lp hiv aids

27
A. Definisi HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang artinya adalah virus yang menyerang daya tahan tubuh manusia, sehingga sistem kekebalan tubuh manusia dapat menurun tajam bahkan hingga tidak berfungsi sama sekali. AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome yang berarti sekumpulan gejala dan penyakit infeksi yang timbul karena menurunnya atau rusaknya system kekebalan tubuh seseorang. Rata-rata perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS adalah 2-10 tahun. Dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang bervariasi. Faktor yang mempengaruhinya adalah daya tahan tubuh untuk melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh vurus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindrom Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan. Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan

Upload: rijma-nugraha

Post on 14-Aug-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP HIV AIDS

A. Definisi

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang

artinya adalah virus yang menyerang daya tahan tubuh manusia, sehingga

sistem kekebalan tubuh manusia dapat menurun tajam bahkan hingga tidak

berfungsi sama sekali.

AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome

yang berarti sekumpulan gejala dan penyakit infeksi yang timbul karena

menurunnya atau rusaknya system kekebalan tubuh seseorang.

Rata-rata perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS adalah 2-10 tahun.

Dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2

bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang

bervariasi. Faktor yang mempengaruhinya adalah daya tahan tubuh untuk

melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan

kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh

oleh vurus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih

katakana sebagai Sindrom Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.

Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan

Immune : Sistem kekebalan tubuh

Deficiency : Kekurangan

Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit

Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan

ODHA (orang dengan HIV/AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit

bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak

berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah

bahkan meninggal.

AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau

kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar (bukan

dibawa sejak lahir)

Page 2: LP HIV AIDS

AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus

menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency

Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare)

AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai

dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang

nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi

infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan

malignitas yang jarang terjadi (Center for Disease Control and

Prevention)

B. ETIOLOGI

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human

immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun

1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika

ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap

sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk

memudahkan keduanya disebut HIV.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.

Tidak ada gejala.

Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala

flu likes illness.

Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala

tidak ada.

Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam,

keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash,

limfadenopati, lesi mulut.

AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS

pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan

tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria

maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

2

Page 3: LP HIV AIDS

Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

Orang yang ketagian obat intravena

Partner seks dari penderita AIDS

Penerima darah atau produk darah (transfusi).

C. Patofisiologi

Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel

yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi

dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency

Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD

4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat

sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human

Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan

reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon

imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang

terinfeksi.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah

secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan

menurunnya fungsi sel T penolong.

Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat

tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun.

Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per

ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3

tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (herpes zoster

dan jamur oportunistik) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat

timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya

terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila

3

Page 4: LP HIV AIDS

jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

Pathway

Virus HIV Immunocompromise

Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit, limfosit BMerusak seluler

Flora normal patogen

Organ target

Invasi kuman patogen

Manifestasi oral RespiratoriManifestasi saraf Gastrointestinal Dermatologi Sensori

Lesi mulut

Nut

risi

inad

ekua

t

Penyakit anorektal

HepatitisEnsepalopati akut Gangguan penglihatan

dan pendengaran

Disfungsi biliari

Diare Gatal, sepsis, nyeri

Infeksi

Kompleks demensia

Cai

ran

berk

uran

g

Gan

ggua

n m

obil

isas

i

Akt

ivit

as in

tole

rans

Gan

ggua

n ra

sa n

yam

an :

nyer

i

hipe

rter

mi

Cai

ran

berk

uran

g

Nut

risi

inad

ekua

t

Gan

ggua

n ra

sa n

yam

an :

nyer

i

Gan

ggua

n po

la B

AB

Tid

ak e

fekt

fi b

ersi

han

jala

n na

pas

Tid

ak e

fekt

if p

ol n

apas

Gan

ggua

n bo

dy im

agea

pas

Gan

ggua

n se

nsor

i

HIV- positif ?

Reaksi psikologis

Page 5: LP HIV AIDS

D. Manifestasi Klinis

Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6

bulan-10 tahun. Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60

bulan/5tahun pada orang dewasa. Tanda-tanda yang di temui pada

penderita AIDS antara lain:

1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus

masuk ke dalam tubuh: sindrom mononukleosida yaitu demam

dengan suhu badan 38 C sampai 40 C dengan pembesaran kelenjar

getah benih di leher dan di ketiak, disertai dengan timbulnya

bercak kemerahan pada kulit.

2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun

setelah infeksi, dapat muncul gejala-gejala kronis : sindrom

limfodenopati kronis yaitu pembesaran getah bening yang terus

membesar lebih luas misalnya di leher, ketiak dan lipat paha.

Kemudian sering keluar keringat malam tanpa penyebab yang

jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas, penurunan berat badan sampai

kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak di

kulit, timbul tukak (ulceration), perdarahan, sesak nafas,

kelumpuhan, gangguan penglihatan, kejiwaan terganggu. Gejala ini

di indikasi adanya kerusakan sistem kekebalan tubuh.

3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya

rusak akan menderita AIDS. Pada tahap ini penderita sering di

serang penyakit berbahaya seperti kelainan otak, meningitis,

kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang menyebar, tuberkulosis

paru (TBC), diare kronik, candidiasis mulut dan pnemonia.

Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang

didapat pada masa perinatal tampak normal pada saat lahir dan

Page 6: LP HIV AIDS

mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan. Manifestasi

klinisnya antara lain :

1. Berat badan lahir rendah

2. Gagal tumbuh

3. Limfadenopati umum

4. Hepatosplenomegali

5. Sinusitis

6. Infeksi saluran pernapasan atas berulang

7. Parotitis

8. Diare kronik atau kambuhan

9. Infeksi bakteri dan virus kambuhan

10. Infeksi virus Epstein-Barr persisten

11. Sariawan orofarings

12. Trombositopenia

13. Infeksi bakteri seperti meningitis

14. Pneumonia interstisial kronik

Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang

memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati progresif, perkembangan

yang terhambat, atau hilangnya perkembangan motoris.

E. Komplikasi

a) Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,

gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),

leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan

dan cacat.

b) Neurologik

kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human

Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek

perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,

kelemahan, disfasia, dan isolasi social.

6

Page 7: LP HIV AIDS

Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,

hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit,

meningitis/ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise,

demam, paralise, total/parsial.

Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi

sistemik, dan maranik endokarditis.

Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan

Human Immunodeficienci Virus (HIV)

c) Gastrointestinal

Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora

normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek,

penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan

dehidrasi.

Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma

Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual

muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan

inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek

inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.

d) Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus

influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas

pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

e) Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,

dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan

dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan

sepsis.

f) Sensorik

Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek

kebutaan

7

Page 8: LP HIV AIDS

Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media,

kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

F. Penatalaksanaan

Asuhan ibu : ikuti panduan Center for Disease Control (CDC) untuk

profilaksis antiretrovirus gestasional.

Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan

Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya

Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :

Melakukan abstinensi seks/melakukan hubungan kelamin dengan

pasangan yang tidak terinfeksi.

Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan

seks terakhir yang tidak terlindungi.

Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang

tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.

Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.

Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya

yaitu :

a) Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi

opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi

yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi

penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan

perawatan kritis.

b) Terapi AZT (Azidotimidin)

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang

efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human

Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik

traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya

<>3 Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human

8

Page 9: LP HIV AIDS

Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500

mm3

c) Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun

dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi

virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

Didanosine

Ribavirin

Diedoxycytidine

Recombinant CD 4 dapat larut

d) Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti

interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat

menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian

untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

e) Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-

makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan

yang mengganggu fungsi imun.

f) Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T

dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

G. Pemeriksaan Diagnostik

Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

ELISA

Western blot

P24 antigen test

Kultur HIV

Tes untuk deteksi gangguan system imun :

Hematokrit.

LED

CD4 limfosit

Rasio CD4/CD limfosit

9

Page 10: LP HIV AIDS

Serum mikroglobulin B2

Hemoglobulin

H. Klasifikasi

Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan

indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3

atau B3 dianggap menderita AIDS.

a. Kategori Klinis A

Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan

infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat

dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang

simptomatik.

Limpanodenopati generalisata yang persisten (PGI : Persistent

Generalized Limpanodenophaty)

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut

dengan sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.

b) Kategori Klinis B

Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :

Angiomatosis Baksilaris

Kandidiasis Orofaring/Vulvavaginal (peristen,

frekuen/responnya jelek terhadap terapi

Displasia Serviks (sedang/berat karsinoma serviks in situ)

Gejala konstitusional seperti panas (38,5o C) atau diare lebih

dari 1 bulan.

Leukoplakial yang berambut

Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda/terjadi

pada lebih dari satu dermaton saraf.

Idiopatik Trombositopenik Purpura

Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii

c) Kategori Klinis C

10

Page 11: LP HIV AIDS

Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :

Kandidiasis bronkus,trakea/paru-paru, esophagus

Kanker serviks inpasif

Koksidiomikosis ekstrapulmoner/diseminata

Kriptokokosis ekstrapulmoner

Kriptosporidosis internal kronis

Cytomegalovirus (bukan hati,lien, atau kelenjar limfe)

Refinitis Cytomegalovirus (gangguan penglihatan)

Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency

Virus (HIV)

Herpes simpleks (ulkus kronis, bronchitis, pneumonitis/

esofagitis)

Histoplamosis diseminata/ekstrapulmoner

Isoproasis intestinal yang kronis

Sarkoma Kaposi

Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak

Kompleks mycobacterium avium (M.kansasi yang

diseminata/ekstrapulmoner

M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner/ekstrapulmoner)

Mycobacterium, spesies lain,diseminata/ekstrapulmoner

Pneumonia Pneumocystic Cranii

Pneumonia Rekuren

Leukoenselophaty multifokal progresiva

Septikemia salmonella yang rekuren

Toksoplamosis otak

Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus

(HIV)

Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

11

Page 12: LP HIV AIDS

Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi,

menggunakan obat-obat.

Penampilan umum : pucat, kelaparan.

Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil,

keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB

menurun, nyeri, sulit tidur.

Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola

hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.

Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati,

withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses

piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan

delusi.

HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka,

tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah,

disfagia, epsitaksis.

Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,

ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.

Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan

ADL.

Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot

Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun,

diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.

Gu : lesi atau eksudat pada genital,

Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

B. Diagnosa keperawatan

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih

12

Page 13: LP HIV AIDS

Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi

dan pola hidup yang beresiko.

Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran

oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan

menurunnya absorbsi zat gizi.

Diare berhubungan dengan infeksi GI

Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang

keadaan yang orang dicintai.

13

Page 14: LP HIV AIDS

C. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan KeperawatanTujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.

1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.2. gunakan teknik aseptik pada setiap

tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.

3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.

4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.

5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order

Untuk pengobatan diniMencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.

Mencegah bertambahnya infeksi

Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

Mempertahankan kadar darah yang terapeutik

Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC.

1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.

2. Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.

Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan ini

Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain

Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.

1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas

2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu

3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

Respon bervariasi dari hari ke hari

Mengurangi kebutuhan energi

Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik

Perubahan nutrisi kurang dari

Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang

1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.

Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut

Page 15: LP HIV AIDS

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.

2. Monitor BB, intake dan ouput3. Atur antiemetik sesuai order4. Rencanakan diet dengan pasien dan

orang penting lainnya.

Menentukan data dasarMengurangi muntahMeyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien

Diare berhubungan dengan infeksi GI

Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang,

1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah.

2. Auskultasi bunyi usus3. Atur agen antimotilitas dan psilium

(Metamucil) sesuai order4. Berikan ointment A dan D, vaselin

atau zinc oside

Mendeteksi adanya darah dalam feses

Hipermotiliti mumnya dengan diareMengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinalUntuk menghilangkan distensi

Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif

1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya

2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal

3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebasMenghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.

15

Page 16: LP HIV AIDS

Daftar Pustaka

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year Book, Toronto.

Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.

Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

Flexner, C. 1998. HIV-Protease Inhibitor. N. Engl. J.Med. 338:1281-1293

Patrick, A.K. & Potts, K.E. 1998. Protease Inhibitors as Antiviral Agents. Clin.

Microbiol. Rev. 11: 614-627.