aids

19
KONSEP DASAR HIV A. Deferensi AIDS merupakan kumpulan gejalah penyakit yang disebabkan oleh HIV yaitu retrovirus yag terdiri dari 2 rantai RNA, dimana virus menjadi DNA intermediet dengan pertologan enzim reversetranskriptase, DNA sel yang diserang dalam bentuk provirius. B. Etiologi Infeksi human immunodefeciency virus (HIV) yang terdiri dari 2 yaitu : a. HIV-1 progresitas menjadi AIDS lebih cepat b. HIV-2 banyak terdapat pada orang di Afrika Barat C. Patofisiologi HIV yang dulu disebut sebagai HTLIV-III (Human T cell lymphotropik virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy virus), adalah virus sitopatik dari famili retrivirus. Virus ini ditransmisikan melalui kontak seksual, darah atau produk darah yang terinfeksi, dan cairan tubuh tertentu, serta melalui perinatal. Virus tidak ditransmisikan melalui kontak biasa. Virus memasuki tubuh dan terutama menginfekasi sel yang memiliki molekul CD4. Kelompok sel terbesar yang mempunyai molekul CD4 adalah limfosit T4. Sel-sel target lainnya adalah monosit, mekrofag, sel dendrite, sel langerhans san sel mikroglia. Setelah mengikat molekul CD4, virus memasuki sel target dan melepaskan selubung luarnya. RNA retrovirus ditranskripsi menjadi

Upload: yuggie-chandra-el-hamdi

Post on 22-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hal yang dilakukan pada pasien hiv

TRANSCRIPT

Page 1: aids

KONSEP DASAR HIV

A. Deferensi

AIDS merupakan kumpulan gejalah penyakit yang disebabkan oleh HIV

yaitu retrovirus yag terdiri dari 2 rantai RNA, dimana virus menjadi DNA

intermediet dengan pertologan enzim reversetranskriptase, DNA sel yang

diserang dalam bentuk provirius.

B. Etiologi

Infeksi human immunodefeciency virus (HIV) yang terdiri dari 2 yaitu :

a. HIV-1 progresitas menjadi AIDS lebih cepat

b. HIV-2 banyak terdapat pada orang di Afrika Barat

C. Patofisiologi

HIV yang dulu disebut sebagai HTLIV-III (Human T cell lymphotropik

virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy virus), adalah virus sitopatik dari

famili retrivirus. Virus ini ditransmisikan melalui kontak seksual, darah atau

produk darah yang terinfeksi, dan cairan tubuh tertentu, serta melalui perinatal.

Virus tidak ditransmisikan melalui kontak biasa. Virus memasuki tubuh dan

terutama menginfekasi sel yang memiliki molekul CD4. Kelompok sel terbesar

yang mempunyai molekul CD4 adalah limfosit T4. Sel-sel target lainnya adalah

monosit, mekrofag, sel dendrite, sel langerhans san sel mikroglia. Setelah

mengikat molekul CD4, virus memasuki sel target dan melepaskan selubung

luarnya. RNA retrovirus ditranskripsi menjadi DNA melalui transkkripasi

terbaik. Beberapa DNA yang baru terbentuk akan disatukan ke dalam nucleus sel

T4 sebagai sebuah provirus kemudian terjadi infeksi yang permanent.

Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi

diaktifkan. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang diaktifkan, repikasi serta

pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang

baru terbentuk ini, kemudian dilepas ke dalam plasma darah dan menginfeksi sel

CD4+ lainnya. Infeksi monosit dan makrofag tampaknya berlangsung secara

persisten dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna. Tapi sel-sel ini

menjadi reservoir bagi HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyai dari

system imun dan terangkut ke seluruh tubuh lewat system ini untuk menginfeksio

berbagai jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan ini dapat mengandung molekul

CD4+ atau memiliki kemampuan untuk memproduksinya. Replikasi virus akan

berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV : tempat primernya adalah

Page 2: aids

jaringan limfoid. Ketika system imun terstimulasi, replikasi virus akan terjadi

dan virus tersebut menyebar ke dalam plasma darah yang menyebabkan infeksi

berikutnya pada sel CD4+ yang lainnya. Kecepatan produksi HIV diperkirakan

berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut.

D. Tanda dan Gejala

1. Pernapasan

- Sesak napas, dispnea, batuk, nyeri dada, dan demam

- Pneumonia pneumocytis carinii (PPC) merupakan infeksi yang paling

umum

- Penyakit kompleks Mycobacterium (KMA) timbul sebagai penyakit

utama infeksi pernapasan

- TBC yang berkaitan dengan HIV terjadi dini dalam perjalanan penyakit,

mendahului diagnosa, jika terdiagnosa lebih dini akan memberikan

respon yang cukup baik terhadap terapi anti tuberculosis.

2. Gastrointestinal

Anoreksia, mual, muntah, kandidiasis oral dan esophagus, dan diare

kronik. Efek dari diare dapat menjadi sangat membahayakan.

3. Kanker

- Insidens kanker tinggi, termasuk sarcoma kopasi (SK) dan limfoma sel-B

- Karsinoma kulit, lambung, pancreas, rectum dan kandung kemih.

4. Sidrom pelisutan (kakeksia)

Penurunan berat badan, involunter terjadi melebihi 10% dari berat

badan dasar, ditunjukkan dengan diare kronis, kelemahan kronis dan

terdapatnya demam intermitten atau konstan tanpa adanya penyakit penyerta.

5. Neirologis

- Ensepalopati (kompleks demensia AIDS <KDA>) terjadi pada dua

pertiga pasien penderita AIDS.

- Cryptococcuc neoformans, infeksi jamur.

- Leukoenselofalopati multifokal progressif (LMP), suatu gangguan

demielinisasi system saraf pusat.

Page 3: aids

6. Integumen

Sarcoma kopasi, herpes simpleks, herpes zoster dan berbagai bentuk

dermatitis.

7. Infeksi HIV pada wanita

- Kekambuhan kandidiasi persisten menjadi tanda wal dari infeksi HIV

- Penyakit hubungan seksual (PHS) ulserativa akan lebih parah

- Human papilomavirus dan kanker serviks menunjukkan peningkatan

keparahan.

- Insidens menstruasi abnormal tinggi (Amenore atau terjadi pendarahan

diantara masa menstruasi)

E. Komplikasi

1. Infeksi oppurtunistik

Thrush, pneumonia pneumokistik, toksoplasmosis, TB, infeksi saluran

pencernaan, leukoensefalopati multifokal, infeksi oleh sitomegalivirus,

sarcoma kopasi, kanker.

2. Kerusakan pernap[asan dan kegagalan respirasi

3. Sindrom pelisutan dan gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit

4. Reaksi yang merugikan terhadap obat-obatan

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium HIV

Infeksi HIV mempunyai masa asimtomatik yang panjang, oleh karena itu

pemeriksaan lab penting untuk menentukan adanya infeksi HIV.

Pemeriksaan lab yang paling banyak digunakan adalah tes antibody HIV,

karena mempunyai sesibilitas tinggi (99,9%)

Hasil tes yang didapat :

- Positif (+)

- Negatif (-)

- Positif palsu (false +)

- Negatif palsu (false -)

Hasil yang positif palsu dapat disebabkan :

- Auto antibody

- Penerimaan vaksin HIV

- Kesalahan teknik pemeriksaan

Page 4: aids

Hasil negative palsu dapat disebabkan :

- Masih dalam periode jendela (window periode)

- Serokonvensi, pada keadaan AIDS lenjut

- Agammaglonulinemia

- Kesalahan teknik pemeriksaan

Untuk tujuan diagnostic hasil tes dinyatakan bila :

- Melalui pemeriksaan antibody HIV (tes ELISA) 3 kali dengan reagen

berbeda memberikan hasil positif (+)

- Melalui pemeriksaan antibody HIV (tes ELISA) 1 kali dan konfirmasi

weastern blot memberikan hasil positif (+)

- Melalui pemeriksaan tes cepat (Abbot diagnostik) dan western blot

memberikan hasil positif

Jenis-jenis pemeriksaan HIV :

- Tes antibody HIV / anti HIV

- Tes untuk deteksi virus (viral land)

- Tes antigen HIV

- Tes CD4 digunakan untuk mengetahui berapa jumlah limsofit T helper

yang tersisa, bukan untuk tujuan diagnostic HIV positif atau negatif.

G. Penatalaksanaan Medis / Pengobatan

Pengobatan suportif :

- Meningkatkan keadaan umum penderita

- Meningkatkan gizi yang sesuai

- Pemberian obat sistemik bila diperlukan

- Roboransia

- Dukungan psikososial

Pengobatan infeksi oppurtunistik :

- TBC (th/ spesifik TBC)

- Jamur (th/ klindamisin, asam folat, pirinetamia, sulfadiasim)

- Herpes (th/ axyclovir)

- Citomegalovirus (th/ glansiclovirm farkamet)

- Kanker terkait AIDS, disesuaikan standar th/ kanker

Pengobatan dengan anti Retroviral (ARV)

- CD4 lebih kecil dari 350/mm3 ( WHO < 200 / mm3 ) atau lebih

- Limfosit total lebih kecil dari 1200 / mm3

- Viral load lebih besar dari 55000 kopi / ml ( RT.PCR )

Page 5: aids

Pengobatan dengan terapi alternatif

Pengobatan tradisional/alternative adalah cara penyembuhan di luar

ilmu kedokteran moder dan ilmu keperawatan yang diperoleh dengan

turun temurun dan melalui pendidikan, baik berasal dari dalam negeri

maupun luar negeri.

I. Pengkajian

Aktivitas/istirahat

- Gejala : Berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya.

- Tanda : Respon fisiologi terhadap aktivitas seperti perubahan dalam

pernapasan

Pernapasan

- Gejala : Sesak nafas dan produksi sputum yang banyak

- Tanda : Takipneu

Kulit dan membrane mukosa

- Tanda : Adanya kandidiasis oral

Keamanan

- Gejala : Riwayat jatuh dari motor dan dada terkena stang

Penyuluhan/pembelajaran

- Gejala : Pengguna obat dan suntik putau

II. Diagnosa Utama

1. Ketidakefektifan pola nafas b/d dahak yang banyak dan sesak nafas.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, keletihan, malnutrisi,

gangguan keseimbangan cairan dan elektroit.

3. Infeksi berhubungan dengan imunodefisieinsi

4. Perubahan membrane mukosa oral berhubungan dengan defisit imunologis

dan timbulnya lesi penyebab pathogen (candida)

5. Isolasi social berhubungan dengan perubahan status kesehatan, perubahan

pada penampilan fisik.

III. Tujuan

1. Bersihan jalan nafas meningkat

2. Toleransi aktivitas meningkat

3. Tidak terdapat infeksi

4. Pencapaian dalam hal perawatan diri

5. Sosialisasi meningkat

Page 6: aids

IV. Intervensi

1. Memperbaiki bersihan jalan nafas

Auskulturasi bunyi nafas, tandai daerah paru yang mengalami

penurunan/kehilangan ventilasi dan munculnya bunyi adventisius mis.

Mengi, ronki.

Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan pasien untuk berbalik, batuk,

menarik nafas sesuai kebutuhan.

Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan, gunakan teknik steril dan lakukan

tindakan pencegahan mis. Menggunakan masker, pelindung mata.

Berikan periode istirahat yang cukup diantara waktu aktivitas

perawatan. Pertahankan lingkungan yang tenang.

2. Memperbaiki toleransi terhadap aktivitas

Kaji kemampuan untuk ambulasi dan lakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari.

Bantu dalam merencanakan keseimbangan antara aktivitas dan

istirahat.

3. Mencegah infeksi

Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak dipadukan.

Instruksikan pasien atau orang dekat untuk mencuci tangan sesuai

indikasi.

Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. Periksa

pengunjung/staf terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan

sesuai indikasi.

Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan, perhatikan batuk spasmodic

kering pada inpirasi dalam, perubahan karateristik sputum dan adanya

mengi/ronki

Lakukan isolasi pernafasan bila etiologi batuk produktif tidak

diketahui.

4. Pencapaian perawatan diri

Kaji membran mukosa/catat seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan

nyeri, bengkak, sulit mengunyah/menelan.

Rencanakan diet untuk menghindari garam, pedas, gesekan

makanan/minuman asam. Periksa toleransi makanan. Tawarkan

makanan yang dingin/segar.

Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500 ml/hari.

Dorong pasien untuk tidak merokok.

Page 7: aids

5. Mengurangi isolasi social

Tentukan persepsi pasien tentang situasi.

Berikan waktu untuk berbicara dengan pasien selama dan di antara

aktivitas perawatan. Tetap memberi dukungan, mengusahakan

verbalisasi. Perlakukan dengan penuh penghargaan dan menghormati

pasien.

Identifikasi system pendukung yang tersedia bagi pasien, termasuk

adanya/hubungan dengan keluarga kecil dan besar.

Dorongan adanya hubungan yang aktif dengan orang terdekat.

V. Evaluasi

Hasil yang diharapkan adalah :

1. Mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami sesak

napas/sianosis.

2. Mempertahankan tingkat toleransi yang memadai terhadap aktivitas.

3. Mengidentifikasikan/ikut serta dalam perilaku yang mengurangi infeksi,

mencapai masa penyembuhan luka/lesi.

4. Menunjukkan membrane mukosa utuh, berwarna merah jambu, basah dan

bebas dari inflamasi/ulserasi.

5. Menunjukkan peningkatan perasaan harga diri.

Page 8: aids

ASUHAN KEPERAWATAN “SINDROMA CUSHING”

1. Defenisi

Sindroma Cushing adalah suatu sindroma yang disebabkan oleh Hiperplasia

korteks adrenal yang menimbulkan sekumpulan efek hormonal.

2. Etiologi

Sindroma Cushing dapat disebabkan oleh :

Hipersekresi Korteks adrenal

Tumor yang menyekresi kortisol di salah satu korteks adrenal

Hyperplasia menyeluruh pada kedua korteks adrenal akibat

meningkatnya sekresi ACTH oleh hipofisis anterior

Adanya “Sekresi etropik” ACTH oleh tumor yang terletak dimana saja

dalam tubuh

Pemberian glukokortikoid jangka panjang

Sekresi kortisol yang berlebihan

3. Patofisiologi

Sindroma Cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, yang

mencakup tumor kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan menstimulasi

korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon

tersebut telah diproduksi dalam keadaan adekuat. Hyperplasia primer kelenjar

adrenal dalam keadaan tanpa adanya tumor hipofisis jarang terjadi. Pemberian

kortikosterroid atau ACTH dapat pula menimbulkan sindroma cushing penyebab

lain sindroma cushing yang jarang di jumpai adalah produksi ektopik ACTH oleh

malignitas; karsinoma bronkogenik merupakan tipe malignitas yang paling sering

ditemukan. Tanpa tergantung dari penyebabnya, mekanisme umpan balik normal

ntuk mengendalikan fungsi korteks adrenal menjadi tidak efektif dan pola sekresi

diurnal kortisol yang normal akan menghilang. Tanda dan gejala sindroma

Cushing terutama terjadi sebagai akibat dari sekresi glukokortikoid dan androgen

(hormone seks) yang berlebihan, meskipun sekresi mineralokortikoid juga dapat

berpengaruh.

Page 9: aids

Resiko cedera & infeksi

Gangguan integritas kulit

Gangguan citra diri & tubuh

4. Penyimpangan KDM

Tumor kelenjar hiposis

Hipertensi & gagal ginjal Rangsang ACTH

Retensi Na & H2 sekresi hormon korteks adrenal Kelemahan otot, systemImun osteoporesis

Sekresi hormon Mengurangi protein jaringan diseluruhMineralkortikoid Tubuh kecuali hati & protein plasma

Sekresi hormon androgen Sekresi hormon glukokortikoid

Virulisasi Kadar glukosa darah

Hiperglikemia / DM

Edema, gangguan kesembuhan luka

5. Manifestasi klinik

Apabila terjadi produksi hormone korteks adrenal yang berlebihan, mek

perhentian pertumbuhan, obesitas dan perubahan muskuloskletal akan timbul

bersama dengan intoleransi glukosa.

Gambaran klinik Sindroma Cushing pada orang dewasa berupa obesitas

tipe sentral dengan “punuk kerbau” pada bagigan posterior leher serta daerah-

daerah supraklavikuler, badan yang besar yang ekstremitas dan relative kurus.

Kulit menjadi tipis, rapuh dan mudah luka; ekimosis (memar) serta strie akan

terjadi. Pasien mengeluh mudah lemah dan mudah lelah. Gangguan tidur sering

terjadi akibat perubahan sekresi diurnal kortisol. Katabolisme protein yang

berlebihan akan terjadi sehingga menimbulkan pelisutan otot dan osteoporosis,

gejala kifosis, nyeri punggung dan fraktur kompresi vertebra dapat muncul.

Retensi natrium dan air terjadi akibat peningkatan aktivitas mineralokaortikoid

yang menyebabkan hipertensi dan gagal jantung kongesif.

Pasien akan menunjukkan wajah seperti bulan, dan kulit tampak lebih

berminyak serta tumbuh jerawat. Kerentanan terhadap infeksi semakin

Page 10: aids

meningkat. Hiperglikemia atau diabetes yang nyata dapat terjadi. Pasien dapat

pula melaporkan kenaikan berat badan, kesembuhan luka-luka ringan yang

lambat dan gejala memar.

Pada pasien wanita dengan berbagai usia, virulisasi dapat terjadi sebagai

akibat dari produksi androgen yang berlebihan. Virulisasi ditandai oleh

timbulnya ciri-ciri maskulin atau hilangnnyaciri-ciri feminim. Pada keadaan ini

terjadi pertumbuhan bulu-bulu wajah yang berlebihan (hirsutisme), atrofi

payudara, haid yang berhenti, klitoris yang membesar dan suara yang lebih

dalam. Libido akan menghilang pada pasien laki-laki dan wanita.

Perubahan terjadi pada aktivitas mental dan emosional, kadang dijumpai

psikosis. Biasanya terjadi distress serta depresi dan akan meningkat bersamaan

dengan semakin parahnya perubahan fisik yang menyertai sindrom ini. Jika

sindroma cushing tersebut merupakan akibat dari tumor hipofisis, gangguan

penglihatan dapat terjadi akibat penekanan kiasma optikum oleh tumor yang

tumbuh.

6. Komplikasi

Krisis addisonian

Hipofungsi adrenal/atrofi

7. Pengobatan

Pengobatan sindroma cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung

pada apakah sumber ACTH adalah hipofisis atau ektopik. Beberapa pendekatan

terapi dapat digunakan pada kasus dengan hipersekresi ACTH hipofisis. Jika

dijumpai tumor hipofisis, sebaiknya diusahakan sekresi tumor transfenoidal.

Tetapi jika terdapat bukti hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan, maka

sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobalt pada kelenjar hipofisis. Teknik

ini merupakan modalitas pengobatan yang efektif, terutama pada orang muda

dengan sindroma cushing. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan

adrenalektomi total dan diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik atau dengan

agen kimia yang mampu menghambat atau merusak sel-sel korteks adrenal yang

mensekresi kortisol. Bila pengobatan sindroma cushing berhasil dengan baik,

remisi manifestasi klinik akan terjadi dalam 6 sampai 12 bulan setelah

dimulainya terapi.

Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma adrenal, maka

pengangkatan neoplasma disusul kemoterapi pada penderita dengan karsinoma

merupakan cara pengobatan yang lebih disukai.

Page 11: aids

Pengobatan sindroma ACTH ektopik adalah dengan (1) reseksi neoplasma

yang mensekresi ACTH atau (2) adrenalektomi atau supresi kimia fungsi adrenal

seperti dianjrkan pada penderita sindroma cushing jenis tergantung ACTH

hipofisis.

8. Terapi

Adrenalektomi

Adrenalektomi dapat dilakukan untuk menangani tumor adrenal, terutama

sindroma cushing dan aldosteronisme yang primer. Tindakan ini sebagian

besar sudah digantikan dengan terapi ablasi, untuk menangani kelainan

malignitas payudara dan kelenjar prostate guna menekan fungsi hormonal.

Terapi kortikosteroid

Kortikosteroid digunakan secara luas untuk penanganan insufisiensi

adrenal dan juga banyak dipakai untuk supresi reaksi inflamasi serta

otoinum dengan mengendalikan reaksi alergi serta mengulangi proses

penolakan pada proses transplantasi. Pemberian kortikosteroid dengan

takaran tinggi memungkinkan pasien untuk mentolerir derajat stress yang

tinggi. Kerja antistres tersebut dapat disebabkan oleh kemampuan

kortikosteroid membantu zat vasopresor dalam darah untuk

mempertahankan kenaikan tekanan darah atau bisa pula disebabkan oleh

efek lain seperti pemeliharaan kadar glukosa plasma.

9. Diagnossa keperawatan

Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosis keperawatan terutama

sindrom cushing mencakup yang berikut :

Resiko cedera dan infeksi berhubungan dengan kelemahan dan perubahan

metabolisme protein serta respon inflamasi.

Kurang perawatan diri ; kelemeahan, perasaan mudah lelah, atrofi otot dan

perubahan pola tidur

Gangguan integritas tidur berhubungan dengan adema, gangguan

kesembuhan dan kulit yang tipis serta rapuh.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik,

gangguan fungsi seksual dan penurunan tingkat aktivitas.

Gangguan proses berfikir berhubungan dengan fluktuasi emosi, iritabilitas

dan deprtesi

Page 12: aids

10. Tujuan

Penurunan resiko cedera dan infeksi

Peningkatan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas perawatan mandiri

Peningkatan parawatan kulit

Perbaikan citra tubuh

Perbaikan proses berpikir

11. Perencanaan dan Implementasi

No. Tujuan Intervensi Evaluasi

1. Penurunan risiko cedera dan infeksi

1. Ciptakan lingkungan yang aman

2. Hindari pertemuan dengan pengunjung, staf atau pasien yang menderita infeksi

1. Bebas fraktur atau cedera jaringan lunak

2. Tidak mengalami kenaikan suhu, kemerahan, rasa nyeri, ataupun tanda-tanda lain infeksi serta inflamasi

2. Peningkatan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas perawatan mandiri

1. Anjurkan istirahat dan aktivitas

2. Diet tinggi protein, kalsium dan vitamin D

1. Partisipasi aktivitas dan latihan memungkinkan periode istirahat yang adekuat

2. Intake nutrisi adekuat

3. Peningkatan perawatan kulit

1. Hindari penggunaan plester 2. Ubah posisi sesering

mungkin3. Beri diet rendah natrium,

karbohidrat dan protein tinggi

1. Memiliki kulit yang utuh tanpa bukti adanya luka atau infeksi

2. Mengubah posisi dengan sering memeriksa bagian tulang yang menonjol setiap hari

3. Tidak mengalami ademea

4. Perbaikan citra tubuh

Beri penjelasan yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut terhadap konsep diri dan hubungannya dengan orang lain

Mengutarakan perasaan tentang perubahan penampilannya

5. Perbaikan proses berpikir

Beri penjelasan keadaan pasien dan anggota keluarga mengenai penyebab ketidakstabilan emosional

Memperlihatkan perbaikan fungsi berfikir