sistem informasi pemetaan pengungsi …repository.amikom.ac.id/files/publikasi_06.11.1049.pdf ·...

20
SISTEM INFORMASI PEMETAAN PENGUNGSI MENGGUNAKAN OPENLAYERS FRAMEWORK NASKAH PUBLIKASI diajukan oleh Dita Setiawan 06.11.1049 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Upload: ngokhuong

Post on 08-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

SISTEM INFORMASI PEMETAAN PENGUNGSI MENGGUNAKAN

OPENLAYERS FRAMEWORK

NASKAH PUBLIKASI

diajukan oleh

Dita Setiawan

06.11.1049

kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

AMIKOM YOGYAKARTA

2012

i

NASKAH PUBLIKASI

REFUGEE MAPPING OF INFORMATION SYSTEM USING OPENLAYERS FRAMEWORK

SISTEM INFORMASI PEMETAAN PENGUNGSI MENGGUNAKAN OPENLAYERS FRAMEWORK

Dita Setiawan

Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ABSTRACT

Today, information technology has grown so rapidly, various lines of life have been vying to be able to take advantage of these technological advances to facilitate their work. So hopefully the work can be completed quickly, accurately, and timely. One was the use of Geographic Information Systems in mapping refugees in a natural disaster.

Refugees mapping application is an application that serves to determine the spread of refugees, knowing the number of refugees in the camps, knowing the type or assistance that is available, find out the geographic location of a place of refuge and others.

Refugees mapping application is based GIS application that is composed of maps and supporting data such as: data refugees, assistance data, victim data, displacement data points and so forth. This application is created using HTML programming language as its front end, PHP as back end, and OpenLayers javascript mapping as a framework that serves to display and perform operations related to the mapping (Mapping). Keywords: Mapping, Disaster, Refugee, Barrack, Information Systems

1

1. Pendahuluan

Saat ini teknologi informasi telah berkembang dengan begitu pesat, berbagai lini

kehidupan telah berlomba-lomba untuk dapat memanfaatkan kemajuan teknologi

tersebut guna mempermudah pekerjaan mereka. Sehingga diharapkan pekerjaan dapat

diselesaikan dengan cepat, akurat, dan tepat waktu. Teknologi informasi juga diharapkan

dapat digunakan sabagai alat prediksi kejadian di masa depan dengan mendasarkan

pada data yang ada pada masa lalu dan masa sekarang. Dari sekian banyak model

sistem informasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu sistem

informasi yang banyak digunakan untuk membuat berbagai keputusan, perencanaan,

dan analisis.

Sistem Informasi Geografis memberi analisis keruangan dari data yang ada.

Sistem Informasi Geografis menjelaskan dimana, bagaimana, dan apa saja yang terjadi

secara keruangan yang terwujud dalam tabular, dan grafis. Dari kemampuan tersebut,

Sistem Informasi Geografis digunakan untuk sebuah sistem yang membantu

meringankan penanganan bencana yaitu Sistem Informasi Pemetaan Pengungsi.

Selama ini penanganan bencana tidak maksimal dan menjadi sulit

mengkoordinasikannya. Hal ini dikarenakan rusaknya fasilitas komunikasi dan

transportasi, kelumpuhan pemerintahan setempat, rusaknya fasilitas umum dan jumlah

petugas yang terbatas untuk menertibkan sekaligus menangani pendataan para

pengungsi. Sehingga pendataan menjadi lebih sulit untuk dilakukan, untuk mengatasi

permasalahan tersebut perlu ada pembenahan dalam manajemen penanganan

pengungsi. Untuk meringankan petugas dalam menangani pengungsi maka diperlukan

sistem informasi yang tepat dan efisien.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas yang telah dikemukakan tersebut, maka dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Penyebaran tempat pengungsian yang tidak terdata dengan tepat dan baik, sehingga

banyaknya pos pengungsian dalam suatu kejadian bencana tidak terdata dengan

tepat.

2. Lokasi pengungsian yang terpencil menyulitkan petugas untuk mendatangi dan

menyalurkan bantuan. Hal ini karena banyak petugas yang tidak mengetahui letak

geografis tempat pengungsian tersebut. Sehingga pemberian bantuan menjadi

terhambat.

3. Data bantuan yang dibutuhkan suatu pos pengungsi tidak diketahui dengan jelas,

sehingga banyak bantuan yang tidak efektif dan tidak tepat sasaran. Satu tempat

pengungsian terkadang sudah lebih dari cukup tetapi di tempat lain sangat

2

kekurangan. Hal ini disebabkan dari kurangnya manajemen pendataan bantuan.

4. Rincian pengungsi yang ada dalam suatu tempat pengungsian yang rancu, misalnya

jumlah pengungsi laki-laki dan perempuan. Hal ini mempersulit pengkoordinasian

petugas kesehatan dan pendistribusian bantuan yang tepat.

5. Permasalahan utama yang diteliti mencakup : jumlah tempat penyebaran pos

pengungsi, jumlah pengungsi yang ada dalam tempat pengungsian, bantuan yang

dibutuhkan di suatu tempat pengungsian. Aplikasi ini tidak mencatat jumlah korban

meninggal dan stok bantuan.

1.2. Batasan Masalah

Setelah meendapatkan rumusan masalah diatas maka untuk itu dirancang

sebuah sistem yang dapat membantu dalam mengatasi masalah pengungsi, sistem

tersebut adalah sistem informasi pemetaan pengungsi. Untuk memfokuskan

pembahasan pada penulisan skripsi ini, maka diperlukan pembatasan masalah. Hal ini

bertujuan pembahasan yang lebih terarah dan tidak melebar sehingga pemecahan

masalah menjadi optimal. Batasan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Modul-modul sistem aplikasi pemetaan pengungsi meliputi:

a. GIS (Geographic Information System) Maps, dalam penelitian ini peta yang

digunakan hanya mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. GIS Maps

meliputi cara menampilkan peta, cara menampilkan posisi objek pada peta

sesuai dengan koordinatnya, menampilkan detail objek dalam peta, dan

menampilkan sistem navigasi dalam peta. Peta yang digunakan dalam aplikasi ini

adalah OSM (Open StreetMap).

b. Master Data

Master data pada aplikasi pemetaan pengungsi meliputi: pos pengungsi,

pengungsi, bencana, dan user.

2. Laporan yang dibuat dalam aplikasi pemetaan pengungsi ini adalah laporan

pengungsi di setiap pos pengungsi. Laporan yang dibuat dalam bentuk format PDF.

3. Software atau perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan aplikasi pemetaaan

pengungsi ini adalah NetBeans IDE 6.8, XAMPP 1.6.8, dan SQLyog.

4. Bahasa pemrograman yang digunakan dalam membuat aplikasi pemetaan pengungsi

adalah HTML, PHP, dan Java Script.

3

2. Landasan Teori

2.1. Konsep Sistem Pemetaan Pengungsi

2.1.1. Pengertian Pengungsi

Pengungsi adalah orang atau sekelompok orang yang terpaksa atau dipaksa

keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat

dampak buruk bencana.1 Bencana ini dapat berbentuk gunung meletus, banjir, tanah

longsor, tsunami, kebakaran, dan lain sebagainya yang diakibatkan oleh alam. Dapat

pula bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia secara langsung. Misalnya perang,

kebocoran nuklir, kebakaran, dan ledakan bom.

2.1.2. Pengertian Pemetaan Pengungsi

Pemetaan Pengungsi adalah proses perhitungan dan penggambaran tentang

hal-hal mengenai keadaan pengungsi di suatu tempat pengungsian. Pemetaan

pengungsi mencakup bagaimana penyebaran pos pengungsian dan jumlah pengungsi.

Pengungsi biasanya di tempatkan di sebuah tempat penampungan untuk memudahkan

para relawan mengurusi dan menolong mereka. Biasanya pengungsi ditangani oleh

pemerintah setempat, tapi itu tidak menutup kemungkinan para relawan datang untuk

membantu.

2.1.3. Pengertian Aplikasi Pemetaan Pengungsi

Aplikasi pemetaan pengungsi adalah sebuah aplikasi yang berfungsi untuk

mengetahui penyebaran pengungsi, mengetahui jumlah pengungsi di suatu tempat

pengungsian, mengetahui jenis atau bantuan yang dibutuhkan pengungsi, mengetahui

lokasi geografis suatu tempat pengungsian dan lain-lainnya. Aplikasi pemetaan

pengungsi merupakan aplikasi berbasis SIG yang tersusun dari peta dan data-data

pendukung seperti : data pengungsi, data bantuan, data titik-titik pos pengungsian dan

lain sebagainya. Aplikasi ini dibuat menggunakan bahasa pemrograman HTML sebagai

front end-nya, PHP sebagai back end, dan OpenLayers sebagai javascript mapping

framework yang berfungsi untuk menampilkan dan melakukan operasi yang berkaitan

dengan pemetaan (Mapping).

2.2. Definisi Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem informasi geografis merupakan suatu sistem (berbasis komputer) yang

digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. Sistem

informasi geografis dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis

1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman Pendataan dan

Penertiban Dokumen Kependudukan bagi Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan, Bab

1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 5

4

objek-objek dan fenomena-fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik

yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem

komputer memiliki empat kemampuan dalam menangani data yang bereferensi

geografis, diantaranya masukan, keluaran, manajemen data (penyimpanan dan

pemanggilan data), analisis dan manipulasi data.2

Definisi SIG sangatlah beragam, karena memang definisi SIG selalu

berkembang, bertambah dan sangat bervariasi, dibawah ini adalah beberapa definisi SIG

yang lain . 3

Arronoff (1989), mendefinisiskan SIG sebagai suatu sitem berbasis komputer

yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan

data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis

data, serta keluaran sebagai

hasil akhir (output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan

keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.

Gistut (1994), SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan

spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-

karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup

metodologi dan teknologi yang diperlukan yaitu data spasial perangkat keras, perangkat

lunak dan struktur organisasi.

Burrough(1986), mendefinisikan SIG adalah sistem berbasis komputer yang

digunakan untuk memasukan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan

kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan

dengan pemetaan dan perencanaan.

2.2.1. Subsistem Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem informasi geografis dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai

berikut :4

1. Data Input

Subsistem ini bertugas mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data

spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab

dalam mengonversi atau mentransformasi format-format data aslinya ke dalam format

(native) yang digunakan oleh SIG yang bersangkutan.

2. Data Output

Subsistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran (termasuk

2 Eddy Prahasta, Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView, Hal 1

3 Anisah Aini, Modul Sistem Informasi Geografis Pengertian dan Aplikasinya Hal 8

4 Eddy Prahasta, Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi &

Geomatika), Hal 118

5

mengekspornya kedalam format yang dikehendaki) seluruh atau sebagian basis data

(spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik,

report, peta dan lain sebagainya.

3. Data Management

Subsistem ini mengkoordinasikan baik data spasial maupun tabel-tabel atribut

terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikan rupa sehingga mudah dipanggil

kembali atau di retrieve (di-load ke memori), di-update dan di-edit.

4. Data Manipulasi dan Analysis

Subsistem ini menentukan informsai-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG.

Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan penggunaan fungsi-

fungsi dan operator matematis & logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan

informasi yang diharapkan.

2.2.2. Pemanfaatan dan Kemampuan Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam

mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau

obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data

atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi geografis) dengan

data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat peta dan menganalisa

informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani

data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini

lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk konvensional

lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang

diperlukan

Berilut beberapa alasan yang mendasari mengapa perlu menggunakan SIG :

1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintergrasi.

2. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data.

3. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan bumi ke

dalam beberapa layer atau coverage data spasial.

4. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial

berikut atributnya.

5. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif.

6. SIG dengan mudah menghasilkan peta -peta tematik.

7. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitanya dengan bidang spasial dan

geoinformatika.

8. SIG menghasilakan keluaran unsur-unsur geografis dalam bentuk-bentuk peta

tematik, tabel, grafik (chart), laporan (report) dan lain sebagainya dalam bentuk

6

hardcopy maupun softcopy.

2.3. Pengertian OpenLayers

Openlayers adalah aplikasi client berbasis javascript untuk menampilkan data peta

pada web browser dan tidak tergantung pada web server yang digunakan. Openlayers

mengimplementasikan JavaScript API yang digunakan untuk membangun aplikasi GIS

berbasis web. Openlayers mirip dengan Google Maps and MSN Virtual Earth API,

dengan satu perbedaan penting yaitu OpenLayers adalah perangkat lunak gratis, yang

dikembangkan untuk dan oleh komunitas perangkat lunak Open Source.

2.4. Bahasa Pemrograman yang Digunakan

Dalam penelitian ini digunakan 3 bahasa pemrograman yaitu:

2.4.1. HTML

HTML (Hyper Text Markup Language) adalah bahasa standar yang digunakan

untuk membuat halaman-halaman Web. HTML dirancang untuk digunakan tanpa

tergantung pada suatu platform tertentu (platform independent). Dokumen HTML adalah

suatu dokumen teks biasa, dan disebut sebagai markup language karena mengandung

tanda-tanda (tag) tertentu yang digunakan untuk menentukan tampilan suatu teks dan

tingkat kepentingan dari teks tersebut dalam suatu dokumen.

2.4.2. PHP

PHP (PHP : Hypertext Preprocessor) adalah bahasa server-side scripting yang

menyatu dengan HTML untuk membuat halaman web yang dinamis. Karena PHP

merupakan server-side scripting maka sintaks dan perintah-perintah PHP akan

dieksekusi di server kemudian hasilnya dikirimkan ke browser dalam format HTML.

Dengan demikian kode program yang ditulis dalam PHP tidak akan terlihat oleh user

sehingga keamanan halaman web lebih terjamin. PHP dirancang untuk membentuk

halaman web yang dinamis, yaitu halaman web yang dapat membentuk suatu tampilan

berdasarkan permintaan terkini, seperti menampilkan isi basis data ke halaman web.

PHP termasuk dalam Open Source Product, sehingga source code PHP dapat dirubah

dan didistribusikan secara bebas. PHP juga mampu berjalan pada lintas platform. Artinya

PHP dapat berjalan di Sistem Operasi Windows dan beberapa versi Linux, dan PHP

dapat dibangun sebagai modul pada web server Apache dan sebagai binary yang dapat

berjalan sebagai CGI (Common Gateway Interface) 5.

5 M Rudyanto Arief. Modul Praktikum Pemrograman Internet dengan PHP. Hal 2

7

2.4.3. Java Script

Javascript adalah bahasa script yang ditempelkan pada kode HTML dan diproses

di sisi klien. Dengan adanya bahasa ini, kemampuan dokumen HTML menjadi semakin

luas. Sebagai contoh, dengan menggunakan JavaScript dimungkinkan untuk

memvalidasi masukan-masukan pada formulir sebelum formulir dikirimkan ke server.

Javascript bukanlah bahasa Java dan merupakan dua bahasa yang berbeda.

Javascript diinterpretasikan oleh klien (kodenya bisa dilihat pada sisi klien), sedangkan

kode Java dikompilasi oleh pemrogram dan hasil kompilasinyalah yang dijalankan oleh

klien. Kalau dilihat dari suku katanya terdiri dari dua suku kata, yaitu Java dan Script.

Java adalah Bahasa pemrograman berorientasi obyek, sedangkan Script adalah

serangkaian instruksi program.

Dalam aplikasi client untuk navigator, pernyataan Java Script yang tertulis dalam

sebuah halaman web dapat mengetahui dan merespon perintah pemakai seperti gerakan

mouse, input form, dan navigasi halaman HTML.

2.5. Software yang digunakan

2.5.1. Netbeans IDE 6.8

Merupakan Integrated Development Environment milik Oracle dengan 2 lisensi

yaitu GPL dan CDDL. IDE ini mendukung berbagai bahasa pemrograman seperti PHP,

Java, Javascript, JavaFX, Android, Ruby, XML dan sebagainya. Salah satu keunggulan

Netbeans dibanding dengan editor lain adalah Netbeans merupakan Editor yang free

dengan fitur yang lengkap. Berdasarkan bahasa pemrograman yang digunakan dalam

penelitian ini maka fitur-fitur Netbeans dapat dikelompokkan sebagai berikut :6

1. PHP

a. Adanya code completion/hints

Hal ini sangat mempermudah proses pengetikan kode program sehingga proses

development sebuah aplikasi menjadi relatif lebih cepat.

b. Integrasi dengan Mysql dan PHP Framework

Hal ini mempermudah pengembangan aplikasi berbasis PHP dan Mysql. Selain

itu Netbeans juga support terhadap framework PHP seperti Zend dan Symphony.

c. Mendukung Remote Local Project Development, sehingga pengembangan

aplikasi dapat menjadi lebih fleksible tanpa harus bergantung pada suatu tempat

2. Javascript

a. Adanya code completion/hints

6 http://netbeans.org/features/php/

8

Hal ini sangat mempermudah proses pengetikan kode program sehingga proses

development sebuah aplikasi menjadi relatif lebih cepat.

b. Toolkit Integration

Ketika kita menambahkan javascript toolkit seperti JQuery, OpenLayers dan

sebagainya ke dalam project kita, maka secara otomatis netbeans akan

mengenali fungsi-fungsi yang ada.

3. HTML

a. CSS Previewer

Dengan netbeans kita dapat melihat hasil preview dari kode css yang kita buat

tanpa harus melalui browser

b. HTML Error Checker

Salah satu fitur dari Netbeans adalah adanya HTML Error Checking sehingga

ketika terdapat penulisan kode HTML yang tidak sesuai denga standar maka

secara otomastis netbeans akan melakukan highlights pada kode tersebut.

2.5.2. XAMPP 1.6.8

XAMPP adalah perangkat lunak bebas, yang mendukung banyak sistem operasi,

merupakan kompilasi dari beberapa program. Fungsinya adalah sebagai server yang

berdiri sendiri (localhost), dalam paket XAMPP sudah terdapat Apache (web server),

MySQL (database), PHP (server side scripting), Perl, FTP server, phpMyAdmin dan

berbagai pustaka bantu lainnya. Dengan menginstall XAMPP maka tidak perlu lagi

melakukan instalasi dan konfigurasi web server Apache, PHP dan MySQL secara

manual. XAMPP akan menginstalasi dan mengkonfigurasikannya secara otomatis untuk

Anda. Dalam penelitian kali ini paket XAMPP yang digunakan adalah :

1. Apache (Web Server)

Tugas utama apache adalah sebagai web server, menghasilkan halaman web

yang benar kepada peminta, berdasarkan kode PHP yang dituliskan oleh pembuat

halaman web. Jika diperlukan juga berdasarkan kode PHP yang dituliskan, maka dapat

saja suatu database diakses terlebih dahulu (misalnya dalam MySQL) untuk mendukung

halaman web yang dihasilkan.

2. MySQL (Database Server)

MySQL merupakan bahasa terstruktur yang khusus digunakan untuk mengolah

database. MySQL dapat digunakan untuk membuat dan mengola database beserta

isinya. Kita dapat memanfaatkan MySQL untuk menambahkan, mengubah dan

menghapus data yang berada dalam database. MySQL merupakan sistem manajemen

database yang bersifat at relational. Artinya data-data yang dikelola dalam database akan

diletakkan pada beberapa tabel yang terpisah sehingga manipulasi data akan menjadi

9

jauh lebih cepat. MySQL dapat digunakan untuk mengelola database mulai dari yang

kecil sampai dengan yang sangat besar. MySQL juga dapat menjalankan perintah-

perintah Structured Query Language (SQL) untuk mengelola database-database yang

ada di dalamnya.

3. Analisis

3.1. Tinjauan Umum

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara geografis terletak pada

wilayah rawan terhadap bencana baik berupa letusan gunung berapi, banjir, tsunami,

gempa bumi, tanah longsor, kebakaran hutan, dan lain-lain. Perlu diketahui bahwa

bencana seringkali diikuti dengan pengungsian, namun selama ini penanganan

pengungsi kurang maksimal. Meskipun sudah lama bergelut dengan persoalan

pengungsi, sampai saat ini pemerintah tidak mempunyai data terpusat dan tepat tentang

jumlah pengungsi berdasarkan sebaran wilayah, yang terpilah berdasarkan identitas

pengungsi seperti jenis kelamin, usia, dan perkembangan kondisi tempat pengungsian.

Akibat tidak tersedianya data terpusat yang terpilah secara sistematik dan

berkelanjutan, seringkali tanggapan pemerintah terhadap pengungsi tidak berdasarkan

pada kebutuhan nyata pengungsi, bahkan juga tidak tepat sasaran. Pembenahan sistem

pendataan tentang pengungsi perlu dilakukan agar dalam menetapkan kebijakan

penanggulangan bencana serta penanganan pengungsi dapat berjalan dengan cepat,

tepat, dan efektif .

Berdasarkan data hasil wawancara terhadap salah satu petugas relawan

penggunaan sistem lama juga mengakibatkan lamanya dalam pembuatan laporan

penyebaran pengungsi, karena pendataan dilakuan manual. Pendataan manual ini juga

menimbulkan permasalahan baru yaitu data yang sudah tercatat mudah rusak atau

hilang. Dalam sistem lama kemungkinan pemalsuan data besar atau kurang

transparannya dalam pemberian data bantuan, pemberi bantuan juga tidak bisa

mengetahui dengan tepat jumlah bantuan yang benar-benar dibutuhkan..

3.2. Analisis Sistem

Analisis sistem adalah sebuah istilah yang secara kolektif mendeskripsikan fase-

fase awal pengembangan sistem. Analisis yang dilakukan akan menentukan kesuksesan

dari perancangan suatu SIM yang akan dikembangkan. Tahapan analisis akan

menentukan masalah apa yang harus diselesaikan, kesalahan dalam tahap ini

mengakibatkan masalah akan tetap ada, meskipun SIM telah diimplementasikan. Ada

beberapa metode analisis yang dilakukan dalam pembuatan Sistem Informasi Pemetaan

10

Pengungsi, diantaranya adalah Analisis Kelemahan Sistem, Analisis Kebutuhan Sistem,

dan Analisis Kelayakan Sistem.

3.2.1. Analisis Kelemahan Sistem

Tahap pertama yang dilakukan dalam menganalisis data adalah dengan

pendefinisian kendala atau permasalahan yang terjadi dalam sistem. Metode analisa

yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kelemahan dari sistem yang

berlaku saat ini adalah metode PIECES (Performance, Information, Economy, Control,

Efficient ). Berikut ini adalah penjelasannya :

1. Analisis Kinerja ( Performance )

Kinerja proses pemetaan pengungsi diukur dari cepat lambatnya informasi

keadaan pengungsi di suatu tempat pengungsian, banyaknya tempat pengungsian yang

bisa didata dalam waktu singkat, waktu yang dibutuhkan untuk mencari data yang sudah

tercatat. Selain itu juga analisis kinerja juga diukur dari waktu yang dibutuhkan untuk

meng-update data seiring dengan bertambahnya jumlah pengungsi.

Hasil analisis:

a. Sistem lama memiliki kekurangan dalam ketepatan penyampaian lokasi

pengungsian.

b. Sistem lama kurang cepat dalam penyampaian informasi keadaan di tempat

pengungsian kepada masyarakat umum.

c. Sistem lama juga mempunyai kekurangan dalam ketepatan dan kecepatan dalam

proses pencarian data yang sudah tercatat.

d. Waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan pada sistem lama juga relatif

lebih lama.

2. Analisis Informasi ( Information )

Metode analisis informasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana transparasi

tentang keadaan tempat pengungsian yang sesungguhnya. Analisis informasi juga

mengetahui transparasi jumlah bantuan dan pemberi bantuan sehingga tidak ada

penumpukan barang di suatu tempat sedangkan di tempat lain kekurangan.

Hasil analisis sistem lama : masyarakat umum tidak tahu dengan pasti jumlah barang

bantuan, sehingga hal bisa mengurangi rasa solidaritas masyarakat hanya kurang

tepatnya informasi yang masyarakat umum ketahui.

3. Analisis Ekonomi ( Economy )

Analisis ekonomi digunakan untuk menganalisa mengenai berapakah jumlah

anggaran yang diperlukan untuk mendukung agar sistem yang berlaku saat ini dapat

melakukan proses pemetaan pengungsi dapat berjalan sebagai mana mestinya.

Termasuk didalamnya untuk mengetahui berapa anggaran yang dialokasikan untuk

11

keperluan logistik dan pemeliharaan sistem tersebut.

Hasil analisis sistem lama : masih kurang efisiennya penggunaan kertas dan banyaknya

petugas yang menangani pendataan sehingga membutuhkan dana yang lebih banyak.

4. Analisis Kontrol ( Control )

Analisis kontrol digunakan untuk mengetahui sejauh mana aplikasi yang

digunakan saat ini dapat melakukan kontrol terhadap validasi jumlah pengungsi yang

ada pada suatu tempat pengungsian. Sehingga data yang dimasukkan merupakan

data valid yang dapat dipertanggungjawabkan.

Hasil analisis sistem lama : data bantuan dan jumlah pengungsi tidak terkontrol dengan

baik, data-data yang masuk tidak bisa dikendalikan dengan baik.

5. Analisis Efisiensi ( Efficiency )

Analisis efisiensi digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi waktu, anggaran,

dan biaya dalam pendataan pengungsi.

Hasil analisis sistem lama : pada sistem lama kebutuhan pengungsi tidak bisa diketahui

dengan tepat oleh pemberi bantuan, sehingga banyak bantuan yang tidak diperlukan.

Oleh karena itu pada sistem lama kurang efisien dalam hal waktu, karena harus datang

langsung dulu ke tempat pengungsian. Dalam pencarian datapun kurang efisen karena

membutuhkan waktu yang lama karena data-data yang tersimpan dalam bentuk kertas,

serta biaya yang dibutuhkanpun lebih bamyak untuk menyediakan kertas-kertas

tersebut.

6. Analisis Pelayanan ( Services )

Metode analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pelayanan

yang diberikan oleh petugas dalam hal proses pendataan pengungsi.

Hasi penelitian pada sistem lama : data jumlah pengungsi, pos pengungsi dan bantuan

tidak real time, hali ini menyebabkan pemberian informasi oleh petugas pendataan

pengungsi terkesan kurang valid dan transparan.

3.2.2. Analisis Kebutuhan Sistem

Perancangan dan pengembangan sistem memiliki tujuan agar dapat memperoleh

informasi yang lebih cepat dan tepat serta meningkatkan kualitas kerja. Dalam rangka

perancangan sistem infomasi ini diperlukan peralatan-peralatan yang memadahi agar

sistem berjalan dengan baik serta dapat diperoleh informasi yang lebih optimal dan tepat

serta kualitas kerja agar lebih meningkat. Untuk mendapatkan sistem yang baik, serta

dapat menghasilkan informasi yang berkualitas maka dibutuhkan peralatan-peralatan

yang memadai agar sistem dapat berjalan dengan baik serta dapat menghasilkan

informasi yang diinginkan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain:

12

3.2.2.1. Kebutuhan Fungsional

Pendefinisian layanan yang harus disediakan, bagaimana reaksi sistem terhadap

input dan apa yang harus dilakukan sistem pada situasi khusus (kebutuhan sistem harus

dipenuhi agar sistem dapat berjalan dengan baik).

1. Analisis Kebutuhan Informasi

Data atau informasi yang dibutuhkan dalam perancangan sistem ini adalah

sebagai berikut:

a. Data bencana

Data bencana yang dibutuhkan adalah jenis bencana, waktu kejadian bencana dan

tempat kejadian bencana.

b. Data pengungsi

Data pengungsi disini berupa nama pengungsi, tanggal lahir pengungsi, alamat dan

nomor telepon pengungsi.

c. Data bantuan

Data bantuan disini berupa tipe bantuan, nama bantuan, jumlah bantuan dan asal

bantuan.

d. Data pos pengungsian

Data pos pengungsian disini berupa nama pos, kapasitas pos, status pos dan keterangan

lain yang mendukung seperti alamat pos pengungsian.

2. Analisis Pengguna

Pengguna yang akan berinteraksi secara langsung adalah sebagai berikut :

a. User atau pengguna

User dalam hal ini adalah penduduk atau masyarakat umum yang membutuhkan

informasi mengenai keadaan suatu tempat pengungsian.

b. Admin atau operator

Operator dalam hal ini adalah petugas pendataan pengungsi yang bertanggung jawab

untuk melakukan pendataan data-data yang masuk pada suatu tempat pengungsian.

3.2.2.2. Kebutuhan Web Hosting dan Domain

Server hosting yang dibutuhkan dalam pembuatan aplikasi pemetaan pengungsi

tidaklah membutuhkan space yang besar tetapi membutuhkan bandwith yang besar atau

tidak terbatas. Berikut cpntoh spesifikasi minimal sebuah web hosting yang dibutuhkan:

a. Space : 250 MB

b. Bandwith : Unmetered

c. GD Library : untuk image prosessing

13

d. PHP 5 : sebagai web server

e. Mysql 5 : sebagai databases server

3.2.3. Analisis Kelayakan Sistem

Studi kelayakan adalah suatu studi yang akan digunakan untuk menentukan

kemungkinan apakah pengembangan proyek sistem informasi layak diteruskan atau

dihentikan. Tujuan dari studi kelayakan adalah untuk menguji apakah sistem baru yang

akan diterapkan sebagai pengembangan sistem lama layak dipakai atau tidak.

Penilaian kelayakan yang akan dilakukan meliputi kelayakan semua aspek, yaitu

kelayakan teknologi, operasi, jadwal, ekonomi, dan hukum. Namun dalam proyek sistem

informasi ini analisis yang digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya untuk suatu

proyek antara lain Kelayakan Teknologi, dan Kelayakan Operasional.

3.2.3.1. Analisis Kelayakan Teknologi

Dengan semakin berkembangnya teknologi khususnya teknologi komputer maka

penggunaan komputer saat ini sudah dirasakan menjadi suatu kebutuhan. Saat ini

teknologi internet telah berkembang dengan demikian pesat, mulai dari sisi infrastruktur,

kualitas akses, dan kemudahan akses. Adapun kelebihan dari teknologi internet adalah

sebagai berikut :

a. Sebagai media pemasaran baru

b. Bersifat real time

c. Terhubung dengan jaringan yang ada di seluruh dunia

d. Meningkatkan layanan terhadap konsumen

e. Menghemat waktu dan biaya

Dengan semakin meningkatnya pengguna internet di Indonesia dari tahun ke

tahun, maka bukan tidak mungkin beberapa aspek kehidupan akan mulai mengadopsi

teknologi internet ini untuk semakin memberikan kemudahan bagi konsumen. Misalnya :

sistem belanja online (E-Commerce), purchasing, Internet Banking. Tarif akses internet

dimungkinkan akan semakin terjangkau seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna

layanan tersebut, sehingga untuk menerapkan teknologi yang berbasis jaringan internet

tidak lagi terhambat oleh aspek biaya. Dalam hal pelayanan publik misalnya, instansi

pemerintah sudah mulai memanfaatkan media website sebagai sarana untuk

memberikan informasi dan pelayanan publik kepada masyarakat. Oleh karena itu pada

sistem pemetaan pemetaan pengungsi ini menggunakan teknologi internet karena biaya

internet yang semakin murah sehingga bisa diakses dengan mudah, cepat dan real time

oleh siapa saja.

14

3.2.3.2. Analisis Kelayakan Operasional

Kelayakan operasional dilihat dari apakah sistem yang dikembangkan nantinya

dapat dioperasikan dengan baik. Hal ini menyangkut kemampuan dari operasi sistem

dalam menghasilkan informasi, kemampuan dari pengendalian sistem dan juga efesiensi

dari pengoperasian sistem. Sistem baru ini di desain sedemikian rupa sehingga cukup

mudah untuk dioperasikan dan tidak sulit bagi pihak yang bersangkutan untuk

menerapkan sistem yang baru, dan sistem yang baru ini telah mampu menghasilkan

informasi yang sesuai dengan kebutuhan yaitu informasi tentang jumlah pengungsi, pos

pengungsi, dan bantuan yang dibutuhkan pada suatu tempat pengungsian.

4. Pembahasan

Pengujian sistem kali ini mengunakan 2 metode yaitu White Box Testing dan

Black Box Testing.

1. White Box Testing.

Merupakan metode perancangan test case yang menggunakan struktur

kontrol dari perancangan prosedural untuk mendapatkan test case.. Test ini dugunakan

untuk mengetahui cara kerja suatu perangkat lunak secara internal dan menjamin

operasi-operasi internal sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dengan

menggunakan struktur kendali dari prosedur yang dirancang.

Menggunakan metode pengujian white-box, perekayasa sistem dapat melakukan

test case yang memberikan jaminan bahwa semua jalur independent pada suatu modul

telah digunakan paling tidak satu kali, menggunakan pada sisi true dan false,

mengeksekusi semua loop pada batasan mereka dan pada batas operasional mereka,

dan menggunakan struktural data internal untuk menjamin validitasnya.

Serangkaian uji coba ini dimaksudkan untuk menggambarkan cara kerja

perangkat lunak secara detail. Karenanya logical path (jalur logika) perangkat lunak akan

diuji dengan menyediakan test case yang akan mengajarkan kumpulan kondisi dan

pengulangan secara fisik.

Pengujian white-box juga dilakukan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan

yang tidak bisa ditangani oleh system (tidak ada validasi/pesan error dari program),

ataupun keanehan yang terjadi pada hasil out-put dari suatu proses didalam program.

Kesalahan tersebut bisa disebabkan oleh kesalahan dalam logika program, syntax atau

kode program, dimana kesalah tersebut hanya programmer saja yang mengetahuinya.

User hanya akan mengetahui output yang dihasilkan berbeda dengan yang dihaapkan.

Contoh white box testing yang dilakuakan pada system pemetaan pengungsi ini

diantaranya:

a. Menjamin jika suatu field yang seharusnya diisi angka tidak bisa diisi dengan huruf,

15

maka data tidak bisa dimasukkan.

b. Misal dalam proses login, jika password benar maka proses selajutnya adalah masuk

ke halaman utama aplikasi pemetaan pengungsi dan jika password salah maka akan

ada tidak bisa masuk, ada peringatan bahwa password atau username anda salah.

c. Sebuah modul yang diblock akses operasinya (insert, update, dan delete) maka tidak

akan dapat diakses baik melalui tombol langsung maupun link urlnya.

d. Menguji semua putusan logika (logical decisions) pada ruang lingkup yang benarnya

dan yang salah.

e. Menguji semua perulangan (looping) dalam ruang lingkupnya dan ruang operasinya.

2. Black Box Testing

Pengujian dengan menggunakan metode Black Box Testing merupakan tahap

pengujian yang memfokuskan kepada persyaratan fungsional perangkat lunak. Test case

ini bertujuan untuk menunjukan fungsi perangkat lunak tentang cara beroperasinya.

Apakah masuknya data telah berjalan sebagai mana mestinya. Dengan demikian,

pengujian black box testing memungkinkan perekayasa perangkat lunak mendapatkan

serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan semua persyaratan

fungsional untuk suatu program. Pengujian ini dimaksudkan untuk menemukan

kesalahan dalam beberapa hal yaitu:

a. Fungsi - fungsi yang tidak benar

b. Kesalahan interface

c. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal.

d. Kesalahan kinerja, inisialisasi dan kesalahan terminasi.

5. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya

dapat diambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

1. Aplikasi pemetaan pengungsi dapat membantu mempercepat menemukan lokasi pos

pengungsi dengan tepat sehingga proses pemberian bantuan menjadi lebih cepat dan

tepat.

2. Aplikasi pemetaan pengungsi dapat membantu dalam pemerataan pengungsi dalam

suatu pos pengungsi sehingga tidak ada sebuah pos pengungsian yang melebihi

kapasitas sebagaimana mestinya.

3. Aplikasi pemetaan pengungsi dapat mengurangi biaya operasional penanganan

bencana saat terjadi bencana, dimana aplikasi ini tidak lagi membutuhkan adanya

kertas dalam jumlah banyak. Sehingga anggaran tersebut dapat dialihkan pada sektor

lain yang lebih penting

16

4. Aplikasi pemetaan pengungsi mempunyai kelemahan, pengisian data harus online.

Kondisi ini memungkinkan admin akan megalami kesulitan dalam pengisian data dari

tempat pengungsian.

5. Aplikasi pemetaan pengungsi ini juga mempunyai kelemahan, kurang detailnya

menggambarkan kondisi sebenarnya tempat pengungsian. Misalanya, keadaan

sumber air bersih disekitar tempat pengungsian, sarana MCK di tempat pengungsian,

jumlah relawan yang ada di suatu tempat pengungsian dan lain-lainnya.

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan, maka terdapat beberapa saran

terhadap penelitian ini yaitu :

1. Aplikasi Pemetaan Pengungsi hendaknya mencakup wilayah pemetaan yang lebih

luas yaitu seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Kedepan aplikasi pemetaan pengungsi hendaknya juga terhubung dengan sistem

yang lain, misalnya sistem pendataan penduduk suatu daerah sehingga pembuatan

database penduduk tidak perlu membuat tersendiri.

3. Aplikasi pemetaan pengungsi dapat di kembangkan dengan menambahkan modul-

modul yang memperjelas suatu keadaan sebenarnya di suatu tempat pengungsian,

atau mengembangkan menjadi sebuah aplikasi mobile.

4. Pembuatan aplikasi pemetaan pengungsi akan lebih baik bila dilakukan dengan kerja

team untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan tepat, selain itu juga menghemat

waktu pengerjaan, karena sangat diperlukan kemampuan orang lain untuk di setiap

bagian dalam proses pengerjaan aplikasi tersebut.

5. Penulis menyarankan untuk memperhatikan kekurangan yang ada sehingga akan

mempermudah dalam pengembangan dan membuat aplikasi ini menjadi semakin

kompleks dan bermanfaat.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penyusun sampaikan. Penyusun

berharap aplikasi yang diusulkan ini dapat membantu dalam proses pencatatan data,

pencarian data dan pembuatan laporan. Sehingga dapat menghasilkan informasi dengan

cepat dan akurat yang berguna pada pengambilan keputusan dalam menangani suatu

bencana alam.

17

Daftar Pustaka

Anisah Aini, Modul Sistem Informasi Geografis Pengertian dan Aplikasinya.: STMIK

AMIKOM Yogyakarta

Arief, M Rudyanto. Modul Praktikum Pemrograman Internet dengan PHP.

Dokumen Tidak Terpublkasi.Yogyakarta : Jurusan Teknik Informatika STMIK

AMIKOM Yogyakarta

Jogiyanto. 1995. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi Offset.

Kadir, Abdul. 2002, Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi Offset.

Prahasta, Eddy. 2009, Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView. Bandung :

Informatika.

Prahasta, Eddy. 2009, Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar (Perspektif

Geodesi dan Geomatika), Bandung: Informatika

Riyanto, 2010, Sistem Informasi Geografis berbasis mobile, Yogyakarta : Penerbit

Gava Media

Utami, Ema dan Sukrisno.2000. Konsep Dasar Pengolahan dan Pemrograman

Database dengan SQL Server, Ms. Access, dan Ms. Visual Basic.Yogyakarta :

Penerbit Andi

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2010, tentang Pedoman Pendataan

dan Penertiban Dokumen Kependudukan Bagi Penduduk Rentan

Administrasi Kependudukan, Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 5

Internet :

http://netbeans.org/features/php/. diakses tanggal 20 Mei 2011