agro ekonomi_2007_faktor penentu permintaan ubikayu

8
 FAKTOR PENENTU PERMINTAAN UBIKAYU INDONESIA DI PASAR DOMESTIK DAN EKSPOR (  Determinant fac tor of Indone sian cassava dem and in domestic and export market) Putri Suci Asriani 1) , Dwidjono Hadi Darwanto 2) , Sri Widodo 3) 1) Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Jalan Raya Kandang Limun Bengkulu. E-mail: [email protected] 2), 3) Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur Yogyakarta. Abstract  Potencia l factor of cassava marketing in Indonesia was be depicted by demand factor  showed by regression estimation output. This research aims to analyze factors influencing the demand of Indonesian cassava in domestic and export market. Generally, Indonesian primary domestic consumption is fresh cassava, cassava flour, glucose, and dextrose; while secondary domestic consumption is dried cassava. In the export market, cassava can be classified as  superior goods with elastic price of demand and it has positive trend of export. Primary  Indonesian cassava export is dried cassava, while secondary export are fresh cassava and cassava flour. The data used was secondary data that is time series data of 1961-2004, and anal yzed using demand mod el. Based on resu lt of the demand analysis, the develop ment  strategy of cassava in Indonesia is mostly to achieve domestic market, either as food in the  form of fresh cassava and for industrial need as tapioka flour (cassava starch). Export market of cassava mostly in the form of fresh cassava and cassava flour, for industrial need in the  form of cassava and tapioka flour, and for mixture materials of animal feed livestock in the  form o f dried cassava .  Key wo rds: cassava, demand, d omestic m arket, expo rt market PENDAHULUAN Ubikayu (  Maniho t esculenta Cra ntz) mer upak an sal ah sat u komodi tas eks por yang  bersum ber dari subs ektor tanaman pangan dan memiliki potens i untuk dikemban gkan. Dalam lima tahun terakhir produksi ubikayu Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2002 produksinya sebesar 16,91 juta ton, sedangkan pada tahun 2003 menjadi 18,52 juta ton atau meningkat seb esa r 9,5 2% dan target pad a tahu n 200 4 seb esar 19, 25 jut a ton atau men ing kat 3,9 2% dibandingkan tahun 2003 (Faostat, 2006). Indon esia merupakan produsen ubikay u keempa t terbesar di dunia setelah Nigeria, Brazil dan Thailand. Share produksi ubikayu segar Indonesia sebesar 9,44% dari total produksi dunia sebesar 174,3 juta ton. Sekitar 85% dari 18,5 juta ton produksi ubikayu nasional dapat diserap oleh industri dan konsumsi dalam negeri, sedangkan 15% sisanya diekspor dalam  bentuk tepung dan gaplek (Soba, 2004). Secara kultur teknis, tanaman ubikayu dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, tahan terhadap kekeringan dan mempunyai waktu panen sepanjang tahun. Walaupun demikian  berdas arkan database pemasaran internasional ubikayu Deptan RI (2005), diketahui bahwa upaya perluasan areal panen komoditas belum mendapatkan respon yang positif, bahkan rata- rata negatif 0,29% per tahu n, dan menurut Da rwanto (199 8) salah satu peny ebabn ya adalah image negatif yang sudah terlanjur melekat. Hal tersebut didukung dengan adanya paradigma yang salah terh ada p agr ibis nis ubi kay u yan g dian gg ap seb aga i usa ha pert ania n kel as dua (  secondary crops ) setelah beras (Saragih, 2003).  Image dan dampak negatif yang melekat pada ubikayu tersebut mampu mengalahkan  potens i besar yang dimiliki nya sebag ai salah satu alternatif sumb erdaya pangan , pakan, 1

Upload: putri-suci-asriani

Post on 18-Jul-2015

137 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Indonesian primary domestic consumption is fresh cassava, cassava flour, glucose, and dextrose; while secondary domestic consumption is dried cassava. In the export market, cassava can be classified as superior goods with elastic price of demand and it has positive trend of export. Primary Indonesian cassava export is dried cassava, while secondary export are fresh cassava and cassava flour.

TRANSCRIPT

5/16/2018 AGRO EKONOMI_2007_Faktor Penentu Permintaan Ubikayu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/agro-ekonomi2007faktor-penentu-permintaan-ubikayu

FAKTOR PENENTU PERMINTAAN UBIKAYU INDONESIADI PASAR DOMESTIK DAN EKSPOR 

( Determinant factor of Indonesian cassava demand in domestic and export market)

Putri Suci Asriani1)

, Dwidjono Hadi Darwanto2)

, Sri Widodo3)

1)Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Jalan RayaKandang Limun Bengkulu. E-mail: [email protected]

2), 3)Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,Bulaksumur Yogyakarta.

Abstract Potencial factor of cassava marketing in Indonesia was be depicted by demand factor 

 showed by regression estimation output. This research aims to analyze factors influencing thedemand of Indonesian cassava in domestic and export market. Generally, Indonesian primarydomestic consumption is fresh cassava, cassava flour, glucose, and dextrose; while secondary

domestic consumption is dried cassava. In the export market, cassava can be classified as superior goods with elastic price of demand and it has positive trend of export. Primary Indonesian cassava export is dried cassava, while secondary export are fresh cassava and cassava flour. The data used was secondary data that is time series data of 1961-2004, and analyzed using demand model. Based on result of the demand analysis, the development 

 strategy of cassava in Indonesia is mostly to achieve domestic market, either as food in the form of fresh cassava and for industrial need as tapioka flour (cassava starch). Export market of cassava mostly in the form of fresh cassava and cassava flour, for industrial need in the

 form of cassava and tapioka flour, and for mixture materials of animal feed livestock in the form of dried cassava.

 Key words: cassava, demand, domestic market, export market 

PENDAHULUAN

Ubikayu ( Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu komoditas ekspor yang bersumber dari subsektor tanaman pangan dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Dalamlima tahun terakhir produksi ubikayu Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2002 produksinyasebesar 16,91 juta ton, sedangkan pada tahun 2003 menjadi 18,52 juta ton atau meningkatsebesar 9,52% dan target pada tahun 2004 sebesar 19,25 juta ton atau meningkat 3,92%dibandingkan tahun 2003 (Faostat, 2006).

Indonesia merupakan produsen ubikayu keempat terbesar di dunia setelah Nigeria,Brazil dan Thailand. Share produksi ubikayu segar Indonesia sebesar 9,44% dari total produksidunia sebesar 174,3 juta ton. Sekitar 85% dari 18,5 juta ton produksi ubikayu nasional dapatdiserap oleh industri dan konsumsi dalam negeri, sedangkan 15% sisanya diekspor dalam

 bentuk tepung dan gaplek (Soba, 2004).Secara kultur teknis, tanaman ubikayu dapat ditanam pada tanah yang kurang subur,

tahan terhadap kekeringan dan mempunyai waktu panen sepanjang tahun. Walaupun demikian berdasarkan database pemasaran internasional ubikayu Deptan RI (2005), diketahui bahwaupaya perluasan areal panen komoditas belum mendapatkan respon yang positif, bahkan rata-rata negatif 0,29% per tahun, dan menurut Darwanto (1998) salah satu penyebabnya adalahimage negatif yang sudah terlanjur melekat. Hal tersebut didukung dengan adanya paradigmayang salah terhadap agribisnis ubikayu yang dianggap sebagai usaha pertanian kelas dua( secondary crops) setelah beras (Saragih, 2003).

 Image dan dampak negatif yang melekat pada ubikayu tersebut mampu mengalahkan potensi besar yang dimilikinya sebagai salah satu alternatif sumberdaya pangan, pakan,

1

5/16/2018 AGRO EKONOMI_2007_Faktor Penentu Permintaan Ubikayu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/agro-ekonomi2007faktor-penentu-permintaan-ubikayu

industri, dan bahan baku energi alternatif. Fenomena ini menggambarkan secara jelas bahwaubikayu memiliki potensi besar dengan berbagai fungsi kegunaannya, namun pemahamantersebut belum dimiliki secara terintegrasi oleh semua pelaku sistem usaha pertanian. Sehingga

 potensi yang ada tidak dapat diberdayakan secara optimal, baik di pasaran ekspor maupundomestik.

Tidak terintegrasinya pemahaman antar pelaku sistem usaha pertanian terhadap potensiubikayu sebagai sumberdaya pangan, pakan, dan industri dalam satu sistem usaha pertanian,salah satunya disebabkan oleh lemahnya sistem informasi yang mampu memberikan gambaransecara ekonomi potensi pemasaran ekspor dan domestik ubikayu di Indonesia. Salah satuinformasi yang diperlukan adalah faktor pendorong pemasaran ubikayu Indonesia yangdigambarkan oleh faktor penentu permintaan ekspor dan domestiknya. Penelitian ini dilakukandengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ubikayuIndonesia di pasar domestik dan ekspor.

CARA PENELITIANPenelitian ini menggunakan metode dasar deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah

data kuantitatif dan kualitatif dengan kategori sumber data sekunder yang berupa data time series (dalam penelitian ini range data yang digunakan adalah dari tahun 1961-2004). Dalam penelitian ini, sumber data sekunder diperoleh dari Faostat, Worlbank, dan IMF. Dataditransfer dan ditabulasikan dalam coding sheet  serta dianalisis pengaruh keterkaitan antar variabelnya melalui analisis grafis maupun alat statistik deskriptif lainnya.

Guna mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pemasaran ubikayu di pasar ekspor dan domestik, dilakukan analisis regresi berganda model permintaan  power functionyang telah memenuhi syarat penerapan penaksir metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Squares = OLS ) dengan menggunakan program pengolah data SPSS 12,0 for windows.

Model permintaan pasar ekspor dan domestik yang meliputi komoditas ubikayu segar (UK), tepung ubikayu (TUK), gaplek (G), tapioka (T), padanan ubikayu (PUK), serta glukosadan dextrosa (GD) adalah sebagai berikut:(1) Model permintaan tapioka dan glukosa_dextrosa untuk pasar domestik berupa model

regresi  power function dengan menggunakan moving average 5. Sedangkan untuk model permintaan ubikayu segar dan padanan ubikayu dilakukan moving average 6  gunamengacak keterkaitan antar error .

(2) Model permintaan ubikayu segar, tepung ubikayu,  gaplek , tapioka, dan glukosa_dextrosauntuk pasar ekspor berupa model regresi  power function dengan menggunakan moving average 5. Sedangkan untuk model permintaan padanan ubikayu dilakukan moving average 4 guna mengacak keterkaitan antar  error . Khusus untuk model permintaankomoditas tepung ubikayu dan gaplek di pasar ekspor ditambahkan faktor harga beras dan

 jagung pada variabel independent nya.

HASIL DAN PEMBAHASANFaktor Penentu Permintaan Ubikayu di Pasar Domestik 

Hasil estimasi faktor penentu permintaan ubikayu di pasar domestik untuk komoditasubikayu segar, tapioka, padanan ubikayu, dan glukosa dextrosa, secara lengkap disajikan padaTabel 1.

Di pasar domestik, ubikayu segar cenderung digolongkan sebagai barang normaldengan kategori kebutuhan pokok, dimana setiap terjadi peningkatan pendapatan per kapitaIndonesia sebesar 1% maka permintaan ubikayu segar di pasar domestik akan naik sebesar 0,044%. Sebagai barang kebutuhan pokok, ubikayu segar dapat berfungsi saling menggantikan(substitusi) dengan gaplek dan tapioka. Kondisi tersebut di atas menggambarkan bahwa trend konsumsi ubikayu segar yang positif dan dengan diikuti pengembangan teknologi pengolahan

 produk berbasis ubikayu mampu meningkatkan  preferensi konsumen sehingga kuantitas permintaan ubikayu segar meningkat.

2

5/16/2018 AGRO EKONOMI_2007_Faktor Penentu Permintaan Ubikayu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/agro-ekonomi2007faktor-penentu-permintaan-ubikayu

Tabel 1. Faktor Penentu Permintaan Ubikayu Indonesia di Pasar Domestik 

 Indikator Potensi Komoditas

UbikayuSegar

Tapioka PadananUbikayu

Glukosa &Dextrosa

Elastisitas harga sendiri (ε11) -0,024(inelastis)

ns*) -4,235(elastis)

-3,189(elastis)

Elastisitas harga silang (ε12)

• Barang substitusi Gaplek  UK danGD

GD, UK, danTUK 

ns

• Barang komplementer ns PUK danTUK 

Gaplek  UK danGaplek 

Elastisitas pendapatan (η) Barangkebutuhan

 pokok 

 Ns ns Barangkebutuhan

 pokok 

Pengaruh faktor populasi ns Ns ns 7,865

Pengaruh faktor trend konsumsi

1,158 1,836 ns ns

Pengaruh faktor kuantitasekspor 

-0,101 -0,781 ns ns

Pengaruh faktor exchange rate -0,063 Ns 0,567 tda**)

Ket: *) ns: non significant **) tda: tidak dianalisis

Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder (2007)

Permintaan ubikayu segar di pasar domestik bersifat inelastis, artinya kuantitas permintaan ubikayu segar di pasar domestik relatif tidak respon terhadap adanya perubahanharga domestik ubikayu segar tersebut. Namun kuantitas permintaan domestik meningkatsebesar 0,084 kali ketika nilai tukar rupiah atas dolar Amerika cenderung menguat. Hal inimemperkuat pernyataan bahwa ubikayu segar merupakan barang normal, dimana pada saatterjadi peningkatan kesejahteraan dengan menguatnya nilai tukar rupiah atas dolar Amerikamaka kuantitas permintaan domestik atas ubikayu segar meningkat.

Hubungan negatif antara peningkatan permintaan ubikayu segar di pasar ekspor terhadap kuantitas permintaan ubikayu segar di pasar domestik mengindikasikan keseimbanganekspor impor yang terjadi adalah Indonesia cenderung sebagai negara importir ubikayu segar.Ketika terjadi kenaikan 1 ton permintaan ekspor atas ubikayu segar, kuantitas permintaandomestik (yaitu impor) akan turun hanya sebesar 0,139 kali.

Berdasarkan hasil analisis yang tersaji pada Tabel 1, diketahui bahwa faktor perubahanharga tapioka di pasar domestik dan pendapatan nasional Indonesia secara signifikan tidak mempengaruhi permintaan tapioka di pasar domestik, sehingga tidak dapat diidentifikasitingkat elastisitas harga tapioka di pasar domestik atas kuantitas permintaannya dan kategori

 jenis barangnya. Namun demikian dapat dijelaskan bahwa trend  konsumsi tapioka di pasar domestik menunjukkan hubungan yang positif terhadap kuantitas permintaannya, ketika trend konsumsi tapioka di pasar domestik meningkat 1 satuan maka kuantitas permintaan tapioka di

 pasar domestik akan meningkat sebesar 1,836 kali.Dalam pemenuhan kebutuhan pasar domestik, tapioka memiliki hubungan

komplementer dengan padanan ubikayu dan tepung ubikayu. Telah diketahui bahwa padanan

ubikayu merupakan gambaran total ketersediaan bahan baku industri-industri berbasis ubikayutermasuk industri tapioka, sehingga hubungan yang terjadi adalah bersifat saling melengkapi,

3

5/16/2018 AGRO EKONOMI_2007_Faktor Penentu Permintaan Ubikayu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/agro-ekonomi2007faktor-penentu-permintaan-ubikayu

yaitu ketika harga padanan ubikayu di pasar domestik meningkat 1% maka kuantitas permintaan tapioka di pasar domestik akan turun sebesar 2,914%. Sebagai bahan baku industri pangan, tapioka yang merupakan pati ubikayu dan tepung ubikayu yang kaya akan serat akanefektif berfungsi menghasilkan produk pangan berkualitas dengan saling melengkapi, sehinggaketika harga domestik tepung ubikayu meningkat sebesar 1% maka kuantitas permintaan

tapioka di pasar domestik akan turun sebesar 3,736%.Sebagai komoditas perdagangan, di pasar domestik tapioka diorientasikan pada

 pemenuhan kebutuhan pangan dan industri. Dalam pemenuhan kebutuhan pangan dalamnegeri, tapioka berfungsi substitusi dengan ubikayu segar, dimana pada saat harga ubikayusegar naik sebesar 1% maka kuantitas permintaan atas tapioka di pasar domestik akan naik sebesar 2,920%. Kondisi ini dimungkinkan, karena ubikayu segar merupakan produk hasil

 pertanian yang cepat rusak, bulky, dan bersifat musiman, sehingga pada saat harganya naik,konsumen akan beralih ke tapioka sebagai produk hasil olahannya yang lebih tahan lama,

 bentuk dan kemasan lebih praktis, dan dengan harga yang relatif lebih stabil. Sedangkan gunamemenuhi kebutuhan zat pemanis (gula) untuk pasar industri dan juga sebagian kecilkebutuhan rumah tangga, tapioka yang merupakan bahan baku utama industri glukosa dan

dextrosa akan saling mensubstitusi, dimana ketika harga glukosa dan dextrosa meningkatsebesar 1% maka kuantitas permintaan tapioka oleh industri-industri glukosa dan dextrosadomestik akan meningkat sebesar 5,095%.

Pengaruh faktor kuantitas ekspor tapioka terhadap kuantitas permintaan tapioka di pasar domestik menunjukkan hubungan yang negatif, dimana setiap terjadi peningkatan sebesar 1 tonkuantitas ekspor tapioka akan mengakibatkan turunnya permintaan tapioka (atas impor) di

 pasar domestik sebesar 0,781 kali. Hal ini mengindikasikan kemampuan Indonesia dalammemenuhi kebutuhan tapioka dalam negeri semakin meningkat, walaupun masih cenderungsebagai negara importir tapioka.

Permintaan padanan ubikayu di pasar domestik bersifat relatif sangat elastis atas perubahan harga domestik padanan ubikayu, dimana setiap peningkatan harga domestik 

 padanan ubikayu sebesar 1% maka respon permintaannya adalah turun sebesar 4,235%.Komoditas padanan ubikayu memiliki barang komplementer  gaplek , padanan ubikayu yangmerupakan gambaran total dari ketersediaan bahan baku industri berbasis ubikayu memilikihubungan yang saling melengkapi dengan gaplek yang juga merupakan bahan baku utama bagiindustri tepung ubikayu,  pellet , dan berbagai produk hasil industri lainnya. Setiap terjadikenaikan harga domestik  gaplek sebesar 1% maka permintaan atas padanan ubikayu di pasar domestik akan turun sebesar 1,303%.

Glukosa dan dexrosa, ubikayu segar, dan tepung ubikayu merupakan barang substitusi bagi padanan ubikayu di pasar domestik. Glukosa dan dextrosa merupakan substitusi bagi padanan ubikayu dalam fungsinya sebagai bahan baku industri makanan ringan yangmemanfaatkan zat pemanis rendah kalori dari ubikayu, sehingga ketika harga domestik glukosadextrosa naik sebesar 1% maka kuantitas permintaan atas padanan ubikayu di pasar domestik akan meningkat sebesar 1,425%. Sedangkan untuk komoditas ubikayu segar dan tepungubikayu merupakan substitusi bagi padanan ubikayu dalam fungsinya sebagai bahan panganalternatif sumber karbohidrat.

Padanan ubikayu dengan berbagai fungsi kegunaannya, baik sebagai bahan panganmaupun bahan baku industri, merupakan sumberdaya asli setempat (indigenous resources)alternatif yang ketersediaannya berlimpah dan memiliki  preferensi yang sudah dapat diterimakonsumen dengan baik. Hal tersebut diindikasikan bahwa walaupun nilai tukar rupiah atasdolar Amerika melemah sebesar 1  point , kuantitas permintaan padanan ubikayu di pasar domestik tetap meningkat sebesar 0,567 kali.

Di pasar domestik, glukosa dan dextrosa dikategorikan sebagai barang normal denganspesifikasi barang kebutuhan pokok, yaitu ketika pendapatan nasional Indonesia per kapita

meningkat sebesar 1% akan mengakibatkan peningkatan kuantitas permintaan glukosa dandextrosa sebesar 0,438%. Permintaan glukosa dan dextrosa di pasar domestik bersifat relatif 

4

5/16/2018 AGRO EKONOMI_2007_Faktor Penentu Permintaan Ubikayu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/agro-ekonomi2007faktor-penentu-permintaan-ubikayu

sangat elastis terhadap adanya perubahan harga domestik glukosa dan dextrosa, di mana ketikaharga domestik glukosa dan dextrosa meningkat 1% maka kuantitas permintaan glukosa dandextrosa di pasar domestik akan turun sebesar 3,189%.

Berdasarkan pengaruh positif yang dikontribusikan oleh peningkatan populasi penduduk Indonesia terhadap peningkatan kuantitas permintaan glukosa dan dextrosa di pasar 

domestik, dapat diindikasikan bahwa preferensi konsumen atas pemenuhan kebutuhan zat pemanis (gula) yang bersumber dari ubikayu semakin meningkat. Sebagai barang substitusinyaadalah  gaplek dan ubikayu segar. Walaupun memiliki fungsi kegunaan yang berbeda antara

 gaplek  dan ubikayu segar terhadap glukosa dan dextrosa, namun dari sisi pemenuhankebutuhan bahan baku industrinya adalah sama, sehingga pada saat harga domestik  gaplek meningkat sebesar 1% maka kuantitas permintaan atas glukosa dan dextrosa sebagai hasilolahan ubikayu yang memiliki nilai jual lebih tinggi di pasar domestik akan meningkat sebesar 1,938% guna mencapai efisiensi produksi. Begitu juga dengan ubikayu segar, pada saat hargadomestik ubikayu segar meningkat sebesar 1% maka kuantitas permintaan glukosa dandextrosa juga akan meningkat sebesar 0,272%.

Faktor Penentu Permintaan Ubikayu di Pasar EksporHasil estimasi faktor penentu permintaan ubikayu di pasar ekspor untuk komoditasubikayu segar, gaplek, tapioka, tepung ubikayu, padanan ubikayu, dan glukosa dextrosa, secaralengkap disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Faktor Penentu Permintaan Ubikayu Indonesia di Pasar Ekspor

 Indikator Potensi Komoditas

UbikayuSegar

TepungUbikayu

Gaplek  Tapioka PadananUbikayu

Glukosadan

Dextrosa

Elastisitas hargasendiri (ε11)

-0,896

(inelatis)

ns*) 0,364

(inelastis)

ns ns -1,295

(elastis)

Elastisitas hargasilang (ε12)

• Barangsubstitusi

Gaplek  B dan UK GD TUK   Gaplek  UK, TUK,G

• Barangkomplementer 

PUK PUK dan J Jagung UK TUK danUK 

Tapioka

Elastisitas pendapatan(η)

Barangkebutuhan

 pokok 

Baranginferior 

Barangkebutuhan

 pokok 

Barangnormal

Barangsuperior 

ns

Pengaruh faktor  populasi

2,330 5,763 4,406 -0,274

ns -12,182

Pengaruh faktor trend ekspor 

ns 0,716 0,768 ns 0,287 1,341

Pengaruh faktor konsumsi domestik 

-5,431 tda**) tda 0,106 -0,181 ns

Pengaruh faktor exchange rate

-0,607 ns -0,871 Ns ns 2,104

Ket: *) ns: non significant **) tda: tidak dianalisis

Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder (2007)

5

5/16/2018 AGRO EKONOMI_2007_Faktor Penentu Permintaan Ubikayu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/agro-ekonomi2007faktor-penentu-permintaan-ubikayu

Berdasarkan hasil analisis regresi model permintaan ekspor ubikayu segar (Tabel 2)diketahui bahwa untuk harga ekspor ubikayu segar menunjukkan bahwa permintaan ubikayusegar di pasar ekspor relatif  inelastis, artinya bahwa setiap terjadi kenaikan harga ekspor ubikayu segar sebesar 1% maka jumlah ubikayu segar yang diminta oleh pasar ekspor akanturun sebesar 0,896%. Sebagai barang kebutuhan pokok dengan substitusi  gaplek  dan

komplementer padanan ubikayu, komoditas ubikayu segar dapat diproyeksikan sebagai sumber  bahan pangan alternatif seiring dengan semakin meningkatnya populasi penduduk negaraimportir. Setiap terjadi penambahan 1 orang penduduk negara importir, kuantitas ekspor ubikayu segar akan naik 2,330 kali, dan faktor penentu lainnya adalah tetap.

 Namun demikian, Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor ubikayu segar dalammenetapkan keputusan ekspornya tetap harus memperhatikan kuantitas konsumsi domestik,dimana setiap kenaikan 1 ton kuantitas konsumsi ubikayu segar di pasar domestik akanmengakibatkan turunnya kuantitas ekspor ubikayu segar sebanyak 5,431 kali. Fluktuasi

 perubahan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika juga perlu dipertimbangkan, sebab setiap nilairupiah melemah 1 point akan menyebabkan penurunan kuantitas ekspor ubikayu segar sebesar 0,607 kali.

Di pasar ekspor, komoditas tepung ubikayu merupakan barang inferior  dengansubstitusi beras dan ubikayu segar, dan komplementernya adalah padanan ubikayu dan jagung.Walaupun demikian peningkatan kuantitas permintaan tepung ubikayu di pasar ekspor tetap

 berkorelasi positif dengan perubahan populasi penduduk negara importir dan trend ekspor.Sebagai bahan pangan alternatif, tepung ubikayu bersifat saling mensubstitusi dengan bahan

 pangan sumber karbohidrat lainnya (yaitu beras dan ubikayu segar). Selain itu, di pasar ekspor,tepung ubikayu juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri  pellet dan pakan ternak yangsaling melengkapi dengan jagung dan padanan ubikayu.

Komoditas  gaplek yang permintaan ekspornya bersifat relatif  inelastis dengan fungsikegunaan sebagai bahan campuran pakan ternak di pasar ekspor distatuskan sebagai bahankebutuhan pokok dengan komplementer jagung. Glukosa dan dextrosa merupakan substitusi

 gaplek  sebagai komoditas ekspor Indonesia yang berbasis ubikayu, dimana pada saat hargaekspor glukosa dan dextrosa naik sebanyak 1% maka kuantitas permintaan ekspor  gaplek akanmeningkat sebesar 0,518%.

Pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa peningkatan jumlah populasi penduduk negaraimportir berkorelasi positif terhadap permintaan ekspor   gaplek , dimana setiap terjadi

 penambahan 1 orang populasi penduduk negara importir akan menyebabkan meningkatnya permintaan ekspor atas gaplek sebesar 4,406 kali. Hal tersebut juga tercermin pada hubunganantara trend ekspor  gaplek yang positif terhadap permintaannya. Secara umum dapat dijelaskan

 bahwa pada saat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika menguat sebanyak 1  point makakuantitas ekspor  gaplek akan meningkat sebesar 0,871 kali. 

Permintaan tapioka di pasar ekspor sangat responsif terhadap perubahan harga ekspor ubikayu segar. Sebagai barang komplementer atas tapioka, pada saat harga ekspor ubikayusegar naik 1% maka kuantitas ekspor tapioka akan turun sebanyak 3,502%. Hal inidimungkinkan, karena ubikayu segar merupakan bahan baku industri tapioka. Jadi pada saatharga ekspor ubikayu segar naik, selaku barang superior maka kuantitas ekspor ubikayu segar akan meningkat yang akan berimplikasi pada menurunnya ketersediaan bahan baku industritapioka. Namun kuantitas ekspor tersebut dapat disubstitusi oleh tepung ubikayu yang dalam

 pemanfaatan sebagai bahan pangan relatif dapat saling menggantikan.Di pasar ekspor tapioka digolongkan sebagai barang superior, setiap terjadi peningkatan

1% pendapatan per kapita penduduk negara importir akan meningkatkan kuantitas ekspor tapioka sebesar 7,117%. Sebagai bahan baku industri, telah diketahui bahwa tapioka memiliki

 banyak produk turunan yang padat teknologi dan modal, sehingga peningkatan kuantitas ekspor tapioka sangat tergantung pada ketersediaan modal yang dalam hal ini tercermin pada

 pendapatan negara importir. Selain itu, perubahan jumlah populasi penduduk negara importir  juga berpengaruh terhadap naik turunnya kuantitas ekspor tapioka.

6

5/16/2018 AGRO EKONOMI_2007_Faktor Penentu Permintaan Ubikayu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/agro-ekonomi2007faktor-penentu-permintaan-ubikayu

Konsumsi domestik atas tapioka tetap harus diperhatikan. Pada saat terjadi peningkatankonsumsi tapioka di pasar domestik sebesar 1 ton maka kuantitas ekspor atas tapioka juga akanmeningkat sebesar 0,106 kali. Kondisi ini perlu dicermati lebih jauh, peningkatan konsumsidomestik yang merupakan kuantitas impor diindikasikan sebagai sebagai bahan baku industritapioka untuk pasar ekspor, sebab telah diketahui bahwa industri tapioka domestik ketersediaan

 bahan bakunya adalah terbatas (berdasarkan respon permintaan tapioka di pasar ekspor terhadap perubahan harga ekspor ubikayu segar).

Gambaran total permintaan ekspor atas berbagai komoditas berbasis ubikayu tergambar  pada permintaan ekspor padanan ubikayu yang digolongkan sebagai barang superior. Pada saatterjadi kenaikan pendapatan negara importir sebesar 1%, sebagai bahan baku utama untuk 

 berbagai industri pengolah produk berbasis ubikayu, maka respon permintaan ekspor ataskomoditas padanan ubikayu akan meningkat sebesar 1,386%. Sebagaimana hasil analisis yangtersaji pada Tabel 2 diketahui bahwa sebagai komoditas ekspor Indonesia,  gaplek merupakan

 barang substitusi dari padanan ubikayu dengan harga ekspor yang berkorelasi positif terhadap permintaan ekspor padanan ubikayu, sedangkan komplementernya adalah tepung ubikayu danubikayu segar.

Kebutuhan pasar dosmetik atas padanan ubikayu yang tercermin pada konsumsidomestik juga menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan permintaan ekspor dengan korelasi yang negatif, dimana setiap peningkatan 1 ton konsumsi domestik atas

 padanan ubikayu akan menurunkan kuantitas ekspor sebesar 0,181 kali. Jika melihat peluang di pasar ekspor bahwa setiap peningkatan trend ekspor padanan ubikayu sebesar 1 satuan akanmeningkatkan kuantitas permintaan sebesar 0,287 kali, maka diperlukan strategi pemasaranyang difokuskan pada alokasi kuantitas ekspor dan domestik untuk komoditas padanan ubikayutersebut. Sehingga dapat diperoleh efisiensi pasar, baik ekspor maupun domestik guna

 peningkatan daya saing produk dan kemampuan perolehan gain yang maksimal.Permintaan glukosa dan dextrosa bersifat elastis di mana kenaikan harga ekspor glukosa

dan dextrosa sebesar 1% akan menurunkan kuantitas ekspor glukosa dextrosa sebesar 1,295%.

Sebagai komoditas ekspor, glukosa dan dextrosa memiliki rentang pemanfaatan produk yangluas dan relatif baru seiring dengan semakin berkembangnya penelitian-penelitian di bidang pengembangan produk berbasis sumberdaya ubikayu. Ubikayu segar, tepung ubikayu, dan gaplek  sebagai komoditas ekspor merupakan barang substitusi ekspor dari glukosa dextrosadengan tingkat respon (elastisitas) yang relatif tinggi. Kondisi ini menggambarkan kekuatanglukosa dextrosa sebagai komoditas ekspor yang memiliki kemampuan saling mensubstitusidengan produk berbasis ubikayu sebagai komoditas ekspor lainnya dan sumber devisa negara.

Tapioka merupakan barang komplementer dari glukosa dextrosa. Sebagaimana telahdijelaskan bahwa glukosa dextrosa merupakan produk turunan dari tapioka, sehingga pada saatharga ekspor tapioka naik sebesar 1% maka respon kuantitas ekspor glukosa dan dextrosa akanturun sebesar 0,589%. Demikian juga dengan komoditas padanan ubikayu yangmenggambarkan total kemampuan ketersediaan bahan baku industri berbasis ubikayu, dengansifatnya yang elastis, ketergantungan industri glukosa dextrosa terhadap ketersediaan padananubikayu sebagai barang komplementer sangat tinggi, di mana setiap kenaikan 1% harga ekspor 

 padanan ubikayu akan mengakibatkan respon kuantitas ekspor glukosa dan dextrosa turunsebesar 10,428%.

Secara global, trend  ekspor glukosa dextrosa berkorelasi positif terhadap permintaanekspor, namun perubahan populasi penduduk negara importir berkorelasi negatif. Dari kondisitersebut dapat dijelaskan bahwa glukosa dextrosa merupakan komoditas ekspor yang

 pemanfaatan (jangkauan pasar)nya relatif cenderung eksklusif dengan informasi pasar yangterbatas, sehingga bagi kalangan “khusus” pada saat trend ekspor glukosa dextrosa meningkatsebesar 1 satuan akan meningkatkan pula permintaan ekspor sebesar 1,341 kali. Namun tidak demikian respon masyarakat (populasi dunia) secara umum, pada saat jumlah populasi

 penduduk bertambah sebanyak 1 orang akan mengakibatkan semakin luasnya pasar yang belumtersentuh informasi sehingga berimplikasi pada turunnya permintaan ekspor glukosa dextrosa

7

5/16/2018 AGRO EKONOMI_2007_Faktor Penentu Permintaan Ubikayu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/agro-ekonomi2007faktor-penentu-permintaan-ubikayu

sebesar 12,182 kali.Faktor perubahan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika juga harus diperhatikan dalam

menetapkan besarnya kuantitas ekspor glukosa dextrosa. Pada saat nilai tukar rupiah terhadapdolar Amerika melemah sebanyak 1 point , kuantitas ekspor glukosa dextrosa akan meningkatsebesar 2,104 kali. Keadaan ini menguatkan argument  bahwa glukosa dextrosa merupakan

komoditas ekspor eksklusif yang telah memiliki pasar tertentu dengan tingkat kegunaan produk yang tinggi.

KESIMPULAN DAN SARANPenelitian ini telah mengestimasi model permintaan ubikayu Indonesia di pasar 

domestik dan ekspor. Berdasarkan hasil estimasi model tersebut dapat diketahui bahwa, di pasar domestik ubikayu memiliki permintaan yang bersifat elastis dengan konsumsi domestik  primer dalam bentuk ubikayu segar, tepung ubikayu, dan glukosa & dextrosa, sedangkankonsumsi domestik sekundernya adalah gaplek. Di pasar ekspor, ubikayu digolongkan sebagai

 barang  superior  dengan permintaan yang bersifat elastis dan berhubungan positif terhadap perubahan trend ekspornya. Ekspor primer ubikayu Indonesia dalam bentuk  gaplek , sedangkan

ekspor sekundernya adalah ubikayu segar dan tepung ubikayu.Sebagai implikasi kebijakan dari hasil penelitian ini, peneliti menyarankan bahwadalam penetapan kebijakan model tataniaga ubikayu Indonesia hendaknya didasarkan pada

 potensi pengembangan masing-masing produk. Untuk pasar domestik, potensi pengembanganubikayu diarahkan pada pemenuhan kebutuhan pangan dalam bentuk ubikayu segar dan

 pemenuhan kebutuhan industri dalam bentuk tapioka. Untuk pasar ekspor, potensi pengembangan ubikayu diarahkan pada pemenuhan kebutuhan pangan dalam bentuk ubikayusegar dan tepung ubikayu, pemenuhan kebutuhan industri dalam bentuk tepung ubikayu dantapioka, dan pemenuhan kebutuhan bahan campuran pakan ternak dalam bentuk  gaplek .

PUSTAKA

Darwanto, D H dan Muharto, 1998. Kaji Ulang Penelitian Agribisnis danAgroindustri Ketela Pohon selama Pembangunan Jangka Panjang-1. Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Agroindustri Ketela Pohon Berbasis Pedesaandalam Menunjang Peningkatan Ketahanan dan Keamanan Pangan. FP UGM danKantor Meneg Urusan Pangan RI.

Departemen Pertanian RI. 2005,  Data Base Pemasaran Internasional Ubi Kayu. DirektoratPengolahan dan pemasaran Hasil Tanaman Pangan Dirjen Bina Pengolahan danPemasaran Hasil Pertanian Deptan RI. Jakarta.

FAOSTAT, 2007. FAO. Rome: Italy (http://faostat.org).

Saragih, B., 2003. Lembaga Agobisnis Petani Perlu Terus Dikembangkan agar Petani MampuMemanfaatkan Fasilitas Skim Kredit. Pikiran Rakyat Online. Bandung.

Soba, H.S., 2004. Agribisnis Ubi Kayu.  Pembaharuan Daily-Online. Diakses pada tanggal 29Juli 2004.

8