aksesi solo squae

25
A. DEFINISI AKSESIBILITAS Berikut ini adalah definisi aksesibilitas dari berbagai sumber, 1.) Wikipedia Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang , terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan . Kemudahan akses tersebut diimplementasikan pada bangunan gedung, lingkungan dan fasilitas umum lainnya. Aksesibilitas juga difokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat untuk menggunakan fasilitas seperti pengguna kursi roda harus bisa berjalan dengan mudah di trotoar ataupun naik keatas angkutan umum . 2.) Dalam Kamus Bahasa Inggris, Wojowasito (1991:2) mengatakan bahwa Accessibility adalah hal yang mudah dicapai. Artinya aksesibilitas tidak hanya sekedar kesediaan segala sesuatu, namun juga kesediaan yang mudah dicapai. 3.) Bambang sutantono (2004:1) Aksesibilitas adalah “hak atas akses yang merupakan layanan kebutuhan melakukan perjalanan yang mendasar. Dalam hal ini aksesibilitas harus disediakan oleh pemerintah terlepas dari digunakannya moda transportasi yang disediakan tersebut oleh masyarakat.” 4.) Bambang Susantono (2004:24) menambahkan “Aksessibilitas merupakan suatu ukuran potensial atau kemudahan orang untuk mencapai tujuan dalam suatu perjalanan. Karekteristik sistem transportasi ditentukan oleh

Upload: ardi-despriyanto

Post on 30-Jun-2015

156 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aksesi solo squae

A. DEFINISI AKSESIBILITAS

Berikut ini adalah definisi aksesibilitas dari berbagai sumber,

1.) Wikipedia

Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan

ataupun lingkungan. Kemudahan akses tersebut diimplementasikan pada bangunan gedung,

lingkungan dan fasilitas umum lainnya. Aksesibilitas juga difokuskan pada kemudahan bagi

penderita cacat untuk menggunakan fasilitas seperti pengguna kursi roda harus bisa berjalan

dengan mudah di trotoar ataupun naik keatas angkutan umum.

2.) Dalam Kamus Bahasa Inggris, Wojowasito (1991:2) mengatakan bahwa

Accessibility adalah hal yang mudah dicapai. Artinya aksesibilitas tidak hanya sekedar

kesediaan segala sesuatu, namun juga kesediaan yang mudah dicapai.

3.) Bambang sutantono (2004:1)

Aksesibilitas adalah “hak atas akses yang merupakan layanan kebutuhan melakukan

perjalanan yang mendasar. Dalam hal ini aksesibilitas harus disediakan oleh pemerintah

terlepas dari digunakannya moda transportasi yang disediakan tersebut oleh masyarakat.”

4.) Bambang Susantono (2004:24) menambahkan

“Aksessibilitas merupakan suatu ukuran potensial atau kemudahan orang untuk mencapai

tujuan dalam suatu perjalanan. Karekteristik sistem transportasi ditentukan oleh

aksesibilitas. Aksesibilitas memberikan pengaruh pada beberapa lokasi kegiatan atau tata

guna lahan. Lokasi kegiatan juga memberikan pengaruh pada pola perjalanan untuk

melakukan kegiatan sehari-hari. Pola perjalanan ini kemudian mempengaruhi jaringan

transportasi dan akan pula memberikan pengaruh pada sistem transportasi secara

keseluruhan.”

5.) Blunden dan Black (1984) seperti dikutip Tamin (1997: 52)

“Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan

secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Aksesibilitas

adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan

berinteraksi satu sama lain dan ‘mudah’ atau ‘susah’ nya lokasi tersebut dicapai melalui

sistem jaringan transportasi.”

Page 2: Aksesi solo squae

6.) Pedoman Teknik No.022/T/BM/1999

Aksesibilitas adalah suatu kemudahan yang disediakan bagi seluruh pejalan kaki, termasuk

penyandang cacat, untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam segala aspek

kehidupan dan penghidupan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN DARI AKSESIBILITAS

Dari definisi di atas dapat diperoleh maksud dan tujuan dari aksesibilitas adalah memberikan

kemudahan untuk seluruh manusia terkhususnya penyandang cacat dalam melakukan setiap

aktifitas sehari-harinya dengan mandiri, sehingga mereka memiliki kesempatan dan peluang

yang sama dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan, dan kesempatan lain yang dapat

dinikmati oleh setiap warga Negara di Indonesia. Artinya, para penyandang cacat

membutuhkan kesetaraan dalam melakukan aktifitas khususnya di area public, sehingga

tidak hanya dilihat sebagai objek yang kasihan dan selalu memerlukan bantuan orang lain

dalam beraktivitas. Namun sayangnya keadaan saat ini masih belum memadai.

C. ASAS AKSESIBILITAS

Prinsip asas aksesibilitas menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1997 tentang penyandang

cacat

1.) Asas Prioritas, yakni asas yang memprioritaskan kawasan tertentu untuk menyediakan

prasarana aksesibilitas pada jalan umu, khususnya bagi para pejalan kaki khususnya

penyandang cacat.

2.) Asas Integrasi, yakni asas yang menyediakan prasarana aksesibilitas pada jalan umum

yang terintegrasi dengan prasarana aksesibilitas pada bangunan umum dan lingkungan,

sehingga para pemakai prasarana ini menjadi mandiri tanpa merasa menjadi objek belas

kasihan.

3.) Asas Kesinambungan, yakni asas yang memperhatikan prasarana aksesibilitas secara

terus-menerus tanpa terputus dari awal sampai ke tujuan bagi para pemakai prasarana

ini sehingga semua orang dapat memasuki dan menikmati prasarana aksesibilitas pada

jalan umum dengan baik.

Asas Fasilitas dan Aksesibilitas menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bngunan

Gedung dan Lingkungan

Page 3: Aksesi solo squae

1.) Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan

terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang

2.) Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang

bersifat umum dalam suatu lingkungan.

3.) Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau

bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

4.) Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan mempergunakan

semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan dengan

tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

Dari asas-asas di atas, kriteria aksesibilitas adalah

1.) Mudah, yaitu setiap orang baik normal maupun penyandang cacat dapat dengan mudah

mencapai dan menggunakan tempat atau fasilitas yang ada dalam suatu lingkungan,

tidak mengalami hambatan ataupun kesulitan yang berarti.

2.) Aman yaitu setiap orang baik normal maupun penyandang cacat dapat memakai,

mengerjakan dan merawat tempat ataupun fasilitas dalam suatu lingkungan dengan

aman tanpa takut terjadi bahaya.

3.) Nyaman yaitu setiap orang baik normal maupun penyandang cacat dapat menikmati

tempat dan fasilitas dalam suatu lingkungan dengan suasana dan pelayanan yang

memuaskan baik dari segi fisik maupun non fisik.

4.) Mandiri yaitu semua orang baik normal maupun penyandang cacat dapat mencapai dan

menggunakan sendiri tempat serta fasilitas-fasilitas dalam suatu lingkungan tanpa

bantuan orang lain

D. ANALISIS AKSESIBILITAS PADA BANGUNAN SOLO SQUARE

Page 4: Aksesi solo squae

Solo Square adalah salah satu pusat perbelanjaan di kota Solo yang terletak di Jl. Slamet

Riyadi. Lokasinya cukup strategis terletak di jalan utama kota Solo dengan lalu lintas padat

yang tentunya berada di pusat kota. Solo Square memiliki jargon lifestyle mall, dimana disini

terdapat supermarket, butik, foodcourt dan lain-lain untuk memenuhi kebutuhan para

pengunjung. Pusat perbelanjaan ini tergolong ramai dikunjungi oleh masyarakat menengah.

Ketersediaan barang yang lengkap serta berkualitas namun tetap ekonomis membuat para

pengunjung tidak ragu untuk berbelanja disini. Sekilas terlihat sangat menyenangkan

berbelanja di mall ini, namun jika diamati lebih jauh, mall ini kurang aksesibel dibandingkan

mall lain di kota Solo. Jangankan untuk penyandang cacat, orang normal saja kurang nyaman

dengan akses bangunan ini. Luas bangunan yang kecil merupakan factor utama penyebab

akses yang buruk. Berikut ini adalah analisis aksesibilitas

1.) Parkir

Ada dua lahan parkir yaitu parkir motor dan mobil.

Yang pertama adalah parkir motor. Parkir motor resmi yang disediakan oleh mall sebenarnya

terletak di sebelah barat bangunan. Area parkir ini terpisah dari bangunan utama. Hanya

berupa suatu area yang diberi atap. Untuk mencapai area parkir ini pengunjung harus

memutar kebelakang bangunan. Terlalu jauh dan tidak aman karena tidak ada pemisahan

antara sirkulasi motor dengan mobil. Sehingga jalan menuju ke daerah parkir sering terjadi

kemacetan.

Karena tempatnya yang jauh dan aksesnya yang susah pengunjung lebih suka menggunakan

area pakir liar di depan solo square. Area parkir luas, dekat dengan pintu masuk utama, dan

tarifnya flat.

Gambar 1.1 Area parkir yang disediakan pengelola Solo Square

Gambar 1.2 Jalanan yang digunakan untuk kendaraan loading barang digunakan untuk akses jalan masuk mall

Page 5: Aksesi solo squae

Yang kedua adalah parkir mobil. Area parkir mobil ada yang terdapat di dalam bangunan,

berjumlah tiga lantai. Selain itu terdapat pula area parkir di samping bangunan. Sayangnya

sebagian dari area tersebut merupakan sirkulasi kendaraan baik motor ataupun mobil ke

area parkir di dalam mall, sehingga keberadaan parkir tersebut mengganggu sirkulasi.

Apalagi jika ada mobil yang ingin keluar dapat membuat kemacetan sesaat saat suasana

sedang ramai.

2.) Pencapaian ke Entrance

Entrance dari pintu barat

Untuk pengguna sepeda motor yang parkir di area parkir resmi.Setelah berhasil memarkir

motor, pengunjung harus berjalan cukup jauh dengan menyeberang jalan yang menjadi

akses keluar kendaraan. Jalanan ini juga tidak aman karena banyak kendaraan berlalu lalang,

bukan hanya mobil pribadi tapi juga mobil box untuk loading barang, karena jalanan ini

digunakan pula sebagai jalur kendaraan pemasok barang.

Mengapa bisa seperti itu? Hal tersebut dikarenakan akses masuk ke dalam gedung oleh

pengunjung yang menggunakan sepeda motor, melalui pintu loading barang. Aksesnyapun

tidak memadai. Ram hanya sebagai tambahan terbuat dari besi ulir, berbahaya dan tidak

memenuhi standar. Tangganya juga cukup tinggi dan licin sehingga tidak nyaman saat

digunakan.

Gambar 1.3 Daerah samping kanan mall digunakan untuk area parkir mobil tambahan

Gambar 1.4 Sirkulasi kendaraan tidak lancar karena jalanan digunakan untuk parkir mobil

Page 6: Aksesi solo squae

Entrance dari pintu utara bangunan /pintu masuk utama

Sedangkan untuk yang parkir liar dapat lebih mudah masuk ke dalam mall karena aksesnya

mudan dan dekat serta langsung masuk melalui pintu utama. Namun tentu saja masih

terdapat kekurangan dalam pencapaian. Dari parkiran depan pengunjung harus menyebrang

jalur mobil untuk masuk ke dalam mall. Untuk orang normal saja ini sudah cukup

membahayakan. Sedangkan untuk penyandang cacat karena tidak ada penanda jalan, ram

yang jelas, serta ralling. Adanya ram tidak diperuntukkan pejalan kaki namun untuk jalur

masuk mobil dan motor. Untuk masuk ke halaman depan mall, terdapat tangga namun tidak

terdapat ram. Jalanan depan mall juga tidak rata dan banyak lubang sangat membayakan

untuk para penyandang cacat.

Gambar 2.1 Pintu loading barang beralih fungsi menjadi pintu masuk bagi pengunjung yang menggunakan sepeda motor

Gambar 2.2 Akses menuju pintu loading barang

Gambar 2.3 Ram untuk akses masuk digunakan sebagai jalur masuk mobil

Gambar 2.4 Tangga yang menuju halaman Solo Square

Page 7: Aksesi solo squae

Pengaturan drop off pengunjung juga perlu diperhatikan karena tidak ada penanda dan

akses khusus untuk pejalan kaki. Hal ini tentu menyulitkan para penyandang cacat untuk mencapai

pintu masuk. Pintu security check yang kecil dan hanya berjumlah satu membuat tumpukan

pengunjung di depan pintu masuk.

Gambar 2.5 Pengunjung kesulitan menyeberang untuk mencapai pintu masuk

Gambar 2.6 Tangga menuju pintu masuk Solo Square

Gambar 2.7 Jalanan yang tidak rata

Gambar 2.8 Drop off pengunjung perlu dperhatikan agar tidak mengganggu pengunjung lain

Gambar 2.9 Adanya penumpukan pengunjung pada pintu masuk

Page 8: Aksesi solo squae

Entrance dari pintu timur

Pintu ini digunakan oleh pengunjung dari arah timur mall. Bisa juga para pengunjung yang

mobil atau motornya parkir di sebelah timur mall. Serta para pengunjung yang mengunjungi

outlet-outlet di bagian timur mall. Ada site entrance dari sebelah timur, namun hanya

berukuran kecil dan hanya dapat dilewati pejalan kaki, biasa digunakan oleh pengunjung

yang parkir sepeda motor di sisi timur. Untuk entrance ke mall, ada dua akses yaitu tangga

dan ram. Namun sama seperti ram di depan, ram pada area ini tidak terdapat penanda jalan

maupun ralling. Sudut kemiringannya pun terlalu curam dan tepat di depannya terdapat

kolom. Hal ini tentunya berbahaya untuk pengguna kursi roda. Sepertinya ram ini tidak

ditujukan untuk diffabel tapi untuk trolly barang. Serta menurut pengamatan yang dilakukan,

pengunjung menggunakan ram untuk naik dan menggunakan tangga untuk turun.

Entrance dari parkir mobil dalam gedung

Pencapaian entrance dari area parkir mobil dalam gedung sangat tidak aksesibel. Tidak ada

jalur khusus untuk pejalan kaki. Padahal jalanan ramai oleh mobil. Akses untuk masuk

kedalam mall juga kurang memadai tidak ada tangga dan ram yang ada terlalu curam, serta

tidak ada penanda maupun ralling. Seperti yang sudah-sudah ram ini lebih untuk trolly

Gambar 2.10 Tangga digunakan sebagai akses keluar masuk entrance kanan

Gambar 2.11 Ram yang lebih diperuntukkan untuk trolly

Page 9: Aksesi solo squae

Entrance dari pintu selatan bangunan

Digunakan oleh pengunjung yang memarkir kendaraannya di bagian belakang mall. Pintu

masuk ini terlihat jarang digunakan. Karena letaknya yang terpencil sehingga tidak semua

orang tahu. Daerah sekitarnya lebih banyak digunakan oleh karyawan untuk berkumpul.

Gambar 2.12 Area parkir mobil yang tidak terdapat area pejalan kaki

Gambar 2.13 Akses masuk ke dalam mall, dimana tidak terdapat tangga dan ram yang memadai

Gambar 2.14 Pintu masuk mall sebelah selatan yang sepi

Gambar 2.15 Daerah di sekitar pintu masuk mall sisi selatan

Page 10: Aksesi solo squae

3.) Sirkulasi dalam mall

Sirkulasi horizontal

Lower Ground

Pada daerah lower ground relative aksesibel, selasar masih cukup besar. Kiddy land yang

disediakan untuk anak-anak aman. Dekat dengan toilet dan terdapat pula ruang menyusui

untuk ibu.

a. Pada area bawah dan samping travelator digunakan untuk berjualan makanan, minuman,

foto box, penyewaan mainan anak-anak dll. Sirkulasi tetap lancar karena ukuran selasar yang

cukup luas

b. Toilet letaknya dekat dengan tempat bermain anak. Sirkulasi menuju toilet cukup lancar.

Hanya saja pengunjung harus cermat dalam mencari keberadaan toilet. Ada perbedaan

ketinggian lantai, cukup tinggi namun tidak diberi tangga. Terdapat ram sebagai pengganti

tangga dengan ini akses ke toilet dapat digunakan semua orang.

c. Ruang menyusui terletak di sudut. Untuk menuju ke ruangan ini sirkulasinya lancar. Namun

setelah masuk, harus melalui sebuah lorong sebelum sampai suatu ruangan untuk menyusui.

a

b

cGambar 3.1 Denah Ground Floor

Page 11: Aksesi solo squae

Ground

Pada lantai ini terdapat pintu masuk utama pada sisi utara, serta pintu-pintu pendukung

yaitu pintu selatan, barat dan timur. Terdapat atrium dimana berbagai acara

diselenggarakan. Ada beberapa restaurant pada lantai ini, department store, toko sepatu dll.

a. Selasar ini cukup lebar dan luas. Sering digunakan untuk stand-stand penjual kecil dan

tempat obral. Sirkulasi pada daerah ini masih cukup lebar dan nyaman.

b. Area di sekitar elevator masih menjadi favorit untuk mendirikan stand. Namun sayangnya

stand-stand tambahan ini agak mengganggu sirkulasi. Para pengunjung toko yang keluar

ataupun masuk bisa bertabrakan dengan pengunjung stand. Selasar mall juga menjadi lebih

sempit sehingga mall terlihat padat.

c. Sirkulasi menuju toilet dan lift lumayan membingungkan. Toilet terletak lumayan jauh dari

area perbelanjaan. Yang membuat pengunjung bingung apakah jalan tersebut benar menuju

toilet atau tidak adalah selasar menuju toilet, separuhnya digunakan untuk penyewaan

game online. Ini tentunya amat mengganggu sirkulasi. Dimana penyewaan game online

menggunakan sisi kiri dan kanan pada selasar.

d. Atrium mall tidak pernah sepi dari penyelenggaraan acara. Setiap harinya ada saja acara

yang diadakan. Sayangnya penyelenggara acara tersebut tidak memperhitungkan sirkulasi

pengunjung. Seperti kegiatan bazar yang sedang berlangsung, selasar antar stand terlalu

sempit. Tidak aksesibel untuk pengguna kursi roda.

a

b

d

c

Gambar 3.2 Denah ground floor

Page 12: Aksesi solo squae

Lantai 1

Lantai 1 merupakan lantai tersibuk dimana terdapat banyak boutiq disini. Pengunjung

banyak yang berlalu lalang di lantai ini. Yang paling mencolok pada daerah ini adalah

selasarnya yang amat kecil karena separuh bagian selasar digunakan untuk berbagai stand

makanan dan minuman. Hal ini tentu mengganggu sirkulasi pengunjung, apalagi saat sedang

berpapasan dengan pengunjung lain. Ditambah lagi pemiik stand yang tidak

memperhitungkan lebar sirkulasi, stand yang ia dirikan terlalu maju.

Selain itu pula terdapat persewaan mainan anak-anak yang berputar-putar pada lantai ini.

Tidak jarang mereka menggunakan kesepatan yang cukup tinggi dan berbelok tanpa melihat

keberadaan pengunjung. Tidak hanya satu mainan tapi ada beberapa. Jika anda datang di

malam hari jalur ini makin ramai oleh mainan anak-anak yang sangat mengganggu sirkulasi.

Dimana perjalanan pengunjung akan terhambat karena harus menepi ketika mainan-mainan

ini lewat.

Toilet dan lift pada lantai ini juga tersembunyi seperti ground floor. Namun selasarnya lebih

sempit lagi karena digunakan sebagai tempat pijat. Tentu sirkulasinya akan lebih terganggu.

Selasar ini hanya muat untuk dua orang. Jika berpapasan saja harus saling menepi, apalagi

jika ada pengunjung atau petugas tempat pijat yang keluar dari ruangan tentu jalur ini akan

semakin sesak dan tidak nyaman.

Gambar 3.3 selasar menuju toilet digunakan untu persewaan game online

Gambar 3.4 Atrium yang padat oleh stand, hanya menyisakan sedikit jalan untuk pengunjung.

Page 13: Aksesi solo squae

a. Daerah sekitar escalator yang masih digemari untuk mendirikan stand. Namun sisa selasar

masih cukup lebar sehingga sirrkulasi masih nyaman.

b. Selasar di sekitar void merupakan daerah tersibuk, dimana disini mainan anak-anak melaju

dengan kecepatan tinggi. Ditambah dengan stand yang ada di sekitarnya. Sirkulasinya tidak

nyaman.

a

b

c

d

Gambar 3.5 Denah lantai 1

Gambar 3.6 Stand yang terlalu maju dan adanya plang toko cukup mengganggu sirkulasi

Gambar 3.7 Ada pengunjung yang sedang membeli makanan dan ada pengunjung yang lewat

Page 14: Aksesi solo squae

c. Letak toilet yang dari area belanja. Harus melewati selasar yang cukup panjang

d. Selasar menuju toilet separuhnya digunakan sebagai tempat pijat

Lantai 2

Lantai 2 merupakan lantai dengan sirkulasi paling lancar. Tidak banyak stand didirikan pada

selasarnya hanya di depan toko buku gramedia terdapat stand kursi pijat. Yang disayangkan

adalah foodcourt yang tidak aksesibel dengan sirkulasi yang tidak lancar. Karena ukuran

foodcourt yang kecil, meja dan kursi disusun berhimpit-himpitan sehingga kurang nyaman

untuk pengunjung baik yang ingin makan atau hanya lewat.

Pada lantai inilah toilet paling mudah dijangkau. Tidak harus melawati selasar yang panjang

dengan sirkulasi yang tidak nyaman. Pengujung memang harus melewati meja dan kursi

makan untuk menuju toilet namun jaraknya dekat, jadi tidak terlalu menyusahkan.

Gambar 3.8 Mainan anak yang berlalu lalang di selasar yang sempit

Gambar 3.9 Pintu masuk tempat pijat Gambar 3.10 Selasar menuju toilet dan lift

Page 15: Aksesi solo squae

a. Terdapat stand pijat disini namun tidak mengganggu sirkulasi

b. Pencapaian ke foodcourt mudah, namun sirkulasi dalam foodcourt sempit

Lantai 3

Pada lantai 3 terdapat bioskop dan restaurant. Sirkulasi lancar karena memang hanya

terdapat sedikit ruang.

Sirkulasi Vertikal

Ada 4 sarana sirkulasi vertical pada bangunan ini yaitu travelator, escalator, lift, dan tangga

darurat.

Travelator

Menghubungkan lower ground floor dengan ground floor. Cukup aksesibel, dapat dilalui

orang normal maupun pengguna kursi roda. Penggunaan travelator dimaksudkan juga untuk

mengganti peran lift karena tidak terdapat lift pada lower ground.

ba

Gambar 3.11 Denah lantai 2

Gambar 3.12 Travelator

Page 16: Aksesi solo squae

Eskalator

Menghubungkan ground floor lantai 1,2, dan 3. Merupakan sirkulasi vertical yang paling

diminati pengunjung

Lift

Menghubungkan ground floor, lantai 1 dan 2. Pada lantai 3 dan lower ground tidak terdapat

lift. Dalam setiap lantai terdapat 2 lift. Letak lift pada bangunan ini jauh dari area

perbelanjaan, satu area dengan toilet dan tangga darurat. Selain aksesnya yang cukup jauh,

seperti telah dijelaskan sebelumnya sirkulasinya juga terganggu karena ada fungsi ganda

pada selasar. Lift ini sepertinya lebih ditujukan untuk barang bukan manusia. Karena

letaknya di tepi dan ukurannya yang besar. Pengunjung tidak mandiri menggunakan lift,

karena di dalam lift ada seorang satpam yang bertugas mengoperasikan lift. Tombol pada lift

juga tidak menggunakan huruf braille.

Pada lantai 1 salah satu pintu lift terhalang oleh stand yang belum dipakai. Disekitarnya juga

terdapat barang-barang bekas dan diseberangnya digunakan untuk tempat istirahat para

karyawan mall. Sedangkan pada lantai 2 lift terletak di area parkir mobil. Untuk dapat

mencapainya pengunjung harus keluar dulu dari area perbelanjaan.

Gambar 3.13 Satpam membantu menggunakan lift Gambar 3.14 Lift di lantai 2

Gambar 3.14 Lift di lantai 2Gambar 3.15 Lift di lantai 1

Page 17: Aksesi solo squae

Tangga Darurat

Tangga darurat pada bangunan ini agak membingungkan. Karena tidak segaris dari lantai

paling bawah sampai paling atas. Mungkin hal ini dimaksudkan, jika terjadi bencana

pengunjung dari bawah dan atas tidak saling bertabrakan untuk keluar dari bangunan. Pada

lower ground tangga darurat untuk naik ke ground terletak pada sisi timur. Sedangkan lantai

1 ke atas terletak pada sisi barat. Letak tangga darurat juga terpencil, cukup berbahaya

karena aksesnya susah.

4.) Fasilitas –Fasilitas Pendukung

Toilet

Letak toilet satu area dengan lift dan tangga darurat. Cukup jauh dari area belanja serta

pencapaiannya kurang nyaman. Namun bagian dalam toilet cukup nyaman. Sayangnya

hanya ada satu toilet khusus difabel yang tidak ada pembedaan jenis kelamin dan itu pula

hanya terdapat di ground floor. Toilet pada lower ground memiliki perbadaan ketinggian

dengan lantainya. Tidak terdapat tangga untuk mencapai toilet namun digantikan dengan

ram.

Gambar 3.15 Letak tangga darurat pada lower ground

Gambar 3.17 Toilet pada lower groundGambar 3.16 Toilet khusus difabel

Page 18: Aksesi solo squae

Pojok Menyusui

Ruangan ini disediakan untuk ibu yang ingin menyusui anaknya. Terletak di sudut barat

lower ground. Aksesnya cukup mudah dan sirkulasinya lancar. Ruangannya cukup nyaman ada meja

dan kursi yang nyaman. Sayangnya ruangan ini hanya ada di lower ground, sehingga jika ada ibu

yang ingin menyusui harus turun ke lantai paling bawah.

Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Aksesibilitas

http://cahyageo.blogspot.com/2012/04/aksesibilitas.html

Pedoman Teknik No.022/T/BM/1999

Undang-Undang No. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan

Aksesibilitas pada Bngunan Gedung dan Lingkungan

www.solosquare.com

foto : dokumentasi pribadi

Page 19: Aksesi solo squae