pertumbuhan dan kandungan total filantin … v... · kabupaten bangkalan, enam aksesi meniran hijau...

13
65 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN & HIPOFILANTIN AKSESI MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.) PADA BERBAGAI TINGKAT NAUNGAN Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh naungan terhadap pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan total filantin dan hipofilantin beberapa aksesi meniran. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru IPB, Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 250 m dpl dari Maret 2009 sampai September 2009. Percobaan disusun dalam rancangan petak terbagi dengan 3 kali ulangan. Petak utama adalah taraf naungan (N) terdiri dari 0% (N0), 25% naungan (N1) dan 50% naungan (N2). Anak petak adalah aksesi meniran (A) terdiri dari A1, A2, A3, A4, A5, A6 merupakan meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dari Bangkalan dan A7, A8, A9, A10, A11, A12 merupakan meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dari Gresik. A13 merupakan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) dari Bangkalan. Hasil penelitian menunjukkan untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi biomassa yang tinggi, meniran hijau (A6 dan A7) membutuhkan kondisi terbuka hingga naungan 25%. Meniran hijau (A7) pada kondisi tanpa naungan menghasilkan kandungan total filantin yang tinggi (0,12% bobot kering) pada kondisi ternaungi 50% menghasilkan kandungan hipofilantin yang tinggi (0.13%). Meniran merah (A13) pada naungan 50% terdeteksi menghasilkan kandungan total filantin tertinggi. Kata kunci : filantin, hipofilantin, naungan, aksesi, biomassa Abstract The objectives these researches were to identify the effect of intensity of shade on the growth, biomass production and total containt of phyllanthin and hypophyllanthin from some accession Phyllanthus sp. L. The experiment was arranged in split plot design with three replications. The main plot was intensities of shade (N) throughout 0% (N0), 25% shading (N1) and 50% shading (N2). The sub plot was accessions of Phyllanthus (A) that consist of A1, A2, A3, A4, A5, A6, green meniran (Phyllanthus niruri L.) from Bangkalan and A7, A8, A9, A10, A11, A12 green meniran from Gresik. A13 was red meniran (Phyllanthus urinaria L.) from Bangkalan. The result of this research indicated that high level on growth and biomass production can achieve, green meniran (A6 and A7) need to open condition until 25% shading. Green meniran (Phyllanthus niruri L.) without shading identified the high total phyllantin content (0,12% dry weight) with 50% shading reached the high total hypophyllantin content (0,13% dry weight). The highest total phyllantin came from red meniran (Phyllanthus urinaria L.) were considerably shading (50%). Key words : phyllanthin, hypophyllanthin, shading, accession, biomass

Upload: lydung

Post on 05-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

65

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN &

HIPOFILANTIN AKSESI MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri

L.) DAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.) PADA

BERBAGAI TINGKAT NAUNGAN

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh naungan terhadap

pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan total filantin dan hipofilantin

beberapa aksesi meniran. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Babakan

Sawah Baru IPB, Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 250 m dpl dari Maret

2009 sampai September 2009. Percobaan disusun dalam rancangan petak terbagi

dengan 3 kali ulangan. Petak utama adalah taraf naungan (N) terdiri dari 0% (N0),

25% naungan (N1) dan 50% naungan (N2). Anak petak adalah aksesi meniran (A)

terdiri dari A1, A2, A3, A4, A5, A6 merupakan meniran hijau (Phyllanthus niruri

L.) dari Bangkalan dan A7, A8, A9, A10, A11, A12 merupakan meniran hijau

(Phyllanthus niruri L.) dari Gresik. A13 merupakan meniran merah (Phyllanthus

urinaria L.) dari Bangkalan. Hasil penelitian menunjukkan untuk menghasilkan

pertumbuhan dan produksi biomassa yang tinggi, meniran hijau (A6 dan A7)

membutuhkan kondisi terbuka hingga naungan 25%. Meniran hijau (A7) pada

kondisi tanpa naungan menghasilkan kandungan total filantin yang tinggi (0,12%

bobot kering) pada kondisi ternaungi 50% menghasilkan kandungan hipofilantin

yang tinggi (0.13%). Meniran merah (A13) pada naungan 50% terdeteksi

menghasilkan kandungan total filantin tertinggi.

Kata kunci : filantin, hipofilantin, naungan, aksesi, biomassa

Abstract

The objectives these researches were to identify the effect of intensity of

shade on the growth, biomass production and total containt of phyllanthin and

hypophyllanthin from some accession Phyllanthus sp. L. The experiment was

arranged in split plot design with three replications. The main plot was intensities

of shade (N) throughout 0% (N0), 25% shading (N1) and 50% shading (N2). The

sub plot was accessions of Phyllanthus (A) that consist of A1, A2, A3, A4, A5,

A6, green meniran (Phyllanthus niruri L.) from Bangkalan and A7, A8, A9, A10,

A11, A12 green meniran from Gresik. A13 was red meniran (Phyllanthus

urinaria L.) from Bangkalan. The result of this research indicated that high level

on growth and biomass production can achieve, green meniran (A6 and A7) need

to open condition until 25% shading.

Green meniran (Phyllanthus niruri L.) without shading identified the high

total phyllantin content (0,12% dry weight) with 50% shading reached the high

total hypophyllantin content (0,13% dry weight). The highest total phyllantin

came from red meniran (Phyllanthus urinaria L.) were considerably shading

(50%).

Key words : phyllanthin, hypophyllanthin, shading, accession, biomass

Page 2: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

66

Pendahuluan

Cahaya merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan perkembangan

tanaman, karena selain berperan dominan pada proses fotosintesis, juga sebagai

pengendali, pemicu, dan modulator respon morfogenesis khususnya pada tahap

awal pertumbuhan tanaman (Mc Nellis dan Deng 1995). Spektrum cahaya yaang

dibutuhkan tanaman berkisar antara 400–700 nm, yang biasanya disebut

photosynthetically active radiation (PAR).

Chozin et al. (2000), Taiz dan Zeiger (2002) menyatakan bahwa daun

yang ternaungi memiliki total klorofil tiap pusat reaksi yang lebih banyak,

memiliki rasio klorofil b/a yang lebih besar dan daunnya lebih tipis. Sel palisade

lebih pendek dan konsentrasi rubisco lebih sedikit. Daun yang ternaungi

mempunyai laju fotosintsis yang lebih rendah daripada daun yang tidak ternaungi.

Titik kejenuhan akan cahaya pada sun plant 10-20 μ mol m-2

s-1

dan shade plant

sekitar 1-5 μ mol m-2

s-1

. Nilai kejenuhan cahaya tanaman shade plant lebih rendah

karena laju respirasinya sangat rendah sehingga dengan sedikit saja fotosintesis

netto dihasilkan sudah cukup membuat laju pertukaran netto CO2 menjadi nol.

Laju respirasi yang rendah menunjukkan bentuk adaptasi tanaman bertahan

terhadap lingkungan dengan cahaya yang terbatas.

Stimulasi produksi bioaktif pada tanaman dapat dilakukan melalui

manipulasi faktor lingkungan seperti cahaya, air dan pemupukan. Khan et al.

(2010) mendapatkan pengaruh faktor lingkungan dan faktor genetik terhadap

peningkatan kandungan filantin pada P. amarus (P. niruri). Gould dan Lister

(2006) mendapatkan terjadinya peningkatan kandungan flavonoid pada tanaman

yang mengalami cekaman cahaya.

Hasil penelitian Nirwan et al. (2007) pada tanaman daun dewa

menunjukkan terjadinya perubahan mekanisme adaptasi tanaman daun dewa

antara yang tumbuh pada cahaya 100% dan dalam naungan dengan periode

pencahayaan yang berbeda-beda. Jumlah stomata, jumlah trikoma dan tebal daun

cenderung lebih rendah pada naungan yang semakin tiinggi dibandingkan dengan

cahaya penuh. Kandungan enzim superoxide dismutase (SOD) mengalami

peningkatan dengan srmakin meningkatnya persentase naungan, sedangkan rasio

klorofil a/b semakin rendah dan kloroplas mengalami pembengkakan (dilatasi).

Page 3: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

67

Struktur kloroplas antara 50-25% naungan memiliki bentuk yang proporsional.

Naungan dan periode pencahayaan yang optimum yang menghasilkan antosianin,

total flavonoid kasar (17.371%) dan kadar kuersetin tertinggi adalah naungan 50%

dibandingkan dengan periode pencahayaan 25 dan 100%.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh naungan terhadap

pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan total filantin dan hipofilantin

beberapa aksesi meniran.

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru Dramaga

Kabupaten Bogor Jawa Barat pada bulan April 2009 sampai dengan September

2009. Analisis antosianin dan klorofil di Laboratorium Molekuler dan Kloning

Departemen AGH IPB. Analisis anatomi daun di Laboratorium Teknik mikro

Departemen AGH IPB. Analisis kandungan bioaktif filantin dan hipofilantin di

Laboratorium Terpadu Pusat Studi Biofarmaka IPB berakhir pada Desember

2010.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan 13 aksesi meniran yang berasal dari Jawa

timur terdiri dari enam aksesi meniran hijau (A1, A2, A3, A4, A5, A6) asal

Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,A8,A9,A10,A11,A12) asal

Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13) asal Kabupaten

Bangkalan. Paranet 25%, dan 50%, 400 kg ha-1

Urea (46% N), 150 kg ha-1

SP-36

(36% P205) dan 200 kg ha-1

KCl (60% K20) serta pupuk kandang (pupuk organik)

20 ton per hektar, insektisida hayati, bambu dan bahan pembantu untuk

penanaman. Bahan kimia yang digunakan antara lain untuk analisis kadar

antosianin, klorofil, dan analisis kandungan bioaktif filantin dan hipofilantin.

Peralatan yang digunakan terdiri atas peralatan tanam, satu set peralatan

pengamatan anatomi daun, analisis antosianin, klorofil dan analisis bahan bioaktif

filantin dan hipofilantin.

Page 4: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

68

Metodologi Penelitian

Percobaan disusun berdasarkan Rancangan Petak Terpisah (split plot

design) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah persentase naungan (N) yang

terdiri dari tanpa naungan (No), naungan 25% (N1), dan naungan 50% (N2).

Sebagai anak petak adalah aksesi meniran (A) yang berasal dari Kabupaten

Bangkalan dan Kabupaten Gresik yang terdiri dari A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7,

A8, A9, A10, A11, A12, A13. Secara keseluruhan terdapat 39 kombinasi

perlakuan dan diulang 3 kali sehingga terdapat 117 kombinasi perlakuan. Setiap

perlakuan terdapat 10 polibag tanaman sehingga terdapat 1170 satuan percobaan.

Model linier yang digunakan adalah :

Yijk = µ + Ki +Nj +δ ij +Kk +(NK)jk + Є ijk

Dengan :

Yijk = nilai pengamatan akibat pengaruh kelompok ke-I, naungan ke-j dan aksesi

ke-k

µ = nilai rata-rata umum

Ki = nilai pengamatan akibat pengaruh kelompok ke-i

Nj = nilai pengamatan akibat pengaruh naungan ke-j

δ ij = galat akibat pengaruh kelompok ke-I dan naungan ke-j

Kk = nilai pengamatan akibat pengaruh aksesi ke-k

(NK)jk = nilai interaksi antara faktor naungan ke-j dengan aksesi ke-k

Є ijk = galat akibat pengaruh kelompok ke-I, naungan ke-j dan aksesi ke-k

Data pengamatan diuji keragamannya. Analisis sidik ragam menggunakan

software SAS versi 9.1, jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s

Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel dan Torrie 1993; Mattjik dan

Sumertajaya 2002).

Penataan tempat percobaan

Naungan dibuat dengan sistem para-para dengan ukuran 5 m x 4 m dengan

tinggi 2 meter dan disusun sesuai dengan pengacakan perlakuan. Polibag diisi

media tanah dan pupuk kandang sehingga bobot akhirnya menjadi 5 kg.

Page 5: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

69

Kemudian disusun pada lokasi penelitian dan dibiarkan selama satu minggu.

Pengukuran jumlah cahaya yang masuk ke dalam naungan menggunakan lux

meter.

Penanaman

Biji meniran yang didapat dari eksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan

Kabupaten Gresik dikeringanginkan selama 24 jam, kemudian disemai. Media

semai berupa campuran antara tanah, sekam dan kompos dengan perbandingan

1:1:1. Biji yang disemai ditutup dengan kompos agar tidak mudah diterbangkan

angin. Selanjutnya media disiram air. Untuk menjaga kelembaban, persemaian

ditutup dengan plastik bening tembus cahaya. Wadah diletakkan ditempat yang

ternaungi. Setelah tumbuh kecambah, tutup plastik dibuka. Dilakukan

pemeliharaan sampai bibit siap untuk dipindahkan ke polibag. Bibit yang dipindah

telah mempunyai minimal 4 daun majemuk. Kegiatan pemeliharaan tanaman

meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan gulma dan pencegahan hama dan

penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari pada awal

tanam selama sebulan dengan asumsi tidak ada hujan. Selanjutnya dilakukan

sesuai dengan kebutuhan. Pengendalian hama dan penyakit dengan cara mekanis

dan bila perlu menggunakan insektisida hayati. Pengendalian gulma dilakukan

dengan cara penyiangan.

Pengamatan

1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari pangkal batang sampai ujung pucuk

tanaman, diamati setiap 2 minggu.

2. Jumlah daun majemuk, dihitung bila daun telah membuka sempurna,

diamati setiap 2 minggu.

3. Jumlah cabang, dihitung setiap 2 minggu.

4. Diameter batang (mm), diamati pada tanaman yang sudah dipanen dengan

cara mengukur panjang diameter pada sisi tengah batang dengan

menggunakan jangka sorong digital.

5. Produksi biomassa basah (g), diamati pada akhir percobaan dengan cara

menimbang dengan timbangan neraca analitik bobot basah akar, daun

dan batang.

Page 6: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

70

6. Produksi biomassa kering (g), diamati pada akhir percobaan dengan cara

menimbang dengan timbangan neraca analitik bagian akar, daun dan

batang yang telah dioven pada suhu 105oC selama 24 jam.

7. Analisis High Performance Liquid Chromatography (HPLC) kandungan

total filantin (% bobot kering) dan hipofilantin (% bobot kering)

berdasarkan Tripathi et al. (2006) yang dimodifikasi. Prosedur analisis :

1 gram sampel kering meniran yang telah dihaluskan diekstraksi dengan

metanol (3 x 10 ml masing-masing 10 jam) pada suhu kamar (25 ± 5oC),

selanjutnya disaring untuk mendapatkan filtrat yang ditera menjadi 50 ml.

Analisis HPLC : menggunakan Shimadzu (Tokyo, Japan) model LC

20AD yang dilengkapi dengan dioda Shimadzu SPD-M20A dilengkapi

PAD (Photodiode Array Detector) untuk menentukan kemurnian puncak

dan kesamaan uji lignan. Pelarut HPLC disaring dengan nylon membrans

filter 0.45 μ m x 47 mm. Kolom menggunakan LiChroCART®250-4RP-

18e(5μ m). Panjang gelombang deteksi 220 nm. Volume injeksi untuk

standar dan sampel 20 μ L. Contoh perhitungan kandungan total filantin

dan hipofilantin meniran disajikan pada Lampiran 9.

Page 7: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

71

Hasil dan Pembahasan

Perlakuan naungan dan aksesi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,

jumlah daun majemuk dan diameter batang (Tabel 17). Perlakuan naungan secara

nyata meningkatkan tinggi tanaman. Makin tinggi persentase naungan makin

tinggi pertumbuhan tanaman meniran. Pada keadaan tanpa naungan rata-rata

tinggi tanaman adalah 45.96 cm, lebih rendah dan berbeda nyata dengan tinggi

tanaman pada naungan 25% sebesar 58.56 cm dan naungan 50% sebesar 62.15

cm.

Tabel 17 Pengaruh naungan terhadap tinggi tanaman,jumlah daun majemuk dan

diameter batang 13 aksesi meniran umur 10 minggu setelah tanam

Perlakuan

Peubah pengamatan

Tinggi tanaman

(cm)

Jumlah daun

majemuk

Diameter

batang

(mm)

AksesiMeniran hijau

A1 55.11 b 240.89 b 3.59 abc

A2 56.11 b 235.56 b 3.63 abc

A3 55.62 b 239.67 b 3.47 bc

A4 55.22 b 248.00 b 3.31 c

A5 55.55 b 241.33 b 3.49 bc

A6 63.56 a 317.00 a 3.87 ab

A7 62.78 a 342.67 a 3.91 a

A8 57.55 b 243.89 b 3.47 bc

A9 54.11 b 247.67 b 3.55 abc

A10 55.33 b 228.56 b 3.39 c

A11 57.00 b 258.89 b 3.32 c

A12 56.14 b 248.67 b 3.42 c

Meniran merah

A13 37.78 c 165.11 c 3.41 c

Naungan0% 45.96 c 281.21 a 3.99 a

25% 58.56 b 244.69 b 3.41 b

50% 62.15 a 225.92 c 3.17 cKeterangan : Angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.

Sebaliknya, perlakuan naungan secara nyata menurunkan jumlah daun

majemuk dan diameter batang. Semakin tinggi persentase tingkat naungan

semakin rendah jumlah daun majemuk dan diameter batang. Pada keadaan terbuka

menghasilkan daun majemuk sebanyak 281.21 dengan diameter batang 3.99 lebih

tinggi dan berbeda nyata dengan jumlah daun majemuk dan diameter batang pada

Page 8: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

72

naungan 25% (244.69; 3.41) dan naungan 50% (225.92; 3.17). Salisbury dan Ross

(1995) mendapatkan tanaman yang hidup pada kondisi ternaungi akan

menunjukkan gejala etiolasi. Perubahan yang lebih tinggi pada tanaman yang

ternaungi disebabkan karena morfogenesis tanaman yang lebih cepat karena

peningkatan zat pengatur tumbuh tanaman terutama auksin dan giberelin. Devlin

dan Witham (1983) menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh dalam kondisi

ternaungi memiliki kandungan auksin dan giberelin yang tinggi dan berpengaruh

pada plastisitas dinding sel sehingga morfogenesis pada tanaman mengalami

peningkatan.

Hasil analisis statistik menunjukkan adanya interaksi naungan terhadap

parameter jumlah cabang 13 aksesi meniran (Tabel 18).

Tabel 18 Pengaruh interaksi naungan terhadap jumlah cabang 13 aksesi meniran

Aksesi Naungan

0% 25% 50%

Meniran hijau

A1 65.00 cde 46.00 efghij 36.33 hij

A2 79.33 bc 43.33 fghij 34.33 hij

A3 82.67 bc 47.33 efghij 30.67 ij

A4 56.67 defg 52.67 defgh 32.33 hij

A5 69.33 cd 48.33 efghij 36.33 hij

A6 93.33 ab 82.00 bc 50.00 defghi

A7 106. 67a 79.33 bc 42.67 fghij

A8 80.00 bc 57.33 defg 32.67 hij

A9 57.33 defg 39.33 ghij 28.00 j

A10 50.00 defghi 46.00 efghij 33.00 hij

A11 64.00 cde 58.33 defg 34.67 hij

A12 60.33 def 58.00 defg 38.33 ghij

Meniran merah

A13 42.33 fghij 30.67 ij 38.33 ghijKeterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.

Berdasarkan hasil uji Duncan terhadap jumlah cabang terdapat 3

kelompok aksesi yang mempunyai respon yang berbeda terhadap naungan.

Kelompok 1 terdiri dari A1, A4, A6, A9, A10, A11 dan A12. Jumlah cabang

pada aksesi kelompok ini turun secara nyata bila berada pada kondisi ternaungi

hingga 50%. Kelompok 2 terdiri dari A2, A3, A5, A7 dan A8 dimana naungan

25% telah dapat menurunkan secara nyata jumlah cabang. Sedangkan kelompok 3

adalah A13. Aksesi nomor 13 mempunyai jumlah cabang yang tidak berbeda

Page 9: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

73

nyata antara kondisi tanpa naungan dengan naungan 25% maupun 50%. Hal ini

menunjukkan bahwa A13 merupakan aksesi yang memiliki kemampuan dapat

beradaptasi pada kondisi cahaya matahari penuh maupun di bawah naungan.

Meniran merah (A13) toleran terhadap intensitas cahaya yang berbeda dan dapat

digunakan sebagai sumber genetik apabila ingin mengembangkan tanaman

meniran dengan gen yang toleran terhadap cahaya. Adanya perbedaan respon

meniran terhadap cahaya berhubungan dengan asal usul tanaman yang berbeda

habitatnya. Khan et al. (2010) mendapatkan terjadinya perbedaan tinggi tanaman,

jumlah daun, dan jumlah biji P. amarus dengan adanya perbedaan ketinggian

tempat karena faktor lingkungan dan genetik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tunggal (2004), penggunaan

taraf naungan yang semakin meningkat dan jarak tanaman yang lebar dapat

menurunkan pertumbuhan dan produksi herba meniran. Pembudidayaan meniran

pada kondisi tanpa naungan menghasilkan pertumbuhan dan produksi herba yang

tertinggi, sedangkan penggunaan naungan dapat menurunkan hasil.

Tabel 19 Pengaruh aksesi terhadap bobot basah daun (BBD), bobot basah batang

(BBB), bobot basah akar (BBA) dan bobot basah total (BBT) meniran

umur 10 minggu setelah tanam

Aksesi Peubah Pengamatan

BBD (g tan-1

) BBB (g tan-1

) BBA (g tan-1

) BBT (g tan-1

)

Meniran hijau

A1 7.20 bc 7.68 bc 1.05 bc 15.93 cd

A2 6.19 c 7.15 bc 0.99 bc 14.28 cd

A3 6.57 bc 6.10 bc 1.12 bc 13.79 d

A4 8.45 b 8.35 ab 1.21 bc 18.00 bc

A5 6.98 bc 7.27 bc 1.15 bc 15.40 cd

A6 10.89 a 10.15 a 1.14 bc 22.17 a

A7 10.75 a 8.17 ab 1.18 bc 20.10 ab

A8 6.59 bc 7.46 bc 1.16 bc 15.21 cd

A9 6.64 bc 6.91 bc 1.03 bc 14.58 cd

A10 5.82 c 5.82 c 0.79 c 12.42 d

A11 6.67 bc 7.79 bc 1.25 ab 15.72 cd

A12 6.10 c 7.01 bc 1.06 bc 14.16 cd

Meniran

merah

A13 7.33 bc 6.72 bc 1.59 a 15.64 cd

Keterangan : Angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.

Page 10: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

74

Tabel 19 menunjukkan perlakuan aksesi mempunyai pengaruh nyata

terhadap bobot basah daun, batang, akar dan bobot basah total. Perlakuan naungan

menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap bobot basah daun, batang, akar dan

total.

Sejalan dengan pertumbuhan tanaman, aksesi no. 6 diikuti aksesi no. 7

merupakan aksesi dengan bobot basah daun, bobot basah batang dan bobot basah

total tertinggi. Bobot basah akar tertinggi ditunjukkan pada A13 (1.59 gram

tanaman-1

). Meniran merah (A13) mempunyai keunggulan dalam perakaran.

Kondisi di lapangan menunjukkan adanya pertumbuhan akar serabut pada cabang

tanaman paling bawah yang berhubungan dengan tanah disamping akar utama

yang berkembang sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa meniran merah

kemungkinan toleran terhadap kekeringan dan potensial digunakan sebagai aksesi

yang toleran terhadap kekeringan.

Tabel 20 Pengaruh aksesi terhadap bobot kering daun (BKD), bobot kering

batang (BKB), bobot kering akar (BKA) dan bobot kering total (BKT)

meniran umur 10 minggu setelah tanam

Aksesi Peubah Pengamatan

BKD (g tan-1

) BKB (g tan-1

) BKA (g tan-1

) BKT (g tan-1

)

Meniran hijau

A1 2.98 c 2.92 ab 0.57 bcd 6.48 cd

A2 2.88 c 2.63 abcd 0.51 cd 6.01 cd

A3 2.97 c 2.31 cd 0.60 bcd 5.89 cd

A4 2.91 c 2.31 cd 0.58 bcd 5.79 cd

A5 3.04 c 2.45 bcd 0.56 bcd 6.05 cd

A6 5.05 a 3.31 a 0.88 a 9.25 a

A7 4.18 b 3.05 ab 0.68 bc 7.91 b

A8 3.32 c 2.84 abc 0.60 bcd 6.76 bc

A9 2.68 c 2.13 de 0.51 cd 5.32 cd

A10 2.48 c 2.08 de 0.388 d 4.95 d

A11 2.93 c 2.72 abc 0.55 bcd 6.19 cd

A12 3.22 c 2.36 cd 0.52 cd 6.09 cd

Meniran merah

A13 2.80 c 1.73 e 0.75 ab 5.28 cdKeterangan : Angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.

Aksesi meniran menunjukkan keragaman yang nyata dalam bobot kering

daun, batang, akar dan bobot kering total. Perlakuan naungan tidak berpengaruh

nyata terhadap bobot kering daun, batang, akar dan total (Tabel 20). Aksesi

Page 11: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

75

meniran hijau asal Bangkalan (aksesi nomor 6) mempunyai bobot kering daun

(5.05 g tanaman-1

), bobot kering batang (3.31 g tanaman-1

), bobot kering akar

(0.88 g tanaman-1

) dan bobot kering total (9.25 g tanaman-1

) tertinggi diikuti

aksesi nomor 7 mempunyai bobot kering daun 4.18 g tanaman-1

, bobot kering

batang 3.05 g tanaman-1

dan bobot kering total 7.19 g tanaman-1

. Aksesi nomor 6

dan nomor 7 menunjukkan pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun majemuk

dan jumlah cabang maksimal. Hal ini akan mempengaruhi laju fotosintesis di

dalam daun yang akan mempengaruhi jumlah fotosintat yang dihasilkan. Pada

aksesi nomor 6 dan nomor 7 didapatkan bobot kering daun, batang, akar dan

bobot kering total yang maksimal.

Penambahan bobot kering daun, batang, akar dan bobot total maksimal

terdapat pada A6 yaitu 5.05 gram tanaman-1

, 3.31 gram tanaman-1

, 0.88 gram

tanaman-1

dan 9.25 gram tanaman-1

(Tabel 20). Hal ini sejalan dengan

pertumbuhan vegetatif yang baik pada A6 menyebabkan tanaman dapat

menghasilkan bobot kering yang maksimal.

Perbedaan diantara aksesi akibat perlakuan naungan menunjukkan hasil

kandungan total filantin maupun hipofilantin yang berbeda. Aksesi enam dan

aksesi tujuh dipilih untuk dilakukan analisis lebih lanjut karena memperlihatkan

respon terhadap parameter pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan

dengan aksesi meniran hijau lainnya. Aksesi nomor 13 merupakan meniran merah

yang menunjukkan potensi kandungan bioaktif yang tinggi. Data ini tidak

dianalisis statistik karena merupakan hasil analisis komposit (analisis dilakukan

dengan cara mencampurkan bahan contoh menjadi satu pada perlakuan yang sama

dari 3 ulangan).

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 21 dan Gambar 16,

kandungan total filantin tertinggi (0.12 % bobot kering) dihasilkan aksesi meniran

hijau asal Gresik (A7) tanpa naungan (N0). Kandungan total hipofilantin tertinggi

(0.13 % bobot kering) ditunjukkan oleh perlakuan pemberian naungan 50% pada

aksesi meniran hijau asal Gresik (A7).

Page 12: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

76

Tabel 21 Kandungan total filan

berbagai tingkat naun

Aksesi

Naungan A6

(meniran hijau

A7

(meniran hijau)

A13

(meniran merah)

Filantin (%)

0% 0.05 0.12 td

25% 0.08 0.11 td

50% 0.08 0.09 0.001

Hipofilantin (%)

0% 0.06 0.12 td

25% 0.09 0.12 td

50% 0.08 0.13 td

Keterangan : td = tidak terdeteksi

Gambar 16 Kandungan to

pada beberap

Hasil ini menunjukkan ba

maupun hipofilantin meniran pa

pemberian naungan 50% mening

perlakuan tanpa naungan didap

penelitian Figuera et al. (200

kandungan lignan (filantin dan h

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0

0.120.12

pe

rse

n (

%)

76

lantin dan hipofilantin dari tiga aksesi meniran pada

ungan

Aksesi

Naungan

ijau)

A7

(meniran hijau)

A13

(meniran merah)

Filantin (%)

0% 0.12 td

25% 0.11 td

50% 0.09 0.001

Hipofilantin (%)

0% 0.12 td

25% 0.12 td

50% 0.13 td

n total filantin dan hipofilantin meniran aksesi tujuh

rapa tingkat naungan.

bahwa terdapat perbedaan kandungan total filantin

pada perlakuan naungan yang berbeda. Perlakuan

ingkatkan kandungan total hipofilantin sedangkan

apatkan kandungan total filantin tertinggi. Hasi

006) menunjukkan adanya produksi biomassa

hipofilantin) yang berbeda diantara 4 daerah yang

2550

0.11

0.09

0.12 0.120.13

Tingkat naungan (%)

filantin

hipofilantin

76

ada

Aksesi

Naungan A6

(meniran hijau)

A7

(meniran hijau) h)

Filantin (%)

0% 0.05 0.12

25% 0.08 0.11

50% 0.08 0.09

Hipofilantin (%)

0% 0.06 0.12

25% 0.09 0.12

50% 0.08 0.13

juh

ntin

uan

kan

asil

ssa,

ang

filantin

hipofilantin

Page 13: PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN … V... · Kabupaten Bangkalan, enam aksesi meniran hijau (A7,8,A9 ,A10,A11,A12) asal Kabupaten Gresik dan satu aksesi meniran merah (A13)

77

diteliti. Produksi biomassa berkisar antara 16.97 hingga 20.75 g tanaman-1

dan

kandungan lignan dari 0.65 hingga 1.24 % berat berat-1

.

Untuk meniran merah asal Bangkalan (A13), kandungan total filantin

dapat terdeteksi pada perlakuan naungan 50% sebesar 0.001 %, sedangkan pada

perlakuan yang lain tidak terdeteksi. Meniran merah (A13) pada hampir semua

perlakuan naungan tidak terdeteksi. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian

Tripathi et al. (2006) yang menggunakan analisis HPLC dan HPTLC terhadap P.

amarus, P. fraternus, P. urinaria, P. maderaspatensis, P. virgatus dan P. debilis

yang menunjukkan bahwa P. urinaria dan P. debilis tidak terdeteksi. Kandungan

total filantin pada naungan 50% menunjukkan bahwa terpacunya pembentukan

filantin pada meniran merah (A13) dengan adanya naungan.

Simpulan

1. Meniran hijau membutuhkan kondisi terbuka hingga ternaungi 25% untuk

menghasilkan pertumbuhan dan produksi biomassa yang tinggi.

2. Meniran hijau membutuhkan kondisi tanpa naungan, merah memerlukan

naungan 50% untuk menghasilkan filantin.

3. Meniran hijau membutuhkan naungan 50% untuk menghasilkan

kandungan total hipofilantin yang tinggi.