akllkjkfaksfjka

29
2.3 Tipe-tipe cairan 2.3.1 Cairan / larutan yang digunakan dalam terapi intravena berdasarkan osmolalitasnya dibagi menjadi: 1. Isotonik Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan meningkatkan volume ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik akan menambah CES 1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk mengganti 1 liter darah yang hilang. Contoh: · NaCl 0,9 % · Ringer Laktat · Komponen-komponen darah (Alabumin 5 %, plasma) · Dextrose 5 % dalam air (D5W) 1 Hipotonik Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada osmolalitas plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler, dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke dalam sel. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko peningkatan TIK. Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan: 1. Deplesi cairan intravaskuler 2. Penurunan tekanan darah 3. Edema seluler 4. Kerusakan sel Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi serius, klien harus dipantau dengan teliti. Contoh: § dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 % § NaCl 0,45 % § NaCl 0,2 % 2 Hipertonik

Upload: rizky-hidayat-mawardi

Post on 16-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

l;kwfjjasfj

TRANSCRIPT

2.3 Tipe-tipe cairan2.3.1 Cairan / larutan yang digunakan dalam terapi intravena berdasarkan osmolalitasnya dibagi menjadi:1. IsotonikSuatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan meningkatkan volume ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik akan menambah CES 1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk mengganti 1 liter darah yang hilang.Contoh: NaCl 0,9 % Ringer Laktat Komponen-komponen darah (Alabumin 5 %, plasma) Dextrose 5 % dalam air (D5W)

1 HipotonikSuatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada osmolalitas plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler, dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke dalam sel. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko peningkatan TIK. Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan:1. Deplesi cairan intravaskuler2. Penurunan tekanan darah3. Edema seluler4. Kerusakan selKarena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi serius, klien harus dipantau dengan teliti.Contoh: dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 % NaCl 0,45 % NaCl 0,2 %2 HipertonikSuatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya mengkerut. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan jantung serta pasien dengan dehidrasi.Contoh: D 5% dalam saline 0,9 % D 5 % dalam RL Dextrose 10 % dalam air Dextrose 20 % dalam air Albumin 25

2.3.2 Pembagian cairan/larutan berdasarkan tujuan penggunaannya:1. Nutrient solution Berisi karbohidrat ( dekstrose, glukosa, levulosa) dan air. Air untuk menyuplai kebutuhan air, sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan kalori dan energi. Larutan ini diindikasikan untuk pencegahan dehidrasi dan ketosis.Contoh: D5W Dekstrose 5 % dalam 0,45 % sodium chloride2. Electrolyte solution Berisi elekrolit, kation dan anion. Larutan ini sering digunakan untuk larutan hidrasi, mencegah dehidrasi dan koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.Contoh: Normal Saline (NS) Larutan ringer (sodium, Cl, potassium dan kalsium) Ringer Laktat /RL (sodium, Cl, Potassium, Kalsium dan laktat)3. Alkalizing solution Untuk menetralkan asidosis metabolikContoh : Ringer Laktat /RL4. Acidifying solution Untuk menetralkan alkalosis metabolikContoh : Dekstrose 5 % dalam NaCl 0,45 % NaCl 0,9 %5. Blood volume expanders Digunakan untuk meningkatkan volume darah karena kehilangan darah/plasma dalam jumlah besar. (misal: hemoragi, luka bakar berat)Contoh : Dekstran Plasma Human Serum Albumin

2.3.3 Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:1. Kristaloid Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera.Contoh: Ringer-Laktat dan garam fisiologis.2. Koloid Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.Contoh: albumin dan steroid.

2.4 Tipe-tipe Pemberian Terapi Intravena (Infus)1. IV pushIV push (IV bolus), adalah memberikan obat dari jarum suntik secara langsung kedalam saluran/jalan infus.Indikasi :1) Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru, memungkinkan pemberian obat langsung kedalam intravena.2) Untuk mendapat respon yang cepat terhadap pemberian obat (furosemid dan digoksin).3) Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus menerus melalui infus ( lidocain, xilocain).4) Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan akan injeksi5) Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat yang dicampur. (Setyorini, 2006 : 7)

2. Continous Infusion (infus berlanjut)Continoius Infusion dapat diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung, dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra arteri, dan intra thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang ditanam maupun eksternal. Hal yang perlu dipertimbangkan yatu:a. Keuntungan1) Mampu untuk mengimpus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat.2) Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus atau adanya penyumbatan.3) Mengurangi waktu perawatan untuk memastikan kecepatan aliran infus.b. Kerugian1) Memerlukan selang yang khusus.2) Biaya lebih mahal3) Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrat.c. Tanggung jawab perawat1) Efektivitas penggunaan pengaturan infus secara mekanis sama dengan perawat yang memerlukannya.2) Perawat harus waspada terhahap terjadinya komplikasi (adanya infiltrat atau infeksi)3) Ikuti aturan yang diberikan oleh perusahaan yang memproduksi alat tersebut.4) Lakukan pemeriksaan ulang terhadap kecepatan aliran infus.(Setyorini, 2006)

3. Intermitten Infusion (Infus Sementara)Infus sementara dapat diberikan melalui heparin lock, piggy bag untuk infus yang kontiniu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus. (Setyorini, 2006 : 9)

2.5 Komplikasi Terapi Intravena (Infus) Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah.2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.3. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah

Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus:1. Rasa perih/sakit2. Reaksi alergi (Yuda, 2010)

BAB 3PROSEDUR TERAPI INTRAVENA

3.1 Peralatan1. Alas plastik dan handuk kecil2. Manset tangan; bisa juga digunakan manset sfigmomanometer3. Kapas alkohol4. Betadine (1-2 % dalam air, 70 % alkohol)5. Kain kasa steril6. Plester dan stiker kosong untuk menulis tanggal pemasangan infus7. Set infus8. Jarum infus (abbocath, wing needle/butterfly)9. Cairan infus10. Sarung tangan steril (jika memasang infus pada klien yang mengalami penyakit menular, seperti ; hepatitis B, HIV-B, AIDS, dll)

3.1 Prosedur Pemasangan Terapi IntravenaPrinsip pemasangan terapi intravena (infus) memperhatikan prinsip steril, hal ini yang paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah kontaminasi jarum intravena (infus).Langkah-langkah dalam pemasangan terapi intravena (Infus) menurut Susiati (2008), adalah sebagai berikut :1. Berikan penjelasan kepada pasien menggenai maksud pemasangan IV line, untuk memperoleh persetujuan dan kerja sama pasien. Pasien hendaknya dalam keadaan tenang, dalam kondisi baring atau duduk.2. Atur posisi pasien senyaman mungkin. Persiapkan lengan yang akan dipasang kanulasi (bila memungkinkan, cari lengan yang tidak dominan).3. Ciptakan suasana yang mendukung dan bersahabat.4. Jika kanulasi akan diteruskan dengan pemasangan infus, sedangkan baju pasien agak ketat, maka lepaskan atau longgarkan baju dari lengan pasien.5. Cuci tangan medikal.6. Persiapkan set infus7. Cek aliran infus8. Dekatkan peralatan (yang telah disiapkan dalam troli injeksi) ke pasien.9. Kenakan sarung tangan.10. Letakkan perlak pada bagian bawah lengan.11. Pasang tourniquet.12. Identifikasi vena yang layak digunakan.13. Disinfeksi kulit dengan alkohol swab, sirkuler (biarkan mengering, jangan ditiup).14. Gunakan kanula steril.15. Masukkan kanula ke vena (kanulasi) dengan sudut 15-20 derajat.16. Insersi kanula (IV insertion).17. Buka tourniquet.18. Dorong kanula masuk secara perlahan, tarik stilet keluar secara perlahan.19. Setelah darah tampak keluar, sambungkan dengan IV line.20. Letakkan kasa steril di bawah kanula, agar jika ada darah yang keluar akan segera diserap.21. Buang jarum kedalam sharp container.22. Atur tetesan infus sesuai program terapi dokter.23. Bersihkan daerah sekitar bekas penusukan dengan kasa steril.24. Buang kasa kedalam tempatnya.25. Tutup dengan plaster transparan.26. Fiksasi dengan plester antialergi dengan cara jangkar.27. Beri label pada :27.2Botol infus ; cantumkan (tanggal, bulan, tahun, mulai dan selesai pemberian infus)27.3Set infus ; cantumkan (jam, tanggal, bulan, dan nama pemasang infus).28. Rapikan alat seperti semula.29. Cuci tangan30. Dokumentasikan kedalam catatan perkembagan pasien.

3.3 Hal-hal yang perlu diperhatikan ( kewaspadaan)1. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru2. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi3. Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain4. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan5. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir6. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus7. Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester dibersihkan memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu)8. Mendokumentasikan waktu pemberian, jenis cairan dan tetesan, jumlah cairan yang masuk, waktu pemeriksaan kateter (terhadap adanya embolus), serta reaksi klien (terhadap cairan yang telah masuk

3.4 Tempat/ lokasi vena perifer yang sering digunakan pada pemasangan infusVena supervisial atau perifer kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena. Vena-vena tersebut diantaranya adalah :1. Metakarpal2. Sefalika3. Basilika4. Sefalika mediana5. Basilika mediana6. Antebrakial mediana

3.5 Pemilihan Vena1. Vena tangan paling sering digunakn untuk terapi IV rutin2. Vena lengan depan : periksa dengan teliti kedua lengan sebelum keputusan dibuat, sering digunakan untuk terapi rutin3. Vena lengan atas : juga digunakan untuk terapi IV4. Vena ekstremitas bawah : digunakan hanya menurut kebijakan institusi dan keinginan dokter5. Vena kepala : digunakan sesuai dengan kebijakan institusi dan keinginan dokter ; sering dipilih pada bayi6. Insisi : dilakukan oleh dokter untuk terapi panjang7. Vena subklavia : dilakukan oleh dokter untuk terapi jangka panjang atau infus cairan yang mengiritasi (hipertonik)8. Jalur vena sentral: digunakan untuk tujuan infus atau mengukur tekanan vena sentralq Contoh Vena sentral adalah : v. subkalvia, v. jugularis interna/eksterna, v. sefalika atau v.basilika mediana, v. femoralis, dll.9. Vena jugularis : biasanya dipasang untuk mengukur tekanan vena sentral atau memberikan nutrisi parenteral total (NPT) jika melalui vena kava superior.10. Vena femoralis : biasanya hanya diguakan pada keadaan darurat tetapi dapat digunakan untuk penempatan kateter sentral untuk pemberian NTP.11. Pirau arteriovena (Scribner) : implantasi selang palastik antara arteri dan vena untuk dialisis ginjal12. Tandur (bovine) : anastomoisis arteri karotid yang berubah sifat dari cow ke sistem vena ; biasanya dilakukan pada lengan atas untuk dialisis ginjal13. Fistula : anastomoisis bedah dari arteri ke vena baik end atau side to side untuk dialisis ginjal14. Jalur umbilikal : rute akses yang biasa pada UPI neonates

Tabel. 1. Pertimbangan dasar dalam pemilihan sisi (vena)NoJenis VenaKeuntunganKerugian1.Vena Perifer Cocok untuk kebanyakan obat dan cairan isotonik Cocok untuk terapi jangka pendek Biasanya mudah untuk diamankan Tidak cocok untuk obat-obatan yang mengiritasi Tidak cocok untuk terapi jangka panjang Sukar untuk diamankan pada pasien yang agitasi2.Vena Sentral Cocok untuk obat-obatan yang mengiritasi atau cairan hipertonik Cocok untuk terapi jangka panjang Obat-obatan harus diencerkan Resiko komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan kateter vena sentral, seperti infeksi, hemothoraks, pneumothoraks. Tidak disukai karena bisa terganggu oleh pasien (namun masih mungkin)

3.6 Faktor yang mempengaruhi pemilihan sisi (vena)1. Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting dan mempengaruhi berapa lama IV berakhir.2. Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun3. Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, takbergerak, perubahan tingkat kesadaran4. Jenis IV : jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering memaksa tempat-tempat yang optimum (mis, hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer)5. Durasi terapi IV : terapi jangka panjang memerlukan pengukuran untuk memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (mis, mulai di tangan dan pindah ke lengan)6. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada ,pemilian sisi dan rotasi yang berhati hati menjadi sangat penting ; jika sedikit vena pengganti ( mis ,pemasangan kateter broviac atau hickman atau pemasangan jalur PICC )7. Terapi Ivsebelumnya :flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak baik untuk di gunakan ; kometerapi sering membuat vena menjadi buruk (mis,mudah pecah atau sklerosis )8. Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (mis, pasien mastektomi ) tanpa izin dari dokter .9. Sakit sebelumnya :jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan stroke .10. Kesukaan pasien : jika mungkin ,pertimbangkan kesukaan alami pasien untuk sebelah kiri atau kanan dan juga sisi .

3.7 Perhitungan Tetesan Infus1. Tetesan Makro : 1cc = 15 tetes Rumus : Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dimasukkan (cc) Lamanya infus (jam) x 42. Tetesan Mikro : 1cc = 60 tetes Rumus : Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dimasukkan (cc) Lamanya infus (jam)Diposkan oleh chan axe Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Konsep Dasar Terapi Intravena (Infus) Diposkan oleh Rizki Kurniadi

1. Pengertian Terapi Intravena (Infus) Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat. (Wahyuningsih, 2005 : 68)Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)Memasang Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set. (Protap RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu, 2009) Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme dan memberikan medikasi. (Wahyuningsih, 2005 : 68)

2. Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus)a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral.b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.e. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan.(Setyorini, 2006 : 5)

3. Tipe-tipe Cairan Intravenaa. IsotonikSuatu cairan yang memiliki tekanan osmotic yang sama dengan ada didalam plasma.1) Nacl normal 0,9%2) Ringer Laktat3) Komponen-komponen darah (albumin 5%, plasma)4) Dextrose 5% dalam air ( D 5 W )b. HipotonikSuatu larutan yang memiliki osmotic yang lebih kecil dari pada yang ada didalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di Intrasel dan Ekstrasel, sel-sel tersebut akan membesar atau membengkak.1) Dextrose 2,5% dalam Nacl 0,45%2) Nacl 0,45%3) Nacl 0,2%c. HipertonikSuatu larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih tinggi dari pada yang ada dalam plasma darah. Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotic, sel kemudian akan menyusut.1) Dextrose 5% dalam Nacl 0,9%2) Dextrose 5% dalam Nacl 0,45% (hanya sedikit hipertonis karena dextrose dengan cepat dimetabolisme dan hanya sementara mempengaruhi tekanan osmotic).3) Dextrose 10% dalam air4) Dextrose 20% dalam air5) Nacl 3% dan 5%6) Larutan hiperalimentasi7) Dextrose 5% dalam ringer laktat8) Albumin 25(Setyorini, 2006 : 5)4. Komposisi Cairan Terapi Intravenaa. Larutan Nacl, berisi air dan elektrolit (Na+, cl-)b. Larutan dextrose, berisi air atau garam dan kaloric. Ringer laktat, berisi air (Na+, K+, cl-, ca++, laktat)d. Balans isotonic, isi bervariasi : air, elektrolit, kalori ( Na+, K+, Mg++, cl-, HCO, glukonat ).e. Whole blood (darah lengkap) dan komponen darah.f. Plasma expanders, berisi albumin, dextran, fraksi protein plasma 5%, hespan yang dapat meningkatkan tekanan osmotic, menarik cairan dari intertisiall, kedalam sirkulasi dan meningkatkan volume darah sementara.g. Hiperelimentasi parenteral (cairan, elektrolit, asam amino, dan kalori).(Setyorini, 2006 : 6)

5. Menentukan kecepatan cairan Intravena (Infus) a. Pertama atur kecepatan tetesan pada tabung IV. Tabung makrodrip dapat meneteskan 10 atau 15 tetes per 1 ml. Tabung mikrodrip meneteskan 60 tetes per 1 ml. Jumlah tetesan yang diperlukan untuk 1 ml disebut faktor tetes.b. Atur jumlah mililiter cairan yang akan diberikan dengan jumlah total cairan yang akan diberikan dengan jumlah jam infuse yang berlangsung. Kemudian kalikan hasil tersebut dengan faktor tetes.c. Untuk menentukan berapa banyak tetesan yang akan diberikan permenit, bagi dengan 60.d. Hitung jumlah tetesan permenit yang akan diinfuskan. Jika kecepatan alirannya tidak tepat, sesuaikan dengan kecepatan tetesan. (Wahyuningsih, 2005 : 70)

6. Hal-hal yang harus diperhatikan terhadap Tipe-tipe Infusa. D 5 W (dextrose 5% in water)1) Digunakan untuk menggantikan air (cairan hipotonik) yang hilang, memberikan suplai kalori, juga dapat dibarengi dengan pemberian obat-obatan atau berfungsi untuk mempertahankan vena dalam keadaan terbuka dengan infus tersebut2) Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi cairan (hiponatremia, sindroma pelepasan hormon antidiuretik yang tidak semestinya). Jangan digunakan dalam waktu yang bersamaan dengan pemberian transfusi (darah atau komponen darah).b. Nacl 0,9%1) Digunakan untuk menggantikan garam(cairan isotonik) yang hilang, diberikan dengan komponen darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok hemodinamik.2) Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik (misalnya : gagal jantung dan gagal ginjal).

c. Ringer laktatDigunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang, elektrolit tertentu, dan untuk mengatasi asidosis metabolik tingkat sedang. (Setyorini, 2006 : 6)

B. Tipe-tipe Pemberian Terapi Intravena (Infus)1. IV pushIV push (IV bolus), adalah memberikan obat dari jarum suntik secara langsung kedalam saluran/jalan infus.Indikasi : 1) Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru, memungkinkan pemberian obat langsung kedalam intravena.2) Untuk mendapat respon yang cepat terhadap pemberian obat (furosemid dan digoksin).3) Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus menerus melalui infus ( lidocain, xilocain).4) Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan akan injeksi5) Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat yang dicampur. (Setyorini, 2006 : 7)

2. Continous Infusion (infus berlanjut)Continoius Infusion dapat diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung, dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra arteri, dan intra thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang ditanam maupun eksternal. Hal yang perlu dipertimbangkan yatu:a. Keuntungan1) Mampu untuk mengimpus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat.2) Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus atau adanya penyumbatan.3) Mengurangi waktu perawatan untuk memastikan kecepatan aliran infus. b. Kerugian1) Memerlukan selang yang khusus.2) Biaya lebih mahal3) Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrat.c. Tanggung jawab perawat1) Efektivitas penggunaan pengaturan infus secara mekanis sama dengan perawat yang memerlukannya.2) Perawat harus waspada terhahap terjadinya komplikasi (adanya infiltrat atau infeksi)3) Ikuti aturan yang diberikan oleh perusahaan yang memproduksi alat tersebut.4) Lakukan pemeriksaan ulang terhadap kecepatan aliran infus.(Setyorini, 2006 : 8)

3. Intermitten Infusion (Infus Sementara)Infus sementara dapat diberikan melalui heparin lock, piggy bag untuk infus yang kontiniu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus. (Setyorini, 2006 : 9)

C. Komplikasi Terapi Intravena (Infus)Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah.2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.3. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darahKomplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus:1. Rasa perih/sakit2. Reaksi alergi(Yuda, 2010)

D. Prosedur Pemasangan Terapi Intravena (Infus)Prinsip pemasangan terapi intravena (infus) memperhatikan prinsip steril, hal ini yang paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah kontaminasi jarum intravena (infus). Langkah-langkah dalam pemasangan terapi intravena (Infus) menurut Susiati (2008 : 16), adalah sebagai berikut :1. Berikan penjelasan kepada pasien menggenai maksud pemasangan IV line, untuk memperoleh persetujuan dan kerja sama pasien. Pasien hendaknya dalam keadaan tenang, dalam kondisi baring atau duduk.2. Atur posisi pasien senyaman mungkin. Persiapkan lengan yang akan dipasang kanulasi (bila memungkinkan, cari lengan yang tidak dominan).3. Ciptakan suasana yang mendukung dan bersahabat.4. Jika kanulasi akan diteruskan dengan pemasangan infus, sedangkan baju pasien agak ketat, maka lepaskan atau longgarkan baju dari lengan pasien.5. Cuci tangan medikal.6. Persiapkan set infus7. Cek aliran infus8. Dekatkan peralatan (yang telah disiapkan dalam troli injeksi) ke pasien.9. Kenakan sarung tangan.10. Letakkan perlak pada bagian bawah lengan.11. Pasang tourniquet.12. Identifikasi vena yang layak digunakan.13. Disinfeksi kulit dengan alkohol swab, sirkuler (biarkan mengering, jangan ditiup).14. Gunakan kanula steril.15. Masukkan kanula ke vena (kanulasi) dengan sudut 15-20 derajat.16. Insersi kanula (IV insertion).17. Buka tourniquet.18. Dorong kanula masuk secara perlahan, tarik stilet keluar secara perlahan.19. Setelah darah tampak keluar, sambungkan dengan IV line.20. Letakkan kasa steril di bawah kanula, agar jika ada darah yang keluar akan segera diserap.21. Buang jarum kedalam sharp container.22. Atur tetesan infus sesuai program terapi dokter.23. Bersihkan daerah sekitar bekas penusukan dengan kasa steril.24. Buang kasa kedalam tempatnya.25. Tutup dengan plaster transparan.26. Fiksasi dengan plester antialergi dengan cara jangkar.27. Beri label pada : Botol infus ; cantumkan (tanggal, bulan, tahun, mulai dan selesai pemberian infus) Set infus ; cantumkan (jam, tanggal, bulan, dan nama pemasang infus).28. Rapikan alat seperti semula.29. Cuci tangan30. Dokumentasikan kedalam catatan perkembagan pasien.

PROFIL FARMAKOKINETIKA PEMBERIAN OBAT MELALUIINFUSPosted on March 20, 2009 | Leave a comment Nama penyusun:Mayland Yee Sewa (06-087)Ni Nyoman Manik U. ( 06-091)Pemberian melalui infus diartikan sebagai pemberian obat secara perlahan-lahan dengan jangka waktu lama, sehingga didapatkan keseimbangan antara kecepatan masuknya obat ke sirkulasi sistemik dengan kecepatan eliminasi obat. Tujuan dari pemberian obat melalui infus terutama adalah agar didapatkan kadar terapetik yang terpelihara (konstan), yang memang diperlukan pada keadaan keadaan tertentu. Untuk itu, perlu dibedakan pemberian obat bersama infus atau pemberian obat secara perlahan-lahan. Pada saat akan dimulainya pemberian suatu obat secara infus, kadar obat dalam tubuh adalah nol. Kemudian diberikan infus, maka kadar obat akan naik, setelah waktu tertentu proses eliminasi akan seimbang dengan kecepatan masuknya obat, sehingga didapatkan keadaan yang disebut steady state atau plateau. Steady state ini dapat dipertahankan, apabila kecepatan infus diatur sedemikian rupa sehingga seimbang dengan kecepatan eliminasi (lihat Gambar 5).Dengan demikian, secara matematis jumlah obat yang berada dalam tubuh (Ass) dan kadar obat dalam darah (Css) pada keadaan steady state (=tunak) dapat diprediksi dengan formula: Roa) Css = atau Ass = Css x Vd Kel Rob) Css = CLKeterangan : Css adalah kadar obat pada keadaan tunakRo adalah kecepatan infusCL adalah klirens tubuh totalAss adalah jumlah obat yang berada dalam tubuh pada keadaan tunak.Waktu untuk mencapai keadaan tunak pada pemberian obat melalui infus.Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan tunak? Bila infus diberikan dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan eliminasinya, maka keadaan tunak akan tercapai dalam waktu 3,3 x T 1/2. Pada keadaan tertentu, mungkin waktu ini terlalu lama. Untuk itu, pencapaian keadaan tunak dapat dipercepat dengan pemberian bolus, yaitu sejumlah dosis obat yang diberikan secara cepat. Pemberian bisa dilakukan dengan cara mempercepat tetesan infus selama waktu tertentu, bisa dengan memberikan sejumlah dosis per injeksi intravena (lihat Gambar 6a, 6b, 6c).

Apabila kadar obat selama infus dipertahankan supaya tidak berubah, maka setelah infus dihentikan, kadar obat akan menurun, mengikuti pola kinetika eliminasi yang dimiliki oleh obat tersebut (lihat Gambar 7

Contoh obat yang dapat diberikan melalui infus.Contoh obat yang dapat diberikan melalui infus yaitu metronidazol ( 500 mg metronidazol dalam 100 ml infus). Metronidazol bekerja sebagai bakterisid, amubisid dan trikomonasid. FarmakokinetikAbsorpsiSetelah pemberian infus IV selama 1 jam dengan dosis 15 mg/kgBB kemudian diikuti dengan pemberian infus IV metronidazol Hcl selama 1 jam dengan dosis 7,5 mg/kgBB setiap 6 jam pada orang dewasa sehat, konsentrasi puncak metronidazol dalam plasma rata-rata 26 g/ml dan konsentrasi yang mantap dalam plasma rata-rata 18 g/ml. Dalam satu studi crossover pada orang dewasa, daerah bawah kurva (AUCs = area under the concentration time curves) tidak ada perbedaan secara signifikan pada pemberian dosis metronidazol tablet 500 mg dengan dosis infus IV tunggal 500 mg metronidazol HCl yang diberikan selama 20 menit.DistribusiMetronidazol didistribusikan secara luas ke dalam jaringan dan cairan tubuh termasuk tulang, empedu, air liur, cairan pleural, cairan peritoneal, cairan vagina, cairan seminal, cairan serebrospinal (CSF = cerebrospinal fluid), dan abses hati dan otak. Distribusi pada pemberian oral maupun pemberian infus IV adalah sama. Konsentrasi metronidazol dalam cairan serebrospinal dilaporkan sebanyak 43% dari konsentrasi metronidazol dalam plasma, pada pasien dengan uninflamed meninges serta sebanding atau lebih besar dari konsentrasi metronidazol dalam plasma pada pasien dengan inflamed meninges. Metronidazol juga didistribusi ke dalam eritrosit. Ada data yang menduga bahwa volume distribusi metronidazol menurun pada pasien geriatrik dibandingkan pasien usia muda, hal ini mungkin merupakan akibat dari menurunnya ambilan metronidazol oleh eritrosit pada pasien geriatrik. Metronidazol terikat kurang dari 20% pada protein plasma. Metronidazol melewati plasenta, didistribusikan ke dalam ASI dengan konsentrasi yang sama dengan konsentrasi metronidazol dalam plasma.Eliminasi:Waktu paruh dalam plasma dari metronidazol dilaporkan 6-8 jam pada orang dewasa dengan fungsi ginjal dan hepar normal. Suatu studi dengan menggunakan metronidazol HCl yang dilabel, waktu paruh dari metronidazol bentuk utuh rata-rata 7,7 jam dan waktu paruh dari radioaktivitas total rata-rata 11,9 jam. Waktu paruh metronidazol dalam plasma tidak dipengaruhi oleh perubahan fungsi ginjal, akan tetapi waktu paruh dapat lebih panjang pada pasien gangguan fungsi hepar. Studi pada orang dewasa dengan penyakit hepar alkoholik dan gangguan fungsi hepar memperlihatkan bahwa waktu paruh rata-rata 18,3 jam (kisaran: 10,3-29,5 jam).Inkompatibilitas obat melalui infus.

Ada obat yang tidak kompatibel dengan kandungan larutan infus. Contoh khas adalah natrium bikarbonat dengan Ringer laktat atau Ringer asetat. Untuk mencegah inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat bisa berinteraksi di dalam atau di luar tubuh. Jika harus mencampur suatu obat, selalu ikuti petunjuk pabrik seperti volume dan jenis diluen yang tepat; mana larutan yang bisa ditambahkan ke pemberian piggy back; dan larutan bilas apa yang harus digunakan di antara pemberian suatu produk dan produk lain untuk menghindari kejadian-kejadian, seperti pengendapan di dalam selang infus (sebagai Contoh, jangan pernah memberikan fenitoin ke dalam infus jaga yang mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin B dengan normal saline). Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit (misal. kalium klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback. Jika ingin mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat - obat ini kompatibel di dalam spuit. Selain itu perlu waspada dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila berkontak dengan obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin (Dilantin), heparin, midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan dalam campuran IV.