agropolitan skripsi

Upload: arif-surahman

Post on 07-Jul-2018

237 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    1/138

    PENGARUH PELAKSANAAN AGROPOLITAN TERHADAP

    PERKEMBANGAN EKONOMI DI TUJUH KAWASAN

    AGROPOLITANKABUPATEN MAGELANG

    Oleh :

    Nur Fajri Rahmawati

    A14304071

    PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    2/138

      2

    RINGKASAN

    NUR FAJRI RAHMAWATI. Pengaruh Pelaksanaan Konsep Agropolitan dan

    Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Magelang. Dibimbing oleh

    NINDYANTORO.

    Ketimpangan pembangunan antara desa sebagai produsen pertanian

    dengan kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi telah mendorong

    aliran sumberdaya dari wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan secara tidak

    seimbang. Salah satu upaya untuk mewujudkan kemandirian pembangunan

     perdesaan adalah konsep agropolitan. Agropolitan menjadi relevan diterapkan di

    Indonesia karena pada umumnya sektor pertanian merupakan mata pencaharian

    utama dari sebagian besar masyarakat perdesaan.

    Berdasarkan pada kondisi geografi, aktivitas penduduk dan lingkungan,

    Kabupaten Magelang menetapkan sektor pertanian, sektor industri berbasis

     pertanian dan sektor pariwisata sebagai tiga sektor unggulan yang disinergikan.Kolaborasi ketiga sektor tersebut mengilhami gerakan pengembangan kawasan

    agropolitan di Kabupaten Magelang. Pelaksanaan agropolitan di Kabupaten

    Magelang mulai dilaksanakan tahun 2003 yang terbagi menjadi empat fase. Fase

     pertama yaitu kawasan agropolitan Merapi-Merbabu tahun 2003-2023, fase kedua

    adalah kawasan agropolitan Borobudur tahun 2008-2028, fase ketiga kawasan

    agropolitan Sumbing tahun 2011-2031 dan fase keempat merupakan gabungan

    semua kawasan yang dimulai tahun 2014.

    Ruang lingkup penelitian ini adalah pelaksanaan agropolitan Merapi-

    Merbabu tahun 2003-2008 dan agropolitan Borobudur. Pertama, penelitian ini

    mendeskripsikan pelaksanaan konsep agropolitan Merapi-Merbabu sampai tahun

    2008. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan

    analisis deskriptif. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden

    yang menangani agropolitan, petani, pengrajin agoindustri dan pedagang pada

    masing-masing kawasan agropolitan. Data sekunder diperoleh dari Bappeda,

    Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, BPS

    dan UPT Pertanian masing-masing kecamatan kawasan agropolitan.

    Kedua, penelitian ini menganalisis ketersediaan fasilitas publik di tujuh

    kawasan agropolitan setelah pelaksanaan agropolitan. Data yang digunakan

    adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS Kabupaten Magelang. Metode

    analisis menggunakan metode skalogram yang kemudian diolah dengan piranti

    lunak microsoft exell  2003. Ketiga, penelitian ini menganalisis pengaruh pelaksanaan agropolitan Merapi-Merbabu terhadap pertumbuhan ekonomi

    Kabupaten Magelang. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan metode

    analisis kuantitatif, menggunakan alat analisis shift share kemudian diolah dengan

    microsoft exell 2003. Data sekunder diperoleh dari BPS Kabupaten Magelang.

    Keempat, penelitian ini menganalisis strategi prioritas pengembangan

    agropolitan untuk kawasan agropolitan Borobudur. Data yang digunakan adalah

    data primer melalui wawancara dan pembagian kuisioner kepada sembilan

    responden. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan

    kuantitatif dengan alat analisis  Analitic Hierarchy Process  (AHP) kemudian

    diolah dengan expert choice 2000.

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    3/138

      3

    Pelaksanaan agropolitan di Kawasan Merapi-Merbabu masih banyak

    menemui kendala terutama yang berkaitan dengan pengadaan modal, pengadaan

    teknologi dan sumberdaya pelaku atau petani yang kurang berkembang. Setelah

     pelaksanaan agropolitan, kawasan yang memiliki peningkatan pertumbuhan

    ekonomi untuk sektor pertanian adalah Kecamatan Dukun, Kecamatan Sawangan,Kecamatan Candimulyo, Kecamatan Pakis, Kecamatan Grabak dan Kecamatan

     Ngablak. Setelah pelaksanaan agropolitan, ketersediaan fasilitas publik di tujuh

    kawasan agropolitan mengalami peningkatan terutama peningkatan pada fasilitas

    industri dan pengangkutan. Strategi prioritas pengembangan agropolitan

    Borobudur yang dipilih oleh responden adalah pengembangan sumberdaya pelaku

    agribisnis dan agrowisata.

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    4/138

      4

    PENGARUH PELAKSANAAN AGROPOLITAN TERHADAP

    PERKEMBANGAN EKONOMI DI TUJUH KAWASAN

    AGROPOLITANKABUPATEN MAGELANG

    Oleh :

    Nur Fajri Rahmawati

    A14304071

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

     pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

    Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

    Fakultas Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    2008

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    5/138

      5

    Judul : Pengaruh Pelaksanaan Agropolitan Terhadap

    Perkembangan Ekonomi di Tujuh Kawasan Agropolitan

    Kabupaten Magelang 

     Nama : Nur Fajri Rahmawati

     NRP : A14304071

    Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing

    Ir. Nindyantoro, MSP

    NIP. 131 879 329

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Pertanian

    Prof.Dr.Ir. Didy Sopandie, M.Agr

    NIP. 131 124 019

    Tanggal Kelulusan :

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    6/138

      6

     

    PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

    BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN

    SEBAGAI TULISAN ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU

    LEMBAGA MANAPUN.

    Bogor, Mei 2008

    Penulis

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    7/138

      7

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Drs.

    Sugiyanto dan Dra. Nunuk Nur Zaerina. Penulis lahir di Kabupaten Rembang

     pada tanggal 31 Juli tahun 1986. Penulis memulai pendidikan di TK Pertiwi

    Tamanagung Kabupaten Magelang pada tahun 1990 dan lulus pada tahun1992.

    Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri Gunungpring I Muntilan

    Kabupaten Magelang pada tahun 1992 dan lulus pada tahun1998. Penulis

    memulai jenjang pendidikan yang selanjutnya di SLTP Negeri I Mungkid

    Kabupaten Magelang pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2001. Selanjutnya,

     penulis masuk di SMA Negeri I Muntilan Kabupaten Magelang pada tahun 2001

    dan lulus pada tahun 2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Program

    Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas Pertanian melalui jalur USMI

     pada tahun 2004. Selama mengenyam pendidikan di IPB, penulis mengikuti

    organisasi IAAS ( International Association of Agriculture Student ), IKMM

    (Ikatan Keluarga Mahasiswa Magelang) dan Koperasi Mahasiswa (KOPMA).

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    8/138

      8

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

    Esa atas berkah dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penelitian yang berjudul ”  Pengaruh Pelaksanaan Agropolitan

    Terhadap Perkembangan Ekonomi di Tujuh Kawasan Agropolitan

    Kabupaten Magelang”. Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai syarat

    kelulusan Institut Pertanian Bogor.

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

    ini. Bagi penulis, kesempurnaan skripsi ini adalah kesediaan pembaca yang

     budiman untuk memberikan saran ataupun masukan. Meskipun demikian penulis

     berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya

    dan bermanfaat bagi para pembaca.

    Bogor, Mei 2008

    Penulis

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    9/138

      9

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Penulis menghaturkan terimakasih yang tak terbatas besarnya kepada

    Allah SWT yang telah memberikan segala karunia dan hidayah-Nya sehingga

     penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sebagai manusia biasa yang

    tidak pernah bisa melakukan sesuatu tanpa dukungan orang lain, penulis

    mengucapkan banyak terimakasih kepada :

    1.  Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan segalanya kepada penulis

    sehingga penulis bisa menjadi seperti saat ini. Dalam penyusunan skripsi ini,

     penulis mengalami banyak hambatan, tetapi hambatan demi hambatan mampu

     penulis lewati berkat kasih sayang dan cinta dari kedua orang tua penulis.

    2.  Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

     banyak waktu dan perhatiannya kepada penulis sehingga perbaikan demi

     perbaikan dapat penulis buat untuk kesempurnaan skripsi ini.

    3.  A. Faroby Falatehan, SP.MEc dan Adi Hadianto, SP selaku dosen penguji

    utama dan dosen penguji wakil departemen.

    4.  Pihak-pihak yang bersangkutan langsung dalam pengambilan data primer

    maupun sekunder.

    5.  Bapak Ir. Haryadi dan Ibu Sri Wahyuningsih di Ciamis, terimakasih atas

    semua kebaikan dan ketulusan dari Bapak dan Ibu dalam memberikan

    dukungan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian.

    6.  Indra Harimurti, SP; kedua adik-adik penulis (Lukman dan Nisa); dan teman-

    teman yang selalu memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis

    mampu menyelesaikan penelitian.

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    10/138

      10

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI. ...........................................................................................................i

    DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

    DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................vDAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................vi

    BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang.......................................................................................1

    1.2. Perumusan Masalah...............................................................................4

    1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................6

    1.4. Kegunaan Penelitian..............................................................................6

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................7

    2.1. Pengertian Agropolitan..........................................................................7

    2.2. Pengertian Kawasan Agropolitan..........................................................8

    2.3. Konsep Pengembangan Agropolitan...................................................10

    2.4. Studi Terdahulu...................................................................................112.4.1. Studi Mengenai Agropolitan .....................................................12

    2.4.2. Studi Mengenai Pertumbuhan Ekonomi ...................................13

    2.4.3. Studi Mengenai Strategi Pengembangan Wilayah ...................14

    BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................................15

    3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ..............................................................15

    3.1.1. Terbentuknya Konsep Agropolitan ...........................................15

    3.1.1.1. Permasalahan Perdesaan ..............................................15

    3.1.1.2. Permasalahan Perkotaan ..............................................16

    3.1.2. Agropolitan Sebagai Strategi Pengembangan Wilayah ............17

    3.1.3. Sistem dalam Agropolitan .........................................................18

    3.1.2.1. Sistem Agribisnis ........................................................18

    3.1.2.2. Sistem Agroindustri ....................................................19

    3.1.2.3. Sistem Agrowisata ......................................................20

    3.1.4. Strategi Pembangunan Agropolitan ..........................................21

    3.1.4. Pertumbuhan Ekonomi ..............................................................21

    3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................22

    BAB 1V. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................27

    4.1. Lokasi Penelitian.................................................................................27

    4.2. Jenis dan Sumber Data........................................................................27

    4.3. Metode Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data ............................28

    4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...............................................304.4.1. Shift Share.................................................................................31

    4.4.2. Skalogram

      ……………………………………………………..34

    4.4.3. Analitic Hierarchy Process (AHP)  ………………………….35

    BAB V. GAMBARAN UMUM ............................................................................47

    5.1. Gambaran Umum Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu ..............47

    5.1.1. Keadaan Wilayah dan Geografis...............................................48

    5.1.2. Kependudukan dan Tenaga Kerja .............................................48

    5.1.3. Potensi Sebagai Daerah Pengembangan Agribisnis..................50

    5.1.4. Potensi Sebagai Daerah Pengembangan Industri ....................51

    5.1.5. Potensi Sebagai Daerah Pengembangan Pariwisata..................51

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    11/138

      11

      5.2. Gambaran Umum Kawasan Agropolitan Borobudur ........................52

    5.2.1. Keadaan Wilayah dan Geografis...............................................52

    5.2.2. Kependudukan dan Tenaga Kerja .............................................52

    5.2.3. Potensi Sebagai Daerah Pengembangan Agribisnis..................52

    5.2.4. Potensi Sebagai Daerah Pengembangan Industri ......................535.2.5. Potensi Sebagai Daerah Pengembangan Pariwisata..................53

    BAB VI. PELAKSANAAN KONSEP AGROPOLITAN ....................................54

    MERAPI-MERBABU DI KABUPATEN MAGELANG

    TAHUN 2003 SAMPAI TAHUN 2008

    6.1. Kawasan Agropolitan Pakis ...............................................................54

    6.1.1. Sistem Agribisnis .....................................................................54

    6.1.2. Sistem Agroindustri

      ..................................................................56

    6.2. Kawasan Agropolitan Candimulyo....................................................57

    6.2.1. Sistem Agribisnis ....................................................................57

    6.2.2. Sistem Agroindustri.................................................................606.3. Kawasan Agropolitan Sawangan .......................................................60

    6.3.1. Sistem Agribisnis .....................................................................60

    6.3.2. Sistem Agroindustri

      ..................................................................63

    6.3.3. Sistem Agrowisata

      ....................................................................64

    6.4. Kawasan Agropolitan Ngablak ..........................................................65

    6.4.1. Sistem Agribisnis ....................................................................65

    6.4.2. Sistem Agroindustri.................................................................65

    6.4.3. Sistem Agrowisata...................................................................66

    6.5. Kawasan Agropolitan Tegalrejo ........................................................68

    6.5.1. Sistem Agribisnis ....................................................................68

    6.5.2. Sistem Agroindustri.................................................................69

    6.6. Kawasan Agropolitan Dukun.............................................................70

    6.6.1. Sistem Agribisnis ....................................................................70

    6.6.2. Sistem Agroindustri.................................................................72

    6.6.3. Sistem Agrowisata...................................................................73

    6.7. Kawasan Agropolitan Grabak............................................................73

    6.7.1. Sistem Agribisnis .....................................................................73

    6.7.2. Sistem Agroindustri

      ..................................................................746.7.3. Sistem Agrowisata

      ....................................................................75

    BAB VII. ANALISIS PENGARUH PELAKSANAAN KONSEP ......................76

    AGROPOLITAN MERAPI-MERBABU TERHADAP

    PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MAGELANG

    7.1. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Agropolitan Merapi-Merbabu

    Sebelum Pelaksanaan Agropolitan (1999-2002) ...............................76

    7.1.1. National Share

      ..........................................................................76

    7.1.2. Proportional Shift   ..................................................................78

    7.1.3. Differential Shift.......................................................................80

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    12/138

      12

      7.1.4. Shift Share Analysis..................................................................82

    7.2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Agropolitan .................................84

    Merapi-Merbabu pada Masa Pelaksanaan Agropolitan (2003-2006)

    7.1.1. National Share

      ..........................................................................847.1.2. Proportional Shift   ..................................................................86

    7.1.3. Differential Shift.......................................................................88

    7.1.4. Shift Share Analysis..................................................................90

    BAB VIII. KETERSEDIAAN FASILITAS PUBLIK SETELAH ……………….92

    PELAKSANAAN AGROPOLITAN

    DI TUJUH KAWASAN AGROPOLITAN

    BAB IX. STRATEGI PRIORITAS PENGEMBANGAN......................................97

    AGROPOLITAN DI KAWASAN AGROPOLITAN BOROBUDUR

    9.1. Pengolahan Horisontal .....................................................................97

    9.1.1. Strategi Prioritas Pengembangan Agropolitan ......................97

    Kawasan Borobudur9.1.2. Substrategi Prioritas Pengembangan Agropolitan

    ...................99

    Kawasan Borobudur

    9.2. Pengolahan Vertikal.........................................................................104

    BAB IX. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................107

    9.1. Kesimpulan ......................................................................................107

    9.2. Saran ................................................................................................108

    DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………109

    LAMPIRAN …………………………………………………………………….112

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    13/138

      13

     

    DAFTAR TABEL

    Tabel Judul Halaman

    Tabel 1. Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga ..............................2

    Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2006

    Tabel 2. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Mengenai Agropolitan................12Tabel 3. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Mengenai Pertumbuhan

    Ekonomi di Beberapa Wilayah ................................................................13

    Tabel 4. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Mengenai Strategi

    Pengembangan Wilayah...........................................................................14

    Tabel 5. Daftar Responden Analisis AHP..............................................................28

    Tabel 6. Tujuan Penulisan, Informasi yang Dibutuhkan,

    Jenis Data dan Alat Analisis Penelitian ...................................................30

    Tabel 7. Nilai Skala Banding Berpasangan............................................................37

    Tabel 8. Nilai Random Indeks

      ................................................................................39

    Tabel 9. Luasan dan Prosentase Wilayah Kawasan Agropolitan ..........................47

    Merapi- Merbabu Kabupaten Magelang

    Tabel 10. Kondisi Wilayah dan Geografis Kawasan Agropolitan ........................49

    Merapi-Merbabu Kabupaten Magelang

    Tabel 11. Struktur Pekerjaan Penduduk Kawasan Agropolitan ............................50

    Merapi-Merbabu Kabupaten Magelang Tahun 2003

    Tabel 12. Nilai National Share Per Kecamatan Kabupaten Magelang ................77

    Sebelum Pelaksanaan Agropolitan (1999-2002)

    Dalam Jutaan Rupiah

    Tabel 13. Nilai Proportional Shift  Per Kecamatan Kabupaten Magelang ............79

    Sebelum Pelaksanaan Agropolitan (1999-2002) Dalam Jutaan RupiahTabel 14. Nilai Differential Shift  Per Kecamatan Kabupaten Magelang ..............81

    Sebelum Pelaksanaan Agropolitan (1999-2002)

    Dalam Jutaan Rupiah

    Tabel 15. Nilai Shift Share Analysis Per Kecamatan Kabupaten Magelang ..........83

    Sebelum Pelaksanaan Agropolitan (1999-2002)

    Dalam Jutaan Rupiah

    Tabel 16. Nilai National Share Per Kecamatan Kabupaten Magelang..................85

     pada Masa Pelaksanaan Agropolitan (2003-2006)

    Dalam Jutaan Rupiah

    Tabel 17. Nilai Proportional Shift Per Kecamatan Kabupaten Magelang pada ....87

    Masa Pelaksanaan Agropolitan (2003-2006) Dalam Jutaan Rupiah

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    14/138

      14

    Tabel 18. Nilai Differential Shift Per Kecamatan Kabupaten Magelang pada

    ......89

    Masa Pelaksanaan Agropolitan (2003-2006) Dalam Jutaan Rupiah

    Tabel 19. Nilai Shift Share Analysis Per Kecamatan Kabupaten ………………..91

    Magelang pada Masa Pelaksanaan Agropolitan (2003-2006) DalamJutaan Rupiah

    Tabel 20. Penyebaran Fasilitas Pelayanan Publik Periode Sebelum......................95

    Agropolitan (Tahun 2000)

    Tabel 20. Penyebaran Fasilitas Pelayanan Publik pada Saat .................................96

    Agropolitan (Tahun 2006)

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Judul Halaman

    Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Operasional ................................................26Gambar 2. Hirarki Pemilihan Strategi Pengembangan Agropolitan ......................46

    di Kawasan Agropolitan

    Gambar 3.Nilai Bobot Strategi Pengembangan Agropolitan ................................99

    di Kabupaten Magel

    Gambar 4.Nilai Bobot Substrategi pada Strategi ................................................100

    Pengembangan Sumberdaya Pelaku Agribisnis-Agrowisata

    Gambar 5.Nilai Bobot Prioritas Substrategi pada Strategi .................................101

    Pembangunan Prasarana Fisik Pendukung Agribisnis-Agrowisata

    Gambar 6.Nilai Bobot Prioritas Substrategi pada Strategi .................................102

    Pengembangan Agribisnis

    Gambar 7. Hasil Pengolahan Horisontal Pendapat Gabungan .........................103

    Gambar 8.Substrategi Prioritas Pengolahan Vertikal .........................................105

    Pengembangan Konsep Agropolitan Kawasan Borobudur

    Gambar 9. Hasil Pengolahan Vertikal Pendapat Gabungan ..............................106

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    15/138

      15

     

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Judul Halaman

    Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ........................................................................113Lampiran 2. Hasil Pengolahan Horisontal Pendapat Gabungan .........................117

    Strategi Prioritas Pengembangan Agropolitan

    Kawasan Borobudur

    Lampiran 3. Hasil Pengolahan Vertikal Pendapat Gabungan..............................118

    Strategi Prioritas Pengembangan Agropolitan

    Kawasan Borobudur

    Lampiran 4. Lampiran Gambar ............................................................................119

     

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    16/138

      16

     

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pembangunan nasional yang bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat

    secara keseluruhan harus disertai dengan pembangunan yang merata dalam segala

     bidang serta menyeluruh kepada semua golongan masyarakat. Konsep

     pembangunan yang diterapkan mulai tahun 1970-an adalah pembangunan yang

     bersifat growth pole. Menurut Rustiadi dan Hadi (2006), konsep pertumbuhan

    growth pole  yang diperkirakan akan terjadi penetesan (tricle down effect ) dari

    kutub pusat pertumbuhan ke wilayah hinterland -nya, ternyata neteffect -nya

    menimbulkan pengurasan besar (masive backwash effect ) atau telah terjadi

    transfer neto sumberdaya dari wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan secara

     besar besaran.

    Ketimpangan pembangunan antara wilayah perdesaan sebagai produsen

     pertanian dengan kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi

    mendorong aliran sumberdaya dari wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan

    secara tidak seimbang. Hal ini menyebabkan kondisi yang saling memperlemah

    antara perdesaan dan perkotaan. Wilayah perdesaan dengan kegiatan utama sektor

     pertanian mengalami penurunan produktivitas, sedangkan wilayah perkotaan

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    17/138

      17

    sebagai pusat pertumbuhan ekonomi menerima beban berlebih sehingga

    memunculkan ketidaknyamanan seperti konflik, kriminal, penyakit dan

    memburuknya sanitasi lingkungan.

    Angka urbanisasi yang terjadi di Indonesia mencapai jumlah semakin

     besar setiap tahunnya. Menurut Sitram (2000), urbanisasi yang terjadi di Jakarta

    setiap tahunnya mengalirkan 200 ribu sampai 250 ribu jiwa dari berbagai wilayah,

     belum lagi ditambah dengan aliran penglaju harian yang mencapai 4 094 359

     jiwa. Sementara itu, dalam penelitian yang dilakukan Koyano (2001) sejak tahun

    1971 sampai dengan tahun 1980 penduduk Jakarta bertambah 3,9 persen per tahun

    atau sekitar dua juta jiwa per tahun.

    Setelah Indonesia mengalami krisis perekonomian pada tahun 1998, secara

     bertahap Indonesia telah berhasil mengembalikan kondisi perekonomian dari

     pertumbuhan negatif ke pertumbuhan positif. Berdasarkan data pada Tabel 1,

    sektor pertanian menyumbang PDB Indonesia secara stabil, serta laju

     pertumbuhannya cenderung menunjukkan angka yang cukup besar. Sektor

     pertanian merupakan satu-satunya sektor yang terbukti masih dapat memberikan

    kontribusi pada perekonomian nasional (BPS, 2003).

    Tabel 1. Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000

    Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2001-2006 (Miliar Rupiah)

    Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 20061.Pertanian,Peternakan,Kehutanan dan Perikanan

    233.327,9 238.876,8 240.387,3 247.163,6 253.726,0 261.296,8

    2.Pertambangan dan

    Penggalian162.007,8 161.023,8 167.603,8 160.100,5 165.0854 168.729,9

    3.Industri Pengolahan 406.319,6 453.746,6 441.754,9 469.952,4 491.421,8 514.192,2

    4.Listrik, Gas dan AirBersih

    10.854,8 10.392,0 10.349,8 10.897,6 11.584,1 12.263,6

    5.Bangunan 89.298,9 101.573,5 89.621,8 96.334,4 103.483,7 112.762,2

    6.Perdagangan,Hotel danRestoran

    267.656,1 314.646,7 256.516,6 271.142,2 293.877,2 311.903,5

    7.Pengangkutan dan

    Komunikasi 77.187,6 97.970,3 85.458,4 96.896,7 109.467,1 124.399,6

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    18/138

      18

    8.Keuangan, Persewaan

    dan Jasa Perusahaan135.369,8 154.442,2 140.374,4 151.123,3 161.384,3 170.495,6

    9. Jasa-jasa 142.258,0 145.602,8 145.104,9 152.906,1 160.626,5 170.612,1

    Sumber : Badan Pusat Statistik 2004, 2006

    Friedman dan Douglass (1975) menyarankan suatu bentuk pendekatan

    agropolitan sebagai aktivitas pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah

     perdesaan dengan jumlah penduduk antara 50 ribu sampai 150 ribu jiwa. Salah

    satu ide pendekatan pengembangan perdesaan yang dikemukakan adalah

    mewujudkan kemandirian pembangunan perdesaan yang didasarkan pada potensi

    wilayah desa tersebut. Keterkaitan dengan perekonomian kota harus bisa

    diminimalkan, sehingga terbentuk kemandirian desa dalam pertumbuhan

    ekonominya.

    Agropolitan menjadi relevan diterapkan di Indonesia karena potensi

    wilayah Indonesia yang dominan pada sektor pertanian dan pengelolaan

    sumberdaya alam merupakan mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat

     perdesaan. Perencanaan dan pengambilan keputusan bersifat desentralisasi

    sehingga masyarakat perdesaan mempunyai tanggung jawab penuh terhadap

     perkembangan dan pembangunan daerahnya sendiri. Penerapan konsep tersebut

    diharapkan dapat menghindari adanya pengurasan sumberdaya alam maupun

    sumberdaya manusia dari desa ke kota (backwash effect  dan urban bias).

    Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di

    Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten tersebut terletak pada posisi strategis, potensial

    dan menguntungkan karena terletak pada jalur persimpangan dari berbagai arah,

    yaitu terletak pada jalur yang strategis antara Yogyakarta dan Semarang.

    Topografinya berupa dataran tinggi sehingga cocok untuk pertanian dan

     perkebunan. Sesuai dengan kondisi Kabupaten Magelang yang merupakan

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    19/138

      19

    wilayah agraris, maka pertumbuhan ekonomi Magelang sangat dipengaruhi oleh

    sektor pertanian.

    Berdasarkan pada kondisi geografi, aktivitas penduduk dan lingkungan,

    Kabupaten Magelang menetapkan sektor pertanian, sektor industri berbasis

     pertanian dan sektor pariwisata sebagai tiga sektor unggulan yang disinergikan.

    Sinergi ketiga sektor tersebut melahirkan kegiatan ekonomi berbasis pertanian

    menuju agribisnis yang maju, agrowisata yang menarik dan industri yang

    melibatkan banyak pelaku. Kolaborasi ketiga sektor tersebut mengilhami gerakan

     pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Magelang.

    1.2. Perumusan Masalah

    Kabupaten Magelang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan

    agropolitan. Menurut Supardiman (2007), agropolitan di Jawa Tengah dimulai

    tahun 2003 di Kabupaten Semarang dan Pemalang dengan penghasilan bawang,

    sayur mayur dan hortikultura lainnya. Setelah itu, agropolitan dikembangkan di

    empat kabupaten lainnya yaitu Magelang, Batang dan Purbalingga dan akan

    menyusul kabupaten lainnya yaitu Karanganyer, Sukoharjo, Boyolali dan Brebes. 

    Penerapan agropolitan di Kabupaten Magelang mulai dilaksanakan tahun

    2003. Pelaksanaan konsep agropolitan di Kabupaten Magelang dibagi kedalam

    empat fase. Fase pertama yaitu kawasan agropolitan Merapi-Merbabu tahun 2003-

    2023, fase kedua adalah kawasan agropolitan Borobudur tahun 2008-2028, fase

    ketiga kawasan agropolitan Sumbing tahun 2011-2031 dan fase keempat

    merupakan gabungan semua kawasan yang dimulai tahun 2014.

    Tujuan pelaksanaan agropolitan di Kabupaten Magelang seperti yang

    disebutkan di masterplan  agropolitan Kabupaten Magelang adalah untuk

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    20/138

      20

    meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan

     pengembangan wilayah; mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis

    yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi; dan

     peningkatan kemandirian kawasan sehingga tidak bergantung pada wilayah pusat

     pertumbuhan. Peningkatan kemandirian kawasan dapat diwujudkan dengan

     peningkatan jumlah fasilitas publik sehingga masyarakat dapat memanfaatkan

    fasilitas-fasilitas tersebut secara optimal sehingga mengurangi ketergantungannya

    dengan wilayah pusat pertumbuhan.

    Menurut Kepala Bidang Usahatani Dinas Pertanian Kabupaten Magelang

    (Soekam, Desember 2007), selama tiga tahun berjalan, gerakan pengembangan

    kawasan agropolitan Merapi-Merbabu telah menunjukkan kinerja yang baik.

     Namun, hal tersebut hanyalah tahap inisiasi dari sebuah wujud berjalannya sistem

    agribisnis. Untuk mewujudkan masyarakat tani kawasan yang benar-benar mampu

    melakukan agribisnis, dalam kawasan yang agropolis dibutuhkan waktu sekitar 15

    tahun, oleh karena itu gerakan agropolitan harus diteruskan.

    Setelah gerakan agropolitan Merapi-Merbabu diterapkan di Kabupaten

    Magelang mulai tahun 2003 sampai tahun 2007, dan mulai penyusunan rencana

     pengembangan agropolitan kawasan Borobudur pada tahun 2008, maka perlu

    strategi yang tepat untuk pengembangan agropolitan kawasan Borobudur.

    Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian adalah sebagai berikut :

    1.  Bagaimana pelaksanaan agropolitan Merapi-Merbabu di Kabupaten

    Magelang sampai tahun 2008?

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    21/138

      21

    2.  Bagaimana pengaruh pelaksanaan agropolitan Merapi-Merbabu terhadap

     pertumbuhan ekonomi di tujuh kawasan agropolitan Kabupaten

    Magelang?

    3.  Bagaimana ketersediaan fasilitas-fasilitas publik di tujuh kawasan

    agropolitan Merapi-Merbabu setelah pelaksanaan agropolitan?

    4.  Bagaimana strategi prioritas pengembangan agropolitan untuk kawasan

    agropolitan Borobudur?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan dilaksanakan penelitian adalah : 

    1.  Mendeskripsikan pelaksanaan agropolitan Merapi-Merbabu di Kabupaten

    Magelang sampai tahun 2008.

    2.  Menganalisis pengaruh pelaksanaan agropolitan Merapi-Merbabu terhadap

     pertumbuhan ekonomi di tujuh kawasan agropolitan Kabupaten Magelang.

    3.  Menganalisis ketersediaan fasilitas-fasilitas publik di tujuh kawasan

    agropolitan Merapi-Merbabu setelah pelaksanaan agropolitan?

    4.  Menganalisis strategi prioritas pengembangan agropolitan untuk kawasan

    agropolitan Borobudur.

    1.4. Kegunaan Penelitian

    Penelitian dapat digunakan sebagai:

    1.  Bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dalam

     pengambilan keputusan, khususnya mengenai kebijakan pengembangan

    agropolitan.

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    22/138

      22

    2.  Informasi bagi pemerintah daerah maupun masyarakat Kabupaten

    Magelang mengenai strategi prioritas pengembangan agropolitan yang

    tepat untuk diterapkan di kawasan Borobudur.

    3.  Informasi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang mengenai

     berhasil atau tidaknya agropolitan yang telah dikembangkan di Kabupaten

    Magelang.

    4.  Sebagai bahan studi untuk pemerintah mengenai permasalahan yang

    dihadapi oleh petani sehingga menumbuhkan pemikiran baru dari

     pemerintah daerah untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Agropolitan

    Berdasarkan Departemen Pertanian (2002), agropolitan berasal dari kata

    agro yang berarti pertanian dan politan yang berarti kota. Agropolitan menurut

    konsep dari Departemen Pertanian adalah kota pertanian yang tumbuh dan

     berkembang yang mampu memacu perkembangan sistem dan usaha agribisnis

    sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan

     pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya.  Menurut kamus istilah penataan

    ruang dan pengembangan wilayah (2007), pendekatan agropolitan atau ancangan

    kota tani adalah konsep yg diperkenalkan oleh John Friedman; mengenalkan

    elemen-elemen kehidupan perkotaan pada daerah pertanian untuk merubah

    suasana desa menjadi suasana kota-desa (suasana perkotaan di tengah-tengah

    daerah pertanian); kepadatan efektif penduduk adalah 200 jiwa per km2  dan

    mempunyai cukup kewenangan otonomi dan kemampuan sumber daya ekonomi

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    23/138

      23

    sendiri untuk menyelenggarakan pembangunan kotanya. Untuk  menghadapi arus

    urbanisasi yang begitu cepat khususnya di wilayah Asia, salah satu strategi

     pembangunan perkotaan yang patut diperhatikan ialah menggunakan ancangan

    kota tani bagi daerah-daerah perdesaan yang terpilih (secara selektif).

    Menurut Rustiadi dan Pranoto (2007), agropolitan adalah : (1) suatu model

     pembangunan yang mengandalkan desentralisasi, mengandalkan pembangunan

    infrastruktur setara kota di wilayah perdesaan, sehingga mendorong urbanisasi

    (peng-kotaan dalam arti positif); (2) bisa menanggulangi dampak negatif

     pembangunan seperti migrasi desa-kota yang tidak terkendali, polusi, kemacetan

    lalu lintas, pengkumuhan kota, kehancuran massif  sumberdaya alam, pemiskinan

    desa, dan lain-lain. 

    2.2. Pengertian Kawasan Agropolitan

    Kawasan agropolitan menurut Rustiadi dan Pranoto (2007) merupakan

    kawasan perdesaan yang secara fungsional merupakan kawasan dengan kegiatan

    utama adalah sektor pertanian. Departemen Pertanian (2002), kawasan agropolitan

    adalah kawasan agribisnis yang memiliki fasilitas perkotaan. Kawasan agropolitan

    terdiri dari kota pertanian dan desa-desa sentra produksi pertanian yang ada di

    sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi

     pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang

    ada. Berdasarkan www.baritokuala.go.id  (2003), kawasan agropolitan adalah

    kawasan terpilih dari kawasan agribisnis atau sentra produksi pertanian terpilih

    dimana pada kawasan tersebut terdapat kota pertanian (agropolis) yang

    merupakan pusat pelayanan agribisnis yang melayani, mendorong dan memacu

     pembangunan pertanian kawasan dan wilayah-wilayah sekitarnya. Lokasi

    http://www.baritokuala.go.id/http://www.baritokuala.go.id/

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    24/138

      24

    kawasan agropolitan adalah kawasan agribisnis terpilih (sentra produksi

     pertanian) yang memiliki komoditi unggulan (spesifik lokasi) yang merupakan

    sumber pendapatan sebagian besar masyarakat. Terdapat empat prinsip yang

    diterapkan pada kawasan agropolitan, yaitu :

    1. Prinsip kerakyatan, pembangunan diutamakan bagi sebesar-besarnya

    kesejahteraan rakyat banyak, bukan kesejahteraan orang per orang atau

    kelompok, berdasarkan prinsip keadilan.

    2. Prinsip swadaya, bimbingan dan dukungan kemudahan (fasilitas) yang

    diberikan haruslah mampu menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian,

     bukan menumbuhkan ketergantungan.

    3. Prinsip kemitraan, memperlakukan pelaku agribisnis sebagai mitra kerja

     pembangunan yang berperan serta dalam seluruh proses pengambilan

    keputusan akan menjadikan mereka sebagai pelaku dan mitra kerja yang aktif

    dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.

    4. Prinsip bertahap dan berkelanjutan, pembangunan dilaksanakan sesuai dengan

     potensi dan kemampuan masyarakat setempat serta memperhatikan kelestarian

    lingkungan.

    Menurut Rivai seperti yang dikutip oleh Rahmawati (2005), suatu kawasan

    agropolitan yang sudah berkembang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    1. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari

    kegiatan pertanian (agribisnis).

    2. Kegiatan di kawasan tersebut sebagian besar didominasi oleh kegiatan

     pertanian atau agribisnis, termasuk di dalamnya usaha industri (pengolahan)

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    25/138

      25

     pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk pertanian dan

     permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan.

    3. Hubungan antara kota dan daerah-daerah hinterland   di sekitar kawasan

    agropolitan bersifat interpendensi atau timbal balik yang harmonis dan saling

    membutuhkan dimana kawasan pertanian mengembangkan usaha budidaya (on

     farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm), sebaliknya kota

    menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan agribisnis

    seperti penyediaan sarana pertanian, modal, teknologi, informasi pengolahan

    hasil dan penampungan (pemasaran) hasil produksi/produk pertanian.

    4. Kehidupan masyarakat di kawasan agropolitan mirip dengan suasana kota

    karena keadaan sarana kawasan agropolitan yang tidak jauh berbeda dengan di

    kota.

    2.3. Konsep Pengembangan Agropolitan

    Pengembangan kawasan agropolitan menurut Departemen Pertanian

    (2002), adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis,

    yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan menyinergikan berbagai potensi

    yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang

     berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang

    digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Pengembangan

    agropolitan pertama kali diperkenalkan Friedman dan Mc. Douglas (1974) sebagai

    suatu siasat untuk percepatan pembangunan perdesaan. Yang terkait dengan

     pengembangan agropolitan adalah pembangunan dalam arti luas, seperti

    redistribusi tanah, kesesuaian lahan, mendesain tata guna lahan dan pembangunan

    sarana dan prasarana. Dalam www.baritokuala.go.id  (2003), gerakan

    http://www.baritokuala.go.id/http://www.baritokuala.go.id/

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    26/138

      26

     pengembangan kawasan agropolitan merupakan gerakan membangun ekonomi

     berbasis pertanian di kawasan agribisnis (kawasan sentra produksi pertanian)

    terpilih yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan menyinergikan dan

    mengelola berbagai potensi untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha

    agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan

    terdesentralisasi yang digerakkan dan difasilitasi oleh pemerintah terutama

     pemerintah daerah. Salah satu persyaratan pokok dalam mengembangkan suatu

    kawasan agropolitan adalah komitmen yang kuat dari pemerintah daerah dan salah

    satu wujudnya dengan memiliki masterplan  agropolitan atau rencana

     pengembangan kawasan.  Masterplan  dapat disusun untuk kurun waktu tertentu,

     biasanya lima sampai sepuluh tahun tergantung dari kepentingan dan kondisi

    masing-masing daerah.  Masterplan  harus merupakan bagian dari pembangunan

    wilayah di kabupaten dan penyusunannya harus melibatkan masyarakat, praktisi

    dan pakar setempat.

    2.4. Studi Terdahulu

    Penelitian mengenai strategi pengembangan agropolitan dan pengaruh

    kondisi tertentu terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah telah banyak dilakukan.

    Penelitian tentang pengembangan agropolitan juga pernah dilakukan di Kabupaten

    Magelang. Hal ini dapat diketahui melalui beberapa penelitian terdahulu yang

    disajikan pada Tabel 2, 3  dan 4. Namun pada penelitian ini terdapat beberapa

     perbedaan dan persamaan dari penelitian-penelitian sebelumnya.

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah

    dalam penelitian ini strategi pengembangan agropolitan yang dianalisis adalah

    untuk strategi pengembangan kawasan agropolitan di wilayah baru yang akan

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    27/138

      27

    dimulai. Penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak melakukan analisis

    strategi pengembangan suatu kebijakan untuk kebijakan yang sudah terlaksana

    atau sudah berjalan. Perbedaan selanjutnya adalah pada penelitian ini, kawasan

    yang menjadi lokasi penelitian adalah semua kawasan agropolitan di Kabupaten

    Magelang. Penelitian sebelumnya lebih banyak difokuskan pada beberapa

    kawasan saja dalam satu Kabupaten atau Kotamadya.

    Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu

     penggunaan alat analisis untuk menguji pendapat responden dan tingkat

     pertumbuhan ekonomi wilayah. Berdasarkan perbedaan dan persamaan inilah,

     penelitian ini dilakukan untuk mencari strategi pengembangan agropolitan yang

    tepat supaya terwujud kawasan agropolitan yang maju untuk kawasan baru yang

    akan dimulai (kawasan agropolitan Borobudur). Melalui identifikasi kelebihan

    dan kekurangan penerapan agropolitan pada kawasan yang sudah diterapkan

    agropolitan (kawasan agropolitan Merapi-Merbabu) sehingga secara keseluruhan

    dapat terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat

    Kabupaten Magelang.

    2.4.1. Studi Mengenai Agropolitan

    Tabel 2  menunjukkan bahwa pada penelitian-penelitian sebelumnya,

     perkembangan agropolitan di masing-masing wilayah berbeda-beda sesuai dengan

    kondisi fisik dan lingkungan wilayah.

    Tabel 2. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Mengenai Agropolitan 

    No NamaTempat

    PenelitianAnalisis Ringkasan Hasil Penelitian

    1Setiawati

    (2004)

    KecamatanSeluas

    KabupatenBengkayang

    Kalimantan Barat

    Regresilogistik

    Prasyarat untuk mewujudkan agropolitanterdiri dari prasyarat ekonomi yaitu

     perbaikan struktur komunitas lokal yangterdiri dari modal finansial dan prasyarat

    ekologis yaitu partisipasi masyarakat

    dalam perbaikan lingkungan.

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    28/138

      28

    2Rahmawati

    (2005)

    Kecamatan Pakis,KecamatanGrabak dan

    KecamatanSawangan

    KabupatenMagelang

    Jawa Tengah 

    Deskriptif

    Fungsi sistem agroindustri diKecamatan Grabak, sistem agrowisatadi Kecamatan Sawangan dan sistem

    agribisnis di Kecamatan Pakis belum berjalan baik. Namun pemerintah terus

    melakukan pembangunan untukmengembangkan agropolitan pada

    kawasan-kawasan tersebut.

    2.4.2. Studi Mengenai Pertumbuhan Ekonomi

    Tabel 3 menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi di beberapa wilayah

    yang diakibatkan oleh suatu aktivitas tertentu dan pengaruh suatu sektor tertentu

    terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah.

    Tabel 3. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Mengenai Pertumbuhan

    Ekonomi di Beberapa Wilayah

    No NamaTempat

    PenelitianAnalisis Ringkasan Hasil Penelitian

    1Hermawati

    (2007)Propinsi

    Sumatera Selatanshift share

    Rata-rata pertumbuhan total PDRB danlaju pertumbuhan ekonomi sektoral

    Propinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan pada periode setelah

     pemekaran wilayah.

    2Mahardini

    (2006)

    Propinsi Jawa

    Baratshift share

    Pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa

    Barat mengalami peningkatan setelah pemekaran wilayah. Kontribusi PDRB

     per sektor tertinggi setelah pemekaranwilayah dimiliki sektor utilitas.

    3 Wahyuni(2007)

    Kota Tangerang shift share

    Pada masa otonomi daerah sektorkeuangan, persewaan dan jasa

     perusahaan serta sektor pengangkutandan komunikasi merupakan sektor yangmempengaruhi laju pertumbuhan

    ekonomi Kota Tangerang.

    4Farida

    (2006)

    Kabupaten

    KendalPropinsi Jawa

    Tengah

    LQ

    Sektor perikanan dan kelautanmerupakan sektor basis dalam

     perekonomian wilayah KabupatenKendal sehingga mampu menciptakan

    kesempatan kerja untuk memenuhikebutuhan pasar di dalam maupun luar

    wilayah.

    5 Oktaviani(2007) KabupatenKuningan shift share Sektor industri pengolahan; sektor pengangkutan dan komunikasi dan

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    29/138

      29

    sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mempunyai potensi untukdikembangkan karena masing-masingsektor mempunyai laju pertumbuhanyang cepat ( progresif ) dan daya saing

    yang tinggi.

    2.4.3. Studi Penyebaran Fasilitas Publik

    Penelitian mengenai penyebaran fasilitas publik telah dilakukan oleh Cipta

    (2007) di Kabupaten Cilacap. Metode analisis yang digunakan adalah model

    analisis skalogram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecamatan yang

    memiliki fasilitas paling lengkap adalah Kecamatan Cilacap Selatan diikuti oleh

    Kecamatan Kesugihan, Kecamatan Majenang, Kecamatan Kroya dan Kecamatan

    Cilacap Tengah.

    2.4.4. Studi Mengenai Strategi Pengembangan Wilayah

    Tabel 4 menunjukkan berbagai strategi pengembangan wilayah yang

     berbeda-beda di masing-masing wilayah serta prioritas strategi yang sesuai untuk

     pengembangan wilayah tersebut.

    Tabel 4. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Mengenai Strategi

    Pengembangan Wilayah

    No NamaTempat

    PenelitianAnalisis Ringkasa hasil Penelitian

    1 Rahmawati(2005)

    KecamatanPakis,

    Kecamatan

    Grabak danKecamatanSawanganKabupaten

    Magelang, Jawa

    Tengah

    AHP

    Strategi utama pengembanganagropolitan wilayah Merapi-Merbabu

    Kabupaten Magelang adalah penguatandaya saing produk (0.750) dengan

     penggunaan teknologi tepat guna(0.345), investasi yang kondusif (0.345),kelengkapan sarana dan prasarana

    (0.251), menjadi tuan rumah yang baik(0.078) serta melayani dan memberikan

    kenyamanan tinggal (0.078)

    2Surbakti

    (2005)

    KecamatanSumur Taman

     Nasional Ujung

    Kulon

    AHP

    Pendapat stakeholder mengenai pengelolaan dan pengembangan di desa-

    desa pesisir Kecamatan Sumur Taman

     Nasional Ujung Kulon, aspek yangmenjadi prioritas utama adalah aspekekonomi (0.636), sedangkan prioritas

     pemanfaatan pembangunan wilayahstakeholders memprioritaskan untuk

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    30/138

      30

     perikanan (0.306), pariwisata (0.236),industri (0.198), pemukiman (0.120) dan

     perhubungan (0.014)

    3Setyawan

    (2007)Kabupaten Pati AHP

    Stakeholders Kabupaten Pati memiliih

    sektor perikanan sebagai sektor prioritas pertama (0.2977) dalam pembangunandan pengelolaan wilayah pesisir yangdititik beratkan pada aspek ekonomi(0.3984)melalui program utamanya

    yaitu optimalisasi pemanfaatansumberdaya alam (0.1275)

    BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

    3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

    3.1.1. Terbentuknya Konsep Agropolitan

    3.1.1.1. Permasalahan Perdesaan

    Secara formal, desa didefinisikan dalam Undang Undang Nomor 32 tahun

    2004 tentang pemerintahan daerah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang

    memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

    kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang

    diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

    Indonesia. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang

    mendefinisikan kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan

    utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi

    kawasan pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

    Menurut Rustiadi dan Pranoto (2007), ada beberapa hal yang

    menyebabkan sulitnya perdesaan menyejajarkan posisinya dengan perkotaan

    antara lain akibat : (1) kualitas sumberdaya manusia, dan (2) kualitas dan

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    31/138

      31

    ketersediaan infrastruktur. Kondisi riil di lapangan memperlihatkan secara jelas

     perbedaan desa dengan kota. Desa lebih dikenal sebagai wilayah yang masih

    memiliki sumberdaya dan potensi alam yang besar tetapi sumberdaya manusia

    yang relatif masih terbelakang. Perkotaan cenderung bersifat kaya teknologi,

    tersedia bermacam-macam fasilitas dan kegiatan ekonomi dengan sumberdaya

    manusia yang lebih maju daripada keadaan di perdesaan. Kondisi tersebut

    menyebabkan ketimpangan yang semakin lama semakin besar seiring dengan

     pertumbuhan penduduk.

    Lipton dalam Rustiadi dan Pranoto (2007) menyatakan bahwa meskipun

    secara historis negara-negara di Asia mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi

    yang tinggi, tetapi sebagian ( proportion) dari masyarakat perdesaan masih banyak

    yang hidup di bawah garis kemiskinan yang jumlahnya tidak banyak berkurang.

    Kemudian secara umum dapat disimpulkan bahwa di dalam perekonomian telah

    terjadi misalokasi sumberdaya antara kawasan perkotaan dan wilayah perdesaan

    yang disebut sebagai urban biased . Walaupun jumlah penduduk perdesaan lebih

     banyak dibandingkan jumlah penduduk perkotaan, tetapi bentuk permukiman

     penduduk lebih tersebar, lebih miskin, tidak berpikiran inovatif dan kurang

    terorganisasi dengan baik dibanding dengan penduduk kota. Akibatnya terjadi

     bias dalam alokasi sumberdaya yang tercermin dalam kepincangan antara wilayah

     perdesaan dengan perkotaan yang secara ekonomi tidak efisien.

    3.1.1.2. Permasalahan Perkotaan

    Dalam Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang

    disebutkan bahwa perkotaan atau kawasan perkotaan adalah wilayah yang

    mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    32/138

      32

    sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

     pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Tenaga kerja dari

     perdesaan, karena tidak mampu mengelola potensi desa yang dimilikinya akan

     bermigrasi ke kota. Keadaan tersebut juga memperburuk keadaan perekonomian

    di kota. Tenaga kerja dari desa tidak memiliki keterampilan setara dengan tenaga

    kerja perkotaan, cenderung memilih menjadi pekerja serabutan serta

    menimbulkan peningkatan kriminalitas, sanitasi buruk, dan masalah kesehatan

    manusia. Selain itu, migrasi besar-besaran penduduk desa menuju perkotaan

    menyebabkan terkurasnya sumberdaya manusia berkualitas dari desa menuju

     perkotaan. Kondisi tersebut terjadi karena sumberdaya manusia berkualitas tidak

    dapat mengekspresikan kemampuan yang dimiliki terkait dengan terbatasnya

    sarana dan prasarana di perdesaan.

    Menurut Rahardjo (1985) berdasarkan penelitian PBB, faktor-faktor yang

    mempengaruhi perpindahan penduduk desa ke perkotaan adalah tingkat

     pendapatan perorangan meningkat, pertambahan pendapatan cenderung

    dibelanjakan terutama untuk barang-barang bukan pertanian, produksi dan

    konsumsi lebih berdayaguna di perkotaan. Karseno dan Reksohadiprodjo (1981)

    menyebutkan berbagai masalah kota yang muncul akibat penduduk yang terlalu

     padat antara lain berakibat negatif pada lingkungan hidup, penduduk yang tidak

     berkesempatan kerja yang akhirnya meningkatkan kemiskinan, kejahatan, dan

    sebagainya.

    3.1.2. Agropolitan Sebagai Strategi Pengembangan Wilayah

    Menurut Rustiadi (2006), pengembangan wilayah merupakan proses

    “memanusiakan manusia”. Pengembangan wilayah memiliki makna yang hampir

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    33/138

      33

    sama dengan pembangunan wilayah atau upaya yang sistematik dan

     berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai

    alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap masyarakat. Pengembangan

    wilayah lebih ditekankan pada pemberdayaan, kedaerahan atau kewilayahan dan

    lokalitas. Pengertian lain dari pengembangan wilayah merupakan suatu kegiatan

    yang tidak dimulai dari awal tetapi meningkatkan kuantitas atau kualitas dari

    sesuatu yang sudah ada.

    Soenarno (2007) menyatakan bahwa pengembangan agropolitan menjadi

    sangat penting dilakukan dalam konteks pengembangan wilayah karena (1)

    kawasan dan sektor yang ditetapkan untuk pengembangan agropolitan merupakan

    keunikan lokal masing-masing kawasan, (2) pengembangan kawasan agropolitan

    meningkatkan pemerataan, (3) keberlanjutan pengembangan kawasan dan sektor

    menjadi lebih pasti karena sektor yang dipilih mempunyai keunggulan kompetitif

    dan komparatif dibandingkan dengan sektor lainnya, (4) penetapan sistem pusat

    agropolitan terkait dengan sistem nasional, propinsi dan kabupaten.

    3.1.3. Sistem dalam Agropolitan

    3.1.3.1. Sistem Agribisnis

    Menurut Soekartawi (2003) konsep agribisnis adalah suatu konsep yang

    utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain

    yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Konsep agribisnis menurut Arsyat

    (1985) adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau

    keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada

    hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    34/138

      34

      Secara tradisional, pertanian di Indonesia hanya dianggap sebagai kegiatan

     bercocok tanam saja. Kegiatan pertanian lebih berorientasi kepada peningkatan

     produksi komoditi primer dan kurang memberi kesempatan untuk memikirkan

     perkembangan produk hilir. Dari sisi kebijakan, pembangunan pertanian

    cenderung terlepas dari pembangunan sektor lain, kebijakan di bidang pertanian

    tidak selalu diikuti oleh kebijakan pendukung lain secara sinergis. Akhir

    dasawarsa 1950-an muncul konsep agribisnis yang mencoba melihat pertanian

    sebagai sebuah sistem yang lebih kompleks. David dan Goldberg dalam 

    Jiaravanon (2007) mendefinisikan agribisnis sebagai kesatuan kegiatan yang

    meliputi industri dan distribusi sarana produksi pertanian, kegiatan budidaya

    tanaman dan ternak, dan penanganan pasca panen (penyimpanan, pemrosesan dan

     pemasaran komoditi).

    Dalam masterplan  kawasan agropolitan Merapi-Merbabu Kabupaten

    Magelang (2002) disebutkan bahwa sistem agribisnis merupakan suatu sistem

    kegiatan usaha dibidang pertanian yang bernuansa dagang (business), yang

     pelakunya paling tidak terdiri dari (1) sub sistem penyediaan prasarana, sarana

    dan teknologi usahatani, (2) subsistem produksi usahatani, (3) subsistem

     pengolahan hasil (agroindustri), (4) subsistem pasar dan (5) subsistem penunjang.

    Kelima subsistem tersebut tidak dapat saling mengganti tetapi saling tergantung

    satu sama lain.

    3.1.3.2. Sistem Agroindustri

    Dalam masterplan  kawasan agropolitan Merapi-Merbabu Kabupaten

    Magelang (2002) disebutkan bahwa sistem agroindustri pada dasarnya merupakan

     perpaduan antara dua hal yaitu pertanian dan industri. Keterkaitan antara kedua

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    35/138

      35

    hal tersebut yang kemudian menjadi sistem pertanian dengan basis industri yang

    selanjutnya dinamakan agroindustri. Industri yang dikembangkan adalah industri

    yang terkait dengan pertanian terutama pada sisi penanganan pasca panen.

    Sajise dalam Soekartawi (2000), menerangkan bahwa agroindustri adalah

    fase pertumbuhan setelah pembangunan pertanian tetapi sebelum pembangunan

    tersebut memulai ke tahapan pembangunan industri. Selain itu, ahli yang lain

    Soeharjo, Soekartawi dan Badan Agribisnis Departemen Pertanian dalam 

    Soekartawi 2000 menyebutkan bahwa agroindustri adalah pengolahan hasil

     pertanian dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem

    agribisnis yang disepakati selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana produksi

    dan peralatan, usahatani, pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, sarana dan

     pembinaan.

    3.1.3.3. Sistem Agrowisata

    Dalam pasal 1 ayat 5 Surat Keputusan Bersama Menparpostel dan Menteri

    Pertanian No. KM. 47PW.004/MPPT/1989 dan No. 204/KPTS/HK050/4/1989

    seperti dikutip oleh Rahmawati (2005), tentang koordinasi pengembangan

    agrowisata mendefinisikan agrowisata sebagai suatu bentuk kegiatan wisata yang

    memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan memperluas

     pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang agro.

    Pengembangan agrowisata di setiap lokasi merupakan pengembangan

    yang terpadu antara pengembangan masyarakat desa, alam terbuka yang khas,

     permukiman desa, budaya dan kegiatan pertanian serta sarana pendukung wisata

    seperti transportasi, akomodasi dan komunikasi. Dalam hubungannya dengan

     pembangunan wilayah kegiatan pariwisata seringkali menyebabkan kebocoran

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    36/138

      36

    wilayah yang disebabkan oleh rendahnya kemampuan sektor lain dalam

    mendukung kebutuhan sektor pariwisata. Untuk itu, usaha yang dilakukan dalam

     pembangunan wilayah adalah memadukan hubungan sektor pariwisata, sektor

     pertanian, sektor transportasi dan sektor industri. Sektor pertanian harus mampu

     berkembang baik sebagai penyedia bahan pangan maupun sebagai alternatif

    obyek wisata yang bernuansa alam dan sosial budaya yang unik. Dalam hal ini

    maka sektor pertanian diharapkan dapat menyediakan produk-produk yang

     berkualitas untuk memenuhi keperluan para wisatawan.

    3.1.4. Strategi Pembangunan Agropolitan

    Dalam karyanya, Rustiadi dan Hadi (2007) menyebutkan pada prinsipnya

    strategi pembangunan agropolitan adalah mendorong kegiatan sektor pertanian

    dan sektor komplemennya di wilayah perdesaan melalui pembangunan

    agropolitan (kota kecil di lingkungan pertanian) atau mikropolitan (kota

    menengah-kecil) atau merupakan pembangunan pusat-pusat pelayanan pada kota-

    kota kecil yang diberikan beberapa perlengkapan infrastruktur fasilitas publik

     perkotaan. Fasilitas publik tersebut antara lain seperti air bersih, tenaga listrik,

     pusat pasar, pusat hiburan (amenities), lembaga perbankan dan keuangan, sekolah

    menengah sampai cabang universitas bersama pusat pendidikan dan latihan serta

    terdapat bangunan-bangunan lain, ruang terbuka dan taman, saluran pembuangan

    (sewerage) fasilitas tersebut diperlukan guna mendorong dan mendukung dalam

    mencapai keberhasilan strategi pembangunan pertanian dan ekonomi perdesaan

    yang dapat menyumbang kepada peningkatan kinerja sistem perekonomian

    nasional.

    3.1.5. Pertumbuhan Ekonomi

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    37/138

      37

      Menurut Ohkawa (1983), suatu fase pertumbuhan adalah suatu segmen

    waktu tertentu yang lain dari yang lain dalam pertumbuhan jangka panjang, yang

    ciri-ciri uniknya dapat ditunjukkan dengan indikator-indikator tertentu. Definisi

     pertumbuhan ekonomi (economic growth) suatu negara menurut Prof. Simon

    Kuznets dalam  Solihin (2005) adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang

    dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi

    kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau

    dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian teknologi, institusional

    (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.

    Menurut Solihin (2005), terdapat tiga faktor utama pertumbuhan ekonomi, yaitu :

    1. akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang

    ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia; 2.

     pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja; serta 3. kemajuan teknologi.

    Berdasarkan informasi yang didapat dari id.wikipedia.org, keberhasilan

     pertumbuhan ekonomi lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam

    standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan.

    3.3. Kerangka Pemikiran Operasional

    Pengembangan agropolitan muncul dari permasalahan adanya

    ketimpangan pembangunan wilayah antara perdesaan sebagai pusat kegiatan

     pertanian yang tertinggal dengan kota sebagai pusat kegiatan ekonomi.

    Ketidakseimbangan proses interaksi antara perdesaan dengan kota menyebabkan

    keadaan yang saling memperlemah antara kedua wilayah tersebut. Wilayah

     perdesaan dengan kegiatan utama sektor pertanian mengalami permasalahan

     produktivitas yang stagnan, rendah dan nilai tukar produk menurun akibat

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    38/138

      38

     beberapa permasalahan, disisi lain wilayah perkotaan sebagai tujuan pasar dan

     pusat pertumbuhan menerima beban berlebih (over urbanization)  sehingga

    memunculkan ketidaknyamanan akibat permasalahan-permasalahan sosial

    (konflik, kriminal, dan penyakit) dan lingkungan (pencemaran dan buruknya

    sanitasi lingkungan permukiman).

    Munculnya permasalahan antara wilayah perdesaan dengan perkotaan

    tersebut pada intinya adalah tingginya tekanan pertumbuhan penduduk yang

    mengakibatkan berkurangnya pendapatan tenaga kerja relatif terhadap modal dan

    lahan. Dua sektor yang dianggap mampu menampung perluasan lapangan kerja

    tersebut adalah sektor pertanian dan industri-industri kecil dan menengah serta

     pengelolaan sektor jasa lingkungan di wilayah perdesaan. Wilayah perdesaan

    masih mempunyai banyak potensi yang perlu dikembangkan untuk mengatasi

     permasalahan-permasalahan pembangunan tersebut.

    Salah satu ide pendekatan pengembangan perdesaan adalah mewujudkan

    kemandirian pembangunan perdesaan yang didasarkan pada potensi wilayah desa

    itu sendiri, dimana keterkaitan dengan perekonomian kota harus bisa

    diminimalkan (Rustiadi dan Pranoto, 2007). Konsep agropolitan merupakan salah

    satu konsep pembangunan wilayah yang dikembangkan oleh John Friedman dan

    Mike Douglass tahun 1975 yang menyarankan suatu bentuk pendekatan sebagai

    aktivitas pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah perdesaan dengan jumlah

     penduduk antara 50 ribu sampai 150 ribu orang.

    Sesuai dengan kondisi geografi, aktifitas penduduk dan lingkungannya,

    Kabupaten Magelang menetapkan sektor pertanian, industri berbasis pertanian,

    dan pariwisata sebagai tiga sektor unggulan yang disinergikan. Sinergi ketiga

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    39/138

      39

    sektor tersebut kemudian melahirkan kegiatan ekonomi berbasis pertanian menuju

    agroindustri yang maju, agrowisata yang menarik dan industri wisata yang

    melibatkan banyak pelaku. Gabungan ketiga sektor tersebut menjadi dasar

    gerakan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Magelang.

    Penerapan konsep agropolitan di Kabupaten Magelang mulai dilaksanakan

    tahun 2003. Pelaksanaan konsep agropolitan di Kabupaten Magelang dibagi

    kedalam empat fase. Fase pertama adalah kawasan agropolitan Merapi-Merbabu

    (tahun 2003-2023), fase kedua adalah kawasan agropolitan Borobudur (tahun

    2008-2028), fase ketiga adalah kawasan agropolitan Sumbing (tahun 2011-2031)

    dan fase terakhir merupakan fase gabungan dari semua kawasan (tahun 2014).

    Tujuan pelaksanaan agropolitan seperti yang disebutkan dalam masterplan 

    agropolitan Kabupaten Magelang adalah meningkatkan pendapatan dan

    kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah; mendorong

     berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis

    kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi; peningkatan kemandirian

    kawasan sehingga tidak bergantung pada wilayah pusat pertumbuhan

    Setelah pelaksanaan konsep agropolitan di Kabupaten Magelang dari

    tahun 2003 sampai tahun 2008, penelitian ini akan mendeskripsikan pelaksanaan

    konsep agropolitan di masing-masing wilayah agropolitan. Deskripsi tersebut

    didasarkan pada sektor agribisnis, sektor agroindustri dan sektor agrowisata pada

    masing-masing wilayah. Wilayah yang menjadi cakupan penelitian adalah pada

    tujuh kecamatan agropolitan yaitu Kecamatan Grabak, Pakis, Ngablak, Tegalrejo,

    Candimulyo, Sawangan dan Dukun.

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    40/138

      40

    Menurut Kepala Bidang Usahatani Dinas Pertanian Kabupaten Magelang (

    Soekam, Desember 2007), selama tiga tahun berjalan, gerakan pengembangan

    kawasan agropolitan Merapi-Merbabu telah menunjukkan kinerja yang baik.

    Tetapi hal tersebut hanyalah tahap inisiasi dari sebuah wujud berjalannya sistem

    agribisnis. Untuk mewujudkan masyarakat tani kawasan yang benar-benar mampu

    melakukan agribisnis, dalam kawasan yang agropolis dibutuhkan waktu sekitar 15

    tahun, untuk itu gerakan agropolitan harus diteruskan.

    Melihat keberhasilan pelaksanaan gerakan agropolitan Merapi-Merbabu,

    dalam penelitian ini akan menganalisis seberapa besar pengaruh pelaksanaan

    konsep agropolitan sampai tahun 2006 terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah di

    tujuh kawasan agropolitan Merapi-Merbabu. Analisis tersebut akan dilakukan

    dengan model pendekatan shift share. Variable yang digunakan dalam analisis

    shift share  adalah PDRB semua kecamatan Kabupaten Magelang sebelum

    agropolitan dilaksanakan dan periode pada saat agropolitan dilaksanakan. Selain

    itu, penelitian ini juga menganalisis penyebaran fasilitas publik di tujuh kawasan

    agropolitan Merapi-Merbabu setelah pelaksanaan agropolitan. Metode analisis

    yang digunakan adalah model analisis skalogram.

    Pada tahun 2008, pemerintah Kabupaten Magelang mulai menyusun

    masterplan  pelaksanaan gerakan agropolitan fase 2 yaitu kawasan agropolitan

    Borobudur (tahun 2008-2028). Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis untuk

    menilai prioritas strategi pengembangan agropolitan di kawasan agropolitan

    Borobudur. Penilaian prioritas strategi untuk diterapkan di kawasan agropolitan

    Borobudur melibatkan Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang yang

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    41/138

      41

     berkompeten dalam masalah perencanaan konsep agropolitan. Analisis tersebut

    dilakukan dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP).

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    42/138

    Keterangan :

    Ruang lingkup penelitian

    Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Operasional

    Permasalahan perdesaan Permasalahan p

    Ketimpangan desa-kota

    Agropolitan sebagai strategi pengembangan wilayah

    Pelaksanaan konsep agropolitan di Kabupaten Magelang

    Fase 1 : Kawasan agropolitan Merapi-Merbabu tahun 2003-2023

    Fase 2 : Kawasan agropolitan

    Borobudur tahun 2008-2028

    Fagr

    ta

    Pengaruh pelaksanaankonsep agropolitan

    terhadap pertumbuhanekonomi

    Prioritas strategi pengembangan

    agropolitan kawasan

    agropolitan Borobudur

    Sektor agribisnis Sektor agroindustri Sektor

    Deskripsi pelaksanaan

    agropolitan KabupatenMagelang sampai tahun

    2008

    Ketersediaan fasilitas

     publik setelah pelaksanaan agropolitan

    Analisis shi t share Skalo ram

     Analitical HierarchyProcess

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    43/138

    BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

    4.1. Lokasi Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Magelang. Lokasi penelitian dipilih

    secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Magelang merupakan

    salah satu wilayah agropolitan. Agropolitan di Kabupaten Magelang mulai

    dikembangkan pada tahun 2003, karena Kabupaten Magelang mempunyai potensi

    yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi wilayah agropolitan.

    4.2. Jenis dan Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

    sekunder. Data primer diperoleh dan dikumpulkan langsung dari responden dan

    informan kunci di lapangan melalui penyebaran kuisioner dan wawancara.

    Wawancara yang dilakukan mencakup respon responden mengenai gambaran

     pelaksanaan agropolitan di tujuh kawasan agropolitan Kabupaten Magelang.

    Respon yang dimaksud mencakup pada sektor agribisnis, agroindustri dan

    agrowisata. Strategi pemerintah daerah untuk mengembangkan agropolitan

    kawasan Borobudur diperoleh dengan data primer melalui kuisioner. Kuisioner

    yang digunakan adalah pertanyaan terstruktur yaitu pertanyaan yang dibuat

    sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada

     beberapa alternatif saja ataupun kepada satu jawaban saja. Data sekunder

    diperoleh dari Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat nasional dan

    daerah Kabupaten Magelang, Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kabupaten

    Magelang, pustaka serta instansi terkait yang sesuai dengan penelitian.

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    44/138

      44

    4.3. Metode Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data

    Teknik pemilihan responden dalam wawancara pelaksanaan agropolitan

    Merapi-Merbabu di tujuh kawasan agropolitan dipilih secara  puposive sampling 

    atau pemilihan secara sengaja yang memposisikan responden sebagai aktor dalam

     pelaksanaan agropolitan Merapi-Merbabu. Responden yang dimaksud adalah

    responden yang terlibat langsung atau dianggap mengerti permasalahan yang

    terkait dengan pelaksanaan agropolitan Merapi-Merbabu.

    Selain itu, responden dalam analisis strategi prioritas pengembangan

    agropolitan kawasan Borobudur adalah restricted random sampling yang

    menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu dengan metode cluster sampling.

    Metode cluster sampling  dilakukan dengan cara  purposive sampling  atau

     pemilihan secara sengaja yang memposisikan responden sebagai pihak perencana,

    leader   dan kelompok kerja. Responden yang dipilih adalah orang yang

     berkompeten dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Magelang. Untuk

    keperluan analisis AHP digunakan 9 responden, dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5. Daftar Responden Analisis AHP

    NoInstansi Tujuan Penelitian

    (Responden)

    Jumlah

    (orang)

    1 Perencana Kabupaten Magelang

    •  Badan Perencanaan Daerah 12  Leader pelaksanaan agropolitan Kabupaten Magelang

    •  Dinas Pertanian 1

    •  Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1•  Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 13 Kelompok kerja pelaksanaan agropolitan Kabupaten Magelang

    •  Dinas Pertanian 1•  Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1•  Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 1•  Pemerintah Kecamatan Borobudur 2

    Total Responden 9

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    45/138

      45

    4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data 

    Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan

    kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif dari data yang diperoleh

    untuk mengetahui pelaksanaan agropolitan Merapi-Merbabu dalam sistem

    agribisnis, agroindustri dan agrowisata. Analisis kuantitatif bertujuan untuk

    menganalisis pengaruh pelaksanaan konsep agropolitan terhadap pertumbuhan

    ekonomi di tujuh kawasan agropolitan Kabupaten Magelang, mengetahui

    ketersediaan fasilitas publik di tujuh kawasan agropolitan setelah pelaksanaan

    agropolitan dan mengetahui prioritas strategi pengembangan agropolitan

    Borobudur. Analisis kuantitatif tersebut menggunakan metode analisis shift share 

    dan skalogram yang kemudian diolah dengan software microsoft exell 2003, dan

     Analitic Hierarchy Process (AHP) kemudian diolah dengan bantuan perangkat

    lunak expert choice 2000.  Penyajian secara ringkas mengenai matriks

     pengumpulan data penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    46/138

      46

    Tabel 6. Tujuan Penulisan, Informasi yang Dibutuhkan, Jenis Data dan Alat

    Analisis Penelitian.

    No Tujuan PenelitianInformasi yang

    DibutuhkanSumber Data Metode Analisis

    1 Mendeskripsikan pelaksanaanagropolitan diKabupaten Magelangsampai tahun 2007

    • Pelaksanaankonsep agropolitan

     pada tujuh wilayahagropolitanKabupatenMagelang dalamsistem agribisnis,agroindustri dan

    agrowisatatermasuk kendala-kendala yangdihadapi pada pelaksanaan

    agropolitan padakawasan-kawasantersebut. 

    • Produktivitas produk unggulankawasan

    agropolitan. 

    •  Indikasi program pembangunan

     pemerintah padakawasanagropolitan 

    Data primer :

    Wawancara kepadaresponden yangmenanganiagropolitan, petani, pengrajinagroindustri dan

     pedagang padamasing-masingkawasan.

    Data sekunder :Bappeda, Dinas

    Pertanian, DinasPerindustrian danPerdagangan, DinasPariwisata danKebudayan, BPS,UPT Pertanianmasing-masingkecamatan.

    Analisis deskriptif

    2 Menganalisis pengaruh pelaksanaanagropolitan Merapi-Merbabu terhadap pertumbuhanekonomi Kabupaten

    Magelang

    PDRB perkecamatanKabupatenMagelang 1999-2006

    Data sekunder :BPS KabupatenMagelang, BPS Nasional

    Analisis kuantitatif(shift share)

    3 Menganalisisketersediaan fasilitas publik setelah pelaksanaan

    agropolitan

    Jumlah fasilitas publik perkecamatan diKabupaten

    Magelang

    Data sekunder :BPS KabupatenMagelang, BPS Nasional

    Analisis kuantitatif(skalogram)

    4 Menganalisis strategi

     pengembanganagropolitan untukkawasan agropolitanBorobudur  

    Prioritas strategi

     pengembanganagropolitan kawasanBorobudur

    Data Primer :Wawancara dan pembagiankuisioner kepada 9responden

    Analisis kualitatifdan kuantitatif(AHP)

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    47/138

      47

    4.4.1. Shift Share 

    Menurut Budiharsono (2005), analisis shift share  pertama kali

    diperkenalkan oleh Perloff et all  pada tahun 1960. Analisis shift share  adalah

    salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber

     pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi tenaga kerja

     pada suatu wilayah tertentu. Melalui analisis shift share  dapat diketahui

     bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara

    relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah bertumbuh cepat atau lamban.

    Dalam penelitian ini, analisis shift share digunakan untuk membandingkan

     pertumbuhan sektor-sektor ekonomi per kecamatan Kabupaten Magelang dalam

    dua periode yaitu periode sebelum agropolitan dilaksanakan (1999-2002) dan

     periode pada saat agropolitan dilaksanakan (2003-2006). Variabel yang digunakan

    dalam analisis ini adalah PDRB per kecamatan Kabupaten Magelang.

    Keungulan utama dari analisis shift share  adalah dapat melihat

     perkembangan produksi atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya dengan

    menggunakan dua titik waktu data. Data-data yang digunakan juga mudah

    diperoleh dan relatif tersedia di setiap wilayah. Analisis shift share mempunyai

     banyak kegunaan, diantaranya adalah untuk melihat :

    1.  Perkembangan sektor perekonomian di suatu wilayah terhadap

     perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas.

    2.  Perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara

    relatif dengan sektor-sektor lainnya.

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    48/138

      48

    3.  Perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya,

    sehingga dapat dibandingkan besarnya aktivitas suatu sektor pada wilayah

    tertentu dan pertumbuhan antar wilayah.

    4.  Perbandingan laju sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan

    laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya.

    Terdapat tiga komponen utama dalam analisis shift share yaitu komponen

    national share, komponen proportional shift dan komponen differential shift .

    a. Komponen Pertumbuhan Nasional ( National share)

    Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan produksi atau

    kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi atau

    kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan

    dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah.

    )0(

    )0(

    )1(1

    t ij

    t  X 

     X 

     X 

     ⎠

     ⎞

    ⎝ 

    ⎛ −

    K

    K

     

     b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (Proportional shift component )

    Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor

    dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah,

     perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan

     price support ) serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

    )0(

    )0(

    )1(

    )0(

    )1(

    t ij

    t i

    t i X 

     X 

     X 

     X 

     X 

    ⎟⎟

     ⎠

     ⎞

    ⎜⎜

    ⎝ 

    ⎛ −

    K

    K

     

    c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah ( Differential shift component )

    Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau

     penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    49/138

      49

    dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah

    dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif,

    akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan

    ekonomi regional pada wilayah tersebut.

    )0(

    )0(

    )1(

    )0(

    )1(

    t ij

    t i

    t i

    t ij

    t ij X 

     X 

     X 

     X 

     X 

    ⎟⎟

     ⎠

     ⎞

    ⎜⎜

    ⎝ 

    ⎛ −  

    Pertumbuhan perekonomian pada setiap sektor dapat diperinci atas

     pengaruh dari national share, proportional shift  dan differential shift .

    ⎟⎟

     ⎠

     ⎞

    ⎜⎜

    ⎝ 

    ⎛ −1

    )0(

    )1(

     X 

     X 

    K

    K

    +⎟⎟

     ⎠

     ⎞

    ⎜⎜

    ⎝ 

    ⎛ −

    )0(

    )1(

    )0(

    )1(

    t i

    t i

    t ij

    t ij

     X 

     X 

     X 

     X +

    ⎟⎟

     ⎠

     ⎞

    ⎜⎜

    ⎝ 

    ⎛ −

    )0(

    )1(

    )0(

    )1(

    t i

    t i

    t ij

    t ij

     X 

     X 

     X 

     X   )0(t ij X   

    Keterangan :

    K X   = Nilai total aktifitas dalam total wilayah

    i X    = Nilai total aktifitas tertentu dalam total wilayah

    ij X    = Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu

    t1  = Titik tahun akhir

    t0  = Titik tahun awal

    Kemampuan teknik analisis shift share  dalam memberikan informasi

    mengenai pertumbuhan di suatu wilayah tidak terlepas dari kelemahan-

    kelemahan. Kelemahan-kelemahan analisis shift share antara lain adalah :

    1.  Persamaan shift share  hanyalah identity equation  dan tidak mempunyai

    implikasi-implikasi keperilakuan. Metode shift share tidak untuk menjelaskan

    mengapa, misalnya pengaruh keunggulan kompetitif adalah positif dibeberapa

    wilayah, tetapi negatif di daerah-daerah lain. Metode shift share  merupakan

    teknik pengukuran yang mencerminkan suatu sistem perhitungan semata dan

    tidak analitik.

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    50/138

      50

    2.  Komponen pertumbuhan nasional secara implisit mengemukakan bahwa laju

     pertumbuhan suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju nasional tanpa

    memperhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan wilayah.

    3.  Kedua komponen pertumbuhan wilayah ( proportional shift   dan differential

    shift ) berkaitan dengan hal-hal yang sama seperti perubahan penawaran dan

     permintaan, perubahan teknologi dan perubahan lokasi, sehingga tidak dapat

     berkembang dengan baik.

    4.  Teknik analisis shift share  secara implisit mengambil asumsi bahwa semua

     barang dijual secara nasional, padahal tidak semua demikian.

    Metode Back Casting 

    Metode back casting  digunakan untuk merubah harga konstan PDRB

     berdasarkan laju pertumbuhan. Metode back casting akan merubah harga konstan

    PDRB dengan menggunakan laju pertumbuhan sektor. Metode ini hanya merubah

    harga pasar dari suatu komoditas tanpa merubah kuantitas komoditas. Metode ini

    dirumuskan sebagai berikut :

    PDRB T+1(f) PDRB T(f) = Laju T+1(p)+100(100)

    Keterangan :

    T(f) = Tahun dasar akhir

    T (p) = Tahun dasar awal

    4.4.2. Skalogram

    Metode skalogram dapat digunakan untuk menentukan peringkat

     pemukiman atau wilayah dan kelembagaan atau fasilitas pelayanan. Tahapan

    metode skalogram untuk menyusun hirarki peringkat kecamatan-kecamatan dalam

    suatu kabupaten adalah sebagai berikut :

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    51/138

      51

    1.  Kecamatan-kecamatan disusun urutannya berdasarkan peringkat jumlah

     penduduk

    2.  Kecamatan-kecamatan tersebut disusun urutannya berdasarkan jumlah jenis

    fasilitas tersebut.

    3.  Fasilitas-fasilitas disusun urutannya berdasarkan jumlah wilayah yang

    memiliki jenis fasilitas tersebut.

    4.  Peringkat jenis fasilitas disusun urutannya berdasarkan jumlah total unit

    fasilitas.

    5.  Peringkat kecamatan disusun urutannya berdasarkan jumlah total fasilitas yang

    dimiliki oleh masing-masing wilayah tersebut.

    Metode skalogram mempunyai beberapa kelebihan (Budiharsono, 2001), antara

    lain :

    1.  Memperlihatkan dasar diantara jumlah penduduk dan tersedianya fasilitas

     pelayanan.

    2.  Secara cepat dapat mengorganisasikan data dan mengenal wilayah.

    3.  Membandingkan permukiman-permukiman dan wilayah-wilayah berdasarkan

    ketersediaan fasilitas pelayanan.

    4.  Memperlihatkan hirarki pemukiman atau wilayah.

    5.  Secara potensial dapat digunakan untuk merancang fasilitas baru dan

    memantaunya.

    4.4.3. Analitic Hierarchy Process (AHP)

    Proses Hirarki Analitik ( Analitic Hierarchy Process) dikembangkan oleh

    Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk

    mengorganisasikan informasi dan judgement  dalam memilih alternatif yang paling

  • 8/18/2019 Agropolitan skripsi

    52/138

      52

    disukai (Marimin, 2004). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan

    dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir sehingga

    memungkinkan dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan

    keputusannya.

    Analisis ini berguna untuk menentukan pengambilan keputusan

     berdasarkan imaginasi, kompetensi dan pengalaman seseorang atau kelompok.

    Menurut Firdaus dan Afendi (2008)  Analitic Hierarchy Process (AHP) adalah

    struktur teknik yang digunakan untuk memperkirakan keputusan yang kompleks.

    Metode analisis data yang digunakan adalah menggunakan  Analitic Hierarchy

    Process (AHP) yaitu suatu pendekatan yang digunakan berdasarkan analisis

    kebijakan yang bertujuan untuk memecahkan konflik yang terjadi sehingga

    mendapatkan lokasi yang tepat dan optimal bagi pemanfaatan sumberdaya yang

     berkelanjutan (suistinable).

    Menurut Saaty (1993) terdapat tiga prinsip yang digunakan dalam

    memecahkan permasalahan dengan analisis logika eksplisit, yaitu :

    1. Prinsip menyusun hirarki

    Untuk memperoleh pengetahuan secara rinci, realitas yang kompleks

    disusun k