agung arif perkasa,i21112061

2
Nama : Agung Arif Perkasa Nim : I21112061 Tugas : Aplikasi imunologi di bidang kefarmasian Manfaat Jahe sebagai Imunomodulator Seiring dengan semakin berkembangnya pemahaman mengenai respon imun tubuh dalam menghadapi infeksi maupun penyakit lain, makin berkembang pula penelitian mengenai komponen yang dapat mempengaruhi respon imun tersebut. Adanya pengetahuan mengenai bagaimana sel berkomunikasi (berinteraksi) memungkinkan kita untuk mengembangkan cara memanipulasi jalur komunikasi tersebut. Bahan-bahan yang dapat memodulasi sistim imun tubuh dikenal sebagai imunomodulator [1 ]. Terdiri atas Imunostimulator,imunorestorasi, dan imunosupresi. Saat ini kita mengenal berbagai bahan yang dinyatakan dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang disebut sebagai imunostimulator. Imunomodulator adalah agen yang memengaruhi (melemahkan atau menguatkan) responimunitas. Imunomodulator yang menekan respon imunitas (imunosupresan) biasanya digunakan dalam transplantasi organ untuk mengurangi penolakan terhadap organ baru. Herbal tertentu seperti ginseng, madu dll dapat menjadi imunomodulator alami yang menguatkan respon imunitas (imunoterapi, imunostimulan) [2] . Secara empiris jahe biasa digunakan masyarakat sebagai obat masuk angin, gangguan pencernaan, sebagai analgesik, antipiretik, anti inflamasi, dan lain-lain. Berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa jahe mempunyai sifat antioksidan. Beberapa komponen utama dalam jahe seperti gingerol, shogaol, dan gingeron dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan di atas vitamin E (Kikuzaki dan Nakatani, 1993)[3]. Selain itu jahe juga mempunyai aktivitas antiemetik dan digunakan untuk mencegah mabuk perjalanan. Hasil penelitian Zakaria et al., 1999 menunjukkan bahwa ekstrak jahe dapat meningkatkan daya tahan tubuh yang direfleksikan dalam sistem kekebalan yaitu memberikan respon kekebalan inang terhadap mikroba pangan yang masuk ke dalam tubuh. Hal itu disebabkan ekstrak jahe dapat memacu proliferasi limfosit dan menekan limfosit yang mati serta meningkatkan aktifitas fagositas makrofag [4 ]. Selain itu jahe mampu menaikkan aktivitas salah satu sel darah putih, yaitu sel ”natural killer” dalam melisis sel targetnya, yaitu sel tumor dan sel yang terinveksi virus [4 ]. Dise-butkan oleh Radiati et al., 2003 bahwa konsumsi ekstrak jahe dalam minuman fungsional dan obat tradisional dapat meningkatkan ketahanan tubuh dan mengobati diare. Komponen dalam jahe yaitu gingerol dan shogaol mempunyai aktivitas antirematik. Hal ini ditunjang dengan pendapat dari Kimura et al., 1997 bahwa jahe ber-fungsi sebagai antiinflamasi rematik artritis kronis [4] Faktor-faktor yang mempengaruhi tanaman obat sebagai imunomodulator yaitu [3 ]: Pembudidayaan tanaman Standarisasi bahan baku ------------------------------------

Upload: agung-perkasa

Post on 04-Dec-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Agung Arif Perkasa,I21112061

Nama : Agung Arif Perkasa

Nim : I21112061

Tugas : Aplikasi imunologi di bidang kefarmasian

Manfaat Jahe sebagai Imunomodulator

Seiring dengan semakin berkembangnya pemahaman mengenai respon imun tubuh dalam menghadapi infeksi maupun penyakit lain, makin berkembang pula penelitian mengenai komponen yang dapat mempengaruhi respon imun tersebut. Adanya pengetahuan mengenai bagaimana sel berkomunikasi (berinteraksi) memungkinkan kita untuk mengembangkan cara memanipulasi jalur komunikasi tersebut. Bahan-bahan yang dapat memodulasi sistim imun tubuh dikenal sebagai imunomodulator[1]. Terdiri atas Imunostimulator,imunorestorasi, dan imunosupresi. Saat ini kita mengenal berbagai bahan yang dinyatakan dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang disebut sebagai imunostimulator. Imunomodulator adalah agen yang memengaruhi (melemahkan atau menguatkan) responimunitas. Imunomodulator yang menekan respon imunitas (imunosupresan) biasanya digunakan dalam transplantasi organ untuk mengurangi penolakan terhadap organ baru. Herbal tertentu seperti ginseng, madu dll dapat menjadi imunomodulator alami yang menguatkan respon imunitas (imunoterapi, imunostimulan)[2].

Secara empiris jahe biasa digunakan masyarakat sebagai obat masuk angin, gangguan pencernaan, sebagai analgesik, antipiretik, anti inflamasi, dan lain-lain. Berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa jahe mempunyai sifat antioksidan. Beberapa komponen utama dalam jahe seperti gingerol, shogaol, dan gingeron dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan di atas vitamin E (Kikuzaki dan Nakatani, 1993)[3]. Selain itu jahe juga mempunyai aktivitas antiemetik dan digunakan untuk mencegah mabuk perjalanan. Hasil penelitian Zakaria et al., 1999 menunjukkan bahwa ekstrak jahe dapat meningkatkan daya tahan tubuh yang direfleksikan dalam sistem kekebalan yaitu memberikan respon kekebalan inang terhadap mikroba pangan yang masuk ke dalam tubuh. Hal itu disebabkan ekstrak jahe dapat memacu proliferasi limfosit dan menekan limfosit yang mati serta meningkatkan aktifitas fagositas makrofag [4]. Selain itu jahe mampu menaikkan aktivitas salah satu sel darah putih, yaitu sel ”natural killer” dalam melisis sel targetnya, yaitu sel tumor dan sel yang terinveksi virus[4]. Dise-butkan oleh Radiati et al., 2003 bahwa konsumsi ekstrak jahe dalam minuman fungsional dan obat tradisional dapat meningkatkan ketahanan tubuh dan mengobati diare. Komponen dalam jahe yaitu gingerol dan shogaol mempunyai aktivitas antirematik. Hal ini ditunjang dengan pendapat dari Kimura et al., 1997 bahwa jahe ber-fungsi sebagai antiinflamasi rematik artritis kronis[4]

Faktor-faktor yang mempengaruhi tanaman obat sebagai imunomodulator yaitu[3]:

• Pembudidayaan tanaman

• Standarisasi bahan baku

• Aspek agribisnis

Cerahnya prospek imunomodulator dari bahan alami dikarenakan saat ini ilmu kedokteran sudah mulai meninggalkan imunomodulator yang terbuat dari bahan kimia dan memilih menggunakan imunomodulator dari berbagai jenis tumbuhan yang sudah terbukti meningkatkan sistem kekebalan tubuh, ditambah lagi dengan adanya gerakan back to nature yang menyebabkan beralihnya minat penggunaan obat dari bahan alami untuk menghindari efek samping dari penggunaan obat sintetis[2] .

------------------------------------

Page 2: Agung Arif Perkasa,I21112061

DAFTAR PUSTAKA

1 Decker J.M., 2000. Introduction to immunology 11 th Hour. Blackwell Science. Inc. p. 1-2

2 Danutirto, H., 2001. Pengembangan fitofarmaka di Indonesia. Lokakarya dan Pameran Pengembangan Agribisnis Berbasis Biofarmaka, Pemanfaatan dan Pelestarian Sumber Hayati Mendukung Agribisnis Tanaman Obat. Jakarta 13-16 Nopember 2001. 23 p.

3 Radiati, L.E., E.P. Nabet, P. Franck, B. Nabet, J. Capiaumont, D. Fardiaz, R.f. Zakaria, I. Sudirman dan R.D. Haryadi, 2003. Pengaruh ekstrak diklormetan jahe (Zingiberofficinale) terhadap pengikatan toksin kolera B-subunit conjugasi (FITC) pada reseptor sel hibridoma LV dan Caco-2. J. Teknologi dan Industri Pangan XIV (1) : 59-67.

4 Zakaria, F.R., dan T.M. Rajab, 1999. Pengaruh ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap produksi radikal bebas makrofag mencit sebagai indicator imunostimulan secara invitro. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan 1999 : 707-716.

------------------------------------