salawat al fatih

(Syekh Ahmad Attijani) itu. Beliau mengatakan, salawat al Fatih itu

jumlahnya 24 kalimat, surat al Fatihah 24 kalimat, waktu dalam sehari

semalam 24 jam. Artinya rahasianya ialah; Semoga dalam waktu 24

jam itu, kita semua mendapatkan limpahan rahasia surat Al Fatihah,

dan mendapatkan limpahan madadiah dan selalu berhubungan

dengan baginda Rasulullah siang dan malam (24 jam). (berkat

membaca salawat al fatih).

Soal 79

Saya rasa bukan hanya salawat al fatih saja yang menjadi

media penghubung dengan Rasulullah. Amaliah-amaliah yang lain

juga berpotensi menjadi media penghubung dengan rohaniah

Rasululllah. Bukankah begitu ?.

Jawab;

Benar, tapi karena konteks pembicaraan kita diseputar salawat

al Fatih maka tentu pembicaraannya diseputar masalah itu pula.

Page 76: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 76

Soal 80

Bisa dijelaskan lebih rinci tentang (fadhilat) salawat al fatih

itu ?.

Jawab;

Tentu. Salawat al fatih sesuai dengan judulnya (al fatih /

pembuka), maka tentu saja khasiatnya tidak jauh dari ma’na judul itu

sendiri. Khasiat lainnya menurut Syekh Ali Harazim dalam kitab

Jawahirul Ma’any hal 148/1) sebagai berikut;

“ Ketahuilah bahwasanya apabila kamu membaca salawat al

Fatih satu kali, maka fadhilatnya sama dengan 600 000 kali salawat

yang lain….

Terlepas dari itu, ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah tetap

mengedepankan keikhlasan sesuai dengan tujuan bertarekat itu

sendiri. PERHATIAN

Jangan heran, teknologi sekarang mampu merekam jutaan informasi kedalam sebuah

alat yang bernama CD atau disket kecil.

Informasi yang terekam dalam CD atau disket tersebut setara dengan jutaan lembar

buku dalam ukuran yang sesungguhnya.

Dengan memiliki satu CD atau disket, maka sama halnya dengan memiliki jutaan

buku yang sebenarnya. Dengan fakta ini, fadhilat salawat al fatih (yang sama dengan 600 000

kali salawat yang lainnya) telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi.

Soal 81

Selain salawat al fatih, ada juga salawat Jauharatul Kamal.

Apakah salawat Jauharatul Kamal itu ?.

Jawab;

Salawat Jauharatul Kamal adalah salawat yang dibaca 12 kali

disaat pembacaan wazdifah yaumiah. Dan salawat Jauharatul Kamal

ini adalah rukun dalam wazdifah yaumiah.

Page 77: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 77

“ Bahwasanya salawat yang mulia ini dinamakan dengan

salawat Jauharatul Kamal, dan ia (Jauharatul Kamal) adalah salah

satu rukun dalam wazdifah”.

Kalimat Jauharatul Kamal artinya; Permata Kesempurnaan,

yang didalam materi kalimatnya terdapat kata ganti dari nama

Rasulullah yang 201 itu.

Soal 82

Tapi ada diantaranya yang mempermasalahkan kalimat )

yang terdapat dalam salawat jauharatul kamal itu. Bukankah arti dari

kalimat itu sakit ?. Secara logika tidak mungkin arti dari kalimat

itu; Jalan Engkau yang sempurna yang sakit”.

Jawab;

Ma’na kalimat adalah lurus, bukan ma’na sakit

sebagaimana yang diperkirakan orang selama ini.

Pembahasan kalimat lihat tabel berikut;

Tabel 8

No Kalimat Kalimat

Asli Wazan Bacaan Huruf yang dibuang

1 dan

Dengan demikian ma'na kalimat tetap dengan ma'na

, artinya lurus. Bukan ma'na yang artinya sakit. Selain itu pula

kalimat sebelumnya dapat mempengaruhi ma'na kalimat sesudahnya,

sebagaimana kalimat;

Kalimat (yang artinya sempurna), bisa dijadikan alasan

bahwa kalimat itu tidak berma’na sakit.

Page 78: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 78

Soal 83

Lantas apa rahasia dipergunakannya kalimat tersebut dalam

salawat Jauharatul Kamal ?

Jawab;

Kalau kita hayati kalimat itu, dan kita mau menguak tabir

rahasianya, insya Allah ada rahasia yang terkandung dalam keunikan

kalimat tersebut. Kalimat , kalimat ini kalau dihitung nilai

perhurufnya akan menghasilkan sejumlah angka. Dan angka itu

menunjukkan rahasia yang ada dibalik kalimat tersebut. Lihat tebel

berikut;

Tabel 9

Kalimat Nilai Perhuruf Huruf

1 60

100 40

Jumlah Total kalimat ASQAM 201 Jumlah nama-nama Rasulullah 201

Adanya kesamaan antara nilai kalimat ASQAM dan jumlah

nama-nama Rasulullah SAW itulah yang menunjukkan bahwa kalimat

ASQAM itu sebenarnya adalah perwakilan dari sejumlah nama-nama

Rasulullah SAW yang berjumlah 201 itu. Jadi seakan-akan ma’na

kalimat sebagai berikut;

Page 79: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 79

Jalan Engkau yang sempurna itu ialah Rasulullah (yang

memiliki 201 nama)”.

Itulah kira-kira ma’na yang tersembunyi dibalik kalimat unik

itu.

Soal 84

Tapi Syekh Yusuf An Nabhany menggantinya dengan kalimat

bukan lengkapnya sebagai berikut;

Bagaimana pendapat anda ?.

Jawab;

Memang dalam kitab Sa’adatuddarain beliau menggantinya

dengan kalimat , tapi menurut kami kalimat ini hanya mewakili

satu nama saja dari nama Rasulullah yang 201 itu, karena didalam

nama-nama Rasulullah itu ada terdapat AL MUQADDAM yang

akar katanya sama dengan . Akan tetapi apabila menggunakan

kalimat , maka dengan sendirinya seluruh nama-nama Rasulullah

(yang 201) itu terwakili hanya dengan satu kalimat saja.

Soal 85

Tapi bukan itu saja yang banyak dipersoalkan orang, terutama

mengenai dhamanat (jaminan) yang ada dalam tarekat Tajaniah itu.

Jaminan seperti ini banyak mendapat sorotan, tanggapan, bahkan

kritikan dari berbagai pihak. Apa komentar anda ?.

Jawab;

Saya akui masalah (jaminan) ini memang sering dipersoalkan

oleh banyak pihak. Saya juga ngerti kenapa sampai sekarang

persoalan semacam ini tidak pernah selesai ?. Jawabannya ada dalam

benak masing-masing. Yang jelas tarekat Tijaniah bukan satu satunya

tarekat yang ada jaminan. Misalnya dalam tarekat Syazaliah ada juga

jaminan serupa, tokoh tarekat ini berkomentar;

Page 80: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 80

– Barang siapa ingin mendapat kerajaan dunia dan akhirat maka

masuklah tarekat kami (Syazaliah)

Kata tokoh tarekat Sammaniah;

- -“Orang yang mengambil tarekat dariku maka ia akan

mendapakan karunia majdzub walaupun diakhir hayatnya, dan

mendapatkan husnul khatimah dan termasuk kedalam golongan yang

mulia”.

Jelasnya jaminan-jaminan itu bukan hanya ada dalam tarerkat

Tijaniah saja, tapi ada juga dalam tarekat-tarekat lain, dengan catatan

jaminan itu berlaku bagi ikhwan-ikhwat yang memenuhi syarat.

Soal 86

Tapi penulis kitab Wudhuhud Dalail tidak sependapat dengan

jaminan masuk sorga tanpa hisab itu. Bahkan ada yang meyakini

jaminan itu hanya pada 10 orang sahabat Rasulullah itu saja yang

mendapatkan jaminan sorga tanpa hisab, bagaimana kira-kira

pendapat anda ?

Jawab;

Perlu dima’lumi bahwa masuk sorga tanpa hisab itu adalah

jaminan untuk “semua” ummat Rasulullah yang memenuhi syarat.

Menurut dalam keterangan hadist bahwa ummat Rasulullah itu terbagi

menjadi tiga bagian;

- -

Bahwasanya banyak orang-orang mu’min itu yang masuk

sorga tanpa hisab, dan banyak pula yang dihisab dengan hisab yang

ringan, dan banyak pula yang dihisab dengan hisab yang berat”.

Page 81: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 81

Jadi menurut hadist tersebut, ummat Rasulullah terbagi dalam

tiga bagian;

1. Masuk sorga tanpa hisab.

2. Masuk sorga dengan hisab yang ringan.

3. Orang-orang yang dihisab dengan hisab yang berat. Sebenarnya jauh-jauh sebelum adanya tarekat Tijaniah pun

jaminan itu sudah ada. Dan ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah berupaya

agar termasuk kedalam golongan yang masuk sorga tanpa hisab itu

dengan mentaati segala perintah Allah dan menjauhi segala yang

dilarang-Nya (TAQWA zahir dan batin), dan ini dijadikan syarat yang

pertama (dalam tarekat Tijaniah), yaitu TAQWA kepada Allah,

kemudian syarat selanjutnya, yaitu melaksanakan kewajiban salat lima

waktu pada waktunya dst. Lihat kembali syarat menjadi ikhwan-

ikhwat Tarekat Tijaniah no dialog 57.

Soal 87

Selain itu (katanya) ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah itu

ditempatkan ditempat khusus yang disebut dengan arasy, adakah

ummat Rasulullah yang mendapat naungan seperti itu dihari kiamat

nanti ?, saya minta keterangan kongkrit mengenai masalah ini.

Jawab;

Ada, sebagaimana keterangan hadist Rasulullah berikut ini;

- -Barang siapa yang meringankan hutang atau membebaskan

hutang seseorang, maka pada hari kiamat nati ia bernaung dibawah

naungan arasy”.

Menurut hadist ini orang yang meringankan atau bahkan

membebaskan hutang piutang maka nantinya dihari kiamat akan

mendapatkan tempat khusus yang bernama arasy. Jadi siapapun yang

ingin mendapat naungan arasynya Allah lakukan anjuran hadist

tersebut.

Soal 88

Page 82: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 82

Kabarnya anak dan istri dari ikhwan tarekat Tijaniah itu

termasuk pula dalam fadhilat jaminan itu, begitu mudahnya mereka

mendapat jaminan-jaminan itu ?.

Jawab;

Masalah ini juga sering dijadikan alasan untuk menyudutkan

tarekat Tijaniah, bahkan tidak jarang mendapat cap “sesat” dari

pihak-pihak tertentu secara sepihak. Padahal kita semua tidak

menghendaki terjadinya hal ini hanya karena kita berbeda pendapat,

kita tidak ingin persaudaraan kita terkoyak karena masing-masing

tidak membuka diri untuk menjelaskan hal-hal yang belum jelas.

Sehubungan dengan masalah ini Syekh Muhammad bin Abu Bakar

dalam kitabya Ar Ruh menerangkan sebagai berikut;

-

“ Bahwasanya anak-anak orang saleh diakhirat nanti mengikuti

ayahnya seperti mengikuti mereka ketika didunia ini. Dan keikut

sertaan mereka itu kepada bapak mereka sebab karamat / stawab

pahala yang mereka peroleh dari hasil amaliah mereka”

Dalil ini menerangkan bahwa “keikutsertaan” anak-anak orang

saleh itu masuk sorga bersama bapaknya karena ketaqwaan mereka

pula, bukan semata-mata mengharap fadhilat dari ayahnya saja.

Soal 89

Tapi kenapa orang-orang yang muhibbin termasuk pula dalam

jaminan (tarekat Tijaniah) itu ?.

Jawab;

Tujuan tarekat Tijaniah sebenarnya ialah ingin mewujudkan

sebagaimana yang diterangkan dalam hadist qudsi berikut ini;

– -

Page 83: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 83

“ Ubadah bin Shamit mendengar sabda Rasulullah yang

diriwayatkan dari Rabbynya, Allah berfirman; Berhak mereka

mendapatkat kecintaan-KU, yaitu orang-orang yang bercinta-cintaan

(dijalan Allah). Mereka itu dibawah naungan arasy yang tidak ada

naungan selain naungan-Ku”.

Bercinta-cintaan dijalan Allah -sebagaimana yang dimaksud

dalam hadist tersebut- itulah yang ingin digapai oleh setiap kaum

muslimin, khususnya ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah. Dengan

program kegiatan hailalah sore Jum’at, diharapkan akan timbul rasa

kecintaan pada syariat Allah dan bercinta-cintaan dijalan Allah

sehingga dengan demikian mereka akan termasuk kedalam yang

dimaksud dalam hadist tersebut.

Sabda Rasulullah;

– -“ Bahwasanya orang-orang yang bercinta-cintaan (dijalan

Allah) itu mereka diperlihatkan kamar-kamar dalam sorga sebanyak

bintang yang terbit ditimur atau dibarat”.

Dalam kitab lain disebutkan;

- -“ Sesungguhnya telah kami beritahukan bahwa MAHABBAH /

kecintaan itu terbagi beberapa bagian, yang terafdhal ialah mencintai

orang yang bercinta-cintaan dijalan Allah”.

Singkat kata, mereka (orang yang muhibbin) itu termasuk

kedalam golongan orang yang bernaung dibawah arasy karena mereka

mencintai orang-orang yang bercinta-cintaan dijalan Allah.

Soal 90

Tidakkah nantinya fadhilat-fadhilat tersebut menjadikan

ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah menjadi lengah dengan tugasnya

selaku pengamal tarekat ?.

Jawab;

Page 84: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 84

Justru jaminan itulah ujian bagi ikhwan-ikhwat pengamal tarekat

itu. Dan disini pula akan terlihat tingkatan keikhlasan seseorang itu,

jika ia beramal karena tujuan fadhilat maka jelas hatinya tidak ikhlas.

Dan ketidak ikhlasan itu sangat bertolak belakang dengan kepribadian

seorang tarekat. Kata Zdin Nun Al Misry;

- -“ Manusia itu semuanya (dianggap) mati, kecuali ulama, ulama

juga (dianggap) tidur, kecuali yang mengamalkan ilmunya, orang

yang beramal banyak yang tertipu kecuali yang ikhlas”.

Disini jelas betapa tingginya nilai keikhlasan itu, karena didalam

ketidak ikhlasan itulah iblis berperan banyak, firman Allah;

–“Iblis menjawab” Demi kekuatan Engkau aku akan

menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang

ikhlas diantara mereka”.

Soal 91

Benarkah tarekat Tijaniah itu ada pula khalwatnya ?.

Jawab;

Benar, dalam tarekat Tijaniah itu (jika diinginkan) ada pula

khalwatnya. Dan masalah khalwat ini selengkapnya tercantum dalam

kitab Rimah maupun kitab-kitab Tijaniah lainnya yang dilengkapi

dengan adabiah-adabiahnya.

Soal 92

Seberapa pentingkah adabiah itu bagi ikhwan-ikhwat tarekat

(Tijaniah) itu ?.

Jawab;

Tentu saja adabiah itu sangat penting sekali dipelajari dan

diamalkan oleh segenap ikhwan-ikhwat tarekat Tijaniah. Adabiah-

adabiah itu antara lain, adabiah kepada;

- Allah.

- Rasul-Nya.

Page 85: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 85

- Syekhnya, wali-wali Allah.

- Ikhwan-ikhwatnya.

- Kaum muslimin (umumnya).

- Makhluk Allah lainnya.

Pentingnya adabiah ini sebagaimana dikomentari oleh Imam

Abu Nu’aim dalam kitabnya Hilyatul Aulia, sebagai berikut;

– 10 -“ Barang siapa beradab dengan adabnya para wali maka

sesungguhnya baginya akan mendapatkan kemudahan memperoleh

makam muqarrabin”.

Menurut ahli sufi ilmu adabiah ini adalah ilmu yang tersulit

dipelajari maupun diamalkan, Syekh Abd Wahab Asy Sya’rany

mempermudahnya dengan menyusun kitab khusus yang bernama;

Kitab ini memuat selengkapnya masalah adabiah orang yang

salik menuju hadhrat Allah. Keunikan kitab ini isinya satu misi

dengan sistem yang terdapat dalam kitab-kitab Tijaniah, terutama

masalah larangan ziarah, larangan menggabung tarekat, larangan

menserikat-kan syekh tarekat dll. Padahal jarak kedua tokoh ini sekitar

177 tahun, Syekh Abd Wahab Asy Sya’rany wafat tahun 973 H,

sedangkan Syekh Ahmad Attijani lahir tahun 1150 H.

Soal 93

Adakah kitab lain selain kitab tersebut, yang membicarakan

masalah adabiah bertarekat itu ?.

Jawab;

Ada, misalnya seperti kitab Tanwirul Qulub (tarekat

Naqsyabandiah) hal 528-535 masalah adabiah dan pada hal 493

masalah khalwat. Adapun kitab Tijaniah antara lain kitab Ira’ah, kitab

ini sangat lengkap isinya.

Soal 94

Bisakah diperjelas lagi maksud khalwat itu ?

Page 86: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 86

Jawab;

Ma’na khalwat secara harfiah ialah bersunyi dari keramaian.

Karena itu apabila ada yang bersunyi dari keramaian maka ia

dinamakan berkhalwat. Tapi ma’na khalwat yang dikehendaki disini

ialah berkhalwat untuk ibadah kepada Allah. Dan khalwat disini wajib

dengan izin dan bimbingan dari syekhnya. Dalil khalwat berdasarkan

hadist Rasulullah SAW berikut;

– -“ Barang siapa berkhalwat (dengan ikhlas hati) selama 40

subuh (40 hari) maka akan nampak aliran hikmah dari hatinya atas

lisannya”.

Yang terpenting tujuan berkhalwat itu adalah untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengharap ridha’-Nya.

Itulah maksud khalwat itu.

Soal 95

Beri saya contoh khalwat dalam tarekat Tijaniah itu ?

Jawab;

Salah satu contoh khalwat dalam tarekat Tijaniah itu yaitu

seperti khalwat bismillah. Khalwat bismillah ini dilakukan dibawah

bimbingan syekh pula, karena tanpa bimbingan syekh maka yang akan

membimbingnya adalah syaitan sebagaimana tersebut dalam kitab Al-

Anwarul Qudsiah berikut ini;

“ Orang yang tidak ada baginya guru, maka dia tidak ada

pembimbing, orang yang tidak ada pembimbing baginya maka syaitan

dengannya lebih aula”.

Tanpa syekh pembimbing, syaitan akan lebih mudah masuk

kedalam jiwa seseorang agar hatinya tidak ikhlas atau ingin dipuji

bahkan ingin minta karamat.

Soal 96

Page 87: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 87

Saya pernah membaca sebuah kitab yang isinya sebagai

berikut;

“ Al hasil, bahwasanya orang yang selalu rajin membaca

salawat kepada Nabi SAW itu adalah sebesar-besar sebab yang

membukakan (hal) yang tertutup atas diri seseorang, dan (ia) salawat

adalah menempati syekh pembimbing”.

Apakah boleh “hanya” dengan membaca salawat saja, tapi

tidak melalui syekh pentarbiah ?.

Jawab;

Yang dikehendaki dalam dalil tersebut bukan semata-mata

membaca salawat saja, tapi harus melalui syekh pentarbiah pula,

adapun fungsi dari salawat itu ialah untuk mempercepat sampainya

seseorang kepada tujuan dan juga sebagai mediator yang

menghubungkan diri seseorang kepada rohaniah Rasulullah SAW.

Tokoh-tokoh sokses yang sudah wushul ilallah (berkat

memperbanyak salawat) antara lain ialah;

- Syekh Abd Wahab Ays Say’rany.

- Syekh Abd Rahman al Qanawy.

- Syekh Abul Hasan Asy Sazaly.

- Syekh Ahmad Attijani.

- Dan lain-lain.

Mereka itu mendapat tarbiah langsung dari Rasulullah karena

banyaknya mereka membaca salawat kepada Rasulullah SAW dan

karena hasil tarbiah dari masya’ikh mereka.

Soal 97

Tapi masih ada pihak tertentu yang mempersoalkan masalah

tarbiah rohaniah ini. Mohon keterangan lebih lanjut sehubungan

dengan masalah ini ?.

Jawab;

Syekh Abd Aziz Ad Dabbag pernah ditanya masalah serupa oleh

fuqara’ pada masanya. Beliau menjawab;

Page 88: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 88

-350 -“ Barang siapa yang Allah bukakan kepadanya keterbukaan

yang dialami oleh wali-wali yang mulia itu, dan Allah lebihkan (pula)

atasnya dengan dinisbahkan kedalam baitin nubuwwah (hadhrat

Rasul) atas yang disifatkan padanya salawat dan salam selalu

tercurah kepada Rasul, maka dibimbinglah kita, dibimbing pula

engkau dari ilmu-ilmu ladunniah”.

Dalam keterangan dalil tersebut diatas diterangkan orang yang

istiqamah mengikuti sunnah Rasulullah memperbanyak membaca

salawat kepada Rasulullah, mahabbah kepadanya maka suatu saat ia

akan;

1. Dinisbahkan kedalam baitin nubuwwah hingga bisa

berjumpa dengan Rasulullah (secara mimpi atau secara

jaga).

2. Mendapat bimbingan ilmu ladunniah. Keterangan;

Baitin nubuwwah maksudnya adalah hadhrat Rasul.

Soal 98

Tapi salawat yang termaktub dalam wirid lazim pagi maupun

sore itu sangat sedikit saja, bukankah (seperti yang anda bilang tadi)

untuk masuk kedalam hadhratun Nabi (baitin nubuwwah) itu harus

memperbanyak membaca salawat ?.

Jawab;

Salawat yang termaktub dalam wirid lazim pagi dan wirid lazim

sore itu sudah ditentukan jumlah bilangannya, dan tidak bisa ditambah

maupun dikurang.

Adapun jika ada keinginan untuk memperbanyak membaca

salawat, tentu harus diluar dari materi wiridan yang sudah ditentukan

itu. Hal ini sudah banyak dilakukan oleh syekh-syekh terdahulu,

Page 89: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 89

bahkan banyak yang berhasil wushul ilallah karena banyaknya

membaca salawat.

Soal 99

Ada satu hal yang masih membingungkan saya, dalam kitab

Rimah hal 146/2, sebagai berikut;

“ Bahwasanya tarekat Syekh Ahmad Attijani itu adalah sepaling

akhir tarekat, maka tidak ada wali atau tokoh lain lagi yang

membawa tarekat yang baru (sesudahnya), seperti agama yang

dibawa oleh Rasulullah adalah agama yang terakhir”.

Pertanyaannya adalah; Bagaimana kalau seandainya ada tokoh

atau wali yang mengaku memproklamirkan tarekat baru sesudah

lahirnya tarekat Tijaniah itu ?.

Jawab;

Terimakasih anda mengingatkan saya masalah ini. Dalam salah

satu kitab diceritakan seorang yang bernama Syekh Abd Malik Ad

Dhariri kedatangan seseorang yang ingin bertalkin tarekat kepadanya.

Lalu dia bertanya kepada tamunya tadi;

“ Apakah kamu ingin tarekat yang khusus dari Syekh Ahmad

Attijani, atau ingin tarekat dariku yang talkinnya (juga) dari

Rasulullah SAW ?.

Pengakuan Syekh Abd Malik itu menyatakan kekhususan tarekat

Tijaniah yang dibawa oleh wali khas yaitu Khatmul Aulia. Sekalipun

tarekatnya juga berasal dari Rasulullah. Namun kekhususan inilah

yang membedakannya dengan jenis tarekat lain.

Soal 100

Saya kesulitan mempertemukan kedua dalil yang saya baca

dalam kitab Siarussalikin hal 40/3, dan kitab Rimah 147/2. Kedua

kitab ini sama-sama mengklaim bahwa Imam Mahdi itu akan menjadi

Page 90: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 90

ikhwan tarekat mereka. Sebagaimana dikatakan oleh Syekh Mustafa

Bakry berikut ini;

- Adapun pernyataan Syekh Ahmad Attijani sebagai berikut;

-“ Bahwasanya Imam Mahdi (yang ditunggu) itu akan menjadi

ikhwan tarekat Tijaniah dan semua ikhwannya”.

Bagaimana mempertemukan kedua dalil ini ?.

Jawab;

Kembali saya kutipkan keterangan dalam kitab Jawahirul

Ma’any hal 50/1. Dalam keterangan kitab tersebut dijelaskan bahwa

Syekh Ahmad Attijani termasuk dalam rangkaian sanad (ke 50) tarekat

Khalwatiah, selang waktu kemudian beliau menerima perintah dari

hadhrat Rasul sebagai berikut;

….Tinggalkanlah olehmu semua tarekat yang pernah kamu

ambil dari semua tarekat……lazimi olehmu tarekat (Tijaniah) ini

tanpa khalwat dan tanpa menjauh dari manusia”.

Adanya amar gaib inilah yang melandasani Syekh Ahmad

Attijani untuk istiqamah dengan satu tarekat (Tijaniah) saja, dan

barangkali amar gaib ini pula yang menjadi motivasi Imam Mahdi

untuk menjadi pengamal tarekat Tijaniah.

Demikian aku persembahkan karya (100 Dialog Tijaniah ) ini

kepada orang-orang yang haus akan keilmuan. Baik sebagai bahan

kajian atau sebagai referensi pribadi. Kritik dan saran yang

membangun adalah harapan ku .

H.Ibrahim Majelis Ta’lim Al-Muhibbin

Page 91: 100 DIALOG TAREKAT TIJANIAH

100 Dialog Tijaniah 91

Anjir Pasar Kota Km 18 Rt 1

No 12 (70565) Kec Anjir Pasar