akd
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diklat dianggap sebagai faktor penting dalam peningkatan kinerja pegawai, proses dan
organisasi, sudah luas diakui. Tapi masalahnya banyak diklat yang diselenggarakan oleh
suatu organisasi tidak atau kurang memenuhi kebutuhan sesungguhnya. Misalnya yang
diperlukan sesungguhnya adalah pelatihan B tetapi yang dilakukan A, akibatnya investasi
yang ditanamkan melalui diklat kurang dapat dilihat hasilnya.
Kenyataan yang sering terjadi juga pada saat pembukaan diklat, peserta diklat tidak
mencapai jumlah alokasi yang telah ditentukan bahkan sampai 3 hari setelah pembukaan
masih kurang peserta diklat. Hal ini menandakan Diklat tersebut sudah mengalami kejenuhan
atau materi diklat sudah tidak sesuai dengan kebutuhan peserta diklat. Di lain sisi, banyak
alasan pegawai menolak mengikuti diklat, antara lain :
1. Mendapat perintah menjalankan tugas lainnya.
2. Tidak mau tinggal di mess dengan alasan keluarga.
3. Setelah mengikuti diklat mendapat tugas yang tidak sesuai dengan hasil diklat.
4. Kehilangan pekerjaan/penghasilan tambahan.
Dan sangat kontradiksi bila kita menanyakan kepada mereka yang menjadi peserta diklat
tentang tujuannya mengikuti diklat, antara lain :
1. Menambah wawasan.
2. Menambah angka kredit untuk promosi kenaikan pangkat atau jabatan.
3. Mengikuti perintah atasan.
4. Istirahat dari pekerjaan rutin.
Timbulnya masalah ini tentu disebabkan banyak hal. Salah satunya terletak pada Analisis
Kebutuhan Diklat (Training Needs Assessment/TNA)-nya yang tidak pernah dilakukan
dengan benar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu diadakan suatu analisis
kebutuhan diklat khususnya di satuan kerja.
1
Analisis Kebutuhan Diklat adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk menemukenali
adanya kesenjangan kompetensi (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) yang dapat
ditingkatkan melalui diklat.
Kegiatan AKD/TNA diharapkan akan menghasilkan jenis-jenis diklat yang dibutuhkan
oleh organisasi, sehingga dapat mewujudkan diklat yang tepat sasaran, tepat isi kurikulum
dan tepat strategi untuk mencapai tujuan. Melalui kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat, maka
idealnya setiap program yang disusun dan dijabarkan dalam bentuk kegiatan merupakan
perwujudan dari pemenuhan kebutuhan.
Hasil yang diharapakan dari Analisis Kebutuhan Diklat akan memperjelas kaitan antara
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan peningkatan kinerja lembaga yang merupakan
akumulasi dari kinerja para pejabat di dalam suatu organisasi, disebutkan demikian karena
setiap pejabat yang dilengkapi dengan jenis-jenis diklat yang dibutuhkan, selanjutnya akan
dapat melaksanakan setiap rincian tugas dalam jabatannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisa Kebutuhan Diklat (Training Needs Assessment/TNA)
1. Definisi Analisis Kebutuhan Diklat
Langkah paling utama dan pertama dalam penyusunan rancang bangun suatu program
diklat adalah kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) atau Training Needs Assessment
(TNA). Analisis kebutuhan Diklat memiliki kaitan erat dengan perencanaan Diklat.
Perencanaan yang paling baik didahului dengan identifikasi kebutuhan. Kebutuhan
pendidikan dan pelatihan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat pengetahuan
dan kemampuan yang diharapkan (sebagaimana terlihat pada misi, fungsi dan tugas) dengan
pengetahuan dan kemampuan yang senyatanya dimiliki oleh pegawai.
Menurut Morrison (2001: 27), kebutuhan (need) adalah kesenjangan antara apa yang
diharapkan dengan kondisi yang sebenarnya, keinginan adalah harapan ke depan atau cita-
cita yang terkait dengan pemecahan terhadap suatu masalah. Sedangkan analisa kebutuhan
adalah alat untuk mengidentifikasi masalah guna menentukan tindakan yang tepat. (Morrison,
2001: 27).
Kebutuhan menurut Briggs (dalam Konsep Dasar AKD LAN, 2005 : 9) adalah
“ketimpangan atau gap antara apa yang seharusnya dengan apa yang senyatanya”.
Gilley dan Eggland (dalam Konsep AKD LAN, 2005 : 9) menyatakan bahwa kebutuhan
adalah “kesenjangan antara seperangkat kondisi yang ada pada saat sekarang ini dengan
seperangkat kondisi yang diharapkan. Kebutuhan pelatihan dapat diketahui sekiranya terjadi
ketimpangan antara kondisi (pengetahuan, keahlian dan perilaku) yang senyatanya ada
dengan tujuan-tujuan yang diharapkan tercipta pada suatu organisasi.
Analisis Kebutuhan Diklat menurut Rosset dan Arwady (dalam Konsep Dasar AKD
LAN) menyebutkan bahwa “Training Needs Assessment (TNA) adalah suatu istilah yang
dipergunakan dalam analisis untuk memahami permasalahan kinerja atau permasalahan yang
berkaitan dengan penerapan teknologi baru. Dinyatakan Rosset bahwa Training Needs
Assessment yang selanjutnya disebut analisis kebutuhan diklat atau penilaian kebutuhan
3
Diklat sering kali di sebut pula sebagai analisis permasalahan, analisis pra diklat, analisis
kebutuhan atau analisis pendahuluan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapa disimpulkan TNA merupakan sebuah analisis
kebutuhan workplace secara spesifik dimaksud untuk menetukan apa sebetulnya kabutuhan
pelatihan yang menjadi prioritas. Informasi kebutuhan tersebut akan dapat membantu
organisasi dalam menggunakan sumber daya (dana, waktu dll) secara efektif sekaligus
menghindari kegiatan pelatihan yang tidak perlu.
TNA dapat pula dipahami sebagai sebuah investigasi sistematis dan komprehensif tentang
berbagai masalah dengan tujuan mengidentifikasi secara tepat beberapa dimensi persoalan,
sehingga akhirnya organisasi dapat mengetahui apakah masalah tersebut memang perlu
dipecahkan melalui program pelatihan atau tidak.
Analisis kebutuhan pelatihan dilakukan melalui sebuah proses tanya jawab (asking
question getting answers). Pertanyaan diajukan kepada setiap karyawan dan kemudian
membuat verifikasi dan dokumentasi tentang berbagai masalah dimana akhirnya kebutuhan
pelatihan dapat diketahui untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Jenis Tingkatan Kebutuhan Diklat
Tidak semua masalah kinerja dapat dipecahkan dengan diklat. Diklat dapat digunakan
untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Berdasarkan tingkat kebutuhannya, Kebutuhan Diklat dibedakan menjadi
Kebutuhan Tingkat Organisasi, Tingkat Jabatan dan Tingkat Individu.
4
1) Kebutuhan Diklat Tingkat Organisasi
Kebutuhan Diklat Tingkat Organisasi merupakan himpunan data umum dari bagian atau
bidang yang mempunyai kebutuhan Pelatihan.
Analisis kebutuhan pelatihan yang didasarkan pada kebutuhan strategis
kelompok/organisasi. Kebutuhan strategis kelompok/organisasi dirumuskan dengan mengacu
pada dua elemen pokok :
Strategi kelompok/organisasi
Nilai-nilai kelompok/organisasi
Pertanyaan yang dapat diajukan di tingkat analisis ini antara lain:
Apakah visi dan strategi kelompok/organisasi ?
Adakah faktor-faktor kunci yang menghambat pencapaian visi dan strategi
kelompok/organisasi ?
Faktor-faktor apa sajakah yang harus ditingkatkan dalam pencapaian visi
kelompok/organisasi ?
Analisis di tingkat ini berusaha mengetahui apa tujuan yang ingin dicapai oleh
kelompok/organisasi dan juga apakah ada cukup sumberdaya di dalam
kelompok/organisasi untuk memastikan bahwa perbaikan yang ingin dicapai dapat terjadi.
Setelah diidentifikasi, secara naratif ditunjukkan kondisi nyata mengenai
kelompok/organisasi baik yang terkait dengan tugas terhadap suatu fungsi/posisi/jabatan
tertentu, kemampuan dan keterampilan setiap individu, dan sejauh mana pencapaian visi
kelompok/organisasi. Untuk menganalisa kebutuhan pelatihan apa yang bisa diterapkan,
perlu dipetakan hasil identifikasi tersebut. Selanjutnya hasil training need
assessment (identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan) dapat dipetakan dalam bentuk
matrik tabel analisis kebutuhan pelatihan.
5
Visi, value, dan strategi kelompok/organisasi
Faktor kunci efektivitas dan keberhasilan organisasi
Analisis kekuatan dan kelemahan faktor yang mempengaruhi pencapaian visi organisasi
Kesenjangan faktor
Faktor yang kuat
Faktor yang lemah
Kebutuhan pelatihan
Visi
Value
Strategy
Contoh matrik tabel analisa tingkatan organisasi
2) Kebutuhan Diklat Tingkat Jabatan (Tugas)
Adanya kesenjangan KSA (knowledge, Skill, Attitude) yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan baik yang bersifat periodik/ insidentil. Kebutuhan Diklat tingkat
jabatan dapat diketahui dengan mempergunakan analisis misi, fungsi, tugas dan sub tugas
yang diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi. Kemudian kompetensi-kompetensi itu
dikelompokkan sedemikan rupa sehingga menghasilkan standar diklat untuk tiap-tiap
jabatan.Analis yang berfokus pada kebutuhan tugas yang dibebankan pada satu posisi/fungsi
tertentu. Tugas dan tanggungjawab posisi ini dianalisa untuk diketahui jenis ketrampilan apa
yang dibutuhkan. Dari sini, kemudian dapat ditentukan jenis pelatihan semacam apa yang
6
diperlukan. Jadi dalam analisa ini, yang menjadi fokus adalah tugas posisi, bukan orang yang
memegang posisi tersebut. Melalui metode task analysis ini, kemudian bisa disusun semacam
kurikulum pelatihan yang bersifat standard dan terpadu. Beragam jenis pelatihan ini
kemudian menjadi pelatihan yang wajib diikuti oleh setiap orang yang menduduki
posisi/fungsi tersebut.Pertanyaan yang dapat diajukan di tingkat analisis ini antara lain:
Apa sajakah tugas dan tanggung jawab dari pekerjaan/fungsi tertentu ?
Apakah ada perubahan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan/fungsi sehubungan
dengan adanya perubahaan kebijakan di tingkat kelompok/organisasi ?
Ketrampilan dan pengetahuan apa sajakah yang perlu dimiliki agar dapat memenuhi
tugas dan tanggungjawabnya secara kompeten ?
Jenis tugas
Uraian pelaksanaan tugas
Kompetensi yang ada
Kompetensi yang harus dimiliki
"Gap" kompetensi
Kebutuhan pelatihan
Contoh matrik tabel analisa tingkatan tugas (Task Analysis)
3) Kebutuhan Diklat Tingkat Individu
Berkaitan dengan siapa dan jenis diklat apa yang diperlukan. Kebutuhan Diklat tingkat
individu dapat disusun dengan mempergunakan TNA Tool (Training Needs Assessment),
yakni dengan membandingkan kesenjangan standar kompetensi dalam jabatan terhadap
kompetensi yang dimiliki oleh seorang PNS yang bekerja dalam unit jabatan tersebut.Analisis
7
yang berfokus pada level kompetensi orang yang memegang posisi tertentu. Analisa
ditujukan untuk mengetahui kekurangan dan area pengembangan yang dibutuhkan oleh orang
tersebut. Dari sini, kemudian dapat disusun jenis pelatihan apa saja yang diperlukan untuk
orang tersebut. Dalam analisa ini biasanya telah ditetapkan beragam jenis kompetensi dan
juga standar level kompetensi yang diperlukan untuk suatu posisi tertentu.
Pertanyaan yang dapat diajukan di tingkat analisis ini antara lain:
Ketrampilan dan pengetahuan apa saja yang sudah dimiliki ?
Pelatihan apa saja yang sudah diikuti ?
Cara pelatihan seperti apa yang paling dapat memenuhi kebutuhan individu ?
Pelatihan di ruang kelas, pelatihan di tempat kerja, atau metode lain? Apakah lebih
baik menggunakan trainer dari luar atau dari dalam organisasi ?
Daftar Individu Kompetensi yang ada saat ini
Kompetensi yang diharapkan
"Gap" kompetensi
Kebutuhan pelatihan
Contoh matrik tabel analisa tingkatan individu (Person Analysis)
8
3. Fungsi Dan Manfaat Analisis Kebutuhan Diklat
Hasil TNA adalah identifikasi performance gap. Kesenjangan kinerja tersebut dapat
diidentifikasi sebagai perbedaan antara kinerja yang diharapkan dan kinerja aktual individu.
Kesenjangan kinerja dapat ditemukan dengan mengidentifikasi dan mendokumentasi standar
atau persyaratan kompetensi yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan dan
mencocokkan dengan kinerja aktual individu tempat kerja. Adapun fungsi dari analisis
kebutuhan diklat adalah :
1) Mengumpulkan informasi tentang skill, knowledge dan feeling pekerja;
2) Mengumpulkan informasi tentang job content dan job context;
3) Medefinisikan kinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian yang operasional;
4) Melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan;
5) Memberi data untuk keperluan perencanaan
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan analisis kebutuhan diklat, yaitu
manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung adalah :
1) Menghasilkan program diklat yang disusun sesuai dengan kebutuhan organisasi,
jabatan dan individu.
2) Sebagai dasar penyusunan program diklat yang tepat.
3) Menambah motivasi peserta diklat dalam mengikuti diklat karena sesuai dengan minat
dan kebutuhannya.
Sedangkan manfaat tidak langsung adalah :
1) Menjaga produktivitas kerja
2) Meningkatkan produktivitas dalam menghadapi tugas-tugas baru.
3) Efisiensi biaya organisasi
9
4. Teknik Analisis Kebutuhan Diklat
Merancang Analisis Kebutuhan Diklat dengan merumuskan masalah dan tujuannya melalui
model-model analisis kebutuhan diklat. Model tersebut sebagai berikut :
1. Model Internal. Kebutuhan diklat pada model ini dilihat dari dalam organisasi.
Aktivitas dimulai dengan analisis kesenjangan antara tingkah laku dan keberhasilan
pegawai dalam melaksanakan tugas, dibandingkan dengan tujuan dan sasaran yang
telah ditentukan.
2. Model Eksternal. Kebutuhan diklat pada model ini dilihat dari luar organisasi.
Aktivitas dimulai dengan melihat manfaat dari hasil didik bagi masyarakat atau
organisasinya.
3. Model Gabungan. Model ini mengacu pada model sistem organisasi bahwa sesuatu
terjadi di dalam organisasi tidak dapat lepas dari apa yang terjadi di luar organisasi
(lingkungan eksternal mempengaruhi lingkungan internal)
Dalam melakukan analisis kebutuhan diklat, ada tiga teknik pendekatan yang umum
digunakan dalam menentukan kebutuhan diklat, yaitu :
1. Pendekatan Analisis Kinerja
Langkah-langkah dalam prosedur analisis kinerja tersebut adalah sebagai berikut :
1) mengidentifikasi standar kinerja
2) mengidentifikasi kinerja
3) mengidentifikasi dan merumuskan masalah
4) mengidentifikasi bukti-bukti masalah
5) mengidentifkasi penyebab masalah
6) mengidentifikasi pemecahan masalah.
10
2. Pendekatan Focus Group dan Nominatif Group
Focus Group Technique (FGT) adalah suatu teknik yang dapat digunakan untuk mencari
dan menentukan fokus dari suatu kegiatan sesuai dengan kebutuhan kelompok. Teknik ini
bersifat kualitatif yang dalam proses pelaksanaannya memerlukan bantuan seorang fasilitator.
Dalam penerapan FGT kelompok bisa terdiri dari calon peserta diklat, widyaiswara,
penyelenggara diklat dan unsur kepegawaian. Hal-hal yang perlu diperhatikan, adalah :
1. Jumlah anggota sebaiknya antara 8 – 12 orang
2. Tempat duduk disusun membentuk huruf “U”
3. Satu orang fasilitator pada setiap kelompok dibantu oleh seorang pencatat
4. Ide atau gagasan dikemukakan dengan menjawab empat pertanyaan yang telah
disiapkan secara tertulis.
5. Partisipasi aktif dari semua anggota kelompok sangat diperlukan. Peran fasilitator
sangat penting untuk memotivasi anggota dalam menyampaikan ide atau gagasan.
6. Tidak ada tanggapan, sanggahan atau diskusi terhadap ide atau pemikiran yang
disampaikan anggota.
7. Posisi semua anggota kelompok adalah sama, tidak memandang status atau jabatan.
Untuk menggali ide atau gagasan, empat pertanyaan yang diajukan adalah :
1. Ketrampilan/pengetahuan dan kemampuan pribadi apakah yang anda miliki pada saat
menduduki jabatan sekarang?
2. Ketrampilan/pengetahuan dan kemampuan pribadi apakah yang pada kenyataannya
anda perlukan dan telah anda pergunakan dalam menyelesaikan tugas pokok dan
fungsi anda selama ini?
3. Ketrampilan/pengetahuan dan kemampuan pribadi apakah yang menurut anda sangat
diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugas pokok dan fungsi anda selama ini?
4. Darimana dan bagaimanakah cara memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi anda?
11
Setelah proses focus group selesai dilanjutkan dengan nominal group technique (NGT). Ada
empat kegiatan pokok dalam NGT, yaitu :
1. Para anggota kelompok menuliskan ide atau gagasan pada selembar kertas (Listing)
2. Daftar ide atau gagasan dari para anggota kelompok tersebut dicatat pada kertas
flipchart (Recording)
3. Dilakukan klasifikasi, penyederhanaan dan kombinasi ide atau gagasan untuk
menghindari duplikasi (Collating).
4. Para anggota kelompok melakukan penilaian secara individual untuk menentukan
prioritas (Prioritizing)
3. Pendekatan D I F (Difficulties, Importance, Frequency).
DIF analisis adalah analisis kebutuhan diklat yang berdasarkan pada job analisis (Analisis
Jabatan) yang diikuti dengan mencari tingkat kesulitan (difficulties/D), tingkat kepentingan
(importance/I) dan tingkat keseringan (frequency/F). Berdasarkan tingkat-tingkat tersebut
dicari analisis job manakah yang paling D, I, F. Dari hasil tersebut, maka patut dicurigai
terdapat kesenjangan ketrampilan. Mengapa patut dicurigai?, karena harus dikenali
kemungkinan adanya indikator pelatihannya dengan menggunakan pertanyaan mengapa.
Disamping itu kita harus juga melaksanakan wawancara dengan atasan yang bersangkutan
(responden) untuk mengetahui standar prestasi responden. Apakah yang bersangkutan sudah
memenuhi standar yang ditentukan.
Jika terdapat prestasi yang di bawah standar, maka dilakukan analisis lebih lanjut dalam
rangka penemuan kebutuhan diklat. Hal ini dimungkinkan, bahwa ada kemungkinan prestasi
di bawah standar tersebut bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan ketrampilan,
namun karena indikator lain seperti sarana dan prasarana.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dephutbun dan ITTO. Modul Pelatihan : Pelatihan Desain Pelatihan. Bogor: Departemen
Kehutanan dan Perkebunan dan International Tropical Timber Organization, 2000.
Haryono, Anung. Analisis Kebutuhan Pelatihan/Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Hermasjah dan Azhari. “Identifikasi Kebutuhan Diklat”, Bahan Ajar Diklat Kewidyaiswaraan
Tingkat Pertaman. Jakarta: LAN, 2002
LAN. Model-Model Diklat Analisis Kebutuhan Diklat. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pelatihan Teknik Menejemen, 1999.
Irianto Jusuf. Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Pelatihan (Dari Analisis Kebutuhan Sampai
Evaluasi Program Pelatihan), Insani Cendekia, Jakarta, 2001.
Mangkuprawira, Sjafri. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Ghalia Indonesia,
Jakarta Selatan, 2004.
13