akad mudharabah.docx
DESCRIPTION
Akuntansi SyariahTRANSCRIPT
AKUNTANSI SYARIAH
AKAD MUDHARABAH
Disusun Oleh :
Arif Nugroho108694082Felicia Agustina F108694206Fairus La Rossananda108694271Ekka Aminanti P108694272Nur Aini Kandarisa108694273
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem Keuangan Islam merupakan bagian dari konsep yang lebih luas tentang
ekonomi Islam. Sistem keuangan Islam bukan sekedar transaksi komersial, tetapi harus
sudah sampai kepada lembaga keuangan untuk dapat mengimbangi tuntutan zaman.
Bentuk sistem keuangan atau lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam adalah
terbebas dari unsur riba. Kontrak keuangan yang dapat dikembangkan dan dapat
menggantikan sistem riba adalah mekanisme syirkah yaitu musyarakah dan mudharabah
(bagi hasil).
Perkembangan industri perbankan dan keuangan Syariah dalam satu dasawarsa
belakangan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, seperti perbankan Syariah,
asuransi Syariah, pasar modal Syariah, reksa dana Syariah, obligasi Syariah, pegadaian
Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT). Perusahaan yang berlandaskan Syariah akan
mencari dana berdasarkan yang diperbolehkan oleh Syariah. Terkadang banyak
penyedia dana bersedia menyerahkan dananya atau berinvestasi di dalam sebuah usaha
Syariah, namun tidak bersedia ikut serta dalam proses pengelolaan usaha. Bentuk kerja
sama antara dua pihak di mana pihak pemilik dana menyediakan seluruh dana, sedangkan
pihak pengelola dana bertindak selaku pengelola di dalam Syariah disebut dengan
Mudharabah.
Maka seiring berkembangnya entitas Syariah di Indonesia, maka muncul juga
permintaan akan standar akuntansi Syariah yang relevan di terapkan dalam suatu entitas
Syariah. Pada dasarnya standar akuntansi merupakan pengumuman atau ketentuan resmi
yang dikeluarkan badan berwenang di lingkungan tertentu tentang pedoman umum yang
dapat digunakan manajemen untuk menghasilkan laporan keuangan. Dengan adanya
standar akuntansi Syariah, laporan keuangan diharapkan dapat menyajikan informasi
yang relevan dan dapat dipercaya kebenarannya. Standar akuntansi juga digunakan oleh
pemakai laporan keuangan seperti investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum
sebagai acuan untuk memahami dan menganalisis laporan keuangan sehingga
memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan yang benar.
Dengan demikian, standar akuntansi memiliki peranan penting bagi pihak
penyusun dan pemakai laporan keuangan sehingga timbul keseragaman atau kesamaan
interpretasi atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu,
makalah ini akan membahas mengenai perlakuan akuntansi terhadap transaksi atau akad
Mudharabah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Mudharabah
Secara behasa merupakan adhdharby fil ardhi atau bepergian untuk urusan
dagang. Sedangkan menurut PSAK 105, Mudharabah merupakan akad kerjasama
usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha.
Dimana laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah
pihak, sedanghkan apabila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana
kecuali disebabkan oleh kelalaian oleh pengelola dana
Akuntansi mudharabah merupakan penyempurnaan dari PSAK 59: Akuntansi
Perbankan Syariah (2002) yang mengatur mengenai Mudharabah. Bentuk
penyempurnaan dan penambahan pengaturannya adalah sebagai berikut:
1. PSAK 105 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi Mudharabah baik
sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib).
Namun, PSAK ini tidak berlaku untuk obligasi syariah (sukuk) yang
menggunakan akad Mudharabah.
2. Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan akuntansi
untuk pemilik dana (shahibul maal) dan akuntansi untuk pengelola dana
(mudharib) dalam transaksi Mudharabah.
3. Mudharabah yang dimaksud dalam PSAK ini terdiri dari Mudharabah mutlaqah,
Mudharabah muqayyadah, dan Mudharabah musytarakah.
4. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai pemilik dana
penyempurnaan dilakukan untuk :
a. Pengakuan investasi Mudharabah pada saat penyaluran daana syrkah
temporer; dan
b. Pengakuan keuntungan / kerugian atas penyerahan asset nonkas dalam
investasi Mudharabah.
5. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk akuntansi pembeli, penyempurnaan
dilakukan untuk :
a. Pengakuan dana syirkah temporer kelolaan;
b. Pengakuan modal mudharib bersama-sama dengan modal pemilik dana
(shahibul maal) dalam Mudharabah musytarakah.
Karakteristik Dari PSAK 105
1. Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana.
2. Mudharabah terdiri dari mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan
Mudharabah musytarakah. Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana, dana
yang diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer.
3. Dalam Mudharabah muqayyadah, contoh batasan antara lain :
a. Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;
b. Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa
penjamin, atau tanpa jaminan; atau
c. Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa
melalui pihak ketiga.
4. Pada prinsipnya dalam penyaluran Mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
pengelola dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta
jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan
apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang
telah disepakati bersama dalam akad.
5. Pengembalian dana syirkah temporer dapat dilakukan secara parsial bersamaan
dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad Mudharabah diakhiri.
6. Jika dari pengelolaan dana syirkah temporer menghasilkan keuntungan maka porsi
jumlah bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan
nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad. Jika
dari pengelolaan dana syirkah temporer menimbulkan kerugian maka kerugian
financial menjadi tanggungan pemilik dana.
B. Jenis Akad Mudharabah
Jenis Mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu: Mudharabah
Muthalaqoh, Mudharabah Muqayyadah, dan Mudharabah Musytarakah.
1. Mudharabah Muthalaqoh adalah mudharabah di mana pemilik dananya
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelola investasinya.
Dan mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.
2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara,
atau objek investasi atau sektor usaha.
3. Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah di mana pengelola dana
menyerahkan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
C. Dasar Syariah
Dasar Syariah – Al Qur’an
… Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya….” (QS.2:283)
Dasar Syariah – As Sunnah
Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampadukkan dengan tepung untuk keperluan rumah bukan
untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada pengelola dana nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar,
ia (pengelola dana) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang
ditetapkan Abbas didengar Rasulullah SAW, beliau membenarkannya.”. (HR.
Thabrani dari Ibnu Abbas)
Rukun Dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah
1. Pelaku
- Harus ada minimal dua pelaku.
- Pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana, sedangkan pihak kedua
bertindak sebagai pengelola dana,
- Keduanya harus cakap hukum dan baligh
- Akad mudharabah dapat dilakukan antara sesama muslim atau dengan
nonmuslim
2. Obyek mudharabah (modal dan kerja)
Modal
- Modal dapat berbentuk kas atau aset non kas yang harus jelas jumlah dan
jenisnya
- Tunai dan tidak hutang
- Pengelola dana tidak diperkenankan untuk me-mudharabahkan kembali modal
mudharabah, kecuali atas izin pemilik dana
- Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang
lain, kecuali atas izin pemilik dana
- Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut
kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri selama tidak dilarang secara syariah.
Kerja
- Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan, selling
skill, management skill.
- Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik
dana
- Dalam bekerja tidak melanggar ketentuan syariah
- Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak
- Dalam hal pemilik dana tidak melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan,
pengelola dana sudah menerima modal dan sudah bekerja, maka pengelola
dana berhak mendapatkan imbalan/upah.
3. Ijab kabul (persetujuan kedua belah pihak)
4. Nisbah keuntungan
- Harus diketahui dengan jelas.
- Pengelola dana mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik dana
mendapat imbalan atas penyertaan modalnya.
- Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
- Tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai
nominal tertentu
D. Prinsip Pembagian Hasil Usaha (PSAK 105 par 11)
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi
hasil (revenue sharing) atau bagi laba (profit sharing). Jika berdasarkan prinsip bagi
hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total
pendapatan usaha (omzet). Sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian
adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan
pengelolaan modal mudharabah.
Contoh perhitungan bagi hasil
Penjualan Rp 1.000.000
HPP Rp 650.000
Laba kotor Rp 350.000
Biaya-biaya Rp 250.000
Laba (rugi) bersih Rp 100.000
metode profit sharing dengan nisbah pemilik : pengelola = 30:70
- Pemilik : 30% x Rp 100.000 = Rp 30.000
- Pengelola : 70% x Rp 100.000 = Rp 70.000
metode revenue sharing dengan nisbah pemilik:pengelola=60:40
- Pemilik : 60% x Rp 350.000 = Rp 210.000
- Pengelola : 40% x Rp 350.000 = Rp 140.000
E. Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musyatakarah (PSAK 105 par 34)
Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang
disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana
tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing-masing; atau hasil investasi dibagi antara pengelola dana
(sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing,
selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai
musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai dengan
nisbah yang disepakati.
Contoh Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah Musytarakah
A dan B usaha bersama, dimana A Investasi uang Rp. 2.000.000 dalam usaha B.
Nisbah untuk A dan B disepakati 1:3. Setelah usaha berjalan, B ikut berinvestasi Rp.
500.000.
Laba Januari 2008 : Rp. 1.000.000
Perhitungan bagi hasil mudharabah musytarakah alternatif 1
Pertama,
Bagian A: ¼ x Rp 1.000.000 = 250.000
Bagian B: ¾ x Rp 1.000.000 = 750.000
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut
(Rp 1.000.000 – Rp 750.000) dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik)
dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing;
Bagian A: (Rp 2.000.000/Rp 2.500.000) x 250.000 = Rp 200.000
Bagian B : (Rp 500.000/Rp 2.500.000) x 250.000 = Rp 50.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 750.000 + Rp 50.000 =
Rp 800.000, dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000.
Perhitungan bagi hasil mudharabah mustarakah alternatif 2
Pertama hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan
pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing,
Bagian A: (Rp 2.000.000/Rp 2.500.000) x Rp 1.000.000 = Rp 800.000
Bagian B: (Rp 500.000/Rp 2.500.000) x Rp 1.000.000 = Rp 200.000
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai
musytarik) sebesar Rp 800.000 (Rp 1.000.000 – Rp 200.000) tersebut dibagi antara
pengelola dana dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Bagian A: ¼ x Rp 800.000 = 200.000
Bagian B: ¾ x Rp 800.000 = 600.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 200.000 + Rp 600.000 =
Rp 800.000, dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000.
F. Perlakuan Akuntansi (PSAK 105)
Akuntansi Untuk Pemilik Dana
Akad Mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas
kepada pengelola dana. Pengukuran Akad Mudharabah dalam bentuk kas (jumlah
yang dibayarkan) dan aset non-kas (nilai wajar) pada saat kontrak.
Jurnal pada saat penyerahan kas sebesar jumlah yang dibayarkan;
Dr. Investasi mudharabah xxx
Cr. Kas xxx
Jurnal Penyerahan modal mudharabah berupa Aset Non Kas:
Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui
sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad
mudharabah;
Dr. Investasi mudharabah xxx
Cr. Keuntungan tangguhan xxx
Cr. Aset non kas xxx
Dr. Keuntungan tangguhan xxx
Cr. Keuntungan xxx
Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
Dr. Investasi mudharabah xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset non kas xxx
Penurunan nilai aset nonkas.
Terjadi sebelum usaha dimulai: diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo
investasi mudharabah.
Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx
Cr. Investasi mudharabah xxx
Terjadi setelah usaha dimulai: diakui sebagai kerugian dan diperhitungkan pada
saat pembagian bagi hasil.
Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx
Cr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx
Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah
berakhir, diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.
Dr. Kerugian Mudharabah xxx
Cr. Penyisihan Kerugian Investasi mudharabah xxx
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang
Dr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx
Saat pengelola dana membayar bagi hasil
Dr. Kas xxx
Cr. Piutang pendapatan bagi hasil xxx
Pada saat akad mudharabah berakhir:
Dr. Kas/Piutang/Aset non-kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian investasi xxx
Cr. Investasi Mudharabah xxx
Cr. Keuntungan xxx
Akuntansi Untuk Pengelola Dana
Dana Syirkah Temporer diakui pada saat kas atau aset nonkas diterima. Dana
Syirkah Temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang
diterima.
Dr. Kas/aset non-kas xxx
Cr. Dana syirkah temporer xxx
Jurnal ketika menerima pendapatan bagi hasil (apabila dana syirkah temporer
disalurkan kembali)
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx
Jurnal ketika dibagihasilkan pada pemilik dana
Dr. Beban bagihasil mudharabah xxx
Cr. utang bagi hasil mudaharabah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil
Dr. Utang bagi hasil mudharabah xxx
Cr. Kas xxx
Mencatat pendapatan dan beban apabila apabila dana dikelola sendiri
Dr Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
Dr Beban xxx
Cr. Kas/utang xxx
Jurnal penutup untuk pendapatan dan beban, apabila perusahaan untung
Dr. Pendapatan xxx
Cr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx
Cr. Beban xxx
Jurnal penutup yang dibuat apabila dana dikelola sendiri dan rugi
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Beban xxx
Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui
sebagai beban pengelola dana.
Dr. Beban xxx
Cr. Utang lain-lain/kas xxx
Diakhir akad pencatatan yang akan dilakukan:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas/Aset non-kas xxx
Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas/Aset non-Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx`