ahsijaijdoajdoaso
DESCRIPTION
kjadojaojdoasjoasjoTRANSCRIPT
Etnofarmasi Penduduk Riau dalam menghadapi ISPA
Kehidupan masyarakat tradisional mempunyai interaksi yang sangat dekat
dengan sumberdaya alam dan lingkungannya. Salah satunya adalah interaksi yang
berhubungan dengan pemanfaatan tumbuhan. Interaksi yang ada tersebut merupakan
sebuah pengalaman dari sebuah pengetahuan tradisional yang secara turun-temurun
diwariskan dari para leluhur ke generasi-generasi selanjutnya serta mengembangkan
pengetahuan tersebut dengan lingkungan untuk tetap bertahan hidup (Atok, 2009).
Penggunaan sumber daya alam sekitar untuk penyembuhan dapat diasumsikan
sebagai bentuk pengobatan tertua di dunia. Hampir setiap budaya di dunia
mempunyai sistem pengobatan tradisional yang khas yang sesuai dengan karakter
budaya tersebut. Bahkan di setiap daerah juga dijumpai berbagai macam jenis sumber
daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat (Dorly, 2005).
Dalam tema kali ini, akan dibahas mengenai etnofarmasi penduduk Riau
dalam menghadapi penyakit ISPA yang disebabkan bencana kabut asap yang terjadi
akhir-akhir ini dan menimbulkan kekhawatiran pada penduduk Riau. Riau Beberapa
tanaman obat khas asli Riau ini sering digunakan oleh penduduk Riau untuk
mengobati penyakit terutama penyakit ISPA yang melanda wilayah tersebut.
Biasanya penduduk Riau menggunakan berbagai rempah dalam masakannya yang
khas kaya akan rempah, ternyata rempah-rempah yang teerkandung dalam berbagai
masakan khas Riau tersebutlah yang banyak bermanfaat sebagai pengobatan dan telah
turun temurun digunakan oleh nenek moyang. Selain terkandung dalam masakan
sebagai bumbu, tanaman ini juga digunakan penduduk Riau sebagai ramuan
tradisional untuk mengobati penyakit ISPA:
1. Jahe untuk obat batuk dan radang tenggorokan
Jahe mengandung minyak asiri (minyak menguap) yang dapat menimbulkan
aroma wangi khas, memperlancar metabolisme tubuh, menimbulkan rasa hangat dan
melegakan. Sehingga salah satu khasiat jahe sebagai obat batuk, masuk angin, dan
radang tenggorokan.
Caranya : parut 1 rimpang jahe, rebus dengan 1 gelas air, kurang lebih 20 menit.
Kemudian saring, bisa juga menambahkan gula aren atau gula pasir sesuai selera.
Pilihlah jahe yang merah karena lebih banyak menganduk minyak asiri.
2. Kencur
Kandungan sineol, asam sinamik, etil-sinamat, alkaloid, kamfene, borneol,
alfa-terpineol yang dapat berfungsi mengatasi masuk angin, flu dan batuk dan sakit
kepala. Kencur juga mengandung minyak astiri yang berfungsi mengencerkan dahak.
Caranya : cuci bersih kurang-lebih 5 gram kencur, parut dan tambahkan 2 sendok
makan air matang, aduk merata. Saring dan tambahkan 1 sendok makan madu. obat
tradisional ini juga aman dikonsumsi untuk anak-anak. minumkan 2-3 kali sehari.
3. Kayu manis
Kayu manis dengan nama latin Cinnamomum verum yang terdapat pada
berbagai masakan khas Riau juga bermanfaat dalam mengobati batuk dan
melancarkan pernapasan serta untuk penderita asma. Batuk dapat disembuhkan
karena kayu manis dapat membantu mengeluarkan dahak dan mengatasi sakit pada
tenggorokan. Kayu manis ini dapat digunakan pada masakan atau direbus dan
diminum air rebusannya.
4. Bawang putih
Penggunaan berbagai rempah pada masakan khas Riau tak lepas dari
penggunaan bawang putih. Selain sebagai bumbu masakan, bawang putih juga dapat
digunakan sebagai obat batuk. Berikut ini berbagai cara mengkonsumsi bawang putih
sebagai obat batuk yang sering dilakukan penduduk Riau :
Setelah sarapan, telanlah satu siung kecil bawang putih. Jangan dikunyah,
langsung ditelan, karena dapat meningkatkan kekebalan tubuh Anda.
Potong beberapa siung bawang putih ke dalam mentega cair yang dipanaskan,
lalu tambahkan ke dalam makanan. Selain rasanya yang lezat, juga bagus buat
pencernaan.
Masukkan beberapa siung bawang putih ke dalam teflon yang telah diisi dengan
sedikit minyak wijen. Lalu, masukkan ke dalam botol yang siap dikeluarkan jika
suatu waktu terserang flu.
Panggang beberapa siung bawang putih, tumbuk, dan campurkan sedikit madu.
Minumlah sebelum tidur, karena dapat membantu terhindar atau sembuh dari
batuk
5. Daun waru untuk penyakit TBC
Obat untuk penyakit TBC adalah daun Waru yang digunakan oleh penduduk
Riau dengan diremas-remas dan airnya dimasak sebanyak setengah gelas
(Noer,2009).
Gambar Daun Waru
6. Daun sirih untuk Batuk seratus hari (Batuk rejan)
Penyakit ini dapat diobati dengan daun sirih yang dikunyah bersama gula enau
dan airnya ditelan hingga beberapa kali atau hingga airnya yang terkandung dalam
daun tesebut habis
7. Daun sirih untuk obat mata
Obat mata akibat terkena debu atau asap yang menyebabkan sakit mata dapat
diobati dengan lima helai daun sirih yang dicuci hingga bersih kemudian ditempatkan
dalam mangkuk yang berisi air bersih. Kemudian mata dikedip-kedipkan sehingga
kuman dan kotoran pada mata akan terdorong keluar.
8. Tanaman Sifulombua untuk ISPA dan TBC
Tanaman selanjutnya adalah sifulumboa dalam bahasa kaili, tanaman ini
dipercaya dapat mengobat segala penyakit yang berhubungan dengan paru-paru
seperti batuk berdahak maupun kering, muntah darah, asma, TBC serta penyakit
dalam lainnya. Pada penggunaanya daun segar sifulumboa digunakan dengan cara
dicuci terlebih dahulu kemudian ditumbuk campurkan air, gula merah, dan
kunyit secukupnya, lalu campuran tersebut diminum sehari sekali hingga sembuh.
Gula merah disini digunakan sebagai pemanis saja. Pada pertumbuhan, tanaman
tersebut tumbuh didataran rendah dan tidak tumbuh liar, tetapi dibudidayakan oleh
penduduk di pekarangan rumah.(Agromedia,2008)
9. Gulasintovau untuk batuk
Tanaman selanjutnya adalah gulasintovau dalam bahasa kailinya, dipercaya
masyarakat disana dapat menyembuhkan batuk. Tumbuhan ini dapat dikombinasi
dengan tumbuhan penanda dengan cara daun segar diremas lalu diambil airnya
hingga mencadi satu sendok dan diminum hingga sehari sekali hingga
sembuh.tumbuhan ini memiliki bau khas yang harum
10. Tambaraja untuk mengobati flu
Tumbuhan selanjutnya adalah tambajara dalam bahasa kailinya. Dipercaya
dapat mengobati flu/ influenza. Pada penggunaanya sama seperti penanda dan
tamananga, yaitu dengan meremas daun dan meminum sarinya 1-2 sendok hingga
sembuh. Tempat tumbuh untuk tumbuhan ini juga tumbuh didataran rendah
dandaerah lembab. Tumbuhan ini juga memiliki bunga yang dapat dihirup
karena memiliki bau yang enak jika dihirup dan berkhasiat untuk mengobati flu.
11. Tamananga untuk pengobatan batuk
Tumbuhan selanjutnya adalah tamananga dalam bahasa kaili,dipercaya
untuk mengobati batuk, baik batuk kering maupun batuk
berdahak.Tumbuhan ini dapat dikombinasi dengan penanda atau akar kucing juga
berkhasiat untuk obat batuk. Penggunaannya sama dengan penanda yaitu dengan
meremas lalu diambil air sari daunnya hingga menjadi 1 sampai 2 sendok lalu
diminum sekali sehari hingga sembuh. Tempat tumbuh juga sama dengan penanda
yaitu didataranrendah dan daerah lembab, serta tumbuh secara liar. Daun mayana
yang digunakan, dipercaya dapat mengobati batuk serta asma. Pada penggunaanya
diambil daun mayana secukupnya (biasanya satu genggam) laludicuci terlebih dahulu
kemudian diperas lalu diambil air sarinya hingga menjadi 1-3 sendok, lalu diminum
sehari sekali hingga sembuh baru pamakaian dihentikan. Pada bayi, penggunaannya
cukup 1 sendok saja (Rosita dkk, 2007).
12. Fotedala untuk mengobati batuk berdahak
Tanaman yang selanjutnya adalah fotedala dalam bahasa kailinya,
yangdipercaya dapat mengobati batuk berdahak dengan mekanisme kerjanya yaitu
sebagaipengencer dahak. Pada penggunaanya yaitu daun fotedala segar dicuci bersih
laluditumbuk dan tambahkan air secukupnya lalu ambil air sarinya hingga mencapai 2
sampai 3 sendok makan. Diminum dua kali sehari, pagi dan sore, jika batuk sudah
sembuh pengobatan dapat dihentikan.
Penggunaan tanaman obat yang digunakan berdasarkan pengalaman yang
diterima dari saudara atau angkatan sebelumnya dan digunakan berdasarkan
pengalaman saja. Akan tetapi cara-cara pengobatan tradisional tersebut tidak
dicatat dengan baik karena teknik pengobatannya diajarkan secara lisan
(Rosita et al., 2007),sehingga dalam perkembangannya banyak teknik pengobatan
lama yang hilang atau terlupakan. Hal tersebut diharapkan untuk dilakukannya
upaya pemanfaatan dan pelestarian pengetahuan masyarakat atau suku
tentang pengobatan tradisional yang telah dilakukan secara empiris. Yang
dimana upaya tersebut mulai dari inventarisasi,pemanfaatan, budidaya sampai
dengan penggalian kembali pengetahuan suku lokal tentang obat tradisional
(Darmono, 2007).
Daftar Pustaka
Agromedia, R., 2008, 273 Ramuan Tradisional Untuk Mengatasi Aneka Penyakit, Penerbit PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Atok.2009. Aspek Neurologik Gangguan Berjalan. http://koaskamar13.wordpress.com. 21 November 2009.
Darmono. 2007. Kajian Etnobotani Tumbuhan Jalukap (Centella asiatica L.) di Suku Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado, Bioscientiae, 4 (2) : 71-78.
Dorly.2005. Potensi Tumbuhan Obat di Indonesia dalam Pengembangan Industri Agromedis.Pengantar Falsafah Sains (PPS207). Sekolah Pascasarjana/S3 Institut Pertanian Bogor. Hal.25.
Noer Muhammad, dkk.2009.Pengobatan Tradisional Daerah Riau. Yogyakarta : Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu dan Adicita Karya Nusa.
Rosita, S.M.D., Rostiana, O., Pribadi, dan Hernani. 2007. Penggalian IPTEK Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango, Bul. Littro, 18 (1) : 13-28.