ai makalah diskusi 5

10
LAPORAN KASUS: SEORANG ANAK DENGAN PENYAKIT CACING KELOMPOK II ILHAM WIJAYA KUSUMA 030.06.121 BAYU AULIA RIENSYA 030.08.055 AYU RIZKYAH 030.09.039 NYIMAS RATIH AMANDHITA N.P. 030.09.176 VANIA PARAMITHA W. 030.09.263 ALBERTUS BERFAN 030.10.017 ANINDA REBECCA LEONORA 030.10.032 BAGUS DWI PUTRANTO 030.10.047 CALLISTUS BRUCE HENFR Y.S. 030.10.060 DESIRA ANGGITANIA 030.10.075 DISA EDRALYN 030.10.086 FARDHIAN ZAENAL 030.10.101 GALIH ARIF SETIAWAN 030.10.112 I NYOMAN HERLIAN BUDIMAN 030.10.130 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2 OKTOBER 2011 1

Upload: heidiangelika

Post on 17-Feb-2016

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

MO AI

TRANSCRIPT

Page 1: AI MAKALAH DISKUSI 5

LAPORAN KASUS: SEORANG ANAK DENGAN PENYAKIT CACING

KELOMPOK II

ILHAM WIJAYA KUSUMA 030.06.121

BAYU AULIA RIENSYA 030.08.055

AYU RIZKYAH 030.09.039

NYIMAS RATIH AMANDHITA N.P. 030.09.176

VANIA PARAMITHA W. 030.09.263

ALBERTUS BERFAN 030.10.017

ANINDA REBECCA LEONORA 030.10.032

BAGUS DWI PUTRANTO 030.10.047

CALLISTUS BRUCE HENFR Y.S. 030.10.060

DESIRA ANGGITANIA 030.10.075

DISA EDRALYN 030.10.086

FARDHIAN ZAENAL 030.10.101

GALIH ARIF SETIAWAN 030.10.112

I NYOMAN HERLIAN BUDIMAN 030.10.130

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2 OKTOBER 2011

1

Page 2: AI MAKALAH DISKUSI 5

PENDAHULUAN

Penyakit cacing tambang lebih banyak disebabkan oleh cacing Necator americanus

daripada cacing Ancylostoma duodenale. Penyakitnya disebut juga ankilostomiasis,

nekatoriasis, unseriasis.1 Insidens tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia, terutama di

daerah pedesaan, khususnya di perkebunan. Seringkali pekerja perkebunan yang langsung

berhubungan dengan tanah mendapa infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan defekasi di tanah dan

pemakaian tinja sebagai pupuk kebun (di berbagai daerah tertentu) penting dalam penyebaran

infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur (pasir, humus) dengan

suhu optimum untuk N.americanus 28-32⁰C.3 Gejala klinis dan patologis penyakit cacing ini

bergantung pada jumlah cacing yang menginfetasi usus; paling sedikit 500 cacing diperlukan

untuk menyebabkan terjadinya anemia dan gejala klinis pada pasien dewasa.1

Gejala klinis dari penyakit ini adalah rasa gatal di kaki, pruritus kulit, dermatitis,

batuk, rasa tidak enak di perut, kembung, sering mengeluarkan gas, mencret-mencret, dan

anemia.1

LAPORAN KASUS

Seorang anak perempuan, usia 4 tahun, dibawa orang tuanya ke Klinik Kesehatan

dengan keluhan demam dan batuk selama 1 minggu. Menurut ibunya, anak tersebut sudah

diberikan obat batuk dan demam yang biasa dijual di warung, namun keluhan tidak hilang.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kesadaran baik, tanda vital normal, kecuali

suhu 37,5⁰C. Pemeriksaan status generalis semuanya normal, hanya terlihat eritem dan papul

pada telapak kaki kanan. Pada pemeriksaan laboratorium darah, didapatkan hasil: Hb 11,5

gr/dL, eritrosit 4,70 juta/mmk, leukosit 13000/mmk, trombosit 278000/mmk.

Satu tahun kemudian, anak tersebut dibawa orang tuanya ke Klinik Tumbuh Kembang

dengan keluhan pucat dan sering terlihat letih lesu, dan lemah. Menurut Ibunya, anak tersebut

menurun nafsu makannya, dan tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolahnya serta terlihat

lebih kecil dibandingkan teman-temannya di sekolah. Dari anamnesa tambahan diketahui

bahwa dalam setahun terakhir, anak tersebut masih sering demam disertai batuk. Karena

masalah biaya, selama ini, orang tua anak tersebut hanya memberinya obat batuk sirup yang

biasa dibeli di toko obat. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital dalam batas normal,

kesadaran baik, terlihat kurus dan puat. Status generalis dalam batas normal.

2

Page 3: AI MAKALAH DISKUSI 5

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan: Hb = 4 gr/dL, Eritrosit 1,2 juta/mmk,

Leukosit = 15400/mmk, hitung jenis = 0/10/3/60/20/7. Trombosit = 252.000/mmk. Hasil

pemeriksaan tinja ditemukan gambaran berupa telur cacing.

PEMBAHASAN

Pertama, perlu dilakukan anamnesis mengenai keluhan yang dialami oleh pasien anak

ini. Yang perlu ditanyakan adalah mengenai keluhan yang dialami oleh pasien. Untuk

keluhan batuk, perlu ditanyakan apakah batuk yang dialami oleh pasien berdahak atau tidak.

bila berdahak ditanyakan pula dahaknya berwarna apa. Selain itu ditanyakan juga apakah

batuknya disertai dengan rasa gatal di tenggorokan, sakit saat menelan, ataukah disertai

dengan pilek. Kemudian untuk keluhan demam, perlu ditanyakan sifat demam, apakah naik

turun atau stabil, dan suhu tubuh saat demam. Kemudian untuk keluhan nafsu makan yang

menurun, perlu ditanyakan kira-kira apa yang menyebabkan pasien berkurang nafsu

makannya, apakah mungkin ada makanan yang tidak disukai oleh pasien.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan eritema dan papul pada telapak kaki kanan.

Eritema merupakan warna kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh

darah kapiler yang reversible. Sedangkan papul adalah penonjolan diatas permukaan kulit,

sirkumskrip, berukuran diameter lebih kecil dari 1/2 cm, dan berisikan zat padat.2 Kedua

keluhan ini mungkin diderita pasien, yang berumur 5 tahun, karena sering bermain diluar

rumah tanpa memakai alas kaki dan kurang higienis dalam menjaga kebersihan kakinya. Jadi

perlu ditanyakan apakah pasien suka bermain di luar tanpa alas kaki.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan Hemoglobin pasien 4 gr/dL, sedangkan

nilai normalnya adalah 12-14 gr/dL untuk wanita. Artinya kadar hemoglobin pasien ini

rendah, kemungkinan pasien ini mengalami anemia, namun sebabnya belum diketahui. Kadar

eritrosit 1,2 juta/mmk: rendah. Kadar leukosit 15400/mmk, nilai normalnya adalah 5000-

10000/mmk, artinya lebih tinggi dari normal, kemungkinan pasien ini mengalami infeksi.

Dari hitung jenis didapatkan kadar basofil, neutrofil batang, neutrofil segmen, limfosit dan

monosit yang normal, sedangkan kadar eosinofil meningkat, yaitu 10%, kemungkinan pasien

ini terinfeksi oleh cacing. Sedangkan kadar trombosit pasien ini dalam batas normal. Selain

itu pada pemeriksaan tinja ditemukan gambaran berupa telur cacing, artinya pasien sudah

terinfeksi oleh cacing. Hal ini menjelaskan mengapa pasien mengalami beberapa keluhan

seperti batuk, demam, lemah, letih, lesu, mengalami gangguan perkembangan, nafsu makan

menurun, kadar hemoglobin yang menurun, serta kadar eosinofil yang meningkat di dalam

darah.

3

Page 4: AI MAKALAH DISKUSI 5

Perlawanan tubuh terhadap infeksi cacing diperankan oleh degranulasi sel.

Degranulasi sel tersebut ialah sel mast, basofil, dan eosinofil. Sel mast sama seperti makrofag

yang diproduksi secara konstan pada jaringan. Sel mast memiliki keterkaitan yang kuat

dengan sel mast walaupun perannya belum diketahui secara jelas. Eosinofil sama seperti

neutrofil yang secara normal tidak terdapat pada jaringan. Namun akan direkrut untuk

melawan infeksi cacing.4

Kemungkinan mast sel diaktifkan saat molekul dari cacing berikatan dengan TLR.

Saat aktif, mast sel akan merubah substansi pada permukaan patogen, bukan memfagositnya

(karena ukurannya yang besar). Substansi tersebut ialah histamin, dan proteolitic enzim.

Prostagladin dan leukotrien juga akan secara cepat diproduksi, dari hasil metabolisme asam

arakidonat.4

Masing-masing substansi tersebut meniliki kegunaan. Histamin berperan untuk

konstraksi usus, proteolitik enzim berfungsi dalam pengaktifan jalur komplemen, leukotrien

dari metolisme asam arakidonat memiliki reaksi yang lambat untuk vasodilator, kontraksi

usus, dan sekresi mukosa. Prostaglandin memiliki efek yang cepat berguna sebagai

vasodilator dan berguna untuk kontraksi usus halus.

Cacing tambang dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar

melekat pada mukosa dinding usus. Cacing betina N.americanus tiap hari mengeluarkan telur

5000-10000 butir. Cacing betina berukuran panjang ± 1 cm, cacing jantan ± 0,8 cm. Bentuk

badan N.americanus biasanya menyerupai huruf S dan mempunyai benda kitin untuk

menyangkutkan mulutnya pada mukosa dinding usus halus. Cacing jantan mempunyai bursa

kopulatriks.3

Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1,5 hari, keluarlah

larva rhabditiform. Dalam waktu ± 3 hari larva rhabditiform tumbuh menjadi larva filariform,

yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah. Telur cacing

tambang yang besarnya ± 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di

dalamnya terdapat beberapa sel. Larva rhabditiform panjangnya ±250 mikron, sedangkan

larva filariform panjangnya ± 600 mikron.3

Daur hidupnya adalah sebagai berikut: telur akan berkembang menjadi larva

rhabditiform kemudian menjadi larva filariform. Proses ini terjadi di dalam tanah. Lalu larva

filariform akan menembus kulit melalui kaki yang tidak dilindungi oleh alas kaki dan

menimbulkan ground itch, kemudian melalui kapiler darah masuk ke jantung kanan.

Kemudian melalui pembuluh darah, larva filariform akan berjalan ke paru-paru, lalu ke

bronkus, trakea, laring, faring, kemudian ke usus halus. Pada saat cacing berada di faring,

4

Page 5: AI MAKALAH DISKUSI 5

cacing ini akan mengakibatkan rasa gatal yang akhirnya menimbulkan refleks batuk. Hal ini

menjelaskan mengapa pasien mengalami batuk terus-menerus yang tidak sembuh walaupun

sudah diobati. Setelah terjadi refleks batuk, larva akan tertelan kembali dan masuk ke usus

halus.3

Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannya telur cacing tambang di

dalam tinja pasien. Selain dalam tinja, larva dapat juga ditemukan dalam sputum.1

Pemeriksaan penunjang untuk pasien ini dapat dilakukan secara kualitatif dan

kuantitatif.5 Pemeriksaan kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan metode Harada

Mori. Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing

Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan

Trichostronngilus yang didapatkan dari feses yang diperiksa. Teknik ini memungkinkan telur

cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih

7 hari, kemudian larva ini akan ditemukan di dalam air yang terdapat pada ujung kantong

plastik. Kelebihan pemeriksaan ini adalah lebih mudah dilakukan karena hanya untuk

mengidentifikasi larva infektif mengingat bentuk larva jauh lebih besar dibandingkan dengan

telur. Sedangkan kekurangan dari pemeriksaan ini adalah bahwa pemeriksaan ini dilakukan

hanya untuk identifikasi infeksi cacing tambang, waktu yang dibutuhkan lama dan

memerlukan peralatan yang banyak.

Pemeriksaan kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kato atau

disebut juga dengan teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear technique).

Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong “cellahane tape”. Teknik ini lebih

banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini

dianjurkan untuk pemeriksaan secara massal karena lebih sederhana dan murah. Selain itu

morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa. Kelebihan pemeriksaan ini

adalah dapat mengidentifikasi tingkat cacing pada penderita berdasar jumlah telur dan cacing,

baik di kerjakan di lapangan, dapat digunakan untuk pemeriksaan tinja masal karena murah

dan sederhana, cukup jelas untuk melihat morfologi sehingga dapat di diagnosis. Sedangkan

kekurangan dari pemeriksaan ini adalah bahan feses yang digunakan banyak.

Penatalaksanaan untuk pasien ini adalah dengan memberikan perawatan umum dan

pengobatan spesifik.1 Perawatan umum dilakukan denan memberikan nutrisi yang baik,

suplemen, preparat besi diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang berat, terutama bila

ditemukan keadaan anemia. Pengobatan spesifik dapat dilakukan dengan memberikan

befanium hidroksinaftat yang merupakan obat pilihan utama, diberikan untuk 3 hari,

albendazol dengan dosis tunggal 400 mg, mebendazol dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari

5

Page 6: AI MAKALAH DISKUSI 5

selama 3 hari, pirantel pamoat 10 mg/kgBB.1 Pemberian pirantel pamoat akan menunjukkan

hasil yang cukup baik, bilamana digunakan beberapa hari berturut-turut.3

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien ini adalah terjadi dermatitis yang berat

terlebih bila pasien sensitif, anemia berat yang terjadi sering menyebabkan gangguan

pertumbuhan, perkembangan mental dan payah jantung.

Prognosis untuk pasien ini adalah ad bonam untuk ad vitam, ad bonam untuk ad

fungsionam apabila diobati dengan baik dan dubia ad malam untuk ad fungsionam, karena

penyakitnya dapat kambuh bila pasien kurang menjaga kebersihan sehingga pasien terinfeksi

cacing tambang lagi.

Usaha pencegahan yang dapat dilakukan agar pasien tidak terinfeksi cacing tambang

adalah mulai membiasakan diri untuk mengenakan alas kaki terutama saat sedang berjalan di

luar rumah, untuk menghindari masuknya larva filariform melalui kulit yang tidak

berpelindung.

6

Page 7: AI MAKALAH DISKUSI 5

DAFTAR PUSTAKA

1. Pohan HT. Penyakit Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah. In: Sudoyo AW,

Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. 5th ed. Jakarta: InternaPublishing; 2009. p.2940-1.

2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta:

Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p.35.

3. Supali T, Margono SS, Abidin SAN. Nematoda Usus. In: Sutanto I, Ismid IS,

Sjarifuddin PK, Sungkar S, Editors. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. 4th ed.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.12-5.

4. Helbert M. Flesh and Bones of Immunology. 1st ed. London: Elsevier; 2006. p.22.

7