air minum dan sanitasi hak dasar pengungsi...

36
Edisi 11/Tahun VIII/Nopember 2010 INVOLUNTARY RESETTLMENT (PEMINDAHAN SECARA TIDAK SUKARELA) LIPUTAN KHUSUS Derita Perempuan di Pengungsian 11 INFO BARU 2 Kisah Sebuah Perjalanan di Maluku Utara 16 Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapi Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapi

Upload: hoangduong

Post on 06-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Edisi 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Involuntary resettlment (Pemindahan Secara Tidak Sukarela)

liPuTan khuSuSDerita Perempuan di Pengungsian 11

inFO Baru 2Kisah Sebuah Perjalanan di Maluku Utara 16

Air Minum dan Sanitasi

Hak DasarPengungsi Merapi

Air Minum dan Sanitasi

Hak DasarPengungsi Merapi

Page 2: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Resensi33 Bertindak Cepat di Saat

Darurat Bencana

Inovasi27 Involuntary Resettlement

(Pemindahan Secara Tidak Sukarela)

Liputan Khusus11 Derita Perempuan

di Pengungsian 4

daftar isiNOPEMBER 2010

http://ciptakarya.pu.go.id

Redaksi menerima artikel, berita, karikatur yang terkait bidang cipta karya dan disertai gambar/foto serta identitas penulis. Naskah ditulis maksimal 5 halaman A4, Arial 12. Naskah yang dimuat akan mendapat insentif.

14 Mencapai MDGs 2015 Melalui Program Hibah Sanitasi

16 Kisah Sebuah Perjalanan di Maluku Utara

19 STA Larangan Lancarkan Bisnis Bawang Merah Brebes

21 Rusunawa Pringwulung Harus Tepat Sasaran

Info Baru

PelindungBudi Yuwono PPenanggung JawabDanny SutjionoDewan RedaksiAntonius Budiono, Tamin M. Zakaria Amin, Susmono, Guratno Hartono, Joessair Lubis, Budi HidayatPemimpin RedaksiDwityo A. Soeranto, SudarwantoPenyunting dan Penyelaras NaskahT.M. Hasan, BukhoriBagian ProduksiDjoko Karsono, Emah Sadjimah,Radja Mulana MP. Sibuea, Djati Waluyo Widodo, Aulia UI Fikri,Indah RaftiartyBagian Administrasi & DistribusiSri Murni Edi K, Ilham Muhargiady,Doddy Krispatmadi, A. Sihombing,Ahmad Gunawan, Didik Saukat Fuadi,Harni Widayanti, Deva Kurniawan,Mitha Aprini, NurfhatiahKontributorPanani Kesai, Rina Agustin Indriani,Nieke Nindyaputri, Hadi Sucahyono,Amiruddin, Handy B. Legowo,Endang Setyaningrum, Syamsul Hadi,Didiet. A. Akhdiat, Muhammad Abid,Siti Bellafolijani, Djoko Mursito,Ade Syaeful Rahman,Th. Srimulyatini Respati,Alex A.Chalik,Bambang Purwanto, Edward Abdurahman, Alfin B. Setiawan,Deddy Sumantri,M. Yasin Kurdi, Lini TambajongAlamat RedaksiJl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru 12110 Telp/Fax. [email protected]

4 Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapi

8 Pastikan Bantuan Berfungsi Baik

10 Kepedulian Sosial DWP PU dan Cipta Karya Untuk Korban Merapi

Berita Utama

21

29

Gema PNPM29 Fasilitator RIS-PNPM

Berprestasi Raih Penghargaan

Page 3: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Fasos Perumahan

Yth; Bapak Dirjen Cipta Karya Kem. PU dan Menteri Perumahan Rakyat di Jakarta.Diduga banyak developer yang belum menyediakan sarana ling-kungan/fasilitas sosial untuk konsumen perumahan dan belum me nyerahkannya kepada Pemda setempat. Hal ini melanggar UU No.4/1992, pasal 24 (f ) dan Ketentuan pidana pasal 36 ayat (1), KepMenPU No.20/KPTS/1986, Permendagri No.9/2009, J.O.Per men-dagri No.1/1987 tentang Penyerahan Fasos kepada PEMDA setempat. Masyarakat konsumen perumahan dirugikan. Mengapa seakan tidak ada pengawasan untuk ini baik dari Kementerian PU maupun Kementerian Perumahan Rakyat?Djowosemito, Ketua/Presidium LKPI di Surakarta

Kepada Yth. DjowosemitoPemerintah dalam hal ini Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum tugas pokok dan fungsinya lebih ditekankan pada Pengaturan

editorialAir Minum dan Sanitasi tak Hanya Tanggap Darurat

Dalam penanganan bencana, apapun jenisnya, tahap tanggap darurat selalu menjadi fokus pertama sebelum bicara yang lain. Dalam tahap ini pula banyak orang tiba-tiba mencurahkan segala energinya untuk membantu, baik berupa materi maupun immateri. Kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk para korban pengungsi pun mengalir deras. Salah satu yang menarik adalah ketersediaan air bersih dan sanitasi. Karena seringnya dua hal ini banyak yang menganggap sepele. Para pengungsi serasa tidak diperlakukan secara manusiawi jika dua hal itu tidak didapatkan. Namun tidak hanya dalam tanggap darurat, pada tahap rehabilitasi pun harus serius dipikirkan karena banyak sistem air minum yang rusak akibat bencana, belum lagi kebutuhan dua prasarana dasar tersebut dalam hunian sementara.

Direktorat Jenderal Cipta Karya selalu tanggap terhadap dua hal ini. Sesuai tugasnya, Ditjen Cipta Karya mengerahkan semua yang dimiliki untuk para korban dan menjamin bantuan tersebut berfungsi dengan baik. Dengan pengalaman yang dimilkinya, Ditjen Cipta Karya masih tetap berusaha keras untuk memiliki 3 Depo tambahan (selain Depo Jakarta) sebagai pangkalan armada bantuan yang berupa Instalasi Pengolahan Air (IPA), Mobil Tangki Air Minum, Hidran Umum, Pengolah Air Cepat, MCK Knock Down, Tenda Darurat, dan lainnya yang dibutuhkan saat tanggap darurat bencana. Tiga Depo tersebut diharapkan secepatnya terwujud di Surabaya, Medan, dan Makassar untuk memudahkan mobilisasi pengerahan bantuan di setiap regional wilayah Indonesia. Harapannya jangan ada lagi bantuan darurat di bidang air minum, sanitasi maupun hunian darurat yang terlambat datang saat dibutuhkan. Pengalaman penanganan tanggap darurat serentak di tiga lokasi, seperti Wasior, Mentawai, dan Merapi memberikan pelajaran berharga akan pentingnya kecepatan dan ketepatan pelayanan. Kecepatan dan ketepatan dibutuhkan untuk mencegah bertambahnya angka kematian dan penyakit di lokasi pengungsian.

Buletin Cipta Karya Edisi Nopember 2010 akan mengulas antara lain penandatangan perjanjian penerusan hibah untuk 22 kabupaten/kota sebesar Rp 48 miliar dalam rangka percepatan pembangunan sanitasi, perjalanan penuh kesan di Maluku Utara, manfaat pembangunan Sub Terminal Agropolitan di Larangan, Brebes untuk menunjang kegiatan pemasaran bawang merah yang menjadi komoditas utama Brebes. Selain itu redaksi juga mengapresiasi karya para peserta Workshop Penyusunan Media Publikasi berupa newsletter sebagai aplikasi ilmu jurnaslistik yang sudah didapatkan.

Mulai edisi Nopember 2010 ini, Redaksi menambah 4 halaman yang dikhususkan untuk menampung informasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Harapannya, tidak saja PNPM Perdesaan yang berkontribusi, tapi juga PNPM Perkotaan di lingkungan Ditjen Cipta Karya.

Selamat membaca dan berkarya!

dan Pembinaan. Sesuai dengan PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, yaitu antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten serta Kota. Tugas-tugas yang berkaitan dengan kebijakan pembangunan perumahan sudah sepenuhnya menjadi wewenang pemerintah daerah melalui Peraturan Daerah mengacu pada Undang-Undang dan produk pengaturan pada hirarki dibawahnya.Untuk hal tersebut, pemerintah pusat dalam hal ini Ditjen Cipta Karya hanya bisa mengingatkan dan menghimbau pemerintah daerah untuk mengikuti dan mengacu peraturan, baik UU, PP maupun Permen PU.Perlu diinformasikan, semenjak dibentuk Kementerian Negara Pe-rumahan Rakyat pada tahun 2005, sampai saat ini peran Ditjen Cipta Karya dalam kaitan pembangunan perumahan lebih difokuskan pada pengembangan kawasan permukiman, bukan pada pembangunan perumahan.Terima Kasih

Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang Cipta Karya ke email [email protected] atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id

.....Suara Anda

Foto Cover : Kondisi perumahan penduduk di Kecamatan Muntilan Kab. Magelang yang tertutup abu setelah letusan Gunung Merapi

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 3

Page 4: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

SSekali lagi, pengalaman Kementerian Peker-jaan Umum melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya diuji dalam penanganan tanggap da-rurat bencana. Dalam waktu yang serentak harus bekerja keras, bergerak cepat, dan ber tindak tepat pada tiga bencana ekstrim di Wasior (banjir bandang), Kepulauan Men-ta wai (gempa bumi dan tsunami), serta D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah (letusan Gu-nung Merapi). Di tengah hiruk pikuk pemberitaan di media tentang kurangnya pemenuhan hak dasar pengungsi, seperti air bersih, sanitasi, dan lainnya, Ditjen Cipta Karya secara pasti memetakan penyediaan kebutuhan Watsan (Water and Sanitation) tersebut kepada yang berhak. Memang tidak terlepas dari ham-batan, apalagi dalam penanganan tanggap darurat bencana gunung berapi yang unik dari aspek mobilitas pengungsi. Direktur Jenderal Cipta Karya Kemen te-ri an Pekerjaan Umum Budi Yuwono mene-gas kan, saat ini Ditjen Cipta Karya fokus pa da penanganan pengungsi sambil meng inven-tarisasi apa saja kerusakan akibat Le tusan Me- rapi. “Meskipun pada awalnya sempat ka-cau, namun saya puas karena di lapangan, bantuan air bersih dan sanitasi ternyata su-dah terlayani dengan cukup baik. Se men-tara kerusakan infrastruktur akibat lahar di ngin seperti sungai dan lainnya adalah ke-wenangan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,” katanya. Pada tahap tanggap darurat, sampai saat ini Ditjen Cipta Karya telah memberikan

Air Minum dan SanitasiHak Dasar

Pengungsi Merapi

Ber

ita U

tam

a

4 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 5: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Foto Kiri Atas : Anak-anak tetap ceria walaupun berada di tempat pengungsian dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana.Foto Kiri Bawah : Sekretaris Jenderal PU, Agoes Widjanarko didampingi Direktur Pengembangan Air Minum, Danny Sutjiono mengunjungi prasarana air minum di posko pengungsi Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.Foto Kanan : Pembangunan Hunian Sementara (Huntara) atau Shelter di Kampung Maimare, Kab. Teluk Wondama sebagai tempat penampungan korban banjir bandang Wasior.

BERITAUTAMA

ban tuan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi untuk para pengungsi korban letusan Gunung Merapi, di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, berupa 450 unit Hidran Umum (HU), 437 unit WC Knock Down/Portable, 27 unit Mobil Tangki Air, 10 unit Pengolah Air Cepat (PAC), 3 Instalasi Penjernihan Air (IPA mobile), 20 Tangki Septik Biority, dan 2.000 jerigen yang tersebar di 27 lokasi pengungsian. Seluruh prasarana dan sarana tersebut di-distribusikan dan dioperasikan untuk me nye-diakan air minum dan sanitasi bagi ham pir 75.000 jiwa di sembilan lokasi pe ngung sian di Kabupaten Sleman, empat lo kasi di Kabu-pa ten Klaten, sembilan lokasi di Kabupaten Ma gelang, serta tujuh lokasi di Ka bupaten Boyolali. Bantuan air minum dan sanitasi juga terus dikerahkan oleh Kementerian PU untuk para pengungsi korban bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat yang sampai saat ini men-capai 2 IPA mobile, 100 unit Pengolahan Air Cepat, 3 unit Mobil Tangki Air, 20 Hidran Umum, 33 WC Knock Down/Portable, 2 unit Dump Truck dan 1.000 Jerigen. Peralatan ini diharapkan dapat menyediakan air minum dan sanitasi bagi 2.579 jiwa di sembilan dusun lokasi pengungsian. Sedangkan untuk para pengungsi korban bencana banjir bandang di Wasior Papua Barat, Kementerian PU telah mengerahan ban tuan berupa 2 IPA mobile, 30 unit Pe-ngolahan Air Cepat, 2 unit Mobil Tangki Air,

60 unit Hidran Umum, 10 unit WC Darurat, 5 Reservoir Lipat, 1 unit Mobil Tinja, 1 unit Dump Truck dan pipa penyalur air. “Selain peralatan untuk menyediakan air minum dan sanitasi, bantuan Kementerian PU untuk pengungsi korban ketiga bencana tersebut juga berupa penyediaan genset, tenda operasional (Tenda Hunian Darurat), dan velbed untuk meningkatkan kelayakan kebutuhan pengungsi. Kami menghimbau agar masyarakat dapat memanfaatkan se-luruh peralatan tersebut dengan sebaik-baik nya serta merawatnya dengan baik se-lama masa tanggap darurat ini, termasuk meng hemat penggunaan air dan menjaga kebersihan MCK,“ papar Direktur Jenderal Cip ta Karya, Budi Yuwono. Air bersih sebagai hajat hidup para pe-ngungsi tak luput dari pantauan Komisi Na-sional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Ketua Komnas HAM, Ifdal Kasim, pada medio Nopember lalu di Jakarta mengatakan Kom-nas HAM membentuk tim untuk melihat apa-kah hak-hak dasar para pengungsi korban letusan Gunung Merapi telah dipenuhi oleh pemerintah. Temuan tim Komnas HAM itu me nurutnya akan dijadikan rekomendasi ke-pada pemerintah untuk memperbaiki sis tem pengungsian di Indonesia. Seperti dalam tanggap darurat sebe lum-nya, pada hari pertama memang terlihat kacau meskipun sudah satu komando Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun aspek teknis dan manajemen selalu menghambat, meskipun setelah dua sampai tiga hari selanjutnya berjalan normal. Koordinator Ikatan Dokter Anak Provinsi DI. Yogyakarta, Fauziyah, ketika ditemui di Posko Pengungsian Stadion Maguwoharjo, Sleman, membenarkan sedikit kekacauan dis tribusi air bersih dan sanitasi. “Air bersih dan sanitasi sekarang sudah bagus dan tercukupi, tidak seperti hari-hari pertama sempat ka cau. Sekarang yang mulai me-nye rang para pengungsi adalah ISPA (In-feksi Saluran Per nafasan Atas) dan diare. Kebutuhan air mi num dan sanitasi di tempat pengungsian memang sudah tercukupi dari bantuan Ditjen Cipta Karya maupun lainnya,” jelasnya. Namun Fauziyah masih mengkhawatirkan

jika para pengungsi kembali ke tempat asal-nya akan kesulitan air bersih. Pasalnya Umbul Wadon dan Umbul Lanang yang biasanya mencukupi kebutuhan air minum dan sanitasi masyarakat saat ini kondisinya tertutup abu. Mata air Umbul Wadon adalah sumber air utama Kali Kuning yang terletak di ketinggian sekitar 1.250 meter dpl. Kali Kuning meru-pakan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak, salah DAS utama yang dimiliki Provinsi DIY, disamping DAS Progo dan DAS Oyo. Selain itu, sedikitnya lima desa di Kabu-paten Sleman dan Klaten dilaporkan mulai kesulitan mendapatkan air bersih akibat ru-saknya instalasi air bersih dari sumber mata air di Bebeng, Sleman. Berdasarkan pantauan, pipa air bersih berdiameter 10 sentimeter yang melintasi Sungai Gendol putus. De-mikian juga bak air bersih di dekat bumi perkemahan Bebeng rusak akibat terjangan awan panas dan lahar. Akibat putusnya pipa instalasi air bersih itu, maka dipastikan lima desa di dua kabupaten terancam kekurangan air bersih. Desa itu adalah, Desa Umbulharjo, Kepuharjo, dan Glagaharjo di Kecamatan Cang kringan Sleman, serta Desa Balerante dan Panggang di Kecamatan Kemalang, Kla-ten. Pekerjaan rumah yang cukup berat harus diemban Pemda untuk membangun lagi sistem penyediaan air minum di daerah ter sebut. Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono menegaskan akan memetakan kerusakan sistem yang ada dan melalui koordinasi dengan Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PU dan Pemda akan segera memperbaikinya. Ia mengatakan, sejak lama Ditjen Cipta Karya sudah membangun sistem air minum di kawasan yang biasanya dijadikan tempat pe-ngungsian korban merapi pada jarak sekitar 5 km. Namun karena kali ini jarak amannya sampai 20 km, akhirnya sistem itu tak ter-pakai. Ketersediaan air bersih untuk memenuhi minimal kebutuhan mandi, cuci, dan kakus dibuktikan dengan ketercukupan air yang ditampung di Hidran Umum bantuan Ditjen Cipta Karya. Dari kunjungan di dua la pang-an, yaitu Posko Lapangan Tembak AKMIL Magelang dan Stadion Maguwoharjo Sle-man, redaksi menemui setidaknya pasokan

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 5

Page 6: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Dirjen Cipta Karya, Budi Yuwono (ke-3 dari kiri) bersama Anggota DPR Komisi V meninjau lokasi pengungsian di Posko Lapangan Tembak AKMIL Magelang.

air bersih yang diangkut dengan mobil tang ki air rata-rata sebanyak 4 rit. Kondisi ini disebabkan di dua posko tersebut didukung dengan masing-masing satu unit Pengolah Air Cepat (PAC) yang berlokasi di sumber air terdekat. Penyebaran pengungsi yang difokuskan pada beberapa titik, dan berjumlah besar, menyulitkan pelayanan air bersih dan sa-ni tasi. Pola penanganan di posko yang po-pulasi pengungsinya besar cukup menyita perhatian, yang paling banyak adalah di Stadion Maguwoharjo dengan lebih dari 26 ribu pengungsi.

Antisipasi Lahar DinginKomisi V DPR RI menghimbau kepada peme-rintah terkait kemungkinan terjadinya banjir akibat lahar dingin yang mengaliri sungai. “Masyarakat harus segera diberikan informasi mengenai dampak pendangkalan sungai yang berakibat banjir di permukiman sekitar sungai yang dialiri lahar dingin,” ucap Wakil Ketua Komisi V DPR RI Yoseph Umar Hadi. Yang lebih penting lagi, tambah Yoseph, adalah koordinasi tingkat pusat untuk meng-antisipasi bahaya erupsi susulan yang tidak dapat dipastikan kapan terjadinya. Tapi me-nu rutnya yang pertama harus dilakukan eva-kuasi terhadap permukiman di aliran sungai pada jarak bahaya, yaitu 1,5 km sampai 3 km. Selain itu menurut Yoseph, pemerintah juga harus segera memikirkan rencana pe-nye diaan rumah bagi korban Merapi kare-na mereka tidak mungkin kembali ke ru-mahnya yang sudah hancur. Dan setelah itu baru memperbaiki infrastruktur vital seperti kelistrikan, dan di sektor ke-PU-an seperti sum ber daya air seperti (sungai), bina marga (jembatan), dan Cipta Karya (prasarana dan sarana permukiman). Di bidang lain seperti pertanian, peternakan, perkebunan dan lain-nya juga tidak ketinggalan karena mereka tidak ada dana untuk memulai perekonomian mereka yang mayoritas sebagai petani. Ke depannya, lanjut Yoseph, penataan ru-ang harus diperhatikan masing-masing dae-rah dalam rangka mitigasi bencana. “Harus ada langkah evaluasi secara menyeluruh ter hadap tata ruang yang ada, terutama di kawasan rawan bencana karena banyak ke-jadian yang terjadi tiba-tiba walupun kita sudah prediksikan sebelumnya,” katanya.

Pasca BencanaSetelah tahap tanggap darurat, penanganan pasca bencana berikutnya adalah rehabilitasi

dan rekonstruksi. Sampai berita ini diturunkan, status penanganan di Mentawai dan Wasior sudah meninggalkan tahap tanggap daru-rat dan melangkah ke rehabilitasi dan re-konstruksi. Sedangkan untuk bencana Me-rapi, meskipun sudah banyak pengungsi yang kembali ke rumahnya, namun tanggap darurat masih berjalan karena masih ada yang menghuni posko pengungsian. Menanggapi persiapan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi pada bencana Gunung Me rapi, Sekretaris Jenderal Kementerian Pe-kerjaan Umum Agoes Widjanarko menilai berat. “Berbeda dengan gempa bumi yang berdampak pada rusaknya bangunan (rumah) dan bisa dibangun kembali, dampak bencana letusan Gunung Merapi lebih sulit karena harus mempertimbangkan pemanfaatan ka-wa san permukiman sebelumnya yang lang-ganan terkena aliran awan panas, lahar mau-pun material lainnya,” kata Agoes. Gubernur D.I Yogyakarta Sri Sultan Ha-meng kubuwono X berencana meng hijaukan

area permukiman yang berjarak 10 km dari puncak Merapi. Dengan menghijaukan la-han permukiman di daerah bencana, Gu -bernur akan menghibahkan tanahnya un-tuk dijadikan permukiman warga yang ada di kawasan 10 km dari puncak Merapi. Jika rencana ini disetujui oleh masyarakat, Ke-menterian Pekerjaan Umum siap men dukung infrastruktur, baik jalan, maupun pra sarana dan sarana dasar permukiman lainnya. “Penghijauan di kawasan 10 km dari Pun-cak Merapi juga termasuk pengelolaan lahan milik masyarakat untuk dijadikan te galan (sawah maupun kebun). Dengan be gitu ma syarakat bisa tinggal di rumahnya yang dibangun di atas lahan yang disediakan Gu-bernur dan mengelola sawah dan ke bun nya dengan aman,” ujar Agoes.

Bangun HuntaraSri Sultan Hamengkubuwono X mulai me-luncurkan pembangunan Hunian Sementara (Huntara) atau Shelter, Senin (22/11), di Pos-

6 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 7: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

pemda dan masyarakat, serta memiliki topo-grafi 0-15 %. Kriteria lainnya adalah terdapat kemudahan aksesibilitas (jalan), terdapat pra-sarana (fasilitas sosial dan fasilitas umum), relatif dekat dengan lokasi permukiman awal (5-25 km), serta tidak ada masalah dalam penyediaan lahan/tanah, baik dari aspek ke-pemilikan maupun aspek teknis (per mu kaan tanah datar). Modul/desain Huntara sendiri, 1 barak ber ukuran 30 x 11 m, terdiri atas 12 unit ukuran 5 x 4 m, dengan rangka kayu, din ding triplek, dan atap seng. Satu unit ukuran 5 x 4 meter diperuntukkan bagi 1 KK. Sementara itu, pertimbangan lokasi untuk penetapan relokasi permukiman baru sesuai dengan pertimbangan penetapan lokasi Hun tara.Per timbangan lain yang penting ada lah ke-sepakatan antara pemda dengan ma syarakat korban bencana. Saat ini, telah disepakati lokasi indikatif untuk relokasi permukiman baru di Keca-matan Pagai Utara yakni di Desa Matobek (tepi jalan HPH). Lokasi ini telah disepakati oleh masyarakat yang menjadi korban dan pemda. Lokasi ini cukup baik karena terletak di atas kontur 100 meter, terlindungi oleh hutan dan jauh dari pantai. Salah satu daya tarik lokasi adalah keberhasilan masyarakat di sekitarnya yang bermata pencaharian se-bagai petani kopra.

Huntara di WasiorPresiden Susilo Bambang Yudhoyono men-targetkan secepatnya atas hasil grand design rehabilitasi di Wasior. Kementerian Pekerjaan Umum melalui Ditjen Cipta Karya membantu memfasilitasi pembangunan sedikitnya 93 ba rak untuk menampung 1088 Kepala Kelu-arga. Barak tersebut tersebar di 9 lokasi yaitu di Kampung Maimare (Samping Balai Per-ikanan, Samping Dinas Perikanan, Lahan Ka-dis PU), Kampung Rado (Rado 1 dan Rado 2), Lahan Bappeda, Kampung Wasior (lahan di atas bandara dan lahan Dinas Pendapatan), Lahan SMA 1 Wondama, Kampung Ramiki, Kampung Kaibi, Kampung Kabouw (Kabouw 1 dan Kabouw 2), dan di Kampung Iriati. Ba-rak-barak tersebut dibangun oleh TNI. Secara umum untuk progress pem ba ngu-n an Huntara, kendala yang masih muncul ada lah belum dilaksanakannya pemasangan jaringan instalasi air bersih dan drainase un-tuk setiap lokasi. Data terakhir per tanggal 21 Nov 2010, material pipa distribusi dan tangki air sudah tiba di lapangan dan dalam proses persiapan pemasangan. (bcr)

BERITAUTAMA

ko Jenggala Dusun Wonosari, Wedo mar-tani, Ngemplak, Sleman. Tahap awal akan dibangun sebanyak 300 Huntara. Pem ba-ngu nan tahap pertama ini adalah bagian dari 2.500 Huntara yang akan di bangun pihak Pemda dan BNPB. Rumah-rumah ini akan menggantikan ba rak-barak pengungsian yang sekarang di tem pati oleh penduduk yang rumahnya ter kena dam pak langsung letusan Merapi. ”Ru mah ini nantinya akan dilengkapi de ngan

listrik, air serta fasilitas MCK dengan biaya pembangunan 1 unit sebesar Rp. 6-7 juta. Ada beberapa pe ngusaha yang telah meng-hubungi untuk mem bantu pem ba ngu n an,” ujar Sri Sultan. Untuk Desa Umbulharjo di Dusun Plo-sokerep 283 unit, Desa Kepuharjo di Dusun Pagerjurang 826 unit, Desa Glagaharjo di Du sun Banjarsari 802 unit, Desa Wukirsari di Dusun Slodokan 340 unit dan Desa Ar-gomulyo di Dusun Kowang 258 unit. Sedangkan untuk Kecamatan Ngemplak Desa Sindumartani di bangun di Lapangan Bimo sejumlah 15 buah. Acara peresmian tersebut juga dihadiri oleh Kepala BNPB Syam sul Ma’arif. Syamsul mengatakan pro-yek kemanusiaan untuk tahap pertama di -harapkan selesai dalam waktu 3 bulan. Ru-mah yang 90% terbuat dari bahan bambu ini merupakan ‘pilot project’ dengan ukuran luas bangunan 36 m², dengan dua kamar tidur, ruang keluarga, kamar mandi ruang ko song yang bisa dipakai untuk dapur. Sementara itu Ditjen Cipta Karya Ke men-terian Pekerjaan Umum siap mem berikan advis teknis kepada Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait dalam menyiapkan hu-nian sementara bagi pengungsi berikut pra-sarananya selama menjalani masa reha bili-tasi.

Huntara di Kepulauan MentawaiData yang dirilis dari Posko Bencana Ditjen Cipta Karya, untuk sementara ini telah ter-identifikasi (bersama dengan pemerintah da e rah) sekitar 17 usulan lokasi Huntara. Pe rinciannya, 2 lokasi di Kecamatan Sipora Selatan yaitu Huntara Bosua (Desa Bosua) seluas 5,9 Ha dan Huntara Berioulou (Desa Berioulou) seluas 2,2 Ha. Kemudian, 5 lokasi di Kecamatan Pagai Utara yaitu Huntara Muntei, Batumonga, dan Taraet (Desa Batu-monga) dengan luas total 14 Ha, Huntara Mapinang (Desa Seumangnyak seluas 2 Ha), serta Huntara Sigoagoa (Desa Silabu) seluas 4 Ha. Huntara juga dibangun di 10 lokasi di Kecamatan Pagai Selatan, yaitu Huntara Saribet, Paraorogat, dan Malakopa (Desa Ma-lakopa) seluas sekitar 21 Ha, serta Huntara Bake, Kinumbuk, Limu, Mapinang, Maonai, Su lataban, dan Tapak (Desa Bulasat) seluas sekitar 40 Ha. Penentuan lokasi Huntara memiliki bebe-rapa kriteria, yaitu berada pada lokasi aman, ketinggian dari permukaan laut sekitar 200 meter, berada pada jarak 1 km dari lokasi ben cana, memperoleh kesepakatan dengan

“Kami menghimbau agar masyarakat dapat memanfaatkan se luruh

peralatan tersebut dengan sebaik-baik nya serta me-rawatnya dengan baik se-

lama masa tanggap darurat ini, termasuk meng hemat

peng gunaan air dan menjaga kebersihan MCK”

Budi Yuwono, Dirjen Cipta karya

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 7

Page 8: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Wawancara dengan Dirjen Cipta Karya :

Pastikan Bantuan Berfungsi Baik

RRed : Bagaimana kebijakan tanggap da-rurat Ditjen Cipta Karya di tiga lokasi ben-cana (Wa sior, Mentawai, dan Merapi)?DJ: Pertama pasti tanggap darurat karena me makan korban jiwa, selanjutnya dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. Pada tiga lokasi tersebut tergolong bencana yang cukup eks-trim. Bencana letusan Merapi sekarang se be-narnya bukan kali pertama, dari dulu sudah pernah terjadi dan korbannya di lokasi itu-itu saja. Sementara di Wasior, sifatnya men-dadak, lokasinya terpencil, sistemnya ada tapi untuk menjangkau lokasi perlu waktu lama. Di Mentawai malah tidak ada sistem sama sekali.

Sistem yang dimaksud adalah ketersediaan infrastruktur jalan maupun prasarana per mu-kiman seperti jaringan air minum. Dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang kita miliki dalam aksi tanggap darurat, harus meng hadapi sistem yang berbeda di tiga lokasi tersebut. Di Wasior misalnya, sistemnya ada tapi rusak. Jaringan air minum yang ada rusak meskipun bangunan instalasinya masih ada.

Red : Dengan kondisi seperti itu apa yang pertama kali dilakukan di Wasior dan Men tawai?DJ: Tentu saja membangun hunian sementara

karena ini yang sangat dibutuhkan. Pem ba-ngunan Hunian sementara dilakukan oleh TNI, dan Ditjen Cipta Karya sebagai advisornya. Dari aspek Tata Ruang, saat ini sedang ditunggu hasil analisa Tata Ruang Wilayah Wasior untuk membangun hunian yang tetap dan aman dari bencana. Seiring dengan itu, Ditjen Cipta Karya sendiri sudah siap dengan konsep pengelolaan air minum dan sanitasinya, dan itu bergantung dari konsep Tata Ruang Wilayah yang dihasilkan untuk Wasior. Selama tahap tanggap darurat ini baru dengan Pengolah Air Cepat (PAC) dan prasarana keciptakaryaan lainnya (lihat data). Dana kita sudah siap di tahun 2011. Untuk Mentawai, bantuan kita masih minim karena keadaan di sana sulit di tembus melalui darat. PAC saja baru bisa masuk lokasi pengungsian tiga hari setelah kejadian tsunami karena harus memakai sped boat dengan antrian cukup panjang.

Red : Bagaimana dengan bencana Merapi?DJ: Ini yang lebih repot. Masanya panjang, letusannya lebih besar dari tahun-tahun sebe-lumnya. Pengungsinya pun paling banyak. Saat ini kabarnya sudah 300 ribuan jiwa yang tersebar di 4 kabupaten (Magelang, Sleman, Klaten, dan Boyolali). Pola penanganannya juga cukup menyita perhatian karena banyak titik pengungsian, yang paling banyak adalah di Stadion Maguwoharjo dengan lebih dari 26 ribu pengungsi. Saat pertama bantuan Cipta Karya datang sehari setelah kejadian, kondisi air minum dan sanitasi saat itu menjadi sorotan. Kondisi MCK yang ada di stadion sangat memprihatinkan karena banyak yang tak berfungsi. Langkah pertama, kami menyelamatkan sistem yang ada dengan mengganti dan menambah pom-panya dan memanggil tukang untuk me nye dot MCK yang mampat, selanjutnya kami tam bah-kan MCK.

Red : Apakah armada dan peralatan ban-tuan Cipta Karya sudah dirasa cukup?DJ: Jika ditanya cukup tidaknya pasti akan selalu kurang. Yang kita lakukan saat ini ada-lah memastikan bantuan yang kita berikan berfungsi dengan baik dan berlanjut. Awalnya memang cukup banyak peralatan yang ter-tinggal di lokasi pengungsian pertama dan kedua (radius 5 km dan 10 km) karena situasi eksodus saat itu tidak memungkinkan untuk memindahkan barang-barang seperti HU, IPA, dan MCK. Selain menjamin kecukupan ke-butuhan air minum dan sanitasi, yang perlu mendapat perhatian saat ini adalah memu -

Ber

ita U

tam

a

8 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 9: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

BERITAUTAMA

lihkan kondisi psikologis dan pendidikan anak-anak, karena logistik makanan sudah dianggap cukup. Saya tidak tahu apakah orang gunung itu ngerti keran air atau belum, dari beberapa tempat yang saya tinjau banyak HU yang rusak keran air nya sehingga penggunaannya menjadi boros. Ada juga yang sengaja melepas keran agar air tetap ‘ngocor’ untuk mencuci. Dengan demikian, selain memberikan bantuan kita juga mengajarkan mereka berhemat air. Menghemat air akan semakin memeratakan air untuk kebutuhan bersama. Banyak juga yang enggan untuk memelihara fasilitas MCK dengan alasan trauma. Saya sangat mengharapkan secepatnya terbentuk empat Depo tanggap darurat lagi di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar. Dengan armada yang kuat, bisa menghasilkan unit-unit kerja yang terlatih menghadapi ben-cana yang dekat di regionalnya.

Red : Apa arti kehadiran pemimpin dalam situasi bencana?DJ: Kita datang untuk melihat persoalan se-benarnya dan melakukan kebijakan stra te-gis. Petugas di lapangan kan tahunya ha nya melakukan prosedur. Selama ini kita me miliki sumber daya manusia yang sudah ber pe-

ngalaman di medan. Apalagi Satuan Ker ja, contohnya PKP Air Minum maupun PLP di D.I. Yogyakarta sudah sering menghadapi bencana di wilayahnya. Saya pun akan memak lumi jika ada yang sedikit lamban mengatasi air minum dan sanitasi di lapangan karena persoalan di dua bidang ini sangat kompleks.

Red : Apa yang akan dilakukan Cipta Karya setelah tanggap darurat?DJ: Mengacu pada karakter masyarakat yang enggan direlokasi, Presiden pun meyakini itu, setelah kondisi aman Ditjen Cipta Karya akan melakukan pendataan bangunan yang rusak untuk selanjutnya ditentukan nilai bantuannya.

Red : Apa saja pelajaran yang bisa diambil dari kejadian bencana ini?DJ: Kita harus perhatikan Tata Ruang. Kita kadang sering melupakan sejarah. Yang me-

ngu bur Kerajaan Mataram maupun Candi Bo-robudur itu Gunung Merapi, sepatutnya sejarah itu dipertimbangkan oleh masyarakat dan Pem danya. Malah sekarang isunya dua daerah yang menjadi langganan korban Merapi, yaitu Muntilan dan Mungkid di Kabupaten Magelang akan menjadi Ibukota Kabupaten. Pelajaran kedua, sebaiknya menghindari konsentrasi pengungsi yang besar seperti yang ada di Stadion Maguwoharjo. Gubernur DIY mungkin berpendapat lebih baik titik pe-ngungsian sedikit tapi kapasitasnya besar – besar. Saya malah berpendapat sebaliknya, lebih baik banyak titik dengan sedikit pe-ngungsi di tiap titiknya, yang penting sistem komandonya berjalan. Ini akan memudahkan pengaturan logistik maupun kebutuhan primer seperti prasarana dan sarana air minum dan sanitasi. Lebih tertib, seperti yang terlihat di Desa Salam, Kabupaten Sleman. (bcr)

Dirjen Cipta Karya, Budi Yuwono meninjau langsung bantuan sanitasi dan air minum untuk korbanbencana alam letusan Gunung Merapi.

“ Yang kita lakukan saat ini ada lah memastikan bantuan yang kita berikan berfungsi dengan baik dan berlanjut.”

Budi Yuwono, Dirjen Cipta karya

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 9

Page 10: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

BERITAUTAMA

Kepedulian Sosial DWP PU dan Cipta Karya

Untuk Korban Merapi

TTidak mau kalah dengan dengan kaum Adam, anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Pekerjaan Umum dan Di rektorat Jenderal Cipta Karya juga mela-kukan aksi kepedulian sosial untuk para kor-ban bencana banjir di Wasior, Tsunami di Kepulauan Mentawai dan letusan Gunung Merapi di Yogyakarta. Bantuan diberikan se cara terpisah dengan total dana Rp 128 juta. Bantuan untuk korban banjir di Wasior dan tsunami di Mentawai, bantuan yang di-kirimkan berupa uang tunai. Dikarenakan jauh dan sulitnya medan untuk menuju ke pengungsian. Bantuan untuk korban Merapi berupa pa-kaian dan makanan kepada para pengungsi bencana letusan Gunung Merapi di 9 titik pengungsian di Kabupaten Magelang, Kabu -paten Sleman, Kabupaten Klaten, dan Ka-bupaten Boyolali. Aksi tersebut berlangsung selama dua hari. Hari pertama, Sabtu (13/11), di Kabupetan Magelang diserahkan oleh Ketua Dharma Wa nita Persatuan Ditjen Cipta Karya Ibu Erna Budi Yuwono di Posko Lapangan tembak Ba rak Militer AKMIL Ngadirejo, Posko Desa Tanjung, dan Posko Balai Desa Salaman, serta

di Posko Youth Center Kabupaten Sleman. Secara terpisah rombongan DWP Ditjen Cipta Karya yang dipimpin oleh Ibu Susi Antonius Budiono juga menyerahkan bantuan di GOR dan Desa Pengging Kabupaten Boyolali, serta GOR dan Puslatpor Kabupaten Klaten. “Aksi ini adalah bentuk Tanggung Jawab Sosial DWP Kementerian Pekerjaan Umum dan ungkapan rasa empati yang mendalam kepada saudara-saudara kita yang terkena bencana. Semoga bantuan ini tidak dilihat dari nilainya, namun ketulusan kami dalam meringankan beban penderitaan mereka,” ujar Ibu Erna Budi Yuwono yang didampingi oleh Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono dan para direktur beserta isteri kepada Bambang Prabowo, Koordinator Posko Lapangan tem-bak Barak Militer Akmil Ngadirejo Kabu paten Magelang. Bantuan yang diberikan terdiri dari pi ya-ma, handuk, susu, kasur bayi, biscuit, pem-balut wanita, celana dalam wanita, sarung, tikar, selimut, bantal, kain batik (jarik), daster, dan t-shirt. Masing-masing diserahkan DWP Cip ta Karya di Posko Lapangan tembak Ba-rak Militer Akmil Ngadirejo diterima oleh Bam bang Prabowo sebanyak 17 boks, Posko

Tan jung Muntilan sebanyak 16 boks diterima oleh Pardi Sriono, Desa Salaman diterima oleh Kahono sebanyak 16 box, dan di Youth Center diterima oleh Wawan Widiantoro sebanyak 18 boks. Di hari kedua, mewakili Ibu-Ibu DWP Ke menterian PU, Ibu Muthia Agoes Widja-narko didampingi Ibu Erna Budi Yuwono dan Sekretaris Jenderal Kementerian PU Agoes Widjanarko, menyerahkan 10 kodi sarung dan 49 boks yang berisi piyama, handuk, bis cuit, dan lain-lain kepada sekitar 10 ribu pengungsi di Stadion Maguwoharjo. Secara simbolis bantuan diserahkan kepada Bupati Sleman Sri Purnomo yang didampingi isteri, Ketua Ikatan Dokter Anak se D.I. Yogyakarta, Fauziyah, dan disaksikan oleh jajaran eselon II Ditjen Cipta Karya beserta ibu. “Terimakasih atas bantuan Ibu-ibu DWP Kementerian Pekerjaan Umum dan ke ha di -ran nya, mudah-mudahan bisa me nye jukkan hati para pengungsi. Kami juga meng ha-rapkan tidak berlama-lama di pengungsian ini, karena itu selain bantuan fisik kami juga memohon bantuan doa bagi semuanya,” kata Bupati Sleman Sri Purnomo.(bcr)

Ber

ita U

tam

a

Anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Pekerjaan Umum dan Direktorat Jenderal Cipta Karya melakukan aksi kepedulian sosial untuk para korban bencana.

10 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 11: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

TTini tampak sangat resah ketika tengah antri untuk menggunakan kamar mandi. Ming gu ini Tini tengah menstruasi. Empat kamar mandi yang ada di bangunan sekolah tempatnya mengungsi bersama dua anak balita dan suaminya sedang dipakai se-mua. Wajah Tini tampak tegang karena ia merasakan ada aliran darah keluar sedangkan pembalutnya sudah sangat penuh. Ketika gilirannya hampir sampai, ia menjadi lebih gelisah lagi karena seorang pengungsi yang baru saja keluar kamar mandi mengatakan bahwa persediaan air telah habis. Ilustrasi tersebut terjadi hampir setiap

saat di barak-barak pengungsian. Di tempat peng ungsian, semua orang, tak pandang jenis kelamin, tak pandang usia, tak pandang ras-suku-agama, tak terkecuali, pasti merasa tidak nyaman, bahkan menderita. Namun para perempuan merasakan penderitaan yang lebih dibandingkan para lelaki. Kasus Tini adalah salah satu contoh kecil dari se-kian banyak lainnya yang jauh lebih besar. Mengapa demikian? Tulisan ini mencoba menjabarkan situasi pengungsian secara ring kas dan hanya dua hal saja yang akan dipaparkan, yaitu shelter serta water and sanitation.

Derita Perempuan di PengungsianLIPUTANKHUSUS

Lipu

tan

Khus

us

Kaum perempuan di tempat pengungsian, mereka tetap tabah menjalani kehidupan sehari-hari di

tempat pengungsian korban bencana alam.

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 11

Page 12: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Penampungan atau shelterNamanya bisa apa saja, barak, posko, shelter atau penampungan. Yang ditampung pun bisa pengungsi korban konflik, penggusuran massal, perang dan bencana alam. Hampir semua barak-barak pengungsian tidak di-rancang dengan baik dan didirikan atau di-sediakan dalam situasi darurat. Wujudnya bisa tenda, barak terbuka, ruang tertutup se macam gudang, gedung sekolah, gedung olah raga, balai desa dan gedung pertemuan atau masjid serta gereja.

Air bersih dan sanitasiDalam misi-misi kemanusian, air bersih dan sanitasi ini disebut sebagai sektor hygiene promotion atau HP dan water and sanitation yang disingkat menjadi watsan. Jadi bila men dengar ada percakapan tentang watsan, yang dimaksudkan adalah semua persoalan yang berkaitan dengan air bersih dan sanitasi umum, termasuk kebersihan.

Bagaimana dua hal dasar tersebut ber pe-ngaruh pada perempuanTempat-tempat pengungsian yang dise but-kan di atas tidak disiapkan untuk dihuni oleh banyak orang dalam jangka waktu panjang. Termasuk kamp-kamp pengungsian untuk me nampung korban konflik dan perang yang jelas-jelas dihuni bertahun-tahun, seperti kamp pengungsian di perbatasan Thailand-Myanmar. Sebagai akibatnya tempat-tempat tersebut tidak dilengkapi dengan sarana pen-dukung yang memadai, seperti dapur, kamar mandi, air bersih dan penerangan. Saya contohkan kondisi pengungsian kor ban letusan Merapi. Dari foto-foto di me-dia dan liputan TV terlihat bagaimana para korban berjejalan di ruang-ruang kelas atau balai desa. Ruangan besar itu dihuni oleh puluhan orang yang sebagian tidak saling kenal sebelumnya. Bisa kita bayangkan ba-gaimana jadinya, sekian puluh orang asing, laki-laki perempuan berbagai usia, harus

menghuni sebuah ruang besar tanpa sekat dalam situasi darurat. Akibatnya, banyak perempuan merasa ti dak nyaman bahkan untuk sekedar mele-paskan jaketnya, apalagi bila harus berganti pakaian. Belum lagi bila ia terpaksa terpisah dari keluarga, suami atau saudara lelakinya dan harus tidur berjejer dengan banyak le-laki yang sebelumnya tidak ia kenal. Ba-nyak perempuan yang sehari-harinya tidak terbiasa bergaul dengan lelaki kecuali ke-luarga dan kerabat. Ada di antara mereka yang sekedar bertatap mata dengan lelaki asing pun merasa tidak nyaman. Bagi mereka yang jumlahnya - duh, Gusti, ternyata - tidak sedikit itu situasi penampungan bisa menjadi sangat mencekam. Apalagi di malam hari, dengan penerangan yang minim pula. Pelecehan, bisa pula terjadi. Bentuknya bermacam-macam, mulai sekedar tatap ma ta nanar ke arah bagian tubuh tertentu yang tersingkap tanpa sengaja hingga peng-

12 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 13: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

LIPUTANKHUSUS

Foto Kiri : Suasana lokasi pengungsian di GOR Klaten.Foto Kanan : Suasana di Gerbang Desa Bojong, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang yang jarak pandangnya masih 100 m karena abu Merapi.

gerayangan di malam hari. Lebih sedih la-gi, para korban biasanya tidak berani atau malu untuk melaporkannya. Ditambah fakta tidak semua petugas mengerti atau terlatih untuk menangani pengungsi dan mampu mengantisipasi berbagai persoalan semacam itu. Bila situasi memungkinkan, setelah be-berapa hari dan tahap panik terlewati, para pengungsi perempuan bisa dipisahkan dari laki-laki. Sekarang persoalan air dan sanitasi. Ilus-trasi Tini di awal tulisan ini cukup memberi gambaran betapa menderitanya para pe-rem puan yang tengah menstruasi ketika di tempat pengungsian tidak ada air. Pakai tisu basah apa tidak bisa? Ya, kalau ada tisu basah atau ada uang untuk membelinya atau ada warung yang menjualnya. Tempat penampungan bukanlah tempat wisata yang ketika mengunjunginya orang akan mem persiapkan segala sesuatu secermat-cer matnya. Dalam situasi seperti korban

Merapi saat ini, para perempuan masih bisa menggunakan air mineral atau mendatangi rumah-rumah penduduk di sekitar posko untuk membasuh diri. Pasti terbayangkan ba gaimana susahnya seorang perempuan yang tidak bisa membasuh diri selama be-berapa hari. Selain kotor, kesehatannya bisa terganggu. Masih ada hal lain lagi yang berkaitan dengan air dan kamar mandi ini. Cobalah cermati cerita yang saya alami 5 tahun lalu di Aceh ini. Saat itu bulan Juni 2005, situasi di desa-desa yang digempur tsunami sudah bersih dari reruntuhan dan jenazah korban meninggal, namun baru satu-dua rumah yang dibangun. Salah seorang pemagang dalam tim saya, mahasiswi yang sedang menyelesaikan studinya di jurusan arsitektur sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta, baru sehari tiba dan langsung saya ajak ke lokasi. Kami satu tim sedang mengadakan diskusi tentang rencana pembangunan ru-mah di sebuah masjid di desa di pantai barat. “Ibu, antar saya ke toilet,” bisiknya resah ketika saya tengah memimpin diskusi. Saya heran karena kamar mandi itu - tepatnya sederet jamban darurat untuk umum - hanya terletak di halaman samping masjid yang terang benderang karena waktunya siang. Rupanya dia, anak muda Jakarta yang terbiasa dengan kamar mandi mewah di rumahnya dan baru sekali datang ke lokasi bencana,

tidak berani masuk ke toilet umum yang dinding kayunya dipasang tidak benar-benar rapat. Saya sudah biasa menggunakannya dan tahu pasti kalau dari luar orang tidak akan bisa melihat ke dalam dengan jelas, kecuali sosoknya saja. Namun baginya, berjongkok di sana selama tiga-empat menit bisa menjadi siksaan yang terasa lama. Maka, dengan semangat seekor induk ayam melindungi anaknya, saya antar si calon ar sitek itu dan saya lepas pashmina penutup kepala guna menutup lubang-lubang kecil di dinding toilet. Baru ia bisa tenang me-nunaikan hajatnya. Khusus untuk pengungsi Merapi, walau perempuan desa banyak yang terbiasa man di di kali atau kamar mandi terbuka di halaman belakang rumah, namun ketika be rada di pengungsian suasananya menjadi beda ka-rena tempat itu asing bagi mereka. Dari kejadian itu saya belajar dan bisa mengerti mengapa begitu banyak organisasi pelindung perempuan bekerja keras untuk memahamkan semua pihak agar shelter dan watsan di pengungsian dibangun se-demikian rupa supaya woman-friendly. Tu -lisan ini baru memaparkan dua hal saja dari berbagai persoalan di pengungsian yang bisa menambah penderitaan para perempuan. Belum lagi persoalan yang ha rus ditanggung oleh anak-anak mereka.(bcr/sumber: kompasiana/Endah Raharjo)

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 13

Page 14: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Info

Bar

u 1

Mencapai MDGs 2015

Melalui Program Hibah Sanitasi

DSuasana penandatanganan Naskah Perjanjian Penerusan Hibah (NPPH) yang di tandatangani oleh 22 Walikota/Bupati pe ne rima.

Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum terus berupaya untuk mencapai tar-get Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Dalam pencapaian target MDGs ini Ditjen Cipta Karya mendapatkan tugas di bidang sanitasi maupun air minum. Di bidang air minum, berbagai upaya telah dilakukan diantaranya melalui Kerjasama Pihak Swasta, program penjaminan utang maupun pem-berian hibah. Pemberian hibah ini tidak ha-nya menyasar pada sektor air minum tapi juga sanitasi. Seperti kita ketahui, pencapaian target MDGs bidang sanitasi pada 2015 sebesar 62,37%, sementara sampai tahun 2009 baru mencapai 51,02%. Untuk memenuhi se-ba gian gap tersebut, Pemerintah menye-dia kan APBN sebesar Rp 14,2 triliun untuk sanitasi selama lima tahun ke depan (2010 – 2014), yang diprioritaskan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Tidak hanya itu, Kementerian Pekerjaan Umum, melalui Direktorat Jenderal Cipta Kar ya, kembali kucurkan dana hibah Per ce-patan Pembangunan Sanitasi (P2S) kepada

22 Kabupaten/Kota di Indonesia sebesar AUD 6 juta atau setara Rp 48 milyar. Hibah tersebut tertuang dalam Naskah Perjanjian Penerusan Hibah (NPPH) yang di-tandatangani oleh 22 Walikota/Bupati pe ne-rima di Jakarta. Penandatanganan ter sebut disaksikan oleh Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Budi Yuwono, Direktur Bina Program Ditjen Cipta Karya Antonius Budiono, Direktur PLP Ditjen Cipta Karya Syukrul Amien, Direktur Infrastruktur dan Tata Kelola Ekonomi Pemerintahan AusAid Benjamin Power, serta perwakilan da-ri Kementerian Keuangan akhir Oktober lalu. Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono me nga-takan, Program Hibah P2S ini me nunjukkan komitmen Pemerintah dalam melakukan ber-bagai upaya untuk mem percepat pencapaian target MDGs khususnya di bidang sanitasi. Program ini juga dimaksudkan sebagai in-sentif bagi pemerintah daerah untuk me-ning katkan perhatian kepala daerah kepada pembangunan sektor persampahan dan air limbah di daerah masing-masing. “Hibah hanya diberikan kepada kabu pa-

ten/kota yang telah memiliki atau menyusun dokumentasi Strategi Sanitasi Kota (SSK). Se-hingga kota yang betul-betul siap akan kita berikan, karena hal ini sangat mempengaruhi perjalanan hibah selanjutnya,” katanya. Ia menambahkan, P2S dilaksanakan me-lalui penerapan konsep output based. Da lam hal ini pemerintah daerah disyaratkan untuk melakukan pembangunan investasi prasa -ra na persampahan dan air limbah pada ta-hun anggaran (TA) 2010, melalui sumber dana APBD murni dan/atau Dana Alokasi Umum (DAU). Dana hibah baru dapat di-cairkan oleh pemerintah daerah pada TA 2011, setelah pembangunan fisik dinilai me menuhi kriteria, dan pemerintah daerah mengalokasikan dana pendamping pada TA 2011 untuk investasi di bidang persampahan dan air limbah. “Dengan adanya investasi ini diharapkan akan mendukung percepatan pem bangunan sanitasi di Indonesia,” tam-bah nya. Beberapa daerah yang mendapatkah hi bah terbesar yaitu, Kota Medan sebesar Rp 4,8 miliar, Kota Ambon Rp 4,1 miliar dan

14 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 15: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

INFOBARU 1

Kabupaten Deli Serdang Rp 3,4 miliar. Kota lainnya seperti, Kota Probolinggo, Yogyakarta, Banda Aceh, Pekalongan, Jayapura, Jambi, Ba tu, Bukit Tinggi dan kota-kota lainnya.

Cara Kerja HibahHibah ini bertujuan untuk memberikan peng hargaan kepada Pemerintah Daerah yang menunjukkan komitmen terhadap ke-bijakan nasional di bidang pembangunan sanitasi dengan; pertama, memiliki strategi sanitasi kota yang telah dipersiapkan atau program investasi jangka menengah dalam bidang sanitasi yang telah disetujui dan membuat komitmen yang memprioritaskan infrastruktur sanitasi dalam anggaran belanja daerah tahun 2010.

Besaran dana hibah ditentukan oleh pre-sentase anggaran tahun 2010 yang telah dialokasikan pemerintah daerah untuk sa-ni tasi. Pemerintah daerah yang bisa men-dapatkan hibah terlebih dahulu harus me-nyelesaikan program sanitasi tahun 2010 dengan tujuan agar bisa mennggunakan dana hibah untuk program sanitasi 2011. Di samping itu, setiap pemerintah dae rah di-haruskan mengalokasikan dana pen dam ping sedikitnya 40% dari besaran nilai hibah yang diterima. Besaran dana hibah berkisar antara Rp 500 juta hingga Rp 4,8 miliar dan akan digunakan untuk membangun sanitasi perkotaan seperti pengolahan air limbah; sambungan ke sistem pembuangan air limbah; sumur WC bersama;

WC umum; pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah, serta daur ulang limbah padat. Bantuan Australia adalah dalam rangka men dukung Indonesia mempercepat pen-ca paian tujuan pembangunan mil lennium dengan meningkatkan akses pen duduk ke -pada air minum dan sanitasi dasar yang di-canangkan tahun 2015. Menurut Direktur Infrastruktur AusAID Be -nyamin Power, membantu Indonesia mem -perbaiki sanitasi adalah penting bagi Aus tra -lia. “Hal ini merupakan bagian dari komit men Australia untuk meningkatkan ak ses terhadap fasilitas sanitasi perkotaan di In donesia. Kami bangga dapat terlibat da lam sebuah proyek yang memperhatikan ma syarakat miskin per-kotaan dan men ja di kan hidup mereka lebih sehat dan ling kungan lebih aman,” kata nya. Pemerintah daerah pun menyambut baik dana hibah yang diberikan oleh pemerintah pusat ini. Mereka siap berkomitmen dalam program P2S ini. Walikota Ambon MJ Papilaya mengatakan sangat senang dengan dana hibah yang diberikan. “Kota Ambon mendapat dana hibah Rp 4,1 miliar. Kami akan mencoba menerapkan sistem pengelolaan limbah di dua tempat sebagai model percontohan. Satu dikawasan perkotaan dan satu lagi di kawasan pinggiran. Untuk tempatnya kami sedang mencari yang cocok,” katanya. Asal tahu saja, saat ini di Indonesia hanya sebelas kota yang memiliki sistem perpipaan air limbah dan hanya bisa melayani sekitar 1% dari penduduk perkotaan. Selain itu, sa nitasi masih merupakan prioritas investasi ren dah di banyak pemerintah daerah. (dvt)

mekaniSme PelakSanaan PrOGram hiBah PercePaTan PemBanGunan SaniTaSi

Foto bersama Dirjen Cipta Karya bersama 22 Walikota/Bupati pe ne rima dalam acara penandatanganan Naskah Perjanjian Penerusan Hibah (NPPH).

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 15

Page 16: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Info

Bar

u 2 Kisah Sebuah Perjalanan

di Maluku UtaraJoerni Makmoerniati*)

Kawasan Agropolitan Wasile

BBelum banyak orang tahu jika Propinsi Ma-luku Utara memiliki ratusan pulau di wi la-yah adiministrasinya. Total ada 805 pulau, antara lain yag terbesar adalah Pulau Ternate, Tidore, Halmahera, Morotai. Jika digabung dengan pulau-pulau kecil lainnya, propinsi yang dipimpin oleh Thaib Armaiyn memiliki luas wilayah sekitar 145.819 Km2, dimana 70 % diantaranya adalah wilayah laut yang menyimpan sebagian dari kekayaan alam In-donesia. Potensi wisata bahari yang sangat indah dan kekayaan bawah laut dengan potensi perikanan yang sangat tinggi, menjadikan propinsi kepulauan ini dikenal oleh penggila wisata bahari, walaupun belum banyak di-kunjungi oleh warga Indonesia sendiri. Ra-sa bangga menyeruak saat menjejakkan ka ki di sana. Namun sangat disayangkan, ke banggaan tersebut belum dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Lokasi yang cukup jauh di kawasan timur Indonesia dengan pen capaian yang tidak terlalu mudah, mem-buat masyarakat domestik cukup sulit men-jangkaunya. Pada pertengahan Juni 2010, penulis ber-kesempatan melakukan perjalanan ke pro-pinsi ini dengan rencana kegiatan di kota Tidore, Kota Sofifi, Kabupaten Halmahera Utara (kota pelabuhan Tobelo), Kabupaten Pulau Morotai, dan kabupaten Halmahera Timur. Hangatnya sinar matahari pagi mengawali

langkah perjalanan di hari pertama. Tepat pukul 06.00 WIB, perjalanan udara dengan Garuda dari Jakarta – Ternate memakan waktu 3 jam 45 menit. Pukul 13.10 WIT kami tiba di Bandara Sultan Baabulah. Kota Tidore merupakan satu kota yang berpola mengelilingi pulau dan berada diantara bu-kit dan pantai dengan hampir seluruh pen-duduknya adalah muslim. Kondisi itu ter jadi sejak peristiwa kerusuhan tahun 1999-2000, penduduk non muslim meninggalkan Tidore dan berpindah ke Halmahera ataupun wila-yah Sulawesi Utara. Di sini kami sempat bertemu dan ber-diskusi dengan Pemerintah Kota Tidore Ke pu-lauan. Gambaran kota Tidore se bagai bagian kota Tidore Kepulauan, ter ma suk kawasan So fifi kami dapatkan dari Pem kot setempat. Menjelang senja, kami melanjutkan per ja-la n an laut selama 40 menit, me nyeberang menuju Kota Sofifi dengan menggunakan kapal motor bermesin ganda. Saat langit ber-temaram gelap, kami merapat di Dermaga Sofifi. Dari Sofifi kami berganti moda angkutan dan melanjutkan perjalanan darat menuju kota Tobelo (Halmahera Utara, sekitar 200 km) dengan menggunakan mobil selama 4,5 jam dengan ‘jeda’ karena pecah ban mobil dikegelapan dan sedikit kesulitan men da pat-kan pertolongan, karena lalu-lintas me mang sangat sepi, diantara belantara yang jauh dari permukiman.

16 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 17: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

INFOBARU 2

Hari kedua, saat pagi sekali kami harus meninggalkan penginapan untuk segera ke Pelabuhan Tobelo untuk mencari perahu mo tor yang bersedia mengantar kami me-nyeberang ke Pulau Morotai menuju kota Daruba (dengan harga tawar yang cocok, sekitar Rp. 3,5 juta). Kota Daruba berada di Pantai Barat Pulau Morotai bagian Selatan. Perjalanan sekitar 4 jam dengan kapal motor bermesin 4. Kami bersyukur, bahwa cuaca sangat mendukung, sehingga waktu tempuh sesuai dengan rencana dengan air laut yang sangat tenang dan cuaca yang sangat cerah, dan cenderung panas terik. Di tengah perjalanan laut, kami sulit me-lakukan pembicaraan sesama kawan ka rena deru empat buah motor buritan kapal. Kami hanya dapat melakukan kegiatan pe mot retan alam dan memandang indahnya kekayaan alam laut dan garis batas pulau-pulau kecil yang tercecer di wilayah sekitar jalur yang kami lalui. Kelompok ikan lumba-lumba yang beberapa kali turut menghiasi pemandangan kami, sungguh menakjubkan. Perjalanan yang panas dan melelahkan disertai rasa was-was di perairan pasifik, dapat terobati. Daruba merupakan salah satu kota ke ca-matan yang mempunyai keramaian sekitar pelabuhan karena aktivitas per dagangan dan jasa angkutan yang banyak terjadi di sekitar dermaga hingga ‘pusat’ kota kecamatan ter-sebut. Setibanya di Dermaga Daruba, kami mera-pat dan turun di dermaga untuk mencari ka-pal motor lain yang dapat mengantar kami ke Kecamatan Wayabula. Kami menggunakan kapal motor yang lebih kecil menyusuri pe-rairan sisi barat Pulau Morotai selama ham-pir satu jam. Di tengah perjalanan, kami menjumpai beberapa ‘gosong pasir’. Bagi yang belum familiar dengan istilah ini, go-song pasir adalah bentukan dangkal yang terbentuk akibat tumpukan material pasir putih, dan akan tenggelam pada saat air pa sang. Secara awam biasa disebut pulau pasir putih yang tak berpenghuni. Kami sem-patkan menepi dan menginjakan kaki di atas material tersebut, seolah-oleh tersesat di pulau tak berpenghuni, sementara air laut jernih dengan aneka tanaman dan ikan laut tampak jelas di bawah terik matahari .… wow indahnya alam Maluku. Kabupaten Morotai (Pulau Morotai) mem-punyai jumlah penduduk 58.720 orang dengan mayoritas memeluk agama Islam dan Kristen yang tersebar pada 47 desa pada 3 kecamatan. Mereka mengandalkan sum ber

daya yang ada di laut sebagai sumber nutrisi. Selain itu kondisi laut menjadi sa tu-satunya prasarana yang harus dilalui un tuk keluar kota tersebut. Salah satu dari ti ga kecamatandi pulau tersebut adalah Ke camatan Moro-tai Selatan Barat dengan ibu kotanya ada-lah Wayabula. Jika kondisi cuaca tidak ber-sahabat dan gelombang air laut tinggi, maka penduduk Wayabula pada periode Nopember – Februari akan menjadi masyarakat terpencil, karena tidak dapat menyeberangi lautan. Sementara itu, jalan darat menuju kota ter dekat, Daruba (± 51 km), masih terputus sejak terjadinya konflik sosial di Maluku Uta-ra (1999–2000), sehingga masyarakat di ka wa san tersebut benar-benar tidak mem-punyai akses keluar, selain melalui laut. Ma-syarakatnya hidup sangat sederhana, ha nya sebuah mobil (yang tidak akan bergerak jauh karena tidak ada akses ke luar kawasan) dan beberapa motor roda dua. Direktorat Jenderal Cipta Karya Kemneterian Pekerjaan Umum, melalui kegiatan pengembangan kawasan permukiman dan perbatasan, pada TA. 2010 sedang melaksanakan pembukaan kembali akses sepanjang 2 km dari total 51 km jalan yang terputus menuju kawasan Daruba. Keterbatasan aksesibilitas masyarakat Wa-ya bula, menjadikan mereka tidak mem punyai posisi tawar yang baik dalam hal penjualan hasil laut. Mereka hanya mempunyai pili-h an, menyerahkan hasil laut (berkualitas ting gi) dengan harga yang ditentukan pe-ngumpul, atau mengkonsumsinya sendiri. Sementara itu, lemari pendingin tak satupun

ada di kawasan tersebut. Kondisi yang mem-prihatinkan tersebut memberikan ’ke me-wa h an’ tersendiri bagi kami, meskipun kami harus bermalam di rumah penduduk yang sangat sederhana, kami mendapatkan sajian teh hangat dengan pisang goreng hasil ke-bun dan makan malam dengan udang dan ikan laut segar bakar, yang semuanya diolah di atas bara kayu bakar, dengan ditemani dabu-dabu (potongan tomat dan cabe) yang sangat segar. Semua adalah hasil alam yang segar. Esok harinya, setelah sarapan pagi, Pkl. 07.00 WIT, kami menyeberang kembali ke Daruba dan Tobelo dilanjutkan dengan per-jalanan darat ke desa Daru untuk kemudian menyeberang ke Subaim (Halmahera Timur) karena kami akan meninjau dukungan yang diberikan pada kawasan Agropolitan di sana. Kami tiba di lokasi pertanian/peternakan Wasile Pkl. 15.30 WIT. Kami disambut ma-syarakat petani/peternak yang kebetulan se dang pulang dari ladangnya. Mereka men-ceritakan kebahagiaan mereka yang dapat menikmati fasilitas jalan dan gudang yang sudah dibangun, karena sebelumnya mereka harus bersusah payah melalui jalan lumpur untuk dapat mengangkut hasil pertaniannya.Sekali lagi, kelelahan perjalanan kami selama hampir sembilan jam, sementara tercairkan oleh makan siang yang telah kami pesan terlebih dahulu, berupa nasi hangat (dari padi yang baru ditumbuk) dengan bebek manila goreng. Alhamdulilah, kami diberikan kenikmatan ini...

Kesibukan di dermaga pelabuhan Tobelo Maluku Utara.

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 17

Page 18: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

pada umumnya. Jika pem bangun an Kota So fifi dapat dilak sa na kan sesuai perencana -annya dengan mem pertimbangkan potensi sum berdaya dan tan tangan yang ada, maka akan dimiliki kota pantai dengan keindahan alam sejauh pandang ke arah sebaran pulau-pulau di seberang dengan latar belakang le-kuk alam dan pegunungan yang cantik. Perjalanan kami selama empat hari de-ngan beberapa kali pergantian moda ang-kutan telah memberikan pengalaman dan me mahami sulitnya perjalanan untuk me-lakukan pelaksanaan dan pengawasan pe-kerjaan pada salah satu propinsi kepulauan, dan memiliki kawasan perbatasan. Moda ang kutan manusia dan barang masih sangat terbatas dengan ’sedikit’ mengabaikan ke-se lamatan. Rambu – rambu perairan laut sangat minim (jika boleh dikatakan hampir tidak ada), pelampung keselamatan sulit di-temui di kapal penumpang, bahkan sinyal komunikasipun masih sangat lemah. Cuaca yang bersahabat menjadi satu-satunya an-dalan perjalanan ini. Semoga kita terus bersemangat mem-bang un Indonesia hingga ke wilayah terjauh sekalipun.*) Kasubdit Pengembangan Permukiman Baru, Dit. Pengembangan Permukiman, DJCK

INFOBARU 2

Karena kami harus kembali ke Jakarta esok siang, maka malam itu juga kami me-mutuskan untuk segera kembali ke Sofifi (Kota Tidore Kepulauan). Pkl. 18.30 kami me ninggalkan Subaim, sudah terlihat senja mulai turun, sehingga diputuskan untuk me lanjutkan kembali perjalanan ke Sofifi melalui jalan darat dengan menyewa mobil yang dapat mengangkut kami berenam. Pada waktu senja dan malam hari kami tidak berani meyeberang melalui laut, karena di perariran tersebut belum terpasang rambu-rambu laut, sementara kecelakaan laut sering terjadi akibat menabrak balok-balok kayu ataupun benda lainnya yang tidak terlihat dikegelapan. Dengan menyewa land cruiser dengan berbekal doa, kami melakukan perjalanan darat di malam hari. Awal perjalanan kami dihentikan oleh seorang bapak tua yang me-mohon untuk diberikan tumpangan sam pai ke Sofifi. Kendaraan umum memang tidak ada, mereka biasa mengandalkan kebaikan pemilik/penyewa mobil yang melintas. Sesaat akan melintas Gunung Roni, kami berdoa agar dapat melaluinya dengan se-lamat. Namun di tengah perjalanan ini, te-pat di Gunung Roni, kami dihentikan oleh sebuah truk yang terperosok lumpur dalam

posisi persis menghadang badan jalan ber-lumpur. Kondisi jalan yang sangat buruk dan berlumpur (karena baru turun hujan) karena jalan tersebut baru dalam proses pe motongan dinding gunung. Setelah me-nempuh empat jam perjalanan, akhirnya ka-mi tiba di kota Sofifi Pkl. 23.00 WIT, dimana dapat terlihat cahaya terang kecantikan Kota Ternate di seberang lautan. Hari keempat, di pagi hari Kota Sofifi tampak tenang dan damai dengan dike li-li ngi oleh keindahan lekuk alam, gunung, pegunungan, pantai dan lautan yang tak terputus. Pelestarian hutan bakau di kota ini sudah dimulai sejak dini, dan dimanfaatkan sebagai kawasan wisata hutan bakau. Selain itu, dikejauhan seberang laut, tampak kein-dahan Gunung Gamalama yang melatar-belakangi kota Ternate. Sebagai ibu kota propinsi Maluku Utara yang baru, Kota Sofifi dengan kecantikan alamnya perlu didukung perencanaan tata ruang dan perencanaan pembangunan yang matang dan tertib dalam pelaksanaannya, agar dinamika pembangunan sosial, eko no mi kota tersebut dapat berjalan seiring dengan sumberdaya yang ada dan dapat menjadi pemicu pertumbuhan kota-desa di kawasan Halmahera, khususnya, dan ka wa san Maluku

Salah satu dermaga Daruba.

18 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 19: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

J

STA Larangan

Lancarkan BisnisBawang MerahBrebesHeri Supriyanta*)

INFOBARU 3

Info

Bar

u 3

Jika Anda pernah melakukan perjalanan da rat dari Jakarta menuju Jawa Tengah me lalui Jalur Selatan, pasti akan melalui Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes. Pa ra pemudik biasa menyebutnya “Pinggir Kali Ketanggungan Barat - Brebes”. Tahukah Anda bahwa di sisi kiri jalan pinggir kali Ketanggungan Barat, Kab. Brebes ini telah berdiri fasilitas usaha yang diidamkan para petani bawang merah di kawasan itu. Fasilitas yang melancarkan bisnis bawang merah ini disebut Sub Terminal Agropolitan (STA) Larangan.

Foto Atas : Sub Terminal Agropolitan (STA) Kec. Larangan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.Foto Bawah : Bawang merah yang telah dipanen.

STA ini dibangun Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum sejak tahun 2008 sebanyak 1 unit dengan dana Rp 600 juta. Bangunan STA ini tergolong cukup megah dan berfungsi sebagai pusat distribusi hasil pertanian masyarakat setem-pat, berupa bawang merah. Tak hanya itu, Ditjen Cipta Karya juga membangun jalan poros desa sepanjang 2.345 m. Prasarana pendukung lain di STA ini ada-lah utilitas air bersih, Bangunan Penge lola, Bangunan Musholla, Bangunan Gudang Pe -ngumpulan Hasil Panen dan Area Parkir. Se-

mua itu dalam rangka memenuhi keleng ka-pan infrastruktur Pasca Panen Bawang Merah ini. Menurut Wakil Bupati Brebes, Faris Sul-chaq yang dikutip dari http: //turyanto.Wordpress.com bahwa produksi bawang me rah dari Kabupaten Brebes ini 75% un-tuk memenuhi kebutuhan di provinsi Ja-wa Tengah, dan 35% untuk mensupply ke-butuhan nasional. Dengan kondisi seperti ini, maka tidak diragukan lagi jika kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan Agropolitan. Wilayahnya meliputi Kecamatan Larangan

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 19

Page 20: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

ww

w.fl

ickr

.com

INFOBARU 3

dan Kecamatan Paguyangan (sesuai SK Bu-pati Brebes No.520/14.B tahun 2005, tanggal 5 Februari 2005) Pemanfaatan Bangunan Terbuka Sub Ter-minal Agribisnis (STA) Larangan di Kabupaten Brebes in, oleh masyarakat sekitar kawasan, dapat berfungsi ganda. Pertama sebagai tem-pat sortasi sekaligus packaging hasil se telah dilakukan penjemuran, dan kedua, tempat bertemunya para petani dan pembeli yang menunggu dengan kendaraan bak terbuka di lokasi ini, sehingga mempermudah proses pemasarannya. Ditegaskan oleh Bapak Lukito Prapto Pri joko, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)

Jateng yang di release melalui media elek-tronik Bisnis.com (Senin, 01/11/2010) me-nyebutkan bahwa anomali cuaca yang me-landa daerah sentra produksi bawang merah di Jawa Tengah, yakni Brebes dan Tegal, akan berakibat pada penurunan produksi bawang merah, dan berdampak pada penurunan pasokan bawang merah di pasaran. Hal ini menyebabkan harga bawang merah na ik se-kitar 50,81% dibandingkan dengan rea lisasi bulan lalu, dan hal ini menyumbang inflasi sebesar 0,17%. Sementara itu, sesuai kondisi terakhir ten tang bencana alam meletusnya Gunung Merapi di perbatasan D.I Yogyakarta dan

Jawa Tengah, yang dikutip dari BREBES - MICOM menginformasikan bahwa hujan abu vulkanik dari letusan Gunung Merapi ter nyata juga dirasakan oleh warga di Kabu-paten Brebes sejak Rabu (3/11). Hujan abu tersebut melanda daerah Brebes wilayah selatan, meliputi Kecamatan Sirampog, Bu-mi ayu, Paguyangan, dan Bantarkawung. Lo kasi tersebut berdekatan sekali dengan STA Larangan yang ada. Tentu saja sangat berpengaruh terhadap perkembangan per-tumbuhan tanaman bawang merahnya. Sedemikian besarnya pengaruh cuaca termasuk abu vulkanik Gunung api terhadap ekonomi, memacu Pemerintah Daerah un-tuk terus berupaya untuk memperbaiki in-frastruktur yang diperlukan, termasuk per-timbangan penempatan STA Larangan di ping gir jalan raya Ketanggungan Barat yang merupakan jalur utama kota-kota di selatan Jawa menuju Jakarta. STA Larangan ini juga berada di sekitar sawah pertanian bawang merah dan diharapkan dapat meminimalisir kerugian petani karena cuaca di sekitar STA, sehingga biaya angkut kelokasi pemasaran dapat ditekan dan proses distribusi dapat lebih cepat. Fasilitasi infrastruktur oleh Kementerian Pekerjaan Umum dalam Pengembangan Ka wasan Agropolitan ini, disamping infra-struk tur pada kawasan produksi berupa jalan usaha tani (jalan akses hasil produksi), jalan poros desa (jalan antar desa) untuk mem perlancar arus hasil panen komoditas, juga memberikan infrastruktur pasca Panen seperti STA dan bangunan pendukung lain-nya di lokasi STA.*) Asisten Perencanaan Program Pengem bang-

an Kawasan Agropolitan, Ditjen Cipta Karya

Foto Atas : Jembatan sebagai fasilitas infrastruktur untuk jalan usaha tani (jalan akses hasil produksi), dan jalan poros desa (jalan antar desa).Foto Bawah : Para Petani sedang memproses bawang merah yang telah dipanen di STA Larangan, Brebes.

20 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 21: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Info

Bar

u 4

INFOBARU3

lon penghuni,” jelas Kepala Pengelola Ru-sunawa Pringwulung, Sumadi, saat dikun-jungi peserta Workshop Penyusunan Media Publikasi di Yogyakarta, akhir Oktober 2010 lalu. Rusunawa Pringwulung dibangun karena kondisi Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota besar yang tak lepas dari tanggungjawab dalam pemenuhan rumah yang sehat dan layak huni. Rencana Pembangunan Jangka Me nengah Nasional bidang Cipta Karya men targetkan penyediaan 60.000 unit Ru-su nawa sampai tahun 2014 nanti. Selain itu, Rusunawa Pringwulung, sebagaimana Rusu -nawa pada umumnya yang dibangun Di-rektorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dimaksudkan untuk me-na ta permukiman kumuh dan menuju pere-majaan kota. Kebijakan nasional itu kemudian disam-but Kabupaten Sleman dengan me man fa-atkan adanya tanah kas desa yang berada di permukiman perkotaan dan belum di-man faatkan secara maksimal. Belum lagi di kabupaten ini masih banyak Masyarakat Ber penghasilan Rendah ( MBR ) yang belum memiliki rumah sendiri. Animo MBR juga be-sar menyambut kehadiran Rusunawa agar mampu hidup mandiri dengan tinggal di rumah yang sehat. Rusunawa Pringwulung atau lebih dikenal dengan Rusunawa Dabag terdiri dari 3 twin block (Blok A, B, C, D, E & F) dan berlokasi di Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Ka-bupaten Sleman. Pengelola menetapkan ta-rif rata-rata Rusunawa secara umum. Untuk lantai dasar dikenakan tarif paling murah, yaitu sebesar Rp 160 ribu per bulan, dan khusus untuk difable atau Different Ability People. Selanjutnya di lantai 2 dikenakan Rp 250 ribu, lantai 3 Rp 230 ribu, lantai 4 Rp 200 ribu, dan lantai 5 sebesar Rp 160 ribu. Fasilitas yang diberikan untuk setiap unit-nya antara lain 1 Kamar Tidur yang terdiri dari 2 Kamar Tidur, Dapur, Kamar mandi plus WC, tempat jemuran, tempat parkir dan fasilitas umum. Sementara untuk mendapatkan ru-ang bukan hunian dike nakan syarat antara lain surat dan pro posal, penduduk Sleman dibuktikan KTP, mempunyai pengalaman dan embrio usaha, dan mempunyai kesiapan modal. Tarifnya dikenakan 150 % dari tarif sewa tertinggi per bulannya.(Sumber : Se cikar, media publikasi karya pe serta

work shop Penyusunan Media Publikasi. Tim Secikar

ter diri dari Siti Aliyah Junaedi, Dian Maryati, Bagyo,

dan Bayu Novianto)

Rusunawa Pringwulung

Harus Tepat Sasaran

RRumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Pringwulung yang dalam pembangunannya ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) perlu segera mengevaluasi dan memverifikasi syarat para penghuni. Hal ini terbukti dengan adanya deretan mobil yang terparkir di halaman rusunawa ini. Rusunawa yang seharusnya dihuni oleh masyarakat kurang mampu ternyata malah dinikimati oleh orang-orang yang berkecukupan. Menurut peraturan tentang persyaratan calon penghuni Rusunawa yang berlaku di Kabupaten Sleman, salah satunya men sya-ratkan bahwa calon penghuni belum me-

miliki rumah dan penghasilan per bulan tidak boleh lebih dari Rp 2,5 juta yang dibuktikan dengan surat keterangan bertanda tangan dan bermaterai. Tetapi hal ini sangat rendah validitasnya karena pengelola tidak me me-riksa kembali kondisi sebenarnya. “Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam proses seleksi calon peng-huni Rusunawa. Sepenuhnya hanya berpe-doman kepada peraturan yang berlaku. Kami percaya saja pada surat keterangan ini dan tidak melakukan cross check atau semacam penyelidikan, karena hal ini tidak tercantum dalam peraturan persyaratan ca-

Fenomena banyaknya mobil milik penghuni Rusunawa mengharuskan pengelola mengevaluasi kembali kriteria calon penghuni.

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 21

Page 22: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

RRaut kesederhanaan, damai dan kesan nja-wani segera tertangkap ketika rom bong an peserta workshop beramah-tamah mengun-jungi Rusunawa Dabag, Catur tunggal, Depok Sleman akhir Oktober 2010 lalu. Ya, kesan itu sedamai suasana hati saya setiap kali men-jejakkan kaki di kota Jogja. Beliau adalah Pak Sumadi, Kepala Pengelola Rusunawa Dabag. Sosok kesederhanaan Pak Sumadi itulah yang membuat kami tidak segan-segan un-tuk bertanya dan tentang Rusunawa Da bag yang dikelolanya. Tak tampak kesan ang-kuh, justru sikap yang penuh bersahabat yang kami dapatkan. Teriknya matahari di siang itu tidak mengurangi semangat beliau untuk menjawab setiap pertanyaan kami. Be liau menuturkan dengan gaya santai dan bersahabat, baik tentang struktur organisasi pengelola, tentang penghuni, tentang tuju-an dan sasaran pembangunan rusunawa. Be liau juga menyampaikan kendala-kendala yang sering ditemui oleh pengelola dalam pengurusan rusunawa. Beliau pun dengan tangan terbuka menerima masukan dan kri-tik terhadap pengelolaan rusunawa. Tergambar sekilas di benak saya betapa rumitnya pengelolaan rusunawa tersebut me ngingat penghuni rusunawa sangatlah he -te rogen dan juga Rusunawa Dabag ini ter diri atas 273 unit. Beliau mengungkapkan bahwa penghuni Rusunawa Dabag bervariasi, baik dari sisi jenis okupasi maupun system pem-bayaran. Wah..coba bayangkan, sebagai ke-tua RT (kurang lebih terdiri atas 50 KK) saja sudah rumit apalagi menjadi pengelola rusu-nawa yang terdiri 273 unit. Terusiklah hati saya untuk lebih menyelami sosok kepribadian Pak Sumadi sebagai Kepala Pengelola Rusunawa. Tak menyia-nyiakan

wak tu, begitu kami diberikan kesempatan untuk mengunjungi langsung unit rusunawa, maka kami berbincang-bincang dengan be-liau. Dan mengalirlah penuturan dari be liau. Ada banyak kendala yang harus beliau hadapi sebagai Kepala Pengelola Rusunawa. Coba bayangkan, ternyata beliau tidak saja harus mengelola Rusunawa Dabag saja, tapi juga mengelola 2 rusunawa lainnya di Kabupaten Sleman, yaitu Rusunawa Gema-wang dan Rusunawa Mranggen. Dari 3 Ru-sunawa tersebut kantor pusat pengelola ada di rusunawa Dabag, jadi beliau harus me lakukan mobilitas yang tinggi untuk me-ngawasi 3 rusunawa tersebut, padahal jarak antar rusunawa cukup jauh. Pak Sumadi ha-rus bolak-balik bagi waktu. Beberapa ha ri di Rusunawa Dabag dan beberapa hari di rusunawa lainnya. Sedangkan ma sing-ma-sing rusunawa inipun memiliki ka rak teristik tersendiri dengan tentunya per masalahan yang berbeda pula. Apalagi Rusunawa Mr-ang gen sampai sekarang belum dapat dihuni karena masalah air. Semua ini membutuhkan sosok yang memiliki jiwa pengabdian dan komitmen yang tinggi untuk menjalaninya, dan itulah sosok Pak Sumadi. Komitmen itu juga tersirat dari penuturan Pak Sumadi ketika beliau dan beberapa staf pernah harus merelakan sebagian waktu is-tirahat malamnya dalam rangka penertiban di Rusunawa Dabag. Waktu itu Pak Sumadi mengambil kebijakan untuk melakukan Sidak pada jam 02.00 WIB. Sidak tersebut diadakan setelah sebelumnya ada aduan dari beberapa penghuni terhadap salah satu penghuni yang diduga melakukan tindakan asusila. Sung-guh, sebuah komitmen yang layak diacungi jempol. Ternyata 6 hari kerja saja tidaklah cukup bagi Pak Sumadi dan stafnya. Kerja Non Stop, kata beliau! Dan ternyata, dengan berbagai masalah

yang harus beliau coba atasi tersebut, beliau hanya didukung oleh 10 staf dengan tingkat sumber daya manusia pas-pasan. Beliau me-nuturkan bahwa hanya ada 3 orang yang mampu mengoperasikan komputer di kan-tor, itupun masih belum lancar. Tingkat pen-didikan dari pengelola juga masih be ra gam sehingga sering ditemui kendala da lam proses pengadministrasian dan keter batasan dalam pengetahuan mengenai in frastruktur. Dari 10 orang tersebut itupun harus membantu juga dalam pengelolaan rusunawa di Gemawang I dan II dan Rusunawa Mranggen. Tergambar jelas keterbatasan SDM yang membantu pak Sumadi dalam pelaksanaan tugasnya. Pak Sumadi juga sering mendapatkan complain dari penghuni rusunawa, teruta-ma masalah kualitas air dan mengenai in-frastruktur rusunawa, yang paling sering adalah atap bocor dan saluran pembuangan yang tidak lancar sehingga WC beraroma tidak sedap. Seringkali Pak Sumadi didatangi wartawan yang melakukan peliputan mengenai Ru su-nawa dan setelah mendapatkan ke te rang an dari Pak Sumadi sebagai kepala pengelola, ternyata data tersebut dipelintir dan tidak sesuai dengan keterangan yang sudah di-sam paikan Pak Sumadi. Akibatnya, beliau langsung dipanggil Kepala Dinas dan Bupati Sleman dan kerap mendapat teguran. Berbagai permasalahan dan kendala yang ha rus dihadapi Pak Sumadi tak akan me nyurutkan langkah beliau untuk mewu-judkan Rusunawa yang ideal. Satu prinsip yang membuat beliau selalu bersemangat, yaitu ‘Hadapi Dengan Senyuman, Semua Akan Terasa Mudah’.(Sumber : Secikar, media pub likasi karya peser ta

workshop Penyusunan Media Publikasi. Tim Secikar

terdiri dari Siti Aliyah Junaedi, Dian Maryati, Bagyo,

dan Bayu Novianto)

Sumadi,Kepala Pengelola Rusunawa Pringwulung/Dabag:

HadapiDengan Senyuman

22 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 23: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

INFOBARU 4

untuk mengambil galon air mineral yang di belinya di toko sekitar Rusunawa. Atas ja-sanya, Waluyo dikasih upah RP 2000. Berawal dari kejadian itu, Waluyo kemu-dian menawarkan jasa angkut galon dengan tarif Rp 1.500 sekali angkut. “Bayang kan saja, jika satu rumah membeli galon air sebanyak em pat kali dalam sebulan, maka saya bisa meraih Rp 6.000. Jika semua penghuni me-makai jasa saya, sebulan bisa Rp 600 ribu,” tuturnya girang.

(Sumber : Uber-Uber Post, media publikasi kar ya

peserta workshop Penyusunan Media Publikasi. Tim

Uber-Uber Post terdiri dari Ahmad Wardi, Haris Faizal,

Agung Victor, dan Erik Hermawan)

Kuli Angkot Galon di BalikSeragam Sekuriti

WWaluyo (38) adalah sekuriti (Satpam) di Rusunawa Pringwulung Sleman. Ia mengabdi hampir satu tahun menjaga ketertiban dan keamanan penghuni Rusunawa ini. Waluyo dikenal para penghuni sebagai Satpam yang ramah dan santun, sering membantu peng huni dalam hal apapun, termasuk me-ngangkut galon air ke lantai 3. Ketika disinggung mengenai penghasilan, Waluyo menjawab “Cukuplah untuk makan sehari-hari dan membiayai sekolah anaknya”. Yang mengejutkan, saat ia bercerita tentang pekerjaan sampingannya. Ia menjadi kuli ang kut galon air mineral. Ide ini bukan karena se ngaja. Suatu ketika ada seorang ibu yang tinggal di lantai 3 meminta bantuan Waluyo In

fo B

aru

4

Tingkat hunian Rusunawa Pringwulung mencapai 100%dan menjadi peluang bisnis Pak Waluyo.

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 23

Page 24: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

SPembangunan Pasar Ngasem telah mencapai 80%.

Sejak Juni 2010, pedagang di Pasar Burung Ngasem Yogyakarta, secara resmi boyongan ke tempat dagangan baru mereka yaitu Pa-sar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTHY) di kawasan Dongkelan, Jl. Bantul KM 1, Yogyakarta. Demikian dituturkan Sutanto (54), warga setempat yang diwawancarai oleh Tim Plaza Corner, peserta Workshop Penyusunan Media Publikasi, akhir Oktober 2010 lalu. Pengrajin paruh baya itu menuturkan, kembali di-ba ngun nya Pasar Ngasem ini akan sangat berarti bagi masyarakat sekitar, khususnya dirinya. Karena akan dapat dimanfaatkan se-bagai tempat untuk berjualan lukisan batik yang sudah ditekuninya selama puluhan tahun.

Revitalisasi Pasar Ngasem Yogyakarta

Vitalitas BaruPasar Wisata

Info

Bar

u 4

24 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 25: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Pasar Ngasem mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi pasar wisata karena terletak di Kawasan Cagar Budaya (KCB) Ta-man Sari, menempati lahan bekas segaran (istana air) Taman Sari peninggalan Sri Sultan HB I. Segaran merupakan tempat rekreasi bagi Raja dan keluarganya. Disamping dekat Keraton, di lokasi Pasar Ngasem terdapat pula 2 kolam yang jaman dahulu sering di-gunakan untuk mandi raja (kolam kuras) dan permandian permaisuri dan selir raja (ko lam binangun) yang pada hari libur sangat ra mai dikunjungi wisatawan. Menyikapi hal ini, selain Dinas Pengelolaan Pasar dan Dinas PU sebagai instansi pelaksana teknis pembangunan pasar, juga melibatkan Dinas Purbakala sebagai upaya perlindungan situs bersejarah, agar dalam proses kons-truksinya tidak merusak peninggalan sejarah. Demikian penuturan Windarwoto (Konsultan Pengawas dari CV. Karsa Prawira). “Sebenarnya lahan di bagian belakang ma sih cukup luas, namun karena ada situs ber sejarah (Segaran‐red), maka bagian be-la kang tidak didirikan bangunan, me lain kan dijadikan open space yang seka ligus dapat dimanfaatkan sebagai tem pat pagelaran se-ni,” kata Raharyo, Staf Pe ren cana PT. Cipta Nindita Buana Jogja. (Sumber : Plaza Corner, media publikasi karya peserta

workshop Penyusunan Media Publikasi. Tim Plaza

Corner terdiri dari Singgih Raharja, Irfan Fahrizal, M.

Ilyas, Rizky)

Pak Sutanto, pedagang Pasar Ngasem.

INFOBARU 4

“Saya sangat senang dengan adanya pem bangunan pasar ini, karena saya akan bisa menjual dagangan saya ke depan, tidak seperti sekarang yang letaknya agak ter-sembunyi di belakang komplek Taman Sari. Semula Pasar Ngasem didominasi ko moditi burung saja, disamping sayur mayur dan sembako khas pasar tradisional, tapi ren-cana ke depan akan diperluas fungsinya menjadi pusat cinderamata dan jajanan khas Yogyakarta” tuturnya. Pasar Ngasem sebagai bagian dari Ka wa-san Malioboro atau Kawasan Pusat Per to koan Yogyakarta (Yogyakarta Inner City) mengalami perkembangan secara alami sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat Yogyakarta. Akan tetapi perkembangan yang menjadi

persoalan saat ini adalah perkembangan per mukiman dan pasar Ngasem di kawasan konservasi dan preservasi Taman Sari yang tumbuh secara tidak tertata dan tidak ter-kontrol. Kondisi itu ternyata menimbulkan permasalahan seperti kelebihan daya tam-pung pedagang yang melampaui ka wasan yang tersedia, serta mengakibatkan ter gang-gunya arus lalu lintas di sekitar kawasan pasar. “Dulu saya pernah berniat membeli los di Pasar Ngasem, supaya dagangan saya le-bih mudah dilihat orang, tetapi waktu itu tempatnya sudah habis. Nah, sekarang saya sudah mendaftarkan diri untuk menempati Pasar Ngasem yang baru dibangun ini dan alhamdulillah dapat tempat,” tutur Sutanto. Memang kapasitas Pasar Ngasem dahulu ha nya mampu menampung 432 pedagang, dengan penataan ini diharapkan dapat me-nampung sekitar 574 pedagang pada petak‐petak los yang direncanakan dengan modul 1,5 x 1,5 meter pada areal seluas total 7.100 m2 ini. Pembangunan pasar yang diperkirakan menelan biaya total Rp 4,3 milyar ini akan dilaksanakan secara multiyears selama 2 ta-hun anggaran. Proyek yang saat ini telah mencapai progres 80% ini dibiayai dari pen-danaan APBN sebesar Rp. 2.832.286.000,‐ pada tahun 2010 yang saat ini sedang di-kerjakan oleh PT. PT. Cipta Nindita Buana Jogja dan sebesar Rp. 1.500.000.000,‐ yang telah diusulkan untuk tahun 2011.

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 25

Page 26: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Involuntary Resettlement(Pemindahan Secara Tidak Sukarela)

M. Bayu Moelyantono *), Dian Harwitasari **)

Inov

asi 1

Pelaksanaan proyek-proyek skala besar seringkali berdampak pada involuntary resettlement, atau pemindahan secara tidak sukarela, bagi kelompok masyarakat

tertentu. Untuk kepentingan bersama, masyarakat di lokasi proyek itu tidak memiliki pilihan lain selain harus pindah. Kondisi itu mengakibatkan gangguan ekonomi, sosial dan budaya yang luar biasa. Diperlukan kebijakan dan rencana

tindak (action plan) yang tepat untuk dapat meminimalkan dampak dari relokasi tersebut.

26 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 27: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

INOVASI 1

Sjalur/ rel kereta api, bandara udara, pela buh-an, jalur transmisi listrik, pem bangu nan kota baru, subway, urban re newal (pere majaan kota) dan lain-lain. Ke dua, faktor bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir dan lain-lain. Dan ketiga, ka-rena faktor lain, seperti perang, kerusuhan etnis, dan krisis politik.

Resettlement Plan (Rencana Pemukiman Kembali)Resettlement Plan adalah dokumen yang wa-jib disusun bila memang tindakan involuntary resettlement tidak dapat dihindari. Proyek-proyek pembangunan yang bersumber dari dana Loan/Pinjaman seperti World Bank dan Asian Development Bank bahkan mewajibkan kepad para negara peminjam untuk me nyu-sun dokumen tersebut. Kebijakan do nor tersebut tertuang dalam Safeguard Policies Sta tement (ADB) dan Involuntary Resettlement Policy (World Bank). Beberapa hal penting yang harus tertuang di dalam dokumen Resettlement Plan adalah sebagai berikut; (a) Gambaran Proyek; (b) Ling- kup Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kem -bali; (c) Dampak dan Informasi Sosial Eko-nomi; (d) Mengidentifikasi Dampak; (e) Penye- baran Informasi, Konsultasi dan Partisi pasi;

(f ) Mekanisme Penanganan Ke bera t an/Kelu-han; (g) Kerangka Hukum; (h) Ke ber hakan, Bantuan dan Manfaat; (i) Biaya Pem u kiman Kembali; (j) Pengaturan Kelem bagaan; (k) Jad-wal Pelaksanaan; dan (l) Mo nitoring dan Su-pervisi Uraian lebih detail mengenai hal penting yang harus dimuat dalam dokumen Resett-lement Plan dapat dilihat pada Gambar 02. Rincian Dokumen Resettlement Plan. Dalam penyusunan dokumen Resett le-ment Plan, negara penerima bantuan juga ha rus memperhatikan peraturan-peraturan terkait relokasi, seperti UU Agraria, UU Pe-rumahan Permukiman, dan peraturan-pe-r aturan lain di bawahnya, termasuk Per-a turan Daerah yang berlaku. Sinkronisasi an tara peraturan yang satu dengan yang lain juga harus diperhatikan untuk dapat mem-percepat pelaksanaan resettlement. Untuk pembangunan infrastruktur skala be sar demi kepentingan umum yang ter-kadang membutuhkan lahan luas, land acqui-sition menjadi aspek penting yang harus di-cermati. Dengan demikian Pemerintah juga perlu menerbitkan peraturan baru untuk mem perlancar pelaksanaan resettlement se-perti diterbitkannya Peraturan Presiden No-mor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas

Contoh Brosur Sebagai Media Sosialisasi Resettlement Plan Surabaya Urban Development Program (SUDP)

Secara sederhana, involuntary resettlement dapat diartikan sebagai proses pemukiman kembali atau pemindahan secara tidak suka-rela. Dalam konteks lain juga dapat diartikan sebagai pemindahan secara paksa. Tapi pada prinsipnya tetap tidak dapat dilepaskan dari definisi resettlement itu sendiri. World Bank (2004) mendefinisikan re-set t lement sebagai berikut; “Involuntary re-settlement occurs when the decision of moving is made and imposed by an external agent and when there is no possibility to stay”.

Voluntary Resettlement vs Involuntary Re-settlementVoluntary resettlement atau voluntary move-ment/migration adalah proses pemin dahan secara sukarela yang dilakukan individu/ke-lompok masyarakat tanpa ada paksaan da ri pihak manapun. Contoh nyata adalah fe-nomena urbanisasi dengan motif ekonomi dan program Pemerintah seperti transmigrasi. Sukses program transmigrasi karena Pe-merintah memberikan perhatian yang besar termasuk penyedian kebutuhan dasar seperti perumahan, asset tanah, fasilitas sosial, eko-nomi dan budaya. Para calon transmigran mendapatkan pelatihan yang cukup untuk dapat hidup di lokasi baru, memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekelilingnya, dan adanya jaminan bantuan teknis selama masa transisi. Karakteristik individu/kelompok masya-rakat ini umumnya mereka mencalonkan diri, belum/sudah berumah tangga, berjiwa dinamis, inisiatif tinggi, berkemauan besar untuk mengambil resiko dan mengejar pe-luang serta tantangan. Berbeda halnya de-ngan involuntary resettlement, kelompok ini muncul karena tidak ada kejelasan/ke pas-tian terhadap kompensasi yang akan mereka terima sebagai wujud ganti rugi atas asset yang mereka lepaskan untuk pe laksanaan pembangunan infrastruktur ter tentu. Apa-bi la kebijakan yang diambil ti dak mampu men jawab kejelasan masalah kom pensasi ter sebut, dikhawatirkan akan me nimbulkan masalah yang jauh le bih kom pleks dan bu-kan tidak mungkin akan meng hambat pe-laksanaan proyek pem bangunan.

Penyebab Terjadinya Involuntary Resett-lementInvoluntary resettlement dapat terjadi oleh beberapa hal antara lain, pertama, pemba-ngunan infrastruktur skala besar seperti ben -dung an untuk irigasi dan air bersih, ja lan tol,

Dalam penyusunan dokumen Resett le ment Plan, negara penerima bantuan juga ha rus memperhatikan peraturan-

peraturan terkait relokasi, seperti UU Agraria, UU Pe rumahan Permukiman, dan peraturan-pe r aturan lain di bawahnya,

termasuk Per a turan Daerah yang berlaku.

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 27

Page 28: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

lain; pertama, sedapat mungkin invo luntary resettlement dihindari dalam pe lak sanaan proyek. Jika tidak bisa dampak yang ditim-bulkan harus dapat diminimalkan. Kedua, Re settelement Plan wajib disusun apabila in-vo luntary resettlement tidak dapat dihindari. Ketiga, partisipasi masyarakat adalah kunci sukses resettlement. Keempat, Pemerintah harus memberikan pendampingan penuh se lama masa transisi relokasi sehingga ada jaminan yang jelas terutama aspek ekonomi untuk kelanjutan hidup bagi masyarakat yang terkena dampak. Selanjutnya yang kelima, kompensasi yang di berikan kepada masyarakat terkena dam pak harus seadil mungkin, minimal sa-ma dengan sebelum terkena dampak pro -yek. Keenam, jika income restoration berja lan sukses, involuntary resettlement akan ber -trans formasi menjadi voluntary re sett le ment yang mendukung pelaksanaan pro yek. Dan ketujuh, pendekatan kultural bu daya berbasis kearifan lokal perlu diper tim bangkan dalam involuntary resett lement.*) Staf Subdit Peningkatan Kualitas Per mu ki m-

an Wilayah I, Dit. Bangkim**) Staf Subdit Kawasan Metropolitan, Dit.

Bang kim

INOVASI 1

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 ten tang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Success Strory Relokasi di IndonesiaSalah satu contoh sukses pelaksanaan ke-giatan relokasi di Indonesia adalah relokasi Pedagang kaki Lima (PKL) di Kota Surakarta (Buletin Tata Ruang, Mei-Juni 2010). PKL yang sudah lama menempati lokasi-lokasi strategis di Kota Surakarta mengakibatkan tata ruang perkotaan yang tidak teratur. Relokasi diperlukan sebagai bagian dari pelaksanaan pembangunan perkotaan untuk re vitalisasi kawasan sebagai ruang publik dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Pemerintah Kota Surakarta di bawah kepemimpinan Wa-likota Surakarta Ir. Joko Widodo mampu me-mindahkan PKL tersebut ke lokasi baru. Proses pemindahan tersebut memang dilakukan dengan penuh perjuangan dan komitmen tinggi dari seluruh jajaran Pemerintah Kota Surakarta. Pendekatan yang digunakan adalah pen-dekatan kelompok dan pendekatan personal. Pendekatan budaya Jawa yang dikenal “Ngu wongke Uwong” atau dikenal dengan “Memanusiakan Manusia” ternyata berhasil

dan program relokasi PKL didukung oleh se-mua pihak termasuk kelompok pedagang yang terkena dampak. Komitmen Pemerintah Kota Surakarta un-tuk melaksanakan program relokasi ini juga secara nyata diwujudkan dengan ber bagai prog ram seperti penyediaan lokasi yang me miliki nilai strategis yang sama dengan lokasi lama, penyediaan infrastruktur yang memadai (jalan, angkutan umum) termasuk jaminan omset penjualan yang minimal sa ma dengan lokasi sebelumnya. Kesuksesan program relokasi memberikan manfaat nyata bagi Pemerintah Kota Sura-karta dan komunitas PKL yang terkena dam-pak. Bagi Pemerintah, tata ruang kota men -jadi lebih teratur, hilangnya kawasan ku muh, tambahan ruang publik dan RTH, dan tam-bahan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Bagi pedagang manfaat yang diperoleh an ta ra lain peningkatan omset penjualan me lebihi penjualan di lokasi lama, usaha yang legal, perijinan gratis dan kios yang fisiknya lebih bagus.

Catatan Penting Involuntary ResettlementBeberapa hal penting yang perlu di garis-bawahi dalam involuntary resettlement an tara

Resettlement Plan (Rencana Pemukiman Kembali)

1. Gambaran Proyek

• Gambarantujuanproyekdankomponennya

• Penjelasanmengapapemukiman kembali diperlukan

• UpayaUntukmeminimalkanpengadaan tanah

• Upayauntukmeminimalkanrelokasi orang terdampak dan dampak pada mata pencaharian

2. Lingkup Pengadaan Tanah dan Pemukiman

Kembali

• Gambarantujuanproyekdan komponennya

• Penjelasanmengapapemukiman kembali diperlukan

• UpayaUntukmeminimalkan pengadaan tanah

• Upayauntukmeminimalkan relokasi orang terdampak dan dampak pada mata pencaharian

3. Dampak dan Informasi

Sosial Ekonomi

• Mendefinisikan,mengidentifikasi, dan menghitung orang/ kelompok masyarakat yang akan terkena pengaruh (dipilah berdasarkan gender, kerentananan, pengelompokan sosial budaya)

• Identifikasiorangyangterpengaruh proyek

• Identifikasikelompokyangrentan terhadap resiko menjadi miskin

4. MengidentifikasiDampak

• Terkaitpengadaantanah• Terkaitdenganlingkungan• Dampaksementara• Dampaktidaklangsung• Dampakkolektif

(perhitungan kehilangan terhadap prasarana dan layanan publik, fasilitas dan layanan komunitas, kehilangan akses)

• Dampakdantipekehilanganterhadap tanah dan asset yang diambil (sosial, kultural, ekonomi)

5.Penyebaran Informasi, Konsultasi dan

Partisipasi

• Identifikasi stakeholder• Gambarankonsultasipublik

dan mekanisme partisipasi• Gambarantindakanyang

diambil untuk penyebaran informasi dan konsultasi

• Ringkasanhasilkonsultasidan isu penting

• Gambaranprosesperolehaninformasi

• Penyiapandraftdanrencanafinal.

6. Mekanisme Penanganan Keberatan

• Gambaranmekanismeuntuk menerima dan memfasilitasi penyelesaian keberatan/keluhan (apa yang dibutuhkan, bagaimana keberatan diproses, volume keberatan yang akan diproses, ada tidaknya proses mediasi, dll)

7. Kerangka Hukum

• Gambaranhukumdanperaturan yang ada

• Mekanismemenjembatanigap antara kebijakan pemerintah dan donor

• Spesifikasikeberhakandanbantuan untuk setiap kategori dampak

• Gambaranprinsipdanmetode yang digunakan untuk penilaian asset dan kompensasi

• Rumusankriteriapemenuhanpersyaratan kompensasi

8. Keberhakan, Bantuan dan Manfaat

• Definisiorangterkenadam­pak dan kriterianya

• Penentuanstandaruntukke berlangsungan ekonomi terhadap asset yang tersisa

• Gambaranseluruhlangkah­langkah bantuan

• Penetapanbantuanbagike lompok masyarakat yang terkena dampak termasuk kesempatan untuk mem pe-r oleh manfaat proyek

• Kompensasiasset, usaha dan pekerjaan yang terpe-nga ruh/ terkena dampak

• Relokasidanbantuansela­ma masa transisi

• Bantuanrehabilitasipenda­patan

9. Biaya PermukimanKembali

• Perkiraanbiayasepertibiaya manajemen, monitoring, biaya perencanaan permukiman kembali, biaya tak terduga, dll)

• Sumberdanalirandanayang digunakan

• Biayapermukimankembaliharus menjadi bagian dari seluruh biaya proyek

10. Pengaturan Kelembagaan

• Gambaranpengaturan

kelembagaan dan pembagian tanggung jawab yang jelas

• Diperlukanprogrampengembangan kapasitas kelembagaan

• PerananLSMdanmasyarakat sipil termasuk agen pelaksana

• Alokasikansumberdayaoperasional yang memadai

11.Jadwal Pelaksanaan

• Gambaranpengaturankelembagaan dan pembagian tanggung jawab yang jelas

• Diperlukanprogrampengembangan kapasitas kelembagaan

• PerananLSMdanmasyarakat sipil termasuk agen pelaksana

• Alokasikansumberdayaoperasional yang memadai

12. Monitoring dan Supervisi

• Mekanismedanpenentuanindikator monitoring progres pelaksanaan

• Evaluasipascapelaksanaanproyek

• Partisipasiorangterkenadampak dalam monitoring

• Prosedurdanfrekuensipelaporan

• Monitoringeksternaluntukverifikasi.

28 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 29: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

ajang tahun ke-3. Acara ni setiap tahun-nya menampilkan berbagai jenis ke giat an yang dinilai berhasil dan patut di ja dikan pembelajaran dari yang telah dan akan dilakukan PNPM dalam upaya pe nang-gulangan kemiskinan guna me ning kat kan ke sejahteraan masyarakat. Pame ran diikuti oleh berbagai pihak, baik dari ke menterian/lem baga, pemerintah daerah, pe r usahaan, serta pihak-pihak yang memiliki kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat serta akan dikunjungi oleh masyarakat luas setiap harinya. Pemberian penghargaan ke pada

Gem

a PN

PMGEMAPNPM

Dirjen CIpta Karya, Budi Yuwono memberikan ucapan selamat kepada salah satu Fasilitatoryang memperoleh penghargaan.

Fasilitator RIS-PNPM Berprestasi

Raih Penghargaan

KKementerian Koordinator Bidang Kese jah te-raan sebagai Pokja Pengendali PNPM Man diri bersama Tim Nasional Pengendali Program Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) me-nye lenggarakan even nasional yang ber ta-juk Gelar Karya Pemberdayaan Ma syarakat (GK PM) Expo & Award 2010. Acara yang di-se leng garakan dengan mengambil tema “Bang kit Bersama untuk Mandiri“ tersebut ber langsung selama 4 hari dari tanggal 21 - 24 Oktober 2010 di Hall B Jakarta Convention Cen ter. Program-program pemberdayaan masya-

rakat yang telah digulirkan oleh pemerintah diharapkan menjadi kunci dalam upaya pe-nanggulangan kemiskinan. Karena itu, ber-bagai pihak perlu didorong agar tergugah ke arah gerakan pemberdayaan masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Demikian disampaikan oleh Bambang Widi-anto - Deputi Seswapres Bidang Kesra, selaku Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dalam pidato pembukaan GKPM Award, kamis (21/10) pagi di JCC. GKPM Expo & Award 2010 merupakan

Deddy Jubaedi*)

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 29

Page 30: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

para pelaku program pemberdayaan yang mempunyai prestasi, pada acara ini juga diharapkan dapat mendorong kinerja pelaku program untuk menjadi yang terbaik. Rural Infrastructure Support to PNPM Mandiri (RIS-PNPM Mandiri) sebagai bagian dari PNPM Mandiri ikut andil dalam acara tersebut. Selain ikut dalam pameran, pelaku RIS-PNPM pun andil dalam pemberian piagam penghargaan untuk kategori fasilitator laki-laki dan fasilitator perempuan terbaik. Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Budi Yuwono, didampingi Kepala Satker Pembinaan Pembangunan In frastruktur Perdesaan, Tanozisochi Lase, mem berikan piagam penghargaan fasilitator terbaik RIS-PNPM, Rizky Kurnia (fasilitator tek nik) dan Sefnou Rasita (fasilitator pem-berdayaan) di Jakarta (21/10). Seusai menerima penghargaan, Sefnou

Rasita yang diwawancarai oleh Sekretariat RIS-PNPM mengatakan, pada program RIS-PNPM tanggung jawab dan tugas benar-benar ada pada fasilitator, program ini di harapkan dapat melibatkan semua ma sya-rakat dari lapisan bawah sampai pada elit di desa sasaran. “Program ini dititikberatkan pada penanggulangan dan pengentasan ke-miskinan. Untuk itu, dana BLM yang menjadi milik masyarakat tersebut benar-benar harus sampai ke masyarakat secara utuh. Ini adalah tugas terberat kami,” tegas Sefnou, fasilitator pemberdayaan dari pro vinsi Lampung ini. Kembali fasilitator diuji kemampuannya, mampukah fasilitator mendampingi war ga-nya melalui OMS untuk dapat trans paran pada setiap laporan kegiatan dan me laksanakan setiap kegiatan terutama pada pelaksanaan pembangunan infrastruktur se cara terbuka dan sesuai dengan yang telah disepakati

dalam musyawarah desa. “Apabila setiap ke-giatan dilakukan sesuai dengan petunjuk pe-laksanaan maka akan menghapuskan atau paling tidak mengurangi secara signifikan berbagai intervensi dari luar,” lanjut Sefnou. Rizky Kurnia, fasilitator teknik dari Pro-vinsi Jambi, mengatakan bahwa setiap pem -bangunan infrastruktur di desa yang dike-tahui warga bahwa pembangunan itua da lah proyek kontraktor yang sering tidak se suai dengan apa yang menjadi kebutuhan ma-syarakat. Tetapi setelah ada program pem-berdayaan khususnya RIS-PNPM warga me-rasa dilibatkan dan mampu memberikan swadaya yang cukup tinggi. Warga bersedia menebang tanamannya untuk pembukaan badan jalan dan mereka siap bekerja tanpa harus memikirkan berapa jumlah bayaran yang akan mereka terima. *) Tim Sekretariat PPIP-RIS PNPM

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono (kiri) turut hadir dalam acaraGelar Karya Pemberdayaan Ma syarakat (GK PM) Expo & Award 2010.

Program-program pemberdayaan masya rakat yang telah digulirkan oleh

pemerintah diharapkan menjadi kunci dalam upaya

pe nanggulangan kemiskinan. Karena itu, ber bagai

pihak perlu didorong agar tergugah ke arah gerakan

pemberdayaan masyarakat dalam upaya penanggulangan

kemiskinan.

30 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 31: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

GEMAPNPM

Gem

a PN

PM

Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadhel Muhammad mengunjungi anjungan PNPM Perdesaan dalam ajang GKPM.

Diskusi Publik

RIS PNPMMeng-Udara

DDiskusi publik ini terselenggara atas kerjasa-ma Radio KBR68H (89.2 FM) Jakarta dan PNPM Mandiri sebagai payung RIS PNPM Mandiri Tahap 2. Tema yang diusung dalam acara ini adalah “Membangun Infratruktur Perdesaan Mengembangkan Masyarakat Desa” dan meng hadirkan tiga narasumber yakni, Yulius Nawawi (Bupati Ogan Komering Ulu), Joko Pitoyo (Fasilitator Masyarakat dari Kabupaten Musi Rawas), dan Iding Wasidin (Penerima Manfaat dari Kabupaten Banyuasin). Badan Pusat Statistik memperkirakan, ang ka kemiskinan di Indonesia tahun ini ti dak jauh berbeda dari tahun lalu, di ki sa-ran 14.15%. Masih banyak warga yang ti-dak bisa mengakses sarana pendidikan, in-frastruktur, kesehatan dan nutrisi. Sejumlah upaya pengurangan angka kemiskinan gen-car dilakukan, salah satunya dengan mem-

Rural Infrastructure Support to Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (RIS PNPM) Mandiri Tahap 2 menyelenggarakan diskusi publik pada tanggal

3 November 2010 di Palembang, Sumatera Selatan. Acara ini disiarkan secara langsung oleh KBR68H (89.2 FM) dan 141 stasiun radio seluruh Indonesia.

Deddy Jubaedi*)

berdayakan masyarakat, khususnya di wi-layah perdesaan. Salah satu program dalam PNPM Mandiri yang menyasar wilayah perdesaan adalah Rural Infrastructure Support to PNPM Mandiri (RIS-PNPM) atau Program Pembangunan In-frastruktur Perdesaan (PPIP). Kegiatan ini di maksudkan untuk meningkatkan ke se-ja h te raan masyarakat desa lewat pe ning-ka t an akses warga miskin terhadap pe la-ya nan infrastruktur dasar di desa mereka. Sehingga mereka lebih mudah menuju pusat produksi, meningkatkan produksi pertanian untuk mengembangkan kegiatan ekonomi mereka yang juga dapat meningkatkan ke-sehatannya. Upaya ini direalisasikan oleh RIS-PNPM pada empat kegiatan pembangunan yakni pe nyediaan air minum, sanitasi, pem ba-

ngun an jalan dan irigasi. Kegiatan ini juga dilaksanakan hanya di 4 provinsi yaitu Jambi, Riau, Sumatera Selatan dan Lampung. Prog-ram ini diharapkan bisa menciptakan la pa-ngan pekerjaan untuk warga miskin per-desaan sehingga ada tambahan peng hasilan selama program berlangsung. Dalam diskusi publik ini, para pendengar diundang untuk mengajukan pertanyaan dan komentar selama diskusi berjalan melalui telepon dan SMS oleh Fia Anwar sebagai pemandu acara Program Khusus Daerah Bi-cara KBR68H. Dalam RIS PNPM Mandiri ini, masyarakat yang menentukan apa yang menjadi ke-butuhan desanya, mereka yang meren ca-na kan, melaksanakan, memelihara dan me-nikmati hasilnya. Demikian penjelasan Yulius Nawawi menjawab salah satu pen dengar yang mengutarakan bahwa hasil PN PM masih banyak yang digunakan untuk keperluan pribadi. “Masyarakat harus diberdayakan, jadi ini se macam suatu pendidikan, sebenarnya pro-g ram ini lebih bersifat pembelajaran. Ma sya-rakat dikenalkan bagaimana me-manage, me nginventarisasi masalah, memecahkan masa lah, menentukan dan menikmati hasil-nya,” kata Yulius. Joko Pitoyo mengatakan transparansi me-rupakan salah satu prinsip RIS PNPM Man diri agar seluruh tahapan kegiatan di tingkat desa diketahui masyarakat. Ma syarakat me lakukan rembug warga, musyawarah de sa yang diikuti semua warga, memasang span duk bahwa desa tersebut mendapat bantuan RIS PNPM Mandiri. Selain itu kita juga memasang papan-papan informasi se hingga seluruh tahapan kegiatan termasuk penggunaan dana, dan pelaporan dapat diakses masyarakat. “Dana RIS PNPM Mandiri yang dikucurkan melalui Bantuan Langsung Masyarakat fokus untuk pembangunan infrastruktur, tidak ada untuk simpan pinjam,” kata Joko menjawab pendengar dari Aceh Singkil yang bertanya berapa persen bunga PNPM apakah tidak memberatkan. Sementara itu, Iding Wasidin menuturkan, sebelum ada Program RIS PNPM Mandiri, jalan di Desa Sukadamai sangat sulit dilalui pada musim hujan karena lengket dan berlumpur. Manfaat program ini sangat berpengaruh ke-pada taraf ekonomi masyarakat, hasil bumi tidak sampai busuk, bahkan pedagang dari luar desa pun sekarang sudah banyak yang beraktivitas di desa Sukadamai. *) Tim Sekretariat PPIP-RIS PNPM

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 31

Page 32: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Sementara itu, Project Officer ADB, Siti Nur Hasanah mengatakan “Project Performance Management System atau PPMS, digunakan un tuk mengukur keberhasilan RIS-PNPM II, dengan melihat gambaran, dari mulai pro-ses perencanaan hingga akhir program, se-cara sistematik. Salah satu hal yang penting dalam PPMS adalah tersedianya baseline da-ta untuk membandingkan kondisi desa se-belum dan sesudah program dilaksanakan. Selain itu, agar pengendalian program bisa berjalan baik, kita harus mempelajari secara mendalam butir-butir kesepakatan dalam Lo-an Agreement dengan ADB,” tegas Siti Nur Ha-sanah. Pelatihan dan refleksi kegiatan RIS-PNPM yang dihadiri oleh seluruh PPIU dan Sat-ker di 4 provinsi (Provinsi Riau, Jambi, Su-matera Selatan dan Lampung) dan DPIU serta Satker di 37 kabupaten ini merupakan forum untuk memperkaya dan memperkuat penyelenggaraan program. Melalui kegiatan pelatihan ini, diharapkan terjadi peningkatan pemahaman dan motivasi peserta, selaku PPIU dan DPIU, untuk lebih meningkatkan koordinasi antar para pelaku program. De-ngan demikian, diharapkan mekanisme dan prinsip-prinsip program secara me nyeluruh dapat diimplementasikan di desa-desa sa sar-an. Selain itu, pelatihan ini juga diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerja dalam melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi program, meningkatkan koordinasi dengan stakeholders setempat, menjalankan fung-si sebagai pengelola penanganan pe nga-du an masyarakat di tingkat propinsi, lebih meningkatkan kapasitas dalam me nyusun la poran keuangan program di tingkat pro-pinsi, lebih termotivasi untuk melakukan pen-dampingan teknis dan sosial kepada OMS/LKD/Pokmas, serta mendorong keter bukaan informasi dalam pelaksanaan prog ram. *) Tim Sekretariat PPIP-RIS PNPM

GEMAPNPM

Gem

a PN

PMRIS-PNPM Selenggarakan Pelatihan

Bagi PPIU, DPIUdan Satker

PProgram RIS-PNPM Mandiri Tahun 2010 ini merupakan tahap kedua yang didukung pen danaan melalui pinjaman Asian Deve-lop ment Bank (ADB). Pihak Pemerintah In-donesia, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, se laku Executing Agency yang bertugas un-tuk mengawal program ini agar dapat me-wujudkan sendi-sendi dan prinsip serta ke-luaran yang diharapkan dari RIS-PNPM da pat terwujud dengan baik. “Perlu peningkatan kapasitas aparat pe -merintah setempat, agar tercapai tata ke-lola pemerintahan lokal yang baik (good governance)”, jelas Direktur Jenderal Cipta Karya dalam sambutan tertulisnya yang di-bacakan oleh Direktur Bina Program, An to-nius Budiono, pada acara pelatihan dan ref-leksi pengembangan kapaitas PPIU, DPIU dan Satker kegiatan RIS-PNPM di Hotel Inna Puti Bali 28 Oktober 2010. Salah satu upaya nyata Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk mewujudkan arah kebijak-an pembangunan nasional tersebut, khusus-nya dalam penanggulangan kemiskinan di-la ku kan salah satunya melalui Program RIS

PNPM Mandiri. Program ini bukan sekedar program fisik saja tapi benar-benar dirancang untuk membangun desa dan masyarakatnya, di ma na penyelenggaraannya berlandaskan pa da pendekatan: (i) Pemberdayaan Masya-rakat,(ii) Keberpihakan kepada yang mis kin, (iii) Otonomi dan desentralisasi, (iv) Par tisipa -tif, (v) Keswadayaan, (vi) Keter pa du an prog-ram pembangunan, (vii) Pe nguatan Kapa sitas Kelembagaan; (viii) Prog r am jangka me ne-ngah. Oleh karena itu, Direktorat Jen deral Cipta Karya menyiapkan penyeleng garaan program secara menye lu ruh sampai tahun 2014. “Pengendalian merupakan aspek penting yang harus dilakukan untuk memastikan apa yang sudah direncanakan sasaran dan outputnya dapat dicapai dengan baik. Dalam ilmu manajemen, sebetulnya 90% kejadian dalam kehidupan ini, ada dalam kendali kita. Hanya 10% saja yang di luar kendali kita. Oleh karena itu, mari kita melatih respons kita, agar sebagian kecil aspek yang diluar kendali tersebut tidak menimbulkan dampak terhadap program secara keseluruhan,” ujar Kepala PCMU RIS-PNPM, Panani Kesai.

Direktur Bina Program Antonius Budiono (kiri) membuka pelatihan Bagi PPIU, DPIU dan Satker.

Deddy Jubaedi*)

32 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 33: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

ini. Seperti bencana gempa bumi di Aceh, Bencana Situ Gintung dan Banjir Jakarta. Di Aceh misalnya, disini diceritakan bagaimana banyaknya tantangan di lapangan. Misalnya, kesulitan dalam me nen-tukan lokasi pembangunan Huntara. Maklum, pengungsi yang ingin kembali ke daerah asalnya di tepi pantai, terutama kaum nelayan. Ini menuntut adanya pemilihan kawasan serta penataan ruang yang baik, mengingat hampir semua lokasi pada waktu itu dalam kondisi hancur. Sementara itu, Pemda memiliki lahan yang terbatas untuk lokasi Huntara. Terdapat beberapa lahan milik masyarakat sebagai alternatif memang. Tetapi hal itu memakan waktu proses sewa dan lain-lain, Sementara Huntara harus segera berdiri.

Cerita diatas merupakan sedikit hal yang ada di buku ini. Masih banyak hal lain yang diceritakan dalam buku ini, seperti pendirian barak di Situ Gintung, pasokan air minum untuk korban Jakarta, gem-pa Yogyakarta sampai panggilan tugas di kaki Merapi. Berapa aksi yang dilakukan Ditjen Cipta Karya seperti penyediaan air minum, ten da-tenda darurat, pemasangan MCK Knock down dan juga pem-bangunan hunian sementara merupakan beberapa lingkup tugas yang dilakukan Ditjen Cipta Karya.

Secara keseluruhan, buku setebal 91 halaman ini berisi rekam jejak selama lima tahun terakhir program dan kegiatan penanggulangan bencana bidang Cipta Karya. Catatan dan berbagai informasi dalam buku ini penting artinya bukan hanya bagi internal Ditjen Cipta Karya, tetapi juga bagi institus-institusi yang terkait bidang Cipta Karya di daerah, serta semua pihak yang selama ini memberikan perhatian cukup besar terhadap upaya-upaya penanggulangan bencana. Se-mo ga buku ini bermanfaat serta menjadi bahan perenungan bersama agar penanggulangan bencana di masa mendatang bisa dilakukan secara lebih baik. (dvt)

RESENSI

Rese

nsi

Bertindak Cepat di Saat Darurat

Bencana

BBencana yang terjadi berturut-turut di Indonesia membutuhkan aksi cepat dalam menanggulanginya. Penanggulangan darurat akibat bencana alam maupun sosial bukan hal asing bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Tugas dan tanggung jawab bidang ini dikoordinasikan oleh Sekretariat Ditjen Cipta Karya bagian Kepala Satuan Kerja (Satker ) Penanggulangan Bencana bidang Cipta Karya.

Dalam menjalankan tugas penanggulangan bencana, Setditjen Cip ta Karya dibantu tiga pejabat pembuat komitmen. Ketiga PPK khusus penanggulangan darurat bencana tersebut masing-masing menangani bidang Penyediaan Air Minum dan Air Limbah, Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) dan bidang Permukiman. Semuanya saling berkoordinasi untuk hasil yang maksimal. Untuk sedikit men-ceritakan berbagai hal dalam penanggulangan bencana, Ditjen Cipta Karya mengeluarkan buku “Bertindak Cepat di saat Darurat Bencana”.

Buku ini menggambarkan bagaimana kegiatan dan program pe-nanggulangan bencana oleh Ditjen Cipta Karya selama ini dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Buku ini tidak bercerita tentang ke-sempurnaan program penanggulangan bencana. Tetapi, rekaman ke giatan di buku ini banyak mengandung pesan yang cukup penting bagi pihak-pihak yang selam ini memberikan perhatian terhadap upa-ya-upaya penanggulangan bencana.

Beberapa aksi penanggulangan bencana diceritakan dalam buku

Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010 33

Page 34: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November, para pejabat dan pegawai di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum melaksanakan Upacara Bendera hari ini , Rabu (10/11). Bertindak selaku inspektur upacara adalah Direktur Jenderal Cipta Karya Budi Yuwono. Dalam sambutan yang dibacakan oleh Inspektur Upacara, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengatakan Hari Pahlawan seperti yang diperingati pada hari ini sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan pengorbanan para pahlawan pendahulu serta merupakan upaya menumbuhkembangkan Nilai Kepahlawanan. Selain itu juga sebagai penghargaan atas jasa dan pengorbanan para pahlwan/pejuang ter dahulu. Ada ungkapan, Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Pertempuran tanggal 10 November di Surabaya adalah perjuangan heroik yang memerlukan pengorbanan baik jiwa, raga dan harta. Oleh karena itu, Hari Pahlawan dilaksanakan dengan mengedepankan upaya menumbuhkembangkan Nilai Kepahlawanan dan mengambil makna yang terkandung di dalamnya. Kemudian, diimplementasikan dalam kehidupan. Semangat dan nilai kepahlawanan dalam pertempuran 10 November hendaknya dapat dihayati dan menjaiinspirasi untuk memacu dan memicu dalam mengisi kemerdekaan. (dvt)

Kementerian Pekerjaan Umum ikuti pameran Indonesia Disaster Management Expo 2010 (IDME 2010) di JI Expo Jakarta 4-6 November 2010. Pameran ini dihadiri oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Staf Ahli Menteri Pe kerjaan Umum (SAMPU) Bidang Keterpaduan Pem-bangunan Ismanto, perwakilan dari Kementerian Sosial, Kementerian Per ikanan & Kelautan dan instansi lainnya.

“Untuk meminimalisasi dampak dan korban bencana, masyarakat harus mengetahui bagaimana penanganan pertama saat awal terjadi bencana. Beberapa lembaga telah memberikan peringatan dini akan terjadinya bencana. Dengan peringatan dini tersebut masyarakat akan lebih waspada dan dapat bergerak cepat menyelamatkan diri,” kata Faturhadi, Sekretaris Umum Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) saat membuka acara tersebut.

Dalam pameran tersebut, Kemen PU memamerkan berbagai ke-terlibatannya dalam penanganan bencana. Selain itu, juga terdapat instalasi tenda milik PU, WC Knock Down dan juga Pengolah Air Cepat (PAC) yang biasa digunakan di daerah bencana.

Selain itu, juga terdapat instalasi tenda milik PU, WC Knock Down dan juga Pengolah Air Cepat (PAC) yang biasa digunakan di daerah bencana. (dvt)

Untuk memberikan pemahaman terhadap pemangku kepentingan, khususnya penyelenggaran Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) akan pentingnya rencana induk pengembangan sistem informasi dan bagaimana cara penyusunan rencana induk pengembangan sistem informasi penyelenggara SPAM, Dit. Pengembangan Air Minum Ditjen Cipta Karya mengadakan Workshop Penyusunan Sistem Informasi SPAM di Jakarta, Jumat (12/11). Workshop ini diikuti oleh perwakilan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), konsultan dan dari perwakilan pemerintah pusat. Mewakili Direktur Pengembangan Air Minum Ditjen Cipta Karya, Kasi Perencanaan Subdit Rentektur M. Sundoro mengatakan, pada tahun 2009 lalu telah disusun Pedoman Sistem Informasi SPAM (PSI-SPAM) dan pada tahun 2010 ini disusun pula Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Informasi Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (PPRI-SPAM). PSI-SPAM dan PPRI-SPAM ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi para penyelenggara SPAM dalam upaya meningkatkan kualitas kinerja ma-najemen dalam pengembangan sistem informasi. “Saya harap para penyelenggara SPAM dapat menyusun rencana pengembangan sistem informasi yang memadai. Dimana akhirnya dapat melayani kebutuhan air minum untuk masyarakat sesuai standar pelayanan,” katanya. (dvt)

SEPUTARKITA

WorkshopPenyusunan SistemInformasi SPAM

Sepu

tar K

ita

Pameran Peralatan dan TeknologiPenanganan Bencana 2010

Nilai Kepahlawanan Tingkatkan

KesetiakawananSosial Nusantara

34 Buletin Cipta Karya - 11/Tahun VIII/Nopember 2010

Page 35: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

selamat hari rayaidul adha 1431 H

berqurbanuntuk kepedulian sesama

Segenap Pimpinan dan StafDirektorat Jenderal Cipta Karya

Mengucapkan

Page 36: Air Minum dan Sanitasi Hak Dasar Pengungsi Merapiciptakarya.pu.go.id/dok/bulletin/bulletinCK_nov10.pdf · Masyarakat konsumen ... ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan

berbagi itu indah